PEMENUHAN NUTRISI
“ MALNUTRISI ENERGI PROTEIN”
TINGKAT II A
KELOMPOK 2:
LISTA K. AHADIN
IGNES MONICA
KEYSA
HARTATI BAGUNA
SITI RAMLA
SARIFA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini “ ANAK DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN NUTRISI DAN MEP” Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak
ilmu dan pengetahuan baru. Pengetahuan ini akan sangat berguna bagi saya sebagai
mahasiswa dan juga bagi pembaca yang ingin memperluas pengetahuan mengenai sratifikasi
sosial Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
depan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan ( keperawatan).
Pengertian
Hal penting yang perlu dipertanyakan ada apakah yang dimaksud dengan gizi
ugal kurang, ringan, atau sedang, apabila sifat dari segi konsumsi energi dan alusinya
Agar lebih mudah dipahami, harus mengerti dua pengertian men or kebutuhan energi
fisiologis (KEF) dan lukupan energi yang dianjurkan (KED) Maurul Viteri (1982),
KEF adalah jumlah eergi yang dianggap cukup untuk me muhi kebutuhan energi
minimal sesuai a dan jenis kelamin agar individu yang kesangkutan dapat melakukan
kegiatan engan Kebutuhan energi tergantung pada ukuran dan komposisi badan, serta
lim dan faktor ekologi lainnya Konsumsi bawah standar KEF. berarti berat badan stal
dapat dipertahankan dan penurunan egional akan tampak Golongan ini dapat
diidentifikasi sebagai gizi buruk Sementara itu. KED berarti banyaknya KEF
ditambah sejumlah energi ekstra yang diperlukan untuk melakukan kegiatan di tas
aktivitas ringan dan untuk menutup defisit energi yang mungkin terjadi akibat
gangguan tertentu. MEP merupakan keadaan ketidak
campan asupan protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dikenal juga dengan
marasmus dan kwashiorkot MEP terjadi jika kebutuhan tubuh tethadap kalon, protein,
atau keduanya tidak lencukupi oleh diet.
1. Penyebab
Paling sedikit ada empat faktor vang melatarbelakangi MEP yaitu masalah
sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan Kemiskanan merupakan salah satu dari
banyak determinan sosial-ekonomi Kemis kinan merupakan sumber masalah
paling dasar sebagai penyebab ketidak tersediaan pangan, tempat tinggal yang
padat kumuh dan tidak sehat, serta ketidakmampuan mengakses fasilitas
kesehatan.
2. Klasifikasi
MEP dijumpai dalam bentuk kwashiorkor marasmus, dan bentuk campuran
(marasmik-kwashiorkor), Bentuk maramus terjadi akibat kekurangan gizi,
terutama energi atau kalori.
3. Maramus
Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyalat klinis yang menekankan
satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalert. Marasmus, satu bentuk maigizi
protein energiakibat kelaparan, ketika semua unsur diet kurang (Catzel & Roberts
1992) dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih banyak terjadi pada awal masa
bayi Marasmus berhubungan dengan kegagalan pemberian ASI dan perkembangan
saluran cerna Faktor psikologis ikut berperan seperti adanya penolakan ibu dan
penolakan yang berhubungan dengan anoreksia muntah dan ruminasi Marasmus
dapat disebabkan oleh dan disertai komplikasi berbagai penyakit, seperti untekst,
anomali saluran cema malabsorpsi, penyakit ginjal kronis, dan gangguan susunan
saraf pusat Malnutrial beral pada bayi sering ditemukan di daerah dengan makanan
tidak cukup informati teknik pemberian makanan yang tidak cukup, atan akibat
higiene yang buruk
4. Etiologi
Marasmus disebabkan oleh asupan kalori yang tidak memadai akibat diet
yang tidak cukup, kebiasaan makan tidak te pat (misalnya, hubungan antara orang
tua dengan anak terganggu atau tidak har- monis), kelainan metabolik, atau
malformas kongenital Gangguan berat setiap sistem tubuh dapat mengakibatkan
malnutrisi.
Malnutrisi protein disebabkan oleh asupan protein tidak cukup bernilai
biologis; penyerapan tidak cukup, terganggu oleh diare kronik; kehilangan protein
abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi, per- darahan, atau luka bakar; dan
kegagalan sintesis protein (penyakit hati kronik)
6. Gambaran Klinis
Marasmus dimanifestasikan dengan ema- siasi, dan tinggi serta berat badan
kurang sehingga anak tampak kerdil Penderita juga tidak memiliki lemak subkutan
se- hingga kulit (khususnya sisi dalam paha) tergantung berlipat-lipat. Gelombang pe-
ristaltik mudah terlihat melalui dinding abdomen yang tipis. Protein serum sangat
kurang Biasanya penderita juga mengalami konstipasi Pada marasmus murni tidak
terdapat perubahan kulit, rambut, membran mukosa, dan tidak ada edema (Sacharin,
1996).
Gejala yang paling penting adalah pertum- buhan yang terganggu, dan berat
badan serta tinggi badan kurang bila dibandingkan dengan anak sehat (Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985). Arisaman (2007)
menegas- kan tinggi badan dapat normal, dapat juga tidak karena bergantung pada
lamanya penyakit berlangsung dan riwayat gizi di masa lalu. Rambut kering, rapuh,
tidak mengilap, dan mudah dicabut dengan tidak menim- bulkan rasa sakit. Rambut
yang sebelumnya berombak berubah menjadi lurus, semen- tara pigmen rambut
berubah menjadi cokelat, merah, atau bahkan putih keku- ningan.
7. Manajemen
Pencegahan terhadap marasmus dapat dilakukan dengan baik bila penyebab
diketahui. Usaha-usaha tersebut memer- lukan sarana dan prasarana kesehatan yang
baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi. Menurut Lubis & Marsida
(2002), usaha yang dimaksud adalah:
1. Pemberian ASI sampai usia 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik
untuk bayi
4. Pemberian imunisasi
8. Kwashiokor
Kwashiorkor merupakan bentuk parah malgizi protein-energi, yang ditandai
dengan defisiensi asam amino esensial dan asupan kalori yang adekuat yang terutama
diberikan oleh pati (Catzel & Roberts, 1992). Kwashiorkor terutama disebabkan oleh
kekurangan zat protein. Kondisi ini digambarkan dengan gagal tumbuh, edema,
apatis, anoreksia, muntah dan diare, dan perubahan pada kulit rambut serta membran
mukosa.
Kwashiorkor hampir tidak ditemukan pada bayi yang mendapat ASI, tetapi
lazim terjadi pada bayi yang telah disapih dengan makanan tinggi karbohidrat rendah
protein. Kwashiorkor terutama terjadi antara usia 4 bulan dan 2 tahun, kadang-kadang
lebih lambat.
MEP
Marasmus Kwashiorkor
Energi dibutuhkan
Defisiensi kalori tubuh berkurang Sintesis asam
amino esensial
berkurang
Gangguan pertumbuhan
Pembentukan
albumin di hati
berkurang
Edema
A. Pengkajian Keperawatan
Pada anak penderita kwashiorkor, dapat ditemukan gejala, seperti, muka sembap;
letargi; edema; rambut tipis, pirang, mudah dicabut; tampak anemia (ringan); dan
berat badan rendah. Sementara itu, anak penderita marasmus dapat ditemukan
tampak seperti orang tua, letargi, berat badan sangat rendah, tidak ada lemak di
bawah kulit, ubun-ubun cekung pada bayı, malaise, apatis, dan kelaparan.
B. Diagnosa
3. kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan tubuh kekurangan zat gizi(
kalori dan protein)
C. Intervensi:
a. Lakukan pengaturan makanan dengan berbagai taha, salah satunya adalah
tahap penyesuaian yang diawali dengan pemberian kalori sebanyak 50
kal/kgBB/hari dalam cairan 200 ml/kgB/han (kwashiorio) dan 250
ml/kgBB/hari (marasmus).
b. Berikan makanan tinggi kalori (3-4 g/kgBB/hari) dan tinggi protein (160-
175 g/kgBB/hair) pada kasus kurang energi dan protein berat, dan berikan
mineral serta vitamin.
c. Bayi dengan berat badan kurang dari 7 kg, berikan susu rendah laktosa.
d. Bila berat badan lebih dari 7kg, pemberian makanan di mulai dengan
makanan bentuk cairan selama 1-2 hari, lanjutkan bentuk lunak, tim, dan
seterusnya, dan lakukan pemberian kalori mulai dari 50 ka/kgBB/hari.
e. Evaluasi terhadap pola makan, berat badan, tanda perubahan kebutuhan
nutrisi (turgor kulit, nafsu makan, kemampuan absorpsi, dan tanda-tanda
vital).
f. Berikan cairan tubuh yang adekuat melalui hidrasi, bila terjadi dehidrasi.
g. Pantau keseimbangan cairan tubuh dengan mengukur asupan dan haluaran
dengan mengukur berat jenis urine.
h.Pantau adanya kelebihan cairan dan perubahan status hidrasi.
i. Berikan penyuluhan kesehatan tentang makanan yang dianjurkan untuk
membantu proses penyerapan (tinggi kalori, tinggi protein, kandungan
vitamin dan mineral baik).
j. Bila disertai diare, rujuk pada manajemen anak yang mengalami diare
k. Pertahankan kulit tetap bersih dan kering, mandikan dua kali sehari dengan
air hangat, dan ganti pakaian yang kotor atau basah. b. Ubah posisi tidur
setiap 2-3 jam, bersihkan area yang mendapat penekanan dengan air hangat,
bila perlu gunakan matras lembut.
l. Beri suplemen vitamin. Beri penyuluhan agar tidak menggunakan sabun
mandi yang mengiritasi kulit.
m. Pantau integritas kulit setiap 6-8 jam sekali.
n. Terapkan kewaspadaan universal dalam setiap tindakan dengan mencuci
tangan, menjaga kebersihan, memerhatikan cara kontak dengan pasien, dan
menghindarkan pasien dan pengidap penyakit intekst b. Benkan imunisasi
lengkap pada anak yang belum mendapat imunisasi sesuai jadwal imunisas
o. Pantau tanda lanjut infeksi, seperti suhu, nadi, hitung leukosit, dan tanda
infeksi lain.
p. Berikan informasi kepada keluarga tentang cara pemenuhan kebutuhan
nutrisi bergizi seimbang.
q. Demonstrasikan atau beri contoh bahan makanan, cara memilih dan
memasak, berikan alternatif makanan pengganti dari protein hewani bila
dirasa mahal dengan protein nabati, seperti tempe ata makanan yang terbuat
dari kacang-kacangan.
r. Sarankan agar berperan aktif dalam kegiatan posyandu, agar status gizi anak
selalu terpantau, dan untuk memperoleh pemberian makanan tambahan di
posyandu.
D. IMLEMENTASI
- Wawancara diet total untuk mengetahui riwayat asupan makanan dan faktor
yang mempengaruhi.
3. Diagnosa Gizi
4. Intervensi Gizi
- Memberikan edukasi gizi pada anak dan orangtua tentang gizi seimbang.
E. Evaluasi
kemajuan anak dengan gangguan pemenuhan nutrisi harus dilakukan secara teratur
oleh dokter atau ahli gizi untuk memantau perkembangan kesehatannya.Pertama-
tama, dokter atau ahli gizi akan mengevaluasi riwayat kesehatan anak, termasuk
makanan yang biasa dikonsumsi dan apakah ada kondisi medis yang mungkin
memengaruhi penyerapan nutrisi. Selain itu, dokter
juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui apakah adanya tanda-tanda
kekurangan nutrisi seperti kulit kering, rambut rapuh, gigi berlubang, dan lambung
buncit.Selanjutnya, dokter atau ahli gizi juga dapat melakukan tes darah untuk
mengukur kadar nutrisi tertentu dalam tubuh anak, seperti zat besi, vitamin D, dan
vitamin B12. Setelah evaluasi
dilakukan dan hasil diperoleh, dokter atau ahli gizi dapat memberikan saran diet yang
tepat dan mungkin juga akan merekomendasikan suplemen atau terapi lainnya untuk
membantu anak mencapai kecukupan nutrisi yang dibutuhkan. Selain itu, orang tua
juga dapat memantau pola makan anak dan memastikan mereka mendapatkan
makanan yang seimbang dan bergizi setiap hari.
Daftar Pustaka
Bent, S., Bertoglio, K., Ashwood, P., Bostrom, A., & Hendren, R. L. (2011). A
Pilot Randomized Controlled Trial of Omega-3 Fatty Acids for Autism
Spectrum Disorder. Journal of autism and developmental disorders.
Williams, K. E., Field, D. G., & Seiverling, L. (2010). Food refusal in children: a
review of the literature. Research in developmental disabilities, 31(3), 625-633.