Anda di halaman 1dari 3

DEFINISI

Kehamilan Ektopik atau Extrauterine Pregnancy adalah kehamilan dimana blastosis


yang tidak menempel pada kavum uteri. Kehamilan Ektopik ini kebanyakan terjadi di saluran
Tuba Fallopi sebesar 95% - 98%. Berdasarkan tempat lokasi penempelanya pada tuba fallopi
70% terjadi di Ampulla dan Istmus (12%) dan Fimbriae (11%). Dan sekitar 3 – 5% kejadian
Kehamilan ektopik Terjadi diluar Tuba Fallopi.

EPIDEMIOLOGI

Secara Epiemiologi, estimasi kehamilan ektopik sebanyak 1 – 2% pada poluasi umum


dan 2-5% pada populasi yang menggunakan assisted Reproductive Technology. Kehamilan
Ektopik Terjadi Pada 1 dari 500 Kehamilan pada perempuan yang menjalani setidaknya satu
operasi Sectio caesaria. Epidemiologi kehamilan ektopik di Indonesia tidak berbeda jauh
dengan epidemiologi global. Terdapat kurang lebih 60.000 kasus tiap tahunnya atau sekitar
0,03% dari total populasi. Suatu penelitian kehamilan ektopik di Surabaya memaparkan
bahwa dari 98 pasien, sebanyak  30,6% orang berusia antara 26–30 tahun.

Penelitian tersebut juga menemukan bahwa pada pasien dengan kehamilan ektopik,
penggunaan Intrauterine Device (IUD) hormonal lebih banyak daripada non hormonal.
Sebanyak 7% pasien menderita kehamilan ektopik rekuren, sebanyak 12,1% pernah
menjalani bedah area pelvis atau abdomen, dan sebanyak 26,4% mengalami infeksi panggul.
ETIOLOGI
Faktor Tuba
Terdapat perdangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba menyempit atau
buntu. Saluran tuba yang panjang dan berkelok-kelok menyebabkan fungsi silia tidak
berfungsi dengan baik. Terdapat kelaian endometriosis tuba atau divertikel saluran tuba yang
bersifat kongenital, terdapat tumor di saluran tuba seperti mioma uteri yang daat
menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba.
Faktor Abnormalitas Zigot
Faktor zigot yang bertumbuh cepat dan ukuran yang besar, maka zigot akan tersendat
dalam perjalanya menuju ke kavum uteri. Dan tumbuh disaluran tuba.
Faktor Hormonal
Pil KB yang mengandung progesteron dapat mengakibatkan gerakan tuba yang
melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan kehamilan ektopik
Faktor Lainya
Pemakain IUD dimana proses peradangan dapat timbul pada endomtrium dan
endosalping dan menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Faktor lainya yang dapt
mempengaruhi yaitu faktor umur yang sudah menua, perokok aktif dan infeksi Chlamidia
trakomatis.

PATOFISIOLOGI

Proses imlantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi dituba pada dasarnya sama yang
terjadi pada kavum uteri. Telur dituba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Pertama
telur berimolantasi pada endosalping. Perkembanga telur yang dibatasi oleh kurangnya
vaskularisasi dan bisanya telur mati seacar dini dan kemudian direabsorpsi. Mengenai nasib
kehamilan didalam tuba ada beberapa kemungkinan. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan
hasil konsepsi, tidak memungkinkan terjadinya pertumbuhan janin yang utuh seperti yang
terjadi pada uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada usia kehamilan 6 – 10
minggu.
1. Hasil konsepsi mati dini dan direabsoprsi
Pada implantasi seacra kolumner, ovum mati karen kurangnya vaskularisasi dan
kemudian direapsorbsi seacra total. Hal ini sering kali terjadi adanya kehamilan yang
tidak diketahui, dan perdarahan dari uterus yang muncul sesudah meninggalnya ovum,
dianggap sebagai haid yang terlambat
2. Abortus kedalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villi koriales
pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut
bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian
atau seluruhnya. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dan selaputnya dikeluarkan dalam
lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah ke arah ostium tuba abdominalis. Abortus
ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampularis, sedangkan
penembusan dinding tuba oleh vili korialis ke arah peritoneum biasanya terjadi pada
kehamilan pars ismika. Perbedaan ini disebabkan oleh lumen pars ampularis yang lebih
luas sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi jika
dibandingkan dengan bagian ismus dengan lumen sempit. Pada pelepasan hasil konsepsi
yang tidak sempurna pada abortus, perdarahannya akan terus berlangsung, dari sedikit-
sedikitnya oleh darah, sehingga berubah menjadi mola kruenta. Perdarahan yang
berlangsung terus menyebabkan tuba membesar dan kebiru-biruan (Hematosalping) dan
selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba, berkumpul di kavum
douglas dan akan membentuk hematokel retrouterina
3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstitialis terjadi pada kehamilan yang
lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke
dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan
atau karena trauma ringan. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium
tuba abdominal. Bila ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi. Dalam hal ini,
dinding tuba yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam
tuba. Kadang-kadang ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk hematoma
intraligamenter antara 2 lapisan ligamentum tersebut. Pada ruptur ke rongga perut,
seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi
tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba. Nasib janin bergantung pada tuanya
kehamilan dan kerusakan yang diderita. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorpsi
seluruhnya, dan bila besar dapat diubah menjadi litopedion. Janin yang dikeluarkan dari
tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta masih utuh
kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut, sehingga terjadi kehamilan ektpik lanjut
atau kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi janin,
plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya misalnya ke
sebagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus.

Anda mungkin juga menyukai