Anda di halaman 1dari 7

KEHAMILAN EKTOPIK

A. Definisi
Kehamilan Ektopik (KE) ialah kehamilan yang berimplantasi dan tumbuh tidak dalam
endometrium cavum uteri. Nama lain KE adalah Eccecysis, hamil extra uterine.
B. Lokasi kehamilan ektopik
1. Tuba Fallopii : merupakan + 99% KE, bisa di : pars interstisialis, isthmus, ampula,
infundibulum dan di fimbria.
2. Uterus : di kanalis serviks, di vertikulum, koruna dan tanduk rudimenter.
3. Ovarium
4. Intraligament.
5. Aaabdominal, terjadinya bisa primer dan sekunder
6. Kombinasi : kehamilan intra uterine dan KE
C. Insidens : angka kejadiannya + 14,5 16 per 1000 kehamilan sedangkan KE berulang +
14,6%, 40% KE dialami wanita usia 20-29 tahun.
D. Etiologi
Faktor yang berperan sebagai peneybab KE :
1. Keadaan yang menghambat / menghalangi perjalanan sel telur yang telah dibuahi ke
dalam kavum uteri :
a. Salpingitis, terutama endo salpingitis
b. Perlekatan peritubal, PID, akseptor IUD
c. Pertumbuhan tuba yang abnormal
d. Bekas operasi tuba
e. Tumor yang menyebabkan perubahan tuba
f. Migrasi eksternal sel telur
g. Refluks menstruasi
2. Meningkatnya kemampuan mukosa tuba menerima sel telur yang telah dibuahi :
Elemen endometrium ektopik mempertinggi implantasi tuba
E. Patologi
Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan blastokista
yang berimplantasi di dalamnya. Vaskularisasi kurang baik dan desidua tidak tumbuh
dengan sempurna. Dengan demikian ada 3 kemungkinan :
1. Ovum mati dan kemudian diresorbsi. Dalam hal ini seringkali adanya kehamilan
tidak diketahui dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya
ovum dianggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.
1

2. Trofoblast dan villus korealisnya menembus lapisan pseudokapsuralis dan


menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu menyebabkan
pemebsaran tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir terus ke rongga
peritoneum berkumpul di kavum Douglasi dan menyebabkan hematokel
retrouterina. Pada peristiwa ini yang terkenal dengan nama abortus tuba, ovum
untuk sebagian atau seluruhnya ikut memasuki lumen tuba dan keluar dari ostium
tuba abdominalis.
3. Trofoblast dan villus korealis menembus lapisan muskularis dan peritoneum pada
dinding tuba dan menyebabkan perdarahan langsung ke rongga peritoneum.
Peristiwa ini yang sering terjadi pada ekhamilan isthmus, dapat menyebabkan
perdarahan keadaan gawat pada penderita.
Ruptur bisa terjadi pula pada dinding tuba yang menghadapi mesosalping darah
mengalir antara 2 lapisan mesosalping dan kemudian ke ligamentum latum dan
menyebabkan hematom intraligamenter. Baik pada abortus tuba maupun ruptur
tuba, kejadian tidak jarang timbul sekitar 14 hari sesudah implantasi ovum dalam
tuba malahan kadang-kadang sebelum saat semestinya haid. Apda kehamilan di
pars intersialis. Jaringan ini yang sebagian besar terdiri atas miometrium tidak
lekas ditembus villus korealis sehingga kehamilan bisa berlangsung terus sampai
16-20 minggu.
F. Gambaran Klinis
1. Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas dan penderita
maupun dokternya tidak menegtahui adanya eklainan pad akehamilan sampai
terjadi abortus tuba dan ruptur tuba. Pada umumnya penderita menunjukkan gejalagejala kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah
yang tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal, uterus memebsar dan
lembek walaupun mungkin tidak sebesar tuanya kehamilan. Tuba yang
mengandung hasil konsepsi karena lemebknya sukar diraba pada pemeriksaan
bimanual.
2. Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda. Dari perdarahan
yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak ejlas,s
ehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda bergatung pada lamanya
kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuannya kehamilan, derajat
perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
a. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan itensitasnya
berat disertai perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke
2

dalam syok. Biasanya pad abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tiak terus
menerus. Darah dalam rongga perut dapat membentuk hematokel retrouterina
menyebabkan nyeri saat defekasi.
b. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting pada kehamilan ektopik.
Lamanya amenorhea tergantung pada kehidupan janin.
Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan pad pemeriksaan vaginal bahwa
usaha menggerakkan serviks uteri menimbulkan ras nyeri demikian pula kavum
Douglasi menonjol dan nyeri pada perabaan. Pada abortus tuba biasanya teraba
dengan jelas suatu tumor disamping uterus dalam berbagai ukuran dengan
konsistensi agak lunak. Hematokel retrouterina dapat diraba sebagai tumor di
kavum Douglasi. Pada ruptur tubaa dengan perdarahan banyak tekanan darah dapat
menurun dan nadi meningkat, perdarahan lebih banyak lagi menimbulkan syok.
Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi dari yang klasik dengan gejala
perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai
gejala yang samar-samar sehingga sukar dibuat diagnosis.

Gambaran gangguan mendadak / akut


Peristiwa ini tidak sering ditemukan. Penderita setelah mengalami amenorhea
dengan tiba-tiba menderita ras anyeri hebat di daerah perut bagian bawah dan
sering muntah-muntah. Nyeri dpat demikian hebatnya sehingga penderita jatuh
pingsan. Penderita tidka lama ekmudian masuk ke dalam keadaan syok.
Seluruh perut agak emmebsar, nyeri tekan dan tanda-tanda cairan
intraperitoneal mudah ditemukan. Pad apemeriksaan vaginal forniks posterior
menonjol dan nyeri raba, pergerakan serviks menyebabkan nyeri (slinger pain).

Gambaran gangguan tidak mendadak / kronis


Gambaran klinik ini sering ditemukan dan biasanya berhubungan dengan
abortus klinik atau yang terjadi perlahan-lahan. Setelah haid terlambat beberapa
minggu, penderita mengeluh rasa nyeri yang tidak terus-menerus di bagian
bawah, kadang-kadang ras nyeri dapat ehbat pula. Tanda-tanda anemia menjadi
nyata karena perdarahan yang berulang. Mula-mula perut masih lembek tetapi
kemudian dapat menggembung karen aterjadi ileus parsialis. Dengan danya
hematokel retrouteria, kavum Douglasi sangat menonjol dan nyeri raba,
pergerakan serviks juga menyebabkan nyeri. Selain itu eodnerita mengeluh rasa
penuh di rectum dan merasa tenesmus.

Gambaran gangguan atipik

Kadang-kadang gambaran klinik begitu tidak jelas sehingga diagnosis tidak


dibuat. Tidak jarang pada keadaan ini penderita diobati untuk infeksi pelvic
selama beebrapa minggu sebelum keadaan sebenarnya diketahui.
G. Diagnosis
Gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam sehingga pembuatan diagnosis kadangkadang menimbulkan kesulitan khususnya kehamilan ektopik yang belum terganggu sulit
untuk dibuat diagnosis
a. Anamneses
Gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam sehingga pembuatan diagnosis kadangkadang menimbulkan kesulitan khususnya kehamilan ektopik yang belum terganggu sulit
untuk dibuat diagnosis.
a. Anamnesis. Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang
terdapat gejala subjektif hamil muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus
dapat dinyatakan. Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.
b. Pemeriksaan umum. Penderita tampak kesakitan dan pucat pada perdarahan dalam
rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut
bagian bawah hanya sedikit menggembung dan nyeri tekan.
c. Pemeriksaan

ginekologi.

Tanda-tanda

kehamilan

muda

mungkin

ditemukan.

Pergerakan serviks meneybabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba maka akan
teraba sedikit membesar dan kadang-kadang terbaw atumor disamping uterus dengan
batas yang sukar ditentukan. Kavum Douglasi yang menonjol dan nyeri raba
menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang bisa naik sehingga
sukar diebdakan dengan infeksi pelvik.
d. Pemeriksaan laboratorium. Hemoglobin dan jumlah sel darah berguna dalam
menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama bila ada tanda-tanda
perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan
anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan Hb baru terlihat setelah 24 jam.
Penghitungan lekosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila lekositosis
terus meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvic dapat
diperhatikan jumlah lekosit. Jumlah lekosit yang melebihi 20.000 biasanya
menunjukkan infeksi pelvic. Tes kehamilan berguna apabila positif, tetapi tes negative
tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu.
e. Pemeriksaan penunjang lainnya.
- Dilatasi dan kerokan
Kerokan tidak dianjurkan untuk menunjang diagnosis kehamilan ektopik. Biasanya
kerokan dilakukan apabila sesudah amenorhea terjadi perdarahan yang cukup lama
4

tanpa ditemukan kelainan nyata disamping uterus sehingga dipikirkan abortus


inkompletus, perdarahan disfungsional dll. Ditemukan disedua tanpa villus korealis
dari sediaan yang diperoleh dapat membawa pikiran ke arah kehamilan ektopik.
- Laparoskopi
Laparoskopi merupakan cara pemeriksaan yang sangat penting untuk diagnosis
kehamilan ektopik pada umumnya dan ekhamilan ektopik yang tidak terganggu.
Dengan cara pemeriksaan ini dapat dilihat dengan mata sendiri perubahanperubahan pada tuba. Kesalahan pada KE belum terganggu : 3-4 %
- USG
Keunggulan cara pemeriksaan ini terhadap laparoskopi ialah abhwa ia tidak
invasive artinya tidak perlu memasukkan alat ke dalam rongga perut. Akan tetapi
pemeriksaan

ini

memerlukan

orang

yang

berpengalaman

dalam

menginterpretasikan hasilnya. Dapat dinilai kavum uteri kosong atau berisi, etbal
endometrium, adanya massa di kanan atau kiri uterus dan apakah kavum Douglasi
berisi cairan. Lebih baik dengan USG transvaginal karena lebih dekat jaraknya
dengan adneksa.
- Kuldosintesis
Dilakukan dengan menusuk jarum dengan lumen yang agak besar di kavum
Douglasi di garis tengah di belakang serviks uteri, serviks ditarik keatas dan keluar.
Adanya darah yang dihisap berwarna hitam (darah tua) biarpun sedikit,
membuktikan adanya darah di kavum douglasi. Jika yang dihisap darah biru ini
mungkin berasal dari dinding vagina yang dicoblos. Jika hasil kuldosintesis positif
sebaiknya segera dilakukan laparotomi oleh akrena dengan tindakan itu dapat
dibawa kuman dari luar ke dalam darah yang terkumpul di kavum Douglasi ddddan
dapat terjadi infeksi.
- Histerosalpingografi dan tes pitosin
Dua pemeriksaan ini mempunyai tempatnya pada kehamilan ektopik lanjut.
- Serial Kuantitatif hCG serum
Dilakukan pemeriksaan ulang 48 jam dari pemeriksaan pertama. Bila hCG awal
< 2000 mlU/ml kemudian hasil kedua relative tetap maka mengarah diagnosa
kehamilan ektopik.
- Serum progesterone
Secara umum akdar progesterone kehamilan ektopik lebih rendah daripada
kehamilan intra uterine. Pada kehamilan > 7 minggu : jika kadarnya < 5 ng/ml dan
pada kehamilan > 10 minggu kadarnya < 17,5 ng/ml kemungkinan besar kehamilan
ektopik.
5

H. Penatalaksanaan
Kehamilan ektopik bisa ditangani secara pemebdahan (laparotomi) ataud engan cara
konservatif.

Metode Pembedahan
Bedah kosnervatif pad kehamilan ektopik secara perlahan menggeser salpingektomi
sebagai etrapi pilihan apd awanita dengan kehamilan ektopik belum terganggu yang
ingin kapasitas reproduksinya masih dipertahankan. Pada penelitian terhadap 15 wanita
yang menjalani laparoskopi karena kehamilan ektopik belum terganggu yang bertujuan
membandingkan efektifitas dan ekuntungan ekonomis dari salpingektomi dan bedah
konservatif didapatkan hasil bahwa salpingektomi merupakan terapi pilihan pad
awanita yang tidak ingin hamil lagi sedangkan bedah konservatif dipilih bila wanita
tersebut masih menginginkan fertilitasnya. Metode pembedahan dengan salpingektomi
dipilih untuk kehamilan ektopik yang terganggu akut (ruptur tuba)

Metode konservatif
Laporan kasus akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kehamilan ektpopik belum
terganggu lebih banyak diterapi secara medika mentosa dibandingkan secara
pembedahan. Suatu tinjauan retrospektif telah dilakukan pada 50 pasien dengan
ekhamilan ektpopik belum terganggu yang diterapi dengan methotrexate dosis tunggal.
Berdasarkan pad aprotokol yang telah diterima secara luas, methotrexate intramusculer
dosis tunggal 50 ng/ml dapat mengatasi kehamilan ektopik pada sekitar 94% wanita
yang diterapi dengan efek samping minimal dan sedikit komplikasi.
Dari 50 pasien yang diterapi dengan methotrexate, 39 wanita (78%) menerima satu
dosis methotrexate, 10 wanita (20%) menerima dosis kedua dan satu wanita (2%)
menerima dosis ketiga. Angka keberhasilan untuk wanita yang diterapi dengan dosis
tunggal hanya 64% (32/50), tujuh wanita mengalami resolusi sempurna setelah
methotrexate dosis kedua atau ektiga.s ebelas dari 50 wanita (22%) memerlukan
intervensi pembedahan, secara keseluruhan angka keberhasilan penatalaksanaan
medicical adalah 78 %. Normalisasi kadar hCG hingga < 10 mlU/ml telah tercatat
dalam catatan medis untuk 30 dari 39 pasien yang berhasil diterapi dengan satu hingga
tiga dosis methotrexate.
Penelitian lain terhadap 30 pasien yang diterapi dengan kombinasi 50 mg methotrexate
intramuskuler dan 600 mg mifepristone oral menyatakan bahwa hanya terdapat satu
kegagalan terapi dan terdapat kegagalan 11 dari 42 pasien yang diterapi dengan
methotrexate saja. Dengan kata lain kombinasi dari methotrexate dan mifeprestone
menurunkan resiko kegagalan pada terapi kehamilan ektopik.

Metode lain yang dijalankan yaitu dengan salpingosentesis dimana larutan KCI,
methotrexate, prostaglandin atau glukosa hyperosmolar diinjeksikan ke tuba lewaaat
vagina dengan apnduan USG transvaginal atau laparoskopi.
Keuntungan dari salpingosentesis adalah hanya satu kali injeksi dan terhindar dari efek
amping sistemik. Fungsi reproduksi setelah tindakan ini tidak direkomendasikan
sampai ada penelitian lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai