Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN

Multiple Organ Dysfungtion Syndrome (MODS)

Kelompok 10

1. Mangsur
2. Meli Madonna
3. Mona fitria hasim
4. Mhd Ali Hafis
Pengertian
Sindrom disfungsi organ multiple (multiple organ dysfungtion syndrome disingkat MODS) dapat terjadi
pada penderita-penderita penyakit dengan kondisi kritis atau pasca trauma berat. Perjalanan alamiah sindrom
ini meliputi perawatan yang lama diruang intensif sehingga menghabiskan dana dan upaya yang besar.
MODS muncul sebagai akibat langsung dari meningkatnya kecanggihan alat-alat maupun obat-obatan untuk
menunjang kehidupan sehingga berhasil memperpanjang hidup pasien-pasien kritis yang pada masa-masa
sebelumnya tidak ada harapan lagi. Berdasarkan data dari penelitian-penelitian retrospektif terungkap bahwa
ancaman utama terhadap kelangsungan hidup pasien-pasien kritis ini bukanlah penyakit yang mendasarinya
ataupun komplikasinya, tetapi akibat suatu proses kegagalan fisiologis yang progresif pada beberapa system
organ.
Dalam dekade yang terakhir ini pendekatan ICU baik monitoring maupun resusitasi diarahkan kepada
kegagalan beberapa organ dalan waktu yang sama. Berdasarkan kematian yang terjadi oleh karena penyakit
kardiovaskular, ARDS, trauma mayor, perdarahan yang massif, pancreatitis nekrotik, kegagalan hati, shosk
dan sepsis akan menimbulkan kegagalan berbagai organ dan secara progresif menunjukkan perburukan
keadaan. Dalam terninologi klinis digunakan istilah multiple organ dysfungtion syndrome atau dalam tingkat
selanjutnya terjadi multiple organ system failure atau disebut juga dengan MOSF. Walaupun terdapat
berbagai ketidaksepahaman, penyakit ini digolongkan kedalam MOSF akan tetapi terdapat hubungan antara
organ yang disfungsi dengan monitor dan pengatasan prognose pasien.

MODS dapat bersifat primer maupun sekunder. MODS primer terjadi akibat langsung dari jejas (insult)
pada organ-organ tertentu, misalnya kontusio paru, gagal ginjal karena rabdomiolisis, atau koagulopati
karena transfuse multiple. Respon inflamasi pada MODS primer tidak menonjol. MODS sekunder bukan
akibat langsung jejas awal (initial insult), tapi terjadi sebagai konsekuensi respon inflamasi yang berlebihan,
dan meluas keseluruh oragn didalam badan; fenomena inni dinamakan systemic inflammatory response
syndrome (SIRS). Bila proses ini terjadi akibat infeksi disebut sepsis.
ETIOLOGI
Beberapa jenis jejas (insult) fisiologik maupun
patologik dapat menyebabkan MODS, antara lain :

a. Infeksi (bakteri, virus)


b. Trauma (trauma multiple, pasca operasi, heat injury,
iskemia visceral)
c. Inflamasi (HIV, eklamsia, gagal hati, tranfusi masif)
d. Non infeksi (reaksi obat, reaksi tranfusi)
Klasifikasi
 Berdasarkan penyebabnya shock diklasifikasikan menjadi (Urden, 2010):
 Shock kardiogenik
 Status shock yang disebabkan oleh kerusakan atau penurunan curah jantung.
 Shock neurogenik
 Shock neurogenik disebabkan oleh gangguan susunan saraf simpatis. Shock ini merupakan
hasil dari hilangnya atau penekanan tonus simpatik. Kurangnya tonus simpatik
menyebabkan dilatasi vena dan arteriol sehingga terjadi penurunan perfusi jaringan.
 Shock anafilaktik
 Shock anafilaktik merupakan hasil dari reaksi cepat hipersensitivitas, keadaan yang
mengancam jiwa yang membutuhkan intervensi segera. Respon antibodi-antigen hebat
diawali dengan penurunan perfusi jaringan dan respon shock umum
Patofisiologi
 Shock adalah keadaan ketidak adekuatan perfusi jaringan,
apabila tidak dikoreksi akan mengakibatkan disfungsi
organ yang progresif, cedera, hingga
kematian. Shock adalah suatu sindrom klinis yang ditandai
dengan adanya gangguan sistem sirkulasi yang
mengakibatkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi
untuk mempertahankan metabolism aerobic sel secara
normal (Rifki, 2013). Terdapat lima status shock:
Hipovolemik, Kardiogenik, Neurogenik, Anafilaktik, dan
Sepsis (Kidd et al., 2011)
  PENATALAKSANAAN KRITIS
Pada prinsipnya dibagi atas 2 yakni prevensi dan pengobatan dengan hal ingin dicapai terdapatnya adekuat
oksigenasi jaringan, mengobati infeksi, adekuat nutrisional support dan bila mungkin melakukan tindakan
seperti hemodialisis. Adapun tindakan yang perlu dilaksanakan :

a. Pencegahan; teknik pembedahan yang baik sangat penting, karena penelitian didapat 40% kasus MODS
disebabkan karena kesalahan pembedahan. Infeksi nosokomial menaikkan mortalitas menjadi 2 kali lipat. Cuci
tangan, ruangan isolasi serta pelapisan kateter IV dengan silikon/ zat antibakteri dapat mengurangi insiden
MODS.

b. Resusitasi untuk mengatasi shock dan monitor kulit, tekanan darah, temperature, aliran urin, O2 saturasi dan
asam laktat dan pH.

c. Debridement dari jaringan yang telah membusuk

d. Mengatasi infeksi yang terjadi baik infeksi intraabdominal, sepsis, infeksi oleh karena pemasangan kateter,
infeksi yang berasal dari usus dan infeksi daari daerah lainnya.

e. Memberikan nutrisi yang cukup baik dengan enteral, parenteral, bila perlu memberikan kalori yang berlebih.
Pada MOSF non kalori intake 23-35 kalori/kg/hari (3-5 gr/kg/hari glukosa ditambah dengan 0,5-1 gm/kg/hari
protein), untuk memberikan kalori digunakan keseimbangan harris benedict.

f. Terapi yang diberikan kortikosteroid dan prostaglandin-1 inhibitor. Kemudian diberikan pula imunoterapi,
fibronisentin yang merupakan suatu glikoprotein kompleks yang merangsang fagositosis, dan dapat pula
diberikan ibuprofen.
 Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
2. Resiko infeksitambahan
3. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Intervensi Keperawatan
1.Pola napas tidak efektif  
Tujuan
Dalam waktu 2x24 jam pola napas membaik
kreteria hasil
RR 30 x/I per menit
Tindakan yang akan dilakukan
4. Kaji pola napas
5. Kaji ttv dan kaji dan sianosis pada bibir dan kuku
6. Beri posisi semi fowler
7. Kolaborasi dengan dokter pemberian oksigen
2. Resiko infeksi tambahan
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x24
Kriteria Hasil :
Tanda – tanda vital normal dan tidak ditemukan tanda infeksi
Tindakan yang akan dilakukan .
1. Kaji tanda – tanda vital
2. Kaji tanda infeksi
3. Observasi alat – alat kesehatan yang terpasang

3 Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam


Kriteria Hasil : Belences cairan dalam tubuh menjadi normal dan ttv menjadi normal
Tindakan yang akan dilakukan
4. Kaji ttv
5. Observasi urine per jam
6. Beri cairan melalui IV sesuai intruksi dokter.

Anda mungkin juga menyukai