KEPERAWATAN KOMUNITAS
Oleh:
SGD 2
Difteri merupakan salah satu penyakit yang menular. Penyakit ini disebabkan
oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, oleh karena itu penyakitnya diberi nama
serupa dengan kuman penyebabnya. Kuman tersebut akan menginfeksi saluran
pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring atau
tenggorokan) dan laring. Pada umumnya, difteri tersebut menyerang anak-anak tetapi
saat ini banyak kasus difteri yang juga menyerang remaja hingga dewasa. (Nissa, 2015).
Penularan difteri dapat melalui hubungan dekat, udara yang tercemar oleh carier atau
penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita. Sebelum adanya
vaksinasi, racun yang dihasilkan oleh kuman ini sering meyebabkan penyakit yang
serius, bahkan dapat menimbulkan kematian. Tapi saat ini vaksin penyakit difteri atau
sering dikatakan vaksin atau imunisasi DPT sudah tersedia di pusat pelayanan sehingga
dapat menurunkan angka kematian. (Kemenkes RI, 2012)
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sampai dengan November
2017, ada 95 Kab/kota dari 20 provinsi melaporkan kasus Difteri. Sementara pada
kurun waktu Oktober - November 2017 ada 11 provinsi yang melaporkan terjadinya
KLB Difteri di wilayah kabupaten/kota-nya, yaitu Sumatera Barat, Jawa Tengah, Aceh,
Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta,
Jawa Barat, dan Jawa Timur. Namun, ada tiga kota yang memiliki kasus terbanyak
yaitu Banten terdapat 63 kasus dengan 9 kematian, DKI Jakarta terdapat 22 kasus, dan
Jawa Barat terdapat 123 kasus dengan 13 kematian. Secara keseluruhan terdapat 622
kasus, 32 diantaranya meninggal dunia. Kasus difteri yang dilaporkan tidak hanya
menyerang anak-anak, tetapi juga menyerang remaja hingga dewasa. (Kemenkes RI,
2017)
Kasus difteri pada remaja masih mungkin terjadi meskipun sudah melakukan
vaksinasi. Hal ini terjadi karena vaksin atau status imunisasi DPT yang kurang lengkap
sejak kecil. Sehingga masih ada remaja atau bahkan orang dewasa yang terjangkit
difteri tersebut. Pengaruh media sosial saat ini sangat mempengaruhi masyarakat luas
tentang pentingnya vaksin atau imunisas. Sehingga ketika ada anti-vaksin yang
diberitakan dapat berdampak buruk terhadap kesehatan fisik, maka masyarakat enggan
dan takut untuk melakukan vaksin. Menurunnya minat akan vaksin tersebut, turut
menjadi faktor penyebab merebaknya wabah difteri di berbagai provinsi di Indonesia.
(Setyanti, 2017)
Oleh karena itu, minat vaksin pada remaja sebagai awal pencegahan penyakit
difteri yang dapat mengancam kesehatan remaja perlu ditingkatkan. Salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan program 4 pilar untuk meningkatkan
keinginan dalam melakukan vaksinasi, yaitu pelayanan vaksinasi yang nyaman,
komunikasi dengan pasien tentang pentingnya imunisasi dan ketersediaan vaksin, sistem
kantor yang disempurnakan dengan memfasilitasi imunisasi, dan motivasi melalui
kantor Juara Imunisasi.
1.2 Tujuan
1.3.1 Pemerintah
Membantu pemerintah untuk menentukkan program yang dapat diterapkan
untuk meningkatkan motivasi masyarakat melakukan vaksinasi difteri
1.3.2 Fasilitas Kesehatan
Dapat digunakan sebagai salah satu intervensi dan pertimbangan untuk
meningkatkan motivasi atau keinginan masyarakat untuk melakukan
vaksinasi difteri
BAB II
RINGKASAN JURNAL
a. Strength (Kekuatan)
No Strength (Kekuatan)
1. Program 4 pilar menggunakan pelayanan vaksinasi yang nyaman
2. Intervensi 4 pilar menggunakan komunikasi dengan pasien tentang
pentingnya imunisasi dan ketersediaan vaksin
3. Program 4 pilar berisi peningkatan sistem untuk memfasilitasi imunisasi
4. Intervensi 4 pilar memotivasi melalui Immunization Champion
4. Program Pilar 4 berbasis web juga berisi practice transformation
dashboard (PTD) yang mencakup ringkasan informasi praktis dan status
program yang unik
5. Terjadi peningkatan vaksinasi setelah diberikan intervensi
b. Weakness (Kelemahan)
No Weakness (Kelemahan)
1. Intervensi 4 pilar ini diperkenalkan dalam tiga tahap sehingga memerlukan
waktu cukup lama
2. Basis data dibuat hanya dengan pasien berusia 11-17 tahun
c. Oppurtunities (Peluang)
No Opportunities (Peluang)
1. Penelitian ini disetujui oleh Institutional Review Board of the University of
Pittsburgh
2. Penggunaan intervensi ini juga terbukti efektif pada orang dewasa (22-24)
d. Treats (Ancaman)
No Threat (Ancaman)
1. Dalam menjalankan program 4 pilar ini diperlukan dukungan dan
keikutsertaan pimpinan di tatanan klinik
Centers for Disease Control and Prevention. (2016). For Parents: Vaccines for Your
Children. For Parents of Preteens and Teens (7 through 18 years). Retrieved
from. https://www.cdc.gov/vaccines/parents/diseases/teen/index.html. Diakses
pada 16 Februari 2018
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2017). Imunisasi pada Remaja. Retrieved from.
www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/imunisasi-pada-remaja-2. Diakses pada
16 Februari 2018
Jaji. (2012). Peran Keperawatan Komunitas Dalam Peningkatan Derajat Kesehatan
Masyarakat Menuju MDG’s 2015. Retrieved from:
http://repository.ut.ac.id/2565/1/fisip201232.pdf. Diakses pada 16 Februari 2018
Kemenkes RI. (2012). Data dan Informasi Kesehatan. Retrieved from.
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/...pdf. Diakses pada
10 Februari 2018
Kemenkes RI. (2017). Meningkatnya Kasus Difteri. Retrieved from.
http://www.depkes.go.id/article/view/17120700003/meningkatnya-kasus-difteri-
3-provinsi-sepakat-lakukan-respon-cepat.html. Diakses pada 11 Februari 2018
Nissa. (2015). Difteri. Retrieved from. https://www.scribd.com/doc/276056739/Difteri.
Diakses pada 11 Februari 2018
NSW Health. Lembar Fakta Penyakit Menular. Penyakit Meningokokus. Retrieved
from.
http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publicationsandresources/pdf/publication-
pdfs/meningococcal-disease/7150/doh-7150-ind.pdf. Diakses pada 16 Februari
2018
Sari Pediatri. (2017). Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 tahun. Rekomendasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Retrieved from. http://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/viewFile/1120/pdf. Diakses pada 16 Februari 2018
Setyanti, C.A. (2017). Wabah Difteri remaja dan Orang Dewasa Juga Perlu Vaksin.
Retrieved from. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20171208124254-
255-261026/wabah-difteri-remaja-juga-perlu-booster-vaksin. Diakses pada 11
Februari 2018
Zimmerman, R. K., Raviotta, J. M., Nowalk, M. P., Moehling, K. K., Reis, E. C.,
Humiston, S, G., & Lin, C. J. (2017). Using the 4 PillarsTM Practice
Transformation Program To Increase Adolescent Human Papillomavirus,
Meningococcal, Tetanus-Diphtheria-pertussis And Influenza Vaccination.
Vaccine. Hal. 6180-6186