Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS JURNAL

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Oleh:
SGD 2

Dewa Ayu Diah Budi Utami (1402105033)


Luh Putu Saskarawati Oktaviana (1502105001)
Komang Trisna Putri Juliantini (1502105008)
Ni Kadek Diah Widiastiti Kusumayanti (1502105017)
Rika Septiani (1502105020)
Ni Kadek Dwi Yanti Anggreni (1502105033)
Nyoman Adiarta (1502105038)
Gek Diah Aprillia (1502105045)
Ni Wayan Kuslinda Sari (1502105048)
Dewa Gede Agus Sutawan (1502105051)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Difteri merupakan salah satu penyakit yang menular. Penyakit ini disebabkan
oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, oleh karena itu penyakitnya diberi nama
serupa dengan kuman penyebabnya. Kuman tersebut akan menginfeksi saluran
pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring atau
tenggorokan) dan laring. Pada umumnya, difteri tersebut menyerang anak-anak tetapi
saat ini banyak kasus difteri yang juga menyerang remaja hingga dewasa. (Nissa, 2015).
Penularan difteri dapat melalui hubungan dekat, udara yang tercemar oleh carier atau
penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita. Sebelum adanya
vaksinasi, racun yang dihasilkan oleh kuman ini sering meyebabkan penyakit yang
serius, bahkan dapat menimbulkan kematian. Tapi saat ini vaksin penyakit difteri atau
sering dikatakan vaksin atau imunisasi DPT sudah tersedia di pusat pelayanan sehingga
dapat menurunkan angka kematian. (Kemenkes RI, 2012)
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sampai dengan November
2017, ada 95 Kab/kota dari 20 provinsi melaporkan kasus Difteri. Sementara pada
kurun waktu Oktober - November 2017 ada 11 provinsi yang melaporkan terjadinya
KLB Difteri di wilayah kabupaten/kota-nya, yaitu Sumatera Barat, Jawa Tengah, Aceh,
Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta,
Jawa Barat, dan Jawa Timur. Namun, ada tiga kota yang memiliki kasus terbanyak
yaitu Banten terdapat 63 kasus dengan 9 kematian, DKI Jakarta terdapat 22 kasus, dan
Jawa Barat terdapat 123 kasus dengan 13 kematian. Secara keseluruhan terdapat 622
kasus, 32 diantaranya meninggal dunia. Kasus difteri yang dilaporkan tidak hanya
menyerang anak-anak, tetapi juga menyerang remaja hingga dewasa. (Kemenkes RI,
2017)
Kasus difteri pada remaja masih mungkin terjadi meskipun sudah melakukan
vaksinasi. Hal ini terjadi karena vaksin atau status imunisasi DPT yang kurang lengkap
sejak kecil. Sehingga masih ada remaja atau bahkan orang dewasa yang terjangkit
difteri tersebut. Pengaruh media sosial saat ini sangat mempengaruhi masyarakat luas
tentang pentingnya vaksin atau imunisas. Sehingga ketika ada anti-vaksin yang
diberitakan dapat berdampak buruk terhadap kesehatan fisik, maka masyarakat enggan
dan takut untuk melakukan vaksin. Menurunnya minat akan vaksin tersebut, turut
menjadi faktor penyebab merebaknya wabah difteri di berbagai provinsi di Indonesia.
(Setyanti, 2017)
Oleh karena itu, minat vaksin pada remaja sebagai awal pencegahan penyakit
difteri yang dapat mengancam kesehatan remaja perlu ditingkatkan. Salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan program 4 pilar untuk meningkatkan
keinginan dalam melakukan vaksinasi, yaitu pelayanan vaksinasi yang nyaman,
komunikasi dengan pasien tentang pentingnya imunisasi dan ketersediaan vaksin, sistem
kantor yang disempurnakan dengan memfasilitasi imunisasi, dan motivasi melalui
kantor Juara Imunisasi.

1.2 Tujuan

1.2.1 Untuk mengetahui perbandingan telaah dan sintesis jurnal dengan


teori/konsep
1.2.2 Untuk mengetahui analisis SWOT jurnal
1.2.3 Untuk mengetahui dampak penerapan jurnal terhadap pelayanan
keperawatan komunitas (puskesmas)
1.2.4 Untuk mengetahui dampak penerapan jurnal terhadap dinas kesehatan
1.2.5 Untuk mengetahui dampak penerapan jurnal terhadap keilmuan
keperawatan komunitas
1.3 Manfaat

1.3.1 Pemerintah
Membantu pemerintah untuk menentukkan program yang dapat diterapkan
untuk meningkatkan motivasi masyarakat melakukan vaksinasi difteri
1.3.2 Fasilitas Kesehatan
Dapat digunakan sebagai salah satu intervensi dan pertimbangan untuk
meningkatkan motivasi atau keinginan masyarakat untuk melakukan
vaksinasi difteri
BAB II
RINGKASAN JURNAL

Judul : Using the 4 PillarsTM Practice Transformation Program To Increase Adolescent


Human Papillomavirus, Meningococcal, Tetanus-Diphtheria-pertussis And
Influenza Vaccination
Penggunaan 4 pilar untuk meningkatkan keinginan dalam melakukan vaksinasi
antara lain vaksin HPV, DPT, Meningokokus dan Influenza. Empat vaksin tersebut saat
ini direkomendasikan untuk usia remaja 11-17 tahun. Metode penelitian ini dilakukan
pada tatanan klinik. Program 4 Pilar tersebut yaitu: Pilar 1 - Pelayanan vaksinasi yang
nyaman; Pilar 2 - Komunikasi dengan pasien tentang pentingnya imunisasi dan
ketersediaan vaksin; Pilar 3 - Sistem kantor yang disempurnakan dengan memfasilitasi
imunisasi; Pilar 4 - Motivasi melalui kantor Juara Imunisasi.
Program 4 Pilar berbasis web juga berisi transformasi praktik dashboard yang
menyertakan ringkasan sekilas dari informasi unik dan status program yang praktis,
seperti daftar strategi intervensi dan daftar tugas yang dipilih. Intervensi ini
diperkenalkan dalam proses tiga tahap. Sebuah penghubung penelitian mengunjungi
masing-masing tempat untuk mengenalkan penelitian dan Program 4 Pilar kepada
pemimpin di tatanan praktik seperti dokter, manajer kantor atau kepala perawat. Orang-
orang itu kemudian memilih Juara Imunisasi dengan siapa penghubung penelitian
bertemu di kunjungan kedua untuk lebih mengenalkan secara penuh intervensi dan
program 4 Pilar serta memberdayakan Juara Imunisasi. Pada pertemuan ketiga,
Imunisasi Juara, bersama dengan kepala perawat atau manajer kantor, dipaparkan studi
kepada staf dan bekerja sama dengan mereka untuk mengembangkan ide praktik yang
spesifik untuk menerapkan strategi dari masing-masing 4 pilar.
Hasil menunjukkan perbedaan antara sebelum dan sesudah mendapatkan intervensi
4 pilar. Pada sebagian besar praktik, vaksinasi meningkat sebesar 10 persen poin.
Pengecualiannya adalah vaksin influenza yang mana perubahannya sederhana atau
menurun dalam beberapa praktik. Banyaknya klien yang melakukan vaksinasi sebelum
diterapkan 4 pilar mengalami peningkatan sebesar 95% setelah diterapkan intervensi 4
pilar. Walaupun peningkatan vaksinasi hanya terjadi pada vaksinasi HPV dan DPT itu
sudah dapat mewakili hasil peningkatan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Jurnal
3.1.1 Perbandingan Telaah Dan Sintesis Jurnal Dengan Teori/Konsep
Dalam jurnal dibahas terkait 4 vaksin yang diberikan pada remaja yang
berusia 11-17 tahun. Remaja direkomendasikan untuk melakukan vaksinasi human
papilomavirus (HPV), vaksin influenza, tetanus-pertusis-difteri (Tdap), dan vaksin
meningococcal. Banyak ditemukan ketidakpatuhan pada orang tua dalam
pemberian vaksin pada anaknya sehingga diberikan sebuah metode dalam
meningkatkan motivasi/keinginan orang tua dalam memberikan vaksin pada
anaknya. Dalam jurnal diberikan sebuah metode penggunaan 4 pilar untuk
meningkatkan keinginan orang tua dalam memberikan vaksin pada anaknya
(Zimmerman, Raviotta, Nowalk, Moehling, Reis, dkk, 2017)
1. Pilar 1 : Pelayanan vaksinasi mudah
2. Pilar 2 : Komunikasi dengan pasien tentang pentingnya imunisasi dan pemberian
vaksin
3. Pilar 3 : Menambah ruang sistem untuk memfasilitasi imunisasi
4. Pilar 4 : Memotivasi melalui sebuah kantor immunization champion
A. Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2016)
menyarankan pada orang tua untuk memberikan empat vaksin untuk anaknya.
Anak-anak usia pra remaja dan remaja dari usia 7-18 tahun di rekomendasikan
untuk melakukan vaksin influenza, HPV, Meningococcal, dan Tdap. Menurut
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (2017) vaksin yang direkomendasikan
untuk remaja di Indonesia antara lain vaksin influenza, HPV, dan Tdap.
Berdasarkan teori yang ada hal ini telah sesuai dengan pemberian vaksin di
Indonesia yang direkomendasikan oleh IDAI (2017) kecuali vaksin
Mengingococcal hal ini karena di Indonesia bukan merupakan negara endemis
Meningokokal. (NSW Health) Vaksin wajib dan rekomendasi selengkapnya
disajikan dalam tabel di bawah ini:
Sumber: Sari Pediatri. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 tahun. Rekomendasi IDAI 2017

B. Peran keperawatan komunitas secara umum sebagai upaya promotif dan


preventif. Melalui pemberian vaksin pada anak-anak peran preventif pada
keperawatan komunitas dapat di terapkan. Perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan tidak lepas dari peran dan fungsinya sebagai perawat. Peran
tersebut antara lain: (Jaji, 2012)
1. Peran sebagai pelaksana pelayanan keperawatan
Peran perawat pelaksana yaitu perawat berperan dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok/masyarakat berupa
asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi pemberian asuhan
pencegahan pada tingkat pertama, kedua, maupun ketiga, baik langsung
maupun tidak langsung
2. Peran pendidik atau edukator
Peran perawat edukator yaitu perawat memberikan pendidikan kesehatan
dasar dan tingkat pencegahan, perawat dapat mengajarkan tindakan
pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit, dan memberikan informasi
yang tepat tentang kesehatan
3. Peran pengamat kesehatan
Peran pengamat kesehatan yaitu perawat melaksanakan monitoring terhadap
perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
yang menyangkut masalah kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan,
observasi dan pengumpulan data
4. Peran pembaharu
Peran pembaharu yaitu perawat berperan sebagai inovator terhadap individu,
keluarga dan masyarakat dalam mengubah perilaku dan pola hidup yang
berkaitan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
5. Peran pengorganisir pelayanan kesehatan
Peran pengorganisir pelayanan kesehatan yaitu perawat memberikan motivasi
untuk mengikutsertakan individu, keluarga dan kelompok dalam setiap upaya
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di masyarakat, posyandu, dan dana
sehat
6. Peran role model
Peran role model yaitu perilaku yang ditampilkan perawat dapat dijadikan
panutan, panutan ini digunakan pada semua tingkat pencegahan terutama
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan menampilkan profesionalisme
dalam bekerja.
7. Peran fasilitator
Peran fasilitator yaitu perawat merupakan tempat bertanya bagi masyarakat
untuk memecahkan masalah kesehatan, perawat dapat memberikan solusi
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
Penerapan metode 4 pilar yang ada pada jurnal yang bertujuan untuk
meningkatkan motivasi/keinginan orang tua dalam memberikan vaksin kepada
anaknya telah sesuai dengan peran dan tanggungjawab perawat yang ada.
Penerapan metode 4 pilar bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan pada
anak khususnya remaja melalui tindakan pencegahan dengan pemberian vaksin.
Melalui metode 4 pilar tersebut peran perawat dalam pemberian vaksin menjadi
lebih jelas karena dalam 4 pilar telah dijelaskan bahwa tenaga kesehatan

3.1.2 Analisis SWOT


Hasil analisis SWOT jurnal dengan judul “Using The 4 Pillars Practice
Transformation Program To Increase Adolescent Human Papillomavirus,
Meningococcal, Tetanus-Diphtheria-Pertussis And Influenza Vaccination” adalah
sebagai berikut:

a. Strength (Kekuatan)

No Strength (Kekuatan)
1. Program 4 pilar menggunakan pelayanan vaksinasi yang nyaman
2. Intervensi 4 pilar menggunakan komunikasi dengan pasien tentang
pentingnya imunisasi dan ketersediaan vaksin
3. Program 4 pilar berisi peningkatan sistem untuk memfasilitasi imunisasi
4. Intervensi 4 pilar memotivasi melalui Immunization Champion
4. Program Pilar 4 berbasis web juga berisi practice transformation
dashboard (PTD) yang mencakup ringkasan informasi praktis dan status
program yang unik
5. Terjadi peningkatan vaksinasi setelah diberikan intervensi
b. Weakness (Kelemahan)

No Weakness (Kelemahan)
1. Intervensi 4 pilar ini diperkenalkan dalam tiga tahap sehingga memerlukan
waktu cukup lama
2. Basis data dibuat hanya dengan pasien berusia 11-17 tahun

c. Oppurtunities (Peluang)

No Opportunities (Peluang)
1. Penelitian ini disetujui oleh Institutional Review Board of the University of
Pittsburgh
2. Penggunaan intervensi ini juga terbukti efektif pada orang dewasa (22-24)

d. Treats (Ancaman)

No Threat (Ancaman)
1. Dalam menjalankan program 4 pilar ini diperlukan dukungan dan
keikutsertaan pimpinan di tatanan klinik

Berdasarkan hasil analisis SWOT didapatkan bahwa penggunaan 4 pilar untuk


meningkatkan vaksinasi pada remaja memiliki kekuatan lebih banyak dari
kelemahan dan peluang lebih banyak dari ancaman baik dari sisi internal maupun
eksternal.

3.2 Implikasi Keperawatan


3.2.1 Dampak Penerapan Jurnal Terhadap Pelayanan Keperawatan
Komunitas (Puskesmas)
Program transformasi praktik 4 pilar merupakan sarana upaya peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan berbasis web pada tatanan klinik yang dikembangkan
untuk membantu penyedia layanan kesehatan primer dengan meningkatkan
vaksinasi orang dewasa dan remaja (Zimmerman, Raviotta, Nowalk, Moehling,
Reis, dkk, 2017)
1. Memberikan kemudahan dan kenyamanan pada masyarakat untuk melakukan
vaksinasi
Berdasarkan hasil analisis jurnal program 4 pilar ini didasarkan pada empat
domain utama, yang dapat diterapkan di tatanan layanan kesehatan di Indonesia
dengan menerapkan pelayanan vaksinasi yang nyaman, komunikasi dengan
pasien tentang pentingnya imunisasi dan ketersediaan vaksin.
2. Dapat memotivasi minat masyarakat untuk melakukan vaksinasi
Sistem kantor yang disempurnakan dengan memfasilitasi imunisasi dan
adanya motivasi melalui kantor Juara Imunisasi. Dapat meningkatkan minat
masyarakat dalam melakukan vaksinasi. Hal tersebut juga dapat di terapkan oleh
puskesmas sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat antivaksin
agar terdorong untuk melakukan vaksinasi.
3. Dapat membantu staf pelayanan kesehatan dalam menjangkau klien
Tatanan praktik diharapkan menerapkan strategi dari masing-masing 4 pilar
dan didorong untuk menggunakan sebanyak mungkin strategi dan sesuai praktik
untuk memaksimalkan dampaknya terhadap tingkat vaksinasi. Strategi termasuk
penggunaan setiap kesempatan untuk melakukan vaksinasi, rutinitas vaksinasi
dengan menggunakan protokol standing order untuk staf perawat untuk
melakukan vaksinasi, pengiriman pengingat kepada pasien untuk kembali untuk
dosis berikutnya, dan officewide rekomendasi kepada orang tua atau pasien
untuk divaksinasi.

4. Meningkatkan cakupan klien yang mendapatkan vaksinasi


Dari hasil penilitan tersebut banyaknya klien yang melakukan vaksinasi
sebelum diterapkan 4 pilar mengalami peningkatan sebesar 95% setelah
diterapkan intervensi 4 pilar. Walaupun peningkatan vaksinasi hanya terjadi pada
vaksinasi HPV dan DPT itu sudah dapat mewakili hasil peningkatan. Jadi
penerapan program transformasi praktik 4 pillar pada tatanan pelayanan
komunitas dapat menjadi suatu upaya strategis untuk meningkatkan kesadadaran
dan kemauan masyarakat akan pentingnya vaksinasi terutama dikalangan
kelompok antivaksin.

3.2.2 Dampak Penerapan Jurnal Terhadap Dinas Kesehatan


Penelitian dari Zimmerman, Raviotta, Nowalk, Moehling, Reis, dkk (2017)
dalam jurnalnya yang berjudul “Using The 4 Pillars Transformation Program To
Increase Adolescent Human Pappilomavirus, Meningococcal, Tetanus-Diphteria-
Pertusisi And Influenza Vaccination” menyatakan bahwa 4 pillar tersebut
dikembangkan untuk membantu penyedia layanan kesehatan primer dengan
meningkatkan vaksinansi HPV,meningococus dan DPT pada remaja usia 11-17
tahun. Dampak dari penerapan jurnal tersebut meningkatkan kerjasama antara
layanan kesehatan primer dan dinas kesehatan sehingga mempercepat penyebaran
informasi mengenai pentingnya vaksinansi difteri. Perawat memiliki peran penting
dalam penerapan 4 pillar ini yaitu sebagai educator yang bertugas memberikan
informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya vaksinasi difteri. Penyebaran
informasi yang tepat dapat meningkatan kepercayaan masyarakat untuk melakukan
vaksinasi sehingga program dinas kesehatan untuk memberikan vasinasi ulangan
bisa terlaksana. Selain itu, penerapan 4 pilar ini tatanan praktik mempermudah
kerja dinas kesehatan dalam meratakan pelaksanaan di masyarakat

3.2.3 Dampak Penerapan Jurnal Terhadap Keilmuan Keperawatan


Komunitas
1. Meningkatkan pengetahuan perawat komunitas tentang cara penerapan 4 pilar
ditatanan keperawatan komunitas.
2. Menambah keilmuan dalam pengembangan intervensi keperawatan
komunitas.
3. Meningkatkan pengetahuan perawat komunitas mengenai upaya promotif dan
preventif dengan menggunakan 4 pilar dalam pemberian vaksin.
4. Menambah wawasan keperawatan komunitas mengenai fungsi dari 4 pilar
dalam keperwatan komunitas.
5. Sebagai salah satu pengembangan ilmu kesehatan guna memperkaya
keilmuan keperawatan komunitas yakni dalam peran pendidikan.
6. Sebagai salah satu inovasi atau metode baru yang bisa dikombinasikan
dengan keilmuan keperawatan komunitas sehingga diharapkan dapat
mempermudah upaya promotif dan preventif dalam memberikan pemberian
vaksin DPT
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dalam jurnal didapatkan hasil setelah diberikan program 4 pilar terjadi
peningkatan keinginan untuk melakukan vaksinasi. Penerapan metode 4 pilar pada
jurnal telah sesuai dengan peran dan tanggungjawab perawat yang ada. Penerapan
metode 4 pilar bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan pada anak khususnya
remaja melalui tindakan pencegahan dengan pemberian vaksin. Berdasarkan hasil
analisis SWOT didapatkan bahwa penggunaan 4 pilar untuk meningkatkan vaksinasi
pada remaja memiliki kekuatan lebih banyak dari kelemahan dan peluang lebih banyak
dari ancaman baik dari sisi internal maupun eksternal. Penerapan jurnal memiliki
dampak terhadap pelayanan keperawatan komunitas (puskesmas) yaitu memberikan
kemudahan dan kenyamanan pada masyarakat untuk melakukan vaksinasi, dapat
memotivasi minat masyarakat untuk melakukan vaksinasi, dapat membantu staf
pelayanan kesehatan dalam menjangkau klien, dan meningkatkan cakupan klien yang
mendapatkan vaksinasi. Penerapan jurnal juga memiliki dampak terhadap dinas
kesehatan yaitu meningkatkan kerjasama antara layanan kesehatan primer dan dinas
kesehatan sehingga mempercepat penyebaran informasi mengenai pentingnya
vaksinansi difteri. Terhadap keilmuan keperawatan komunitas, penerapan jurnal tersebut
juga memiliki dampak yaitu meningkatkan pengetahuan perawat komunitas tentang cara
penerapan 4 pilar, menambah keilmuan dalam pengembangan intervensi keperawatan
komunitas, meningkatkan pengetahuan perawat komunitas mengenai upaya promotif
dan preventif, menambah wawasan keperawatan komunitas mengenai fungsi dari 4 pilar
dalam keperwatan komunitas, sebagai salah satu pengembangan ilmu kesehatan,
sebagai salah satu inovasi atau metode baru yang bisa dikombinasikan dengan keilmuan
keperawatan komunitas.
4.2 Saran
Melihat keefektifan penerapan program 4 pilar yang terdapat dalam jurnal
diharapkan program ini dapat dipertimbangkan sebagai salah satu intervensi yang dapat
diterapkan pada tatanan klinik untuk meningkatkan keinginan untuk melakukan
vaksinasi dan diharapkan program 4 pilar ini mendapatkan dukungan dari pimpinan
tatanan klinikk agar program 4 pilar ini dapat berjalan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention. (2016). For Parents: Vaccines for Your
Children. For Parents of Preteens and Teens (7 through 18 years). Retrieved
from. https://www.cdc.gov/vaccines/parents/diseases/teen/index.html. Diakses
pada 16 Februari 2018
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2017). Imunisasi pada Remaja. Retrieved from.
www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/imunisasi-pada-remaja-2. Diakses pada
16 Februari 2018
Jaji. (2012). Peran Keperawatan Komunitas Dalam Peningkatan Derajat Kesehatan
Masyarakat Menuju MDG’s 2015. Retrieved from:
http://repository.ut.ac.id/2565/1/fisip201232.pdf. Diakses pada 16 Februari 2018
Kemenkes RI. (2012). Data dan Informasi Kesehatan. Retrieved from.
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/...pdf. Diakses pada
10 Februari 2018
Kemenkes RI. (2017). Meningkatnya Kasus Difteri. Retrieved from.
http://www.depkes.go.id/article/view/17120700003/meningkatnya-kasus-difteri-
3-provinsi-sepakat-lakukan-respon-cepat.html. Diakses pada 11 Februari 2018
Nissa. (2015). Difteri. Retrieved from. https://www.scribd.com/doc/276056739/Difteri.
Diakses pada 11 Februari 2018
NSW Health. Lembar Fakta Penyakit Menular. Penyakit Meningokokus. Retrieved
from.
http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publicationsandresources/pdf/publication-
pdfs/meningococcal-disease/7150/doh-7150-ind.pdf. Diakses pada 16 Februari
2018
Sari Pediatri. (2017). Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 tahun. Rekomendasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Retrieved from. http://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/viewFile/1120/pdf. Diakses pada 16 Februari 2018
Setyanti, C.A. (2017). Wabah Difteri remaja dan Orang Dewasa Juga Perlu Vaksin.
Retrieved from. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20171208124254-
255-261026/wabah-difteri-remaja-juga-perlu-booster-vaksin. Diakses pada 11
Februari 2018
Zimmerman, R. K., Raviotta, J. M., Nowalk, M. P., Moehling, K. K., Reis, E. C.,
Humiston, S, G., & Lin, C. J. (2017). Using the 4 PillarsTM Practice
Transformation Program To Increase Adolescent Human Papillomavirus,
Meningococcal, Tetanus-Diphtheria-pertussis And Influenza Vaccination.
Vaccine. Hal. 6180-6186

Anda mungkin juga menyukai