Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1”

TUGAS PERTEMUAN 3

Disusun Oleh :

TK II B

Kelompok 6

1. M. Luthfi Hanura (19334049)


2. Mega Delima Simare mare (19334051)
3. Meri Nopa Yanti (19334053)
4. M. Heldi Riyanda (19334059)

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Aulia Asman, S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Flu Burung” tepat waktu. Makalah “Flu Burung” disusun guna memenuhi tugas ibu Dosen Ns. Aulia Asman
S.Kep, M.Kep pada bidang mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah di kampus Keperawatan. Selain itu, kami
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “Flu Burung”.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku guru mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni kami. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Dumai, 14 September 2020

Kelompok 6

DAFTAR ISI

ii
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………....ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang...............................................................................................................................................1

1.2.     Rumusan Masalah..........................................................................................................................................2

1.3.     Tujuan............................................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................................................3

2.1.    Pengertian Flu Burung....................................................................................................................................3

2.2.     Patofisiologi Flu Burung................................................................................................................................3

2.3.     Etiologi Flu Burung.......................................................................................................................................4

2.4.    Tanda dan Gejala Flu Burung.........................................................................................................................4

2.5.     Cara Penularan Flu Burung............................................................................................................................6

2.6.      Cara Pencegahan Flu Burung.......................................................................................................................6

2.7.    Penetalaksanaan Flu Burung...........................................................................................................................7

2.8 .    Pathway atau Jalur.......................................................................................................................................11

2.9. Asuhan Keperawatan Flu Burung...................................................................................................................12

BAB III PENUTUP....................................................................................................................................................19

3.1. Kesimpulan......................................................................................................................................................19

3.2. Saran...............................................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Flu burung telah menjadi perhatian yang luas dari masyarakat karena telah menewaskan banyak korban
baik unggas maupun manusia. Pada awal tahun 1918, wabah pandemi virus influenza telah membunuh lebih dari
40.000 orang, dimana subtipe yang mewabah saat itu adalah virus H1N1 yang dikenal dengan “Spanish Flu”.
Tahun 1957 virus bermutasi menjadi H2N2 atau “Asian Flu” menyebabkan 100.000 kematian. Tahun 1968 virus
bermutasi menjadi H3N2 atau “Hongkong Flu” menyebabkan 700.000 kematian. Tahun 1977 virus bermutasi
menjadi H1N1 atau “Russian Flu”. Akhirnya pada tahun 1997, virus bermutasi lagi menjadi H5N1 atau “Avian
Influenza”. Beberapa tahun kemudian, awal wabah pada peternakan di dunia telah dikonfirmasi sejak Desember
2003. Pada 8 Februari 2006, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia menyatakan bahwa wabah flu burung pertama
kali terjadi di Nigeria, kemudian menyebar hingga ke Mesir dan Kamerun.
Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas
sebagai jalur migrasi burung liar. Sehingga pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal terjadi di Tangerang, yang
disebabkan oleh flu burung subtipe H5N1. Hingga 6 Juni 2007, WHO telah mencatat sebanyak 310 kasus dengan
189 kematian pada manusia yang disebabkan virus ini termasuk Indonesia dengan 99 kasus dengan 79 kematian.
Hal ini dipengaruhi oleh matapencaharian penduduk Indonesia sebagai peternak unggas sehingga Indonesia rawan
pada penyebaran penyakit flu burung. Selain itu, kurangnya pengetahuan sebagian penduduk Indonesia terhadap
dampak dari flu burung juga ikut berpengaruh pada kasus penyebaran flu burung.
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang menyebar antar unggas. Virus influenza ini
termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (drift, shift), dan dapat
menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang
ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N) dan memiliki waktu inkubasi selama 1 minggu pada
unggas dan 3 hari pada manusia. Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar
H5N1. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Virus ini
akan mati dalam suhu yang tinggi (60ᵒC selama 30 menit), namun dapat bertahan hidup pada suhu rendah (0ᵒC
selama lebih dari 30 hari). Gejala flu burung pada unggas adalah kematian secara mendadak dengan laju mortalitas
mendekati 100%, jengger berwarna biru, dan luka pada kaki. Sedangkan gejala umum yang terjadi pada manusia
adalah demam tinggi (suhu badan di atas 38ᵒC), batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran pernapasan atas,

1
pneumonia, infeksi mata, dan nyeri otot. Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga pasien perlu
segera mendapatkan perhatian medis. Virus H5N1 lebih patogen daripada subtipelainnya sehingga disebut dengan
Highly Pathogenic H5N1 Avian Influenza (HPAI).

1.2.     Rumusan Masalah

1.        Apa pengertian flu burung ?


2.      Patofisiologi flu burung ?
3.      Etiologi flu burung ?
4.      Tanda dan gejala flu burung ?
5.        Cara penularan flu burung ?
6.      Cara pencegahan flu burung ?
7.      Penatalaksanaan flu burung ?

1.3.     Tujuan

1.         Mengetahui pengertian flu burung


2.      Mengetahui patofisiologi flu burung
3.        Mengetahui etiologi flu burung
4.      Mengetahui tanda dan gejala flu burung
5.      Mengetahui cara penularan flu burung
6.      Mengetahui cara pencegahan flu burung
7.      Mengetahui penatalaksanaan flu burung

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1.    Pengertian Flu Burung

Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang burung/unggas/ayam .
Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus influenza dengan kode genetik H5N1
(H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat menular dari burung ke burung ternyata dapat pula
menular dari burung ke manusia.

2.2.     Patofisiologi Flu Burung

Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung dengan ayam atau unggas yang
terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula
mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah
yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke
manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga
belum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi.
Satu- satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika
virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan
feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung,misalnya karena menyentuh unggas secara
langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat
peternakan (termasuk melalui pakan ternak).
Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani
kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain. Secara umum,
ada 3 kemungkinan mekanisme penularan dari unggas kemanusia.Dalam hal penularan dari unggas ke manusia,
perlu ditegaskan bahwa penularan pada dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas
yang telah dimasak, digoreng dan lain-lain,tidak menularkan flu burung ke orang yang memakannya. Virus flu
burung akan mati dengan pemanasan 80°C selama 1 menit.
Penyebaran virus Avian Influenza (AI) terjadi melalui udara droplet infection di mana virus dapat tertanam
pada membran mukosa yang melapisi saluran nafas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran
droplet). Virus yang tertanam pada membran mukosa akan terpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat
yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies
darimana virus berasal. Virus avian influenza manusia (Human influenza viruses) dapat berikatan dengan alpha 2,6
sialiloligosakarida yang berasal dari membran sel di mana didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan
dengan residu galaktosa melaluiikatan 2,6 linkage.

3
2.3.     Etiologi Flu Burung

Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini, yaitu; dapat bertahan hidup di air
sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C.Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang
sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit. Dikenal beberapa tipe Virus
influenza, yaitu; tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu; H1N 1, H3N2,
H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain.
Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1
(H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari basil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang
sakit mengeluarkan virus Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus Inluenza A (H5N1)
merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas. Secara umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia,
namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.

2.4.    Tanda dan Gejala Flu Burung

Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia. 


a.       Gejala pada unggas:
·         Jengger berwarna biru
·         Borok di kaki 
·         Kematian mendadak
b.      Gejala pada manusia:
·         Demam (suhu badan diatas 38 °C) 
·         lemas 
·         Pendarahan hidung dan gusi 
·         sesak nafas 
·         muntah dan nyeri perut serta diare 
·         Batuk dan nyeri tenggorokan 
·         Radang saluran pernapasan atas 
·         Pneumonia 
·         Infeksi mata 
·         Nyeri otot

4
MASA INKUBASI 
·         Pada Unggas : 1 minggu 
·         Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21
hari
DEFINISI KASUS
1.      Kasus Suspek
Kasus suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam (temp > 38°C), batuk dan atau
sakit tenggorokan dan atau ber-ingus serta dengan salah satu keadaan;
·         seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit flu burung.
·         kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan.
·         bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai
menderita flu burung
2.      Kasus "Probable"
Kasus "probale" adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan;
·         Bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A (H5N1), misal : Test HI yang menggunakan
antigen H5N1.
·         Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonia gagal pernafasan/ meninggal.
·         Terbukti tidak terdapat penyebab lain.
3.      Kasus Kompermasi
Kasus kompermasi adalah kasus suspek atau "probale" didukung oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium;
·         Kultur virus influenza H5N1 positip.
·         PCR influenza (H5) positip.
·         Peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali

2.5.     Cara Penularan Flu Burung

Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir dari hidung
dan feces. Penyakit ini juga dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau
sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika
bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam,
pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya. 

5
Unggas yang sakit oleh Influenza A atau virus H5N1 dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam
kotorannya. Virus itu dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 22 derajad celcius dan lebih dari 30
hari pada nol derajad celcius. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama.
Virus ini mati pada pemanasan 56 derajat Celcius dalam 3 jam atau 60 derajad celcius selama 30 menit. Bahan
disinfektan fomalin dan iodine dapat membunuh virus menakutrkan ini.
Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Burung yang terinfeksi virus akan mengeluarkan virus
ini melalui saliva (air liur), cairan hidung, dan kotoran. Avian Virus influenza avian dapat ditularkan terhadap
manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung virus
kepada manusia. Cara lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral
atau melalui saluran pernapasan. 

Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain: 


1. Ayam dan manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1) telah
menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk
mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung. Pada
tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya kasus Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa
menimbulkan kematian. Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A (H5N1) dan
satu orang meninggal.
2. Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7) dan satu diantaranya meninggal. 
3. Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 kasus Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam (19) dan Thailand (6) yang
menyebabkan 19 orang meninggal (5 di Thailand, 14 di Vietnam)

2.6.      Cara Pencegahan Flu Burung

1.      Pada Unggas: 


·         Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
·         Vaksinasi pada unggas yang sehat 
2.      Pada Manusia: 
Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang): 
·         Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja. 
·         Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
·         Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).

6
·         Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja. 
·         Membersihkan kotoran unggas setiap hari. 
·         Imunisasi.
3.      Masyarakat umum: 
·         Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
·         Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu : Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit
pada tubuhnya) 
·         Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640 °C
selama 4,5 menit.
·         Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan (dapat dengan alcohol
70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5%untuk alat2/instrumen) 
·         Lakukan pengamatan pasif terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya. Perhatikan keluhan-keluhan
seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan.

2.7.    Penetalaksanaan Flu Burung

Pengobatan bagi penderita flu burung adalah: 


·         Oksigenasi bila terdapat sesak napas. 
·         Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus). 
·         Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari. 
·         Anti replikasi neuramidase (inhibitor): Tamiflu dan Zanamivir
·         Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan
dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
CATATAN PENTING 
Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe H5N1. 
PENTING YANG HARUS ANDA KETAHUI DARI FLU BURUNG DARI WHO Petunjuk bagi penduduk yang
tinggal di daerah yang tertular flu burung Penyebaran flu burung di daerah yang tertular bisa dicegah:
1.      orang sebaiknya menghindari kontak dengan ayam, bebek dan unggas lainnya kecuali sangat perlu. Ini adalah cara
terbaik untuk mencegah infeksi oleh flu burung.
2.      Anak anak memiliki resiko yang lebih tinggi karena mungkin mereka bermain di tempat di mana unggas berada.
Ajarilah anak anak untuk mengikuti petunjuk berikut:
·         Hindari kontak dengan unggas jenis apapun, dengan bulu bulunya, kotoran maupun limbahnya.

7
·         Jangan memelihara unggas sebagai hewan kesayangan.
·         Cucilah tangan dengan air dan sabun setiap sesudah bersentuhan dengan unggas.
·         Jangan tidur di dekat tempat pemeliharaan unggas.
3.      Jangan memindahkan unggas baik yang hidup maupun yang mati dari satu tempat ke tempat lain, bahkan
sekalipun anda kira unggas tersebut sehat.
4.      Menangani unggas di daerah tertular harus dilakukan ditempat, tanpa memindahkannya ke luar dari area tersebut.
5.      Jangan memasak unggas berasal dari daerah tertular untuk makanan keluarga maupun hewan peliharaan anda.
Penyembelihan dan penanganan unggas tersebut untuk makanan adalah berbahaya.
6.      Apabila anda secara tidak sengaja kontak dengan unggas di daerah tertular, seperti misalnya menyentuh badan
unggas, feses atau kotoran unggas yang lain, atau berjalan di atas tanah di mana ada kotoran unggasnya:
·         Cucilah tangan sampai bersih memakai air dan sabun sesudah setiap kontak.
·         Lepaskan sepatu di luar rumah dan dibersihkan.
·         Periksa suhu tubuh anda sekali setiap hari selama 7 hari. Apabila anda demam ( di atas 37.5 oC), periksakan diri
anda ke dokter atau ke rumah sakit terdekat dengan segera.
7.      Penanganan yang benar terhadap unggas yang sakit, diduga karena flu burung atau unggas yang mati merupakan
kontrol yang penting untuk mencegah penyebaran penyakit.
8.      Anak anak di jaga agar tidak mendekati unggas yang sakit atau mati.
9.      Apabila anda harus menangani unggas yang mati atau sakit, pakailah alat pelindung, seperti masker, goggle
(pelindung mata), sepatu boot, sarung tangan..
Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, gunakan kain/sapu tangan untuk menutup mulut dan hidung, pakailah
kaca mata, gunakan tas plastik sebagai sarung tangan dan pembungkus sepatu dan mengikatnya pada pergelangan
tangan dan kaki dengan karet. Pakailah baju overall yang bisa dicuci.
10.  Apabila anda baru pertama kali mendapati unggas yang sakit atau mati dan tidak yakin situasinya, segera beritahu
petugas yang berwenang dan serahkan penangan unggas tersebut kepada ahlinya. Dekontaminasi kebun atau
kandang ayam akan membantu menghambat penyebaran penyakit.
11.  Apabila mungkin, mintalah jasa petugas yang ahli untuk membantu dekontaminasi kebun atau kandang ayam.
12.  Apabila hal itu tidak mungkin, dan anda harus mengejakannya sendiri, pakailah perlengkapan untuk melindungi
mata, kepala, tangan, kaki dan bagian bagian lain yg tidak tertutup pakaian.
13.  Unggas yang mati harus dikubur dengan aman 
14.  Pembersihan yang efektif akan menghilangkan bulu bulu atau feses yang tertinggal di kandang.
15.  Virus flu bisa bertahan untuk sementara waktu di bahan bahan organic, jadi melalui pembersihan total dengan
deterjen merupakan langkah yang amat penting. Semua bahan organic harus disingkirkan dari kandang ayam
sedapat mungkin.

8
16.  Oleh karena area terbuka (pekarangan) yang digunakan untuk memelihara unggas sulit untuk di bersihkan ataupun
didesinfeksi, unggas sebaiknya ditiadakan dari area tersebut selama paling sedikit 42 hari untuk membiarkan
radiasi ultraviolet menghacurkan sisa sisa virus. Periode pengosongan ini perlu diperpanjang pada musim dingin
(hujan).
17.  Penyemprotan desinfektan pada tumbuh tumbuhan di pekarangan/kebun maupun pada tanah hampir tidak ada
gunanya, karena bahan kimia tersebut akan diinaktifkan oleh bahan organic. Pengupasan lapisan tanah biasanya
tidak dianjurkan kecuali bila kontaminasi feses pada tanah tersebut sangat berat. Unggas yang mati dan
feses/kotorannya harus dikubur. 
18.  Sedapat mungkin, mintalah bantuan dari petugas peternakan setempat bagaimana cara mengubur bangkai unggas
dengan aman.
19.  Pada waktu mengubur bangkai unggas dan fesesnya, usahakan untuk tidak menimbulkan debu. Semprotlah terlebih
dahulu area penguburan dengan air untuk melembabkan. Kuburlah bangkai unggas dan fesesnya dengan
kedalaman paling sedikit 1 meter.
20.  Setelah bangkai unggas telah dikubur dengan benar, bersihkan seluruh area dengan seksama menggunakan deterjen
dan air. Virus flu relatif bisa dimatikan oleh berbagai jenis deterjen dan desinfektan. Pakaian pelindung yang
terkontaminasi harus ditangani dengan benar atau dimusnahkan.
21.  Setelah area dibersihkan, lepaskan semua perlengkapan pelindung dan cucilah tangan dengan air dan sabun.
22.  Cucilah pakaian menggunakan air panas atau air sabun yang hangat. Jemurlah dibawah sinar matahari.
23.  Letakkan sarung tangan bekas pakai dan benda benda lain yg akan dimusnahkan ke dalam kantung plastik untuk
dimusnahkan dengan aman.
24.  Bersihkan semua perlengkapan yang bisa dipakai kembali seperti misalnya sepatu boot dan kaca mata pelindung
menggunakan air dan deterjen, tapi jangan lupa untuk mencuci tangan setelah memegang benda benda tersebut.
25.  Benda benda yang tidak dapat dibersihkan dengan baik harus dimusnahkan.
26.  Bersihkan badan/ mandi dengan air dan sabun. Cucilah rambut juga.
27.  Hati hati untuk tidak menyentuh lagi pakaian atau benda yang terkontaminasi, atau mengotori lagi area yang telah
dibersihkan.
28.  Yang paling penting, cucilah tangan setiap selesai menangani benda benda yang terkontaminasi.
Alas kaki/sepatu juga harus didekontaminasi.
29.  Setelah berjalan di area yang mungkin terkontaminasi ( misalnya: peternakan, pasar, kebun tempat memelihara
ayam), bersihkan sepatu sebaik mungkin menggunakan air dan sabun.
30.  Pada saat membersihkan sepatu, berhati hati agar tidak ada kotoran yang terpercik ke wajah atau ke baju. Pakailah
kantong plastik untuk melindungi tangan, lindungi mata dengan kaca mata atau goggles, tutuplah hidung dan mulut
dengan kain/ saputangan.

9
31.  Tinggalkan sepatu dan sepatu boot di luar rumah sampai kita merasa yakin sepatu tersebut sudah benar benar
bersih. Orang orang yang menderita gejala flu/pilek sebaiknya lebih berhati hati.
32.  WHO percaya bahwa sangatlah penting untuk mencegah penyebaran flu manusia pada area yang terkena flu
burung. Apabila flu manusia dan flu burung saling kontak, ada resiko terjadinya pertukaran materi genetis yang
bisa menimbulkan terbentuknya jenis virus baru.
33.  Setiap orang yang sedang menderita flu/pilek haruslah berhati hati dengan kotoran dari hidung(ingus) dan
mulutnya pada saat berada di sekitar orang lain, terutama anak anak, untuk mencegah penularan flu manusia.
34.  Tutuplah hidung dan mulut pada waktu batuk atau bersin. Gunakan tissue dan dibuang setelah sekali pakai.
Ajarkan anak anak untuk melakukan hal ini juga.
35.  Selalu mencuci tangan dengan air dan sabun setiap sehabis menyentuh kotoran hidung atau mulut karena kotoran
tersebut bisa mengandung virus.
36.  Anak anak cenderung untuk menyentuh wajah, mata dan mulut dengan tangan yang masih kotor. Ajarkan pada
anak anak untuk mencuci tangan setelah batuk, bersih dan menyentuh benda benda yang kotor.
37.  Laporkan ke petugas kesehatan segera dan konsultasikan ke ahli kesehatan apabila anda menderita demam dan atau
gejala seperti flu. Tindakan pencegahan bisa dilakukan apabila mengunjungi teman/saudara yang dirawat di rumah
sakit
38.  Apabila anda mengunjungi pasien yang menderita flu burung, ikuti petunjuk dari petugas rumah sakit untuk
mengenakan pakaian pelindung, termasuk masker, jas laboratorium, sarung tangan dan goggles (pelindung mata).
39.  Pakaian pelindung seperti itu dibutuhkan apabila anda akan kontak secara langsung dengan pasien atau lingkungan
di mana pasien berada.
40.  Pastikan bahwa masker yang anda kenakan unkurannya pas buat anda. Apabila tidak, bicarakan dengan petugas
rumah sakit.
41.  Pada waktu anda meninggalkan ruangan pasien, anda harus melepaskan semua pakaian pelindung tersebut dan
mencuci tangan dengan air dan sabun. Di daerah tertular, di mana adanya flu burung telah dipastikan, jangan
mengkonsumsi daging ayam yang berasal dari ayam yang sakit atau mati.
42.  Di daerah tertular, disarankan untuk tidak memanfaatkan ayam sakit atau mati untuk makanan orang maupun
hewan. Walaupun nampak sehat, ayam yang berasal dari daerah tertular jangan dimanfaatkan untuk makanan. Di
daerah sekitarnya ( yang berdekatan dengan daerah tertular) beberapa tindakan pencegahan perlu dilakukan.
43.  Secara umum, hanya unggas yang sehat yang boleh dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
44.  Untuk memotong/mematikan unggas, gunakan cara cara agar anda maupun lingkungan di rumah anda tidak
dicemari oleh darah, debu, feses maupun kotoran lain yang berasal dari unggas tersebut. Tanyakan ke petugas
peternakan setempat mengenai prosedur pemotongan unggas yang benar.

10
45.  Untuk pencabutan bulu, gunakan cara yang benar agar tidak mengotori anda maupun lingkungan tempat tinggal
anda. Cara terbaik adalah dengan merendam unggas tersebut di dalam air panas sebelum mencabuti bulunya.
46.  Untuk membersihkan isi perut dan usus unggas gunakan cara yang benar agar tidak mengotori lingkungan tempat
tinggal anda.
47.  Jangan menyentuh benda benda lain maupun wajah anda (misalnya: mengusap mata) pada saat anda melakukan
prosedur prosedur tersebut di atas, kecuali setelah anda mencuci tangan dengan air dan sabun. Lakukan semua
tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa unggas atau produk asal unggas diproses dengan benar dan aman
untuk di konsumsi.
48.  Ayam diproses secara higienis dan di masak sampai matang, contohnya: sudah tidak ada lagi cairan berwarna
kemerahan, ayam dianggap aman untuk di makan.
Tetapi perlu diingat bahwa apabila ayam tersebut mengandung penyakit menular spt misalnya flu burung, orang
yang memasak ayam tersebut mempunyai resiko tertular demikian juga lingkungan tempat ayam itu dipersiapkan
untuk dimasak bisa tercemar oleh virus.
49.  Telur juga bisa membawa bibit penyakit, seperti misalnya virus flu burung di bagian dalam telur maupun di kulit
luarnya. Telur mentah dan kulit telur harus ditangani dengan hati hati. Cucilah kulit telur dengan air sabun dan
cucilah tangan setelahnya. Telur yang dimasak sampai matang (direbus selama 5 menit pada temperature 70oC)
tidak akan menularkan virus flu burung apabila dimakan.
50.  Secara umum, semua makanan harus dimasak sampai matang, mencapai temperatur paling sedikit 70oC atau lebih
di bagian dalam.

2.8 .    Pathway atau Jalur

PATHWAY

FLU BURUNG

UNGGAS : melalui tinja kemudian mongering dan di hirup


 
LANGSUNG TIDAK LANGSUNG

1.      Kontak langsung dgn unggas 1. Transfuse darah


2.      Kendaraan yg mengangkut binatang 2. Penyebaran flu

11
3.      Alat-alat peternakan
4.      pakaian

virus avian influenza

menyebar melalui udara


memasuki alveoli
radang dan bengkak
peningkatan produksi eksudat
bersihan jalan nafas tidak efektif

2.9. Asuhan Keperawatan Flu Burung

ASKEP
KASUS FLU BURUNG
Tn F (35 thn) masuk rumah sakit atas rujukan dari puskesmas setempat karena diindikasikan suspek flu burung.
Klien mengalami demam dengan suhu 390C, sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala, batuk- pilek, dengan dahak
yang banyak dan sesak nafas RR: 24x/menit, ronkhie (+). Seminggu terakhir klien sibuk mengurus unggas-
unggasnya yang kebetulan banyak yang mati mendadak. Saat dilakukan pemeriksaan di RS didapatkan: keadaan
umum klien lemah, kesadaran: CM (compos mentis), TD: 125/80 mmHg, HR: 100x/menit, saturasi oksigen 98%,
isolasi virus H5N1 dalam sekret hidung dan dahak, akantetapi gambaran rontgen thorak belum menunjukan adanya
infiltrat.

1.      Data Fokus


ü  DS :
a.      Seminggu terakhir klien sibuk mengurus unggas-unggasnya yang kebetulan banyak yang mati mendadak

12
b.      Sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala, batuk pilek dengan dahak yang banyak dan sesak nafas

ü  DO :
a.      KU : lemah
b.      TTV : TD 125/80 mmHg, HR 100 x/menit, RR 24x/menit, Suhu 390C, ronkhie (+), saturasi oksigen 98 %
c.       Kesadaran: CM (compas mentis)
d.      Isolasi virus H5N1 dalam sekret hidung dan dahak

2.      Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem


.

1. DS DO Sekresi tertahan Ketidak efektipan


jalan nafas
        Sakit - RR : 24 x/menit
tenggorokan -    Rokhie : (+)
        Batuk pilek -    Saturasi oksigen
dengan dahak 98%
yang banyak dan -    Isolasi firus H5N1
sesak nafas dalam sekret hidung
dan dahak

2. DS DO Invasi virus Hipertermia

13
-seminggu -TD : 125/80
terakhir klien mmHg
sibuk mengurus -Suhu : 39 0C
unggas- -RR : 24 x/menit
unggasnya yang -   HR : 100 x/menit
kebetulan banyak -   Rhonkie : (+)
yang mati
mendadak

3.      Diagnosa keperawatan


                                 1.         Hipertermia berhubungan dengan invasi virus ditandai dengan :
ü  DS : - seminggu terakhir klien sibuk mengurus unggas-unggasnya yang kebetulan banyak yang mati mendadak
.
ü  DO : - suhu : 390C
-   RR : 24 x/menit
-   Ronkie : (+)
-   HR : 100 x/menit

ü  Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan sekresi tertahan yang ditandai dengan :
ü  DS : -Pasien mengeluh sakit tenggorokan.
-   Nyeri otot, sakit kepala, batuk pilek dengan dahak yang banyak dan sesak nafas
ü  DO : -RR : 24 x/menit
-ronkie (+)
-saturasi oksigen : 98 %
-   Isolasi virus H5N1 dalam sekret hidung dan dahak

4.      Intervensi

14
Jam/tg No. Tujuan Intervensi Rasional TTD
l Dx (NOC) (NIC)

-Monitor TTV pasien. -untuk


selasa, I Setelah dilakukan
- Berikan cairan dan mengetahui
24/12/ tindakan keperawatan
nutrisi secukupnya keadaan pasien
12, selama 1x24 jam,
kepada klien -Agar
termoregulation (0800)
-Ajarkan klien tercukupnya
dapat teratasi dengan
memasukkan cairan kebutuhan
07.00 kriteria hasil :
melalui oral cairan pada
-pernafasan dengan
-kolaborasikan dengan klien.
07.30 batas normal 16-20
dokter untuk -Agar pasien
x/menit (080013)
pemberian obat dapat
08.00 - Radial pulse dengan
parasetamol memasukkan
batas normal 60-100
cairan secara
x/menit (080012)
mandiri
-hipertermia dengan
-agar
batas normal (36-370C)
mempercepat
kesembuhan
klien

rabu,2 II. Setelah dilakukan Airway management -Untuk


6/12/1 tindakan keperawatan (3140) mengetahui
2 selama 1x24 jam, -pantau pernafasan keadaan
07.00 ketidak efektifan jalan dan status klien pernafasan klien
nafas (0410) dengan -dorong klien untuk - Agar klien
07.30 kriteria hasil : menggunakan nafas dapat bernafas
08.00 -pernafasan (16-20 dalam dengan lancar
x/menit) (041004) -Ajarkan klien -Agar klien
-pernafasan normal bagaimana cara batuk dapat
dengan kriteria tidak efektif mengeluarkan
09.00 menggunakan alat -Kolaborasi dengan dahak
bantu nafas dan suara dokter untuk -Agar
nafas (041005) pemberian obat memperlancar

15
-kemampuan untuk pengencer dahak bila pernafasan klien
09.30 mengeluarkan sekret perlu dilakukan dan
dengan batuk efektif suction mempercepat
(041012) kesembuhan
-penumpukan sekret klien
dapat diatasi dengan
batuk efektif (041021)
       

5.      Implementasi

Hari/tgl Jam No. Implementasi Respon TTD


Dx

-Memonitor TTV
Selasa, 11.00 I. -DS: -.
24/12/12 -DO:
                  suhu= 360C
                  RR = 19 x/menit
                  Ronkie = (-)
-Memberikan cairan dan
Selasa, 12.00                   HR = 80 x/menit
nutrisi secukupnya kepada
24/12/12
klien
DS:
- Klien mengatakan
kondisinya sudah membaik
DO:
        Klien terlihat segar dari
sebelumnya

-Mengajarkan klien
Selasa, 13.00
memasukkan cairan melalui
24/12/12
oral
DS:

16
-klien mengatakan sudah bisa
memasukkan cairan melalui
oral secara mandiri
DO:
-  Klien terlihat dapat
memasukkan cairan melalui
-berkolaborasi dengan
Selasa, 14.00 oral dengan baik
dokter dalam pemberian
24/12/12
obat penurun panas
(parasetamol)
DS:
-klien mengatakan
kondisinya mulai membaik
dan demamnya turun
DO:
-    Suhu tubuh klien normal
360C

rabu, 10.00 II         Memantau pernafasan dan -DS: klien mengatakan sulit
26/12/12 status oksigen bernafas karena adanya
penumpukan sekret
DO: klien terlihat sesak dan
        Mondorong klien untuk adanya bunyi ronkie
menggunakan nafas dalam
-DS: klien mengatakan dapat
menggunakan nafas dalam
DO: klien terlihat dapat
        Mengajarkan klien menggunakan nafas dalam
bagaimana cara batuk dengan baik
efektif
-DS: klien mengatakn dapat
menggunakn batuk efektif
DO: klien terlihat dapat
        Berkolaborasi dengan menggunakan batuk efektif

17
dokter dalam pemberian dengan baik
obat pengencer dahak bila
perlu dilakukan suction -DS: klien mengatakn dapat
bernafas dengan lega
DO: klien terlihat bernafas
dengan baik dan lancar.

6.      Evaluasi

Tgl/jam No. Evaluasi TTD


Dx

Selasa, I. S : Pasien mengatakan kondisinya mulai membaik


24/12/12 dan kebutuhan cairan sudah terpenuhi
2012 O : pasien terlihat tenang dan segar dari
sebelumnya
TTV:
-Suhu : 360C
-HR: 80x/menit
-RR : 19x/menit

A : hipertermia teratasi keseluruhan


P : hentikan intervensi

Rabu, II. S:
26/12/12 - klien mengatakan sulit bernafas karena adanya
10.30 penumpukan sekret
- klien mengatakan dapat menggunakan nafas
dalam
- klien mengatakn dapat batuk efektif

18
- klien mengatakn dapat bernafas dengan lega
tanpa hambatan

O:
- klien terlihat sesak dan adanya bunyi ronkie
- klien dapat menggunakan nafas dalam
-klien terlihat dapat batuk efektif
-klien terlihat bernafas dengan baik dan lancar

A : Airway management teratasi keseluruhan


P : Hentikan intervensi

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang burung/unggas/ayam .
Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus influenza dengan kode genetik H5N1
(H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat menular dari burung ke burung ternyata dapat pula
menular dari burung ke manusia Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung dengan
ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang
terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam
bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebih mudah
menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia.
Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1
(H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari basil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang
sakit mengeluarkan virus Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus Inluenza A (H5N1)

19
merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas. Secara umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia,
namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.

3.2. Saran

1.    Dalam penanggulangan Flu Burung dibutuhkan peningkatan komtmen politis dan dukungan multisektoral.
2.    Kasus Flu Burung  yang terus meningkat memerlukan penanggulangan yang lebih intensif, dititik beratkan pada
pencegahan dan diintegrasikan dengan perawatan, dukungan serta pengobatan terhadap Orang yang terkena
penyakit Flu Burung
3.    Mencegah dan mengurangi penularan Flu Burung terutama melalui informasi dan edukasi mengenai Flu Burung
dan pencegahanya kepada masyrakat terutama kelompok rawan.
4.    Dalam penanggulangan Flu  Burung perlu ditingkatkan pula:
·         Sarana dan prasarana deteksi, konseling, perawatan dan pengibatan
·         Pendidikan dan pelatihan
·         Penelitian dan pengembangan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.klikdokter.com/penyakit/flu-burung

https://www.dettol.co.id/illness-prevention/illnesses/bird-flu/

https://id.wikipedia.org/wiki/Flu_burung

https://www.academia.edu/29336832/Asuhan_Keperawatan_ASUHAN_KEPERAWATAN_FLU_BURUNG

20

Anda mungkin juga menyukai