Anda di halaman 1dari 5

Skenario 2

Kenapa Berat Badan dan Panjang Badan Bayi Saya Susah Naik...??

Seorang ibu membawa bayi perempuannya yang berusia 11 bulan ke puskesmas karena berat badan yang tidak
bertambah sejak 4 bulan terakhir. Menurut ibu, bayi mulai mendapatkan MPASI sejak usia 6 bulan setelah
sebelumnya mendapatkan ASI eksklusif. Sejak mulai MPASI pasien menghabiskan ¼ - ½ porsi makannya. Ibu
membuat MPASI berupa nasi tim yang terdiri dari beras putih, wortel, dan bayam. Sering ditambah dengan tahu
atau tempe. Kadang sayur diganti dengan kentang dan tomat. Ibu belum memberikan ikan, ayam, atau telur
karena ada riwayat alergi pada ayah bayi. Sejak usia 8 bulan, ibu menambahkan makanan selingan berupa jus
buah. Tidak terdapat demam, mual, dan muntah dalam 4 bulan terakhir.

Pasien merupakan anak pertama, lahir secara per vaginam dengan usia gestasi 39 minggu. Pasien lahir ditolong
bidan dengan BBL 3 kg dan PBL 49 cm, dan LK 33 cm. Pasien dibawa ke posyandu untuk imunisasi,
penimbangan BB, dan pengukuran PB (data yang dicatat dalam buku KIA pasien tercantum di bawah).
Pemeriksaan fisik ditemukan dalam batas normal dan tidak ada wajah dismorfik. Saat ini BB 6.200 gram, PB 66
cm, dan LK tidak ada data. Hasil plotting di kurva standar WHO menunjukkan BB/U (berat badan menurut usia)
<-3 SD (standar deviasi) dan PB <- 2 SD.

Menurut dokter puskesmas, saat ini pasien mengalami status gizi kurang, BB sangat kurang, dan perawakan
pendek. Perkembangan pasien menurut KPSP masih dalam batas normal.

Perhatikan Grafik Pertumbuhan berikut ini

Identifikasi istilah:

1. Mpasi: Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung
zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI.
MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian
MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan bayi.
Pemberian MP-ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini, tetapi sangat diperlukan hygienitas
dalam pemberian MP-ASI tersebut.
Selama kurun waktu 4-6 bulan pertama ASI masih mampu memberikan kebutuhan gizi bayi, setelah 6
bulan produksi ASI menurun sehingga kebutuhan gizi tidak lagi dipenuhi dari ASI saja. Peranan makanan
tambahan menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi tersebut. Makanan pendamping ASI
dapat disiapkan secara khusus untuk bayi atau makanannya sama dengan makanan keluarga, namun
tekturnya disesuaikan dengan usia bayi dan kemampuan bayi dalam menerima makanan.
2. ASI ekslusif: Asi adalah suatu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikis, maupun sosial. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan factor pertumbuhan, anti alergi,
serta anti inflamasi.
Asi eksklusif adalah konsumsi ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai bayi berusia 6 bulan, sedangkan
ASI non eksklusif yaitu pemberian ASI disertai makanan atau minuman tambahan lain sebelum usia 6
bulan.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan diberikan tanpa jadwal dan
tidak diberi makanan lain walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan. ASI eksklusif adalah
pemberian ASI saja pada bayi 0-6 bulan tanpa pemberian tambahan cairan lain seperti susu formula, air
jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu,
biskuit, dan nasi tim.

Komposisi ASI Eksklusif:


Air susu ibu menurut stadium laktasi adalah kolostrom, ASI transisi/peralihan dan ASI matur.
1) Kolostrom
Cairan pertama kali yang keluar dari kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual
material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan sesudah masa
puerperium.Kolostrom keluar pada hari pertama sampai hari keempat pasca persalinan.Cairan ini
mempunyai viskositas kental, lengket dan berwarna kekuning-kuningan. Cairan kolostrom mengandung
tinggi protein, mineral garam,vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi dibandingkan
dengan ASI matur. Selain itu, kolostrom rendah lemak dan laktosa.Protein utamanya adalah
immunoglobulin (IgG, IgA, IgM) berguna sebagai antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus,
jamur dan parasit. Volume kolostrom antara 150-300 ml/24 jam. Meskipun kolostrom hanya sedikit
volumenya, tetapi volume tersebut mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Kolostrom
berfungsi sebagai pencahar ideal yang dapat mengeluarkan zat-zat yang tidak terpakai dari usus bayi baru
lahir dan mempersiapkan kondisi saluran pencernaan agar siap menerima makanan yang akan datang.
2) ASI Peralihan
Merupakan peralihan dari kolostrom sampai menjadi ASI matur. ASI peralihan keluar sejak hari ke 4-
10 pasca persalinan.Volumenya bertambah banyak dan ada perubahan warna dan komposisinya. Kadar
immunoglobulin menurun, sedangkan kadar lemak dan laktosa meningkat.
3) ASI Matur
ASI yang keluar dari hari ke 10 pasca persalinan sampai seterusnya.Komposisi relative konstan
(adapula yang menyatakan bahwa komposisi ASI relative mulai konstan pada minggu ke 3 sampai minggu
ke 5), tidak mudah menggumpal bila dipanaskan.ASI pada fase ini yang keluar pertama kali atau pada 5
menit pertama disebut sebagai foremilk. Foremilk lebih encer, kandungan lemaknya lebih rendah namun
tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air.
3. Usia gestasi: Usia gestasi atau umur kehamilan ibu normal adalah 40 minggu yang dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Usia gestasi dibagi menjadi tiga yaitu preterm (kurang bulan), aterm (cukup bulan)
dan postterm (lebih bulan).
4. Dismorfik:
5. Buku KIA: Buku Kesehatan Ibu dan anak (Buku KIA) berisi informasi kesehatan untuk ibu , sejak masa
hamil, saat melahirkan , masa nifas dan berlanjut untuk mencatat kesehatan bayi baru lahir sampai anak
berusia 6 tahun.
Pada saat kelas ibu balita, Buku KIA merupakan sumber informasi seputar imunisasi bayi, pemberian
ASI, pengenalan MP ASI dan pemberian makan untuk bayi, pertumbuhan dan perkembangan anak dan
perawatan anak sakit di rumah.
Buku KIA berisi lembar informasi dan catatan kesehatan serta catatan khusus adanya kelainan ibu
selama hamil, bersalin sampai nifas serta anak (janin, bayi baru lahir, bayi, dan anak sampai usia 6 tahun).
Informasi di dalamnya ini sangat penting digunakan untuk pemantauan kesehatan dan catatan khusus
adanya kelainan pada ibu serta anak.
Setiap ibu hamil mendapat 1 buku KIA untuk kehamilan tunggal dan mendapat tambahan 1 buku KIA
lagi untuk anak yang lain pada kehamilan kembar. Buku KIA dapat diperoleh pada Polindes, Puskesmas
Pembantu (Pustu), Puskesmas, rumah sakit, tempat praktik bidan, dokter, dokter spesialis obstetri dan
ginekologi, dokter spesialis anak serta sarana pelayanan kesehatan lainnya milik Pemerintah atau Swasta.
6. Imunisasi: adalah proses seorang individu menjadi lebih kebal (imun) terhadapa penyakit tertentu 
pemindahan atau transfer antibody. Imunisasi pasif yaitu imunitas bayi yang didapatkan dari ibu saat di
kandungan dimana seiring waktu akan menurun hingga hilang. Makannya dibutuhkan imunisasi tambahan
yaitu seperti vaksin.
7. KPSP: Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
Anak mempunyai ciri yang khas yang berbeda dengan dewasa adalah mengalami proses pertumbuhan
dan perkembangan. Dalam upaya meningkatkan kualitas anak untuk tercapainya tumbuh kembang yang
optimal maka terpenuhi: (1) kebutuhan dasar anak tersebut (2) deteksi dini adanya keterlambatan
perkembangan.dan (3) intervensi dini .
Pemeriksaan KPSP adalah penilian perkembangan anak dalam 4 sektor perkembangan yaitu : motorik
kasar, motorik halus, bicara/bahasa dan sosialisasi /kemandirian.

Identifikasi Konsep: Permasalahan gizi pada bayi

Identifikasi Masalah

1. Permasalahan gizi apa yang terjadi pada pasien ini?


2. Bagaimana tahapan pertumbuhan bayi yang ideal?
Jawab: Klasifikasi menurut berat lahir adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yaitu berat lahir < 2500
gram, bayi berat lahir normal dengan berat lahir 2500-4000 gram dan bayi berat lahir lebih dengan berat
badan > 4000 gram.
3. MPASI bagaimana yang bagus untuk bayi kurang dari 12 bulan?
Jawab: Pada umur 0-6 bulan pertama dilahirkan, ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, namun
setelah usia tersebut bayi mulai membutuhkan makanan tambahan selain ASI yang disebut makanan
pendamping ASI. Pemberian makanan pendamping ASI mempunyai tujuan memberikan zat gizi yang
cukup bagi kebutuhan bayi atau balita guna pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikomotorik yang
optimal, selain itu untuk mendidik bayi supaya memiliki kebiasaan makan yang baik. Tujuan tersebut dapat
tercapai dengan baik jika dalam pemberian MP-ASI sesuai pertambahan umur, kualitas dan kuantitas
makanan baik serta jenis makanan yang beraneka ragam. MP-ASI diberikan sebagai pelengkap ASI sangat
membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang
baik.
Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi
karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus, dengan demikian makanan
tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah
yang didapatkan dari ASI.
Persyaratan MP-ASI Makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan sejak bayi berusia 6 bulan.
Makanan ini diberikan karena kebutuhan bayi akan nutrien-nutrien untuk pertumbuhan dan
perkembangannya tidak dapat dipenuhi lagi hanya dengan pemberian ASI. MP-ASI hendaknya bersifat
padat gizi, kandungan serat kasar dan bahan lain yang sukar dicerna seminimal mungkin, sebab serat yang
terlalu banyak jumlahnya akan mengganggu proses pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi. Selain itu juga
tidak boleh bersifat kamba, sebab akan cepat memberi rasa kenyang pada bayi. MP-ASI jarang dibuat dari
satu jenis bahan pangan, tetapi merupakan suatu campuran dari beberapa bahan pangan dengan
perbandingan tertentu agar diperoleh suatu produk dengan nilai gizi yang tinggi. Pencampuran bahan
pangan hendaknya didasarkan atas konsep komplementasi protein, sehingga masing-masing bahan akan
saling menutupi kekurangan asam-asam amino esensial, serta diperlukan suplementasi vitamin, mineral
serta energi dari minyak atau gula untuk menambah kebutuhan gizi energi.

Indikator Bayi Siap Menerima Makanan Padat:

 Kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga


 Menghilangnya refleks menjulur lidah
 Bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu
memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan rasa lapar dan menarik tubuh ke
belakang atau membuang muka untuk menunjukkan ketertarikan pada makanan.

Pemberian Makanan Anak Umur 0-24 Bulan yang Baik dan Benar
Sesuai dengan bertambahnya umur bayi, perkembangan dan kemampuan bayi menerima makanan,
maka makanan bayi atau anak umur 0-24 bulan dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
1. Makanan bayi umur 0-6 bulan
o Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama
setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, ASI adalah
makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu, dengan menyusui akan
terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
o Berikan kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-
kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang tinggi.
o Berikan ASI dari kedua payudara
Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya, ASI
diberikan 8-10 kali setiap hari.
2. Makanan bayi umur 6-9 bulan
o Pemberian ASI diteruskan
o Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap, karena
merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga
o Berikan makanan selingan 1 kali sehari, seperti bubur kacang hijau, buah dan lain-lain.
o Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan, seperti lauk pauk dan sayuran
secara berganti-gantian.
3. Makanan bayi umur 12-24 bulan
o Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah berkurang, tetapi merupakan
sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.
o Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari dengan porsi separuh
makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali
sehari.
o Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan makanan. Misalnya nasi
diganti dengan mie, bihun, roti, kentang dan lain-lain. Hati ayam diganti dengan telur, tahu, tempe
dan ikan. Bayam diganti degan daun kangkung, wortel dan tomat. Bubur susu diganti dengan
bubur kacang ijo, bubur sum-sum, biskuit dan lain-lain.
o Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi pemberian
ASI sedikit demi sedikit.

4. Apakah alergi dapat diturunkan dan jika iya bagaiamana mekanisme nya ?
Jawab: secara spesifik alergi tidak dapat diturunkan. Ada beberapa gen yang diduga berkaitan erat dengan
alergi. Data juga menunjukkan bahwa risiko alergi anak meningkat sekitar 2-4 kali lipat pada mereka yang
memiliki riwayat keluarga dengan alergi. Risiko alergi anak diketahui lebih tinggi apabila ibu atau kedua
orang tuanya memiliki alergi. Kondisi yang diturunkan hanya risiko atau kemungkinan alergi, bukan jenis
alerginya. Artinya, jika orang tua memiliki alergi, anak memiliki kemungkinan alergi yang lebih tinggi.
Namun, jenis alergi yang dimiliki dapat berbeda antara anak dan orang tua.
Apabila salah satu orangtua atau saudara kandung alergi pada makanan tertentu, maka anak punya
risiko alergi lebih besar. Sekitar 25-40 persen paling tinggi risiko alergi bisa terjadi sampai 60 persen jika
kedua orang tua alergi pada makanan tertentu.
Namun, upaya pencegahan alergi pada anak sangat mudah. Untuk pencegahan primer bagi anak-anak
usia di bawah dua tahun dapat melalui ASI selama enam bulan. Hal ini sudah disepakati diseluruh dunia. Ini
karena ASI dapat membentuk daya tahan tubuh pada anak. Sehingga anak memilki kekuatan yang cukup
untuk melawan alergen yang masuk. selanjutnya, pencegahannya bisa dilakukan dengan cara eliminasi,
yaitu menghindari makanan menyebab alerginya.

Hubungan ASI eksklusif dengan penyakit alergi


Mukosa saluran cerna bayi menunjukkan kemampuan serap yang tinggi terhadap molekul besar seperti
protein utuh (misalnya protein susu sapi). Pada bayi yang memiliki risiko tinggi alergi maka masuknya
molekul besar ini menjadi proses pengenalan pertama dari allergen (molekul penyebab reaksi alergi).
Paparan molekul yang sama selanjutnya akan menyebabkan timbulnya gejala penyakit alergi seperti gejala
saluran cerna, eksema, dan asma.
Fungsi utama saluran cerna ialah memproses makanan yang dicerna menjadi bentuk yang dapat diserap
dan digunakan sebagai energi dan pertumbuhan sel. Selama proses ini berlangsung, mekanisme imunologik
dan non imunologik berperan dalam pencegahan masuknya antigen asing kedalam tubuh. Pada bayi baru
lahir kadar SIgA dalam usus masih rendah sehingga antigen mudah menembus mukosa usus dan kemudian
dibawa ke aliran darah sistemik.
Pada alergi, antibody yang berperan adalah IgE. Antibodi ini teraktivasi oleh adanya protein asing, dan
hanya diperlukan satu kali kontak untuk membuat IgE teraktivasi. Pada kontak berikutnya, sel imunitas
tubuh sudah memiliki memori secara spesifik terhadap protein tersebut dan akan memicu timbulnya reaksi
yang sama, terus menerus. Konsumsi ASI eksklusif membantu pematangan “pelapis usus” dan menghalangi
masuknya molekul pemicu alergi sehingga IgE tidak teraktivasi, sampai kelak bayi sudah berusia lebih dari
6 bulan dan sel imunitasnya sudah berfungsi dengan lebih sempurna.
Hasil eksperiman menunjukkan bahwa immunoglobulin ASI tidak diarbsorbsi bayi, tetapi berperan
memperkuat system imun local usus. ASI juga meningkatkan IgA pada mukosa tractus respiratorius dan
kelenjar saliva. Ini disebabkan oleh factor pertumbuhan dan hormone sehingga dapat merangsang
perkembangan system imun local bayi.
Sitokin yang terdapat dalam ASI berperan meningkatkan jumlah antibody IgA pada ASI. ASI juga
mengandung musin yang berfungsi melapisi membrane lemak susu dan mempunyai sifat antimikroba
dengan cara meningkatkan bakteri dan virus serta segera mengeliminasinya dari tubuh.
Pemberian ASI eksklusif mempunyai pengaruh dengan terjadinya penyakit alergi. Hal ini dikarenakan
karena kandungan sekrotori immunoglobulin A (S-IgA) yang ada didalam ASI berperan dalam
perlindungan mukosa saluran cerna bayi karena bayi belum dapat memproduksi S-IgA sendiri dalam
jumlah yang adekuat sehingga S-IgA dari ASI merupakan sumber utama S-IgA. S-IgA mencegah protein
luar lolos dari mukosa saluran cerna dan berinteraksi dengan APC’s dalam aliran darah. S-IgA yang
terdapat dalam ASI berasala dari immunoglobulin A (IgA) di dalam system imun saluran cerna dan
pernafasan maternal yang dibawa melalui sirkulasi darah dan limfatik ke kelenjar payudara.

Kesimpulannya:
Mukosa saluran cerna bayi menunjukkan kemampuan serap yang tinggi terhadap meolekul besar
seperti protein utuh (misalnya protein susu sapi). Pada bayi yang memiliki risiko tinggi alergi maka
masuknya molekul besar ini menjadi proses pengenalan pertama dari allergen (molekul penyebab reaksi
alergi) Paparan molekul yang sama selanjutnya akan menyebabkan timbulnya gejala penyakit alergi seperti
gejala saluran cerna, eksema, dan asma.
Pada bayi yang diberikan ASI eksklusif tingkat imunitas akan meningkat, pemberian ASI eksklusif
akan menurunkan terjadinya manifestasi alergi. Hal ini dikarenakan imunologik ASI diantaranya yaitu
kandungan sekrotori immunoglobulin A (S-IgA) dan limfosit yang tinggi ada pada bayi yang mendapatkan
ASI eksklusif, S-IgA ini yang berperan dalam perlindungan pada mukosa saluran cerna bayi terhadap
alerge, serta S-IgA mencegah protein luar lolos dari mukosa saluran cerna dan berinteraksi dengan APC’s
dalam aliran darah.
Bayi yang tidak ASI ekslusif tidak mendapatkan kandungan imunologik yang tinggi, sehingga
stimulasi Th2 meningkat dan menyebabkan alergi. Antibodi yang berperan pada penyakit alergi adalah IgE.
Antibodi ini teraktivasi oleh adanya protein asing dan hanya diperlukan satu kali kontak untuk membuat
IgE teraktivasi. Pada kontak berikutnya, sel imunitas tubuh sudah memiliki memori secara spesifik terhadap
protein tersebut dan akan memicu timbulnya reaksi yang sama terus menerus. Konsumsi ASI eksklusif

membantu pematanagna “pelapis usus” dan meghalangi masuknya molekul pemicu alergi sehingga IgE
tidak teraktivasi.

5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak?


6. Bagaimana menegakkan diagnosis pada pasien ini?

LO :

1. Definisi stunting:
2. Etiologi stunting:
3. Patologi stunting:
4. Diagnosis stunting:
5. Tatalaksana stunting:
6. Prognosis stunting:

Anda mungkin juga menyukai