Anda di halaman 1dari 28

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Trasportasi merupakan alat yang berguna untuk memindahkan barang

atau orang dalam kuantitas tertentu. Kebutuhan alat trasportasi memang saat

ini telah menjadi kebutuhan primer. Dibandingkan dengan alat transportasi

umum, sebagian orang lebih suka menggunakan kendaraan pribadi terutama

sepeda motor. Pada beberapa kasus, Mahasiswa sering mengeluhkan masalah

kesehatan akibat dari berkendara motor terlalu lama misalnya gangguan nyeri

punggung bawah, pergelangan tangan dan otot sekitar leher. Adapun faktor

yang membuat nyeri pada otot sekitar leher adalah forward head position

dimana posisi kepala dan leher lebih maju ke depan sehingga dapat

membebani otot yaitu muscle upper trapezius, kemudian bentuk tubuh yang

skoliosis dan duduk yang tidak ergonomis menyebabkan nyeri pada otot

upper trapezius karena di lakukan dalam aktivitas duduk yang lama.

Nyeri tengkuk merupakan salah satu keluhan yang sering kita dengar

dan pernah kita rasakan. Namun karena seringnya didengar dan karena

ditemukan secara samar-samar, maka keruhan ini justru termasuk keluhan

atau gejala yang pada umumnya masih dianggap ringan dan tidak dianggap

secara tepat dan akibatnya aktivitas seseorang terganggu. Nyeri tengkuk

merupakan kasus musculoskeletal terbanyak setelah nyeri pinggang. Nyeri

tengkuk dapat mengakibabkan adanya perubahan postur dari kepala dan

leher menjadi terhambat. Nyeri tengkuk sendiri merupakan gejala yang


berasal dari patologis jaringan spesifik tertentu atau patologi tertentu pada

segmen cervical

Data internasional tahun 1996 menyebutkan 3,5 % kasus 1.000 orang.

paling tidak dua dari tiga orang mengalaminya selama hidup. penyebab

potensial dari nyeri tengkuk adalah adanya tekanan pada jaringan lunak,

tulang, atau sendi pada area servical. pada beberapa kasus dapat pula

diakibabkan trauma hiperekstensi atau whisplash injury, overuse dengan

menunduk terlalu lama saat bekerja. Gejala yang ditumbulkan akibat nyeri

pada tengkut adalah berupa ketegangan otot atau spasme di daerah leher yang

mengakibabkan keterbatasan gerak leher sehingga leher akan terhambat. (

Triswnowiyanto, 2017)

Sebuah studi menunjukkan prevalensi nyeri muskuloskeletal pada leher

di masyarakat selama 1 tahun besarnya 40% dan prevalensi ini lebih tinggi

pada wanita. Selama 1 tahun, prevalensi nyeri muskuloskelatal di daerah

leher pada pekerja besarnya berkisar antara 6-76% dan wanita ternyata juga

lebih tinggi dibandingkan pria. Di Kanada, sebanyak 54% dari total

penduduk pernah mengalami nyeri di daerah leher dalam 6 bulan yang lalu.

Pada perawat, prevalensi nyeri di daerah leher selama 1 tahun besarnya

45,8% (Huldani,2015). Hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada

5 rumah sakit di Indonesia diperoleh prevalensi nyeri leher disertai

dengan nyeri kepala sebesar 24% dari populasi umum. (Sudaryanto, 2015).

Nyeri leher merupakan masalah umum yang dikeluhkan oleh pekerja (Ehsani,

Mosallanezhad dan Vahedi, 2017). Di India keluhan nyeri leher yang dialami
pekerja sebesar 30%, sedangkan pekerja yang tidak hadir dengan alasan

mengeluhkan nyeri leher sebesar 41% (Siddiqua, Khan dan Faizan, 2016).

Menurut (Cerezo-Te´llez et al., 2016) nyeri leher disebabkan karena adanya

titik nyeri pada otot upper trapezius, levator scapulae, multifidi, splenius dan

79% disebabkan otot upper trapezius.

Seringkali penyebab pasti asal rasa sakit tidak diketahui. Ini mungkin

termasuk strain kecil atau keseleo pada otot dan ligamen di leher. Postur

tubuh buruk juga menjadi faktor penyebab dalam beberapa kasus. Misalnya,

Spasme otot upper trapezius lebih sering terjadi pada orang yang

menghabiskan sebagian besar hari kerja mereka di meja kerja dengan postur

kerja, dengan postur tertekuk ke depan (Newson, 2016).

Nyeri leher juga menyebabkan tingkat morbiditas yang cukup tinggi

yang berkaitan terjadinya penurunaan produktivitas kerja dan aktivitas sehari-

hari. Tiga penyebab Utama terjadinya gangguan leher pada waktu kerja yaitu

(1) beban pada struktur leher dalam waktu yang lama berkaitan dengan

tuntunan yang tinggi dari pekerjaan dan kebutuhan stabilitas daerah leher dan

bahu dalam bekerja, (2) secara psikologis pekerjaan dengan konsentrasi

tinggi, tuntutan kwalitas dan kwalitas secara umum mempengaruhi otot leher,

(3) discus dan sendi pada leher sering mengalami perubahan degeneratif yang

prevalensinya meningkat sesuai umur ( fatmawati, 2015)

Pada regio cervical ditemukan beberapa otot yang berperan saat

mobilisasi dan stabilisasi postur kepala, salah satunya yaitu otot upper

trapezius yang perlekatannya tepat berada di punggung bagian atas. Otot


upper trapezius berfungsi untuk melakukan gerakan elevasi bahu, dan

berperan sebagai prime muscle dalam gerakan ekstensi dan lateral fleksi

cervical . Kontraksi otot yang terjadi pada kondisi statis atau diam, postur

yang buruk dan dilakukan secara repetitive sering menyebabkan otot ini

mengalami kekakuan (stiffness) ataupun tightness yang pada akhirnya akan

mengurangi fleksibilitas dari otot upper trapezius . Penurunan dari

fleksibilitas pada otot upper trapezius dapat dikurangi dengan memberikan

intervensi stretching dan kinesio taping pada grup otot yang mengalami

penurunan fleksibilitas.

Kinesio taping dikenal di seluruh dunia secara luas, digunakan dalam

pekerjaan klinis, terutama oleh dokter dan ahli fisioterapi untuk mendukung

rehabilitasi. Kinesio taping pada nyeri upper trapezius mempunyai manfaat

berupa pengurangan rasa sakit atau nyeri, meningkatkan jangkauan gerak,

stabilitas fungsi sendi, mengaktifkan sistem limfatik dan sistem analgesic

endogen, meningkatkan mikro sirkulasi dan memiliki efek pada fungsi otot.

Kinesio taping membebaskan nyeri upper trapezius selama 12 hari

pemakaian dan pasien dengan menggunakan kinesio taping memiliki

pemulihan lebih cepat dari rasa sakit.

Stretching adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk

menyebarkan manufer terapi yang dirancang untuk memanjangkan struktur

jaringan lunak yang memendek secara patologi dan dibenarkan untuk

meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS). Ketika otot di stretching, beberapa

dari serat otot memanjang tapi serat lain mungkin tetap diam. Banyaknya
serat otot yang ikut memanjang inilah yang mempengaruhi terjadinya

kontraksi otot maksimal. Stretching pada otot upper trapezius bertujuan

untuk merileksasikan otot-otot upper trapezius, mengurangi nyeri dan

menurunkan spasme.

Berdasarkan observasi awal yang telah saya lakukan di jurusan

Fisioterapi Poltekkes Makassar pada DIV tingkat II didapatkan jumlah

mahasiswa 70 orang, dari 20 mengalami spasme upper trapezius.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian

untuk mengetahui pengaruh Stretching dan Kinesio taping terhadap

penurunan nyeri akibat spasme otot upper trapezius

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu: “ Adakah pengaruh pemberian Stretching dan Kinesio taping

terhadap penurunan nyeri akibat spasme otot upper trapezius pada

Mahasiswa Jurusan Fisioterapi ’’

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh pemberian Stretching dan Kinesio taping terhadap

penurunan nyeri akibat spasme otot upper trapezius pada Mahasiswa

Jurusan Fisioterapi

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi intensitas nyeri sebelum diberikan Stretching dan

Kinesio taping.
b. Mengidentifikasi penurunan nyeri setelah diberikan Stretching dan

Kinesio taping.

c. Menganalisis pengaruh tingkat selisih sebelum dan setelah Stretching

dan Kinesio taping.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

a. Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan dalam

mengembangkan serta meningkatkan keilmuan Fisioterapi.

b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dalam menambah

dan memperkaya keilmuan serta pengetahuan dalam menyusun karya

tulis atau skripsi yang sifatnya ilmiah.

c. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat di

jadikan sumber dalam pengembangan penelitian Selajutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Menambah pengetahuan penderita dan keluarga mengenai pentingnya

penangaan fisioterapi lebih dini dalam mengatasi masalah yang

berkaitan dengan gangguan aktivitas fungsional tubuh akibat spasme

otot upper trapezius.

b. Menambah wawasan mahasiswa fisioterapi tentang cara praktis

mengatasi nyeri akibat spasme otot upper trapezius.

c. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para penderita spasme otot

upper trapezius dalam mendapatkan terapi yang lebih baik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Neck Pain dan Spasme Otot Upper Trapezius

1. Definisi

Neck Pain didefinisikan sebagai nyeri yang muncul pada daerah

yang dibatasi oleh garis nuchae pada bagian atas, dan pada bagian bawah

oleh garis imajiner transversal melalui ujung processus spinosus thorakal

1, dan dibagian samping oleh margo lateralis leher. Penting untuk

menentukan pengaruh nyeri leher dalam perfoma individu dalam aktivitas

sehari-hari. Nyeri leher diimplikasikan oleh faktor-faktor seperti cedera,

faktor pekerjaan, dan faktor non pekerjaan. Nyeri leher dapat

menyebabkan berkurangnya penggunaan otot yang melibatkan gerakan

berulang pada batang tubuh bagian atas karena berpotensi memicu

timbulnya rasa sakit. Hal ini juga menyebabkan kelelahan otot, yang

berpengaruh pada postur individu, kecepatan otot, keluaran tenaga otot,

dan kemampuan untuk menyelesaikan gerakan berulang.

Spasme otot adalah kontraksi suatu otot dalam waktu yang lam

sebagai respon terhadap adanya perubahan sirkulasi dan metabolik local

yang terjadi ketika suatu otot dalam keadaan kontraksi terus menerus

(jusman,2008). Akibat spasme tersebut otot berkontraksi dengan

sendirinya sebagai awal (mucle quarding) terhadap lokasi lesi primer yang
masih nyeri, mungkin juga sebagai respon otot terhadap infeksi, dingin,

ketegangan emosional atau trauma langsung pada otot.

Adanya ketegangan otot yang terus menerus akibat postur leher yang

jelek, dapat menyebabkan penyumpatan atau penyempitan aliran darah

kapiler pada otot. keadaan ischemia tersebut dapat menimbulkan nyeri

pada otot yang biasa disebut ischemia muscular pain. Nyeri terjadi karena

adanya aktifitas serabut saraf Aa dan type C sebagai respon terhadap

adanya ischemia pada otot dan biasanya nyeri tersebut dapat menyebabkan

reflex kontraksi isometric otot yang biasanya dikenal dengan spasme. Hal

tersebut dimungkinkan pula karena otot-otot ekstensor leher merupakan

otot type alow twich (otot postural) dimana sifatnya cenderung mengalami

spasme, tightness atau kontraktur jika mengalami patologi.

2. Etiologi

Spasme otot upper trapezius dapat terjadi sebagai akibat kontraksi

otot secara terus menerus tanpa diselingi face rileksasi dari otot tersebut,

akibatnya menyebabkan penurunan aliran darah kapiler pada otot yang

disebut ischemia, akibat ischemia menyebabkan rasa sakit pada otot yang

biasa di sebut ischemia muscular pain.

Terjadinya nyeri pada otot karena adanya penimbungan zat-zat

buangan (sisa metabolisme) terutama asam laktat yang merupakan

penyebab Utama dari segala rasa sakit pada otot. selain, itu dapat jga

disebabkan oleh penimbunan zat-zat sisa metabolism secara berlebihan

yang menyebabkan peningkatan pada tekanan osmotic, yaitu tekanan


yang terjadi pada saraf sensorik yang dapat menimbulkan rasa sakit pada

otot yang bersangkutan.

3. Manifestasi Klinis

Pada umumnya, nyeri leher akibat spasme otot uupper trapezius

menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut:

1) Nyeri yang terlokalisir pada otot upper trapezius

2) Sebagian besar nyeri dirasakan pada punggung atas dan terasa daam

(deep pain).

3) Nyeri dapat menyebar pada daerah leher dan bahu

4) Spasme atau tightness pada otot upper trapezius

5) akibat nyeri dan spasme menyebabkan gerakan leher atau cervical

terbatas terutama gerakan lateral fleksi.

6) Spasme Otot akibat sekunder dari rasa nyeri yang timbul juga akibat

skemik

4. Anatomi dan Biomekanik

a. Biomekanik cervical

Regio cervical disusun oleh 3 sendi penyusun yaitu atlanto-

occipital joint (C0-C1), atlanto-axial joint (C1-C2) dan vertebra joints

(C2-C7). Regio ini merupakan regio yang paling sering bergerak dari

seluruh bagian tulang vertebra. Hal itu dapat terlihat dari peranannya

yaitu untuk mengatur sendi dan memfasilitasi posisi dari kepala,

termasuk penglihatan (vision), pendengaran, penciuman dan


keseimbangan tubuh. Adapun gerakan yang dihasilkan pada regio ini

yaitu fleksi-ektensi, rotasi dan lateral fleksi cervical (Neuman, 2002).

(1) Atlanto-occipital Joint (C0-C1)

Atlanto-occipital Joint berperan dalam gerakan fleksi-

ekstensi dan lateral fleksi cervical. Arthrokinematika pada gerakan

fleksi condylus yang conveks akan slide ke arah belakang terhadap

facet articularis yang concave sebesar 10°.Sedangkan pada

gerakan ekstensi condylus yang conveks akan slide ke arah depan

terhadap facet articularis yang concave sebesar 17°. Pada gerakan

lateral fleksi cervical akan terjadi roll dari sisi-sisi pada jumlah

yang kecil pada condylis occipital yang conveks terhadap facet

articularis (atlas) yang concave sebesar 5°. (Neuman, 2002).

(2) Atlanto-axial Joint (C1-C2)

Gerakan utama pada atlanto-axial joint adalah gerakan rotasi

cervical ditambah dengan gerakan fleksi dan ekstensi. Pada

gerakan fleksi akan terjadi gerakan pivot ke depan dan sedikit

berputar pada atlas terhadap axis (C2) sebesar 15° sedangkan pada

gerakan ekstensi gerakan pivot ke belakang dan sedikit berputar

pada atlas terhadap axis (C2). Gerakan rotasi pada sendi ini

sebesar 45° dimana atlas yang berbentuk cincin akan berputar di

sekitar procesus odonthoid bagian procesus articularis inferior

atlas yang sedikit concaf akan slide dengan arah sirkuler


(melingkar) terhadap procesus articularis superior axis (Neuman,

2002).

(3) Vertebra Joints (C2-C7)

Pada vertebra joint terjadi gerakan fleksi-ekstensi, rotasi dan

lateral fleksi cervical. Pada gerakan fleksi permukaan processus

articularis inferior vertebra superior yang berbentuk concave akan

slide ke arah atas dan depan terhadap processus articularis

superior vertebra inferior sebesar 40°, sedangkan pada gerakan

ekstensi permukaan procesus articularis inferior vertebra superior

yang berbentuk concave akan slide ke arah bawah dan belakang

terhadap processus articularis superior vertebra inferior sebesar

70°.

Pada gerakan rotasi akan terjadi slide pada processus

articularis inferior vertebra superior ke arah belakang dan bawah

pada ipsilateral arah rotasi dan akan terjadi slide ke arah depan atas

pada sisi contralateral terhadap processus articularis superior

vertebra inferior sebesar 45°. (Neuman, 2002).

Gerakan lateral fleksi cervical, processus articularis inferior

vertebra superior pada sisi ipsilateral slide ke arah bawah dan

sedikit ke belakang dan pada sisi contralateral akan slide ke arah

atas dan sedikit kedepan sebesar 35°.

(4) Facet dan uncovertebra joint


Mulai dari C2 ke bawah membentuk intervetebral joint atau

facet dimana terletak lebih pada bidang transversal.

Facet dibentuk oleh processus articular inferior dengan

processus articular superior vertebra dibawahnya, dimana arah

permukaan sendi dalam bidang transversal sehingga

memungkinkan luasnya ke segala arah. Sudut kemiringan dan

sudut bukan facet tiap segmen bervariasi sehingga memiliki

dominan gerakan yang bervariasi tiap segmen.

Uncovetebra (uncinate) joint bukan merupakan sendi yang

sebenarnya tetapi merupakan pertemuan tepi lateral corpus

vertebra cervicalis yang berkembang dan degenerasi sesuai umur.

Uncovetebra terdapat pada cervical saja, juga sebagai

stabilitas dan mengarahkan gerak segmental sehingga lebih

dominan fleksi-ekstensi.

b. Segmen Gerak

1) Ligamen

Ligamen-ligamen pada cervical secara bersamaan

mempertahankan stabilitas vertebra secara keseluruhan dari

vertebra cervical sampai vertebra sacrum seperti ligamen

longitudinal anterior, ligamen longitudinal posterior, ligamen

flavum, ligamen interspinous, ligamen supraspinatus, dan

ligamen intertransverse. namun terdapat beberapa ligamen

penting lainnya yang berperan pada regio upper cervical, hanya 3


ligamen yang memiliki peran sangat penting pada upper cervical,

yaitu ligament nuchae, ligamen transverse, dan ligamen alar.

sedangkan secara general ligamen pada vertebra adalah.

a) Ligamen Longitudinal Anterior

Ligamen ini melekat dari basis occiput ke sacrum pada

bagian anterior vertebra. Ligamen longitudinal anterior

merupakan ligamen yang tebal dan kuat, dan berperan

sebagai stabilisator pasif saat gerakan ekstensi (Hall,2003)

b) Ligamen Longitudinal Posterior

Ligamen ini melekat dari basis occiput ke canalis sacral

pada bagian posterior vertebra tetapi pada regio lumbal,

ligamen longitudinal posterior mulai menyempit dan semakin

sempit pada lumbosacral sehingga ligament ini lebih lemah

dari pada ligamen Longitudinal anterior, dan diskus

intervertebralis lumbal pada bagian posterolateral tidak

terlindungi oleh ligamen longitudinal posterior. Ligamen ini

sangat sensitive karena banyak mengandung serabut saraf

afferent nyeri ( A delta dan tipe C ) dan memiliki sirkulasi

darah yang banyak.

c) Ligamen Flavum

Ligamen ini sangat elastic dan melekat pada arcus

vertebra tepatnya pada setiap lamina vertebra. ke arah

anterior dan lateral, ligamen ini menutup capsular dan


ligament antero medial sendi facet. ligamen ini mengandung

lebih banyak serabut elastin daripada serabut kolagen

dibandingkan dengan ligamen-ligamen lainnya pada vertebra

d) Ligamen Interspinous

Ligamen ini sangat kuat yang melekat pada setiap

processus spinosus dan memanjang kearah posterior kearah

posterior dengan ligamen supraspinosus

e) Ligamen Supraspinosus

Ligamen ini melekat pada setiap ujung processsus

spinosus. Ligamen ini menonjol secara meluas pada region

cervical, dimana dikenal sebagai ligamen nuchae atau

ligamen neck. pada regio lumbal, ligament ini kurang jelas

karena menyatu dengan serabut insersio otot lumbodorsal.

Bersama dengan ligamen longitudinal posterior, ligament

flavum, dan ligament interspinosus bekerja sebagai

stabilisator pasif pada gerakan fleksi.

f) Ligamen Intertransverse

Ligamen ini melekat pada tuberculum asesori dari

processus transverses dan berkembang baik pada regio

lumbal. Ligamen ini berperan sebagai stabilisator pasif pada

gerakan lateral fleksi.

2) Otot-Otot Vertebra Cervical


Otot-otot region cervical terdiri atas kelompok otot bagian

anterior, posterior dan bagian lateral.

a) Bagian Anterior

Pada bagian anterior, terdapat otot prevertebralis cervical

dan otot hyoid

(1) Otot Prevertebralis cervical

Otot Prevertebralis terdiri atas otot longus colli dan

longus capitis, serta otot rectus capitis anterior dan otot

rectus capitis lateral. otot longus colli dan longus capitis

bergerak secara vertikal ke atas di arah vertebra, longus

colli berasal dari thoracal bagian atas sampai pada C1

(atlas) dan longus capitis berasal dari cervical bawah ke

os occipital.

Otot rectus capitis bergerak secara oblique ke atas

dari atlas ke tengkorat, rectus capitis anterior bergerak

kearah medial dan rectus capitis lateralis bergerak kearah

lateral. kecuali otot longus colli, otot-otot tersebut diatas

berperan dalam gerak fleksi kepala dan leherketika otot-

otot sisi kiri dan sisi kanan bekerja bersama-sama. Pada

aksi yang terpisah, otot-otot tersebut berfungsi dalam

gerak fleksi kepala dan leher kearah lateral atau rotasi

pada sisi yang berlawanan. otot longus colli hanya

bekerja pada leher dan bekerja aktif pada fleksi yang


ditahan, lateral fleksi yang ditahan dan rotasi pada sisi

yang sama. otot ini juga menstabilisasi leher selama

batuk, bicara dan menelan.

(2) Otot Hyoid

Otot ini di kenal juga sebagai otot yang berbentuk

tali. Otot hyoid adalah otot-otot bagian anterior yang

kecil pada regio cervical. Otot ini terdiri atas otot

suprahydois dan 4 otot infrahyidois

Otot hyoid berperan di dalam gerak fleksi kepala

dan leher. otot tersebut merupakan otot-otot utama

dalam face-face menelan, tetapi berkontraksi pada fleksi

cervical melawan tahanan.

b) Bagian Posterior

Pada bagian posterior cervical terdapat otot Spenius

capitis dan cericis, group otot suboccipitalis, erector spine,

otot semispinalis cervicis dan capitis, serta otot trapezius.

(1) Otot Splenius Capitis dan Cervicis

kedua otot ini terdiri atas ikatan serabut parallel,

bergerak keluar dan keatas dari perlekatannya dibawah

kearah sental/medial sampai perlekatannya diatas lebih

kearah lateral. Otot splenius capitis jauh lebih besar

daripada spenius cervicis.


ketika sisi kiri dan kanan berkontraksi secara

bersamaaan kedua tersebut berperan dalam gerak

ekstensi dan hyperekstensi kepala serta leher. Kedua otot

ini juga membantu menopang kepala dan postur tegak.

Jika satu sisi berkontraksi sendiri dapat

menghasilkan fleksi kepala, lateral fleksi leher dan juga

rotasi leher pada sisi yang sama. Otot-otot ini dapat di

palpasi pada posterior leher tepatnya dibagian lateral dari

upper trapezius dan bagian posterior dari

sternocledomastoid di atas levator scapula. otot-otot ini

khususnya berkontraksi jika kepala ekstensi melawanan

tahanan dalam posisi tengkurap dan kedua shoulder

rileks. tetapi hal ini sulit di identifikasi.

(2) Group Otot Suboccipitalis

Group otot ini terdiri dari empat otat yang pendek,

yang terletak pada bagian belakang bawah dari tengkorat

(occoipital) dan dua vertebra bagian atas. Group otot ini

mencangkup oblique capitas superior dan inferior, serta

reptus capitis posterior mayor dan minor.

Aksi/kerja otot secara bersamaan pada kedua sisi

menghasikan ekstensi dan hiperekstensi kepala. ketika

satu sisi bekerja sendiri maka terjadi lateral fleksi kepala

atau rotasi kepala pada sisi yang sama.


(3) Erector spine

Otot ini dikenal sebagai massa otot yang besar dan

terbagi kedalam tiga cabang yaitu, Otot iliocostalis

longissimus, dan otot spinalis. Khusus regio cervical

hanya terdapat otot iliocostalis dan longissimus.Otot

iliocostalis terdiri dari bagian lumbal, thoracal, dan

cervical, otot iliocostalis cervicis melekat pada processus

tranversus C4 kemudian bersambung pada regio thoracal

dengan nama iliocostalis thoracal. Otot longissimus

terdiri dari tiga bagian yang berbeda yaitu, longissimus

thoracis, longissimus cervicis. longissumus cervicis

adalah otot kecil yang terletak agak dengan spine

melekat dari prosessus transversus vertebra thoracal atas

sampai pada prosesssus tranversus vertebra cervical

bawah. Longissimus capitis adalah otot yang tipis dan

melekat dari vertebra cervical pada 2/3 bagian bawah

cervical, kemudian bergerak keluar keatas pada

prosessus mastoideus os temporalis.

Otot erector spine pada pada regio cervical jika

berkontraksi secara bersamaan pada kedua sisi akan

menghasilkan gerakan ekstensi kepala. Jika hanya

berkontraksi pada satu sisi, khususnya yang

berhubungan dengan otot bagian lateral dan anterior


pada sisi yang sama maka akan menghasilkan gerakan

lateral fleksi.

(4) Otot Semispinalis cervicis dan Cavitis

Otot ini terletak dengan vertebra pada bagian dalam

dari erector spine. Bagian thoracal dan cervical terdiri

dari bundel-bundel serabut otot kecil yang bergerak

kearah medial keatas sampai beberapa prosessus

vertebra diatasnya. Dibagian semspinalis cavitis terletak

dari vertebra thoracal bagian atas dan bergerak sedikit ke

medial, tetapi bundel-bundel serabutnya pada regio

cervical bergerak secara vertical ke os occipital.

Ketika kedua sisi otot-otot serabut tersebut

berkontraksi secara bersamaan maka akan menghasilkan

ekstensi cervical. Dan ketika hanya satu sisi yang

berkontraksi maka akan menghasilkan lateral fleksi dan

rotasi pada sisi berlawanan

(5) Otot Trapezius

Otot trapezius adalah otot besar superficial, yang

berbentuk seperti berlian saat dilihat dari sisi kanan dan

kiri. Secara fungsional, biasannya dibagi menjadi tiga

bagian: atas, tengah, dan bawah. Alasan pemisahan ini

adalah bahwa ada tiga garis tarik yang berbeda (naik,


turun) sehingga menghasilkan tindakan otot yang

berbeda. (lynn. S. Lippert,2006)

Otot upper trapezius berasal dari protuberantia

occipitalis dan ligamen nuchea pada vertebra cervical

bagian atas.Ligamentum nechea menempel pada

vertebra cervical. Insersio pada sepertiga lateral

clavicula dan prosessus acromion berfungsi untuk

melakukan gerakan elevasi scapula dan rektraksi.

Otot middle trapezius origo berasal dari legamen

nuche pada vertebra cervical bawah pada prosesssus

spinous C7 dan bagian atas thoracal dan insersio pada

sepertiga medial prosessus acromion san sepanjang

tulang scapula. Karena itu berfungsi untuk adduksi dan

retraksi.

Otot lower trapezius origo berasal dari spinous

tengah dan bawah yang berasal dari ligamen

supraspinatus dan dari vertebra thoracalis. Insersio pada

bagian scapula berfungsi untuk menarik kebawah

(depresi) dan membantu gerakan rotasi keatas scapula.

Serat superior memiliki arah serat desenden dan

bertanggung jawab atas gerak mengangkat bahu atau

elevasi scapula bersama levator scapula rhomboid. Otot

tersebut juga melakukan ekstensi, fleksi dan lateral,


rotasi kontralateral kepala dan leher. serat medial

memiliki arah horisontal. Otot tersebut bekerja dengan

rhomboid untuk retraksi scapula serat superior dan serat

inferior bekerja sama melakukan rotasi atas scapula.

c) Bagian lateral

Pada bagian lateral cervical terdiri atas scalenus anterior,

posterior, dan medius serta otot sternocledomastoid.

(1) Otot Scalenus anterior, posterior dan medius

ketiga otot ini bergerak secara diagonal keatas sisi

dua costa atas sampai precessus tranversus vertebra

cervical. Aksi ketiga otot secara bersamaan pada kedua

sisi akan menghasilkan fleksi cervical, dan aksi ketiga

otot pada satu sisi akan menghasilkan lateral fleksi

leher. ketiga otot ini bisa dipalpasi pada sisi leher antara

sternocledomastoid dan upper trapezius tetapi sulit di

identifikasi

(2) Otot Sternocledomastoid

Otot ini terdiri dari dua caput, satu caput di sternum

dan satu caput lainnya dari puncat clavicula sekitar dua

inci ke lateral dari costa 1. kedua caput otot ini menyatu

dan melekat pada tulang tengkorat tepat dibawah dan

dibelakang telinga.
Aksi otot pada sisi secara bersamaan akan

menghasilkan fleksi kepala dan leher. Aksi otot pada

satu sisi akan menghasilkan fleksi kepala dan lateral

fleksi leher, juga menghasilkan rotasi pada sisi yang

berlawanaan. Otot ini mudah dipalpasi pada sisi leher

tepat dibawah telinga kedepan leher pada satu sisi dari

sternoclavicular joint.

c. Segmen anatomical

Cervical terdiri atas 2 segmen anatomical dan fungsional yaitu

segmen superior (suboccipital), terdiri atas C1 (atlas) dan C2 (axis)

yang disebut jga upper cervical spine dan segmen inferior yang

memanjang dari permukaan inferior axis ke permukaan superior Thi

atau lower cervical spine. seluruh struktur vertebra cervical adalah

sama kecuali (C1) dan (C2)

1) Atlas (C1)

Atlas berbentuk cincin serta tidak memiliki corpus vertebra

dan procecus spinosus, atlas juga dianggap sebagai cincin antara

occiput dan axis. Atlas memiliki 2 massa lateral yang terbentuk

oval dan bergerak secara oblique, antero-medial : yaitu facies

artikularis superior yang bersendi dengan condylus occipital,

dan facies artikular inferior yang bersendi dengan facies

artikularis superior axis. Pada arkus anterior terdapat facet

artikularis superior axis. Pada arkus anterior terdapat facet


artikular yang berbentuk oval kecil yang bersendi dengan

processus odontoid axis. processus transversal memiliki

foramen untuk lintasan arteri vertebralis.

2) Axis (C2)

Permukaan superior dari corpus axis terdapat processus

odontoid yang bergerka keatas ditengah atlas da bersendi

dengan arkus anterior atlas, Processus odontoid bertindak

sebagai pivot untuk atlanto-axial joint. Processus odontoid

merupakan tempat perlengketan sejumlah ligament dan

dianggap sebagai struktur stabilitas yang sangat penting.

Kearah lateral terdapat 2 facet articular yang menghadap

kearah superior –lateral. Arkus posterior terdiri dari 2 lamina

yang sempit dan processus spinosus memiliki 2 tuberculum

yang merupakan tempat perlengketan sejumlah otot-otot bagian

posterior. Processus artikularr inferior axis menghadap kearah

inferior-anterior dan bersendi dengan processus articular

superior C3 processus tranversus axix memiliki foramen yang

vertical untuk lintasan arteri vertebralis

3) Cervical 3-7

C3 sama dengan 4 vertebra cervical dibawahnya. C3-C7

memiliki corpus vertebra yang lebih besar. Permukaan superior

kearah lateral membentuk processus uncinatus yang

menghadap kearah superior-medial dan bersendi dengan 2


processus uncinatus vertebra atas yang menghadap kearah

inferior. Khusus C3, Processus uncinatus bagian superior

bersendi dengan2 proyeksi tulang yang datar dari permukaan

inferior axis. pada arkus posterior terdapat processus artikular

yang membentuk facet artikular inferior vertebra atasnya,

processus transverses memilii foramen untuk lintasan

vertebralis.

B. Tinjauan Tentang Nyeri

Nyeri menurut The International Association for the Study of Pain (IASP)

yaitu sebagai suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak

menyenangkan dihubungkan dengan adanya kerusakan jaringan atau

potensial terjadinya kerusakan jaringan atau suatu keadaan yang

menunjukan kerusakan jaringan.(Galuh,dkk 2016)

Nyeri merupakan cara alami tubuh memberikan peringatan mengenai

masalah yang mungkin terjadi. Nyeri terjadi setelah cedera pada struktur

tubuh yang mengandung nosiseptor (ujung saraf nyeri) seperti kulit, sendi

dan organ visceral dan dapat bermanifestasi secara local pada lokasi cedera

atau lokasi yang jauh dari cedera tersebut melalui nyeri menjalar. nyeri

menjalar dirasakan di area kulit yang memiliki akar saraf yang sama

dengan saraf di area yang cedera.

1. Jenis-Jenis Nyeri

a) Nyeri akut: nyeri yang terjadi akibat adanya kerusakan jaringan,

lamanya terbatas, hilang seirama dengan penyembuhannya.


b) Nyeri kronik: nyeri yang berlangsung dalam waktu lama (lebih 3

bulan), menetap walaupun penyebab awalnya sudah sembuh dan

seringkali tidak ditemukan penyebab pastinya.

c) Rangsang noksius: rangsang yang menyebabkan kerusakan atau

berpotensi merusak integritas jaringan (defisini ini tidak berlaku

untuk semua bentuk nyeri viseral)

d) Nosisepsi: proses dimulai dari aktifasi nosiseptor hingga persepsi

adanya rangsang noksius

e) Perilaku nyeri: perilaku yang membuat pengamat menyimpulkan

bahwa seseorang sedang mengalami nyeri

C. Tinjauan Instrumen Pengukuran

D. Tinjauan Tentang Intervensi

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Asumsi Kerangka Konsep

Pada leher yang statis secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama

disertai posisi bahu yang elevasi akan mengakibabkan kontraksi otot secara

terus menerus sehingga menyebabkan adanya perubahan sirkulasi dan

metabolic local. Dapat juga mengakibabkan terjadinya penimbuhan sisa-sisa


metabolism pada jaringan otot. Perubahan tersebut diatas akan menimbulkan

terjadinya ischemic pain pada otot yang disertai dengan timbulnya spasme

otot terutama otot besar pada leher seperti upper trapezius sehingga

terjadinya nyeri yang pada akhirnya menyebabkan keterbatasan pada sendi

leher.

Pemberian stretching dengan kinesio taping, dilakukan dengan maksud untuk

mencapai releksasi secara optimal pada otot-otot leher khususnya upper

trapezius yang mengalami spasme dan nyeri.

Sehubungan dengan hal tersebuut di atas, maka penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh pemberian stretching dengan kinesio taping.

B. Kerangka Konsep

C. Hipotesis

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode pre eksperimental merupakan metode penelitian yang digunakan

untuk mengungkap hubungan sebab-akibat hanya dengan cara melibatkan

satu keelompok subjek, Sehingga tidak ada control yang ketat terhadap

variable.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pre eksperimental dengan

menggunakan one group pre-post text design.

One group Pre-post test design merupakan rancangan penelitian yang

dilakukan satu kelompok saja tanpa kelompok saja tanpa kelompok

pembandingan. Model ini menggunakan tes awal (pre-text) kemudian

setelah diberikan perlakuan dilakukan pengukuran (post-test) lagi untuk

mengetahui akibat dari perlakuan iti, sehingga besarnya efek dari

eksperimen dapat diketahui dengan pasti. Skema dari model ini adalah:

Keterangan:

S : Sampel penelitian\

Q1 : Prre test

X : Perlakuan

Q2 : Post test

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di kampus Poltekkes Makassar Jurusan

Fisioterapi

2. Waktu

penelitian ini dilakukan pada

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Populasi penelitian yaitu Mahasiswi Poltekkes Makassar Jurusan

Fisioterapi yang mengalami Spasme upper trapezius

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah Mahasiswi Mahasiswi Poltekkes Makassar

Jurusan Fisioterapi yang mengalami Spasme upper trapezius

Sampel penelitian ini di ambil dengan teknik nonprobalility sampling.

Anda mungkin juga menyukai