Anda di halaman 1dari 34

LEARNING TASK

SGD 2 TROPICAL EMERGING DESEASE

KONSEP IMUNISASI & VAKSINASI

Oleh SGD 5 :

I Dewa Ayu Alit Maharani Laras (1502105012)


Putu Rossi Widyasari (1502105015)
I Gede Abdi Sarya Permana (1502105016)
Rika Septiani (1502105020)
Ni Kadek Dwi Yanti Anggreni (1502105033)
Putu Santya Novita Lestari (1502105039)
Made Edi Pramana Putra (1502105046)
Ni Putu Sandra Widiarsani (1502105052)
Ni Komang Ayu Eka Jayanti (1502105053)
Putu Gede Indrayasa (1502105063)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
LT SGD Ke-2 Blok TED
(Ns. Luh Mira Puspita, S.Kep., M.Kep.)

Soal :
1. Jelaskan manfaat yang bisa diperoleh dari pemberian imunisasi!
2. Sebutkan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi dan
jelaskan jenis vaksinasi yang diberikan, termasuk indikasi, kontraindikasi, dan
efek samping yang dapat ditimbulkan!
3. Carilah jadwal imunisasi yang dapat diberikan kepada anak usia 0-18 tahun
sesuai rekomendasi IDAI. Interpretasikan jadwal tersebutberdasarkan jenis
imunisasi yang diberikan. Berikan penjelasanterhadap indikasi dan
kontraindikasi masing-masing jenis imunisasi yang diberikan!
4. Jelaskan pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pasien dan keluarga yang
menerima imunisasi!
5. Carilah sebuah artikel jurnal internasional yang memuat tentang trend
pemberian imunisasi. Buatlah ringkasan tentang hasil penelitian tersebut dan
kemungkinan penerapannya di Indonesia. Referensi yang digunakan minimal
5 tahun terakhir.

Jawaban :
1. Jelaskan manfaat yang bisa diperoleh dari pemberian imunisasi!
Jawab :
Imunisasi adalah upaya pencegahan primer terhadap suatu penyakit. Imunisasi
pada dasarnya bertujuan sebagai upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh
secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga jika terpajan penyakit tersebut
maka tubuh tidak akan sakit atau hanya sakit ringan saja (Maryuani, 2013).
Secara umum manfaat diberikannya imunisasi adalah untuk memberikan
imunitas tubuh terhadap suatu penyakit. Menurut Maryuani (2013) manfaat
pemberian imunisasi antara lain :
a. Sebagai mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
b. Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat
berbahaya bagi bayi dan anak.
c. Anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka
morbilitas dan mortilitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat
penyakit tertentu.
d. Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.
Selain itu, manfaat imunisasi juga dikelompokkan menurut kelompoknya
yaitu sebagai berikut :
a) Bagi keluarga dapat menghilangkan kecemasan dan memperkuat
psikologi pengobatan bila anak jatuh sakit, mendukung pembentukan
keluarga bila orang tua yakin bahwa anaknya akan menghadapi dan
menjalani anak-anaknya di masa kanak-kanak dengan tenang.
b) Bagi anak dapat mencegah penderitaan atau kesakitan yang ditimbulkan
oleh penyakit yang kemungkinan akan menyebabkan kecacatan atau
kematian.
c) Bagi keluarga dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan mampu
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan nasional.

2. Sebutkan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi dan


jelaskan jenis vaksinasi yang diberikan, termasuk indikasi, kontraindikasi,
dan efek samping yang dapat ditimbulkan!
Jawab :Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi,
termasuk jenis, indikasi, kontraindikasi, dan efek samping yang dapat
ditimbulkan diantaranya :
a. Vaksin BCG
Jenis : Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis paling sering mengenai paru, namun dapat
pula mengenai selaput otak, tulang, kelenjar, dll. Infeksi TB ditularkan
melalui percikan ludah dari orang yang menderita TB aktif (terutama
orang serumah).TB dapat dicegah dengan pemberian vaksin BCG.
Indikasi : Semua bayi harus mendapat vaksin BCG pada usia <3 bulan.
Apabila usia telah >3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih
dahulu. Jika hasil tes tuberculin (-) barulah vaksin BCG dapat
diberikan.Tempat penyuntikan di lengan kanan atas.
Kontraindikasi : Reaksi uji tuberkulin >10 mm, pada saat kekebalan
tubuh menurun seperti menderita infeksi HIV atau dengan risiko
menderita HIV atau menderita penyakit keganasan, menderita gizi buruk,
pernah sakit tuberkulosis, dan kehamilan.
Efek Samping : Penyuntikan BCG dilakukan di dalam kulit sehingga
akan menimbulkan bisul pada 3-6 minggu setelah penyuntikan. Bisul
akan sembuh sendiri dalam 2-3 bulan dan meninggalkan bekas luka
(jaringan parut) bulat dengan diameter 4-8 mm. Kadang-kadang dijumpai
peradangan kelenjar getah bening di ketiak (teraba benjolan di ketiak)
yang akan sembuh sendiri.
b. Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Jenis :Difteri, Pertusis, dan Tetanus (DPT) disebabkan oleh bakteri.
Difteri ditandai dengan terjadi selaput putih keabu-abuan di tenggorokan
yang menyebabkan kesukaran bernapas, gagal jantung sampai
kematian.Tetanus ditandai dengan kekakuan otot muka dan seluruh badan
terasa nyeri.Sedangkan Pertusis ditandai batuk yang terus menerus dan
diakhiri dengan muntah.Penyakit DPT dapat dicegah dengan vaksin DPT.
Indikasi : Anak harus mendapat vaksinasi DPT 5 kali pada usia 2-4-6-18
bulan-(4-6) tahun atau 2-3-4-18 bulan-SD kelas 1. Vaksin DPT dapat
diberikan bersama dengan vaksin lain. Untuk anak usia>7 tahun diberikan
vaksinasi Td atau Tdap yang dapat melindungi diri dari penyakit DPT
tetapi harus diulang setiap 10 tahun sekali.
Kontraindikasi : Anak sakit berat disertai panas tinggi, anak yang
pernah mendapat reaksi alergi berat setelah vaksinasi DPT tidak boleh
diberikan vaksin DPT selanjutnya, Kejang atau pingsan segera setelah
vaksinasi, anak menangis keras dan terus-menerus selama >3 jam setelah
vaksinasi
Efek Samping :
Efek samping ringan : demam, kemerahan dan sedikit bengkak pada
tempat suntikan, rasa sakit pada tempat suntikan, rewel, nafsu makan
berkurang, muntah.
Efek samping berat (jarang sekali terjadi) : reaksi alergi berat (syok),
kejang berulang/lama, koma/kesadaran menurun
c. Vaksin Campak
Jenis : Campak merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
morbili. Penyakit ini bersifat menular melalui percikan ludah (batuk dan
bersin).Campak dapat mengenai anak dan orang dewasa.Gejala campak
demam tinggi, batuk, pilek, mata kemerahan, kadang-kadang diare
kemudian timbul ruam kemerahan dimulai dari belakang telinga dan
menyebar ke seluruh tubuh.Penyakit campak dapat dicegah dengan
vaksin campak.
Indikasi : Semua anak harus mendapat vaksin campak pada umur 9 bulan
dan diulang pada umur 2 tahun dan pada saat masuk sekolah SD. Anak
dalam kondisi sehat tidak sakit.
Kontraindikasi : Anak dengan kekebalan tubuh menurun seperti
menderita infeksi HIV atau dengan risiko menderita HIV atau menderita
penyakit keganasan, menderita gizi buruk sebab vaksin campak adalah
vaksin hidup.
Efek Samping : demam 1-3 hari pada umumnya tidak tinggi, ruam kulit
dan akan menghilang sendiri tanpa perawatan
d. Vaksin Cacar Air
Jenis : Cacar air (juga disebut varisela) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus varicella zoster. Gejala cacar air yaitu diawali
dengan demam tidak tinggi, ada bintil di kulit yang gatal terutama pada
punggung dan dada menjalar ke muka dan tubuh. Penyakit cacar air dapat
dicegah dengan vaksin cacar air
Indikasi : Anak-anak yang belum pernah menderita cacar air harus
diberikan vaksin cacar air pada 12-15 bulan, anak yang berusia 13 tahun
ke atas (yang belum pernah menderita cacar air atau belum pernah
mendapat vaksin cacar air) harus diberikan dua dosis dengan interval
sekurang-kurangnya 28 hari.
Kontraindikasi : Menderita sakit berat, wanita hamil dan tidak boleh
hamil dalam waktu 1 bulan setelah mendapat vaksin cacar air, keadaan
yang dapat menurunkan kekebalan tubuh seperti HIV/AIDS, sedang
mendapat terapi dengan obat yang mempengaruhi sistem imun, menderita
kanker dan sedang menjalani kemoterapi, baru menerima transfusi darah
atau produk darah lainnya sehingga vaksinasi harus ditunda selama 2
minggu
Efek Samping : Bengkak, nyeri di daerah suntikan, demam, ruam ringan,
kejang akibat demam, alergi dapat berupa gatal atau sulit bernapas
e. Vaksin Hepatitis B
Jenis : Hepatitis B disebabkan oleh virus. Pada umumnya bayi dan anak
kecil yang terinfeksi Hepatitis B tidak menunjukkan gejala.Gejala pada
remaja dan dewasa yaitu penurunan nafsu makan, demam, lesu, nyeri
pada otot, mual, muntah, diare, kuning pada mata dan kulit.Penyakit
Hepatitis B dapat dicegah dengan vaksin Hepatitis B.
Indikasi : Bayi mendapat 3 dosis vaksin hepatitis B sebelum usia 6 bulan.
Dosis pertama : saat lahir sebelum usia 12 jam
Dosis kedua : Usia 1-2 bulan
Dosis ketiga : Usia 6-12 bulan
Bayi yang lahir dari ibu dengan Hepatitis B (HBsAg positif) harus
mendapat vaksin hepatitis B dosis pertama sebelum usia 12 jam ditambah
immunoglobulin hepatitis B pada saat yang sama pada paha yang
berbeda.
Pemberian vaksinasi dan immunoglobulin hepatitis B ini diberikan
setelah pemberian suntikan vitamin K1.Vaksinasi selanjutnya diberikan
sesuai jadwal. Bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B ini perlu
diperiksa HBsAg dan antiHBs pada usia 9-18 bulan
Anak dan remaja yang belum divaksinasi sebelumnya harus mendapat
vaksinasi ini sebanyak 3 dosis
Kontraindikasi : Setiap orang yang pernah mengalami alergi berat
terhadap vaksin, setiap orang yang sedang menderita penyakit infeksi
berat harus menunggu sampai sembuh
Efek Samping :Bengkak pada tempat suntikan, suhu badan 37,80C atau
lebih
f. Vaksin Hib
Jenis :Haemophilus influenza tipe B (Hib) merupakan bakteri yang
berbahaya, penyebab tersering dari meningitis dan pneumonia pada bayi
dan anak dibawah 5 tahun. Penyakit Hib dapat menyebabkan meningitis,
pneumonia, bengkak di tenggorokan, infeksi darah, dan
kematian.Penyakit Hib dapat dicegah dengan vaksin Hib.
Indikasi : Vaksin Hib direkomendasikan pada umur 2,4,6 bulan dan
diulang pada umur 12-15 bulan. Vaksin Hib diberikan 3 atau 4 dosis
tergantung dari umur anak.
Kontraindikasi : Bayi yang berusia <6 minggu, alergi berat setelah
pemberian satu dosis vaksin Hib, kondisi tidak sehat
Efek Samping : Kemerahan, rasa panas atau bengkak pada lokasi
penyuntikan, demam
g. Vaksin Influenza
Jenis : Influenza/Flu adalah penyakit yang mudah menular dan menyebar.
Flu disebabkan oleh virus influenza yang disebarkan melalui batuk,
bersin, dan kontak erat.Gejala Flu adalah demam/menggigil, nyeri
tenggorokan, nyeri pada otot, lelah, batuk, sakit kepala, hidung pilek atau
tersumbat. Flu dapat dicegah dengan vaksin influenza
Indikasi : Vaksin flu diberikan tiap tahun, pada anak usia 6 bulan sampai
usia 8 tahun dalam 2 dosis awal/besar
Kontraindikasi : Pernah mendapat reaksi alergi yang mengancam jiwa
setelah vaksinasi flu, pernah menderita sindrom Guillain-Barre
(kelumpuhan, disebut juga GBS)
Efek Samping : suara serak, sakit dan bengkak pada tempat suntikan,
mata kemerahan dan sakit, demam, sakit kepala, nyeri otot, rasa lelah
(umumnya gejala ini akan menghilang 1-2 hari ), reaksi alergi berat, dan
kemungkinan kecil dapat terjadi GBS.
h. Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Jenis : MMR (Measles, Mumps, Rubella) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus. Measles/Campak gejalanya demam tinggi, ruam
kemerahan pada kulit, batuk, pilek dan iritasi pada mata.Mumps/
Gondongan gejalanya demam, sakit kepala, nyeri otot, nafsu makan
berkurang, dan pembesaran kelenjar getah bening pada leher.Rubella/
Campak Jerman gejalanya kemerahan pada kulit, nyeri sendi.Penyakit
MMR dapat dicegah dengan vaksin MMR.
Indikasi : Anak-anak harus mendapat vaksinasi MMR 2 dosis
Dosis pertama : usia 12-15 bulan
Dosis kedua : usia 4-6 tahun
Kontraindikasi : Seseorang yang pernah alergi terhadap neomisin atau
salah satu komponen yang terdapat dalam vaksin MMR yang
menimbulkan reaksi yang berat, seseorang yang sedang sakit ketika akan
divaksinasi, wanita hamil dan boleh divaksinasi setelah melahirkan,
wanita setelah divaksinasi MMR tidak boleh hamil sampai 4 minggu
setelah vaksinasi
Efek Samping : demam, ruam di kulit, pembengkakan kelenjar pipi atau
leher, kejang klonik atau bengong yang disebabkan demam, sakit atau
kaku sendi yang sementara terutama pada remaja atau wanita dewasa,
jumlah trombosit menurun sementara yang dapat menimbulkan
perdarahan
i. Vaksin Pneumokokus Konjugasi
Jenis : Infeksi Pneumokokus disebabkan oleh kuman Streptococcus
pnemoniae (pneumokokus) menyebar melalui droplet. Kuman
pneumokukus dapat menimbulakn penyakit yang serius termasuk
pneumonia, infeksi darah, radang telinga tengah dan meningitis.Infeksi
pneumokokus dapat dicegah dengan vaksin pneumokokus konjugasi.
Indikasi : Vaksin pneumokokus konjugasi diberikan secara rutin pada
bayi usia 2,4,6 dan 12-15 bulan, karena pada usia tersebut sangat rentan
terinfeksi kuman pneumokokus
Kontraindikasi : Seseorang yang pernah mendapat reaksi alergi yang
mengancam jiwa akibat vaksinasi sebelumnya, seseorang yang pernah
divaksinasi pneumokokus dan menimbulkan reaksi alergi berat, dan
keadaan anak sakit ketika akan divaksinasi harus menunggu hingga sehat
baru boleh divaksinasi.
Efek Samping : Pusing, kehilangan nafsu makan, rasa sakit pada tempat
suntikan, pembengkakan pada tempat penyuntikan, demam namun tidak
tinggi, rewel, kemerahan
j. Vaksin Polio
Jenis : Polio merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus polio.
Masuk melalui makanan/minuman yang tercemar.Dapat menyebabkan
kematian akibat kelumpuhan pada otot yang membantu otot
pernapasan.Penyakit polio dapat dicegah dengan vaksin polio.
Indikasi : Vaksinasi polio diberikan 4 dosis dengan jadwal sebagai
berikut, dosis pertama saat lahir, dilanjutkan pada umur 2,4,6 bulan.
Vaksinasi polio diulang pada umur 18 bulan dan pada 4-6 tahun
Kontraindikasi : Setiap orang yang pernah mengalami reaksi alregi berat
terhadap salah satu komponen vaksin, menderita penyakit keganasan,
sedang menjalani pengobatan kortikosteroid, sedang menjalani radiasi
atau kemoterapi, kehamilan, anak yang sedang sakit/menderita penyakit
berat
Efek Samping : pusing, diare ringan, nyeri otot, bengkak pada lokasi
penyuntikan.
k. Vaksin Rabies
Jenis : Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi virus rabies. Gejalanya
nyeri kepala, demam, dan iritabilitas, kejang, halusinasi dan
kelumpuhan.Penyakit rabies dapat dicegah dengan vaksin rabies.
Indikasi : Setiap orang yang berisiko tinggi terkena rabies untuk
melindungi mereka bila terpapar. Vaksin ini juga dapat mencegah rabies
bila diberikan pada seseorang segera setelah terpapar. Dengan 3 dosis
yaitu :
Dosis 1 : bila dibutuhkan/hari pertama
Dosis 2 : 7 hari setelah dosis 1
Dosis 3 : 21 hari atau 28 hari setelah dosis 1
Kontraindikasi : Pernah mengalami alergi serius (mengancam nyawa)
terhadap dosis vaksin rabies sebelumnya atau terhadap salah satu
komponen vaksin, menderita HIV/AIDS, menjalani terapi dengan obat
yang mempengaruhi sistem kekebalan seperti steroid, menderita kanker
atau sedang menjalani terapi kanker dengan radiasi atau obat-obatan
Efek Samping : Kemerahan, bengkak, gatal pada lokasi penyuntikan,
nyeri kepala, mual, nyeri perut, nyeri otot, pusing, demam, sindrom
Guillain-Barre (GBS)
l. Vaksin Rotavirus
Jenis : Rotavirus adalah nama virus yang menyebabkan diare, terutama
pada bayi anak balita. Diare akibat rotavirus dapat menjadi berat sampai
menyebabkan bayi atau anak mengalami kekerangan cairan (dehidrasi),
muntah, dan demam.Penyakit akibat rotavirus dapat dicegah dengan
vaksin rotavirus.
Indikasi : Vaksinasi diberikan pada umur 2,4, ( dan 6 bulan bila 3 dosis)
dengan cara diminum, bukan disuntik
Kontraindikasi : Bayi yang pernah mendapat reaksi alergi berat karena
vaksin rotavirus, bayi dengan kelainan sistem imun, bayi yang pernah
mengalami kelainan usus yang disebut intususepsi, bayi yang sedang
mengalami penyakit yang berat sebaiknya ditunda sampai bayi sehat,
pada keadaan respon imun tubuh lemah seperti HIV/AIDS, pengobatan
steroid jangka lama, penyakit kanker dalam pengobatan.
Efek Samping : Pada umumnya ringan dan akan hilang dengan
sendirinya. Reaksi alergi, demam tinggi, intususepsi (bayi sakit perut
hebat dan menangis berat)
m. Vaksin Tifoid
Jenis : Demam Tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Tifoid menimbulkan gejala demam, lelah, lemah, nyeri
perut, sakit kepala, tidak ada nafsu makan, dan kadang disertai
ruam.Penyakit demam tifoid dapat dicegah dengan vaksin tifoid.
Indikasi : Wisatawan yang akan pergi ke Negara yang endemik tifoid,
mereka yang kontak dekat dengan carriertyphoid, laboran yang bekerja
dengan kuman Salmonella typhi, dosis booster (penguat) diberikan untuk
mereka yang mempunyai risiko setiap 3 tahun
Kontraindikasi : anak <2 tahun, seseorang yang mendapat efek samping
yang berat disebabkan vaksin ini, seseorang yang mendapat reaksi alergi
berat disebabkan vaksin, seseorang yang sakit berat harus ditunda
vaksinasinya.
Efek Samping : demam, sakit kepala, kemerahan dan bengkak.

3. Carilah jadwal imunisasi yang dapat diberikan kepada anak usia 0-18
tahun sesuai rekomendasi IDAI. Interpretasikan jadwal
tersebutberdasarkan jenis imunisasi yang diberikan. Berikan
penjelasanterhadap indikasi dan kontraindikasi masing-masing jenis
imunisasi yang diberikan!
Jawab :

Gambar 1. Jadwal Imunisasi menurut IDAI

INTERPRETASI IDAI 2017

1. Vaksin hepatitis B (HB).


Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam
setelah lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit
sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monovalen adalah usia 0,1, dan 6
bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan
imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Apabila
diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada usia 2,
3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal
pemberian pada usia 2, 4, dan 6 bulan.
2. Vaksin polio.
Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana
kesehatan, OPV-0 diberikan saat bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-
1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling sedikit
harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3.
3. Vaksin BCG.
Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2
bulan. Apabila diberikan pada usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu.
4. Vaksin DTP.
Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat
diberikan vaksin DTPw atau DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain.
Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin
tersebut yaitu usia 2, 4, dan 6 bulan. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun
diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 dapat diberikan Td/Tdap pada
usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan setiap 10 tahun.
5. Vaksin Hib.
Pemberian vaksin Hib optimal diberikan 3 kali pada usia 2,3,dan 4 bulan yang
memerlukan booster pada usia 15-18 bulan.
6. Vaksin pneumokokus (PCV).
Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval
2 bulan; dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu
booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis
terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
7. Vaksin rotavirus.
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-
14 minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2
diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir pemberian pada usia
24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama
diberikan usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia > 15
minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10 minggu.
Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu.
8. Vaksin influenza.
Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang setiap tahun.
Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak usia kurang
dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6-
36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan atau lebih, dosis 0,5 mL.
9. Vaksin campak.
Vaksin campak kedua (18 bulan) tidak perlu diberikan apabila sudah
mendapatkan MMR.
10. Vaksin MMR/MR.
Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin
MMR/MR diberikan pada usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila
pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka dapat diberikan
vaksin MMR/MR.
11. Vaksin Tifoid
Diberikan pada kisaran usia 2-18 tahun dengan ulang setiap 3 tahun.
12. Vaksin Hepatitis A
Diberikan 2 kali pada kisaran usia 2-18 tahun dengan interval 6-12 bulan.
13. Vaksin varisela.
Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum
masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2
dosis dengan interval minimal 4 minggu.
14. Vaksin human papiloma virus (HPV).
Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan
tiga kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan jadwal
0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian
cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi setara dengan 3
dosis.
15. Vaksin Japanese encephalitis (JE).
Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang
akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka
panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun berikutnya.
16. Vaksin dengue.
Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan.

No. Jenis Imunisasi Indikasi Kontraindikasi

1. Hepatitis B Pemberian Hepatitis B untuk Tidak diberikan apabila


mencegah virus Hepatitis B hipersensif terhadap
yang dapat merusak dan komponen vaksin. Sama
menyerang hati halnya dengan vaksin lain,
Imunisasi Hepatitis B vaksin ini tidak boleh
diberikan saat bayi baru lahir diberikan kepada penderita
atau dalam waktu 12 jam infeksi berat disertai kejang
setelah lahir (Ikatan Dokter
Anak Indonesi, 2017).
2. Polio Untuk pemberian kekebalan Anak sedang mengalami
aktif terhadap poliomyelitis demam tinggi diatas 38C.
Imunisasi ini diberikan Sedang mengalami diare atau
optimal 4 kali yaitu OPV-0 muntah.
pada usia 0 1 bulan, polio-1 Defisiensi imunologi
pada usia 2 bulan, polio-2 Anak yang menderita kanker
pada 3 bulan, dan polio-3 atau penyakit
pada 4 bulan. Apabila anak hipogamaglobulin
lahir di rumah sakit OPV-0 Anak yang mempunyai
diberikan diberikan saat bayi riwayat alergi neomisin,
dipulangkan. Sedangkan polimiksin dan streptomisin
untuk booster diberikan pada
anak usia 18 bulan (Ikatan
Dokter Anak Indonesi,
2017).
3. BCG Imunisasi ini diberikan untuk Adanya penyakit kulit yang
pemberian kekebalan aktif berat dan menahun
terhadap tuberculosis paru Sedang menderita TBC
Penyakit akut dengan demam
Imunisasi BCG ini diberikan
tinggi
1 kali sebelum usia 3 bulan
Leukemia
dan optimal pada usia 2
bulan (Ikatan Dokter Anak Sedang menjalani

Indonesi, 2017) pengobatan steroid

4. DPT Imunisasi DPT diberikan Tidak diberikan dengan


untuk menjaga kekebalan gejala kelainan otak atau
secara simultan terhadap gejala kelainan saraf serius
difteri, pertusis dan tetanus pada bayi baru lahir, dimana
Imunisasi ini optimal keadaan tersebut merupakan
diberikan 3 kali pada usia 2, kontraindikasi terhadap
3, dan 4 bulan, dengan komponen pertussis,
booster (diulang) 4 kali pada sehingga vaksin DT harus
usia 18 bulan, 5 tahun, 10-12 diberikan sebagai pengganti
tahun, dan 18 tahun DPT
Kejang
Anak yang mengalami reaksi
alergi terhadap komponen
vaksin atau mengalami efek
samping berat terhadap dosis
vaksin kombinasi DPT pada
saat imunisasi DPT 1
merupakan kontraindikasi
absolut terhadap imunisasi
DPT berikutnya
5. Hib Pemberian imunisasi Hib Bayi yang berusia <6
bertujuan untuk mencegah minggu
infeksi mematikan yang
Alergi berat setelah
disebabkan oleh haemophilus
pemberian satu dosis
infuensa tipe B seperti :
vaksin Hib
meningitis (radang selaput
otak), pneumonia (radang Kondisi tidak sehat
paru-paru), septic arthritis
(radang sendi), dan
pericarditis (radang kantong
jantung)
Imunisasi Hib ini diberikan
sebanyak 4 kali dimana
pemberian 1, 2, dan 3 yaitu
pemberian optimal yang
diberikan masing-masing
pada anak usia 2, 3, dan 4
bulan, sedangkan pemberian
keempat yaitu booster
diberikan pada usia 15 18
bulan (Ikatan Dokter Anak
Indonesi, 2017)
6. PCV Imunisasi PCV ini diberikan Tidak diberikan pada anak
2 kali dengan interval 2 bulan dengan imunokompromais
pada anak usia 7-12 bulan, dan dicurigai/didignosa
yaitu pada usia 2 dan 4 bulan, terkena HIV/AIDS
dapat diberikan tambahan
pada usia 6 bulan;
Untuk merangsang
pembentukan imunitas atau
kekebalan terhadap infeksi
kuman streptococcus
pneumonia atau kuman
pneumokokus yang dapat
menular melalui udara
Untuk memberikan
perlindungan terhadap
penyakit Invasive
Pneumococcal Diseases
(IPD) yang dapat berupa
meningitis atau peradangan
pada selaput otak, bacteremia
atau infeksi bakteri dalam
darah, dan pneumonia atau
peradangan pada paru-paru
7. Rotavirus Pencegahan gastro-enteritis Tidak diberikan dengan
yang disebabkan Rotavirus riwayat hipersensitif terhadap
serotipe G1 dan non-G1 vaksin rotavirus
(seperti G2, G3, G4, G9) Bayi lahir kurang bulan atau
berat badan 2000g pada usia
2 bulan
8. Influenza Vaksin influenza ini Alergi telur, protein ayam
diberikan untuk pencegahan atau komponen vaksin
terhadap penyakit yang Pada kasus demam tinggi,
timbul akibat virus influenza kejang-kejang atau infeksi
pada orang yang berisiko akut, vaksinasi harus ditunda
tinggi

9. Campak Vaksin campak digunakan Terdapat beberapa


untuk pencegahan terhadap kontraindikasi pada
penyakit campak pemberian vaksin campak.
Hal ini sangat penting
khususnya untuk imunisasi
pada anak penderita
malnutrisi.
Vaksin ini sebaiknya tidak
diberikan bagi; orang yang
alergi terhadap dosis vaksin
campak sebelumnya, wanita
hamil karena efek vaksin
campak terhadap janin belum
diketahui; orang yang alergi
berat terhadap kanamisin dan
eritromisin, anak dengan
infeksi akut disertai demam,
anak dengan defisiensi sistem
kekebalan, anak dengan
pengobatan intensif yang
bersifat imunosupresif, anak
yang mempunyai ke-
rentanan tinggi terhadap
protein telur
10. MMR Pemberian vaksin MMR Tidak diberikan pada anak
bertujuan untuk mencegah dengan penyakit keganasan
campak, parotitis, dan rubella yang tak ditangani atau yang
Untuk merangsang kekebalannya berubah, dan
terbentuknya imunitas atau mereka yang menerima obat
kekebalan terhadap penyakit imunosupresif atau
gondong, campak, dan radioterapi, atau
campak jerman kortikosteroid dosis tinggi;
Anak yang menerima injeksi
vaksin hidup lain dalam 4
minggu;
Anak yang alergi terhadap
neomisin atau gelatin;
Anak yang demam akut
(imunisasi harus ditunda);
Bila diberikan pada wanita
usia subur, kehamilan harus
dihindari untuk 1 bulan
(seperti pada vaksin rubela);
Tidak boleh diberikan dalam
3 bulan setelah injeksi
imunoglobulin.
11. Tifoid Imunisasi tifoid bertujuan Tidak diberikan pada anak
untuk mencegah terjadinya dengan imunokompromais
penyakit demam tifoid dan dicurigai atau diiagnosa
Pemberian tifoid polisakarida terkena HIV/AIDS
injeksi diberikan pada usia 2
tahun dengan booster
(diulang) setiap 3 tahun
(Ikatan Dokter Anak
Indonesi, 2017)
12. Hepatits A Pemberian vaksin hepatitis A Tidak diberikan apabila
bertujuan untuk mencegah mengalami demam, infeksi
terjadinya penyakit hepatitis aku dan hipersensitif
A terhadap komponen vaksin
Vaksin ini dapat diberikan
untuk usia di atas 2 tahun
Imunisasi awal menggunakan
vaksin Havrix (berisi virus
hepatitis A strain HM175
yang dinonaktifkan) dengan
2 suntikan dan interval 4
minggu, booster pada 6 bulan
setelahnya. Jika
menggunakan vaksin MSD
dapat dilakukan 3 kali
suntikan pada usia 6 dan 12
bulan (Ikatan Dokter Anak
Indonesi, 2017)
13. Varisela Imunisasi varicella bertujuan Menderita sakit berat
untuk mencegah terjadinya Wanita hamil dan tidak boleh
penyakit cacar air hamil dalam waktu 1 bulan
Pemberian vaksin varicella setelah mendapat vaksin
dapat diberikan 1 kali pada cacar air
usia 12 tahun di daerah tropis Keadaan yang dapat
dan bila di atas usia 13 tahun menurunkan kekebalan tubuh
dapat diberikan 2 kali seperti HIV/AIDS
suntikan dengan interval 4-8 Sedang mendapat terapi
minggu dengan obat yang
mempengaruhi sistem imun
Menderita kanker dan sedang
menjalani kemoterapi
Baru menerima transfusi
darah atau produk darah
lainnya sehingga vaksinasi
harus ditunda selama 2
minggu

14. HPV Pemberian HPV bertujuan Vaksin tidak dianjurkan


untuk mencegah terjadinya untuk diberikan pada
kanker serviks (kanker leher seseorang yang pernah
rahim) berhubungan seksual atau
Vaksin HPV diberikan pada seseorang yang positif
usia 10-18 tahun pada orang terdiagnosa kanker servik
yang belum melakukan
hubungan seksual
Vaksin HPV diberikan
sebanyak 2 atau 3 kali
dengan interval 6-12 bulan
(Ikatan Dokter Anak
Indonesi, 2017)
15. Japanese Vaksin ini diberikan mulai Tidak diberikan pada anak
Encephalitis diberikan 12 bulan untuk dengan penyakit keganasan
anak yang tinggal di daerah dan demam akut
endemis atau akan berpergian
ke daerah yang endemis
Vaksin ulangan diberikan 1-2
tahun setelah vaksin pertama
(Ikatan Dokter Anak
Indonesi, 2017)

4. Jelaskan pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pasien dan keluarga


yang menerima imunisasi!
Jawab :
Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada pasien dan keluarga yang
menerima imunisasi diantaranya :
1) Imunisasi BCG
a. Berikan KIE pada orang tua anak mengenai Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIP) bahwa setelah 1-2 minggu pemberian
imunisasi akan menimbulkan kemerahan atau benjolan. Berikan
informasi agar jangan ditekan atau digosok karena bisa menjadi
luka. Apabila mengeluarkan cairan anjurkan untuk mengompres
dengan cairan antiseptik. Luka ini tidak perlu pengobatan, akan
sembuh spontan dan meninggalkan tanda parut atau bekas pada
kulit pada area yang di injeksi dan hal tersebut adalah normal.
(Imunisasi Dasar, 2013)
b. Jika imunisasi BCG diberikan lebih dari 3 bulan, berikan
informasi pada ibu bahwa akan dilakukan test tuberkulin.
Imunisasi BCG akan diberikan apabila hasil test negatif.
(Imunisasi Dasar, 2013)
c. Imunisasi BCG tidak ada pengulangan
2) Hepatitis B
a. Memberikan informasi mengenai ffek samping setelah
pemberian imunisasi demam (beri kompres hangat atau
paracetamol) dan rasa lelah pada anak. Sedangkan efek yang
jarang terjadi adalah gatal-gatal, kulit menjadi kemerahan, dan
pembengkakan pada wajah. Apabila efek samping tersebut
memberat, segera bawa ke pelayanan kesehatan. (Imunisasi,
2016)
b. Untuk jadwal ulangan imunisasi hepatitis B dapat
dipertimbangkan pada usia 10-12 tahun.
c. Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui
a) Diberikan imunisasi dalam waktu 12 jam setelah lahir.
Dosis kedua diberikan umur 1-2 bulan dan dosis ketiga
umur 6 bulan. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya
diketahui HbsAg-nya positif, maka diberikan 0,5 HBIg
sebelum 1 minggu.
d. Bayi lahir dengan ibu HbsAg positif
a) Diberikan imunisasi hepatitis B0 dan HBIg 0,5 ml
secara bersamaan dalam waktu 12 jam setelah lahir.
3) DPT
a. Memberikan KIE pada ibu mengenai efek samping dari
imunisasi DPT yaitu dapat terjadi kemerahan, bengkak dan
nyeri (jangan ditekan dan apabila memberat segera bawa ke
pelayanan kesehatan), demam tinggi lebih dari 38, 5 oC
(berikan paracetamol dan apabila memberat segera bawa ke
pelayanan kesehatan), serta anak rewel dan menangis dengan
nada tinggi.
b. Untuk jadwal perlu diberikan informasi bahwa imunisasi DPT
diberikan pada anak 6 minggu dengan interval 4-8 minggu
dan diberikan pada anak usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.
Imunisasi ulangan DPT pertama dapat diberikan pada usia 18-
24 bulan dan imunisasi ulangan DPT kedua dapat diberikan
pada usia 5 tahun.
4) HIB (Haemophilis Influenza Tipe B)
a. Efek samping dari imunisasi Hib ini dapat berupa nyeri,
kemerahan, atau bengkak (jangan ditekan atau digosok),
merasa gelisah, sering menangis, kehilangan nafsu makan dan
deman. Apabila efek samping ini memberat, segera bawa ke
pelayanan kesehatan.
b. Untuk jadwal imunisasi perlu diberikan informasi bahwa
imuniasi Hib diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan
dan diulang pada usia 15-18 bulan (IDAI, 2015). Apabila anak
datang pada usia 1-5 tahun, Hib hanya diberikan 1 kali. Anak
diatas 5 tahun tidak perlu diberikan imunisasi ini (IDAI, 2015).
5) Campak
a. Memberikan informasi mengenai efek samping campak adalah
demam ringan dan kemerahan pada tempat suntikan selama 3
hari dan hal ini dapat berlangsung 8-12 hari setelah imunisasi.
Demam, flu dan batuk juga dapat terjadi sekitar 1 minggu
penyuntikan. Jika demam, anak bisa berikan kompres hangat.
Jika demam diatas 37,5oC bisa berikan paracetamol. Jika demam
tidak turun juga pergi ke pelayanan kesehatan.
b. Imunisasi campak diberikan pada bayi dibawah 1 tahun dan
sebaiknya diberikan pada bayi yang berusia 9 bulan. Jika anak
berusia lebih dari 1 tahun dan belum mendapatkan imunisasi
campak, berikan MMR (Meales, Mumps, Rubella). Berikan KIE
pada ibu untuk melakukan imunisasi ulangan pada usia 24 bulan
dan SD kelas 1 dalam program BIAS. (IDAI, 2015)
c. Apabila anak sudah mendapatkan imunisasi MMR pada usia 18
bulan maka imunisasi campak tidak diberikan pada usia 24 bulan
dan ulangan MMR pada usia 6 bulan, maka imunisasi campak
pada SD kelas 1 tidak diberikan. (IDAI, 2015)
6) Polio
a. KIE ibu mengenai efek samping yang dapat terjadi seperti
pusing, diare ringan, nyeri dan nyeri otot. Khusus pada vaksin
polio IPV efek samping yang bisa muncul berupa; sedikit
bengkak dan kemerahan pada tempat penyuntikan (jangan
ditekan atau digosok), kadang-kadang terjadi peningkatan suhu
(demam) setelah injeksi (berikan kompres hangat atau
paracetamol apabila demam lebih dari 37,5oC). Berikan juga
informasi bahwa vaksin polio oral tidak boleh diberikan pada
saat anak diare, jika sudah terlanjur maka tidak dihitung sebagai
dari jadwal imunisasi dan harus diberikan ulang saat anak
sembuh.
b. Mengenai jadwal imunisasi berikan informasi bahwa imunisasi
polio akan diberikan sebanyak 4 kali dengan selang waktu
minimal 4 minggu dan maksimal 8 minggu, yaitu 0, 2 bulan, 4
bulan dan 6 bulan bersamaan dengan vaksin DPT. Pemberian
imunisasi polio akan diulang saat bayi pada usia 18-24 bulan dan
5-6 tahun.
7) MMR (Meales, Mumps, Rubella)
a. Efek samping yang sering terjadi adalah demam (berikan
kompres hangat atau paracetamol) dan efek samping yang jarang
terjadi berupa sakit kepala, muntah, bercak berwarna ungu pada
kulit, nyeri di daerah tangan atau kaki dan leher yang terasa
kaku. Jika efek samping ini memberat, segera bawa ke pelayanan
kesehatan.
b. Imunisasi MMR diberikan pada anak berusia antara 15-18 bulan
dan pemberian imunisasi MMR ulang dilakukan pada anak
berusia 6 tahun.
8) PCV (Pneumococcal Vaccine)
a. Berikan informasi pada ibu mengenai efek samping dari PCV
yaitu dapat menimbulkan demam ringan dengan suhu rata-rata
kurang dari 38oC (berikan kompres hangat atau paracetamol jika
suhu diatas 37,5 oC), mengantuk, nafsu makan berkurang,
muntah, mencret, rewel dan muncul bercak kemerahan pada
kulit. Apabila efek samping tersebut memberat segera bawa ke
pelayanan kesehatan.
b. Mengenai jadwal, imunisasi PCV diberikan pada usia 2 bulan
(dosis I), 4 bulan (dosis II) dan 6 bulan (dosis III). Apabila
hingga berusia 6 bulan belum menerima vaksin PCV, maka dosis
I dan II pemberiannya dapat dilakukan pada usia 7-11 bulan
dngan inerval antara dosis minimal 1 bulan. Apabila hingga anak
berusia 12 bulan belum menerima vaksin PCV, dosis I dan dosis
II pemberiannya dapat dilakukan pada usia 12-23 bulan dengan
interval antara dosis minimal 2 bulan.

5. Carilah sebuah artikel jurnal internasional yang memuat tentang trend


pemberian imunisasi. Buatlah ringkasan tentang hasil penelitian tersebut
dan kemungkinan penerapannya di Indonesia. Referensi yang digunakan
minimal 5 tahun terakhir.
Jawab :
Artikel jurnal Internasional yang memuat tren pemberian imunisasi yang kami
ambil adalah
Judul Jurnal :Comparing the effect of swaddling and breastfeeding and
their combined effect on the pain induced by BCG
vaccination in infants referring to Motahari Hospital,
Jahrom, 20102011
Pengarang : Fatemeh Hashemi, Laila Taheri, Fariba Ghodsbin, Narjes
Pishva, dan Mehrdad Vossoughi
Tahun : 2016
Ringkasan :
Konsep nyeri pada bayi merupakan fokus baru dalam perawatan
kesehatan. Beberapa penelitian sebelumnya sudah menunjukkan bahwa rasa
sakit pada bayi seringkali tidak diketahui dan berlangsung lama.Hal ini
disebabkan karena neuron pada bayi belum lengkap. Nyeri akut lebih sering
terjadi pada neonataus dari padanyeri kronis. Perilaku nyeri pada bayi
disebabakan oleh suntikan salah satunya pada saaat pemberian imunisasi.
Meskipun imunisasi merupakan metode pencegahan penyakit yang paling
efektif tetapi dalam pemberiannya memerlukan tindakan infasif yang dapat
menimbulkan nyeri akut. Nyeri yang dirasakan akibat dari imunisasi
menimbulkan kekhawatiran dari orang tua, hal ini memerlukan perhatian yang
lebih dari orang tua dan petugas kesehatan. Rasa sakit yang dirasakan oleh
bayi mengakibatkan hilangnya nafsu makan yang dapat memperlambat proses
penyembuhan luka karena asupan makanan yang kurang, kesulitan dalam
mobilitas, gangguan tidur dan bayi rewel. Untuk mengurangi rasa sakit pada
bayi diperlukan suatu pendekatan diantaranya yaitu menggunakan teknik
swaddling (membedong) yang dikombinasikan dengan pemberian ASI pada
bayi.
Metode penelitian ini adalah double blind secara acak yang dilakukan
di RS Panganjaran Motahari.Jumlah responden dalam penelitian ini adalah
140 bayi sehat. Responden dibagi menjadi 4 kelompok yaitu pertama
kelompok neonatus yang diberikan ASI selama 45 menit sebelum di imunisasi
dan tidak di bedong berjumlah 33 bayi. Kelompok kedua yaitu bayi dibedong
selama 2 menit sebelum dan sesudah di imunisasi berjumlah 34
bayi.Kelompok ketiga yaitu gabungan dari dua kelompok sebelumnya yaitu
diberikan ASI selama 45 menit dan dibedong beberapa menit sebelum di
imunisasi berjumlah 33 bayi. Kelompok keempat yaitu kelompok kontrol
dimana bayi di imunisasi seperti biasa tanpa pemberian intervensi apapaun
berjumlah 31 bayi.
Tingkat denyut jantung dan saturasi oksigen pada neonatus dicatat
dalam 3 Fase yaitu baseline, injeksi dan 2 menit setelah injeksi. Selanjutnya
wajah neonatus direkam dengan menggunakan kamera video kemudian
intensitas nyeri diukur dengan Neonatal Facial Coding System (NFCS). Skala
perilaku ini menilai sembilan raut wajah neonatus, nilai 0 didefinisikan
sebagai tidak adanya rasa sakit dan skor 9 didefinisikan sebagi rasa sakit
maksimal. Skor rata-rata intensitas nyeri dan respon fisiologis subyek
dianalisis secara statistik dengan menggunakan parametrik Kruskal-Wallis test
dan Mann-Whitney. Dari 140 karena sesuatu dan lain hal responden yang
dianalisis statistik hanya131 responden.Intensitas nyeri yang dihasilkan pada
masing-masing kelompok berbeda-beda. Intensitas nyeri yang dirasakan pasca
injeksi selama 15 detik pada kelompok pertama (pemberian ASI) yaitu 57,76
pada kelompok kedua (bayi dibedong) yaitu 61,65 pada kelompok ketiga
(kombinasi keduanya) yaitu 57,48 dan pada kelompok intervensi memiliki
rata-rata intensitas nyeri maksimum yaitu 86,74. Berdasarkan uji Kruskal-
Wallis menunjukkan bahwa keempat kelompok pada tahap pertama imunisasi
BCG selama 15 detik memiliki perbedaan signifikan secara statistik (P =
0,003). Namun tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam
intensitas nyeri selama 2 menit setelah injeksi antar kelompok. Sedangkan
untuk perubahan minimal pada denyut jantung di masing-masing kelompok
yaitu kelompok pertama yaitu 63,02 kelompok kedua 63,72 kelompok ketiga
yaitu 50,45 dan pada kelompok kontrol menunjukkan perubahan denyut
jantung maksimal yaitu 85, 94.
Intervensi sederhana seperti menyusui selama beberapa menit sebelum
di imunisasi atau bayi yang dibedong selama tindakan imunisasi dapat
menurunkan rasa sakit pada bayi yang dilihat dari ekspresi wajah dan denyut
jantung. Oleh karena itu dianjurkan untuk memanfaatkan kedua metode
tersebut untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh imunisasi atau
tindakan infasif lainnya pada neonatus.
Pembahasan Jurnal dengan Analisis SWOT
Jurnal yang dianalisis adalah hasil penelitian dari Fatemeh Hashemi, dkk
(2016) yang berjudul Comparing the effect of swaddling and breastfeeding
and their combined effect on the pain induced by BCG vaccination in infants
referring to Motahari Hospital, Jahrom, 20102011. Dari analisis dengan
metode SWOT yang telah dilakukan pada jurnal tersebut, maka didapatkan
hasil sebagai berikut :
STRENGHT (Kekuatan)
No. Faktor Kekuatan Skor Bobot Total
1. Dari hasil jurnal penelitian yang telah dianalisis 4 0,3 1,2
didapatkan hasil bahwa intervensi menyusui
selama beberapa menit sebelum di imunisasi
dikombinasikan dengan bayi yang dibedong
selama tindakan imunisasi dapat menurunkan
rasa sakit pada bayi yang dilihat dari ekspresi
wajah dan denyut jantung.
2. ASI yang diberikan pada bayi dapat menjadi 3 0,1 0,3
morfin endogen yang memberikan efek
menenangkan pada bayi. Hal ini menyebabkan
menyusui sebelum melalukan tindakan imunisasi
dapat mengurangi persepsi nyeri pada bayi.
3. ASI mengandung lemak, protein dan komponen 3 0,2 0,6
lainnya dapat merangsang opioid dan
menghambat transduksi nociceptive atau
transmisi di sumsum tulang belakang posterior
dan mencegah penularan rasa sakit ke sistem
saraf pusat.
4. Teknik membedong yang dikombinasikan 4 0,2 0,8
dengan pemberian ASI dapat mencegah
peningkatan perilaku dan membuat rasa aman
terhadap bayi.
5. Intervensi yang diberikan yaitu kombinasi antara 4 0,2 0,8
pemberian ASI dan membedong sebelum
dilakukan imunisasi merupakan intervensi yang
aman, murah, mudah digunakan.
Total Kekuatan - 1 3,7

WEAKNESS (Kelemahan)
No. Faktor Kelemahan Skor Bobot Total
1. Bayi yang bergerak sangat aktif dapat 1 0,4 0,4
mengurangi keakuratan pemeriksaan denyut nadi
dan dapat membuat perubahan fisiologis yang
tidak signifikan dalam hasil penelitian.
2. Pemberian ASI tidak bisa dilakukan pada bayi 3 0,6 1,8
yang mendapatkan imunisasi secara oral.
Total Kelemahan - 1 2,2

OPPORTUNITIES (Peluang)
No. Faktor Peluang Skor Bobot Total
1. Dengan adanya hasil penelitian ini, perawat 4 1 4
dapat mendorong ibu untuk menggunakan
tindakan menyusui bayi dikombinasikan dengan
membedonguntuk mengurangin rasa sakit yang
disebabkan oleh imunisasi rutin di tempat
perawatan primer.
Total Peluang - 1 4

THREAT (Ancaman)
No. Faktor Ancaman Skor Bobot Total
1. Belum adanya banyak penelitian yang 2 1 2
mengkombinasikan antara dua intervensi yang
diberikan yaitu pemberian ASI dan membedong
bayi sebelum dilakukannya imunisasi.
Total Ancaman - 1 2

Analisis SWOT:

K.3 (strategi WO atau K.1 (strategi SO atau


ubah strategi) progresif)
(-,+) (+,+)

K.4 (strategi WT atau K.2 (strategi ST atau


bertahan) diversifikasi)
(+,+)
(-,-) (+,-)

1. Selisih total kekuatan - total kelemahan = S W = X (3,7 2,2= 1,5)


2. Selisih total peluang - total ancaman = O T = Y (4 2 = 2)
Jadi, nilai x dan y adalah 1,5 dan 2.Berdasarkan analisis SWOT yang telah
dilakukan, jurnal ini berada pada kuadran 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa
intervensi menyusui selama beberapa menit sebelum di imunisasi
dikombinasikan dengan bayi yang dibedong selama tindakan imunisasi
memiliki kekuatan-kekuatan yang dapat digunakan untuk meraih peluang
yang ada dalam praktik kesehatan, sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai
salah satu bentuk intervensi yang bersifat atraumatic care.
Kemungkinan Penerapan :
Nyeri akut merupakan pengalaman sensoris dan tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang akut atau potensial atau
digambarkan dalam hal sedemikian rupa berhubungan dengan prosedur
invasif seperti saat pemberian imunisasi BCG (NANDA, 2015). Nyeri pada
bayi dapat mengakibatkan perilaku, fisiologi, dan respon metabolik yang
negatif. Akibat jangka pendek dari nyeri antara lain penurunan saturasi
oksigen dan peningkatan denyut jantung yang dapat mengakibatkan
peningkatan gangguan kardiorespiratori dan fisiologis. Selain itu nyeri yang
dirasakan bayi juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada bayi.
Penatalaksanaan gangguan rasa nyaman akibat nyeri dapat mengguakan
metode retraksi. Metode retraksi pada bayi dapat dilakukan dengan
mebendong bayi menggunakan kain atau memegang bayi dengan tangan
perawat. Posisi ini memfasilitasi memfasilitasi pengaturan tubuh terhadap
respon nyeri selama prosedur infasif (Kusumaningsih, Rustina, & Syahreni,
2014).
Pemberian ASI pada bayi sebelum dilakukan tindakan infasif
merupakan salah satu metode nonfarmakologis yang efektif menurunkan nyeri
pada tindakan yang dapat menimbulkan nyeri seperti tindakan infasif. ASI
mengandung konsentrasi tryptophan yang tinggi yang merupakan prekusor
melatonin. Melatonin hormon adalah dihasilkan oleh kelenjar perineal otak
yang mempunyai fungsi membantu mengatur hormon-hormon lain,
mempertahankan irama sirkardian tubuh dan memiliki fungsi antioksidan.
Melatonin terbukti meningkatkan konsentrasi beta endorphin dan
memungkinkan untuk menjadi suatu mekanisme efek nosiseptif ASI.
Pemberian ASI sebagai pereda nyeri dinilai lebih natural, mudah didapatkan,
mudah untuk digunakan, tidak memerlukan tambahan biaya, dan tidak
mempunyai risiko (Schollin, 2004 dalam Kusumaningsih dkk, 2014).
Kedua intervensi tersebut dapat dikombinasikan untuk mendapatkan
hasil yang maksimal seperti pada penelitian Hashemi dkk (2016) yang
menyarankan metode pemberian ASI sebelum pemberian imunisasi dan
metode swaddaling (membedong) dapat mengurangi intensitas nyeri yang
dirasakan bayi dilihat dari ekspresi wajah dan denyut jantung. Metode
swaddling (membedong) dan breastfeeding (menyusui) pada bayi ketika akan
diimunisasi guna mengurangi rasa nyeri pada bayi sangat mungkin untuk
diterapkan di Indonesia karena tidak memerlukan biaya, selain itu metode ini
juga dapat meningkatkan kedekatan hubungan ibu dengan bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Hashemi, F., Taheri, L., Ghodsbin, F., Pishva, N., & Vossoughi, M. (2016). Elsevier.
Comparing the effect of swaddling and breastfeeding and their combined effect
on the pain induced by BCG vaccination in infants referring to Motahari
Hospital, Jahrom, 20102011, 217-221.

IDAI. (2015). Melengkapi/Mengajar Imunisasi. Retrieved from. www.idai.or.id.


Diakses pada 16 Mei 2017

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2017. Jadwal Imunisasi 2017. Retrieved from:
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-2017. Diakses
pada 17 Mei 2017

Imunisasi Dasar. (2013). Retrieved from. http://bidan.fk.ub.ac.id/wp-


content/uploads/2013/03/IMUNISASI-DASAR.pdf. Diakses pada 16 Mei 2017

Imunisasi. (2016). Retrieved from. www.alodokter.com/imunisasidiakses pada 16


Mei 2017 pukul 20.32 WITA.

Informasi Vaksin Untuk Orangtua. (n.d.) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Retrieved from www.idai.or.id/wp-content/uploads/2014/08/informasi-vaksin-
untuk-orangtua.pdfdiakses pada 16 Mei 2017

Kusumaningsih, F. S., Rustina, Y., Syahreni, E. (2014). Jurnal Keperawatan Anak.


Aplikasi Model Konservasi Levine dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa
Nyaman: Manajemen Nyeri Pada Bayi Kurang Bulan, 2(2) 84-94.

Maryuani. (2013). Konsep Imunisasi. Retrived from:


http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-2446-bab2.pdf.
Diakses pada 28 Mei 2017

NANDA International. (2015). Nursing diagnoses definition and classification. West


Sussex: Wiley-Blackwell.

Anda mungkin juga menyukai