Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau
membentuk kantong buntu.
Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia
endosalping.
Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit.
Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba.
Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu.
Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur.
Faktor lain
Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat
memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat
menyebabkan implantasi prematur.
Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel telur yang sudah di buahi itu
kemudian ditempatkan di dalam rahim wanita).
Abortus buatan
Apendisitis
Infeksi pelvis
C. Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri. Telur di tuba
bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung
atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan
biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua
jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan
jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di
tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-
otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung
dari beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang
terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan tropoblas,
uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan
pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya
ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal.
Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan
endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara utuh atau
berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus
disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Karena
tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam
uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah :
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba
di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya
pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap
dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung
fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-
gejala menghilang.
Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke dalam lapisan muskularis
tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus
dan biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada
kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti
pada koitus dan pemeriksaan vagina.
PATHWAY
(endosalfingitis, hipoplasia uteri, tumor, idiopatik, bekas radang pada tube, infeksi pelvis, dll)
Bernidasi di tuba
Kehamilan ektopik
Jaringan
Perdarahan abnormal
Kelelahan
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur. Triad klasik
dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien
wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian
bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa vertigo atau
sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat
juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang
berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada
adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis,
salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika
serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian bawah,
vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang
mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi
disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok.Perdarahan per vaginam
menunjukkan terjadi kematian janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan
ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum
haid berikutnya.
Tanda :
Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan vaginal.
Menstruasi abnormal.
Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan, atau tergeser akibat
perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus.
pucat
Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
Gangguan kencing
Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan peritoneum oleh darah di dalam
rongga perut.
Pembesaran uterus
Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon-hormon kehamilan tapi pada
umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama
umurnya.
Terutama kalau cervix digerakkan atau pada perabaan cavumdouglasi (nyeri digoyang)
Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan kumpulan darah di tuba dan
sekitarnya.
Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu, karena perdarahan
yang banyak ke dalam rongga perut.
Gejala:
Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik. Nyeri dapat bersifat
unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.
Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan dengan perdarahan.
Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran
kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi pada
75% kasus
Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas perdarahan pada saat
mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil
E. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis, diagnosis yang
terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat
menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan organ
sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait
tindakan anestesi.
F. Pemeriksaan Penunjang
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu demikian besarnya,
sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau rupture tuba sebelum keadaan
menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan ektopik yang belum terganggu, maka penderita segera dirawat
di rumah sakit. Alat bantu diagnostic yang dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi atau
kuldoskopi.
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak mengalami kesukaran, tetapi
pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali. Untuk mempertajam diagnosis, maka pada tiap wanita
dalam masa reproduksi dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah atau kelainan haid,
kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan. Pada umumnya dengan anamnesis yang teliti dan
pemeriksaan yang cermat diagnosis dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostic seperti
kuldosentesis, ultrasonografi dan laparoskopi masih diperlukan anamnesis. Haid biasanya terlambat
untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri perut
bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan per vaginam terjadi setelah nyeri
perut bagian bawah.
Pemeriksaan umun : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut
tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit
mengembung dan nyeri tekan.
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel darah merah berguna dalam
menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam
rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa
penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.
Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukositosis meningkat.
Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah
leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna
apabila positif. Akan tetapi tes negative tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu
karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human chorionic
gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negative.
Kuldosentris : adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah kavum Douglas ada darah. Cara
ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Tekniknya :
Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan
penghisapan
Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan perhatikan
apakah darah yang dikeluarkan merupakan :
Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku; darah ini berasal dari arteri
atau vena yang tertususk
Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil;
darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.
Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan
kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat
pada ± 5 % kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi bahwa ini
bukan berasal dari kehamilan intrauterine pada kasus uternus bikornis.
Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila
hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan
bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan
ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan,
tetapi hal ini menjadi indikasi untuk melakukan laparotomi.
G. Penatalaksanaan
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa penderita, dapat
dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan tindakan operasi. Kekurangan dari terapi
konservatif (non-operatif) yaitu walaupun darah berkumpul di rongga abdomen lambat laun dapat
diresorbsi atau untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari
darah di kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan dengan bahaya ileus.
Operasi terdiri dari salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi. Jika penderita sudah memiliki anak
cukup dan terdapat kelainan pada tuba tersebut dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba.
Namun jika penderita belum mempunyai anak, maka kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk
dikoreksi supaya tuba berfungsi.
Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam divertikulum uterus,
kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter. Perdarahan sedini mungkin dihentikan dengan
menjepit bagian dari adneksia yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus
diperbaiki dan darah dari rongga abdomen sebanyak mungkin dikeluarkan. Serta memberikan transfusi
darah.
Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila dimungkinkan dirawat, namun
apabila tidak menunjukkan perbaikan maka dapat dilakukan tindakan sistektomi ataupun oovorektomi
(5). Sedangkan kehamilan ektopik terganggu berlokasi di servik uteri yang sering menngakibatkan
perdarahan dapat dilakukan histerektomi, tetapi pada nulipara yang ingin sekali mempertahankan
fertilitasnya diusahakan melakukan terapi konservatif
H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Nama, sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/Klinik atau catat apakah klien pernah
dirawat disini atau tidak.
Umur, Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi dantindakan, juga sebagai acuan
pada umur berapa penyakit/kelainantersebut terjadi. Pada keterangan sering terjadi pada usia produktif
25 – 45 tahun (Prawiroharjo S, 1999 ; 251).
Alamat, sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakahdekat atau jauh dari
pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan.
Pendidikan, Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga akanmemudahkan dalam pemberian
penjelasan dan pengetahuan tentanggejala / keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.
Status pernikahan, Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali klien mengalamikehamilan (KET)
atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.
Pekerjaan, Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga memungkinkan menjadi
faktor resiko terjadinya KET.
b. Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahanselain itu klien ammeorrhoe.
Mencari faktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis, addresitis menyebabkan perlengkapan
endosalping, Tuba menyempit / membantu.
Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak bagi psikososial, terutama
keluarga yang masih mengharapkan anak.
Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di petugas kesehatan atau di
dukun
Grade multi
Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyengat. Kemungkinan adanya infeksi.
Suami mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular padaistri dan dapat mengakibatkan infeksi
pada celvix.
g. Riwayat Psikososial
Pola nutrisi
Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri adalah Nausea dan vomiting karena
banyaknya darah yang terkumpul dirongga abdomen.
Eliminasi
Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitu diakibatkan karena penurunan
peristaltik usus, imobilisasi, obatnyeri, adanya intake makanan dan cairan yang kurang. Sehinggatidak
ada rangsangan dalam pengeluaran faeces.Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun <
1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang.
Personal hygiene
Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk melakukan aktivitas karena adanya
kemungkinan timbul nyeri,sehingga dalam personal hygiene tergantung pada orang lain.
Pola aktivitas (istirahat tidur)
Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibathematikei retropertonial menumpuk
pada cavum Douglasi.
i. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan umumialah kurang lebih normal sampai
gawat dengan shock berat dananemi (Prawiroharjo, 1999 ; 255)
Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak dapatdiidentifikasikan melalui leher dan thorax,
Payudara pada KET, biasanya mengalami perubahan.
Pemeriksaan abdomen
Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisiuterus, dan pada pemeriksaan luar
atau pemeriksaan bimanualditemukan tumor yang tidak begitu padat, nyeri tekan dan dengan batas-
batas yang tidak rata disamping uterus.Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada repture tuba
perutmenegang dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas dalamrongga peritoneum. Kavum
Douglas menonjol karena darah yang berkumpul ditempat tersebut baik pada abortus tuba maupun
padarupture tuba gerakan pada serviks nyeri sekali (Prawiroharjo S,1999, hal 257).
Pemeriksaan genetalia
Sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaangenetalia eksterna dapat ditemukan adanya
perdarahan pervagina. Perdarahan dari uterus biasanya sedikit- sedikit, berwarna merah kehitaman.
Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetaliadapat ditemukan adanya darah yang
keluar sedikit.
Pemeriksaan ekstremitas
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akraldingin akibat syok serta tanda-tanda
cyanosis perifer pada tangandan kaki.
Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan menggabungkan data danmengkaitkan data tersebut dengan konsep
yang relevan untuk membuatkesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan.
Dalam analisa data ini pengelompokan data dilakukan berdasarkanreaksi baik subyektif maupun
obyektif yang digunakan untuk menentukanmasalah dan kemungkinan penyebab.
2. Diagnose
I. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih banyak pada
uterus.
II. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi ,
perdarahan
III. Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba fallopii, perdarahan intraperitonial
IV. Kelemahan berhubungan dengan banyaknya darah yang keluar saat perdarahan
Post op
VI. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitasjaringan kulit sekunder akibat laparotomi
VII. Risiko infeksi berhubungan dengan luka operasi dan pemasangan alat-alat perawatan
3. Intervensi
No Diagnosa
Intervensi Rasional
1 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih banyak pada uterus
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama…..x jam diharapkan pasien mampu
mendemonstrasikan perfusi yang adekuat secara individual dengan KH:-Kulit hangat dan kering
– Pasien sadar/berorientasi
– Keseimbangan pemasukan/pengeluaran