Anda di halaman 1dari 90

SKENARIO 3 MENSTRUASI BANYAK DAN BERKEPANJANGAN

KELOMPOK A 7 ASEP TASRIN PRADANA PRASETYA BETTY OKTAVIANY CHANDRA BAYU SETIAWIDHI A. ADITYA ARYA PUTRA AHMAD RIZZQI AHYAITA DWI CHANDRA MULYANI DWI S. AYU APRILIZIA DYNIYAH YUNUS ( 1102007048 ) ( 1102007061 ) ( 1102007066 ) ( 1102008008 ) ( 1102008010 ) ( 1102008011 ) ( 1102008085 ) ( 1102008086 ) ( 1102008087 )

SKENARIO 3 Menstruasi Banyak dan Berkepanjangan Seorang muslimah, 14 tahun, siswi pesantren, diantar oleh ibunya ke poliklinik Rs dengan keluhan haid banyak dan lama yaitu sejak 2 minggu yang lalu, dengan ganti pembalut 2 3 x sehari. Dua hari ini, haid banyak sekali ( 5 x ganti pembalut sehari ). Sebelumnya, pasien terlambat haid 2 bulan. Pasien mendapatkan haid yang pertama sejak 1 tahun yang lalu, teratur tiap bulan. Pemeriksaan fisik didapatkan : Keadaan umum : Tampak sakit Kesadaran : Komposmentis TD : 110 / 80 mmHg Nadi : 80 x / menit Jantung dan Paru : Dalam batas normal Pemeriksaan luar ginekologi : Abdomen : Inspeksi : Perut tampak mendatar Palpasi : Lemas, TFU tidak teraba di atas simpisis Auskultasi : Bising usus normal Vulva / Vagina : Fluksus ( + ) Berdasarkan pemeriksaan di atas, dokter menduga kelainan haid disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal. Pasien juga bingung apakah keluhan ini karena haid atau istihadhah.

STEP 1 1. Memahami dan menjelaskan fisiologi haid. 1.1 Menjelaskan hormone yang berperan pada proses haid. 1.2 Menjelaskan siklus terjadinya haid. 2. Memahami dan menjelaskan kelainan haid. 2.1 Menjelaskan definisi dari kelainan haid. 2.2 Menjelaskan klasifikasi kelainan haid. 2.3 Menjelaskan etiologi kelainan haid. 2.4 Menjelaskan manifestasi klinis kelainan haid. 2.5 Menjelaskan diagnosis kelainan haid. 2.6 Menjelaskan terapi kelainan haid. 2.7 Menjelaskan penatalaksanaan kelainan haid. 2.8 Menjelaskan komplikasi kelainan haid. 2.9 Menjelaskan prognosis kelainan haid. 3. Memahami dan menjelaskan perbedaan haid dengan istihadhah. 3.1 Menjelaskan beda istihadhah dengan haid. 3.2 Menjelaskan penetapan hukum istihadhah menurut pandangan islam.

STEP 2

STEP 3 1. Memahami dan menjelaskan fisiologi haid. 1.1 Menjelaskan hormon yang berperan pada proses haid. Haid atau yang sering disebut dengan menstruasi merupakan pelepasan lapisan dalam ( endometrium ) yang disertai pendarahan, terjadi berulang setiap bulan secara periodik, kecuali pada saat hamil. Menstruasi adalah penumpahan lapisan uterus yang terjadi setiap bulan berupa darah dan jaringan, yang dimulai pada masa pubertas,

Ketika seorang perempuan mulai memproduksi cukup hormon tertentu ( kurir kimiawi yang dibawa didalam aliran darah ) yang menyebabkan mulainya aliran darah ini. Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi terjadinya haid antara lain : 1.) Faktor hormon Hormon - hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita yaitu : FSH ( Follicle Stimulating Hormone ) yang dikeluarkan oleh hipofise Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium LH ( Luteinizing Hormone ) dihasilkan oleh hipofise Progesteron dihasilkan oleh ovarium

Hormone steroid esterogen dan progesterone mempengaruhi pertumbuhan endometriun. Sesudah ovulasi, endometrium mengalami fase sekresi. Dengan menurunnya kadar esterogen dan progesterone, terjadi regresi endometirum yang kemudian diikuti oleh perdarahan ( haid ).

2.) Faktor Enzim ( lisosom )


Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan dalam sintesa protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan. Esterogen mempengaruhi tersimpannya enzim enzim hidrolitik dalam endometrium serta merangsang pembentukkan glikogen dan asam asam mukopolisakarida ( untuk membangun endometrium ) dengan menurunnya kadar progesterone, enzim hidrolitik dilepasskan dan merusak bagian dari sel sel yang berperan dalam sintesis protein ( regresi endometrium ).

3.) Faktor vascular Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteria - arteria, vena - vena dan hubungan antaranya. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena - vena serta saluran - saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom, baik dari arteri maupun dari vena.

4.) Faktor Prostaglandin Endometrium mengandung prostaglandin PGE2 dan PGF2. Dengan desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi myometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid. Secara khusus, perempuan mengalami haid pada usia dua belas dan tiga belas tahun, tetapi selalu terdapat perempuan yang mengalaminya pada usia lebih awal, kira-kira sepuluh tahun, dan beberapa diantaranya bahkan lebih dini. Dilain pihak , beberapa perempuan mungkin belum mengalami haid pada usia lima belas atau enam belas tahun. Ini semua bergantung pada produksi dan pelepasan hormon.

Cepat atau lambatnya haid ( kematangan seksual ) ini kecuali ditentukan oleh konstitusi fisik individual, juga dipengaruhi oleh faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, cara hidup, dan milieu yang melingkungi anak. Badan yang lemah atau penyakit yang mendera seorang anak gadis, umpamanya bisa memperlambat tibanya menstruasi. Selanjutnya, rangsangan - rangsangan kuat dari luar, umpamanya saja berupa film - film sex ( blue film ) buku bacaan dan majalah - majalah bergambar sex godaan dan rangsangan dari kaum pria,

Pengamatan secara langsung terhadap perbuatan sex / coitus, semua itu tidak hanya meningkatkan memuncaknya atau semakin panasnya reaksi - reaksi sexual saja, akan tetapi juga mengakibatkan kematangan sexual yang lebih cepat pada diri anak. Maka pengaruh kultur dan peradaban itu tampaknya ambivalen sifatnya, artinya kultur dan peradapan dapat memperlambat atau mempercepat tempo kematangan sexual anak. Jadi, juga memperlambat atau mempercepat awal dari haid anak gadis.

1.2 Menjelaskan siklus terjadinya haid.

2. Memahami dan menjelaskan kelainan haid. 2.1 Menjelaskan definisi dari kelainan haid. Kelainan Panjang Siklus Amenorrhe ( tidak ada periode menstruasi ) Definisi Amenorrhe bukan penyakit melainkan suatu gejala. Amenorrhe dapat terjadi pada menopause, sebelum pubertas, kehamilan, dan pada masa laktasi.

2. Oligomenorrhea Definisi Oligomenorrhe disebut juga jarang menstruasi atau siklus menstruasi yang panjang. Oligomenorrhe terjadi bila siklus lebih dari 35 hari dan darah yang dikeluarkan sedikit. 3. Polimenorrhea Definisi Polimenorrhe adalah kelainan haid dimana siklus kurang dari 21 atau 25 hari. sementara volume perdarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak dari volume perdarahan menstruasi biasanya. Polimenore yang disertai dengan pengeluaran darah menstruasi yang lebih banyak dari biasanya dinamakan polimenoragia ( epimenoragia ).

4. Metrorrhagia Definisi Metrorrhagi adalah pendarahan tidak teratur dan bukan merupakan menstruasi, namun keadaan ini sering dianggap menstruasi walaupun hanya berupa bercak. Kelainan Jumlah Darah Haid 1. Menorrhagia ( Hipermenorrhea ) Definisi Menorrhagi adalah pengeluaran darah haid yang berlebihan dan biasanya siklusnya teratur.

2. Hipomenorrhea ( kriptomenorrhea ) Definisi Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat sedikit ( < 30cc ), kadang hanya berupa bercak-bercak. 3.Dismenorrhea Definisi Dismenorrhe adalah nyeri sewaktu menstruasi. Terdiri dari gejala yang kompleks berupa kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai dengan gejala gastrointestinal dan gejala neurologis.

2.2 Menjelaskan klasifikasi kelainan haid. 1. Amenorrhe ( tidak ada periode menstruasi ) Amenorrhe diklasifikasikan menjadi : a. Amenorrhe primer Terjadi pada wanita yang belum pernah menstruasi yang usianya di atas 16 tahun tetapi telah terdapat tanda-tanda seks sekunder. Biasanya terjadi pada wanita underweight. b. Amenorrhe sekunder Terjadi pada wanita yang telah mengalami menstruasi kemudian berhenti selama tiga siklus atau lebih dari 6 bulan

2. Dismenorrhea a. Dismenorrhea primer ( idiopatik ) Disminorrhe primer adalah disminorrhe yang dimulai sejak menarche dan tidak ditemukan kelainan pada organ reproduksi atau organ lainnya. b. Dismenorrhea sekunder Disminorrhe sekunder adalah disminorrhe yang terjadi setelah menarche.

2.3 Menjelaskan etiologi kelainan haid. Etiologi a. Corpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar. Dapat juga menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur. b. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing faktor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.

c. Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus

d. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam. Serta kondisi lain Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim disfungsional, antara lain : Kegemukan (obesitas), faktor kejiwaan, alat kontrasepsi hormonal dan alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices).

1. Amenorrhe ( tidak ada periode menstruasi ) Amenorrhea dapat terjadi akibat gangguan pada komponen yang berperan pada proses haid. Kelainan Kompartemen I: Kelainan saluran uterus 1. Asherman Syndrome Pada sindrom ini terjadi amenorrhe sekunder. Keadaan ini terjadi akibat kuretase postpartum berlebihan sehingga terjadi sikatrik dan perlekatan. Pasien dengan asherman syndrome dapat mengalami keluhan lain seperti dismenorrhe dan hypomenorrhe.

2. Mullerian Anomali Pada keadaan ini, vagina, serviks, dan uterus tidak ada. Atau, uterus ada namun tidak terdapat rongga. Atau, rongga ada namun sangat sempit. Penanganan pada pasien ini adalah operasi dengan teknik vecchietti atau teknik frank untuk membentuk saluran vagina buatan. Penundaan operasi dapat menyebabkan inflamasi. 3. Insensitivitas Androgen ( testicular feminization ) Didiagnosa bila didapatkan kanalis vagina namun tidak didapatkan uterus.

Kelainan Kompartemen II 1. Kelainan ovarium Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhe primer maupun sekunder. 30% - 40% amenorrhe primer mengalami kelainan ini ( gonadal disgeneis ). 2. Sindrom Turner Pada sindrom ini tidak ditemukan satu kromosom X. Kromosom X aktif dalam oosit untuk menghindari percepatan kematian folikel. Karena pada pasien ini terdapat deffisiensi folikel, terjadi kekurangan hormon sex gonadal saat pubertas sehingga terjadi amenorrhe primer.

3. Kegagalan Ovarium Prematur Sekitar 1% wanita akan mengalami hal ini sebelum usia 40 tahun. Hal ini juga terjadi pada wanita dengan amenorrhe. Kegagalan ovarium yang prematur dapat disebabkan oleh kelainan genetik dengan peningkatan kematian folikel. Dapat juga disebabkan oleh proses autoimun. 4. Efek radiasi dan kemoterapi Efek radiasi tergantung dari durasi dan dosis radiasi. Fungsi barium dapat kembali setelah bertahun - tahun kemudian. Ketika radiasi diberikan di luar pelvis, radiasi tidak akan memberikan resiko terjadinya kegagalan ovarium prematur.

Kelainan Kompartemen III Gangguan dapat berupa gangguan pada hipofisis anterior. Gangguan bisa disebabkan karena adanya tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormon yang dapat mengganggu menstruasi. Operasi bisa dilakukan jika tumor masih kecil.

Kelainan Kompartemen IV Kelainan disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat lepasnya gonadotropin. Gangguan pada kompartemen ini dapat terjadi pada penderita anoreksia nervosa. Amenorrhea dapat juga disebabkan oleh penyakit penyakit lain seperti penyakit kronis ( TBC ), penyakit metabolik seperti penyakit tiroid, pankreas dan glandula suprarenalis, kelainan gizi ( obesitas dan underweight ), kelainan hepar dan ginjal.

2. Oligomenorrhea Biasanya berhubungan dengan anovulasi atau disebabkan kelaina endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise - hipotalamus, dan menopause, atau ganguuan sistemik seperti kehilangan berat badan berlebih. Oligomenorrhe sering terjadi pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada wanita dengan ovarium polikistik sindrom, dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih tinggi daripada wanita normal. Oligomenorrhe dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional, penyakit kronik, tumor, dan ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas. Oligomenorrhe yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular, luteal, atau keduanya.

3. Polimenorrhea Jika siklus pendek tapi teratur, ada kemungkinan stadium proliferasi atau stadium sekresi atau keduanya memendek. Yang paling sering dijumpai adalah pemendekan stadium proliferasi. Siklus yang normal kemudian memendek, biasanya disebabkan oleh pemendekan stadium sekresi karena korpus luteum cepat mati. Hal ini sering terjadi pada disfungsi ovarium saat klimakterium, pubertas atau penyakit kronik seperti TBC.

4. Metrorrhagia abortus, kehamilan ektopik, ovulasi, polip endometrium, karsinoma serviks, estrogen, eksogen Kelainan Jumlah Darah Haid 1. Menorrhagia ( Hypermenorrhea ) Etiologi menorrhagia dikelompokan dalam 4 kategori yaitu : a. Gangguan pembekuan. b. Disfuntional uterine bleeding ( DUB ). c. Gangguan pada organ dalam pelvis. d. Gangguan medis lainnya ( misalnya hipotiroid dan Cushing syndrome ).

2. Hipomenorrhea ( kriptomenorrhea ) Setelah dilakukan miomektomi / gangguan endokrin. 3. Dismenorrhea a. Dismenorrhea Primer ( Idiopatik ) - faktor kejiwaan. - faktor konstitusi. - faktor obstruksi kanalis inguinalis. - faktor endokrin. - faktor alergi.

b. Disminorrhea Sekunder ( Ekstrinsik, Acruired ). - Endometriosis, yaitu jaringan uterus tumbuh diluar uterus. - Fibroid, penyakit radang panggul. - Tumor pada tuba falopii. - Skar / perlengketan akibat operasi sebelumnya. - Adenomiosis, yaitu suatu keadaan diman endometrium tumbuh menembuh miometrium.

Patofisiologi Patogenesis dan Patologis Patologi DUB bervariasi. Gambaran penting salah satu kelompok DUB adalah gangguan aksis hipotalamus pituitari ovarium sehingga menimbulkan siklus anovulatorik. Kurangnya progesteron meningkatkan stimulasi esterogen terhadap endometrium. Endometrium yang tebal berlebihan tanpa pengaruh progestogen, tidak stabil dan terjadi pelepasan irreguler. Secara umum, semakin lama anovulasi maka semakin besar resiko perdarahan yang berlebihan.

Ini adalah bentuk DUB yang paling sering ditemukan pada gadis remaja.Korpus luteum defektif yang terjadi setelah ovulasi dapat menimbulkan DUB ovulatori. Hal ini menyebabkan stabilisasi endometrium yang tidak adekuat, yang kemudian lepas secara irreguler. Pelepasan yang irreguler ini terjadi jika terdapat korpus luteum persisten dimana dukungan progestogenik tidak menurun setelah 14 hari sebagaimana normalnya, tetapi terus berlanjut diluar periode tersebut. Ini disebut DUB ovulatori.

Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada wanita premenopause (folikel persisten). Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.3 Pada siklus ovulasi Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan dengan waktu menstruasi.

Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk. Ovulasi abnormal ( DUB ovulatori ) terjadi pada 15 20 % pasien DUB dan mereka memiliki endometrium sekretori yang menunjukkan adanya ovulasi setidaknya intermitten jika tidak reguler. Pasien ovulatori dengan perdarahan abnormal lebih sering memiliki patologi organik yang mendasari, dengan demikian mereka bukan pasien DUB sejati menurut definisi tersebut.

Secara umum, DUB ovulatori sulit untuk diobati secara medis. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation) Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang memadai.

Kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Anovulasi kronik adalah penyebab DUB yang paling sering. Keadaan anovulasi kronik akibat stimulasi esterogen terhadap endometrium terus menerus yang menimbulkna pelepasan irreguler dan perdarahan. Anovulasi sering terjadi pada gadis perimenarche. Stimulasi esterogen yang lama dapat menimbulkan pertumbuhan endometrium yang melebihi suplai darahnya

Dan terjadi perkembangan kelenjar, stroma, dan pembuluh darah endometrium yang tidak sinkron. Setiap kegagalan produksi progesteron juga dapat mempengaruhi kelenjar, stroma, dan pembuluh darah endometrium. Kegagalan produksi progesteron disebabkan berbagai etiologi endokrin seperti penyakit thiroid, hiperprolaktinemia, dan tumor ovarium yang menghasilkan hormon, penyakit Cushing, dan yang paling penting adalah sindroma ovarium polikistik atau sindroma Stein Leventhal.

2.4 Menjelaskan manifestasi klinis kelainan haid. Kelainan Panjang Siklus 1. Amenorrhe ( tidak ada periode menstruasi ) Amenorrhe patologik. Gangguan Organik Pusat : tumor, radang, destruksi. Gangguan kejiwaan syok emosional, psikotis, anoreksia nervassa, pseudosiesis. Gangguan poros hipothalamus, hipofisis. Syndrom amenorea galaktorea. Amenorea hipotalamik. Gangguan hipofisis. Kelainan gonad. Gangguan glandula suprarenalis. Gangguan uterus, vagina. Gangguan glandula thyroidea.

2. Oligomenorrhea Periode menstruasi lebih dari 35 hari. Hanya terjadi 4 - 9 periode dalam 1 tahun. Sulit hamil ( jarang ) Osteoporosis dan penyakit kardiovaskular serta meningkatnya resiko kanker uterus ( jika kadar estrogen yang menjadi penyebabnya ).

3.Polimenorrhea Data subyektif, dalam sebulan kadang haid 2 kali, perdarahan kurang lebih sama / lebih banyak dari haid biasa. Data obyektif , Pmx hormonal, pada Pmx ditemukan disfungsi ovarium.

4. Metrorrhagia Data subyektif, mulanya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh oligomenorea, sifat perdarahan ( banyak atau sedikit, sakit atau tidak, lama perdarahan ). Data obyektif, Pmx umum ditemukan tanda tanda yang menunjukkan kearah kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit memasuki Pmx genekologik. Perlu dilihat apakah bukan kelompok kelompok organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal ( polip, ulkus, tumor terganggu ).

Kelainan Jumlah Darah Haid 1. Menorrhagia ( Hypermenorrhea ) - Nocturragia, yaitu suatu keadaan haid yang mempengaruhi pola hidup wanita, diman wanita harus mengganti pembalut pada tengah malam. - Kram. - Lemah, pusing, muntah dan mual berulang. 2. Hipomenorrhea ( kriptomenorrhea ) Waktu haid singkat, perdarahan haid singkat.

3. Dismenorrhea a. Dismenorrhea Primer. - Nyeri berupa kejang berjangkit jangkit, terbatas pada perut bawah dan dapat menyebar kedaerah pinggang dan paha. - Mual, muntah, sakit kepala, daire, iritabilitas. b. Dismenorrhea Sekunder. - Nyeri bersifat regular pada setiap haid namun berlangsung lebih lama. - Nyeri pada salah satu sisi abdomen.

2.5 Menjelaskan diagnosis kelainan haid. 1. Perdarahan Uterus disfungsional. Langkah pertama menyingkirkan kelainan organic. Pada anamnesisi perlu diketahui usia menars, siklus haid setelah menars, lama dan jumlah darah haid, serta latar belakang kehidupan keluargadan latar belakang emosionalnya. Pada pemeriksaan fisik umumdinilai dengan adanya hipotiroid atau hipertiroid dan gangguan hemostasis seperti petekie. Pemeriksaan ginekologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan organic seperti perlukaan genitalia, erosi atau radang atau polips serviks maupun mioma uteri. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pengukuran suhu basal badan atau pemeriksaan hormone FSH dan LH.

2. Disminorea. Diagnosis dibuat dari keluhan keluhan yang timbul, selalu berhubungan dengan haid. Pada dugaan adanya endometriosis maupun infeksi kronik perlu dilakukan laparoskopi diagnostic. Pemeriksaan pelvis untuk meniadakan penyebab disminorea sekunder, jika tetap tidak diketahui penyebabnya => disminorea primer.

3. Perdarahan Uterus Abnormal. Evaluasi perdarahan uterus abnormal membutuhkan pemeriksaan riwayat yang teliti dan pemeriksaan fisik. Diagnostic dan prosedur pemindaian termasuk pemeriksaan sitologi, biopsy endometrium, pemeriksaan histology, histereskopi dan dilatasi serta kuretase. Prosedur lain yang digunakan adalah uji subunit HCG untuk komplikasi kehamilan dan penyakit trofoblastik, USG pelvis dan laparoskopi.

4. Amenorea. Evaluasi amenorea harus melibatkan anamnesa dan pemeriksaan fisik secara seksama, pemeriksaan hitung darah total, laju endap darah, uji kehamilan dan jika hal in negative dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar gonadotropin. Anamnesis : # untuk mengetahui jenis amenorea primer / sekunder dan hubungan antara amenorea dan factor factor yang dapat menimbulkan gangguan fungsional. # apakah ada kemungkinan kehamilan ? termasuk penyakit akut / menahun ? ada gejala penyakit metabolic atau tidak?

- Pemeriksaan fisik - Pemeriksaan Ginekologi : untuk mengetahui adanya jenis ginatresi, aplasia vaginae, keadaan klitoris, tumor ovarium dan aplasia uteri. - Pemeriksaan Penunjang : a. Laparoskopi : untuk mengetahui adanya hipoplasia uteri yang berat, ovarium polikistik, dsb. b. Pemeriksaan Kromatin Seks : untuk mengetahi apakah penderita secara genetic wanita. c. Pemeriksaan Kadar Hormon : pemeriksaan T3 dan T4, FSH, LH, esterogen, prolaktin.

# Diagnosis : - Anamnesa dan pemeriksaan fisik secara seksama. - Pemeriksaan hitung darah total, LED - Uji kehamilan, jika ( - ) lanjutkan dengan pemeriksaan kadar FSH, LH, Prolaktin, TSH, T4 dan T3 serum. - CT scan atau MRI kepala => jika tumor SSP dicurigai. - Penelitian kromosom. - Biopsi saat laparoskopi => penegakkan diagnosis.

2. 6 Menjelaskan terapi kelainan haid. 1. Oligomenorrhea Pada oligomenorrhe dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopause tidak memerlukan terapi. Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi. Pemberian pil KB untuk memperbaiki ketidakseimbangan hormonal.

Pengobatan alternative dengan akupuntur atau ramuan herbal. Pada oligomenorrhe dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopause tidak memerlukan terapi. Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi. Pemberian pil KB untuk memperbaiki ketidakseimbangan hormonal. Pengobatan alternative dengan akupuntur atau ramuan herbal.

2.Polimenorrhea Terapi Keadaan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan terai hormonal. Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan estrogen dan stadium sekresi dapat diperpanjang dengan kombinasi estrogen-progesteron. Kelainan Jumlah Darah Haid 1. Menorrhagia Terapi Terapi sangat tergantung usia pasien. Spektrum pengobatannya sangat luas, mulai dari pengawasan sederhana, terapi hormon, operasi invasif minimal dan histerektomi. Dapat juga dengan herbal yarrow, nettles purse, agrimony, ramuan cina, ladies mantle, vervain dan raspberry merah yang diperkirakan dapat memperkuat uterus.

2.7 Menjelaskan penatalaksanaan kelainan haid. Kelainan Panjang Siklus 1. Amenorrhe ( tidak ada periode menstruasi ) - Bila gangguan tidak dapat disembuhkan pertimbangkan untuk membuat menstruasi palsu. Agar penderita merasa seperti orang normal. - Jika pewarnaan apusan vagina ( + ) akibat pengaruh esterogen medrokpiprogesteron.

- Pada penderita disgenesis gonad beri esterogen gabungan diikuti medroksiprogesteron pada hari 17 21 tiap siklus mens. - Penderita diobati sesuai dengan sebab amenorea. - Terapi umum : memperbaiki keadaan kesehatan, perbaikan gizi.

2. Oligomenorrhea - Tergantung penybab. - Perbaikan status gizi pada remaja dengan gangguan nutrisi. - Pil KB untuk memperbaiki ketidakseimbangan hormonal. - Terapi hormonal pada pasien sindrom obvarium polikistik. - Operasi jika terjadi adanya tumor. 3. Polimenorrhea - Dapat diperbaiki dengan terapi hormonal. - Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan esterogen. - Stadium sekresi dapat di perpanjang dengan kombinasi esterogen, progesteron.

4. Metrorrhagia Kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak jadi penderita harus istirahat tirah baring dan di beri transfusi darah. Bila perdarahan berasal dari uterus dan tak ada abortus inkompletus dapat diberikan hormon steroid, yaitu : a. Esterogen ( dosis tinggi ) Tujuan : kadar dalam darah meningkatkan dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan IM : dipropionas estradiol 2,5 mg ; benzoas estradiol 1,5 mg. Setelah disuntikan perdarahan dapat timbul lagi.

b. Progesteron : Pada perdarahan anovulator, pada wanita dalam masa pubertas. Tujuan : untuk mengimbangi pengaruh esterogen terhadap endometrium. Diberikan IM : kaproas hidroksi progesteron 125 mg Diberikan per os sehari : nerothindrone 15 mg

Kelainan Jumlah Darah Haid 1. Menorrhagia ( Hypermenorrhea ) Polipektomi : polip Miomektomi : fibroid Histerektomi : pada kasus yang refrakter

2. Hipomenorrhea ( kriptomenorrhea )
3. Dismenorrhea a. Dismenorrhea Primer. Obati dengan NSAID ( Ibuprofen dan naproxen ) Pil kontrasensi untuk menghilangkan rasa nyeri dengan menekan ovulasi dan jumlah perdarahan dan gejala lainnya. Kompres panas untuk mengurangi rasa nyeri.

b. Dismenorrhea Sekunder. Pemberian obat analgesik : jika rasa nyeri hebat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi sakit. Obat analgesik : kombinasi aspirin, finasterid dan kafein Contoh : ponstan, novalgin, acet aminophen.

2.8 Menjelaskan komplikasi kelainan haid. 1. Amenorrhe ( tidak ada periode menstruasi ) Komplikasi yang paling ditakutkan dari amenorrhe adalah infertilitas. Komplikasi lainnya : Kehilangan percaya diri yang dapat mengganggu kompartemen IV. Insufisiensi hormon.
2. Oligomenorrhea Gangguan fertilitas, Stress emosional

Polimenorrhea Komplikasi yang paling ditakutkan dari amenorrhe adalah infertilitas. Komplikasi lainnya : Kehilangan percaya diri yang dapat mengganggu kompartemen IV. Insufisiensi hormon.

2.9 Menjelaskan prognosis kelainan haid. 1. Amenorrhe ( tidak ada periode menstruasi ) Pengelolaan & prognosa Pengelolaan tergantung pada penyebab. Bila penyebabnya adalah kelainan genetik, maka prognosanya buruk. Menurut beberapa penelitian, dapat dilakukan terapi sulih hormone, tetapi fertilitas belum tentu dapat di pertahankan. 2. Oligomenorrhea Prognosa buruk, bila oligomenorrhe mengarah pada infertilitas atau keganasan.

3.Polimenorrhea Pengelolaan & prognosa Pengelolaan tergantung pada penyebab. Bila penyebabnya adalah kelainan genetik, maka prognosanya buruk. Menurut beberapa penelitian, dapat dilakukan terapi sulih hormone, tetapi fertilitas belum tentu dapat di pertahankan. 4. Menorrhagia Prognosis pada semua ketidakteraturan adalah baik bila diterapi dari awal.

3. Memahami dan menjelaskan perbedaan haid dengan istihadhah. 3.1 Menjelaskan beda istihadhah dengan haid. Haid adalah darah alami yang keluar dari seorang wanita pada waktu-waktu yang dimaklumi. Menurut pendapat yang shahih, tidak ada batasan umur minimal seorang wanita mendapatkan haid. Begitu pula batasan waktu minimal lamanya haid, sebagaimana tidak ada batasan maksimalnya. Tidak ada pula batasan minimal masa suci di antara dua haid. Bahkan yang disebut haid adalah adanya darah, dan yang disebut suci adalah tidak adanya darah.

Walaupun waktunya bertambah atau berkurang, mundur ataupun maju, berdasarkan zahir nash-nash syari yang ada, dan zahir dari amalan kaum muslimin. Juga karena tidak melapangkan bagi wanita untuk mengamalkan selain pendapat ini. Adapun istihadhah adalah darah yang keluar dari seorang wanita di luar kebiasaan dan kewajaran, karena sakit atau semisalnya. Bila seorang wanita terus menerus keluar darah dari kemaluannya, tanpa berhenti. Untuk mengetahui apakah darah tersebut darah haid ataukah darah istihadhah bisa dengan tiga cara berikut ini secara berurutan :

( 1 ). Apabila sebelum mengalami hal tersebut ia memiliki kebiasaan ( adah ) haid maka ia kembali pada kebiasaannya ( adah-nya ). Ia teranggap haid di waktu-waktu adah tersebut, adapun selebihnya berarti istihadhah. Selesai masa adah-nya ia mandi dan boleh melakukan ibadah puasa dan shalat ( walau darahnya terus keluar karena wanita istihadhah pada umumnya sama hukumnya dengan wanita yang suci, pent ). ( 2 ). Bila ternyata si wanita tidak memiliki adah dan darahnya bisa dibedakan, di sebagian waktu darahnya pekat/kental dan di waktu lain tipis/encer, atau di sebagian waktu darahnya berwarna hitam, di waktu lain merah, atau di sebagian waktu darahnya berbau busuk/tidak sedap dan di waktu lain tidak busuk, maka darah yang pekat/kental, berwarna hitam, dan berbau busuk itu adalah darah haid. Yang selainnya adalah darah istihadhah.

( 3 ). Apabila si wanita tidak memiliki 'adah dan tidak dapat membedakan darah yang keluar dari kemaluannya, maka di setiap bulannya ( di masa-masa keluarnya darah ) ia berhaid selama enam atau tujuh hari karena adanya hadits-hadits yang tsabit dalam hal ini. Kemudian ia mandi setelah selesai enam atau tujuh hari tersebut walaupun darahnya masih terus keluar. Sedapat mungkin ia menyumpal tempat keluarnya darah ( bila darah terus mengalir ) dan berwudhu setiap kali ingin menunaikan shalat. ( Al-Irsyad ila Marifatil Ahkam, hal. 23-26 sebagaimana dinukil dalam Fatawa Al-Marah AlMuslimah, hal. 263-265 )

3.2 Menjelaskan penetapan hukum istihadhah menurut pandangan islam. Makna Istihadhah Istihadhah ialah keluarnya darah terus menerus pada seorang wanita tanpa henti sama sekali atau berhenti sebentar sehari atau dua hari dalam sebulan.

Kondisi wanita mustahadhah


1. Sebelum mengalami istihadhah, dia mempunyai haid yang jelas waktunya. Dalam kodisi ini hendaklah dia berpedoman kepada jadwal haidnya yang telah diketahui sebelumnya. Maka pada masa itu dihitung sebagai haid dan berlaku baginya hukum-hukum haid. Adapun selain masa tersebut merupakan istihadhah yang berlaku baginya hukum-hukum istihadhah.

Misalnya, seorang wanita biasanya haid selama enam hari pada setiap awal bulan, tiba-tiba mengalami istihadhah dan darahnya keluar terus menerus. Maka masa haidnya dihitung enam hari pada setiap awal bulan, sedang selainnya merupakan istihadhah. Berdasarkan hadits Aisyah bahwa Fatimah binti Abi Hubaisy bertanya kepada Nabi saw,

: .

Ya Rasulullah, sungguh aku mengalami istihadhah maka tidak pernah suci, apakah aku meninggalkan shalat? Nabi saw menjawab, Tidak, itu adalah darah penyakit. Namun tinggalkanlah shalat sebanyak hari yang biasanya kamu haid sebelum itu, kemudian mandilah dan lakukan shalat. ( HR. Al-Bukhari ).

2. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya sebelum mengalami istihadhah, karena istihadhah tersebut terus menerus terjadi padanya mulai dari saat pertama kali dia mendapatkan darah. Dalam kondisi ini hendaknya dia melakukan tamyiz ( pembedaan ), seperti jika darahnya berwarna hitam, atau kental, atau berbau maka yang terjadi adalah haid dan berlaku baginya hukum-hukum haid. Dan jika tidak demikian, yang terjadi adalah istihadhah dan berlaku baginya hukum-hukum istihadhah.

Misalnya, seorang wanita pada saat pertama kali mendapat darah dan darah itu keluar terus menerus, akan tetapi ia dapati selama sepuluh hari dalam sebulan darahnya berwarna hitam kemudian setelah itu berwarna merah, atau ia dapati selama sepuluh hari dalam sebulan darahnya kental kemudian setelah itu encer, atau ia dapati selama sepuluh hari dalam sebulan berbau darah haid tetapi setelah itu tidak berbau. Maka haidnya yaitu darah yang berwarna hitam ( pada kasus pertama ), darah kental ( pada kasus kedua ) dan darah yang berbau ( pada kasus ketiga ).

Sedangkan selain hal tersebut, dianggap sebagai darah istihadhah. Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy: . Darah haid yaitu apabila berwarna hitam yang dapat diketahui. Jika demikian maka tinggalkan shalat. Tetapi jika selainnya maka berwudhulah dan lakukan shalat karena itu darah penyakit. ( HR. Abu Dawud, an-Nasa`Abu dan dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim ).

3. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya dan tidak bisa dibedakan secara tepat darahnya. Seperti jika istihadhah yang dialaminya terjadi terus menerus mulai dari saat pertama kali melihat darah sementara darahnya memiliki satu sifat saja atau berubah-ubah dan tidak mungkin dianggap sebagai darah haid. Dalam kondisi ini, hendaklah ia mengambil kebiasaan kaum wanita pada umumnya. Maka masa haidnya adalah enam atau tujuh hari pada setiap bulan dihitung mulai dari saat pertama kali mendapati darah. Sedang selebihnya merupakan istihadhah.

Misalnya seorang wanita saat pertama kali melihat darah pada tanggal lima dan darah itu keluar terus menerus tanpa dapat dibedakan secara tepat mana yang darah haid baik melalui warna ataupun dengan cara lain. Maka haidnya pada setiap bulan dihitung selama enam hari atau tujuh hari dimulai dari tanggal lima tersebut.

Hal ini berdasarkan hadits Hamnah binti Jahsy bahwa ia berkata kepada Nabi saw, Ya Rasulullah, sungguh aku sedang mengalami istihadhah yang deras sekali. Lalu bagaimana pendapatmu tentangnya karena ia telah menghalangiku shalat dan berpuasa? Beliau bersabda, Aku beritahukan kepadamu ( untuk menggunakan ) kapas dengan meletakkannya pada farji, karena hal itu dapat menyerap darah. Hamnah berkata, Darahnya lebih banyak dari itu. Nabi saw pun bersabda, Ini hanyalah salah satu usikan setan. Maka hitunglah haidmu enam atau tujuh hari menurut ilmu Allah Taala, lalu mandilah sampai kamu merasa telah bersih dan suci, kemudian shalatlah selama 24 atau 23 hari, dan puasalah. ( HR. Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmidzi. Menurut Ahmad dan at-Tirmidzi hadits ini shahih, sedang menurut al-Bukhari hasan ).

Hukum - hukum istihadhah Dari penjelasan terdahulu, dapat kita mengerti kapan darah itu sebagai darah haid dan kapan sebagai darah istihadhah. Jika yang terjadi adalah darah haid maka berlaku baginya hukum-hukum haid, sedangkan jika yang terjadi darah istihadhah maka yang berlaku pun hukum-hukum istihadhah. Hukum - hukum haid yang penting telah dijelaskan di muka. Adapun hokum - hukum istihadhah seperti halnya hukum-hukum keadaan suci. Tidak ada perbedaan antara wanita mustahdhah dan wanita suci, kecuali dalam hal-hal berikut:

1. Wanita mustahdhah wajib berwudhu setiap kali hendak shalat. Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy. . Kemudian berwudhulah kamu setiap kali hendak shalat. ( Hr. Al - Bukhari )

Hal itu memberikan pemahaman bahwa wanita mustahadhah tidak berwudhu untuk shalat yang telah tertentu waktunya kecuali jika telah masuk waktunya. Sedangkan shalat yang tidak tertentu waktunya, maka ia berwudhu pada saat hendak melakukannya.

2. Ketika hendak berwudhu, membersihkan sisa-sisa darah dan melekatkan kain dengan kapas ( atau pembalut ) pada farjinya untuk mencegah keluarnya darah. Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Hamnah. Aku beritahukan kepadamu ( untuk menggunakan ) kapas, karena hal itu dapat menyerap darah. Hamnah berkata, Darahnya lebih banyak dari itu. Nabi bersabda, Gunakan kain. Kata Hamnah, Darahnya masih banyak pula. Nabi pun bersabda, Maka pakailah penahan.

Kalaupun masih ada darah yang keluar setelah tindakan tersebut, maka tidak apa-apa hukumnya. Karena sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy:
. Tinggalkan shalat selama hari-hari haidmu, kemudian mandilah dan berwudhulah untuk setiap kali shalat, lalu shalatlah meskipun darah menetes di atas alas. ( HR. Ahmad dan Ibnu Majah ).

3. Jima ( senggama ). Para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya pada kondisi bila ditinggalkan tidak dikhawatirkan menyebabkan zina. Yang benar adalah boleh secara mutlak. Karena ada banyak wanita, mencapai sepuluh atau lebih, mengalami istihadhah pada zaman nabi, sementara Allah dan rasulNya tidak melarang jima dengan mereka. FirmanNya, Hendaknya kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid ( Al-Baqarah: 222 ). Ayat ini menunjukkan bahwa di luar keadaan haid, suami tidak wajib menjauhkan diri dari sitri. Kalaupun shalat saja boleh dilakukan wanita mustahadhah maka jima pun tentu lebih boleh. Dan tidak benar jima wanita mustahadhah dikiaskan dengan jima wanita haid, karena keduanya tidak sama, bahkan menurut pendapat para ulama yang menyatakan haram. Sebab, mengkiaskan sesuatu dengan hal yang berbeda adalah tidak sah.

Anda mungkin juga menyukai