Anda di halaman 1dari 4

10.

Lampirkan sebuah jurnal yang hasil penelitiannya bisa dijadikan sebagai evidence
based practice (EBP) untuk kasus diatas dan berikan alasan kenapa anda memilih
jurnal tersebut!

Jawaban :
Jurnal yang kami gunakan sebagai evidence based practice (EBP) untuk kasus
diatas adalah jurnal hasil penelitian dari Murniatri dan Giriputro (2013), dengan judul
Manfaat Oseltamivir Terhadap Perbaikan Klinis Kasus Pandemi Influenza Baru A
(H1N1) 2009 Anak.

A. Ringkasan Jurnal
Jurnal penelitian tersebut dilakukan di RS Penyakit Infeksi Prof DR
Sulianti Saroso pada kasus konfirmasi p(H1N1) 2009 anak yang dirawat inap
dari 24 Juni 2009 sampai 12 Agustus 2009. Konfirmasi p(H1N1)2009 dilakukan
dengan pemeriksaan RT-PCR oleh laboratorium Badan Litbangkes Kementerian
Kesehatan RI. Data diperoleh dari penelusuran seluruh rekam medis kasus
konfirmasi p(H1N1)2009 anak. Kriteria inklusi pada studi yaitu anak usia <1
tahun sampai 18 tahun, mendapat terapi oseltamivir dan dirawat inap.
Intervensi yang diberikan yaitu dengan terapi oseltamivir yang diberikan
2 mg/kg BB/hari dibagi dalam dua dosis atau berdasarkan kisaran berat badan
selama 5 hari sesuai Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Influenza A Baru
H1N1 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Data klinis dicatat
pada saat masuk dan selanjutnya setiap setelah 12 jam pemberian oseltamivir
sampai 12 jam setelah dosis oseltamivir ke sepuluh serta hasil pemeriksaan
penunjang laboratorium dan radiologis.
Terdapat 5 gejala klinis utama, yaitu batuk, demam, pilek, lesu, dan
nyeri tenggorok dengan kecepatan perbaikan klinis berbeda. Setelah pemberian
oseltamivir terlihat demam paling cepat mereda, sedangkan batuk paling lambat
mereda. Setelah 12 jam pemberian oseltamivir I jumlah kasus berubah gejala
demam cepat berkurang menjadi seperempat dari total kasus, gejala lesu, nyeri
tenggorok, dan sesak nafas berkurang separuh kasus sedangkan batuk, pilek,
muntah, dan diare tidak berubah. Setelah pemberian oseltamivir dosis VI gejala
demam dan muntah paling cepat menghilang, diikuti oleh gejala sesak
menghilang setelah pemberian oseltamivir dosis VII. Setelah pemberian
oseltamivir dosis X masih ditemukan gejala batuk pada 6 kasus, gejala lesu,
pilek, nyeri tenggorok, serta diare masing-masing 1 kasus
Gejala dominan demam dan batuk namun respon terhadap oseltamivir
berbeda, gejala demam cepat mereda sebaliknya gejala batuk lebih lambat.
Oseltamivir memberi manfaat dalam mencegah komplikasi berat dan kematian
serta tetap bermanfaat pada kasus dengan jarak awitan sampai dosis pertama
oseltamivir lebih dari dua hari.

B. Kaitan dengan Kasus dan Alasan Memilih Intervensi Jurnal


Dari jurnal diatas didapatkan hasil bahwa oseltamivir memberikan efek
terapeutik yang cukup signifikan dalam menurunkan gejala-gejala pada pasien
anak dengan flu babi (influenza tipe A H1N1). Selain berefek terapeutik pada
anak, oseltamivir juga memberikan dampak serupa bagi pasien dewasa.
Oseltamivir merupakan satu-satunya obat penghambat neuraminidase
yang cukup efektif dan dapat diberikan secara oral. Telah diketahui bahwa
neuraminidase influenza sangat penting untuk replikasi virus, yaitu untuk
lepasnya virus dari sel pejamu. Karena replikasi virus influenza sangat aktif
pada hari-hari pertama infeksi, hambatan terhadap neuraminidase dalam kisaran
waktu ini dapat memotong siklus infeksi virus influenza. Oleh karena itu,
pengobatan dengan oseltamivir sangat perlu diberikan sedini mungkin pada
infeksi influenza agar dapat mencapai efikasi klinis yang maksimal.
Banyak penelitian membuktikan bahwa oseltamivir mempunyai
kemampuan mencegah dan meringankan penyakit influenza dengan cukup
efektif. Pengobatan oseltamivir yang dimulai dalam 3 hari sesudah munculnya
gejala dapat mengurangi lama dan beratnya penyakit influenza akut pada orang
dewasa yang tidak menderita penyakit lain. Jika dibandingkan dengan plasebo,
oseltamivir dapat mengurangi lamanya penyakit sampai lebih dari 30%
(p<0,006), mengurangi beratnya penyakit sampai 38% (p<0,001), serta lamanya
sakit akan berkurang 2-3 hari (p<0,05). Selain itu, lama dan beratnya gejala
penyakit termasuk panas, batuk, dan mialgia juga berkurang. Komplikasi
bronkitis dan sinusitis terjadi pada 7% kelompok yang mendapat oseltamivir,
sedangkan pada kelompok yang mendapat plasebo 15% (p<0,05).
Efikasi protektif pemberian oseltamivir oral sebanyak 75 mg setiap hari
atau dua kali sehari selama 6 minggu pada orang dewasa yang tidak imun
terhadap penyakit influenza secara keseluruhan adalah 74%. Risiko untuk
menderita influenza pada orang mendapat oseltamivir adalah 1,2%-1,3%,
sedangkan pada orang yang mendapat plasebo 4,8% (p<0,001). Penderita
dengan biakan positif berkurang 87% bila mendapat oseltamivir. Selain itu,
pemberian oseltamivir secara oral sebagai profilaksis mengakibatkan terjadinya
penurunan proporsi kasus orang dengan tes laboratorium positif dan
berkurangnya gejala penyakit sebanyak 50%. Studi lain memperlihatkan bahwa
bila oseltamivir diberikan sebagai profilaksis kepada orang yang mengadakan
kontak dengan penderita influenza positif dalam rumah tangga akan
memberikan efek protektif (mencegah timbulnya gejala klinis influenza)
sebanyak 89%. Pemberian oseltamivir juga dilaporkan dapat mengurangi
terjadinya komplikasi bronkitis, pneumonia, otitis media, dan sinusitis secara
bermakna. Kebutuhan antibiotik dari penderita dewasa yang mendapat
komplikasi influenza juga akan menurun sebanyak 50% bila sebelumnya sudah
mendapat pengobatan oseltamivir.

C. Kemungkinan Penerapakan Oseltamivir di Indonesia


Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah
merekomendasikan 4 (empat) jenis obat antiviral untuk pengobatan dan
pencegahan influenza A. Jenis obat tersebut diantaranya adalah M2 inhibitors
(amantadin dan rimantadin) dan neuraminidase inhibitors (oseltamivir dan
zanamivir). Keempat obat ini dapat digunakan yang biasa kita kenal (seasonal
influenza). Pada November 2005 Indonesia telah berhasil mengantongi ijin dari
Roche untuk memproduksi oseltamivir di dalam negeri. PT Indofarma adalah
produsen farmasi yang pada 9 Februari 2006, melalui surat menteri Kesehatan
nomor 079/Menkes/II/2006, ditunjuk pemerintah sebagai penyedia oseltamivir
phospate di dalam negeri, sehingga nantinya dapat didistribusikan ke puskesmas
dan rumah sakit di Indonesia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian
terapi oseltamivir dalam menangani pasien dengan flu babi (influenza tipe A
H1N1) sangat mungkin untuk diterapkan di Indonesia.

Depkes. (2014). H1N1 Handbook. Retrieved from :


http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/H1N1_Handbook.pdf
Murniati, D., Giriputro, S. (2013). Manfaat Oseltamivir Terhadap Perbaikan Klinis
Kasus Pandemi Influenza Baru A (H1N1) 2009 Anak. Sari Pediatri, 14(5),
309-315.
Setiawan, I.M. (2009). Oseltamivir sebagai Obat Antivirus Influenza. Majalah
Kedokteran Indonesia, 59(4), 171-177.

Anda mungkin juga menyukai