PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar : 2.1
2
Berbeda dngan cara berpikir murni anatomis tentang gelang bahu,
maka bila dipandang dari sudut klinis praktis gelang bahu ada 5 fungsi
persendian yang kompleks, yaitu:
1. Sendi Glenohumeralis
3
2. Sendi Acromioclavicular
Sendi ini merupakan persendian antara acromion dan extermitas
acromialis clavicula. Kedua bagian tulang ini di dalam ruang sendinya
dihubungkan melalui suatu cakram yang terdiri dari jaringan
fibrocartilaginous dan sendi ini diperkuat oleh ligamentum
acromioclavicularis superior dan inferior. Pada waktu scapula rotasi ke
atas (saat lengan elevasi) maka terjadi rotasi clavicula mengitari sumbu
panjangnya. Rotasi ini akan menyebabkan elevasi clavicula. Elevasi pada
sudut 30° pertama terjadi pada sendi sternoclavicularis kemudian 30°
berikutnya terjadi akibatrotasiclavicula ini.
3. Sendi Sternoclavicularis
4. Sendi Suprahumeral
4
Dalam melakukan gerakan osteokinematika, shoulder digerakkan oleh
otot-otot prime mover sesuai dengan gerakan, seperti tercantum dalam tabel
berikut ini :
Gambar : 2.2
Nama Sudut
Gerak Otot Prime Mover Titik fulcrum
sendi Normal
M. Teres mayor
Shoulder Joint
M. Latisimus dorsi
5
M. Pectoralis mayor
M. Latisimus dorsi
M. Teres mayor
M. Teres minor
Sendi bahu memiliki kapsul sendi yang terdiri atas dua lapisan
kapsul antara lain :
6
3. Rolling, adapun karakteristik dari Rolling :
a. Menghasilkan gerak angulasi pada tulang pengungkit
b. Selalu searah dengan gerak angulasi
c. Bila bekerja sendiri akan menyebabkan kompresi pada sisi tulang
yang membentuk sudut dan bisa mengakibatkan cidera
d. Pada sendi yang normal gerak rolling yang sebenarnya tidak terjadi
sendiri tetapi kombinasi dengan sliding dan spinning
4. Sliding, adapun karakteristik Sliding yaitu :
Arah sliding tergantung permukaan tulang yang bergeser. “Bila
permukaan sendi yang bergeser concave maka arah sliding searah dengan
gerak angulasi, dan bila permukaan sendi yang bergeser convex maka arah
slidingnya berlawanan arah dengan gerak angulasi”. Gerak mekanik ini
dikenal sebagai “Hukum convex-concave”.
5. Spinning adapun karakteristik Spining yaitu :
Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah
mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya. Bila salah
7
satu otot atau sendi itu terganggu lebih dari seminggu, maka luas gerak sendi
bahu juga terganggu. Jika lebih lama, gerakan ke segala arah akan terganggu
pula, hal itulah yang disebut frozen shoulder.
2. Etiologi
Frozen shoulder dapat berkembang ketika Anda berhenti
menggunakan sendi karena sakit, cedera, atau kondisi kesehatan kronis.
Setiap masalah bahu dapat menyebabkan frozen shoulder jika Anda tidak
melatih lingkup gerak persendian.
Menebalnya jaringan yang membentuk kapsul saat seseorang
mengalami frozen shoulder menyebabkan terganggunya pergerakan
bahu. Jaringan yang menebal tersebut diperkirakan jaringan yang
menyerupai jaringan parut.
Frozen shoulder dapat tiba-tiba muncul tanpa pemicu yang jelas.
Pada sebagian kasus dapat dipicu oleh penyakit rematik. Pada beberapa
kasus lain, frozen shoulder dialami oleh penderita diabetes. Namun
penyebab pasti terjadinya penebalan dan peradangan belum diketahui.
8
Meski demikian, ada beberapa hal yang diduga dapat menjadi
pemicu, yaitu:
9
Selama peradangan berkurang jaringan berkontraksi kapsul
menempel pada kaput humeri dan guset sinovial intra artikuler dapat
hilang dengan perlengketan. Frozen merupakan kelanjutan lesi rotator
cuff, karena degenerasi yang progresif. Jika berkangsung lama
otot rotator akan tertarik serta memperlengketan serta memperlihatkan
tnada-tanda penipisan dan fibrotisasi. Keadaan lebih lanjut, proses
degenerasi diikuti erosi tuberculum humeriyang akan menekan tendon
bicep dan bursa subacromialis sehingga terjadi penebalan dinding bursa.
4. Gambaran Klinis
10
adhesi jaringan (perlengketan) pada permukaan sendi. Cairan sendi
mungkin berkurang. Hal ini menyebabkan nyeri dan kurang leluasanya
gerak sendi bahu, sehingga menyulitkan aktivitas kehidupan sehari-hari
seperti pasien tidak dapat mengangkat lengannya, tidak dapat menyisir
rambut, menyikat gigi atau mengambil dompet di kantong belakang.
11
2. Passive ROM Exercise
Suatu latihan yang digunakan dengan gerakan. Yang dihasilkan
oleh tenaga atau kekuatan dari luar tanpa adanya kontraksi otot atau
aktifitas otot. Semua gerakan dilakukan sampai batas nyeri atau
toleransi pasien. Efek pada latihan ini adalah memperlancar sirkulasi
darah, relaksasi otot, memelihara dan meningkatkan luas gerak sendi,
memperbaiki pemendekan otot, mengurangi perlengketan jaringan. Tiap
gerakan dilakukan sampai batas nyeri pasien.
a. Gerakan passive movement ini dibagi menjadi 2 yaitu: Relaxed
passive movement. Ini adalah gerakan yang terjadi oleh kekuatan
dari luar tanpa diikutikerja otot dari bagian tubuh itu sendiri.Dosis
lalihan 2 x 8 hitungan tiap gerakan.
b. Forced passive movement, adalah gerakan yang terjadi oleh karena
kekuatan dari luar tanpa diikuti kerja otot tubuh itu sendiri tetapi
pada akhir gerakan diberikan penekanan.
3. Aktive ROM Exercise
Gerakan aktif dimana pasien yang bisa untuk melakukan latihan
atau menggerakan anggota tubuh dengan kekuatannya sendiri tanpa
dibantu oleh terapis atau orang lain. Dengan tujuan: Mencegah
terjadinya kelumpuhan pada otot – otot, memperlancar peredaran darah,
mencegah terjadinya atrofi., untuk mendorong dan membantu agar
pasien dapat menggunakan lagi anggota gerak yang lumpuh.
Gerakan aktif pada lingkup gerak sendi mempunyai efek antara
lain untuk memelihara elastisitas dan kontraksi otot, memberikan efek
sensasi balik dari kontraksi otot, memberikan stimulus pada tulang dan
sendi meningkatkan sirkulasi darah, dan melepaskan perlengketan
intraseluler kapsulo ligamenter sendi glenohumeral.
4. Streching
Otot yang kaku akan mengganggu metabolisme karena adanya
peningkatan tekanan intramuskular yang akan menurunkan sirkulasi
cairan di otot sehingga streching dapat memperbaiki metabolisme.
12
Pemendekan otot akan membatasi ROM dan menyebabkan pola
gerakan yang kurang efisien, menghasilkan stress yang tidak perlu
sehingga seringkali menyebabkan inflamasi dan nyeri. Keterbatasan
mobilitas dalam waktu yang lama dapat menyebabkan jaringan konektif
elastis secara bertahap menjadi jaringan fibrosus untuk memperbaiki
fleksibilitas. Adanya penurunan mobilitas sendi atau adanya tahanan
yang disebabkan oleh jaringan lunak disekitar sendi dapat menyebabkan
kekakuan dan menghasilkan keterbatasan mobilitas sendi secara aktif
dan pasif. Jika terjadi ketegangan otot atau spasme, maka terjadi
tekanan intramuskular yang tinggi sehingga sirkulasi darah di otot akan
menurun.
13
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
B. Anamnesis Khusus
C. Inspeksi
1. Statis
14
a. Bahu dalam keadaan asimetris (bahu kanan lebih rendah daripada
bahu kiri)
b. Pasien terlihat lemas dan tidak bersemangat
2. Dinamis
a. Pasien terlihat kesakitan saat mengangkat lengan kiri dan ada
keterbatasan gerak
b. Saat berjalan pasien terlihat lemas
15
Regio Shoulder : Fleksi, Ekstensi, Abduksi, Adduksi, internal rotasi,
eksternal rotasi
Regio Elbow : Fleksi, Ekstensi, Pronasi, Supinasi
Regio Wrist : Fleksi, Ekstensi, Radial deviasi, Ulnar deviasi
Hasil : Pasien kurang mampu untuk menahan tahanan yang
diberikan oleh fisioterapis.
E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi
1. Palpasi
Pada pemeriksaan selanjutnya palpasi diperlukan untuk mersakn
permukaan otot dengan sentuhan terapis. Pada saat palpasi yang perlu
diperhatikan adalah, ketegangan otot, suhu, pembengkakan, dan tekstur
permukaan pada kulitnya.
Hasil : Terdapat nyeri dan spasme otot pada bahu kiri.
2. Intensias Nyeri
Pengukuran intensitas nyeri menggunakan alat visual analog
scale (VAS).
3. Pengukuran ROM
Pengukuran ROM diperlukan untuk menilai biomekanik dan
anthrokinematik dari suatu persendian, termasuk fleksibilitas dan
karakteristik gerakan. Tes dan pengukuran ROM dilakukan dengan
menggunakan alat instrument yaitu goniometer. Adapun ROM yang
dikur adalah ROM dari setiap gerakan pada regio shoulder dan regio
elbow.
Hasil : Luas gerak sendi atau ROM adalah terbatas
16
4. Tes Kekuatan Otot ( MMT )
Shoulder Fleksi 5 1
Ekstensi 5 1
Abduksi 5 1
Adduksi 5 1
Endorotasi
eksorotasi
Elbow Fleksi 5 1
Ektensi 5 1
Pronasi 5 1
supinasi 5 1
Wrist Fleksi 5 3
Ekstensi 5 3
Radial 5 3
deviasi 5 3
Ulnar deviasi
17
mengoles mentega, dan
sebagainya, atau pelu mengubah
diet
2 = Mandiri
2. Mandi 0 = tidak mampu mandiri 1
1 = mandiri
3. Merawat diri 0 = perlu bantuan untuk 1
perawatan diri
1 = mandiri untuk
wajah/rambut/gigi
4. Berpakaian 0 = tidak mampu mandiri 1
1 = perlu bantuan untuk bisa
melakukan sendiri atau setengah
dibantu.
2 = mandiri (termasuk
kencing,resleting,dsb)
5. Buang Air 0 = tidak mandiri 2
Besar (BAB) 1 = kadang-kadang mandiri
2 = mandiri
6. Buang Air 0 = tidak mandiri 2
Kecil (BAK) 1 = kadang-kadang mandiri
2 = mandiri
7. Menggunakan 0 = tidak mandiri 2
toilet 1 = kadang-kadang mandiri
2 = mandiri
8. Bergerak 0 = tidak mampu, tidak seimbang 3
1 = butuh bantuan satu atau dua
orang
2 = bantuan minimal
3 = mandiri
18
9. Mobilitas 0 = tidak bisa berjalan 3
1 = bergantung pada kursi roda
2 = berjalan dengan bantuan satu
orang
3 = mandiri
10. Naik Tangga 0 = tidak mampu mandiri 2
1 = butuh bantuan
2 = mandiri
Total 0-20 5
Intepretasi :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantugan berat
0-4 : Ketergantungan total
19
Interpretasi: positif test mengindikasi adanya “sensitizing” pada struktur
saraf yang dipengaruhi.
Gambar 3.1
2. Yergason Test
Tujuan : Tes untuk mengidentifikasi patologi pada biceps
Prosedur Tes : Pasien duduk dengan posisi lengan rileks disamping
badan. Kemudia praktikan meletakkan satu tangan pada shoulder
pasien untuk mempalpasi bicipital groove dan tangan yang satunya
menyanggah sisi radial lengan bawah pasien untuk menyiapkan
resisten. Praktikan selanjutnya secara pasif menggerakkan lengan
pasien kea rah fleksi elbow 90o. Praktikan lalu meminta pasien untuk
melakukan supinasi lengan bawah melawan resisten tangan praktikan.
Positif Tes : Nyeri disertai sublukasi tendon biceps.
Interpretasi : Nyeri mengindikasi patologi bicipitalis dan sublukasi
tendon biceps dan mengindikasi rupture tendon biceps.
20
Gambar : 3.2
3. Drop Arm Test
Tujuan : test untuk mengidentifikasi tear pada rotator duff.
Prosedur Tes : Pasien dengan posisi lengan disamping badan.
Kemudian terapis secara pasif mengabuksian shoulder pasien sekitar
60o. Praktikan lalu meminta pasien menahan posisi tersebut. Praktikan
selanjutnya memberikan resisten diatas lengan bawah pasien pada sisi
dorsal.
Positif Tes : Pasien tidak mampu mengontrol lengannya ke bawah
da terjatuh.
Interpretasi : Positif tes mengindikasi tear pada rotator cuff
Gambar : 3.3
Gambar : 3.3
21
F. Algoritma Assessment Fisioterapi
Nama Pasien :Tn. M.J Umur : 50 Tahun Jenis Kelamin : Laki - Laki
History Taking
Pasien masuk ke Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan
keluhan bahu kiri terasa sakit ketika digerakkan ke segala arah. Hal ini
dialami sejak 1 bulan yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat kecelakaan.
Namun pasien memilik riwayat Hipertensi dan Diabetes Mellitus tipe 2.
Setelah dilakukan pemeriksaan pasien diduga menderita kista pada hepar.
Inspeksi :
1. Statis
Bahu dalam keadaan asimetris (bahu kiri lebih rendah daripada bahu kanan)
Pasien terlihat lemas dan tidak bersemangat
2. Dinamis
Pasien terlihat kesakitan saat mengangkat lengan kiri dan ada keterbatasan gerak
Saat berjalan pasien terlihat lemas
Pemeriksaan Fisik
Palpasi tes
Pengukuran Index
Intensitas Hasil : MMT Pemeriksaan Spesifik :
nyeri ( VAS )
ROM
terdapat Barthel
Hasil : 1. Upper limb tension
Pemeriksaan ROM Hasil : nyeri dan Hasil : 19
5/1 2. yergason test
Hasil : Terbatas Terbatas spasme otot
Hasil : >5 3. drop arm test
5.3
Diagnosa :
Gangguan aktifitas fungsional ekstremitas superior sinistra et
causa frozen shoulder
22
G. Diagnosa Fisioterapi
“Gangguan aktifitas fungsional ekstremitas superior sinistra et causa
frozen shoulder”
H. Problematik Fisioterapi
PROBLEMATIK
FISIOTERAPI
Participation Retriction
Activity Limitation Aktivitas pasien terhambat
Anatomical / Functional karena adanya nyeri yang
Impairment dirasakan pada bahu dan
1. Adanya nyeri Adanya keterbatasan lengan kiri, sehingga
dalam hal yang pasien memiliki
2. ROM Terbatas melibatkan bahu dan keterbatasan dalam
3.Kelemahan Otot lengan lengan ( berpakaian, melakukan pekerjaannya
kiri menyisir rambut, dll ) dan belum mampu untuk
bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar.
I. Tujuan Fisioterapi
1. Tujuan Jangka Pendek
a. Mengurangi nyeri
b. Meningkatkan kekuatan otot pada bahu dan lengan kiri
c. Meningkatkan ROM
2. Tujuan Jangka Panjang
Meningkatkan kapasitas fisik dan fungsional pasien agar
kedepannya bisa hidup secara mandiri dan tanpa adanya keterbatasan
untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
23
I : Disesuaikan ambang rasa pasien
T : Lakukan tes panas-dingin. Oleskan gel pada tranduser, lalu
tempatkan tranduser kontak langsung dengan kulit pada bagian bahu
kanan. Tranduser digerakkan dengan sedikit penekanan pada area
sekitar bahu.
T : 10 menit
2. Passive ROM Exercise(Promex)
Tujuan : Membantu sirkulasi dan vaskularisasi (merileksasikan otot),
meningkatkan gerakan sinovial untuk nutrisi cartilago, meningkatkan
mobilisasi sendi, dan memanjangkanotot.
Dosis :
F : Dilakukan tiap jadwal terapi pasien Intensitas
I : Gerakan lambat, teratur, dan terkontrol
T : Untuk mengontrol gerakan, genggam extremitas di sekitar sendi.
Gerakkan dilakukan sampai batas rasa nyeri. Penekanan diberikan pada
akhir gerakan dengan tiba-tiba untuk menambah lingkup gerak sendi.
T : 10 x repetisi
3. Active ROM Exercise (Aromex)
Tujuan : Mengembangkan koordinasi dan motor skill untuk aktifitas
fungsional serta meningkatkan daya tahan otot.
Dosis :
F : Dilakukan tiap jadwal terapi pasien
I : Gerakanterkontrololehpasien
T : Active asisted movement, free active movement, active resisted
movement. Dilakukan sendiri oleh pasien tanpabantuan.
T : 10xrepetisi
4. Streching
Tujuan : Merelaksasikan otot, meningkatkan mobilitas sendi, dan
mengulur otot musculus pectoralis mayor yang memendek.
Dosis :
F : Dilakukan tiap jadwal terapi pasien
24
I : Mempertahankantahanankontraksi8detik
T :Fisioterapis membawa lengan ke arah atas (fleksi shoulder)
T : 8xrepetisi
5. Shoulder wheel
Tujuan : Melatih otot-otot shoulder
Posisi pasien : berdiri sambil memegang alat
Teknik : pasien menggerakkan shoulder wheel ke segala
arah dan memutar shoulder wheel searah jarum jam.
Dosis
F : 3 kali seminggu
I : Disesuaikan kemampuan pasien
T : Menarik alat shoulder wheel
T : 5-10 menit
6. Wall Bar
Tujuan : Melatih otot-otot shoulder
Posisi pasien : Berdiri sambil memegang alat Wall Bar
Teknik : Pasien memegang wall bar setinggi mungkin dan
disesuaikan dengan kemampuan pasien
Dosis
F : 3 kali seminggu
I : Disesuaikan kemampuan pasien
T : Memegang alat wall bar
T : 5-10 menit
K. Evaluasi
Setelah dilakukan beberapa kali intervensi fisioterapi pada pasien
didapatkan hasil evaluasi sebagai berikut :
Indikator Sebelum Sesudah
Nilai 7 Nilai 5
Nyeri ( VAS )
Sangat terbatas Terbatas
ROM
Nilai 0 Nilai 1
MMT
25
BAB IV
PENUTUP
Kasus frozen shoulder memiliki masalah yang komplek bila
dibandingkan dengan tendinitis dan bursitis karena terjadi keterbatasan gerak
yang lebih berat dan prognosis kesembuhan yang lebih buruk dibandingkan
dengan tendinitis dan bursitis (Calliet, 1991).
Frozen shoulder atau baku beku merupakan istilah yang merupakan
wadah untuk semua gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan
pembatasan lingkup gerak sendi baik aktif maupun pasif akibat capsulitis
adhesive yang disebabkan adanya perlengketan kapsul sendi, yang sebenarnya
lebih tepat untuk menggolongkannya dalam kelompok periarthritis (Sidharta,
1984). Dalam pendapat yang lain frozen shoulder adalah penyakit kronis
dengan gejala khas berupa nyeri bahu dan pembatasan lingkup gerak sendi
bahu yang dapat mengakibatkan gangguan aktivitaskerjasehari-
hari(AAOS,2000).
Fisioterapi sebagai salah satu tenaga kesehatan berperan dan
memelihara, meningkatkan dan memperbaiki kemampuan gerak dan fungsi.
Berbagai teknik dan modalitas dapat dipergunakan untuk menyelesaikan
problematik frozen shoulder, seperti pengunaan electrotherapy dikombinasikan
dengan terapi manual danterapilatihan.
26
DAFTAR PUSTAKA
27