Anda di halaman 1dari 69

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


BLOK SISTEM REPRODUKSI
Makassar, 8 Maret 2022

LAPORAN TUTORIAL MODUL 3


BLOK SISTEM REPRODUKSI
“MODUL GANGGUAN HAID”

Dosen Pembimbing :
dr. A. Husni Esa Darussalam, Sp.A
Disusun Oleh :
Kelompok 5A

Fauziah Rahma R 11020190079


Yudhistirana 11020190081
Annisa Nabila 11020190083
Ummu Salamah 11020190085
Rahmawati Mamile 11020190087
Nurfika Utami 11020190089
Afifah Ridha Humairah 11020190091
Andi Adam Indra 11020190093
Muftihatur Rahma 11020190095
Nur Ainun Amir 11020190097
Ummy Rezqiyah Auliyah 11020190127
SKENARIO I:

Seorang Nona, berusia 13 tahun. Datang ke Puskesmas dengan


keluhan tidak haid selama lebih dari 3 bulan, Haid Terakhir
tanggal 2 November 2021. Riwayat menarche di usia 12 tahun
dan sebelumnya haid sering tidak teratur.

KATA SULIT
Menarche : Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa
terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal
remaja ditengah masa pubertas sebelum memasuki masa
reproduksi.
KALIMAT KUNCI

1. Seorang Nona, berusia 13 tahun


2. keluhan tidak haid selama lebih dari 3 bulan
3. Haid Terakhir tanggal 2 November 2021
4. Riwayat menarche di usia 12 tahun dan sebelumnya haid
sering tidak teratur.
PERTANYAAN

1. Jelaskan definisi dan klasifikasi dari gangguan haid!


2. Jelaskan fisiologi normal siklus haid!
3. Jelaskan etiologi dari gangguan haid!
4. Jelaskan patomekanisme gangguan haid sesuai scenario!
5. Bagaimana Langkah-langkah diagnosis sesuai dengan
scenario?
6. Jelaskan diagnosis banding terkait scenario!
7. Bagaimana penatalaksanaan terkait scenario?
8. Bagaimana perspektif islam berdasarkan scenario?
PEMBAHASAN

1. Jelaskan definisi dan klasifikasi dari gangguan haid!


Definisi Gangguan Haid
Gangguan haid adalah perdarahan haid yang tidak normal
dalam hal: panjang siklus haid, lama haid, dan jumlah darah
haid. Melibatkan hipotalamus, hipofisis, ovarium dan
endometrium. 1

Klasifikasi Gangguan Haid

1) Kelainan Volume Darah


a. Hipermenorea/ banyak (>80ml)
Perdarahan haid yang jumlahnya banyak (>80 ml atau
ganti pembalut>5 kali/hari) Kausa :

- Kelainan organik (tumor, infeksi)


- Kelainan darah (penyakit darah)
- Kelainan fungsional (endokrin)
b. Hipomenorea/ sedikit (<40 ml)
Perdarahan haid yang jumlahnya sedikit (<40ml atau
ganti pembalut<2x/hr) Kausa : kekurangan steroid dan
anovulasi

Penanganan:
1. Tidak perlu terapi jika siklus ovulatoar

2. Subsitusi hormon E&P bila perlu

3. Induksi ovulasi jika siklus anovulatoar & ingin anak 1


2) Kelainan Siklus

A. Amenorea
Amenorea adalah keadaan dimana menstruasi
berhenti atau tidak terjadi pada masa subur atau pada
saat yang seharusnya menstruasi terjadi secara teratur.
Hal ini tentu saja tidak termasuk berhenti menstruasi
pada wanita yang sedang hamil, menyusui atau
menopause. Amenorea dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu amenorea primer dan amenorea
sekunder. Amenorea primer adalah istilah yang
digunakan untuk perempuan yang terlambat mulai
menstruasi. Sebagaimana yang sudah disampaikan
pada Bab II, biasanya seorang perempuan akan
mengalami menstruasi pertama sekitar usia 10 tahun
hingga 16 tahun. Jika usianya sudah menginjak 16
tahun dan belum menstruasi, maka ini yang disebuta
menorea primer. Hal ini perlu diwaspadai dan mendapat
perhatian. Seseorang terlambat mulai menstruasi dapat
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain kelainan
hormonal, gangguan kesehatan fisik atau masalah
tekanan jiwa dan emosi. Amenorea sekunder adalah
berhenti menstruasi, paling tidak selama 3 bulan
berturut turut, padahal sebelumnya sudah pernah
mengalami menstruasi. Amenore sekunder dapat
disebabkan oleh rendahnya hormone pelepas
gonadotropin (GoRH = Gonadotropine Releasing
Hormone), yaitu hormon yang diproduksi oleh
hipotalamus (salah satu bagian dari otak), yang salah
satu fungsinya adalah mengatur siklus menstruasi. Di
samping itu, kondisi stres, anoreksia, penurunan berat
badan yang ekstrim, gangguan tiroid, olahraga berat, pil
KB, dan kista ovarium, juga dapat menyebabkan
amenorea. 2
Penyebab:

1. Penyakit pada indungtelur (ovarium) atau uterus


(rahim), misalnya tumor ovarium, fibrosis kistik, dan
tumor adrenal.
2. Gangguan produksi hormone akibat kelainan di otak,
kelenjar hipofisis, kelenjar tifoid, kelenjar adrenal,
ovarium (indung telur) maupun bagian dari system
reproduksi lainnya. Contohnya kondisi
hipogonadisme, hipogonadotropik, hipotiroidisme,
sindrom adrenogenital, penyakit ovarium polikistik,
hiperplasia adrenal, dan lain lain.
3. Penyakit ginjal kronik, hipoglikemia, obesitas, dan
malnutrisi.
4. Konsumsi obat-obatan untuk penyakit kronik atau
setelah berhenti minum konstrasepsi oral.
5. Pengangkatan kandung rahim atau indung telur.
6. Kelainan bawaan pada system reproduksi, misalnya
tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada
vagina, serviks yang sempit, dan lubang pada
selaput yang menutupi vagina terlalu
sempit/himenimperforata.
7. Penurunan berat badan yang drastic akibat
kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia nervosa, dan
bulimia.
8. Kelainan kromosom, misalnya sindrom Turner atau
sindrom Swyer (sel hanya mengandung satu
kromosom X) dan hermafrodit sejati.
9. Olahraga yang berlebihan. 2

B. Polimenorea

Polimenorea merupakan kelainan siklus menstruasi


yang menyebabkan wanita berkali-kali mengalami
menstruasi dalam sebulan, bias dua atau tiga kali atau
bahkan lebih. Normalnya, siklus menstruasi
berlangsung selama 21- 35 hari dengan durasi sekitar
2-8 hari. Wanita yang mengalami polimenorea memiliki
siklus menstruasi yang lebih pendek dari 21 hari
dengan pola yang teratur dan jumlah perdarahan yang
relative sama atau lebih banyak dari biasanya.
Polimenorea berbeda dengan metroragia. Metroragia
merupakan suatu perdarahan iregular yang terjadi di
antara dua waktu menstruasi. Pada metroragia
menstruasi terjadi dalam waktu yang lebih singkat
dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit.
Polimenorea berbeda pula dengan menoragia.
Menoragia adalah istilah medis untuk perdarahan
menstruasi yang berlebihan. Dalam satu siklus
menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan
sekitar 30-40 ml darah selama sekitar 7 hari haid,
tetapi pada menoragia perdarahan dapat melampaui 7
hari dan jumlahnya lebih banyak (melebihi 80
ml).Polimenorea/ sering (< 21 hari ) Keadaan
polimenore biasanya terjadi pada siklus ovulatoa
rmaupun pada siklusan ovulatoar. 1

Penyebab:

Polimenorea bias disebabkan oleh


ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis
hipotalamus-hipofisisovarium. Ketidak seimbangan
hormone tersebut bias menyebabkan gangguan pada
proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau
memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya suatu siklus menstruasi normal
sehingga didapatkan menstruasi yang lebih sering.
Gangguan keseimbangan hormone dapat terjadi pada
beberapa kondisi berikut ini:

1. Pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama

2. Adanya gangguan indung telur

3. Beberapa tahun menjelang menopause

4. Stres dan depresi

5. Obesitas

6. Penurunan berat badan berlebihan

7. Adanya gangguan makan seperti bulimia dan


anorexia nervosa
8. Olahraga berlebihan

9. Obesitas

10. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti


aspirin, antikoagulan, NSAID, dan sebagainya. 1

C. Oligomenorea
Oligomenore dapat disebabkan oleh kadar hormone
wanita & hormone pria yang tidak sesuai. Hormon pria
diproduksi dalam jumlah yang kecil oleh setiap wanita,
tetapi pada wanita yang mengalami PCOS (polycystic
ovary syndrome), kadar hormone pria tersebut
(androgen) lebih tinggi dibandingkan pada wanita lain.
Pada atlet wanita, model, aktris, penari ataupun yang
mengalami anorexia nervosa, oligomenore terjadi
karena rasio antara lemak tubuh dengan berat badan
turun sangat jauh. Gejalanya, Periode siklus menstruasi
yang lebih dari 35 hari sekali, dimana hanya didapatkan
4-9 periode dalam 1 tahun. Bila kadar estrogen yang
menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami
osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Wanita
tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami
kanker uterus. 1

Penyebab :

Oligomenore biasanya berhubungan dengan


anovulasi atau dapat juga disebabkan kelainan endokrin
seperti kehamilan, gangguan hipofisehipotalamus, dan
menopause atau sebab sistemik seperti kehilangan
berat badan berlebih. Oligomenore sering terdapat pada
wanita astenis. Dapat juga terjadi pada wanita dengan
sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini
dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadar pada
wanita normal.Oligomenore dapat juga terjadi pada
stress fisik dan emosional, penyakit kronis, tumor yang
mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk.
Oligomenorrhe dapat juga disebabkan
ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal
pubertas. Oligomenore yang menetap dapat terjadi
akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan
stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium
tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang maka dapat
disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh
penyakit. 1

3) Kelainan lama haid (N= 3-7hr) :


1. Menoragi/memanjang (> 7 hari)
Jumlah darah yang banyak

Kausa dan penanganan sama dengan hipermenore

2. Brakimenorea/memendek (< 3 hari)


Haid berlangsung <3hr dgn jumlah darah kadang
sedikit Kausa dan penanganan sama dengan
hipomenore 8.1
4) Perdarahan di luar haid
Metroragia
Metroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak
ada hubungannya dengan haid. 1
Klasifikasi
1. Metroragia oleh karena adanya kehamilan seperti
abortus dan kehamilan ektopik.
2. Metroragia diluar kehamilan.
Sebab-sebab
a. Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh
luka yang tidak sembuh; carcinoma corpusuteri,
carcinoma cervicitis; peradangan dari
haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia
endometritis haemorrhagia); hormonal. 1
b. Perdarahan fungsional :
- Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis,
neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium
yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik,
penyakitakut maupun kronis. 1
- Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum
persisten, kelainan pelepasan endometrium,
hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut
ataupun kronis.
Terapi : kuretase dan hormonal. 1

2. Jelaskan fisiologi normal siklus haid!


Siklus Menstruasi
Pada siklus haid FSH (Folicle Stimulating Hormone)
dikeluarkan oleh Lobus Anterior Hipofisyang merupakan
beberapa folicle primer yang dapat berkembang dalam
ovarium. Umumnya satu folicle, kadang-kadang lebih dari satu
berkembang menjadi folicle de graff yang membuat estrogen
mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua, yaitu LH
(Luteinizing Hormone) FSH dan LH ini berada di bawah
pengaruh RH (Releasing Hormone) yang disalurkan dari
hipotalamus ke hipofisis. 3
Bila penyaluran RH normal dan berjalan baik, maka
produksi gonadrotopin akan baik pula sehingga foliclede graff
makin lama menjadi makin matang dan makin banyak Liquor
folicle yang mengandung estrogen. Estrogen berpengaruh
terhadap endometrium sehingga endometrium tumbuh dan
berpoliferasi. Setelah ovulasi dibentuklah corpus rubrum
(benda merah) yang akan menjadi corpus luteum ( badan
kuning) di bawah pengaruh hormon gonadrotopin LH dan LTH
(Luteotropin hormone). Corpus Luteum menghasilkan
progesteron yang menyebabkan endometrium bersekresi dan
kelenjarnya berlekuk-lekuk atau disebut juga dengan masa
sekresi. Pada tiap siklus haid dikenal ada tiga masa utama,
yaitu:
1. Masa haid selama 2-8 hari. Pada waktu itu endometrium
dilepas, sedangkan pengeluaran hormon ovarium paling
rendah (minimun).
2. Masa proliferasi sampai hari ke 14 pada waktu
endometrium tumbuh kembali disebut juga endometium
mengadakan proliferasi antara hari ke 12 dan ke 14 di
mana dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang
disebut ovulasi.
3. Masa sekresi pada waktu itu corpus rubrum menjadi
corpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Di bawah
pengaruh progessteron ini, kelenjar endometrium
mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini
stroma endometrium berubah kearah sel-sel desidua
terutama yang berada di seputar pembuluh-pembuluh
arterial. Keadaan ini memudahkan adanya nidasi. 3

Gambar 1. Siklus Menstruasi

3. Jelaskan etiologi dari gangguan haid!


- Berat badan
Peningkatan dan penurunan berat badan mempengaruhi
fungsi menstruasi. Pada kelebihan berat badan, terjadi
gangguan metabolisme esterogen yang menyebabkan
siklus menjadi tidak teratur. Pada penurunan berat badan
akut menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium,
tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya
penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti berat
badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa yang
menyebabkan penurunan berat badan yang berat dapat
menimbulkan amenorrhea17.
- Olahraga yang berlebihan
Olahraga memang sangat baik untuk kesehatan, tetapi
bila olahraga tersebut dilakukan secara berlebihan justru
itu tidak baik. Bagi perempuan, olahraga berlebihan dapat
menjadi penyebab dari terlambat menstruasi. Karena itu,
bila terlambat menstruasi yang kamu alami dipicu oleh
faktor ini, maka kamu perlu mengubahnya dengan
melakukan olahraga yang ringan dan tidak berlebihan 18.
- Stress
Stress maupun kecemasan menyebabkan perubahan
sistemik dalam tubuh, karena pusat stress dekat dengan
pusat pengaturan menstruasi di otak. Stress
mempengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan
hormone lutein (LH) yang menyebabkan amenorrhea 19.

Penyebab lain tidak datangnya haid ialah gangguan pada


organ-organ yang bertanggung jawab terhadap proses terjadinya
siklus haid, yaitu: hipotalamushipofisis (amenorea sentral),
ovarium (amenorea ovarium), dan uterus (amenorea uteriner).
Pervalensi amenorea sekunder sekitar 3-4% wanita usia
reproduktif, sebagian besar kasus disebabkan oleh sindroma
ovarium polikistik (SOPK), amenorea hipotalamik,
hiperprolaktinemia, dan kegagalan ovarium dini.
Berdasarkan evaluasi diagnostik yang memisahkan
penyebab dari amenore ke dalam kompartemen berikut ini:
Kompartemen I: Gangguan pada uterus
1. Sindrom Asherman
Pada sindrom Asherman, amenore sekunder terjadi setelah
kerusakan endometrium. Umumnya hal ini disebabkan
kuretase berlebihan yang kemudian menghasilkan jaringan
parut intrauterin. Pola yang khas yaitu sinekia multipel yang
tampak pada histerogram. Diagnosis dengan histeroskopi
lebih akurat karena dapat mendeteksi perlekatan minimal yang
tidak tampak pada histerogram. Perlekatan dapat terjadi
secara sebagian atau seluruhnya menutup rongga
endometrium atau kanalis servikalis. Sindrom Asherman dapat
juga terjadi setelah pembedahan uterus, meliputi seksio
saesaria atau miomektomi.

Kompartemen II: Gangguan pada ovarium


1. Tumor ovarium
Amenorea yang terjadi dapat disebabkan oleh tumor ovarium
yang tidak memroduksi hormon maupun oleh tumor ovarium
yang memroduksi hormon. Tumor ovarium yang tidak
memroduksi hormon akan merusak seluruh jaringan ovarium.
Hormon yang diproduksi oleh tumor ovarium ialah androgen
dan estrogen. Androgen yang tinggi menekan sekresi
gonadotropin, sehingga menyebabkan amenorea, hirsutisme,
hipertrofi klitoris, perubahan suara, dan akne. Tumor yang
memroduksi estrogen jarang menyebabkan amenorea, namun
sering terjadi perdarahan yang memanjang akibat hiperplasia
endometrium.

2. Sindrom resistensi ovarium


Sindrom resistensi ovarium terjadi pada wanita amenore
dengan pertumbuhan dan perkembangan yang normal, namun
memiliki peningkatan kadar gonadotropin. Wanita ini akan sulit
untuk hamil, bahkan dengan dosis gonadotropin eksogen yang
tinggi. Penyebab pasti kelainan ini belum sepenuhnya
terungkap. Diduga adanya gangguan pembentukan reseptor
gonadotropin di ovarium akibat proses autoimun. Perlu
dilakukan biopsi ovarium untuk membedakan dengan
menopause prekok.
3. Sindroma ovarium polikistik (SOPK)
Sindrom ovarium polikistik adalah suatu anovulasi kronik yang
menyebabkan infertilitas dan bersifat hiperandrogenik, di
mana terjadi gangguan hubungan umpan balik antara pusat
(hipotalamus-hipofisis) dan ovarium sehingga kadar estrogen
selalu tinggi yang berakibat tidak pernah terjadi kenaikan
kadar FSH yang cukup adekuat.

Kompartemen III: Gangguan pada hipofisis anterior


1. Sindrom Sheehan
Penyebab terbanyak amenorea karena gangguan di hipofisis
ialah sindrom Sheehan yang terjadi akibat adanya iskemik
atau nekrosis adenohipofisis. Kelainan ini sering dijumpai
pada postpartum dengan perdarahan banyak. Perlu diketahui,
bahwa adenohipofisis sangat sensitif dalam kehamilan. Gejala
baru muncul bila ¾ dari adenohipofisis mengalami kerusakan.
Bila hal ini terjadi, maka semua hormon yang dihasilkan oleh
adenohipofisis akan mengalami gangguan.
2. Amenorea galaktorea
Pada wanita dengan oligomenore, amenore, galaktorea atau
infertilitas, harus diperiksa kadar prolaktin serum.
Hiperprolaktinemia diperkirakan terjadi pada 9% wanita
dengan amenore, 25% wanita dengan galaktorea, dan 70%
wanita dengan amenore dan galaktorea. Prolaktin merupakan
hormon yang diproduksi oleh sel-sel laktotrof yang terletak di
bagian distal lobus anterior hipofisis. Pengeluaran prolaktin
dihambat oleh prolactin inhibiting factor (PIF) yang identik
dengan dopamin. Bila PIF ini tidak berfungsi, atau produksinya
berkurang maka akan terjadi hiperprolaktinemia. Tidak
berfungsinya PIF dapat disebabkan oleh: gangguan di
hipotalamus; obat-obatan (psikofarmaka, estrogen,
domperidon, simetidin); kerusakan pada sistem portal
hipofisis; dan tumor hipofisis yang menghasilkan prolaktin
(prolaktinoma), hipertiroid, dan akromegali.

Kompartemen IV: Gangguan pada sistem saraf pusat


1. Amenore hipotalamik
Gangguan hipotalamus didiagnosis dengan menyingkirkan lesi
hipofisis. Gangguan ini sering berhubungan dengan keadaan
yang penuh dengan tekanan. Penyebab fungsional yang
paling sering ditemukan berupa gangguan psikis. Gangguan
fungsional seperti ini paling banyak dijumpai pada wanita
pengungsi, dipenjara, sering mengalami stres, atau hidup
dalam ketakutan. Pasien dengn amenore hipotalamik
(hipogonadotropin hipogonadisme) memiliki defisiensi dari
sekresi pulsatil GnRH. Tingkat penekanan GnRH menentukan
bagaimana klinis pasien ini. Penekanan ringan dapat
berhubungan dengan efek marginal dari reprofuksi, khususnya
fase luteal yang tidak adekuat. Penekanan sedang dapat
menghasilkan anovulasi dengan ketidakteraturan menstruasi,
dan penekanan yang kuat bermanifestasi sebagai amenore
hipotalamik.
2. Anoreksia nervosa dan bulimia
Wanita yang mengalami gangguan pola makan seperti
anoreksia nervosa dan bulimia dapat menyebabkan gangguan
psikis, dan neurotik, sehingga dapat terjadi kerusakan organ
(atrofi). Bila kerusakan tersebut mengenai hipotalamus, maka
dengan sendirinya hipotalamus tidak dapat lagi memroduksi
GnRH. Pengeluaran FSH dan LH dari hipofisis pun berhenti.
Akibatmya pematangan folikel dan ovulasi di ovarium tidak
terjadi18.

4. Jelaskan patomekanisme gangguan haid sesuai scenario!


Menstruasi adalah siklus teratur peluruhan lapisan
Rahim akibat interaksi hormone yang diproduksi oleh
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Hipotalamus, hipofisis,
dan ovarium membentuk axis endokrin fungsional, yang
dikenal sebagai axis HPO, dengan regulasi hormone dan
reaksi umpan balik, seperti yang ditunjukkan pada gambar di
bawah.7

Ga
mbar 2. Patomekanisme
(Hipotalamus, hipofisis, dan ovarium membentuk axis endokrin
fungsional, yang dikenal sebagai axis HPO, dengan regulasi
hormonal dan reaksi umpan balik.)

Hipotalamus terletak di system saraf pusat,


melepaskan gonadrotropin-releasing hormone (GnRH) terus
menerus yang di angkut hipofisis anterior, dimana ia
mengikat reseptor GnRH untuk menstimulasi gonadotropin.
Sebagai respon terhadap rangsangan oleh GnRH, sel-sel ini
mengeluarkan gonadrotropin follicle-stimulating hormone
(FSH) dan luteinizing hormone (LH). Selanjutnya, hormone
ini merangsang ovarium untuk mensintetis dan
mengeluarkan hormone steroid. Pelepasan hormone melalui
axis (HPO) hipotalamus-hipofisis-ovarium diatur dengan
umpan balik negative hormone steroid pada gonadotropin di
hipofisis anterior dan inhibisi langsung pada tingkat
hipotalamus. Stimulasi dan inhibisi negative melengkapi
jalur antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Setiap
gangguan axis ini dapat mengakibatkan amenorea. 7

Amenorrehea terjadi jika hipotalamus dan pituitary


gagal dalam memberikan stimulasi gonadotropin pada
ovarium, sehingga produksi estradiol tidak memadai dan
atau terjadi kegagalan ovulasi dan kegagalan produksi
progesterone. Amenorrhea juga dapat terjadi jika ovarium
gagal menghasilkan jumlah estradiol yang cukup meskipun
gonadotropinnormal oleh hipotalamus dan hipofisis. Dalam
beberapa kasus, hipotalamus, hipofisis, dan ovarium semua
dapat berfungsi normal, namun amenore dapat terjadi
karena kelainan uterus seperti pelekatan dalam rongga
endometrium, defek pada serviks, septum uteri, dan hymen
imperforate.7

5. Bagaimana Langkah-langkah diagnosis sesuai dengan


scenario!
A. Anamnesis
a) Identitas pasien dan keluhan utama pasien
Identitas pasien berupa nama, umur, alamat pasien dan
pekerjaan pasien serta keluhan yang dialami saat ini.
 Nama = Nona X
 Umur = 13 tahun
 Alamat = tidak dijelaskan dalam
Scenario
 Pekerjaan = tidak dijelaskan dalam
scenario
 Keluhan Utama = tidak haid lebih dari 3 bulan

b) Riwayat haid
Perlu diketahui riwayat menarche, siklus haidd teratur
atau tidak, banyaknya darah yang keluar, lamanya haid,
disertai rasa nyeri atau tidak, dan menopause. Perlu
ditanyakan haid terakhir yang masih normal.10
 Riwayat haid terakhir 2 november 2021. Riwayat
menarche di usia 12 tahun.
c) Riwayat penyakit umum
Apakah penderita pernah menderita  penyakit berat,
TBC, jantung, kelainan ginjal, kelainan darah, diabetus
melitus dan kelainan  jiwa. Riwayat operasi
non ginekologik seperti strumektomi, mammektomi,
appendektomi,  dan lain-lain.10
 Riwayat penyakit umum tidak dijelaskan dalam
skenario
d) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyak apakah dari keluarga ada yang
memiliki penyakit berat atau kronis.10
 Riwayat peny. Keluarga tidak dijelaskan dalam
skenario
e) Riwayat keluarga berencana
Riwayat pemakaian alat kontrasepsi apakah pasien
sebelumnya pernah menggunakan kontrasepsi alami
dengan atau tanpa alat, hormonal, non hormonal
maupun kontrasepsi mantap.10
 Riwayat KB tidak dijelaskan dalam scenario

f) Riwayat obstetric
Perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya, apakah
pernah mengalami keguguran, partus secara
spontan normal atau partus dengan tindakan, dan
bagaimana keadaan anaknya. Adakah  infeksi nifas dan
riwayat kuretase yang dapat menjadi sumber
infeksi  panggul dan kemandulan.10
 Riwayat obstertic tidak dijelaskan dalam skenario
g) Riwayat ginekologik
Riwayat penyakit/ kelainan ginekologik dan
pengobatannya, khususnya operasi yang pernah
dialami.10
 Riwayat ginekologik tidak dijelaskan dalam scenario

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan lanjutan dari
anamnesis. Pemeriksaan ini meliputi:
a) Pemeriksaan tanda vital
Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90
mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30
mmHg atau lebih diatas normal, dan/atau diastolic 15
mmHg atau lebih diatas normal, kelainan ini dapat
berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia kalau tidak
ditangani dengan tepat. Nadi yang normal adalah
80/menit. Bila nadi lebih dari 120/ menit, maka hal ini
menujukkan adanya kelainan. Sesak nafas ditandai
dengan frekwensi pernafasan yang meningkat dan
kesulitan bernafas serta rasa lelah. Bila hal ini timbul
setelah melakukan kerja fisik (berjalan, tugas sehari-
hari), maka kemungkinan terdapat penyakit jantung.
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,50c dikatakan
demam, berarti ada infeksi dalam kehamilan. Hal ini
merupakan penambahan beban bagi ibu dan harus
dicari penyebabnya.10
b) Berat badan, Lingkar Lengan Atas (LLA) dan tinggi
badan.
Berat ibu semasa hamil harus bertambah rata-rata 0,3-
0,5 Kg per minggu. Bila dikaitkan dengan umur
kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda ±
1 Kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-
masing bertambah 5 Kg. Pada akhir kehamilan berat
badan meningkat, maka perlu difikirkan adanya resiko
(bengkak, kehamilan kembar, anak besar). Tekanan
darah, nadi, frekuensi pernafasan dan suhu tubuh. 10
c) Pemeriksaan pembesaran kelenjar tiroid atau
manifestasi hipotiroid/hipertiroid
d) Melihat apakah ada pembesaran uterus
(tampak disertai pembesaran perut) dengan cara
mempalpasi.
e) Memastikan apakah ada perubahan serviks uteri
(Chadwick/Hegar sign)
f) Melihat apakah terdapat perubahan payudara
g) Pemeriksaan ginekologik
umumnya dapat diketahui adanya berbagai ginatresi,
adanya aplasia vagina, keadaan klitoris, aplasia uteri,
adanya tumor ovarium.10
 Berdasarkan skenario, tidak ditemukan adanya
pemeriksaan fisik yang khusus.

C. Pemeriksaan penunjang:
a) Test Pack
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan
kadar HCG dalam urine dengan prinsip “Urine yang
diserap kemudian bermigrasi melalui membran sampai
mencapai jendela pembacaan akhir pemeriksaan
(dalam waktu sekitar 3 menit). Ketika urine bergerak
melalui membrane, urine menggerakkan kompleks
kolloid-anti alfa hCG antibody. Urine dan antibody
kompleks kolloid bergerak melalui daerah dimana
terdapat ikatan anti-beta hCG antibody dan kemudian
menuju akhir dari membrane.
b) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan pada
semua perempuan yang mengalami menoragia.
Pemeriksaan ini harus dilakukan paralel dengan
pengobatan menoragia yang diberikan. Pemeriksaan
gangguan koagulasi harus dipertimbangkan pada
perempuan dengan menoragia sejak menarche dan
memiliki riwayat pribadi atau keluarga dengan
gangguan koagulasi. Pemeriksaan serum feritin tidak
harus dilakukan secara rutin pada perempuan dengan
pendarahan uterus abnormal. Pemeriksaan hormon
tiroid seharusnya hanya dilakukan bila terdapat tanda
dan gejala penyakit tiroid.10
c) USG
USG panggul, baik abdomen (suprapubik) dan
transvaginal, direkomendasikan sebagai prosedur lini
pertama diagnosis etiologi AUB. Doppler ultrasonografi
memberikan informasi tambahan yang berguna untuk
mengetahui kelainan endometrium dan miometrium .
Histeroskopi atau histerosonografi dapat digunakan
sebagai prosedur lini kedua apabila pemeriksaan USG
menunjukkan adanya kelainan intrauterin atau jika
perawatan medis gagal setelah 3-6 bulan. Pada pasien
dengan faktor risiko kanker endometrium harus
kombinasikan dengan biopsi terarah.10
 Berdasarkan skenario, tidak ditemukan adanya
pemeriksaan penunjang yang khusus.

6. Jelaskan diagnosis banding terkait scenario!


A. AMENOREA SEKUNDER
1. Defenisi
Amenore atau dalam istilah kedokteran “Amenorrhea”
adalah keadaan tidak adanya Menstruasi untuk
sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Amenore sekunder
adalah ketiadaan menstruasi selama > 6 bulan atau
selama ≥ 3 siklus menstruasi pada wanita yang
sebelumnya memiliki siklus menstruasi sebelumnya.
Dianggap Amenore primer bila wanita berumur 18
tahun keatas tidak pernah mendapat haid, sedangkan
pada amenorrhea sekunder penderita pernah
mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi.
Amenore primer umumnya mempunyai sebab-sebab
yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti
kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan
genetik. Adanya Amenore sekunder lebih menunjuk
kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam
kehidupan wanita, seperti gangguan Gizi, gangguan
metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-
lain.11
2. Etiologi
Ada tiga penyebab umum amenore sekunder:
gangguan hormonal yang menyebabkan kurangnya
siklus menstruasi yang normal, kerusakan fisik pada
endometrium, yang mencegah pertumbuhannya, atau
penyumbatan jalur keluar darah menstruasi.11

Penyebab amenorea sekunder


1. Gangguan Hipotalamus

 Gangguan penyaluran GnRH


Gangguan penyaluran GnRH dari hipotalamus
ke hipofisis dapat disebabkan kompresi batang
hipofisis atau destruksi nukleus arkuata. Batang
hipofisis mengalami gangguan akibat trauma,
kompresi, radiasi, tumor (kraniofaringioma,
germinoma, glioma, teratoma), dan penyakit
yang bersifat infiltrasi (sarkoidosis, tuberkulosis)
dapat merusak area hipotalamus atau mencegah
penyaluran hormon hipotalamus ke hipofisis.
 Gangguan pada produksi pulsasi GnRH. 12
Konsekuensi metabolik terhadap penurunan
produksi pulsasi GnRH sehingga menyebabkan
sedikit atau tidak ada LH atau FSH yang
dilepaskan, sehingga mengakibatkan tidak ada
folikel ovarium yang berkembang, tidak ada
sekresi estradiol, dan pasien amenorea.
Keadaan ini dapat disebabkan karena anoreksia
nervosa, stress berat, dan kehilangan berat
badan yang ekstrim.12

2. Gangguan Hipofisis

 Disfungsi hipofisis didapat

Sindrom Sheehan
Sindrom yang ditandai dengan amenore
postpartum dan disertai banyak perdarahan atau
syok. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis
karena spasme atau trombosis arteriola-arteriola
pada pars anterior hipofisis. Pada masa
kehamilan terdapat vaskularisasi yang lebih
banyak pada pars posterior, sehingga jika terjadi
spasme atau trombosis pembuluh darah; yang
mengalami akibat berupa nekrosis ialah
terutama pars anterior.12

Dengan nekrosis fungsi hipofisis


terganggu dan menyebabkan menurunnya
pembuatan hormon-hormon gonadotropin,
tireotropin, kortikotropin, somatotropin, dan
prolaktin. Gejala-gejala insufisiensi hipofisis ialah
amenorea, hilangnya laktasi, hipotiroid,
berkurangnya libido, atrofi alat-alat genital, dan
sebagainya. Sindrom Sheehan kadang-kadang
dapat mengalami perbaikan karena regenerasi
sel-sel hipofisis, akan tetapi mungkin pula
keadaan bertambah berat dan penderita menjadi
sangat kurus, rambut ketiak dan rambut pubis
hilang, dan terdapat hipotermi dan hipotensi.
Diagnosis dapat dibuat atas gejala-gejala klinik
dan rendahnya kadar FSH, T4, dan 17-
ketosteroid, dan mendatarnya kurve tes toleransi
glukosa. Terapi terdiri atas pemberian hormon
sebagai substitusi, antara lain kortison, bubuk
tiroid, dan sebagainya.12

 Akumulasi besi di hipofisis


Keadaan ini dapat menyebabkan dekstruksi sel
yang memproduksi LH dan FSH. Ini terjadi
hanya pada pasien dengan kenaikan kadar
serum besi (misalnya hemosiderosis), atau
karena destruksi sel darah merah yang
berlebihan (misalnya talasemia).6

 Tumor-tumor hipofisis
Diantara sebab-sebab amenorea, tumor hipofisis
merupakan sebab yang jarang dijumpai.
Sebaliknya, pada penderita dengan tumor
hipofisis adanya amenorea merupakan gejala
yang sering terdapat. Gejala-gejala lain ialah
sakit kepala dan gangguan penglihatan visus
perifer. Biasanya tumor sudah lama ada
sebelum gejala-gejala timbul. Kecurigaan
adanya tumor hipofisis timbul apabila seorang
wanita dengan amenorea mengeluh tentang
sakit kepala dan gangguan penglihatan. 12

Mikroadenoma dan makroadenoma


hipofisis dapat juga menyebabkan amenorea
akibat peningkatan kadar prolaktin, tetapi
mekanisme yang mendasari amenorea belum
jelas. Hiperprolaktinemia tersembunyi tanpa
adanya adenoma merupakan penyebab
amenorea yang jarang. Didiagnosis jika
ditemukan gejala galaktorea dan evaluasi kadar
serum prolaktin meningkat.

Tumor-tumor hipofisis biasanya adenoma


yang peka terhadap radiasi, sehingga umumnya
lebih dipilih radioterapi daripada pembedahan.
Adenoma dari hipofisis terdapat dalam 3 jenis,
yakni

a. Adenoma kromofob lebih sering terdapat.


Kecuali amenorea, sakit kepala dan
gangguan penglihatan, tumor ini tidak
menunjukkan gejala yang khas. Hanya pada
satu jenis tumor ini bisa ditemukan produksi
prolaktin yang berlebihan dan yang dapat
menyebabkan galaktorea.

b. Adenoma basofil dikemukakan pada tahun


1912 untuk pertama kali oleh Harvey
Cushing, dan oleh karena itu juga disebut
sebagai penyakit Cushing. Gejala-gejala
penyakit ini sangat menyerupai sindrom
Cushing yang dijumpai pada wanita dengan
hiperfungsi korteks dari glandula
suprarenalis.
c. Adenoma eosinofil menyebabkan gigantisme
dan akromegali karena produk-produk
somatotropin yang berlebihan.12

3. Sindrom Asherman
Sindrom terjadi karena destruksi endometrium
serta tumbuhnya sinekia (perlekatan) pada dinding
kavum uteri sebagai akibat kerokan yang
berlebihan, biasanya pada abortus atau postpartum.
Walaupun jarang, endometritis akuta yang berat
dapat pula menimbulkan sindrom tersebut.
Penderita menderita amenore sekunder. Diagnosis
dapat dipastikan dengan histerogram.13

4. Sindrom amenorea galaktorea


Pada sindrom ini ditemukan gejala amenore,
dan dari mamma dapat dikeluarkan air seperti air
susu. Dasar sindrom ini adalah gangguan endokrin
berupa gangguan produksi Releasing Factor
dengan akibat menurunnya kadar FSH dan LH, dan
gangguan produksi Prolactin Inhibiting Factor
dengan akibat peningkatan pengeluaran prolaktin.
Karena hal-hal tersebut diatas, terjadilah amenore
dan galaktorea.13

Amenore galaktorea dapat ditemukan sesudah


kehamilan. Di sini masa laktasi menjadi jauh lebih
panjang dari biasa; keadaan ini terkenal dengan
nama sindrom Chiari Frommel. Gejala –gejala yang
sama dapat ditemukan pada wanita tanpa ada
hubungannya dengan kehamilan, dan dinamakan
sindrom Ahumeda-del Castillo.13

Pemeriksaan hormonal pada sindrom


amenorea-galaktorea menunjukkan penurunan
kadar FSH dan LH, serta peningkatan kadar
prolaktin. Sedangkan hormon-hormon lain dari
hipofisis mempunyai kadar yang normal. Etiologi
sindrom ini belum jelas, akan tetapi akhir-akhir ini,
selain tumor hipofisis sebagai penyebab, ditemukan
kasus-kasus pada wanita yang lama minum obat
anti hipertensi atau obat penenang serta yang
setelah menghentikan minum pil kontrasepsis.13

3. Epidemiologi
Pervalensi amenorea sekunder sekitar 3-4%
wanita usia reproduktif, Diperkirakan amenore yang
tidak disebabkan karena kondisi fisiologis memiliki
prevalensi 3%-4%. Jika menarke tidak terjadi hingga
usia 16 tahun maka didiagnosis sebagai amenorea
primer. Di Amerika, prevalensi amenorea primer sekitar
1-2%. Penyebab amenorea primer seperti kelainan
kongenital, gangguan hormonal, kelainan kromosom,
gangguan hipotalamus-hipofisis, dan variasi penyebab
amenorea sekunder yang muncul sebelum menarke.
Sedangkan insiden amenore sekunder bervariasi, dari
3% pada populasi umum hingga 100% dibawah kondisi
kegiatan fisik yang berat atau faktor stres emosional.
Penyebab tersering amenorea sekunder adalah
kehamilan. Penyebab yang lain seperti kelainan
anatomi, disfungsi ovarium, prolaktinoma dan
hiperprolaktinemia, dan gangguan hipotalamus atau
sistem saraf pusat.6
Menurut data dari Riset Kesehasatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010, sebagian besar (68%)
perempuan di Indonesia berusia 10-59 tahun
melaporkan menstruasi teratur dan (13,7%) mengalami
masalah siklus menstruasi yang tidak teratur.
prevalensi amenore primer sebanyak 5,3%, amenore
sekunder 18,4%.6

4. Patomekanisme
Ada banyak penyebab potensial dari amenore
sekunder. Penyebab hormonal termasuk kehamilan,
laktasi, disfungsi tiroid, hiperprolaktinemia,
hiperandrogenisme (termasuk sindrom ovarium
polikistik), hipogonadisme hipogonadotropik (disfungsi
hipotalamus-hipofisis), dan supresi endometrium oleh
kontrasepsi hormonal. Penyebab struktural termasuk
kerusakan endometrium (sindrom Asherman) dan
obstruksi saluran keluar (stenosis serviks).12

5. Diagnosis
1) Anamnesis
Dugaan amenore sekunder jika salah satu dari
yang berikut ini benar: Tidak haid selama 3 bulan
atau lebih jika sebelumnya teratur, atau 6 bulan
atau lebih jika sebelumnya tidak teratur, Kurang
dari 9 siklus menstruasi per tahun pada wanita
dengan oligomenore.11
2) Pemeriksaan fisik
 Ukur tinggi, berat, dan BMI
Hasil yang lebih rendah dari rentang referensi
dapat menunjukkan keterlambatan
konstitusional pubertas atau sindrom Turner 1
(Terkait: Sindrom Turner)
Peningkatan BMI dapat dikaitkan dengan
sindrom ovarium polikistik
BMI rendah dapat dikaitkan dengan amenore
hipotalamus fungsional
 Evaluasi tanda-tanda klinis yang terkait dengan
penyebab spesifik yang mendasari
Gondok atau nodul tiroid menunjukkan
gangguan tiroid
Fitur dismorfik seperti leher berselaput, garis
rambut rendah, dan perawakan pendek
menunjukkan sindrom Turner
Sindrom Cushing
Hirsutisme (terutama rambut wajah), jerawat,
atau pola kebotakan pria dapat
mengindikasikan hiperandrogenisme, yang
disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik
(paling sering), tumor ovarium atau adrenal,
hiperplasia adrenal kongenital, atau sindrom
Cushing 1
 Evaluasi karakteristik seksual sekunder (yaitu,
perkembangan payudara dan pertumbuhan
rambut kemaluan) dan tentukan tahap Tanner
Tahap Tanner yang tidak konsisten dengan
usia dapat mengindikasikan keterlambatan
konstitusional pubertas, sindrom Turner, atau
anomali gonad langka lainnya
 Inspeksi genitalia eksterna dan lakukan
pemeriksaan panggul dan spekulum (jika tidak
ada obstruksi vagina)
Klitoromegali menunjukkan tumor yang
mensekresi androgen atau hiperplasia adrenal
kongenital
Tonjolan, massa kebiruan di pintu masuk ke
vagina menunjukkan selaput dara yang tidak
berlubang
Kantong vagina pendek dan buta menunjukkan
septum vagina melintang, agenesis mullerian,
atau sindrom insensitivitas androgen
Mukosa vagina yang tipis atau merah dapat
mengindikasikan kadar estrogen yang rendah
Leher rahim atau rahim yang tidak ada atau
abnormal menunjukkan agenesis mullerian atau
sindrom insensitivitas androgen
Jaringan parut serviks mungkin menunjukkan
sinekia intrauterin yang disebabkan oleh
operasi pada rahim (sindrom Asherman).11

6. Terapi
Amenorea sendiri tidak selalu memerlukan
terapi. Misalnya, seorang wanita berumur lebih dari 40
tahun dengan amenorea tanpa sebab yang
mengkhawatirkan tidak memerlukan pengobatan.
Penderita-penderita dalam kategori ini yang
memerlukan terapi ialah wanita-wanita muda yang
mengeluh tentang infertilitas, atau yang sangat
terganggu oleh tidak datangnya haid.12
Dalam rangka terapi umum dilakukan tindakan
memperbaiki keadaan kesehatan, termasuk perbaikan
gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan
tenang, dan sebagainya. Pengurangan berat badan
pada wanita dengan obesitas tidak jarang mempunyai
pengaruh baik terhadap amenore dan oligomenorea.
Pemberian tiroid tidak banyak gunanya, kecuali jika ada
hipotiroid.12
Pasien dengan kelainan kongenital dapat diobati
dengan operasi dengan prosedur plastik untuk
menyediakan tempat aliran darah menstruasi pada
pasien dengan uterus yang fungsional atau membuat
sebuah vagina yang fungsional. Pasien yang uterus
dan payudaranya tidak ada maka dapat diobati dengan
pengganti estrogen untuk merangsang perkembangan
payudara dan mencegah osteoporosis. Pasien dengan
payudara yang berkembang tetapi tidak memiliki uterus
mungkin tidak memerlukan intervensi pengobatan.
Pasien dengan uterus tetapi tanpa perkembangan
payudara dan dengan hipergonadotrop hipogonadisme
sering disertai kegagalan ovarium yang irreversibel
memerlukan terapi pengganti estrogen. Pasien dengan
hipogonadotrop hipogonadisme memerlukan
pengobatan seperti pasien dengan amenorea
sekunder.13
Pasien dengan hipotiroidisme diobati dengan
pengganti hormon tiroid. Makroadenoma hipofisis
diobati dengan operasi reseksi. Beberapa pasien
dengan makroadenoma dan kebanyakan
mikroadenoma diobati dengan bromokriptin, agonis
dopamin ini dapat meregresikan tumor dan
memperbaiki ovulasi.13

B. GRAVIDA
1. Definisi
Gravida adalah seorang ibu yang sedang hamil
(Prawirohardjo, 2002). Istilah medis untuk wanita hamil
adalah gravida, sedangkan manusia di dalam
kandungannya disebut embrio (minggu awal) kemudian
janin (sampai kelahiran) (Dorland, 2010) .Kehamilan
terjadi karena adanya dua pertemuan dan
persenyawaan antara sel ovum dan spermatozoa. 14
Lama kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, yaitu :
1. Trimester I : Usia kehamilan 0 – 12 minggu
2. Trimester II : Usia kehamilan 12 – 28 minggu
3. Trimester III : Usia kehamilan 28 – 40 minggu

Gravida adalah istilah yang digunakan dalam


kebidanan yang artinya seorang wanita yang sedang
hamil. Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin
dikandung didalam tubuh wanita, yang sebelumnya
diawali dengan proses pembuahan dan diakhiri dengan
proses persalinan.14

Primi berarti pertama. Primigravida adalah


seorang wanita hamil untuk pertama kali. Kehamilan
terjadi apabila ada dua pertemuan dan persenyawaan
antara sel telur (ovum) dan mani (spermatozoa) lamanya
kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280
hari atau 40 minggu kehamilan. 14

Primigravida muda adalah suatu proses


kehamilan yang sedang dialami oleh seorang wanita
untuk pertama kalinya di usia yang masih muda yaitu
kurang dari 20 tahun. Kehamilan pertama merupakan
pengalaman baru yang dapat menimbulkan stress bagi
ibu dan suami, Beberapa yang dapat diduga dan yang
tidak dapat diduga atau tidak teranstisipasi sehingga
menimbulkan konflik persalinan. Kesiapan wanita untuk
hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan
oleh kesiapan fisik, kesiapan mental, emosi, psikologis
kesiapan sosial dan ekonomi. Secara umum, seorang
wanita dikatakan siap secara fisik jika telah
menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya
berhenti tumbuh) yaitu sekitar usia 20 tahun, sehingga
usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik. 14

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis


normal yang dialami oleh seorang wanita dewasa.
Kebiasaan makan dan status gizi ibu sebelum dan
selama masa kehamilan sangat menentukan kesehatan
bayi yang dilahirkannya. Pemenuhan kebutuhan zat gizi
sangat penting karena pada masa kehamilan tersebut
terbentuk seorang manusia baru. Melalui makanan yang
dikonsumsi, ibu hamil menyalurkan kebutuhan gizi bagi
janin tersebut sebagai awal dan keberlanjutan
pertumbuhan dan perkembangannya. Pemenuhan
kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil sangat penting
diperhatikan untuk mengurangi kasus kematian akibat
kehamilan. Berdasarkan berbagai penelitian, sebanyak
20-45% wanita di negara berkembang mengalami
kematian akibat kehamilan.14
Mochtar R (1998), menyatakan usia terbaik bagi
wanita untuk hamil dan melahirkan adalah pada umur
20-30 tahun. Pada usia ini keadaan kesehatan fisik dan
mental wanita dalam keadaan optimal. Jika pernikahan
dan kehamilan dilakukan pada usia terlalu muda (kurang
dari 20 tahun) maka ini akan beresiko melemahkan
kesehatan wanita, karena pada masa ini yang sering
juga disebut masa remaja, masa remaja adalah masa
transisi (peralihan) antara masa anak-anak dan masa
dewasa. Di usia ini belum sepenuhnya matang baik
secara fisik, kognitif, dan psikososial. Dalam masa ini
cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kehamilan
yang terjadi pada usia ini tidak hanya bermasalah pada
kematangan fisik dan psikis yang belum sempurna tetapi
juga karena pendidikan yang rendah, sosialisasi yang
kurang, konflik dengan keluarga, kecemasan dan
lenyapnya sumber keuangan terutama mereka yang lari
dari rumah.14

2. Klasifikasi Gravida
Berdasarkan jumlahnya, kehamilan seorang wanita
dapat dibedakan menjadi:
a. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil
untuk pertama kalinya.
b. Multigravida adalah seorang wanita yang hamil dan
sebelumnya sudah pernah hamil sedikitnya dua
kali.14
3. Etiologi terjadinya primigravida muda
a. Umur
Orang tua menganggap bahwa perkawinan dalam
usia muda mempunyai suatu faktor pematangan.
Dibalik motivasi orang tua yang ingin sekali untuk
segera mengawinkan anak-anaknya adalah demi
melepaskan mereka dari tanggung jawab. Di daerah
pedesaaan atau pinggiran perkawinan pada usia
relatif muda masih sering dilakukan, para orang tua
merasa malu kalau anak gadisnya belum ada yang
melamar, sehingga banyak orang tua aktif
menjodohkan anak- anak mereka sebelum pantas
dikawinkan. Orang tua selalu mengharapkan
perkawinan anaknya segera membuahkan hasil,
dikaruniai anak sebagai bukti kesuburan anak
gadisnya dan kejantanan anak prianya.
Kebudayaan untuk menunda lahirnya anak pertama
pada usia yang lebih matang belum ada sehingga
pasangan itu akan dihadapkan pada masa subur
yang sangat panjang. Masyarakat pedesaan pada
umumnya lebih baik dan terhormat menjadi janda
muda dari pada perawan tua.14
b. Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas atau bebas melakukan apa saja,
termasuk hubungan intim. Dalam penelitian
Damayanti (2008) menyatakan berpacaran sebagai
proses perkembangan kepribadian seseorang
remaja karena ketertarikan lawan jenis. Namun
dalam perkembanganya budaya justru cenderung
tidak mau tahu terhadap gaya pacaran remaja,
akibatnya para remaja cenderung melakukan
hubungan seks pranikah. Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya pergaulan bebas
dikalangan remaja yaitu agama, iman, faktor
lingkungan seperti kurangnya pendidikan seks dari
orang tua dan keluarga, teman, tetangga dan
perkembangan iptek yang tidak didasari oleh mental
yang kuat, faktor pengetahuan yang minim di
tambah rasa ingin tahu yang berlebihan dan juga
faktor perubahan zaman. Kebebasan pergaulan
antar jenis kelamin pada remaja dengan mudah bisa
disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
di kota besar.14

c. Hormon
Perubahan kadar hormon pada usia yang masih
muda meningkatkan libido atau dorongan seksual
yang membutuhkan penyaluran aktifitas seksual. 14

d. Pubertas
Semakin cepatnya usia pubertas, sehingga anak usia
remaja tampilanya seperti anak dewasa.14
e. Menarche
Menstruasi yang lebih cepat dianggap sebagai tanda
bahwa seorang wanita sudah layak untuk hamil
namun itu adalah anggapan yang salah karena
dengan menstruasi yang lebih dini bukan berarti
seorang wanita sudah layak untuk hamil karena
proses pertumbuhan masih berlanjut.14
f. Pendidikan
Kesempatan belajar yang kurang dan putus sekolah
akan mendorong anak gadis menikah pada usia
muda. Menurut Azwar yang di kutip oleh sekar
ningrum bahwa pendidikan yang rendah atau tidak
melanjutkan sekolah bagi yang perempuan dapat
mendorong untuk segera menikah. Permasalahan
yang terjadi karena mereka tidak mengetahui seluk
beluk perkawinan sehingga cenderung untuk cepat
berkeluarga dan melahirkan anak. Suatu masyarakat
yang tingkat pendidikanya rendah akan cenderung
untuk mengawinkan anaknya dalam usia yang masih
muda.14
g. Adat
Adat dapat mendorong perkawinan wanita diusia
muda, karena jika terlambat menikah akan membuat
malu pada pihak keluarga.14
h. Agama
Dalam agama islam nikah itu disyariatkan, maka oleh
beberapa pemeluknya dianggap sesuatu yang harus
disegerakan agar terhindar dari hal-hal yang tidak di
inginkan.14
i. Pekerjaan
Umumnya pasangan yang menikah pada usia muda
belum cukup memiliki pengetahuan dan keterampilan
sehingga sukar mendapatkan pekerjaan dengan
penghasilan yang memadai, penghasilan yang
rendah akan berpengaruh di dalam kebutuhan dan
keutuhan rumah tangga.14
j. Orang Tua dan Ekonomi
Apabila anak gadis telah menikah berarti secara
ekonomis mengurangi beban orang tua. Dari segi lain
orang tua akan memperoleh bantuan ekonomi
apabila menantu pria berada atau mendapat tenaga
kerja untuk kegiatan lain seperti mengolah kebun
ataupun kegiatan lain yang menghasilkan. 14
k. Peran di Hari Depan
Ada anggapan suku tertentu, tidak adanya harapan
mengenai peran diri individu di hari depan kecuali
sebagai ibu rumah tangga, akan mendorong anak
wanita menikah pada usia muda. Ada yang
mengatakan kepada anak gadisnya: ”untuk apa
sekolah tinggi-tinggi, umur habis dan akhirnya
kembali ke dapur juga dan mengurus anak-anak”. 14

l. Undang-Undang
Undang-undang perkawinan dan peraturan
pelaksananya membolehkan wanita menikah pada
usia 16 tahun. Dari segi lain, makin mudah orang
bercerai dalam suatu masyarakat makin banyak
perkawinan muda dalam komunitas tersebut. 14
m. Perubahan Nilai
Pada daerah perkotaan, sebagai akibat dari
pengaruh modernisasi telah terjadi perubahan nilai
berupa makin longgarnya hubungan antara pria dan
wanita. Hubungan yang longgar ini dapat menjadi
penyabab terjadinya hubungan kelamin diluar
pernikahan, yang pada akhirnya karena pengaruh
keluarga ataupun masyarakat sekitarnya, yang
antara lain untuk mencegah rasa malu atau menutup
aib keluarga, mendorong terjadinya pernikahan dini. 14

4. Tanda dan Gejala Kehamilan


1. Tanda tidak pasti (persumtive Sign) adalah
perubahan- perubahan yang dapat di kenali dari
pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil
diantaranya:
2. Amenorea (berhentinya menstruasi). Konsepesi dan
nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi
tidak terjadi. Lamanya amenorea dapat dikonfirmasi
dengan memastikan hari pertama haid terakhir
(HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan usia
kehamilan dan taksiran persalinan. Tetapi,
amenorea juga dapat disebabkan oleh penyakit
kronik tertentu, tumor pituitari, perubahan dan faktor
lingkungan, malnutrisi, dan biasanya gangguan
emosional seperti ketakutan akan kehamilan. 14
3. Mual (nausea) dan muntah (emesis). Pengaruh
estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam
lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual
muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang di
sebut morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini
masih fisiologis, tetapi bila terlampau sering bdapat
menyebabkan gangguan kesehatan yang di sebut
hiperemesis gravidarum. 14
4. Ngidam (mengingini makanan teretentu). Wanita
hamil sering menginginkan makanan tertentu,
keinginan yang demikian di sebut ngidam. Ngidam
sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan
dan akan menghilang dengan makin tuanya
kehamilan. 14
5.  Syncope (pingsan). Terjadinya gangguan sirkulasi
ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia
susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope
atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika
berada pada tempat yang ramai, biasanya akan
hilang setelah 16 minggu. 14
6. Kelelahan. Sering terjadi pada trimester pertama,
akibat dari penurunan kecepatan basal metabolisme
(basal metabolisme rate- BMR) pada kehamilan,
yang akan meningkat seiring pertambahan usia
kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil
konsepsi. 14
7.  Payudara tegang. Estrogen meningkatkan
perkembangan sistem duktus pada payudara,
sedangkan progesteron menstimulasi
perkembangan sistem alveolar payudara. Bersama
somatomamotropin, hormon-hormon ini
menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan
perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan
pertama kehamilan, pelebaran puting susu, serta
pengeluaran kolostrum. 14
8. Sering miksi. Desakan rahim ke depan
menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh
dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering,
terjadi pada triwulan pertama akibat desakan uterus
terhadap kandung kemih. Pada triwulan kedua
umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus
yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada
akhir triwulan, gejala bisa timbul karena janin mulai
masuk ke rongga panggul dan menekan kembali
kandung kemih. 14
9. Konstipasi atau obstipasi. Pengaruh progesteron
dapat menghambat peristaltik usus (tonus otot
menurun) sehingga kesulitan untuk BAB. i). 14

10. Pigmentasi kulit . Pigmentasi terjadi pada usia


kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat
pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang
merangsang melanofor dan kulit. Pigmentasi ini
meliputi tempat-tempat berikut ini. 14
a. Sekitar pipi: cloasma gravidarum (penghitaman
pada daerah dahi, hidung, pipi, dan lahir).
b. Sekitar leher: tampak lebih hitam.
c. Dinding perut: striae lividae/garvidarum (terdapat
pada seseorang primigravida, warnanya
membiru), striae nigra, linea alba menjadi lebih
hitam (linea grisea/migra).
d. Sekitar payudara: hiperpigmentasi areola
mamae sehingga terbentuk areola sekunder.
Pigmentasi areola ini berbeda pada setiap
wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit
putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan
hitam pada wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar
montgomeri menonjol dan pembuluh darah
manifes sekitar payudara.
e. Sekitar pantat dan paha atas: terdapat striae
akibat pembesaran bagian tersebut.
f. Hipertropi papilla ginggivae/gusi, sering terjadi
pada triwulan pertama.
11. Tanda kemungkinan (probabilty sign) merupakan
perubahan fisiologi yang di ketahui oleh pemeriksa
dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita
hamil diantaranya:
a. Pembesaran perut. Terjadi akibat pembesaran
uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat
kehamilan.
b. Tanda hegar. Tanda hegar adalah pelunakan
dan dapat ditekannya istmus uteri.
c. Tanda goodel. Adalah pelunakan serviks. Pada
wanita yang tidak hamil serviks seperti ujung
hidung, sedangkan wanita hamil melunak seperti
bibir.
d. Tanda chadwicks. Perubahan warna menjadi
keunguan pada vulva dan mukosa vagina
termasuk juga porsio dan serviks.
e. Tanda piscaseck. Merupakan pembesaran
uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum
berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu
sehingga daerah tersebut berkembang lebih
dahulu.
f. Kontraksi braxton hicks. Merupakan peregangan
sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya
actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini
tidak beritmik, sporadis, tidak nyeri, biasanya
timbul pada kehamilan delapan minggu, tetapi
baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal
pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus
meningkat frekuensinya, lamanya, dan
kekuatanya sampai mendekati persalinan.
g. eraba ballotement. Ketukan yang mendadak
pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam
cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh
tangan pemeriksa. Hal ini harus ada pada
pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian
seperti bentuk janin saja tidak cukup karena
dapat saja merupakan myoma uteri.
h. Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest)
positif. Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi
adanya human chorionic gonadotropin (hCG)
yang diproduksi oleh siniotropoblastik sel selama
kehamilan. Hormon ini disekresi di peredaran
darah ibu (pada plasma darah), dan diekskresi
pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat
dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat
tertinggi pada hari 60-70 usia gestasi, kemudian
menurut pada hari ke 100-130. 14

12. Tanda pasti (positive sign) yaitu tanda yang


menunjukkan langsung keberadaan janin, yang
dapat dilihat langsung oleh pemeriksa diantaranya:
a. Gerakan janin dalam rahim. Gerakan janin ini
harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.
Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia
kehamilan sekitar 20minggu
b. Denyutjantungjanin.
dapat di dengar pada usia 12 minggu dengan
menggunakan alat fetal electrokardiograf
(misalnya dopler). Dengan stetoskop laenec,
DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan
18-20 minggu.
c. Bagian-bagian janin.
bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin
(kepala dan bokong) serta bagian kecil janin
(lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas
pada usia kehamilan lebih tua (trimester
terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih
sempurna lagi dengan USG.
d. Kerangka janin.
kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen
maupum USG. 14

5. Fisiologi Kehamilan
Selama masa kehamilan yang berlangsung sekitar 38 –
40 minggu dari konsepsi, janin memiliki plasenta yang
berfungsi sebagai sistem pernafasan, pencernaan dan
ginjal. Selain itu, plasenta juga berfungsi menyalurkan
nutrisi dari ibu ke janin:
a) Perubahan sistem respirasi
Adaptasi sistem respirasi bertujuan untuk
oksigenasi ibu ke janin dan memfasilitasi
perpindahan produk sisa CO2 dari janin ke ibu.
Selama masa kehamilan, konsumsi oksigen
meningkat 20-50% dan ventilasi meningkat secara
progresif hingga 50%. Terjadi penurunan pada
konsentrasi plasma bikarbonat yang merupakan
mekanisme kompensasi untuk menghindari
alkalosis respiratorik dan terjadi penurunan PaCO 2
sekitar 28-32 mmHg. Hiperventilasi juga dapat
meningkatkan PaCO2 secara perlahan. 14
Terjadi perubahan posisi pada diafragma
diakibatkan oleh pembesaran uterus dan umumnya
diikuti pembesaran dari diameter anteroposterior
dan transversal dari cavum thoraks sehingga posisi
diafragma terdorong ke atas. Pada kasus ini
kapasitas paru tidak mengalami perubahan karena
secara umum ditemukan peningkatan dari
inspiratory reserve volume. 14
Ruang abdomen yang membesar oleh karena
meningkatnya ruang rahim dan pembentukan
hormon progesteron menyebabkan paru-paru
berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita
hamil bernafas lebih cepat dan lebih dalam karena
memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan
untuk dirinya. 14
b) Perubahan Sistem Gastrointestinal
Selama masa kehamilan refluks gastroesofagus dan
esofagitis merupakan hal yang umum. Disposisi
abdomen ke arah atas dan anterior memicu
ketidakmampuan dari sfingter gastroesofagus. Mual
dan muntah pada ibu hamil mulanya terjadi karena
peningkatan kadar progesteron menurunkan tonus
dari sfingter gastroesofagus, dimana sekresi gastrin
dari plasenta menyebabkan hipersekresi asam
lambung 14
Pada trimester 2 dan 3 biasanya terjadi
konstipasi karena pengaruh hormon progesteron
yang meningkat. Selain itu, perut kembung juga
terjadi karena adanya tekanan uterus yang
membesar dalam rongga perut yang mendesak
organ-organ dalam perut khususnya saluran
pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral.
Wasir (hemoroid) cukup sering terjadi pada
kehamilan. Sebagian besar hal ini terjadi akibat
konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena di bawah
uterus termasuk vena henoroidal. Panas perut
terjadi karena terjadinya aliran balik asam gastrik ke
dalam esofagus bagian bawah.14
c) Perubahan Sistem Renal
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal
menyaring darah yang volumenya meningkat
(sampai 30-50% atau lebih), yang puncaknya terjadi
pada usia kehamilan 16- 24 minggu sampai sesaat
sebelum persalinan, pada saat ini aliran darah ke
ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang
membesar.14
d) Perubahan Kardiovaskuler
Untuk mengatasi pertambahan volume darah dan
kebutuhan oksigen yang meningkat, curah jantung
meningkat sebesar 30-50% pada kehamilan,
meningkat dari 5 l/menit pada kehamilan 8 minggu
menjadi 6,5 l/menit pada kehamilan minggu ke 25.
Peningkatan curah jantung disebabkan oleh
peningkatan isi sekuncup yang diimbangi dengan
penurunan tahanan perifer, dan frekuensi denyut
jantung meningkat kira-kira 15%. Oleh karena itu,
tekanan darah wanita hamil hanya sedikit berubah
pada kehamilan 30 minggu pertama, jika tidak
terjadi hipertensi yang diinduksi kehamilan.
Sedangkan setelah minggu ke 30 cenderung terjadi
peningkatan tekanan darah. 14

e) Perubahan Metabolik
Laju metabolisme meningkat sekitar 15% mendekati
masa akhir dari kehamilan. Wanita hamil sering
mengalami sensasi rasa panas yang berlebih
diakibatkan oleh hasil dari peningkatan laju
metabolisme basal. Disamping itu, adanya
penambahan beban pada ibu hamil menyebabkan
pengeluaran energi untuk aktivitas otot lebih besar
dari biasanya.14
f) Perubahan Hematologi
a. Perubahan osmoregulasi dan sistem renin
angiotensin di awal masa kehamilan
menyebabkan peningkatan volume darah
maternal. Volume sel darah merah biasanya
hanya meningkat sampai 45%, tetapi pada masa
kehamilan hanya meningkat sekita 30%.
Perubahan yang terjadi menyebabkan anemia
fisiologis dalam kehamilan. Kompensasi yang
dilakukan dengan cara meningkatkan curah
jantung, peningkatan PaO2, dan pergeseran ke
kanan dari kurva disosiasi oksihemoglobin untuk
menghindari terjadinya gangguan pada transport
oksigen. Pada masa kehamilan terjadi keadaan
hiperkoagulasi yang memberikan keuntungan
dalam meminimalisir terjadinya kehilangan darah
saat proses persalinan14

C. SINDROM OVARIUM POLIKISTIK (PCOS)


1. Definisi
Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah patologi
endokrin yang paling umum di wanita usia reproduksi di
seluruh dunia. Stein dan Leventhal awalnya
menggambarkannya pada tahun 1935. Prevalensi
berkisar antara 5% sampai 15% tergantung pada
kriteria diagnostik yang diterapkan. Itu sangat luas
diterima di antara pedoman masyarakat khusus bahwa
diagnosis PCOS harus didasarkan pada adanya
setidaknya dua dari tiga kriteria berikut: anovulasi
kronis, hiperandrogenisme (klinis atau biologis), dan
ovarium polikistik. Ini adalah diagnosis eksklusi dan
gangguan itu Gambaran klinis meniru PCOS harus
disingkirkan. Ini termasuk penyakit tiroid,
hiperprolaktinemia, dan hiperplasia adrenal kongenital
non klasik. Pasien tertentu mungkin perlu pemeriksaan
yang lebih ekstensif jika gambaran klinis menunjukkan
penyebab lain.15
Meskipun prevalensinya tinggi, PCOS kurang
terdiagnosis dan sering membutuhkan lebih dari satu
kunjungan atau dokter yang berbeda untuk
diidentifikasi, dan ini biasanya terjadi dalam jangka
waktu lebih dari satu tahun. Ini adalah proses yang
sangat membuat frustrasi pasien. Keterlambatan
diagnosis dapat menyebabkan perkembangan penyakit
komorbiditas membuat lebih sulit untuk menerapkan
intervensi gaya hidup, yang penting untuk peningkatan
fitur PCOS dan kualitas hidup.15
Beberapa morbiditas dikaitkan dengan PCOS
termasuk infertilitas, sindrom metabolik, obesitas,
gangguan toleransi glukosa, diabetes mellitus tipe 2
(DM-2), risiko kardiovaskular, depresi, obstructive sleep
apnea (OSA), kanker endometrium, dan penyakit hati
berlemak non-alkohol / steatohepatitis non alkohol
(NAFLD / NASH). Ada penyaringan yang berbeda
rekomendasi untuk masing-masing patologi ini, tetapi
dokter harus memiliki ambang batas yang rendah
pemeriksaan jika manifestasi apa pun ditunjukkan pada
pasien PCOS.15

2. Etiology
PCOS adalah penyakit multifaktorial. Beberapa
gen yang rentan telah diidentifikasi sebagai kontributor
untuk patofisiologi penyakit. Gen ini terlibat dalam
berbagai tingkatan steroidogenesis dan jalur
androgenik. Studi kembar memperkirakan sekitar 70%
heritabilitas. Juga, lingkungan merupakan komponen
fundamental dalam ekspresi gen ini dan perkembangan
dan perkembangan penyakit.15
Dua hipotesis populer mendalilkan bahwa individu
dengan kecenderungan genetik terpapar faktor
lingkungan tertentu menyebabkan ekspresi fitur PCOS.
Paling umum faktor lingkungan termasuk obesitas dan
resistensi insulin. Beberapa hipotesis juga
memasukkan janin paparan androgen.15

3. Epidemiology
PCOS adalah patologi endokrin yang paling umum
pada wanita usia subur di sekitar dunia. Prevalensinya
berkisar antara 5% sampai 15% tergantung pada
kriteria diagnostik. Rotterdam kriteria mencakup
prevalensi yang lebih luas daripada Kriteria National
Institute of Health 1990. Berdasarkan Laporan
lokakarya NIH 2012, diperkirakan PCOS
mempengaruhi sekitar 5 juta usia reproduksi wanita di
Amerika Serikat, dan biaya sistem perawatan
kesehatan untuk mendiagnosis dan merawat PCOS
diperkirakan $ 4 miliar per tahun tidak termasuk biaya
penyakit penyerta yang serius terkait dengan PCOS. 15
Berbagai kondisi telah dikaitkan dengan PCOS
termasuk infertilitas, sindrom metabolik, obesitas,
gangguan toleransi glukosa, DM-2, risiko
kardiovaskular, depresi, OSA, endometrium kanker,
NAFLD / NASH. Prevalensi yang lebih tinggi telah
dikaitkan pada kerabat tingkat pertama dengan PCOS,
obesitas prapubertas, kelainan virilisasi kongenital, di
atas rata-rata atau berat lahir rendah untuk usia
kehamilan, adrenarke prematur, penggunaan asam
valproik sebagai obat antiepilepsi. Studi memiliki juga
menunjukkan bahwa ada prevalensi yang lebih tinggi di
Meksiko-Amerika dibandingkan kulit putih non-Hispanik
dan Afrika Amerika.15

4. Patophysiology
PCOS adalah keadaan hiperandrogenik dengan
oligo-anovulasi yang tidak dapat dijelaskan oleh orang
lain kekacauan. Ini adalah diagnosis eksklusi. Namun
demikian, itu menyumbang mayoritas presentasi
hiperandrogenik. Hampir semua penyebab PCOS
disebabkan oleh hiperandrogenisme ovarium fungsional
(FOH). Dua pertiga dari Presentasi PCOS memiliki
hiperandrogenisme ovarium fungsional yang khas,
ditandai dengan disregulasi sekresi androgen dengan
respon berlebihan 17-hidroksiprogesteron (17-OHP)
untuk stimulasi gonadotropin. 15
Sisa PCOS dengan FOH atipikal kurangnya
respons berlebih 17-OHP, tetapi peningkatan
testosteron dapat mendeteksinya setelah penekanan
androgen adrenal produksi. Sekitar 3% pasien PCOS
memiliki adrenal fungsional terisolasi terkait
hiperandrogenisme. Kasus PCOS lainnya ringan. Ini
kekurangan bukti sekresi steroid kelainan; kebanyakan
dari pasien ini mengalami obesitas, yang menurut dalil
praktisi merupakan penyebabnya PCOS atipikal.
Pengujian khusus untuk subpopulasi FOH memiliki
kegunaan klinis yang rendah pada saat ini. PCOS
hiperandrogenisme ovarium fungsional muncul dengan
ciri-ciri utama: hiperandrogenisme, anovulasi oligo, dan
morfologi ovarium polikistik. Hiperandrogenisme
ovarium fungsional bersifat multifaktorial, dengan
kombinasi faktor herediter dan lingkungan.15
Penyebab disregulasi ini termasuk kelebihan
insulin, yang diketahui membuat ovarium peka
luteinizing hormone (LH), dengan mengganggu proses
desensitisasi homolog ke LH dalam siklus ovulasi
normal, serta ketidakseimbangan intrinsik antara sistem
regulasi intraovarian. Sel teka di PCOS memiliki
ekspresi berlebih dari sebagian besar enzim
steroidogenik dan protein yang terlibat dalam sintesis
androgen, yang menunjukkan kelainan yang menonjol
pada tingkat dan aktivitas enzim steroidogenik
termasuk P450c17, yang telah sangat teridentifikasi.
Sel granulosa luteinisasi sebelum waktunya terutama
akibat kelebihan androgen dan insulin.15
Kelebihan androgen meningkatkan perekrutan
awal folikel primordial ke dalam kelompok
pertumbuhan. Bersamaan dengan itu, ia memulai
luteinisasi dini, yang mengganggu pemilihan yang
dominan kantong. Hal ini menyebabkan perubahan
histopatologi dan anatomi PCOS klasik merupakan
PCOM. PCOS disebabkan oleh peningkatan LH tetapi
bukan disebabkan olehnya. Kelebihan LH adalah umum
dan diperlukan untuk ekspresi enzim steroidogenik
gonad dan hormon seks sekresi, tetapi lebih kecil
kemungkinannya menjadi penyebab utama kelebihan
androgen ovarium karena LH menyebabkan
desensitisasi sel teka.15
Sekitar setengah dari pasien dengan
hiperandrogenisme ovarium fungsional memiliki derajat
abnormal hiperinsulinisme resisten insulin, yang bekerja
pada sel teka meningkatkan steroidogenesis dan
sebelum waktunya meluteinisasi sel-sel granulosa dan
menstimulasi penumpukan lemak. Hiperandrogenemia
memprovokasi kelebihan LH, yang kemudian bekerja
pada siklus penopang teka dan granulosa yang
diluteinisasi.15
Disregulasi hormon ovarium mengubah pulsatile
gonadotropin-releasing hormone (GnRH) pelepasan
dapat menyebabkan peningkatan relatif dalam LH
versus hormon perangsang folikel (FSH) biosintesis
dan sekresi. LH merangsang produksi androgen
ovarium, sedangkan indung telur relatif penurunan FSH
mencegah stimulasi aktivitas aromatase yang adekuat
di dalam sel granulosa, dengan demikian menurunkan
konversi androgen menjadi estrogen estradiol yang
poten. Ini menjadi penilaian diri pola hormonal non-
siklik.15
Androgen serum yang meningkat diubah di perifer
menjadi estrogen, kebanyakan estron. Sebagai
konversi terjadi terutama di sel-sel stroma jaringan
adiposa, produksi estrogen akan ditambah pada pasien
PCOS obesitas. Hasil konversi ini dalam umpan balik
kronis di hipotalamus dan kelenjar pituitari, berbeda
dengan fluktuasi normal umpan balik yang diamati pada
adanya folikel yang tumbuh dan tingkat estradiol yang
berubah dengan cepat. Estrogen tanpa lawan stimulasi
endometrium dapat menyebabkan hiperplasia
endometrium.15

5. Gejala Klinik
PCOS adalah sindroma yang sangat beragam
dalam hal gejala klinik maupun manifestasi
laboratorium. Sementara dasar dari kelainan ini terletak
pada ovarium, ekspresi klinik dan beratnya gejala
tergantung pada faktor diluar ovarium seperti obesitas,
resisten terhadap insulin dan konsentrasi luteinizing
hormone (LH). Kombinasi dari berbagai gejala dapat
dijumpai, dari hirsutism yang ringan dengan ovulasi
yang regular dan ovarium polikistik sampai dengan
gejala yang lengkap dari sindroma Stein-Leventhal
yaitu amenorrhoea, hirsutism, acne, infertility dan
obesitas. Demikian juga dengan terjadi pada hasil
laboratorium biokimia. Hampir 50% dari kasus akan
didapatkan peningkatan konsentrasi LH (terutama pada
yang berat badan normal), dan hanya lebih kurang 30%
yang didapatkan peningkatan total testosterone pada
pemeriksaan sesaat.15

6. Diagnosis

Manifestasi klinis PCOS bervariasi dari gangguan


menstruasi ringan hingga gangguan fungsi reproduksi

dan metabolisme. Wanita PCOS memiliki


kecenderungan diabetes melitus tipe 2 atau kelainan

kardiovaskular. National Institutes of Health (NIH)


dalam 1990 menetapkan kriteria diagnosis PCOS.
Rotterdam European Society for Human
Reproduction/American Society of Reproductive
Medicine (ASRM) melakukan revisi kriteria diagnosis

tersebut di tahun 2003. Diagnosis PCOS harus


memenuhi 2 dari 3 kriteria. Pada tahun 2006,
Androgen.15
Excess Society (AES) menyarankan bahwa kriteria
NICHD/ NIHS dapat digunakan dengan modifikasi

mencakup kriteria Rotterdam (Tabel 1). AES


mendefinisikan PCOS sebagai gangguan yang
terutama melibatkan kelebihan androgen, bersama
berbagai kombinasi fitur fenotipik (seperti
hiperandrogenemia, hirsutisme, oligo-ovulasi/
anovulasi, dan/ atau ovarium polikistik) yang dapat

mendiagnosis lebih akurat. 15


7. Pengobatan Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)
Pengobatan bagi tiap penderita PCOS berbeda-beda,
tergantung pada gejala yang dialaminya, seperti
kemandulan, hirsutisme, atau jerawat parah. Secara
umum, PCOS dapat ditangani dengan beberapa cara
berikut ini:
a) Perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup seperti, olahraga dan diet
rendah kalori untuk menurunkan berat badan. Hal
ini karena gejala sindrom ovarium polikistik akan
mereda seiring penurunan berat badan penderita.
Olahraga juga berguna untuk meningkatkan
efektivitas obat dan membantu meningkatkan
kesuburan penderita PCOS.15
b) Obat-obatan
1) Kontrasepsi Hormon
Pengobatan lini pertama untuk kelainan
menstruasi dan hirsutisme dan jerawat adalah
kontrasepsi hormonal, baik kontrasepsi oral,
tempelan atau cincin vagina. The Endocrine
Society tidak menyukai presentasi apa pun
daripada yang lain. Komponen progestin
menurunkan kadar LH secara tidak langsung
menurunkan produksi androgen ovarium dan
dengan meningkatkan globulin pengikat
hormon seks. Selain itu, beberapa progestin
telah terbukti memiliki sifat antiandrogenik
langsung sebagai penghambat langsung
aktivitas 5 alfa-reduktase untuk mencegah
konversi testosteron bebas ke bentuk yang
lebih kuat, 5 alfa-dihidrotestosteron, untuk ini
mereka sangat efektif untuk gejala
hiperandrogenisme seperti serta mengontrol
siklus haid.15

2) Pengobatan Infertilitas
Terapi lini pertama untuk infertilitas pada pasien
PCOS adalah klomifen sitrat. Ini adalah
modulator reseptor estrogen selektif (SERM),
penghambat kompetitif reseptor estrogen (ERs)
dan memiliki aktivitas agonis dan antagonis
campuran. Clomiphene meningkatkan
kesuburan dan ovulasi terutama dengan
efeknya pada hipotalamus di mana ia mengikat
reseptor estrogen untuk waktu yang lama dan
menghabiskannya, menghalangi efek
penghambatan umpan balik negatif dari
estrogen endogen yang bersirkulasi. Hal ini
menyebabkan pelepasan hormon pelepas
gonadotropin hipotalamus (GnRH) yang
mendorong sekresi FSH dan LH dan secara
tidak langsung merangsang ovulasi.15
3) Metformin
Masyarakat Endokrin merekomendasikan
memulai metformin pada pasien PCOS dengan
DM2 atau IGT yang gagal dalam modifikasi
gaya hidup. Ini mengurangi perkembangan dari
IGT ke DM2.Metformin juga merupakan terapi
lini kedua untuk ketidakteraturan menstruasi
pada pasien dengan kontraindikasi kontrasepsi
hormonal. Ini umumnya digunakan pada remaja
sebagai monoterapi, dan membantu
memulihkan menstruasi normal, penurunan
berat badan, dan resistensi insulin, dan
meskipun tidak digunakan terutama untuk
mengobati hiperandrogenisme klinis, ini dapat
memperbaiki gejala kelebihan androgen.15

8. Komplikasi Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)


PCOS yang tidak ditangani dapat membuat
penderitanya berisiko mengalami  komplikasi berikut
ini:15
a) Gangguan tidur
b) Gangguan makan
c) Gangguan kecemasan dan depresi
d) Kemandulan
e) Keguguran atau kelahiran bayi prematur
f) Hipertensi saat hamil
g) Diabetes dan diabetes gestasional
h) Hepatitis
i) Sindrom metabolik
j) Kanker endometrium

9. Pencegahan Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)


PCOS sulit dicegah, tetapi dengan menjaga berat
badan ideal, gejala dan risiko komplikasinya dapat
dikurangi. Berikut adalah cara yang bisa dilakukan
untuk menjaga berat badan ideal:15
a) Batasi konsumsi makanan manis
b) Perbanyak konsumsi serat
c) Olahraga secara teratur

7. Bagaimana penatalaksanaan terkait scenario?


Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari
amenore sekunder yang dialami dan memerlukan pendekatan
yang baik untuk mengetahui penyebab dari amenore
sekunder. Biasanya pengobatan untuk amenore sekunder
pada remaja ditentukan berdasarkan:

 Usia remaja, kondisi kesehatan secara menyeluruh, dan


riwayat penyakit
 Keparahan kondisi
 Penyebab amenore (primer atau sekunder)
 Teloransi terhadap obat, prosedur pengobatan atau terapi
tertentu
Jika amenore disebabkan oleh factor gaya hidup, dapat
direkomendasikan perubahan gaya hidup seperti:
 Modifikasi diet untuk membantu penderita menambah atau
menurunkan berat badan dengan tujuan mencapai dan
mempertahankan berat badan yang ideal. Diet ini dapat
membantu dalam menyeimbangkan kadar hormone dan
memulihkan siklus menstruasi Kembali normal.
 Mengurangi factor stress dalam kehidupan
remaja. Penyedia layanan kesehatan dapat
merekomendasikan tips mengurangi stres atau berbicara
dengan terapis profesional.
 Beraktivitas fisik seperti olahraga
Jika amenore tidak dapat diobati dengan mengubah gaya
hidup, maka dapat direkomendasikan untuk pengobatan
hormonal untuk mengatur siklus menstruasi.16

8. Bagaimana perspektif islam berdasarkan scenario?


QS. Al- Baqarah (2) : 222
Artinya: "Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad)
tentang haid. Katakanlah, Itu adalah sesuatu yang kotor.
Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu
dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah
suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai
orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri."
DAFTAR PUSTAKA

1. Sinaga Ernawati dkk. 2017. Manajemen Kesehatan


Menstruasi. Jakarta. Universitas Nasional. IWWASH. Global
One.Halaman 58-72.
2. Suparman E. 2016. Amenorea sekunder tinjauan dan
diagnosis :Universitas Sam Ratulangi. Manado. Hal 145-148
3. Villasari A. Buku Patofisiologi Menstruasi. Vol 1.; 2021.
4. SURVEILANS RABIES DI PROVINSI BALI NTB,
VETERINER B, VE IKHDKM. 済無 No Title No Title No Title.
Published online 2014:7-22.
5. Atikasari E, Sulistyorini L. Pengendalian Vektor Nyamuk
Aedes Aegypti Di Rumah Sakit Kota Surabaya. Indones J
Public Heal. 2019;13(1):73. doi:10.20473/ijph.v13i1.2018.73-
84
6. Suparman E, Suparman E. Amenorea Sekunder: Tinjauan
dan Diagnosis. J Biomedik. 2017;9(3).
doi:10.35790/jbm.9.3.2017.17335
7. Bagian Osatetri & Ginekologi FK. Unpad.1993.
Ginekologi.Elstar. Bandung
8. Suparman E. 2016. Amenorea sekunder tinjauan dan
diagnosis Universitas Sam Ratulangi .Manado.hal 145-148
9. Tono D. 2012. Peranan Progesterone dalamKehamilan.
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD.
10. Suwito Tjondro Hudono. Pemeriksaan Ginekologi dalam
Sarwono Prawirohardjo. Ed.Ilmu Kandungan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka, 2011
11. Suparman, Erna., Suparman, Eddy. 2017. Amenore
Sekunder: Tinjauan dan Diagnosis. Manado. Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
12. Elsevier Point of Care. 2021. Amenorrhea. Copyright Elsevier
BV. All rights reserved.
13. Lord,Megan., Sahni, Manjusha. 2021. Secondary
Amenorrhea. VA Tech Carillon School of Medicine.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431055/
14. Suparman E. 2016. Amenorea sekunder tinjauan dan
diagnosis :Universitas Sam Ratulangi. Manado. Hal 145-148
15. Rasquin Leon LI, Mayrin JV. Polycystic Ovarian Disease.
[Updated 2020 Jul 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459251/?
log$=activity
16. McLoughlin, M., Shah, D. R., Vogiatzi, G. M. (2015).
Amenorrhea. Children’s Hospital of Philadelphia
17. Britannica, E. (2013). Gambar 2.1 Anatomi Uterus Posisi uterus normal
memiliki sudut di bagian ventral terhadap vagina dan Corpus uteri
melekuk ke anterior Portio vaginalis cervicis atau disebut 5. 5–27.
18. Suparman, E., & Suparman, E. (2017). Amenorea Sekunder: Tinjauan
dan Diagnosis. Jurnal Biomedik (Jbm), 9(3).
https://doi.org/10.35790/jbm.9.3.2017.17335
19. SURVEILANS RABIES DI PROVINSI BALI NTB, VETERINER B, VE
IKHDKM. 済無 No Title No Title No Title. Published online 2014:7-22.
20. Sinaga Ernawati dkk. 2017. Manajemen Kesehatan
Menstruasi. Jakarta. Universitas Nasional. IWWASH. Global
One.Halaman 58-72.
21. suparman E. 2016. Amenorea sekunder tinjauan dan
diagnosis :Universitas Sam Ratulangi. Manado. Hal 145-148

Anda mungkin juga menyukai