Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“makalah denagan kasus :


Abortus, Mola Hidatidosa, kehamilan
       ektopik, kelainan letak, pre- ekslamsi”

Dosen Pembimbing :
Armaita SKM, M.Si
 
Disusun oleh :
M.Heldi Riyanda (19334059)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
Kata Pengantar
Dengar rahmat Allah yang maha kuasa,saya riyanda telah menyelesaikan tugas
berupa makalah dengan judul makalah denagan kasus : Abortus, Mola Hidatidosa,
kehamilan ektopik, kelainan letak, pre- ekslamsi. Makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan si pembuat ataupun si pembaca,dan tentunya juga untuk
menambah nilai saya pada dosen buk Armaita.

Semoga ibu dosen dapat menerima makalah saya ini dan tentunya memberikan
nilai yang bagus.

Pekanbaru,25 sept 2020

Riyanda

A.Abortus
Abortus atau yang lebih sering disebut keguguran adalah kematian janin dalam
kandungan sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Anda mungkin belum tahu
macam-macam abortus yang bisa terjadi selama kehamilan. Apa sajakah itu? Simak
ulasan berikut ini.

Umumnya, abortus dianggap terjadi karena terdapat kesalahan pada kehamilan


atau kesehatan ibu. Faktanya, 2 dari 3 abortus terjadi karena adanya kelainan pada
kromosom janin yang membuat ia tidak bisa tumbuh dan akhirnya gugur dari
kandungan.

Macam-Macam Abortus 

Di dunia medis, abortus atau keguguran dibedakan menjadi beberapa macam,


antara lain:

1. Abortus komplet

Pada jenis keguguran ini, mulut rahim terbuka lebar dan seluruh jaringan janin
keluar dari rahim. Ibu hamil yang mengalami ini akan mengalami perdarahan vagina
serta nyeri perut seperti sedang melahirkan. Biasanya, abortus komplet terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 12 minggu.

 2. Abortus inkomplet. 

Pada keadaan ini, jaringan janin sudah keluar sebagian. Umumnya, perdarahan
serta nyeri perut akan berlangsung lama dan baru bisa berhenti setelah seluruh
jaringan telah keluar atau dilakukan kuretase.

3. Abortus insipiens

Pada abortus insipiens terjadi perdarahan disertai nyeri perut, tetapi jaringan


janin masih utuh berada di dalam rahim. Meski begitu, keguguran tetap tidak dapat
dihindari karena mulut rahim sudah terbuka.

4. Ancaman abortus 
Ancaman abortus sebenarnya bukan keguguran. Pada kondisi ini, mulut rahim
masih tertutup dan janin masih hidup di dalam rahim. Perdarahan dari vagina dan
nyeri perut yang dialami pun masih tergolong ringan. Risiko terjadinya keguguran
memang lebih besar. Namun, biasanya kehamilan masih mungkin dilanjutkan.

5. Abortus tak terduga

Pada abortus tak terduga, janin telah meninggal namun ibu tidak menyadarinya
karena tidak ada keluhan. Kemungkinan lain, bakal janin memang tidak berkembang
sejak awal (blighted ovum). Kondisi ini biasanya baru disadari ketika ibu kontrol dan
denyut jantung janin tidak terlihat pada pemeriksaan ultrasonography.

6. Abortus berulang

Abortus berulang merupakan diagnosis untuk keguguran yang terjadi sebanyak 3


kali atau lebih secara berturut-turut. Kemungkinan terjadinya abortus berulang sangat
kecil. Oleh karena itu, konsultasikan kejadian ini kepada dokter kandungan untuk
mencari tahu penyebabnya.

Macam-macam abortus di atas bisa terjadi pada siapa saja selama kehamilan
trimester pertama. Agar terhindar dari keguguran, jaga kehamilanagar tetap sehat
dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menghindari asap rokok dan
konsumsi minuman beralkohol, membiasakan olahraga ringan, dan mengelola stres
dengan baik.

B.Mola hidatidosa 
 
Mola hidatidosa (atau hamil anggur) adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak
yang terbentuk akibat kegagalan pembentukan janin.[1] Bakal janin tersebut dikenal
dengan istilah mola hidatidosa.[1] Istilah hamil anggur digunakan karena bentuk bakal
janin tersebut mirip dengan gerombolan buah anggur.[1] Mola hidatidosa juga dapat
didefinisikan sebagai penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan
calon plasenta (trofoblas plasenta) dan diserai dengan degenerasi kistik villi serta
perubahan hidropik.[2] Trofoblas adalah sel pada bagian tepi ovum (sel telur) yang
telah dibuahi dan nantinya akan melekat di dinding rahim hingga berkembang menjadi
plasenta serta membran yang memberi makan hasil pembuahan.[2] Penyebab penyakit
ini belum diketahui pasti, amun diduga karena kekurangan gizi dan gangguan
peredaran darah rahim.[1]

Hydatidiform mole

C.Kehamilan Ektopik

Pengertian Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kelainan implantasi dari pembuahan sel telur. Sel telur yang
telah dibuahi oleh sperma secara alami seharusnya akan menempel pada dinding
rahim. Namun, pada kehamilan ektopik hasil pembuahan ini menempel pada tempat
lain selain di dinding rahim.

Tempat yang paling sering menjadi tempat penempelan adalah di saluran indung telur,
di mana tempat ini seharusnya tidak dirancang untuk penempelan hasil pembuahan.
Dalam bahasa yang lebih sederhana, kehamilan ektopik sering dikatakan
sebagai “hamil di luar kandungan”.

 
Gejala Kehamilan Ektopik

Pengidap kehamilan ektopik biasanya tetap merasakan gejala layaknya orang hamil
pada umumnya, seperti mual, muntah, dan perut yang membesar. Pada umur
kehamilan tertentu ketika saluran indung telur tidak dapat menampung hasil
pembuahan yang semakin besar.

Penyebab Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik dapat disebabkan oleh satu atau beberapa sebab berikut:

o Infeksi atau peradangan pada daerah saluran indung telur, sehingga terjadi
perlengketan yang menutup jalan sel telur yang telah dibuahi menuju ke dinding rahim
o Jaringan parut dari bekas operasi daerah rahim dan panggul sebelumnya. Atau operasi
yang melibatkan saluran indung telur dapat menyebabkan kehamilan ektopik karena
adanya penutupan saluran indung telur
o Abnormalitas pertumbuhan dari janin, atau adanya cacat janin, yang menyebabkan
hasil pembuahan tidak dapat menempel pada dinding rahim
 

Faktor Risiko Kehamilan Ektopik

Ada beberapa risiko untuk terjadinya kehamilan ektopik, salah satunya sebagai
berikut:

o Usia saat hamil 35-44 tahun.


o Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.
o Riwayat operasi daerah panggul atau perut sebelumnya.
o Penyakit radang panggul.
o Pembuahan yang terjadi setelah pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) atau
setelah pengikatan saluran indung telur (steril).
o Merokok.
o Penyakit peradangan dinding rahim (endometriosis).
o Sedang dalam pengobatan kesuburan, karena beberapa obat dapat mempengaruhi
jumlah produksi getah rahim, sehingga mempengaruhi implantasi pada hasil
pembuahan.
 

Diagnosis Kehamilan Ektopik

Dokter melakukan pemeriksaan daerah panggul dan perut untuk memastikan adanya
perdarahan pada daerah sekitar yang diakibatkan pecahnya hasil pembuahan. 

Beberapa pemeriksaan penunjang berikut diperlukan untuk memastikan diagnosis


kehamilan ektopik:

o Tes kehamilan, dokter dapat meminta tes kehamilan dari darah berupa kadar hCG
untuk memastikan pengidap benar-benar hamil.
o USG, dilakukan untuk melihat adanya kantong kehamilan pada lokasi-lokasi tertentu
seperti di saluran indung telur. USG dapat dilakukan melalui Miss V (USG
transvagina) atau dapat melalui dinding perut (USG abdomen).
o Darah rutin, tes darah rutin dapat dilakukan untuk melihat apakah pengidap
mengalami anemia yang diakibatkan oleh perdarahan dari pecahnya kantung
kehamilan. Dokter dapat merencanakan pemberian transfusi dari hasil tes darah rutin. 
 

Pencegahan Kehamilan Ektopik

Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kehamilan ektopik.
Meskipun angka kejadiannya berkisar 1 dari 50 kehamilan, ada beberapa cara yang
dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kehamilan ektopik:

o Membatasi jumlah pasangan seksual,untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi


menular seksual.
o Menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seks berisiko, untuk
menghindari infeksi menular seksual dan mengurangi risiko penyakit radang panggul.
o Tidak merokok, jika pengidap adalah perokok, berhenti merokok saat sedang hamil.
 
Pengobatan Kehamilan Ektopik

Keadaan kehamilan ektopik dengan perdarahan merupakan keadaan gawat darurat


yang harus dilakukan tindakan secepat mungkin. Kehamilan ektopik dapat diobati
dalam beberapa cara sebagai berikut:

o Penggunaan metotreksat, dapat diberikan pada kehamilan ektopik yang telah dideteksi
secara dini sehingga tidak menimbulkan gangguan lainnya. Metotreksat dapat
membantu penyerapan kantung kehamilan dan menyelamatkan saluran indung telur.
Terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter dengan pertimbangan usia dan
progresivitas kehamilan.
o Jika saluran indung telur telah meregang atau bahkan robek dan mengalami
perdarahan, sebagian atau seluruh jaringan tersebut harus segera diangkat untuk
menghentikan perdarahan. Seluruh akibat perdarahan yang dihasilkan karena
kehamilan ektopik merupakan keadaan gawat darurat dan harus ditangani segera
dengan pembedahan.
o Bedah laparaskopi, prosedur ini merupakan tindakan untuk mengevakuasi perdarahan
yang terjadi di dalam rongga perut atau rongga panggul dengan sayatan kecil untuk
memasukkan kamera dan alat laparaskopi. Penyembuhan cenderung lebih cepat
dibandingkan prosedur bedah konvensional.

D. KELAINAN LETAK PADA JANIN

1.      MEMANJANG
LETAK MEMANJANG adalah jika sumbu fetus searah/sejajar sumbu jalan lahir
1.      Letak sungsang.
a.       Pengertian.
o   Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin di fundus uteri
(manuaba, 2001 : 237).
o    Letak sungsang adalah janin yang letaknya membujur atau memanjang dalam rahim,
kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Mochtar, 1998 : 350). Presentasi
sungsang terjadi bila bokong atau tungakai janin berpresentasi ke dalam pelvis ibu
(Hacker, 2001 : 254). 
o   Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro, 2006 :
606).
 
b.      Diagnosis letak sungsang 
·         palpasi : 
-          Leopold I : pada bagian Fundus uteri teraba bulat, keras dan melenting  .
-          Leopold III : pada bagian bawah perut ibu teraba bundar, lunak dan masih bisa
digoyangkan atau tidak bisa digoyangkan. 
·         Auskultasi  : 
-          DJJ : pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada
umbilicus.
·         VT :  Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai
dengan adanya sacrum, tuber ossis iskii, dan anus. 
Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat
tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan
jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
 Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong,
sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di
samping bokong (Wiknjosastro, 2006 : 611).
 
2.      Letak kepala
o   Letak sungsang adalah janin yang letaknya membujur atau memanjang dalam rahim,
bokong  berada di fundus dan kepala  di bawah (Mochtar, 1998 : 350). 
·         Palpasi 
-          Leopold I : pada bagian Fundus uteri teraba bundar, lunak dan tidak  melenting  .
-          Leopold III : pada bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan masih bisa
digoyangkan atau tidak bisa digoyangkan. 
·         Auskultasi
-          DJJ : pada umumnya ditemukan dibawah umbilikus. 
·         VT :  sebelum ketuban pecah teraba keras. Setelah ketuban pecah, dapat diraba
lebih jelas UUK atau bagian kepala.
 
2.      MELINTANG
a.       Pengertian
o   Letak lintang adalah Bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu
secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat (Mochtar, 1998 : 366).
o   Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain
(Wiknjosastro, 2006 : 622).
o   Letak lintang adalah bila sumbu janin melintang dan biasanya bahu merupakan
bagian terendah janin (Buku Acuan Nasional). Dari beberapa pendapat para ahli dapat
disimpulkan bahwa letak lintang adalah keadaan dimana posisi janin melintang.
b.      Diagnosis letak lintang
·         Inspeksi : Uterus tampak lebih lebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai
dengan umur kehamilannya. 
·         Palpasi :  fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping, dan di atas simfisis
juga kosong, kecuali bila bahu turun ke dalam panggul. 
·         Auskultasi
-          Denyut jantung janin ditemukan di sekitar umbilikus.
·         VT  : Pada pemeriksaan dalam teraba tulang iga, scapula, dan kalau tangan
menumbung teraba tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan
cara bersalaman. Terababahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila
kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri. Letak punggung ditentukan dengan
adanya scapula, letak dada dengan klavikula. Pemeriksaan dalam agak sukar
dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namum pada letak lintang biasanya
ketuban cepat pecah (mochtar, 1998 : 368).
 
 
D.Preeklamsia
adalah kondisi peningkatan tekanan darah disertai dengan adanya protein dalam
urine. Kondisi ini terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu.

Preeklamsia harus diberikan penanganan untuk mencegah komplikasi dan


mencegahnya berkembang menjadi eklamsia yang dapat mengancam nyawa ibu hamil
dan janin. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia
adalah ibu hamil berusia lebih dari 40 tahun atau di bawah 20 tahun.

Gejala Preeklamsia

Preeklamsia umumnya berkembang secara bertahap. Tanda dan gejala yang akan
muncul seiring dengan perkembangan preeklamsia adalah:

•  Tekanan darah tinggi (hipertensi)


• Proteinuria (ditemukannya protein di dalam urin)
• Sakit kepala berat atau terus-menerus
• Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau sensitif terhadap cahaya
• Nyeri di perut kanan atas
• Sesak napas
• Pusing, lemas, dan tidak enak badan
• Frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun
• Mual dan muntah
• Bengkak pada tungkai, tangan, wajah, dan beberapa bagian tubuh lain
• Berat badan naik secara tiba-tiba

Penyebab Preeklamsia

Penyebab preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Meski demikian, ada
dugaan bahwa kondisi ini disebabkan oleh kelainan perkembangan dan fungsi
plasenta, yaitu organ yang berfungsi menyalurkan darah dan nutrisi untuk janin.
Kelainan tersebut menyebabkan pembuluh darah menyempit dan timbulnya reaksi
yang berbeda dari tubuh ibu hamil terhadap perubahan hormon. Akibatnya, timbul
gangguan pada ibu hamil dan janin.

Meskipun penyebabnya belum diketahui, sejumlah faktor berikut ini dinilai dapat
memicu gangguan pada plasenta:

• Pernah atau sedang menderita diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit autoimun,


dan gangguan darah
• Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
• Baru pertama kali hamil
• Hamil lagi setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya
• Hamil di usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun
• Mengandung lebih lebih dari satu janin
• Mengalami obesitas saat hamil, yang ditandai dengan indeks massa tubuh (IMT) ≥30
kg/m2
• Kehamilan yang sedang dijalani merupakan hasil metode bayi tabung (in vitro
fertilization)
• Ada riwayat preeklamsia dalam keluarga
 Sumber:

https://www.alodokter.com/kenali-macam-macam-abortus-yang-bisa-terjadi-selama-
kehamilan

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mola_hidatidosa

https://www.halodoc.com/kesehatan/kehamilan-ektopik

http://nadiapratiiwi.blogspot.com/2014/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1

https://www.alodokter.com/preeklamsia

 
 
 

Anda mungkin juga menyukai