Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

Low back pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan didaerah punggung bawah, dapat
berupa nyeri lokal maupun disertai nyeri lokal ataupun disertai nyeri radikuler dan atau
keduanya yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi radik lumbosakralis yang dapat disertai
dengan kelemahan motorik, gangguan sensorik dan menurunnya refleks fisiologis. (Melialla
et all.2001)

Salah satu penyebab yang paling sering dari nyeri punggung adalah Hernia Nucleus
Pulposus (HNP). HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus (Brunner dan Suddarth, 2002).

Prevalensi HNP berkisar antara 1-2% dari populasi (purwanto), usia yang paling
sering mengalami HNP pada usia 30-50 tahun ( feskes et all, 2003). HNP lumbalis paling
sering 90% mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5 (purwanto,2003).

Nukleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat semigetalin. Nukleus ini
mengandung berkas-berkas kolagen sel jaringan penymabung dan sel-sel tulang rawan. Dan
berperan penting dalam pertukaran caira antara diskus dan pembuluh-pembuluh kapiler.

Berbagai modalitas radiologi untuk mrengetahui dan mengevalusi hernia diskus


intervertebralis seperti CT scan, MRI, foto rongen atau foto polos dan Myelografi. Dalam
beberapa peneltian diketaahui bahwa MRI memiliki daya sensitivitas dan spesifitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan modalitas radiologic lainnya dalam mengevaluasi
(Karppinen, 2001)

Modalitas fisioterapi yang diberikan untuk kondisi ini adalah berupa Infra Red, Ultra
Sound, dan terapi latihan berupa teknik Mc. Kenzie Exercise.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI FISIOLOGI

Ruas-ruas tulang belakang manusia tersusun dari atas ke bawah, diantara ruas-
ruas tersebut dihubungkan dengan tulang rawan yang disebut cakram sehingga tulang
belakang dapat tegak dan membungkuk, disebelah depan dan belakangnya terdapat
kumpulan serabut kenyal. Tulang belakang terdiri dari 30 tulang yang terdiri atas:
- Vertebra servicalis sebanyak 7 ruas dengan badan ruas kecil, rendah dan
berbentuk segi empat dengan lubang ruasnya besar. Foramen vertebra berbentuk
segitiga dan besar. Pada taju sayapnya terdapat lubang saraf yang disebut
foramen transversalis yang dilalui oleh arteri dan vena vertebralis. Pada ujung
prosesus tansversus terdapat 2 buah tonjolan yaitu tuberculum anterius dan
tuberculum posterius yang dipisahkan oleh suatu alur yaitu sulcus spinalis tempat
berjalannya nervus spinalis. Prosesus spinosusnya pendek dan bercabang dua.
Ruas pertama disebut atlas yang memungkinkan kepala mengangguk. Ruas
kedua disebut prosesus odontoit (aksis) yang memungkinkan kepala berputar ke
kiri dan kekanan.
- Vertebra thorakal sebanyak 12 ruas. Badan ruasnya besar dan kuat, taju durinya
panjang dan melengkung. Facies articularis superior menghadap ke belakang dan
lateral dan facies articularis inferior menghadap ke depan dan medial.
- Vertebra lumbalis sebanyak 5 ruas. Badan ruasnya tebal, besar dan kuat, bersifat
pasif. Prosesus spinosusnya besar dan pendek. Facies prosesus artikularis
superior menghadap ke medial dan facies articularis inferiornya menghadap ke
lateral. Bagian ruas kelima agak menonjol disebut promontorium.
- Vertebra sacralis sebanyak 5 ruas, ruas-ruasnya menjadi satu sehingga berbentuk
baji, yang cekung di anterior. Batas inferior yang sempit berartikulasi dengan
kedua os coxae, membentuk artikulatio sacroiliaca.
- Vertebra koksigialis sebanyak 4 ruas. Ruasnya kecil dan membentuk sebuah
tulang segitiga kecil, yang berartikulasi pada basisnya pada ujung bawah sacrum.
Dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian dengan sacrum.

2
Gambar 1. Tulang Belakang

Secara umum struktur tulang belakang tersusun atas dua kolom yaitu :

- Kolom korpus vertebra beserta semua diskus intervetebra yang berada


diantaranya.
- Kolom elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang terdiri atas
lamina, pedikel, prosesus spinosus, prosesus transversus dan pars artikularis,
ligamentum-ligamentum supraspinosum dan intraspinosum, ligamentum flavum,
serta kapsul sendi.
- Korpus
Merupakan bagian terbesar dari vertebra, berbentuk silindris yang mempunyai
beberapa facies (dataran) yaitu : facies anterior berbentuk konvek dari arah
samping dan konkaf dari arah cranial ke caudal. Facies superior berbentuk
konkaf pada lumbal 4-5.
- Arcus
Merupakan lengkungan simetris di kiri-kanan dan berpangkal pada korpus
menuju dorsal pangkalnya disebut radik arcus vertebra dan ada tonjolan ke arah
lateral yang disebut procesus spinosus.
- Foramen vertebra
Merupakan lubang yang besar yang terdapat diantara corpus dan arcus bila
dilihat dari columna vetebralis, foramen vetebra ini membentuk suatu saluran
yang disebut canalis vetebralisalis, yang akan terisi oleh medula spinalis.

Stabilitas pada vertebra ada dua macam yaitu stabilisasi pasif dan stabilisasi aktif.
Untuk stabilisasi pasif adalah ligament yang terdiri dari :

3
- ligament longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior tiap diskus dan
anterior korpus vertebra, ligament ini mengontrol gerakan ekstensi.
- Ligament longitudinal posterior yang memanjang dan melekat pada bagian
posterior dikcus dan posterior korpus vertebra. Ligament ini berfungsi untuk
mengontrol gerakan fleksi.
- Ligament flavum terletak di dorsal vertebra di antara lamina yang berfungsi
melindungi medulla spinalis dari posterior.
- ligament tranfersum melekat pada tiap procesus tranversus yang berfungsi
mengontrol gerakan fleksi.

Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena
adanya dua sendi di posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior. Bila dilihat
dari samping, pilar tulang belakang membentuk lengkungan atau lordosis di daerah
servikal, torakal dan lumbal. Keseluruhan vertebra maupun masing-masing tulang
vertebra berikut diskus intervertebralisnya bukanlah merupakan satu struktur yang
elastis, melainkan satu kesatuan yang kokoh dengan diskus yang memungkinkan
gerakan bergesek antar korpus ruas tulang belakang. Lingkup gerak sendi pada
vertebra servikal adalah yang terbesar. Vertebra torakal berlingkup gerakan yang
sedikit karena adanya tulang rusuk yang membentuk toraks, sedangkan vertebra
lumbal mempunyai ruang lingkup gerak yang lebih besar dari torakal tetapi makin ke
bawah lingkup geraknya makinkecil.7,8

4
Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus vertebra yang
berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis, dan sendi sakroiliaka.
Ligamentum longitudinal dan discus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra
yang berdekatan.
Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra sakralis
terdapat discus intervertebralis. Discus-discus ini membentuk sendi fobrokartilago
yang lentur antara dua vertebra. Discus dipisahkan dari tulang yang diatas dan
dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis. Discus intervertebralis
menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari servikal
sampai lumbal atau sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam
kejut (shock absorber). Diskus intervertebralis terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
a. Annulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:
 Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan
menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya
seakan-akan menyerupai gulungan per (coiled spring)
 Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus
 Daerah transisi.
b. Nucleus pulposus
Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat
semigetalin, nucleus ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan
penyambung dan sel-sel tulang rawan. Juga berperan penting dalam pertukaran
cairan antar discus dan pembuluh-pembuluh kapiler.
c. Vertebral endplate
Tulang rawan yang membungkus apofisis korpus vertebra, membentuk
batas atas dan bawah dari diskus.
Diskus intervertabralis berfungsi secara hidrodinamik. Tekanan pada nucleus
disebarkan ke semua arah, hal inilah yang menjaga tetap terpisahnya vertebral end
plates. Serabut-serabut annulus fibrosus mempunyai kemampuan cukup untuk
bergerak fleksi dan ekstensi sehingga memungkinkan perubahan bentuk dari nukleus
pulposus. Fleksibilitas dari annulus fibrosus dimungkinkan oleh karena adanya (1)
kelenturan, (2) kemampuan memanjang dan (3) adanya
lubrikasi atau pelumasan dari lembaran-lemabaran annulus.

5
Nucleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan
(hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat
sangat higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan
menahan tekanan atau beban.
Diskus intervertebralis, baik annulus fibrosus maupun nukleus pulposus adalah
bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang peka nyeri adalah :
 Ligamentum longitudinal anterior
 Ligamentum longitudinal posterior
 Corpus vertebrae dan periosteumnya
 Ligamentum supraspinosum
- Fasia dan otot
Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical yang
terbentang dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital
magnum, masuk kekanalis sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri
dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan kanan) yang terdiri atas :
- 8 pasang saraf servical.
- 5 pasang saraf thorakal.
- 5 pasang saraf lumbal.
- 5 pasang saraf sacral.
- 1 pasang saraf cogsigeal.
Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian yaitu
substansia grisea (badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea mengelilingi
kanalis centralis sehingga membentuk kolumna dorsalis, kolumna lateralis dan
kolumna ventralis. Kolumna ini menyerupai tanduk yang disebut conv. Substansia alba
mengandung saraf myelin (akson).
Sumsum tulang belakang berjalan melalui tiap-tiap vertebra dan membawa
saraf yang menyampaikan sensasi dan gerakan dari dan ke berbagai area tubuh.
Semakin tinggi kerusakan saraf tulang belakang, maka semakin luas trauma yang
diakibatkan. Misal, jika kerusakan saraf tulang belakang di daerah leher, hal ini dapat
berpengaruh pada fungsi di bawahnya dan menyebabkan seseorang lumpuh pada
kedua sisi mulai dari leher ke bawah dan tidak terdapat sensasi di bawah leher.
Kerusakan yang lebih rendah pada tulang sakral mengakibatkan sedikit kehilangan
fungsi.

6
B. PATOLOGI
1. Definisi

Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah,
dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini
terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah
lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah
tungkai dan kaki. LBP atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu dari
gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi yang
salah.
Klasifikasi LBP:
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang termasuk
dalam low back pain terdiri dari :
 Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi: Superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra
thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh
garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.
 Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis
pertama, inferior oleh garis transversal imajiner melalui spina iliaka
superior posterior dan inferior.
 Lumbasacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain
dan 1/3 atas daerah sacral spina pain. Lumbasacral Pain, nyeri di daerah
1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spina pain.
2. Etiologi
Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu:
a. LBP Viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di
daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak
bertambah berat dengan aktivitas tubuh, juga tidak berkurang dengan istirahat.
Penderita LBP viserogenik yang mengalami nyeri hebat akan selalu
menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang penderita LBP spondilogenik

7
akan lebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu untuk menghilangkan
nyerinya.
b. LBP vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri
punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteri glutealis superior
dapat menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin memberat saat jalan
dan mereda saat berdiri. Nyeri dapat menjalar ke bawah sehingga sangat mirip
dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak terpengaruh oleh presipitasi
tertentu misalnya : membungkuk, mengangkat benda berat yang mana dapat
menimbulkan tekanan sepanjang kolumna vertebralis. Kaludikatio intermitten
nyerinya menyerupai iskialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks.
c. LBP neurogeik
a. Neoplasma:
Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik, sensibilitas dan
vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada waktu sedang tidur sehingga
membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang bila penderita berjalan.
b. Araknoiditis:
Pada keadaan ini terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri timbul bila terjadi
penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut.
c. Stenosis kanalis spinalis :
Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi discus
intervertebralis dan biasanya di sertai ligamentum flavum. Gejala klinis
timbulnya gejala klaudicatio intermitten disertai rasa kesemutan dan nyeri
tetap ada walaupun penderita istirahat.
d. LBP spondilogenik
Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis
yang terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan proses patologik di
artikulatio sacroiliaka.
 LBP osteogenik
Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis
tuberculosa, trauma yang dapat mengakibatkan fraktur maupun
spondilolistesis, keganasan, kongenital misalnya scoliosis lumbal, nyeri
yang timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan selaput artikulasi

8
posterior satu sisi, metabolik mislnya osteoporosis, osteofibrosis,
alkaptonuria, hipofosfatemia familial.
 LBP diskogenik
1. Spondilosis:
Proses degenerasi yang progresif pada discus intervertebralis, sehingga
jarak antar vertebra menyempit, menyebabkan timbulnya osteofit,
penyempitan kanalis spinalis dan foramen intervertebrale dan iritasi
persendian posterior. Rasa nyeri disebabkan oleh terjadinya osteoarthritis
dan tertekannya radiks oleh kantong duramater yang mengakibatkan
iskemi dan radang. Gejala neurologik timbul karena gangguan pada
radiks yaitu: gangguan sensibilitas dan motorik (paresis, fasikulasi dan
atrofi otot). Nyeri akan bertambah apabila tekanan LCS dinaikkan
dengan cara penderita disuruh mengejan (percobaan valsava) atau
dengan menekan kedua vena jugularis (percobaan Naffziger).
2. Hernia nucleus pulposus (HNP):
Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian
menekan ke arah kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang robek.
Dasar terjadinya HNP yaitu degenerasi discus intervertebralis. Pada
umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang berlebihan misalnya
mengangkat benda berat, mendorong barang berat. HNP lebih banyak
dialami oleh laki-laki dibanding wanita. Gejala pertama yang timbul
yaitu rasa nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot-otot sekitar lesi
dan nyeri tekan di tempat tersebut. Hal ini disebabkan oleh spasme otot-
otot tersebut dan spasme ini menyebabkan berkurangnya lordosis lumbal
dan terjadi scoliosis. HNP sentral menimbulkan paraparesis flaksid,
parestesia dan retensi urin. HNP lateral kebanyakan terjadi pada L5-S1
dan L4-L5 pada HNP lateral L5-S1 rasa nyeri terdapat di punggung
bawah, ditengah-tengah antara kedua bokong dan betis, belakang tumit
dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari V kaki juga berkurang dan
reaksi achilles negative. Pada HNP lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri
tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral bokong, tungkai
bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari
kaki berkurang dan refleks patella negative. Sensibilitas pada dermatom
yang sesuai dengan radiks yang terkena, menurun. Pada tes laseque akan
9
dirasakan nyeri di sepanjang bagian belakang. Percobaan valsava dan
naffziger akan memberikan hasil positif.
3. Spondilitis ankilosa:
Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka yang kemudian menjalar keatas,
ke daerah leher. Gejala permulaan berupa rasa kaku di punggung bawah
waktu bangun tidur dan hilang setelah mengadakan gerakan. Pada foto
rontgen terlihat gambaran yang mirip dengan ruas-ruas bamboo sehingga
disebut bamboo spine.
 LBP miogenik
Ketegangan otot :
 Sikap tegang yang berulang-ulang pada posisi yang sama akan
memendekan otot yang akhirnya akan timbul rasa nyeri. Rasa nyeri
timbul karena iskemia ringan pasa jaringan otot regangan yang
berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan
pada kapsula.
Spasme otot atau kejang otot :
 Disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana jaringan otot
sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang
pemanasan. Gejalanya yaitu adanya kontraksi otot yang disertai
dengan nyeri hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri
sekaligus menambah kontraksi.
Defisiensi otot :
 Disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisme
yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena
imobilisasi.
Otot yang hipersensitif :
 Menciptakan suatu daerah yang apabila dirangsang akan
menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu.
e. LBP psikogenik
Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau
campuran keduanya.

10
3. Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang
tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai
ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut
memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan
perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan
tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari dan
melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot
abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak
pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Mengangkat beban
berat pada posisi membungkuk menyamping menyebabkan otot tidak mampu
mempertahankan posisi tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada saat
facet joint lepas dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua
permukaan facet joint menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang
akhirnya menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obesitas,
masalah postur, masalah struktur, dan perengangan berlebihan pendukung tulang
dapat berakibat nyeri punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami
perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama
tersusun atas fibrokartilago dengan matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1,
menderita stress mekanis paling berat dan perubahan degenerasi terberat.
Penonjolan faset akan mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar
dari kanalis spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.
4. Gambaran Klinis
Gejala klinik bervariasi tergantung pada derajatnya dan radiks yang terkena.
Pada stadium awal, gejala asimtomatik. Gejala klinis muncul ketika nucleus
pulposus menekan saraf. Gejala klinis yang paling sering adalah iscialgia (nyeri
radikuler). Nyeri biasanya bersifat tajam, seperti terbakar dan berdenyut menjalar
sampai bawah lutut. Bila saraf sensoris kena maka akan memberikan gejala
kesemutan atau rasa baal sesuai dermatomnya. Bila mengenai conus atau cauda
ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan disfungsi seksual. Nyeri yang
timbul sesuai dengan distribusi dermatom (nyeri radikuler) dan kelemahan otot
sesuai dengan miotom yang terkena.(Autio,2006)(Sylvia,1995)
11
Gambar daerah Dermatom

Level Lokasi Lokasi Kelemah Perubaha


HNP/ Nyeri Kebas an Otot n
Akar Refleks
Saraf
yang
Terlibat
C4- C5 Leher C5 Deltoid Penuruna
C5 Bahu Dermato Supraspin n refleks
m atus biceps
C5-C6 Leher C6 Biceps Penuruna
C6 Lengan Dermato n refleks
bawah m biceps
brachii
C6- C7 Leher C7 Triceps Penuruna
C7 Jari Dermato n refleks
Tengah m triceps
L3-L4 Punggung L4 Quadricep Penuruna
L4 bawah,pin Dermato s n refleks
ggul m patella
Paha

12
posterolat
eral
Kaki
anterior
L4-L5 Sendi L5 Ekstensor Penuruna
L5 sacroiliac Dermato dari n refleks
Paha m jempol biceps
lateral kaki femoris
hingga Sulit
tumit berjalan
dengan
tumit
L5-S1 Sendi S1 Plantar Penuruna
S1 sacroiliac Dermato fleksi dari n refleks
Paha m jari-jari Achilles
posterior kaki
Kaki Sulit
lateral berjalan
sampai pada kaki
jari kaki

C. INTERVENSI FISIOTERAPI
a. Exercise
 Breathing exercise
Tujuan: untuk mengatur fungsi pernafasan pasien dan meningkatkan
kebugaran pasien.
Teknik: fisioterapi mengintruksikan kepada pasien untuk menarik
nafas dalam dan di keluarjan melalui mulut.
 Strengthening Exercise
Tujuan: untuk meningkatkan kekuatan otot hip
Teknik: Dalam posisi tidur terlentang, hip fleksi 90 derajat kemudian
fisioterapis menggerakkan hip pasien kearah ekstensi dan meminta
pasien untuk memberikan tahanan.

13
b. Terapi latihan
 Mc. Kenzie
Tujuan: pengutan dan peregangan otot-otot fleksor dan ekstensor sendi
lumbosacralis dan otot-otot paha.
Teknik:
Latihan 1: posisi pasien terkungrap, kepala menghadap ke salah satu
sisi, pasien diminta untuk tarik nafas dan rileks selama 4-5 menit.
Latihan 2: posisi tengkurap, lipat siku, badan bertumpu pada siku.
Pandangan lurus kedepan, lalu pertahankan posisi selama 2-5 menit.
Latihan 3: posisi tengkurap, posisi tangan seperti push up, lalu
gerakan tekan matras pinggang dan badan tegak lurus keatas . ushakan
pelvic dan kedua lutut tetap menempel pada lantai. Pertahankan posisi
selama 5 detik dengan 10x repetisi.
Latihan 4: posisi tengkurap, lipat kedua siku badan bertumpu pada
kedua siku tersebut. Pandangan lurus kedepan dengan kedua tangan
lurus, angkat kepala sekitar 45 derajar, pasien diminta menggerakkan
satu tungkai, kemudian secara bergantian.
Latihan 5: posis berdiri tegak, kaki agak terbuka, kedua tangan pada
pinggang, jari terbuka kebelakang, lalu bungkukkan badan kebelakang
sesuai kemampuan pasien, pertahankan posisi selama 5 detik.
c. Elektroterapi
 Microwave Diathermy ( MWD)
Tujuan: menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot melalui efek
sedative, serta perbaikan metabolisme.
Indikasi : post akut musculoskeletal injuri, kerobekan otot dan tendon,
penyakit degenerasi sendi, menignkatkan extensibilitas kolllagen,
mengurangi kekakuan sendi, lesi kapsul, myofascial trigger point, dan
mengurangi nyeri sub akuut dan sub kronik.
Kontra indikasi: akut traumatic muskculoskeletal injur, kondisi-
kondisi akut inflamasi, area ischemiadan efusi sendi, mata kontak
lensa, area pelvic selama menstruasi dan kehamilan, pemasangan
meta/besi pada tulang, cardiac pacemakers, alat-alat intrauterine.

14
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien


 Nama : Tn. B
 Umur : 35 Tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Alamat : Makassar

Pemeriksaan vital sign

 Tekanan darah : 133/93 mmHg


 Denyut Nadi : 76 kali/menit
 Pernafasn : 20/menit
 Suhu : 36 derajat Celcius
B. Anamnesis Khusus (history Taking)
 Keluhan utama : nyeri punggung bawah menjalar ke tungkai
kanan
 Lokasi keluhan : punggung dan tungkai kanan
 Sifat keluhan : nyeri

 Riwayat perjalanan penyakit : pasien dengan keluhan nyeri perut bagian


bawah kiri dan kanan kurang lebih 2 minggu terakhir, terkadang tembus ke
belakang terus menerus dan tidak mual atau muntah. sebelum menderita nyeri
punggung bawah pasien selalu mengangkat barang – barang berat, sampai 2
minggu yang lalu pasien merasakan nyeri punggung.

C. Inspeksi/Observasi
 Statis
- Pasien menggunakan korset
- Raut wajah pasien tampak cemas
 Dinamis
- Pasien belum bisa melakukan gerakan fleksi lumbal
- Pasien belum bisa berjalan dengan baik

15
D. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi
1. Tes nyeri
 VAS
Prosedur : fisioterapi menanyakan kepada pasien intesnitas nyeri yang
dirasakan pasien

0 : Tidak ada nyeri

1-3 : nyeri ringan

4-6 : nyeri sedang

7-10 : nyeri berat

Hasil : 6 (nyeri sedang)

2. Pemeriksaan Lasegue’s test


Prosedur: fisioterapi meletakkan satu tangan pada ankle pasien, kemudian secara
pasif memfleksikan HIP pasien hingga pasien merasakan nyeri pada pinggang
atau bagian posterior tungkai
Hasil : positif
3. Tes Patrick
Prosedur: tungkai kanan pasien dalam posisi fleksi pada sendi lutut sementara
tumit diletakkan pada lutut sebelah kiri, kemudian lutut pada tungkai kanan di
tekan kebawah.
Hasil : positif
4. Tes anti Patrick
Prosedur: pasien fleksi pada salah satu sendi lutut dan dan sendi panggul,
kemudian lutut di dorong kerah medial
Hasil: pasien tidak merasakan nyeri

16
5. Bragard’s test
Prosedur: prosedurnya sama seperti lasegue’s test. Bedanya pada bragard’s test
fisioterapi menambahkan fleksi servical pasien secara pasif, disertai dorso fleksi
ankle pasie.
Hasil: positif
6. Tes sensorik : Fisioterapi mencubit, menekan dan menggores pada tungkai
sebelah kiri dan kanan pasien
Hasil : Penurunan sensasi pada tungkai kanan
7. MMT (Manual Muscle Testing)
Extremitas inferior
Gerakan Kanan Kiri
Fleksi hip 5 5
Ekstensi hip 5 5
Abduksi Hip 5 5
Adduksi Hip 5 5
Eksorotasi Hip 5 5
Endorotasi Hip 5 5
8. Tes palpasi
 Palpasi otot erectore sipne
Prosedur: fisioterapi meraba dan menekan otot pasien
Hasil : terjadi spasme pada otot erector spine dan nyeri tekan pada otot
piriformis
9. Tes perkusi
Prosedur: pasien tidur terkurap, kedua telapak tangan fisioterapi saling di tautkan
pada segemen yang akan di periksa. Kemudian memberikan penekanan pada
segmen L4-L5. Jika terdapat bunyi krepitasi dan tenderness maka hasil tes perkusi
positif.
Hasil: bunyi pada segmen L4-L5

17
10. Tes ADL ( indeks barthel )
No Jenis Aktivitas Kriteria Skor
1 Saya dapat mengendalikan BAB 0 = Tidak dapat 2
1 = kadang-kadang
2 = selalu
2. Saya dapat mengendalikan BAK 0 0 = tidak dapat 2
1 = kadang-kadang
1 2 = selalu
3 Saya dapat memeliha diri ( muka, 0 = tidak dapat 1
rambut, gigi, cukur) 1 = selalu
4 Saya dapat menggunakan toilet 0 = sepenuhnya dibantu 1
2 1 = bantu jika perlu
3 2 = bisa
5 Makan 0 = bergantung orang lain 2
1 = bantu jika perlu
2 = bisa
6 Merubah sikap dari baring ke 0 = bergantung dengan 2
duduk orang lain
1 = perlu banyak bantuan
untuk bias duduk
2 = perlu sedikit
3 = bebas
7 Berpindah/jalan 0 = bergantung orang lain 2
1 = tidak bisa, tapi dapat
menjalankan kursi roda
sendiri
2 = dapat, tapi dibantu
orang lain
3 = bebas penuh

18
8 Berpakaian 0= bergantung orang lain 2
1= kadang-kadang
dibantu
2= bebas termasuk pakai
Adfdff sepatu

9 Naik turun tangga 0= tidak mampu 0


1= perlu bantuan
2= bebas
10 Mandi 0= bergantung orang lain 1
1= bebas termasuk keluar
dan masuk kamar mandi
11 Beribadah 0 = tidak mampu 2
1 = dapat, tapi dalam
posisi duduk
2 = bebas penuh
Jumlah 17

Interprestasi : 14 ( cacat ringan)

 0-4 : cacat sangat berat


 5-9 : cacat berat
 10-14 : cacat ringan
 >20 : bebas dann fungsih penuh
11. Pemeriksaan penunjang
 Foto MRI
Hasil : rupturnya nucleus pulpos sehingga menonjol melalui annulus fibrosus
kedalam canalis spinalis dan mengakibatkan penekanan radiks saraf.

19
E. Algoritma Assesmen Fisioterapi
Algoritma assessment pada gangguan Aktivitas fungsional akibat low back pain
(LBP) et causa HNP segmen L4-L5

History taking
pasien dengan keluhan nyeri perut bagian bawah kiri dan kanan kurang lebih 2 minggu
terakhir, terkadang tembus ke belakang terus menerus dan tidak mual atau muntah.
sebelum menderita nyeri punggung bawah pasien selalu mengangkat barang – barang
berat, sampai 2 minggu yang lalu pasien merasakan nyeri punggung.

Inspeksi

Statis : Pasien menggunakan korset dan Raut wajah pasien tampak cemas

Dinamis : pasien belum bisa melakukan gerakan fleksi lumbal dan pasien belum bisa
berjalan dengan baik.

Pemeriksaan fisik

Tes nyeri (VAS) : 6 lasegue’s test : Petrick test : positif Anti Patrick test:
(nyeri sedang) positif pasien tidak mersakan
nyeri

Bragard’s test: Tes sensorik: MMT : kanan 5 kiri


Tes palpasi: spasme
positif penurunan sensasi 5
otot erector spine
pada tungkai kanan
dan nyeri tekan otot
piriformis
Tes Perkusi: bunyi
pada segmen L4-L5 Tes ADL: nyeri
ringan

Memperkuat diagnose dengan


foto MRI

20
Gangguan aktivitas fungsional akibat LBP et causa
HNP segmen L4-L5

F. Diagnosa fisioterapi
Gangguan aktivitas fungsional akibat LBP et causa HNP segmen L4-L5
G. Problematika Fisoterapi

Kondisi /penyakit

Gangguan aktivitas fungsional akibat low back pain (LBP) et causa

hernia nucleus pulposus Segmen L4-L5

Acivity limitation Participation Restriction


Impairment ( body

structure and function)  Kesulitan untuk  Terganggunya

aktivitas berdiri aktifitas


 Nyeri punggung
dan berjalan fungsional
menjalar ke
 Kesulitan untuk  Kesulitan untuk
tungkai kanan
beraktivitas beribadah
 Spasme otot
 Kesulitan untuk
erector spine
bekerja
 Gangguan ADL

21
H. Tujuan interversi Fisioterapi
1. Tujuan jangka pendek
a. Menurunkan nyeri
b. Mengurangi spasme otot erector spine
c. Meningkatkan ROM lumbal
d. Memperbaiki ADL berdiri dan berjalan
2. Tujuan jangka panjang
Meningkatkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien.
I. Program Intervensi Fisioterapi
Nama Pasien : Tn. B
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki

Diagnosa fisioterapi : Gangguan aktivitas fungsional akibat low back pain (LBP) et causa
hernia nucleus pulposus segmen L4-L5

Jenis intervensi Tujuan intervensi Alasan Klinis

Infra Red Untuk melancarkan peredaran Menghilangkan spasme dan


darah dan merilekskan otot membuat relaksasi otot

Ultra sound Untuk mengurang nyeri akibat Menghilangkan spasme otot


otot yang mengalami
ketegangan dan kekauan.

J. Evaluasi Hasil Terapi


a. Intesitas nyeri sedikit berkurang
b. Spasme otot belum berkurang
c. Pasien mampu ke toilet sendir tanpa bantuan orang lain
K. Edukasi
a. Perhatikan posisi tubuh pada saat bekerja dan jangan terlalu lama berada pada
posisi yang sama.
b. Berhati-hati terhadap yang dapat membebani vertebra/gerakn membungkuk (
misalnya mengangkat beban , posisi kerja).
c. Duduk dengan posisi punggung tegak.

22
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Low back pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan didaerah punggung bawah,
dapat berupa nyeri lokal maupun disertai nyeri lokal ataupun disertai nyeri radikuler
dan atau keduanya yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi radik lumbosakralis
yang dapat disertai dengan kelemahan motorik, gangguan sensorik dan menurunnya
refleks fisiologis. (Melialla et all.2001).
Salah satu penyebab yang paling sering dari nyeri punggung adalah Hernia
Nucleus Pulposus (HNP). Hernia nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya
kandungan annulus fibrosus dari disku intervertebralis lumbal pada spinal canal atau
rupture annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan
kompesi pada element saraf. Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-
L5 atau L5-S1.
Adapun pendekatan interfensi yang dilakukan adalah:
a. Teknik latihan Mc.Kenzie
b. IR
c. Ultra Sound
d. Strethening exercise
e. Breathing exercise

23
DAFTAR PUSTAKA

 Bimariotejo. (2009). Low Back Pain (LBP). Diambil 22 September 2017


dari www.backpainforum.com.
 Daniel. (2006). OAINS Konvensional Masih Jadi Pilihan. Diambil 22
September 2017 dari http://www.majalah.farmacia.com/default.asp..
 Idyan, Z. (2008). Hubungan Lama duduk Saat Perkuliahan dengan Keluhan
Low Back Pain. Diambil 22 September 2017 dari http://inna-ppni.or.id.
 Kozier, B; Glenora, E; Audrey, B; Shirlee, J S. (2004). Fundamental
Nursing: Concept and Procedures. 8th edition. USA: Pearson Prentice Hall.
 Mook, E & Chin, P W. (2004). The Effects of Slow-Stroke Back Massage
on Anxiety and Shoulder Pain in Elderly Stroke Patients. Diambil 22
September 2017 dari http://www.scincedirect.com/science.
 Setyawan. (2008). Nyeri Pinggang Bawah (Low Back Pain). Diambil 22
Januari 2017 dari www.artikel_nyeri.com.
 Setyohadi, B. (2005). Etiopatogenesis Nyeri Pinggang, Temu Ilmiah
Rematologi Dan Kursus Nyeri. Jakarta: IRA.
 Shocker, M. (2008). Pengaruh Stimulus Kutaneus: Slow-Stroke Back
Massage terhadap Intensitas Nyeri Osteoarthritis. Diambil 22 Januari 2017
dari http://www.scribd.com
 Prasetya, Faksal.2015, Penatalaksanaan Fisioterapai pada Kasus Hernia
Nucleus Pulposus Lumbal Di Rsud Sarasa Husada Purworejo.
Hhtp://eprints.ums.ac.id/36770/ diakses pada tanggal 14 Maret 2018

24

Anda mungkin juga menyukai