Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)


DAN SALPHINGEKTOMI

OLEH :

ROSA MAYANGSARI

PELATIHAN INSTRUMENTATOR KAMAR OPERASI


RUMAH SAKIT DR. SAIFUL ANWAR MALANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

“KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)


DAN SALPHINGEKTOMI ”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Pelatihan Instrument Bedah Di


OK OBGYN

INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS)

RSUD Dr.Saiful Anwar Malang

Oleh :

Rosa Mayangsari

Pembimbing OK OBGYN

(……………………………………………)
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
A. Definisi
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar
cavum uterus.Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium, serviks, dan
abdomen. Namun,kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba
falopi(Murria,2002).
Kehamilan etropik terjadi bila telur yang dibuahi berimplatasi dan tumbuh
diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan
kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars intertisialis tuba dan kanalis
servikalis masih termaksud dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.
Kehamilan ektopik ialah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi,
berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium
kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang
sekarang masih juga banyak dipakai, oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan
ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang normal,
misalnya kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kehamilan pada serviks uteri.
Kehamilan ektopik adalah implantasi dari pertumbuhan hasil konsepsi diluar
endometrium kavum uteri(kapita selekta,2001)
Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba.Sangat jarang terjadi
implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang
rudimeter, dan divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada
tuba, terdapat kehamilan pars intersialis tuba, kehamilan pars ismika tuba,
kehamilan pars ampullaris tuba, dan kehamilan infundibulum tuba.
B.     Klasifikasi
Klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan tempat terjadinya implantasi dari
kehamilan ektopik (Tarigan, 2016), dapat dibedakan menurut :
1. Kehamilan tuba merupakan kehamilan ektopik pada setiap bagian tuba fallopi.
Merupakan bagian jenis terbanyak gestasi ekstra uterin yang paling sering
terjadi sekitar 95% dari kehamilan ektopik. Kehamilan tuba akan menghasilkan
salah satu dari ketiga hal ini :
 Kematian hasil konsepsi dalam stadium dini : hasil konsepsi ini kemudian
bisa di absorpsi seluruhnya atau tetap tinggal sebagai mola tuba.
 Abortus tuba, yaitu hasil akhir yang paling sering ditemukan, bersama-
sama hasil konsepsi (dan kemungkinan pula darah) akan dikeluarkan dari
tuba untuk masuk ke dalam uterus atau keluar ke dalam kavum
peritoneum.
 Ruptura tuba : erosi dan akhirnya rupture tuba terjadi kalau hasil konsepsi
terus tumbuh hingga melampaui kemampuan peregangan otot tuba.
2. Kehamilan ovarial
Merupakan kehamilan pada ovarium, perdarahan terjadi bukan saja disebabkan
oleh pecahnya kehamilan ovarium tetapi juga rupture tuba korpus luteum, torsi
dan endometriosis. Meskipun daya akomodasi ovarium terhadap kehamilan
lebih besar daripada daya akomodasi tuba, kehamilan ovarium umumnya
mengalami ruptur pada trimester awal.
3. Kehamilan uterus merupakan kehamilan pada uterus yang tidak pada tempat
yang tepat, pada endometrium kavum uteri sebab implantasi terjadi pada kanalis
servikalis (gestasi pada servikal uteri), diverticulum (gestasi pada invertikulum
uteri), kurnua (gestasi pada kornu uteri), tanduk rudimenter (gestasi pada tanduk
rudimenter).
4. Kehamilan servikal adalah jenis dari kehamilan ektopik yang jarang terjadi.
Nidasi terjadi dalam selaput lendir serviks. Dengan tumbuhnya hasil konsepsi,
serviks mengembang. Kehamilan serviks jarang melewati usia gestasi 20
minggu sehingga umumnya hasil konsepsi masih kecil.
5. Kehamilan Abdominal terbagi menjadi dua yaitu :
 Primer, dimana impantasi sesudah dibuahi langsung di peritoneum atau
cavum abdominal.
 Sekunder, yaitu pembentukan zigot terjadi ditempat yang lain misalnya
didalam saluran telur atau ovarium yang selanjutnya berpindah ke dalam
rongga abdomen oleh karena terlepas dari tempat asalnya. Hampir semua
kasus kehamilan abdominal merupakan kehamilan ektopik sekunder akibat
rupture atau aborsi kehamilan tuba atau ovarium ke dalam rongga
abdomen. Walaupun ada 11 kalanya kehamilan abdominal mencapai umur
cukup bulan, hal ini jarang terjadi, yang lazim ialah bahwa janin mati
sebelum tercapai maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan
makanan kurang sempurna.
6. Kehamilan Heterotopik
Kehamilan intrauterin yang dapat terjadi dalam waktu berdekatan dengan
kehamilan ektopik. Kehamilan heterotopik dapat di bedakan atas :
 Kehamilan kombinasi (Combined Ectopik Pregnancy) yaitu kehamilan
yang dapat berlangsung dalam waktu yang sama dengan kehamilan
intrauterin normal.
 Kehamilan ektopik rangkap (Compound Ectopic Pregnancy) yaitu
terjadinya kehamilan intrauterin setelah lebih dahulu terjadi kehamilan
ektopik yang telah mati atau pun ruptur dan kehamilan intrauterin yang
terjadi kemudian berkembang seperti biasa.
7. Kehamilan interstisial yaitu implantasi hasil konsepsi terjadi dalam pars
interstitialis tuba. Kehamilan ini juga disebut sebagai kehamilan kornual
(kahamilan intrauterin, tetapi implantasi plasentanya di daerah kornu, yang kaya
akan pembuluh darah. Karena lapisan miometrium di sini lebih tebal maka
ruptur terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke 3 atau ke 4. h. Kehamilan
intraligamenter berasal dari kehamilan ektopik dalam tuba yang pecah (bagian
yang berada di antara kedua lapisan peritoneum visceral yang membentuk
ligamentum latum).
8. Kehamilan tubouterina merupakan kehamilan yang semula mengadakan
implantasi pada tuba pars interstitialis, kemudian mengadakan ekstensi secara
perlahan-lahan ke dalam kavum uteri.
9. Kehamilan tuboabdominal berasal dari tuba, dimana zigot yang semula
mengadakan implantasi di sekitar bagian fimbriae tuba, secara berangsur
mengadakan ekstensi ke kavum peritoneal.
10. Kehamilan tuboovarial digunakan bila kantung janin sebagian melekat pada
tuba dan sebagian pada jaringan ovarium.

C. Manifestasi klinik

Pada kehamilan ektopik yang mudah dan tidak terganggu terdapat gejala-
gejala seperti pada kehamilan normal yakni amenorea, enek sampai muntah dan
sebagainya.Mungkin rasa nyeri kiri atau kanan pada perut bagian bawah lebih
sering ditemukan berhubung dengan tarikan pada peritoneum berhubung dengan
pembesaran tuba dengan kehamilan ektopik. Uterus juga membesar dan lembek
seperti pada kehamilan intra uteri, pada kehamilan dua bulan mungkin disamping
uterus yang membesar dapat ditemukan tumor yang lembek dan licin, akan tetapi
hal itu disebabkan oleh korpus luteum graviditatis atau suatu tumor ovarium.
Amenorea diikuti oleh perdarahan merupakan gejala yang sering dijumpai
pada kehamilan ektopit.biasa perdarahan tidak banyak tetapi dapat berlangsung
cukup lama ,dan darah berwarnwa hitam.seperti telah dikemukakan jika mudigih
mati,desidua dapat dikeluarkan seluruhnya;ada pemeriksaan histologi pada desidua
ini tidak ditemukan villus korialus
Abortus tuba ialah gangguan yang umumnya tidak begitu mendadak,dan
dapan memberti gambaran yang beraneka ragam.timbul perdarahan dari uterus
kyang berwarna hitam,dan rasa nyeri disamping uterus bertambah
keras.pemerikssan ditemukan disamping uterus sebuah tumor nyeri tekan ,agak
pendek dan batas-batas yang tidak rata dan jelas,kadang-kadang uterus termaksud
dalam tumor tersebut. kavum dougelasi,menonjol kevagina karena darah
didalamnya,kadang-kadang teraba dengan jelas,hemtokele sebagai tumor agak
lembek.satu gejala yang penting ialah timbul nyeri yang cukup keras apabila serviks
uteri digerakan.
Tergantung dari banyaknya darah yang keluar kerongga perut,penderita
tampak biasa zaja.atau tampak anemis.suhu badan agak naik ,tetapi tidak
banyak.ditempat adanya hematosalping perut nyeri pada palpasi,dan kadang-kadang
dapat diraba,tumor pada pemeriksaan tersebut.
Pada ruptur tuba peristiwa terjadi dengan mendadak dan keadaan penderita
umumnya lebih gawat.adanya enemi lebih tampak ,kadang-kadang penderita dalam
keadaan syok,dengan suhu badan menurun,nadi cepat,tekanan darah menurun,dan
bagian perifer badan terasa dingin.perut agak membesar,menunjukan tanda-tanda
rangsangan peritoneum dengan rassa nyeri yang keras pada palpasi.kadang-kadang
dapat ditemukan adanya cairan bebas dalam rongga perut.pada pemeriksaan
genekologik uterus tidak dapat diraba dengan jelas karena dinding perut menegang
dan uterus dikelilingi oleh darah.gerakan pada serviks uteri nyeri sekali,dan kavum
douglas terang menonjol.

Manisfestasi klinik pada klien dengan kehamilan ektopik adalah sebagai berikut.
1. Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada umumnya
ibu menunjukan gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri
sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada
pemeriksaan vaginal, uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin
besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil
konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada bimanual.
2. Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-bada dari perdarahan banyak
yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang tiadk jelas
sehingga sukar dibuat diagnosisnya.
3. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intesitas yang
kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk
kedalam syok.
4. Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik.
Lamanya amenore tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat berpriasi.

D. Etiologi
Sebagian besar penyebab tidak banyak diketahui,kemungkinan faktor yang
memegang peran adalah sebagai berikut:
1. Faktor dalam lumen tuba: endosalfingitis, hipoplasia lumen tuba.
2. Faktor lumen tuba: endometriosis tuba, diventrikel tuba kongenital.
3. Faktor di luar dinding lumen tuba.
4. Faktor lain: migrasi luar ovum, fertilisasi in vitro.
Menurut SarwonoPrawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (2008)
adalahetiologi kehamilan ektopik sudah banyak disebutkan karena secara
patofisiologi mudah dimengrti sesuai dengan proses awal kehamilan sejak
pembuahan sampai nidasi. Bila nidasi terjadi diluar kavum uteri ataw diluar
endomeamilan etrium, maka terjadilah ektopik.Dengan demikian. Fakto-faktor yang
menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium menjadi
penyebab kehamilan ektopik in.
Factor- factor disebutkan adalah sebagai berikut :
1) Factor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tubah
menyempit atau buntu.Keadaan uterus yang mengalami hypoplasia dan saluran
tubah yang berkelok-kelok panjang dapat menyebabakan fungsi silia tuba tidak
berfungsi dengan baik.juga pada keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba dapat
merupakan predisposisi terjadinya kehamian ektopik.Factor tuba yang lain
adalah adanya kelainan endometriosis tuba atau difertikel saluran tuba yang
bersifat kongenital. Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri,
atau tumor ovarium yag menyebabkan perubahan bentuk dan potensi tUba, juga
dapat menjadi etiologic kehamilan ektopik.
2) Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka
zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti
dan tumbuh disaluran tubah .
3) Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral,dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang
sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
4) Faktor hormonal
Pada akseptor, pil kb yang hanya mengandung progesterone dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
5) Factor lain.
Termaksut disini antara lain adalah pemakan IUD dimana proses
peradagan yang dapat timbul pada endometrium dan endosapling dapat
menyebabkan kehamilan ektopik. Factor umur penderita yang sudah
menuah.Dan factor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya
kehamilan ektopik.

E. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau
abortus tuba, aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba
secara mendadak: ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi
pada pars ismikus tuba yang sempit, abortus tuba dapat menimbulkan hematokel
pelvis, reaksi peradangan lokal dan infeksi sekunder dapat berkembang dalam
jaringan yang berdekatan dengan bekuan darah yang berkumpul.

F. Penatalaksanaan
1. Medis (operasi)
 Tubektomi
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi
yang menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan
ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter). Metode lain yang
tidak melakukan pemotongan adalah dengan mengikat atau menjepit saluran
tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat
terjangkau sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum
atau lokal (spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa
teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil
bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di
perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian
dibuat untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-
ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih
tradisional yang disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan
membutuhkan sayatan yang lebih besar.

 Laparatomi

Laparotomi eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-


ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka
insisi dijahit kembali.
 Laparoskopi

Laparoskop yaitu untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan
insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

 Tranfusi darah

Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan tranfusi, jika


terjadi pendarahan yang berlebihan.

 Pemeriksaan laboratorium

Kadar haemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila terganggu.

 Kuldosintesi

Yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah di dalam kavum


douglasi terdapat darah. Tehnik kuldosintesi :
a.       Baringkan pasien dalam posisi litotomi.
b.      Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptik.
c.       Pasang spekulum dan jepitbibir belakang porsio dengan cunam serviks,
lakukan traksi ke depan sehinggah forniks posterior tampak.
d.     Suntikan jarum spinal no.18 ke kavum Douglasi dan lakukan
penghisapan dengan semprit 10 ml.
e.      Bila pada pengisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya
berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan
kecil yang merupakan tanda hematokel retrouterina.

 Ultrasonografi

Berguna pada 5-10% kasus bila di temukan kantong gestasi di luar uterus .

2. Keperawatan
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, dan pelaksanaan
kemoterapi, dan menciptakan suasana tenang dan nyaman untuk mengurangi rasa
nyeri dan kecemasan. Konseling pasca tindakan dan asuhan mandiri selama
dirumah.

SALPINGEKTOMI
A. DEFINISI
Salpingektomi adalah prosedur bedah untuk mengangkat salah satu atau kedua
tuba fallopi, namun tetap membiarkan keberadaan rahim dan indung telur. Ini
dirancang sebagai prosedur pengobatan utama untuk kehamilan ektopik, tapi bisa
juga dilaksanakan untuk menangani kondisi atau gangguan pada sistem reproduksi
wanita.
Tuba fallopi adalah tempat sel sperma membuahi sel telur, ini juga disebut
sebagai saluran rahim. Selain kondisinya yang tepat sebagai lokasi pembuahan, tuba
fallopi mengangkut dan membawa sel telur dari indung telur menuju rahim. Sistem
reproduksi wanita normal memiliki dua tuba fallopi dengan ujung yang berada di
dekat rahim untuk menangkap dan mengangkut sel telur. Pada kondisi kehamilan
ektopik, sel telur yang telah dibuahi tidak akan memasuki rahim, namun akan tetap
berada di dalam tuba fallopi.
Umumnya, untuk mengangkat salah satu tuba fallopi dilakukan salpingektomi
unilateral, di mana pasien masih dapat hamil dan bereproduksi pasca prosedur.
Sedangkan, pengangkatan kedua tuba fallopi disebut salpingektomi bilateral dan
hanya dilakukan pada kasus yang termasuk parah.
B. KLASIFIKASI
1. Salpingektomi unilateral.
Dimana hanya satu tuba falopi yang akan diangkat yang berarti masih
memungkinkan untuk hamil karena masih memiliki satu tuba falopi yang
bekerja.
2. Salpingektomi bilateral.
Ini adalah ketika kedua tuba falopi diangkat sehingga tidak akan bisa hamil
secara alami, tetapi IVF (Fertilisasi In Vitro) adalah pilihan jika ingin hamil
dan masih memiliki rahim.

REFERENSI

 Aggarwal N, Sharma S. Opportunistic salpingectomy: remove the tubes and save


the ovaries. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5192982/) J
Midlife Health. 2016 Oct-Dec;7(4):153. Accessed 11/2/2021.
 American College of Obstetricians and Gynecologists. Opportunistic
Salpingectomy as a Strategy for Epithelial Ovarian Cancer
Prevention.  (https://www.acog.org/clinical/clinical-guidance/committee-
opinion/articles/2019/04/opportunistic-salpingectomy-as-a-strategy-for-
epithelial-ovarian-cancer-prevention) (2019). Accessed 11/2/2021.
 American College of Obstetricians and Gynecologists. FAQs:
Laparoscopy.  (https://www.acog.org/womens-health/faqs/laparoscopy?
utm_source=redirect&utm_medium=web&utm_campaign=otn) Accessed
11/2/2021.
 Backes FJ. Salpingectomy, why not? (https://www.ajog.org/article/S0002-
9378(14%2900017-9/fulltext) Am J Obstet Gynecol. 2014 May;201(5):385-386.
Accessed 11/2/2021.
 Castellano T, Zerden M, Marsh L, Boggess K. Risks and Benefits of
Salpingectomy at the Time of
Sterilization. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29164264/)  Obstet Gynecol Surv.
2017 Nov;72(11):663-668. Accessed 11/2/2021.
 Kotlyar A, Gingold J, Shue S, Falcone T. The effect of salpingectomy on ovarian
function.  (https://www.jmig.org/article/S1553-4650(17%2930142-5/fulltext)  J
Min Invas Gynecol. 2017 May;24(4):563-578. Accessed 11/2/2021.
 Shinar S, Ashwal E, Blecher Y, et al. Bilateral salpingectomy vs. tubal ligation
for permanent sterilization during a cesarean
delivery. (https://www.ajog.org/article/S0002-9378(16%2931423-5/fulltext) Am
J Obstet Gynecol. 2017 Jan;216(S1):S415-S416. Accessed 11/2/2021.
 Westberg J, Scott F, Creinin M. Safety outcomes of female sterilization by
salpingectomy and tubal
occlusion.  (https://www.contraceptionjournal.org/article/S0010-
7824(17%2930055-0/fulltext) 2017 Feb;95(5):505-508. Accessed 11/2/2021.
 https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/21879-salpingectomy diakses
pada 20 november 2021: 17.04
PATHWAY KET

Anda mungkin juga menyukai