Anda di halaman 1dari 36

KD Ayu Suarningsih

Dosen PSIK UNUD


KEGAWATDARURATAN INFEKSIUS

Keperawatan gawat darurat merupakan


pelayanan keperawatan yang komprehensif
Gawat Darurat
yang diberikan kepada pasien dengan injury
akut atau sakit yang mengancam kehidupan
Gawat Tidak darurat

Darurat tidak gawat

Kegawadaruratan Infeksius Tidak gawat tidak darurat


- MODS
- Sepsis/SIRS
SEPSIS dan SIRS

SEPSIS: suatu sindrom respon inflamasi sistemik atau systemic inflammatory


response syndrome (SIRS) yang terkait dengan adanya suatu infeksi.

SIRS is a clinical diagnosis, recognized by 2 or more of the following


(in the appropriate setting):
1. Temp >38C or <35C
2. HR>90bpm
3. RR>20bpm or PaCO2<32mmHg
4. WBC>12, <4 or >10% immature (band) forms

SIRS : respons klinis terhadap rangsangan (insult) spesifik dan nonspesifik.

pelepasan mediator inflamasi sistemik dalam sepsis berakibat terjadinya gangguan


dalam mikrosirkulasi, venodilatasi, dan disfungsi miokard dan ginjal
Konsep PIRO dalam Sepsis
Hubungan Sepsis dan SIRS

Trauma

Aspiration
Infeksi
SEPSIS SIRS
Pancreatitis

Burn
SEPSIS dan SIRS
Severe Sepsis
Sepsis plus at least one of the following:
Areas of mottled skin
Capillary refill > 3 seconds
Urine output < 0.5cc/kg/hr for at least one hour or renal
replacement therapy
Elevated lactate (>2 to 3)
Abrupt change in mental status Septic Shock
Abnormal EEG findings Severe sepsis plus at least one of
Platelet count <100, 000
DIC the following:
ARDS MAP<65mmHg despite adequate
Cardiac dysfunction fluid resuscitation
Maintaining MAP>60-65mmHg
requires vasopressors:
Dopamine > 5g/kg/min
Norepinephrine < 0.25g/kg/min
Epinephrine < 0.25mg/min
Kondisi Tidak Balance pada Sepsis
Patogenesi SEPSIS

Reaksi imunologi berefek sistemik vasodilatasi, permeabilitas & perfusi.


Trombosis mikrovaskuler (DIC) iskemik jaringan kegagalan multiorgan
Penatalaksanaan SEPSIS

Perbaikan hemodinamikpreload (terapi cairan), afterload, dan contractility

Tujuan dari resusitasi cairan: u/ mengembalikan tekanan pengisian dan arterial untuk mem
perbaiki perfusi end-organ dan metabolisme aerob, sementara meminimalkan overhidrasi
yang berlebihan, yang dapat mengarah pada edema pulmonal, ileus paralitik, dan sindrom
menekan kompartemen

Preload:
dapat diawali dengan pemberian cairan kristaloid (Ringers lactate), dapat dilanjutkan dengan cairan koloid (HES
[hydroxyethyl starch]) bila tidak terjadi perbaikan

Larutan seimbang (balanced solution)


cairan yang memiliki komposisi mendekat komposisi cairan tubuh, mengandung elektrolit fi siologis (Na+, K+,
Ca2+, Mg2+, dan Cl-) yang memberikan kontribusi terhadap osmolalitas, dan dapat mempertahankan
keseimbangan asam-basa yang normal dengan bikarbonat atau metabolisable anions.
Hubungan Sepsis, SIRS dan MODS

Trauma

Aspiration
Infeksi
SEPSIS SIRS
Pancreatitis

Burn
MODS
Penatalaksanaan SEPSIS dan MODS

Identifikasi pasien dengan Risiko Tinggi


the Acute Physiology and Chronic Health Score (APACHE) II dan III, Simplified Acute, Physiology Score
(SAPS), Sepsis-related Organ Failure Asssesment score (SOFA), Multiple Organ, Dysfunction Score, Logistic
Organ Dysfunction Score dan Mortality Probability Score.
Terapi Antimikrobial dini
untuk memberikan antibiotika dalam waktu 1 jam setelah terjadi diagnosis sepsis.

Optimalisasi Hemodinamik dini (EGDT-early goal directed therapy)


mentargetkan tercapainya hantaran oksigen adekuat dengan optimalisasi volume intravaskular (preload)
dengan pemantauan tekanan vena sentral (CVP ), tekanan darah (afterload) dengan pemantauan
tekanan arterial rerata (MAP), kontraktilitas dengan pemantauan untuk menghindari takikardia dan
pemulihan keseimbangan antara hantaran oksigen sistemik dan kebutuhan oksigen (SCVO2) untuk
mengatasi hipoksia jaringan global.

Pemantauan Hemodinamik
Pemantauan CVP, SCVO2

Terapi Volume
cairan intravena harus dimulai dengan bolus 500 cc secara cepat dan berulang baik cairan kristaloid
ataupun koloid sampai tercapai volume cairan resusitasi 20-40 cc/kgBB, hingga mencapai CVP 8-12
mmHg.
Obat- Obatan Vasoaktif
Setelah target CVP dicapai, obat-obatan vasopresor diberikan bila
pasien tetap hipotensif (tekanan arterial rerata <65mmHg).
dopamin (5-20 g/kg/menit intravena), noradrenalin (2-20g/menit),
fenilefrin (40-300g/menit) dan vasopresin (0,01-0,04 unit/menit).

Pemberian Eritrosit
Apabila SCVO2 tetap dibawah 70% setelah optimalisasi preload,
afterload dan saturasi oksigen arterial, kapasitas pembawa oksigen
pasien dapat ditingkatkan dengan pemberian PRC untuk mencapai
hematokrit di atas 30%.
Terapi Inatropik
Dukungan inotropik dengan dobutamin dapat memperbaiki depresi miokardial, namun
dapat juga memperlihatkan adanya hipovolemia terselubung oleh karena cara kerjanya
untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan resistensi tekanan vaskular perifer.

Penurunan Konsumsi Oksigen


Intubasi, sedasi dan analgesia dengan ventilasi mekanis akan menurunkan baik kerja
pernapasan dan konsumsi oksigen oleh otot-otot pernapasan. Pengendalian demam
dengan antipiretik seperti asetaminofen juga akan membantu menurunkan konsumsi
oksigen.

Terapi Tambahan
Terapi steroid
Protein C teraktivasi
Kendali glikemik ketat dan perlindungan paru
jangan fokus pada wajahnya, tapi temukan
hewan didalamnya, dan ada berapa jumlah
nya?
Kegawatdaruratan
Keracunan Makanan
Paracelsus (1493-1541)
Grandfather of Toxicology

"All things are poison and not


hing is without poison, only t
he dose permits something n
ot to be poisonous."

The dose makes the poison

toxic
therapeutic increasing dose effect
effect
Cara seseorang mengalami keracunan

Tertelan melalui mulut : makanan,minuman

Terhisap melalui hidung : gas CO

Terserap melalui kulit/mata : zat kimia

Suntikan : gigitan binatang/ alt suntik


Tanda seseorang mengalami keracunan Makanan

Seseorang yang sehat mendadak sakit

Gejalanya tak sesuai dengan suatu keadaan patologik tertentu

Gejala menjadi cepat karena konsumsi yang besar

Anamnestik menunjukan keracunan, Setelah mengkonsumsi sesuatu


Keracunan Makanan
Keracunan makanan terjadi ketika bakteri atau patogen jenis tertentu yang
membawa penyakit mengontaminasi makanan.

Mis: Salmonella, Campylobacter, Listeria, dan Escherichia coli (E. coli)

Patofisiologi, Penatalaksanaan
tergantung dari penyebab Bakteri
yang menimbulkan keracunan
Keracunan Makanan
Keracunan botolinum
Clostridium botolinum dihasilkan oleh kuman anaerob dngn sifat racun eksotoksin
mis : makanan kaleng

Tanda dan gejala : Penanganan :

Masa laten 4 jam 6 hari Netralisasi cairan


Lemah, gangguan penglihatan, Upayakan muntah
reflek pupil (-) Anti botollinum serum
Tidak ada gangguan Periksa laboratorum
pencernaan/ kesadaran
Keracunan Sea food
Mis: kepiting rajungan ikan laut lainnya.

Tanda dan gejala : Penanganan :

mual, muntah, panas disekitar Netralisasi cairan, upayakan


mulut, nyeri perut, diare, pruritis, muntah, kuras lambung, bila
sulit bernafas, rasa baal pd perlu nafas buatan
ekstremitas
Masa laten : - 4 jam
Keracunan Jengkol
Terbentuknya asam jengkol,
Diduga menimbulkan keracunan : jumlah, cara pengolahan.

Tanda dan gejala : Penanganan :

Masa laten beberapa jam - 48 jam Nitralisir dengan cairan : minum air
nafas, mulut, air seni berbau jengkol, putih banyak
sakit pinggang disertai sakit perut, Upayakan untuk muntah
nyeri waktu b.a.k/ disertai darah. Berikan norit 1 2 sendok makan
dengan air hangat
Pemberian analgetik
Keracunan jamur
Terjadi krn penyimpanan,pengolahan, yang tidak baik
Masa laten : beberapa menit 2 jam
Gejala : sakit perut, diare, mual, muntah, keringat banyak,
Penanganan : Netralisasi cairan, upayakan muntah, norit 1 2 sdm, berikan SA bila pe
rlu

Keracunan singkong
Singkong mengandung HCN
Masa laten 1 beberapa jam

Gejala : mual, muntah, sesak, sianosis, menurunnya tingkat kesadaran

Penanganan : Netralsasi cairan, berikan susu, upayakan muntah, berikan norit, 1 2 sdm
Keracunan Tempe Keracunan makanan basi
bongkrek Penyebab Staphylococcus aureus denga sifat
racun endotoksin/ enterotoksin
Tanda dan gejala:
Mengandung Baccillus cocovenans m
embentuk asam bongkrek Mual, muntah
Tanda dan gejala : Diare
Masa laten terjadi dalam beberapa Nyeri perut, kepala
jam Demam, dehidrasi dpt menyerupai disentri
Kejang perut, otot Penangan:
Sesak nafas, bisa terjadi kematian
Netralisasikan dengan cairan
Penangan:
Upayakan untuk muntah
Netralisir dengan cairan
Upayakan muntah Berikan norit1-2 sdk mkn dengan air hangat
Berikan norit 1-2 sendok mkn dngn Obati seperti kasus gastroenteritis
air hangat
Kegawatdaruratan
Diare
Definisi Diare
Diare
Buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasa
nya (normal 100 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang
meningkat

Etiologi
Faktor infeksi
Faktor malabsorpsi
Faktor makanan
Faktor psikologis
Manifestasi Kinis
Buang air besar dengan konsistensi Suara serak
cair > 3 kali sehari. Gangguan kardiovaskuler berupa
Demam nadi cepat, tekanan darah menur
Nyeri perut hingga keram un, pucat, akral dingin kadang sia
Mual dan muntah nosis, aritmia jantung.
Rasa haus yang berlebih anuria sampai gagal ginjal
Kulit kering
Turgor kulit buruk
Mata cekung
Mukosa bibir kering
Tulang pipi menonjol
Terdapat pernapasan kussmaul
akibat asidosis metabolic
Dampak diare terhadap tubuh

1. Kehilangan Cairan (dehidrasi)


Output > input
Gangguan Asam Basa

2. Terjadi penurunan Badan dalam Waktu singkat

3. Gangguan Sirkulasi
Hiipoksia dan hipoperfusi
Shock hipovelemik
Asidosis
Komplikasi Diare
Dehidrasi Anemia
Syok hipovolemik Malnutrisi
Hipotensi ortostatik Hipoglikemia
Asidosis metabolic Hipokalemia
Syncope (pingsan saat berdiri Hiponatremia
yang disebabkan volume dara Intoleransi sekunder akibat ke
h berkurang) rusakan mukosa anus
Koma
Iritasi anus
Kejang
Gawat darurat

Penggantian Cairan dan elektrolit

Terapi antibiotik

Terapi anti diare


MANAGEMENT OF DIARRHEA
According to WHO recommendation
1. Rehydration
2. Diet/nutrition
3. Zinc elemental during 10-14 days
- Age < 6 month with dose 10 mg
- Age > 6 month with dose 20 mg
4. Selective antibiotic
5. Education
LINTAS DIARE
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai