Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPRERAWATAN PADA KLIEN PERITONITIS

MAKALAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
yang diampu oleh Ns. Tina Muzaenah, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh:

Fajar Aji Nugroho 1811010016 Yolanda Dwi Rahayu 1811010023


Yusuf Sahrul M 1811010017 Sri Rahayu 1811010024
Dela Suci Lestari 1811010018 Nur Fitria Putri Y 1811010026
Faiz Imaduddin F 1811010019 Afif Agung Purnomo 1811010027
Irna Risnawati 1811010020 Sekar Ayu Rachmadyan 1811010028
Windi Nur O 1811010021 Silvie Aprilia 1811010029
Michaily Rizky 1811010022

PROGAM STUDI KEPERAWATAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Tidak lupa pula sholawat serta salam kami
panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Kami juga menyampaikan terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah


Keperawatan Medikal Bedah yang telah membantu dan membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN PERITONITIS”

Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini,
sehingga kami senantiasa terbuka untuk menerima saran serta kritik pembaca demi
penyempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua, khususnya bagi mahasiswa prodi Keperawatan DIII Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

Purwokwerto, 15 November 2019

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………….……………………….. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………....ii

DAFTAR ISI ...……………………..……………………………………………….iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...…………………....……………………………………4

A. Latar Belakang ...……...………………………………………………………4


B. Rumusan Masalah …...…………………………………………………..……4
C. Tujuan ...……………………………………………………………..………..5

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………….6

A. Pengertian Peritonitis …......…………………………………………………..6


B. Macam-Macam Peritonitis ...………………..……………...…………………8
C. Etiologi Peritonitis ……………………………………………..……………10
D. Patofisiologi Peritonitis ….…………………..……………………………...12
E. Manifestasi Klinik Peritonitis …………………………………………….....15
F. Faktor Resiko Peritonitis ……………………………………………………16
G. Pengobatan Peritonitis ……..…………………………..……………………16
H. Asuhan Keperawatan ……………………………………………………..…18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………….23
B. Saran ……………………………………………………………………...…23

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….24

LAMPIRAN……………………………………………………………………….......

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga


perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini
memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada
perforasi, perdarahan intra abdomen, infeksi, obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat
menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran
cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi
akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis,
perforasi ulkus gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi
kimiawi, ataudari luka tembus abdomen.
Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri (secara
inokulasi kecil-kecilan); kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulen, resistensi
yang menurun, dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif, merupakan faktor-
faktor yangmemudahkan terjadinya peritonitis.
Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap
keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan
melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan peritonitis.
Peritonitis selain disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen yang berupa
inflamasi dan penyulitnya, juga oleh ileus obstruktif, iskemia dan perdarahan. Sebagian
kelainan disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang
mengakibatkan perforasi saluran cerna atau perdarahan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari peritonitis ?
2. Apa macam-macam peritonitis ?
3. Bagaimana etiologi peritonitis ?
4. Bagaimana patofisiologi peritonitis ?

4
5. Bagaimana manifestasi klinik peritonitis ?
6. Apa faktor resiko peritonitis ?
7. Bagaimana pengobatan peritonitis ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien peritonitis ?
C. Tujuan
1. Mampu memahami pengertian peritonitis
2. Mampu mengetahui macam-macam peritonitis
3. Mampu mengetahui etiologi peritonitis
4. Mampu mengetahui patofisiologi peritonitis
5. Mampu mengetahui menifestasi klinik peritonitis
6. Mampu mengetahui faktor resiko peritonitis
7. Mampu mengetahui pengobatan peritonitis
8. Mampu mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien peritonitis

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Peritonitis
Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang kaya akan vaskularisasi dan aliran
limpa berfungsi untuk membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam (Price
& Wison, 2006). Peritonitis adalah inflamasi peritoneum yang bisa terjadi akibat infeksi
bacterial atau reaksi kimiawi (Brooker, 2001).
Peritonitis merupakan inflamasi rongga peritoneal dapat berupa primer atau
sekunder, akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi kapasitasperitoneal oleh
bakteri atau kimia. Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi
pada selaput rongga perut (peritoneum) lapisan membrane serosa rongga abdomen dan
dinding perut sebelah dalam. Peradangan ini merupakan komplikasi berbahaya yang
sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya, apendisitis,
salpingitis), rupture saluran cerna atau dari luka tembusnabdomen. Dalam istilah
peritonitis meliputi kumpulan tanda dan gejala, di antaranya nyeri tekan dan nyeri lepas
pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Pasien dengan
peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat
dan sistemik dengan syok sepsis. Peritoneum bereaksi terhadap stimulus patologik
dengan respon inflamasi bervariasi, tergantung penyakit yang mendasarinya.
Peritonitis adalah inflamasi peritonrum lapisan membrane serosa rongga abdomen
dan meliputi visera merupakan penyakit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut
maupun kronis. Kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada
palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda lain inflamasi.

6
Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum (lapisan serosa yang menutupirongga
abdomen dan organ-organ abdomen di dalamnya). Suatu bentuk penyakit akut, dan
merupakan kasus bedah darurat. Dapat terjadi secara local maupun umum, melalui proses
infeksi akibat perforasi usus, misalnya pada rupture appendiks atau di vertikulum kolon,
maupun non infeksi, misalnya akibat keluarnya asam lambung pada perforasi gaster,
keluarnya asam empedu pada perforasi kandung empedu. Pada wanita peritonitis sering
disebabkan oleh infeksi tuba falopi atau rupture ovarium.

Peritoneum dibagi atas :

a. Peritoneum parietal dan peritoneum visceral


Peritoneum adalah membrane serosa rangkap yang terbesar didalam tubuh yang
terdiri dari bagian utama yaitu peritoneum parietal yang melapisi dinding rongga
abdominal dan peritoneum visceral meliputi semua organ yang ada didalam rongga itu.
Peritoneum parietal yaitu bagian peritoneum yang melapisi dinding abdomen dan
peritoneum yaitu lapisan yang menutup viscera (misalnya gaster dan intestinum).
b. Peritoneum penghubung
Peritoneum penghubung yaitu mesenterium, mesorectum, mesocolon,
mesosigmoid, dan mesoappendix. Mesenterium adalah satu set jaringan yang berdekatan
yang menempel usus ke dinding perut posterior pada manusia dan dibentuk oleh lipatan
ganda peritoneum. Ini membantu dalam menyimpan lemak dan memungkinkan

7
pembuluh darah, limfatik, dan saraf untuk memasok usus, di antara fungsi-fungsi lainnya.
Mesocolon dianggap sebagai struktur yang terfragmentasi, dengan semua bagian yang
disebut mesocolon yang naik, melintang, turun, dan sigmoid, mesoappendix, dan
mesorectum secara terpisah mengakhiri penyisipan mereka ke dinding perut posterior.
c. Peritoneum bebas
Omentum atau omenta adalah lipatan khusus peritoneum yang
menyertakan saraf, pembuluh darah, saluran limfa, jaringan lemak, dan jaringan ikat.
Terdapat dua jenis omentum. Pertama, adalah omentum yang lebih besar yang
menggantung lepas dari usus kecil dan memiliki kelengkungan yang lebih besar
dari lambung.Yang kedua adalah omentum minus yang memanjang antara perut dan hati.
d. Douglas pouch
Kavum douglas (ruang rektourin) merupakan bagian dari peritoneum antara
rectum posterior dengan permukaan posterior pada anterior uterus. Dalam ruang tersebut
terdapat usus halus dan sebagian dari cairan peritoneal dimana merupakan bagian yang
tergantung pada ruang intraperitoneal baik pada posisi berdiri atau telentang. Darah,
nanah, dan cairan bebas lainnya terdapat didalam kantung tergantung dari kondisi.
B. Macam-Macam Peritonitis
Peritonitis diklasifikasikan menjadi :
a) Menurut Agens
1. Peritonitis Kimia
Peritonitis Kimia adalah peritonitis yang biasanya disebabkan karena asam
lambung, cairan empedu, cairan pancreas yang masuk ke rongga abdomen
akibat perforasi.Peritonitis Septik
2. Peritonitis Septik
Peritonitis Septik adalah peritonitis yang disebabkan oleh kuman.
Misalnya karena ada perforasi usus, sehingga kuman-kuman usus dapat
sampai ke peritoneum dan menimbulkan perdangan.
b) Menurut sumber kuman
1. Peritonitis Primer
Peritonitis Primer merupakan peritonitis yang infeksi kumannya berasal
dari penyebaran secara hematogen. Sering disebut juga sebagai Spontane
Bacterial Peritonitis (SBP). Peritonitis ini bentuk yang paling sering
ditemukan dan disebabkan oleh perforasi atau nekrose (infeksi transmural)
dari kelainan organ visera dengan inokulasi bacterial pada rongga peritoneum.
Kasus SBP disebabkan infeksi monobakterial terutama oleh bakteri gram

8
negatif (E.coli, Klebsiella Pnuemonia, Pseudomonas, Proteus), bakteri gram
positif (Streptococcus Pneumonia, Staphylococcus).
Peritonitis Primer dibedakan menjadi:

 Spesifik

Peritonitis yang disebabkan oleh kuman yang spesifik, misalnya


kuman tuberkolosa

 Non-spesiik

Petotinitis yang disebabkan infeksi kuman yang non spesifik, misalnya


kuman penyebab peneumia yang tidak spesifik
2. Peritonitis Sekunder
Peritonitis ini disebabkan oleh beberapa penyebab utama, diantaranya
adalah:

 Invasi bakteri oleh adanya kebocoran traktus gastrointestinal atau


traktus genitourinarius kedalam rongga abdomen, misalnya pada:
perforasi appendiks, perforasi gaster, perfirasi kolon oleh divektikulasi,
volvulus, kanker, stragulasi usus, dan luka tusuk.

 Iritasi peritoneum akibat bocornya ensim pangkreas keperitoneum saat


terjadi pangkreatitis, atau keluarnya asam empedu akibat trauma pada
traktus biliaris.

 Benda asing misalnya, peritonial dialisis catheters.

Tetapi dilakukan dengan pembedahan untuk menghilangkan


penyebab infeksi [usus, appendiks, abses] antibiotik, analgetik untuk
menghilangkan rasa nyeri, dan cairan intervena untuk mengganti
kehilangan cairan.

Mengetahui sumber infeksi dapat mulai secara operatif maupun


non operatif

 Secara non operatif

9
Dilakukan drainase absea percutaneus, hal ini dapat digunakan dengan
efektif sebagai terapi, bila suatu abses dapat dikeringkan tanpa disertai
kelainan dari organ visare akibat infeksi intra-abdomen

 Cara operatif

Dilakukan bila ada abses disertai dengan kelainan dari organ visera
akibat inveksi intra abdomen.
Komplikasi yang dapat terjadi pada peritonitis sekunder antara lain
adalah syok septic, abses, perlengketan intraperitoneal.

3. Perotinitis Tersier

Biasanya terjadi pada pasien dengan Continuous Ambulatory Peritonial


Dialysis [CAPD], dan pada pasien Amunokompromise. Organisme penyebab
biasanya organisme yang hidup dikulit yaitu coagulase negativ Staphylococus
S.Aureus, gram negatif bacili, dan candida, mycobacteri dan fungus. Biasanya
terjadi abses, phlegmon, dengan atau tanpa fitula. Pengobatan diberikan
dengan antibiotika IV atau kedalam peritonium, yang pemberiannya
ditentukan berdasarkan tipe kuman yang didapat pada tes laboratorium.

Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya adalah peritonitis berulang,


abses intrabdominal. Bila terjadi peritonistis tersier ini sebaiknya katerer
dialisis dilepaskan.

C. Etiologi Peritonitis

Etiologi peritonitis dapat dibagi menjadi primer, sekunder, dan tersier.


Peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai primer bila terjadi infeksi yang berasal dari
diseminasi hematogen sumber infeksi yang jauh atau inokulasi langsung. Peritonitis
sekunder dapat diasosiasikan dengan sebuah proses patologis di organ viseral, seperti
perforasi atau trauma. Peritonitis tersier adalah adanya infeksi intra abdominal yang
persisten atau rekuren walaupun sudah dilakukan tatalaksana adekuat.

10
Peritonitis Primer (Spontan)
Peritonitis primer pada dewasa seringkali terdapat pada pasien yang memiliki
banyak cairan di dalam rongga peritoneum, terutama akibat asites, juga pada pasien
dengan gagal ginjal yang menggunakan dialisis peritoneum. Penyakit ini juga dapat
ditemukan pada pasien dengan kanker yang metastasis, sirosis pasca nekrosis, hepatitis
kronis aktif, hepatitis virus akut, penyakit jantung kongestif, lupus eritematosus sistemik,
dan limfedema. Infeksi pada peritonitis primer seringkali hanya disebabkan oleh satu
jenis mikroba seperti E. coli, K. pneumoniae, atau Pneumococcus.
Peritonitis Sekunder
Peritonitis sekunder seringkali disebabkan oleh kontaminasi isi organ intra
abdominal ke dalam kavum peritoneum. Kontaminasi ini dapat berasal dari perforasi atau
inflamasi berat dan infeksi di organ intraperitoneal. Contohnya, appendicitis, perforasi
ulkus gaster, tifoid, atau divertikulitis.
Peritonitis sekunder juga dapat disebabkan adanya instrumen medis yang
dimasukkan ke dalam rongga peritoneum, misalnya continuous ambulatory peritoneal
dialysis (CAPD). Selain itu, adanya bakteremia, misalnya pada sepsis, juga dapat
menyebabkan keadaan ini.
Peritonitis Tersier
Kegagalan terapi pada peritonitis dapat berkembang menjadi peritonitis tersier
atau peritonitis persisten. Peritonitis tersier merupakan kondisi yang lebih sering
ditemukan pada pasien dengan sistem imun yang lemah atau kombinasi regimen
antibiotik yang tidak efektif, di mana mikroba tidak terbunuh sepenuhnya. Contoh
mikroba dan kombinasi mikroba yang dapat ditemukan pada kondisi ini
adalah Enterococcus faecalis dan faecium, Staphylococcus epidermidis, Candida
albicans, dan Pseudomonas aeruginosa.

11
D. Patofisiologi Peritonitis
Invasi kuman kelapisan peritoneum Respon peradangan PERITONITIS
oleh berbagai kelainan pada system pada peritoneum dan
gastrointestinal dan penyebaran infeksi organ didalamnya
dari organ didalam abdomen atau
perforasi organ pasctrauma abdomen
Respons sistemik Penurunan aktivitas
fibrinolitik intra-abdomen

Peningkatan suhu tubuh


Pembentukan eksudat
fibrinosa atau abses pada
Hipertermia
peritonium
Ketidak efektifan bersihan
Penurunan kemampuan batuk jalan nafas
efektif

Nyeri
preoperatif
Invasi bedah laporatomi Respon lokal saraf terhadap Distensi abdomen
inflamasi
Kerusakan jaringan pasca
bedah
Llj Resiko Infeksi Pascaoperatif
Disfungsi motilitas
Gastrointestinal

Port de entre pasca bedah


Resiko psikologis misintepretasi
perawatan dan penatalaksanaan
pengobatan

Definisi pengobatan ketakutan


Kecemasan pemenuhan informasi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan resiko Intak nutrisi tidak
Suplai adekuat
darah keotak menurun
Resiko ketidakefektifan perfusi ketidakseimbangan elektrolit kehilangan cairan dan elektrolit
Gangguan gastrointestinal Syok sepsis
gastrointestinal
Resiko ketidakefektifan Perubahan tingkat
perfusi jaringan otak
Mual,muntah,kembung, kesadaran
Respons kardiovaskuler
anoreksia perfusi jaringan otak
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah Curah jantung
keluarnya menurun
eksudat
fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang
menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi.

12
Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai
pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran
mengalami kebocoran. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya interleukin, dapat
memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke perkembangan selanjutnya
dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan
cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk.
Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi
hipovolemia.
Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami
oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ-organ
tersebut meninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum dan lumen-lumen
usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen termasuk
jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia. Hipovolemia bertambah dengan
adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada, serta muntah.
Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut
meningkatkan tekanan intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit
dan menimbulkan penurunan perfusi. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum.
Dengan perkembangan peritonitis umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul
ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang
kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria.
Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat
mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus
karena adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan peristaltik usus
sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus sederhana yaitu
obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah dan dapat bersifat total atau
parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai terjepitnya pembuluh darah sehingga
terjadi iskemi yang akan berakhir dengan nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi
perforasi usus dan karena penyebaran bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat
terjadi peritonitis.

13
Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
kuman S. Typhi yang masuk tubuh manusia melalui mulut dari makan dan air yang
tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk keusus
halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami
hipertropi ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi,
perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi pada penderita yang demam selama kurang
lebih 2 minggu yang disertai nyeri kepala, batuk dan malaise yang disusul oleh nyeri
perut, nyeri tekan, defans muskuler, dan keadaan umum yang merosot karena toksemia.
Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan peritonium yang mulai di
epigastrium dan meluas keseluruh peritonium akibat peritonitis generalisata. Perforasi
lambung dan duodenum bagian depan menyebabkan peritonitis akut. Penderita yang
mengalami perforasi ini tampak kesakitan hebat seperti ditikam di perut. Nyeri ini timbul
mendadak terutama dirasakan di daerah epigastrium karena rangsangan peritonium oleh
asam lambung, empedu dan atau enzim pankreas. Kemudian menyebar keseluruh perut
menimbulkan nyeri seluruh perut pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, kadang
fase ini disebut fase peritonitis kimia, adanya nyeri di bahu menunjukkan rangsangan
peritonium berupa mengenceran zat asam garam yang merangsang, ini akan mengurangi
keluhan untuk sementara sampai kemudian terjadi peritonitis bakteria.
Pada apendisitis biasanya biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks
oleh hiperplasi folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis dan
neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan,makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen dan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan oedem, diapedesis bakteri,
ulserasi mukosa, dan obstruksi vena sehingga udem bertambah kemudian aliran arteri
terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan nekrosis atau
ganggren dinding apendiks sehingga menimbulkan perforasi dan akhirnya mengakibatkan
peritonitis baik lokal maupun general.
Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul abdomen
dapat mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang
berongga intra peritonial. Rangsangan peritonial yang timbul sesuai dengan isi dari organ
berongga tersebut, mulai dari gaster yang bersifat kimia sampai dengan kolon yang berisi

14
feses. Rangsangan kimia onsetnya paling cepat dan feses paling lambat. Bila perforasi
terjadi dibagian atas, misalnya didaerah lambung maka akan terjadi perangsangan segera
sesudah trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat sedangkan bila bagian bawah
seperti kolon, mula-mula tidak terjadi gejala karena mikroorganisme membutuhkan
waktu untuk berkembang biak baru setelah 24 jam timbul gejala akut abdomen karena
perangsangan peritonium.

E. Manifestasi Klinik Peritonitia

Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi
atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi, dehidrasi hingga menjadi
hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat
tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme
antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan
atau tegang karena iritasi peritoneum.
Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri
akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif
palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan
steroid, pasca transplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya
trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita
dengan paraplegia dan penderita geriatric.
Bisa juga mengalami tanda dan gejala sebagai berikut:
1. Syok (neurogenik, hipovolemik, atau septic) terjadi pada penderita peritonitis
umum
2. Demam, distensi abdomen
3. Nyeri tekan pada abdomen dan regiditas yang lokal, difusi, atrofi umum,
tergantung pada perluasan iritasi peritonitis
4. Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang
jauh dari lokasi peritonitisnya
5. Nausea, vomiting, penurunan peristaltik

F. Faktor Risiko Peritonitis

15
 Faktor risiko untuk peritonitis di antaranya adalah:
 Sirosis
 Cairan asites dengan total konsentrasi protein kurang dari 1 g/dL (<10 g/L)
 Riwayat peritonitis bakteri spontan sebelumnya
 Kandungan bilirubin serum di atas 2,5 mg/dL
 Perdarahan varises
 Malnutrisi
 Penggunaan obat proton pump inhibitors (PPI) [3]
Pada pasien dengan dialisis peritoneum, risiko peritonitis meningkat.
Beberapa faktor yang turut meningkatkan risiko ini adalah tingkat pendidikan
yang rendah, usia sangat muda atau sangat tua, jenis kelamin, diabetes mellitus,
dan jumlah albumin yang lebih rendah saat memulai continuous ambulatory
peritoneal dialysis (CAPD).
G. Pengobatan Peritonitis
Pengobatan Peritonitis antara lain:
1. Antibiotik, diresepkan untuk melawan infeksi dan mencegah penyebarannya.
Jenis dan durasi serangkaian antibiotik tergantung pada keparahan kondisi dan
jenis peritonitis yang Anda alami.
2. Operasi. Seandainya peritonitis disebabkan oleh usus buntu, perut atau usus besar
yang sobek, perawatan operasi sering kali penting untuk mengangkat jaringan
yang terinfeksi, mengobati penyebab infeksi, dan mencegah penyebaran infeksi.
3. Pengobatan lain. Tergantung pada tanda dan gejala, pengobatan di rumah sakit
mungkin termasuk obat nyeri, cairan intravena (IV), tambahan oksigen dan,
dalam beberapa kasus, transfusi darah.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada peritonitis dilakukan dengan cara yang sama seperti
pemeriksaan fisik lannya yaitu dengan :

1. Inspeksi

a. Pasien tampak dalam mimik menderita

b. Tulang pipi tampak menonjol dengan pipi yang cekung, mata cekung

16
c. Lidah sering tampak kotor tertutup kerak putih, kadang putih kecoklatan

d. Pernafasan kostal, cepat dan dangkal. Pernafasan abdominal tidak tampak


karena dengan pernafasan abdominal akan terasa nyeri akibat peritoneum

e. Distensi perut

2. Palpasi

a. Nyeri tekan, nyeri lepas dan defense muskuler positif

3. Auskultasi

a. Suara bising usus berkurang sampai hilang

4. Perkusi

a. Nyeri ketok positif

b. Hipertimpani akibat dari perut yang kembung

c. Redup hepar hilang, akibat perforasi usus yang berisi udara sehingga udara
akan mengisi rongga peritoneal, pada perkusi hepar terjadi perubahan suara
redup menjadi timpani

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat :

a. Lekositosis ( lebih dari 11.000 sel/...L ) dengan pergeseran ke kiri pada hitung
jenis. Pada pasien dengan sepsis berat, pasien imunokompromais dapat terjadi
lekopenia

b. Asidosis metabolik dengan alkalosis respiratorik

c. Bayangan peritonial fat kabur karena infiltrasi sel radang

d. Pada pemeriksaan rontgen tampak udara usus merata , berbeda dengan


gambaran ileus obstruksi

e. Penebalan dinding usus akibat edema

f. Tampak gambaran udara bebas

17
g. Adanya eksudasi cairan ke rongga peritoneum,sehingga pasien perlu
dikoreksi cairan, elektrolit , dan asam basanya agar tidak terjadi syok
hipovolemik.

H. Asuhan Keperawatan Pada Klien Peritonitis

Berikut adalah Asuhan Keperawatan yang diberikan pada klien Peritonitis:

1. Pengkajian

Data yang dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk


membuat rencana Asuhan Keperawatan Klien. Proses pengkajian keperawatan harus
dilakukan dengan sangat individual ( Sesuai masalah dan kebutuhan pasien dengan
kolelitiassis meliputi Anamnasea, Pemeriksaan fisik, dan Pemeriksaan Penunjang.

I. Anamnesa

a. Identitas pasien :

 Nama
 Jenis kelamin
 Umur
 Pekerjaan
 Suku/bangsa
 Pendidikan
 Tgl MRS

b. Riwayat kesehatan :

o Keluhan utama
Nyeri kesakitan dibagian perut sebelah kanan dan menjalar ke pinggang.
o Riwata penyakit sekarang
Peritonitis dapat terjadi pada seseorang peradangan iskemia, peritoneal diawali
terkontaminasi material, sindrom nevrotik, gagal ginjal kronik, lupus
eritematosus, dan serosis hepatis dengan asites.
o Riwayat penyakit dahulu
Seseorang dengan peritonitis pernah ruftur dengan saluran cerna, komplikasi
post operasi, operasi yang tidak stril dan akibat pembedahan dan trauma pada
kecelakaan seperti ruftur limfa dan hati.

18
o Riwayat penyakit keluarga
Secaraa patologi peritonitis tidak dapat diturunkan, namun jika peritonitis
disebabkan oleh bakterial primer seperti tuberkulosis maka kemungkianan
diturunkan ada

II. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum
b. Pemeriksaan fisik :
1) Siistem pernapasan (B1)
Pola irregular (RR > 20x/menit), dispnea restraksi otot bantu pernapasan,
serta otot bantu pernpasan
2) Sistem kardiovaskuler (B2)
Klien mengalami takikardi karna mediator inplamasi dan hipovelemia
vaskuler karna anoreksia vomip. Di dapatkan irama jantung irreguler akibat
pasien sok (neurogenik, hipovolemik atau septik ), akral dingn basah dan
pucet.
3) Sistem persarafan (B3)
Klien dengan peritonitis tidak mengalami ganggguan pada otak namun
hanya mengalami penurunan kesadaran.
4) Sistem perkemihan (B4)
Terjadi penurunan produksi urine.
5) Sistem pencernaan (B5)
Klien akan mengalami anoreksi dan naosea. Vomit dapat muncul akibat
proses patologis organ visceral (seperti obstruksi) atau secara sekunder
akibat iritasi peritoneal. Selain itu terjadi distensi abdomen bising usus
menurun, dan gerakan peristaltik usus turun (< 12x/menit)
6) Sistem muskuloskeletal dan integumen (B6)
Penderita peritonitis mengalami letih, sulit berjalan. Nyeri perut dengan
aktivitas. Keampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami
kelelahan, dan turgor kulit menurun akibat kekurangan volume cairan

ANALISA DATA

NO SYMPTOM ETIOLOGI MASALAH


1. DS:
 Keluarga klien

19
mengatakan nyeri
diseluruh
perutnya. Distensi Abdomen Nyeri
DO:
 k/u somnolent
 TD 90/60 mmHg
 RR : 16x/menit
 N : 90x/menit
 S : 36,7 C
2. DS :
 Sebelumnya klien
mempunyai
appendicitis yang
diobati sendiri Peradangan Hipertermi
dengan antibiotik
dari salinan resep
dokter 3bln
terakhir
DO: -
3. DS :
 Pasien susah
buang air besar Kontaminasi bakteri Konstipasi
DO :
 Tubuh pasien
lemas
4. DS :
 Keluarga
mengatakan klien
mengeluh mual,
sering muntah,
nafsu makan Kebutuhan Nutrisi tidak Nutrisi kurang dari
menurun terpenuhi kebutuhan tubuh
DO:

20
 Klien pusing
 Klien kekurangan
vitamin dan
mineral

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b.d proses peradangan
b. Nyeri Akut b.d agen injury ( Biologi , kimia , fisik , psikologis ) kerusakan jaringan,
akumulasi cairan dalam rongga abdomen
c. Konstipasi b.d penurunan peristaltik usus
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan untuk
memasukan atau mencerna nutrisi oleh karna faktor biologis, psikologis atau
ekonomi , anoreksia , mual muntah.

3. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Perencanaan
Tujuan Intervensi
o.
1. Nyeri Akut b.d NOC: NIC:
 Lakukan
agen injuri  Pain level
pengkajian
 Pain control
(biolog, kimia, nyeri secara
 Comfrot level setelah dilakukan
komprehen
fisik,
tindakan keperawatan selama 3x24 jam sif
psikologis), termasuk
nyeri berkurang, dengan kriteria hasil:
lokasi,
kerusakan  Mampu mengotrol nyeri {tahu
karakteristi
jaringan,akumu penyebab nyeri, mamu k, durasi,
frekunsi,
lasi cairan menggunakan teknik non
kualitas dan
dalam rongga farmakologi untuk mengurangi presipitas
abdomen  Observasi
nyeri, mencari bantuan)
reaksi
 Melaporkan bahwa nyeri
nonverbal
berkurang dengan menggunakan dari
ketidaknya
manajemen nyeri
mananBant
 Mampu mengenali nyeri (skala, u pasien
intesitas, frekunsi dn tanda dan
keluarag
nyeri) untuk

21
 Menyatakan rasa aman setelah mencari
dan
nyeri berkurang menemuka
 Tanda vital dalam rentang n dukungan
normal  Kontrol
 Tidak mengalami gangguan lingkungan
yang dapat
tidur mempengru
hi nyeri
seperti suhu
ruangan,
pencahayaa
n dan
kebisingan
 Kurangi
faktor
presipitasi
neri
 Kaji tipe
dan sumber
nyeri untuk
menentuka
n intervensi
 Ajarkan
tentan
teknik
nonfarmako
logi, napas
dalam,
relaksasi,di
straksi,
kompres
hangat?
dingin
 Berikan
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
 Tingkat
istiiriahat
 Berikan
informasi
tentang
nyeri
seperti

22
penyebab
nyeri ,
berapa lama
nyeri akan
berkuran
dan
antisipasi
ketidaknya
manan dari
prosedur
 Monitor
vital sign
sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama
kali

2. Hipertermia b.d NOC: NIC:


pross penyakit/ Thermoregulasi  Monitor
inflamasi Setelah dilakukan tindaka keerawatn selama sushu
3x24 jam pasien menunjukkan: sesering
Suhu tubuh dalam batas normal dengan kriteria mungkin
hasil:  Monitor

 Suhu 36-36,5 C warna dan


 Ndi dan RR dalam rntang normal suhu kulit
Tidak ada perubahan warna kulit dan  Monitor
tidak ada pusing, merasa nyaman tekanan
dara, nadi
dan RR
 Monitor
penurunan
tingkat
kesadaran
 Monitor
WBC,Hb
dan Hct

23
 Monitor
intake dan
outpu
 Berikan
antipiretik
 Kelola
antibiotik
 Selimut
pasien
 Berikan
cairan
intravena
 Kompres
pasien pada
lipat paha
dan akslia
 Tingkat
sirkulasi
udara
 Tingkatkan
intake dan
cairan
nutrisi
 Monitor
TD, nadi,
suhu, dan
RR
 Catat
adanya
fluktuasi
tekanan
darah
 Monitor
hidrasi

24
seperti
turgor kulit,
kelembaban
membran
mukosa)

3. Konstipasi b.d NOC: NIC:


penurunan  Bowel elimination Constipation
 Hydration
peristaltik usus /Impaction
Kriteria hasil:
 Mempertahankan bentuk management
feses lunak setiap 1-3  Monitor
hari tanda dan
 Bebas dari
gejala
ketidaknyamanan dan
konstipasi
konstipasi  Monitor
 Mengidentifikasi
bising usus
indicator untuk  Monitor
mencegah konstipasi feses:frekue
nsi,
konsistensi
dan volume
 Konsultasi
dengan
dokter
tentang
penurunan
dan
peningkata
n bising
usus
 Monitor
tanda dan
gejala

25
ruptur usus/
peritonitis
 Jelaskan
etiologi dan
rasionalisas
i tindakan
terhada p
pasien
 Identifikasi
faktor
penyebab
dan
konstribusi
konstipasi
 Anjurkan
pada psien
untuk
makan
buah-
buahan dan
serat tinggi
 Mobilisasi
bertahap
 Evaluasi
intake
makanan
dan
minimum
 Dukung
intake
cairan
 Kolborasik
an

26
pemberianl
aksatif
4. Ketidakseimba NOC : NIC :
 Kaji adanya
ngan nutrisi a. Nutritional status adequacy of nutrient
b. Nutritional status : food and fluid intake alergi makanan
kurang dari
c. Weight control  Monitor intake
kebutuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
nutrisi
tubuh b/d selama 3x24 jam nutrisi kurang teratasi  Monitor mual
ketidakmampua dengan indikator : dan muntah
 Albumin serum  Monitor adanya
n untuk
 Pre albumin serum
memasukan penurunan berat
 Hematokrit
atau mencerna  Hemoglobin badan
 Total iron banding capacity  Edukasi pasien
nutrisi oleh  Jumlah limfosit untuk banyak
karena faktor
minum
biologis,  Edukasi untuk
psikologis atau makan makanan
ekonomi. yang bergizi
 Kolaborasi
dengan ahli gizi
dalam pemberian
diet
 Kolaborasi
dengan doter
dalam pemberian
suplemen.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,
1994, dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan
kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,

27
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang
muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan
rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual),
kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995).
5. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan
dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang
sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali
kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
waktu dan kesediaan keluarga.
Penilaian keperawatan merupakan kegiatan melaksanakan rencana tindakan
yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil.
Langkah-langkah evaluasi :
1. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi
2. Mengumpulkan data baru tentang klien
3. Menafsirkan data baru
4. Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku
5. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
6. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
Hasil evaluasi :

28
1. Tujuan tercapai : jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan
2. Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar
dan kriteria yang telah ditetapan
3. Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama
sekali dan bahkan timbul masalah baru.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ
perut (peritonieum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ
perut dan dinding perut sebelah dala. Lokasi peritonitis bisa terlokalisir atau difuse,
riwayat akut atau kronik dan pathogenesis disebabkan oleh infeksi atau aseptic.
Ada dua tipe peritonitis yaitu primer dan sekunder. Peritonitis primer disebabkan
oleh penyebaran infeksi dari pembuluh limfe ke peritoneum. Penyebab peritonitis primer
yang paling umum adalah penyakit hati. Peritonitis sekunder adalah tipe peritonitis yang
lebih umum.
Peritonitis juga dapat bersifat akut dan kronis. Peritonitis akut adalah peradangan
yang tiba-tiba pada peritoneum sedangkan peritonitis kronis adalah peradangan yang
berlangsung sejak lama pada peritoneum.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan perawat dapat menangani dan mengatasi
apabila pasien dengan peritonitis. Perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan
keperawatan dengan baik kepada klien dengan peritonitis.

29
DAFTAR ISI

Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Alih bahas oleh

Hartono, dkk. Jakarta: EGC

Dongoes, M.E., Mary F.M., dan Alice C. G. 2002. Rencana Asuhan

Keperawatan. Jakarta:EGC

Heather, Herdman. 2010. Diagnosa Keperawatan Definisi dan

Klasifikasi. Jakarta : EGC

Wilkinson. J.M, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan

Intervensi Nic dan Kriteria Hasil NOC. EGC : Jakarta

30

Anda mungkin juga menyukai