Dosen Pembimbing :
dr. A. Husni Esa Darussalam, Sp.A
Disusun Oleh :
Kelompok 5A
KATA SULIT
Menarche : Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa
terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal
remaja ditengah masa pubertas sebelum memasuki masa
reproduksi.
KALIMAT KUNCI
Penanganan:
1. Tidak perlu terapi jika siklus ovulatoar
A. Amenorea
Amenorea adalah keadaan dimana menstruasi
berhenti atau tidak terjadi pada masa subur atau pada
saat yang seharusnya menstruasi terjadi secara teratur.
Hal ini tentu saja tidak termasuk berhenti menstruasi
pada wanita yang sedang hamil, menyusui atau
menopause. Amenorea dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu amenorea primer dan amenorea
sekunder. Amenorea primer adalah istilah yang
digunakan untuk perempuan yang terlambat mulai
menstruasi. Sebagaimana yang sudah disampaikan
pada Bab II, biasanya seorang perempuan akan
mengalami menstruasi pertama sekitar usia 10 tahun
hingga 16 tahun. Jika usianya sudah menginjak 16
tahun dan belum menstruasi, maka ini yang disebuta
menorea primer. Hal ini perlu diwaspadai dan mendapat
perhatian. Seseorang terlambat mulai menstruasi dapat
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain kelainan
hormonal, gangguan kesehatan fisik atau masalah
tekanan jiwa dan emosi. Amenorea sekunder adalah
berhenti menstruasi, paling tidak selama 3 bulan
berturut turut, padahal sebelumnya sudah pernah
mengalami menstruasi. Amenore sekunder dapat
disebabkan oleh rendahnya hormone pelepas
gonadotropin (GoRH = Gonadotropine Releasing
Hormone), yaitu hormon yang diproduksi oleh
hipotalamus (salah satu bagian dari otak), yang salah
satu fungsinya adalah mengatur siklus menstruasi. Di
samping itu, kondisi stres, anoreksia, penurunan berat
badan yang ekstrim, gangguan tiroid, olahraga berat, pil
KB, dan kista ovarium, juga dapat menyebabkan
amenorea. 2
Penyebab:
B. Polimenorea
Penyebab:
5. Obesitas
9. Obesitas
C. Oligomenorea
Oligomenore dapat disebabkan oleh kadar hormone
wanita & hormone pria yang tidak sesuai. Hormon pria
diproduksi dalam jumlah yang kecil oleh setiap wanita,
tetapi pada wanita yang mengalami PCOS (polycystic
ovary syndrome), kadar hormone pria tersebut
(androgen) lebih tinggi dibandingkan pada wanita lain.
Pada atlet wanita, model, aktris, penari ataupun yang
mengalami anorexia nervosa, oligomenore terjadi
karena rasio antara lemak tubuh dengan berat badan
turun sangat jauh. Gejalanya, Periode siklus menstruasi
yang lebih dari 35 hari sekali, dimana hanya didapatkan
4-9 periode dalam 1 tahun. Bila kadar estrogen yang
menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami
osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Wanita
tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami
kanker uterus. 1
Penyebab :
Ga
mbar 2. Patomekanisme
(Hipotalamus, hipofisis, dan ovarium membentuk axis endokrin
fungsional, yang dikenal sebagai axis HPO, dengan regulasi
hormonal dan reaksi umpan balik.)
b) Riwayat haid
Perlu diketahui riwayat menarche, siklus haidd teratur
atau tidak, banyaknya darah yang keluar, lamanya haid,
disertai rasa nyeri atau tidak, dan menopause. Perlu
ditanyakan haid terakhir yang masih normal.10
Riwayat haid terakhir 2 november 2021. Riwayat
menarche di usia 12 tahun.
c) Riwayat penyakit umum
Apakah penderita pernah menderita penyakit berat,
TBC, jantung, kelainan ginjal, kelainan darah, diabetus
melitus dan kelainan jiwa. Riwayat operasi
non ginekologik seperti strumektomi, mammektomi,
appendektomi, dan lain-lain.10
Riwayat penyakit umum tidak dijelaskan dalam
skenario
d) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyak apakah dari keluarga ada yang
memiliki penyakit berat atau kronis.10
Riwayat peny. Keluarga tidak dijelaskan dalam
skenario
e) Riwayat keluarga berencana
Riwayat pemakaian alat kontrasepsi apakah pasien
sebelumnya pernah menggunakan kontrasepsi alami
dengan atau tanpa alat, hormonal, non hormonal
maupun kontrasepsi mantap.10
Riwayat KB tidak dijelaskan dalam scenario
f) Riwayat obstetric
Perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya, apakah
pernah mengalami keguguran, partus secara
spontan normal atau partus dengan tindakan, dan
bagaimana keadaan anaknya. Adakah infeksi nifas dan
riwayat kuretase yang dapat menjadi sumber
infeksi panggul dan kemandulan.10
Riwayat obstertic tidak dijelaskan dalam skenario
g) Riwayat ginekologik
Riwayat penyakit/ kelainan ginekologik dan
pengobatannya, khususnya operasi yang pernah
dialami.10
Riwayat ginekologik tidak dijelaskan dalam scenario
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan lanjutan dari
anamnesis. Pemeriksaan ini meliputi:
a) Pemeriksaan tanda vital
Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90
mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30
mmHg atau lebih diatas normal, dan/atau diastolic 15
mmHg atau lebih diatas normal, kelainan ini dapat
berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia kalau tidak
ditangani dengan tepat. Nadi yang normal adalah
80/menit. Bila nadi lebih dari 120/ menit, maka hal ini
menujukkan adanya kelainan. Sesak nafas ditandai
dengan frekwensi pernafasan yang meningkat dan
kesulitan bernafas serta rasa lelah. Bila hal ini timbul
setelah melakukan kerja fisik (berjalan, tugas sehari-
hari), maka kemungkinan terdapat penyakit jantung.
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,50c dikatakan
demam, berarti ada infeksi dalam kehamilan. Hal ini
merupakan penambahan beban bagi ibu dan harus
dicari penyebabnya.10
b) Berat badan, Lingkar Lengan Atas (LLA) dan tinggi
badan.
Berat ibu semasa hamil harus bertambah rata-rata 0,3-
0,5 Kg per minggu. Bila dikaitkan dengan umur
kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda ±
1 Kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-
masing bertambah 5 Kg. Pada akhir kehamilan berat
badan meningkat, maka perlu difikirkan adanya resiko
(bengkak, kehamilan kembar, anak besar). Tekanan
darah, nadi, frekuensi pernafasan dan suhu tubuh. 10
c) Pemeriksaan pembesaran kelenjar tiroid atau
manifestasi hipotiroid/hipertiroid
d) Melihat apakah ada pembesaran uterus
(tampak disertai pembesaran perut) dengan cara
mempalpasi.
e) Memastikan apakah ada perubahan serviks uteri
(Chadwick/Hegar sign)
f) Melihat apakah terdapat perubahan payudara
g) Pemeriksaan ginekologik
umumnya dapat diketahui adanya berbagai ginatresi,
adanya aplasia vagina, keadaan klitoris, aplasia uteri,
adanya tumor ovarium.10
Berdasarkan skenario, tidak ditemukan adanya
pemeriksaan fisik yang khusus.
C. Pemeriksaan penunjang:
a) Test Pack
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan
kadar HCG dalam urine dengan prinsip “Urine yang
diserap kemudian bermigrasi melalui membran sampai
mencapai jendela pembacaan akhir pemeriksaan
(dalam waktu sekitar 3 menit). Ketika urine bergerak
melalui membrane, urine menggerakkan kompleks
kolloid-anti alfa hCG antibody. Urine dan antibody
kompleks kolloid bergerak melalui daerah dimana
terdapat ikatan anti-beta hCG antibody dan kemudian
menuju akhir dari membrane.
b) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan pada
semua perempuan yang mengalami menoragia.
Pemeriksaan ini harus dilakukan paralel dengan
pengobatan menoragia yang diberikan. Pemeriksaan
gangguan koagulasi harus dipertimbangkan pada
perempuan dengan menoragia sejak menarche dan
memiliki riwayat pribadi atau keluarga dengan
gangguan koagulasi. Pemeriksaan serum feritin tidak
harus dilakukan secara rutin pada perempuan dengan
pendarahan uterus abnormal. Pemeriksaan hormon
tiroid seharusnya hanya dilakukan bila terdapat tanda
dan gejala penyakit tiroid.10
c) USG
USG panggul, baik abdomen (suprapubik) dan
transvaginal, direkomendasikan sebagai prosedur lini
pertama diagnosis etiologi AUB. Doppler ultrasonografi
memberikan informasi tambahan yang berguna untuk
mengetahui kelainan endometrium dan miometrium .
Histeroskopi atau histerosonografi dapat digunakan
sebagai prosedur lini kedua apabila pemeriksaan USG
menunjukkan adanya kelainan intrauterin atau jika
perawatan medis gagal setelah 3-6 bulan. Pada pasien
dengan faktor risiko kanker endometrium harus
kombinasikan dengan biopsi terarah.10
Berdasarkan skenario, tidak ditemukan adanya
pemeriksaan penunjang yang khusus.
2. Gangguan Hipofisis
Sindrom Sheehan
Sindrom yang ditandai dengan amenore
postpartum dan disertai banyak perdarahan atau
syok. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis
karena spasme atau trombosis arteriola-arteriola
pada pars anterior hipofisis. Pada masa
kehamilan terdapat vaskularisasi yang lebih
banyak pada pars posterior, sehingga jika terjadi
spasme atau trombosis pembuluh darah; yang
mengalami akibat berupa nekrosis ialah
terutama pars anterior.12
Tumor-tumor hipofisis
Diantara sebab-sebab amenorea, tumor hipofisis
merupakan sebab yang jarang dijumpai.
Sebaliknya, pada penderita dengan tumor
hipofisis adanya amenorea merupakan gejala
yang sering terdapat. Gejala-gejala lain ialah
sakit kepala dan gangguan penglihatan visus
perifer. Biasanya tumor sudah lama ada
sebelum gejala-gejala timbul. Kecurigaan
adanya tumor hipofisis timbul apabila seorang
wanita dengan amenorea mengeluh tentang
sakit kepala dan gangguan penglihatan. 12
3. Sindrom Asherman
Sindrom terjadi karena destruksi endometrium
serta tumbuhnya sinekia (perlekatan) pada dinding
kavum uteri sebagai akibat kerokan yang
berlebihan, biasanya pada abortus atau postpartum.
Walaupun jarang, endometritis akuta yang berat
dapat pula menimbulkan sindrom tersebut.
Penderita menderita amenore sekunder. Diagnosis
dapat dipastikan dengan histerogram.13
3. Epidemiologi
Pervalensi amenorea sekunder sekitar 3-4%
wanita usia reproduktif, Diperkirakan amenore yang
tidak disebabkan karena kondisi fisiologis memiliki
prevalensi 3%-4%. Jika menarke tidak terjadi hingga
usia 16 tahun maka didiagnosis sebagai amenorea
primer. Di Amerika, prevalensi amenorea primer sekitar
1-2%. Penyebab amenorea primer seperti kelainan
kongenital, gangguan hormonal, kelainan kromosom,
gangguan hipotalamus-hipofisis, dan variasi penyebab
amenorea sekunder yang muncul sebelum menarke.
Sedangkan insiden amenore sekunder bervariasi, dari
3% pada populasi umum hingga 100% dibawah kondisi
kegiatan fisik yang berat atau faktor stres emosional.
Penyebab tersering amenorea sekunder adalah
kehamilan. Penyebab yang lain seperti kelainan
anatomi, disfungsi ovarium, prolaktinoma dan
hiperprolaktinemia, dan gangguan hipotalamus atau
sistem saraf pusat.6
Menurut data dari Riset Kesehasatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010, sebagian besar (68%)
perempuan di Indonesia berusia 10-59 tahun
melaporkan menstruasi teratur dan (13,7%) mengalami
masalah siklus menstruasi yang tidak teratur.
prevalensi amenore primer sebanyak 5,3%, amenore
sekunder 18,4%.6
4. Patomekanisme
Ada banyak penyebab potensial dari amenore
sekunder. Penyebab hormonal termasuk kehamilan,
laktasi, disfungsi tiroid, hiperprolaktinemia,
hiperandrogenisme (termasuk sindrom ovarium
polikistik), hipogonadisme hipogonadotropik (disfungsi
hipotalamus-hipofisis), dan supresi endometrium oleh
kontrasepsi hormonal. Penyebab struktural termasuk
kerusakan endometrium (sindrom Asherman) dan
obstruksi saluran keluar (stenosis serviks).12
5. Diagnosis
1) Anamnesis
Dugaan amenore sekunder jika salah satu dari
yang berikut ini benar: Tidak haid selama 3 bulan
atau lebih jika sebelumnya teratur, atau 6 bulan
atau lebih jika sebelumnya tidak teratur, Kurang
dari 9 siklus menstruasi per tahun pada wanita
dengan oligomenore.11
2) Pemeriksaan fisik
Ukur tinggi, berat, dan BMI
Hasil yang lebih rendah dari rentang referensi
dapat menunjukkan keterlambatan
konstitusional pubertas atau sindrom Turner 1
(Terkait: Sindrom Turner)
Peningkatan BMI dapat dikaitkan dengan
sindrom ovarium polikistik
BMI rendah dapat dikaitkan dengan amenore
hipotalamus fungsional
Evaluasi tanda-tanda klinis yang terkait dengan
penyebab spesifik yang mendasari
Gondok atau nodul tiroid menunjukkan
gangguan tiroid
Fitur dismorfik seperti leher berselaput, garis
rambut rendah, dan perawakan pendek
menunjukkan sindrom Turner
Sindrom Cushing
Hirsutisme (terutama rambut wajah), jerawat,
atau pola kebotakan pria dapat
mengindikasikan hiperandrogenisme, yang
disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik
(paling sering), tumor ovarium atau adrenal,
hiperplasia adrenal kongenital, atau sindrom
Cushing 1
Evaluasi karakteristik seksual sekunder (yaitu,
perkembangan payudara dan pertumbuhan
rambut kemaluan) dan tentukan tahap Tanner
Tahap Tanner yang tidak konsisten dengan
usia dapat mengindikasikan keterlambatan
konstitusional pubertas, sindrom Turner, atau
anomali gonad langka lainnya
Inspeksi genitalia eksterna dan lakukan
pemeriksaan panggul dan spekulum (jika tidak
ada obstruksi vagina)
Klitoromegali menunjukkan tumor yang
mensekresi androgen atau hiperplasia adrenal
kongenital
Tonjolan, massa kebiruan di pintu masuk ke
vagina menunjukkan selaput dara yang tidak
berlubang
Kantong vagina pendek dan buta menunjukkan
septum vagina melintang, agenesis mullerian,
atau sindrom insensitivitas androgen
Mukosa vagina yang tipis atau merah dapat
mengindikasikan kadar estrogen yang rendah
Leher rahim atau rahim yang tidak ada atau
abnormal menunjukkan agenesis mullerian atau
sindrom insensitivitas androgen
Jaringan parut serviks mungkin menunjukkan
sinekia intrauterin yang disebabkan oleh
operasi pada rahim (sindrom Asherman).11
6. Terapi
Amenorea sendiri tidak selalu memerlukan
terapi. Misalnya, seorang wanita berumur lebih dari 40
tahun dengan amenorea tanpa sebab yang
mengkhawatirkan tidak memerlukan pengobatan.
Penderita-penderita dalam kategori ini yang
memerlukan terapi ialah wanita-wanita muda yang
mengeluh tentang infertilitas, atau yang sangat
terganggu oleh tidak datangnya haid.12
Dalam rangka terapi umum dilakukan tindakan
memperbaiki keadaan kesehatan, termasuk perbaikan
gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan
tenang, dan sebagainya. Pengurangan berat badan
pada wanita dengan obesitas tidak jarang mempunyai
pengaruh baik terhadap amenore dan oligomenorea.
Pemberian tiroid tidak banyak gunanya, kecuali jika ada
hipotiroid.12
Pasien dengan kelainan kongenital dapat diobati
dengan operasi dengan prosedur plastik untuk
menyediakan tempat aliran darah menstruasi pada
pasien dengan uterus yang fungsional atau membuat
sebuah vagina yang fungsional. Pasien yang uterus
dan payudaranya tidak ada maka dapat diobati dengan
pengganti estrogen untuk merangsang perkembangan
payudara dan mencegah osteoporosis. Pasien dengan
payudara yang berkembang tetapi tidak memiliki uterus
mungkin tidak memerlukan intervensi pengobatan.
Pasien dengan uterus tetapi tanpa perkembangan
payudara dan dengan hipergonadotrop hipogonadisme
sering disertai kegagalan ovarium yang irreversibel
memerlukan terapi pengganti estrogen. Pasien dengan
hipogonadotrop hipogonadisme memerlukan
pengobatan seperti pasien dengan amenorea
sekunder.13
Pasien dengan hipotiroidisme diobati dengan
pengganti hormon tiroid. Makroadenoma hipofisis
diobati dengan operasi reseksi. Beberapa pasien
dengan makroadenoma dan kebanyakan
mikroadenoma diobati dengan bromokriptin, agonis
dopamin ini dapat meregresikan tumor dan
memperbaiki ovulasi.13
B. GRAVIDA
1. Definisi
Gravida adalah seorang ibu yang sedang hamil
(Prawirohardjo, 2002). Istilah medis untuk wanita hamil
adalah gravida, sedangkan manusia di dalam
kandungannya disebut embrio (minggu awal) kemudian
janin (sampai kelahiran) (Dorland, 2010) .Kehamilan
terjadi karena adanya dua pertemuan dan
persenyawaan antara sel ovum dan spermatozoa. 14
Lama kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, yaitu :
1. Trimester I : Usia kehamilan 0 – 12 minggu
2. Trimester II : Usia kehamilan 12 – 28 minggu
3. Trimester III : Usia kehamilan 28 – 40 minggu
2. Klasifikasi Gravida
Berdasarkan jumlahnya, kehamilan seorang wanita
dapat dibedakan menjadi:
a. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil
untuk pertama kalinya.
b. Multigravida adalah seorang wanita yang hamil dan
sebelumnya sudah pernah hamil sedikitnya dua
kali.14
3. Etiologi terjadinya primigravida muda
a. Umur
Orang tua menganggap bahwa perkawinan dalam
usia muda mempunyai suatu faktor pematangan.
Dibalik motivasi orang tua yang ingin sekali untuk
segera mengawinkan anak-anaknya adalah demi
melepaskan mereka dari tanggung jawab. Di daerah
pedesaaan atau pinggiran perkawinan pada usia
relatif muda masih sering dilakukan, para orang tua
merasa malu kalau anak gadisnya belum ada yang
melamar, sehingga banyak orang tua aktif
menjodohkan anak- anak mereka sebelum pantas
dikawinkan. Orang tua selalu mengharapkan
perkawinan anaknya segera membuahkan hasil,
dikaruniai anak sebagai bukti kesuburan anak
gadisnya dan kejantanan anak prianya.
Kebudayaan untuk menunda lahirnya anak pertama
pada usia yang lebih matang belum ada sehingga
pasangan itu akan dihadapkan pada masa subur
yang sangat panjang. Masyarakat pedesaan pada
umumnya lebih baik dan terhormat menjadi janda
muda dari pada perawan tua.14
b. Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas atau bebas melakukan apa saja,
termasuk hubungan intim. Dalam penelitian
Damayanti (2008) menyatakan berpacaran sebagai
proses perkembangan kepribadian seseorang
remaja karena ketertarikan lawan jenis. Namun
dalam perkembanganya budaya justru cenderung
tidak mau tahu terhadap gaya pacaran remaja,
akibatnya para remaja cenderung melakukan
hubungan seks pranikah. Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya pergaulan bebas
dikalangan remaja yaitu agama, iman, faktor
lingkungan seperti kurangnya pendidikan seks dari
orang tua dan keluarga, teman, tetangga dan
perkembangan iptek yang tidak didasari oleh mental
yang kuat, faktor pengetahuan yang minim di
tambah rasa ingin tahu yang berlebihan dan juga
faktor perubahan zaman. Kebebasan pergaulan
antar jenis kelamin pada remaja dengan mudah bisa
disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
di kota besar.14
c. Hormon
Perubahan kadar hormon pada usia yang masih
muda meningkatkan libido atau dorongan seksual
yang membutuhkan penyaluran aktifitas seksual. 14
d. Pubertas
Semakin cepatnya usia pubertas, sehingga anak usia
remaja tampilanya seperti anak dewasa.14
e. Menarche
Menstruasi yang lebih cepat dianggap sebagai tanda
bahwa seorang wanita sudah layak untuk hamil
namun itu adalah anggapan yang salah karena
dengan menstruasi yang lebih dini bukan berarti
seorang wanita sudah layak untuk hamil karena
proses pertumbuhan masih berlanjut.14
f. Pendidikan
Kesempatan belajar yang kurang dan putus sekolah
akan mendorong anak gadis menikah pada usia
muda. Menurut Azwar yang di kutip oleh sekar
ningrum bahwa pendidikan yang rendah atau tidak
melanjutkan sekolah bagi yang perempuan dapat
mendorong untuk segera menikah. Permasalahan
yang terjadi karena mereka tidak mengetahui seluk
beluk perkawinan sehingga cenderung untuk cepat
berkeluarga dan melahirkan anak. Suatu masyarakat
yang tingkat pendidikanya rendah akan cenderung
untuk mengawinkan anaknya dalam usia yang masih
muda.14
g. Adat
Adat dapat mendorong perkawinan wanita diusia
muda, karena jika terlambat menikah akan membuat
malu pada pihak keluarga.14
h. Agama
Dalam agama islam nikah itu disyariatkan, maka oleh
beberapa pemeluknya dianggap sesuatu yang harus
disegerakan agar terhindar dari hal-hal yang tidak di
inginkan.14
i. Pekerjaan
Umumnya pasangan yang menikah pada usia muda
belum cukup memiliki pengetahuan dan keterampilan
sehingga sukar mendapatkan pekerjaan dengan
penghasilan yang memadai, penghasilan yang
rendah akan berpengaruh di dalam kebutuhan dan
keutuhan rumah tangga.14
j. Orang Tua dan Ekonomi
Apabila anak gadis telah menikah berarti secara
ekonomis mengurangi beban orang tua. Dari segi lain
orang tua akan memperoleh bantuan ekonomi
apabila menantu pria berada atau mendapat tenaga
kerja untuk kegiatan lain seperti mengolah kebun
ataupun kegiatan lain yang menghasilkan. 14
k. Peran di Hari Depan
Ada anggapan suku tertentu, tidak adanya harapan
mengenai peran diri individu di hari depan kecuali
sebagai ibu rumah tangga, akan mendorong anak
wanita menikah pada usia muda. Ada yang
mengatakan kepada anak gadisnya: ”untuk apa
sekolah tinggi-tinggi, umur habis dan akhirnya
kembali ke dapur juga dan mengurus anak-anak”. 14
l. Undang-Undang
Undang-undang perkawinan dan peraturan
pelaksananya membolehkan wanita menikah pada
usia 16 tahun. Dari segi lain, makin mudah orang
bercerai dalam suatu masyarakat makin banyak
perkawinan muda dalam komunitas tersebut. 14
m. Perubahan Nilai
Pada daerah perkotaan, sebagai akibat dari
pengaruh modernisasi telah terjadi perubahan nilai
berupa makin longgarnya hubungan antara pria dan
wanita. Hubungan yang longgar ini dapat menjadi
penyabab terjadinya hubungan kelamin diluar
pernikahan, yang pada akhirnya karena pengaruh
keluarga ataupun masyarakat sekitarnya, yang
antara lain untuk mencegah rasa malu atau menutup
aib keluarga, mendorong terjadinya pernikahan dini. 14
5. Fisiologi Kehamilan
Selama masa kehamilan yang berlangsung sekitar 38 –
40 minggu dari konsepsi, janin memiliki plasenta yang
berfungsi sebagai sistem pernafasan, pencernaan dan
ginjal. Selain itu, plasenta juga berfungsi menyalurkan
nutrisi dari ibu ke janin:
a) Perubahan sistem respirasi
Adaptasi sistem respirasi bertujuan untuk
oksigenasi ibu ke janin dan memfasilitasi
perpindahan produk sisa CO2 dari janin ke ibu.
Selama masa kehamilan, konsumsi oksigen
meningkat 20-50% dan ventilasi meningkat secara
progresif hingga 50%. Terjadi penurunan pada
konsentrasi plasma bikarbonat yang merupakan
mekanisme kompensasi untuk menghindari
alkalosis respiratorik dan terjadi penurunan PaCO 2
sekitar 28-32 mmHg. Hiperventilasi juga dapat
meningkatkan PaCO2 secara perlahan. 14
Terjadi perubahan posisi pada diafragma
diakibatkan oleh pembesaran uterus dan umumnya
diikuti pembesaran dari diameter anteroposterior
dan transversal dari cavum thoraks sehingga posisi
diafragma terdorong ke atas. Pada kasus ini
kapasitas paru tidak mengalami perubahan karena
secara umum ditemukan peningkatan dari
inspiratory reserve volume. 14
Ruang abdomen yang membesar oleh karena
meningkatnya ruang rahim dan pembentukan
hormon progesteron menyebabkan paru-paru
berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita
hamil bernafas lebih cepat dan lebih dalam karena
memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan
untuk dirinya. 14
b) Perubahan Sistem Gastrointestinal
Selama masa kehamilan refluks gastroesofagus dan
esofagitis merupakan hal yang umum. Disposisi
abdomen ke arah atas dan anterior memicu
ketidakmampuan dari sfingter gastroesofagus. Mual
dan muntah pada ibu hamil mulanya terjadi karena
peningkatan kadar progesteron menurunkan tonus
dari sfingter gastroesofagus, dimana sekresi gastrin
dari plasenta menyebabkan hipersekresi asam
lambung 14
Pada trimester 2 dan 3 biasanya terjadi
konstipasi karena pengaruh hormon progesteron
yang meningkat. Selain itu, perut kembung juga
terjadi karena adanya tekanan uterus yang
membesar dalam rongga perut yang mendesak
organ-organ dalam perut khususnya saluran
pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral.
Wasir (hemoroid) cukup sering terjadi pada
kehamilan. Sebagian besar hal ini terjadi akibat
konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena di bawah
uterus termasuk vena henoroidal. Panas perut
terjadi karena terjadinya aliran balik asam gastrik ke
dalam esofagus bagian bawah.14
c) Perubahan Sistem Renal
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal
menyaring darah yang volumenya meningkat
(sampai 30-50% atau lebih), yang puncaknya terjadi
pada usia kehamilan 16- 24 minggu sampai sesaat
sebelum persalinan, pada saat ini aliran darah ke
ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang
membesar.14
d) Perubahan Kardiovaskuler
Untuk mengatasi pertambahan volume darah dan
kebutuhan oksigen yang meningkat, curah jantung
meningkat sebesar 30-50% pada kehamilan,
meningkat dari 5 l/menit pada kehamilan 8 minggu
menjadi 6,5 l/menit pada kehamilan minggu ke 25.
Peningkatan curah jantung disebabkan oleh
peningkatan isi sekuncup yang diimbangi dengan
penurunan tahanan perifer, dan frekuensi denyut
jantung meningkat kira-kira 15%. Oleh karena itu,
tekanan darah wanita hamil hanya sedikit berubah
pada kehamilan 30 minggu pertama, jika tidak
terjadi hipertensi yang diinduksi kehamilan.
Sedangkan setelah minggu ke 30 cenderung terjadi
peningkatan tekanan darah. 14
e) Perubahan Metabolik
Laju metabolisme meningkat sekitar 15% mendekati
masa akhir dari kehamilan. Wanita hamil sering
mengalami sensasi rasa panas yang berlebih
diakibatkan oleh hasil dari peningkatan laju
metabolisme basal. Disamping itu, adanya
penambahan beban pada ibu hamil menyebabkan
pengeluaran energi untuk aktivitas otot lebih besar
dari biasanya.14
f) Perubahan Hematologi
a. Perubahan osmoregulasi dan sistem renin
angiotensin di awal masa kehamilan
menyebabkan peningkatan volume darah
maternal. Volume sel darah merah biasanya
hanya meningkat sampai 45%, tetapi pada masa
kehamilan hanya meningkat sekita 30%.
Perubahan yang terjadi menyebabkan anemia
fisiologis dalam kehamilan. Kompensasi yang
dilakukan dengan cara meningkatkan curah
jantung, peningkatan PaO2, dan pergeseran ke
kanan dari kurva disosiasi oksihemoglobin untuk
menghindari terjadinya gangguan pada transport
oksigen. Pada masa kehamilan terjadi keadaan
hiperkoagulasi yang memberikan keuntungan
dalam meminimalisir terjadinya kehilangan darah
saat proses persalinan14
2. Etiology
PCOS adalah penyakit multifaktorial. Beberapa
gen yang rentan telah diidentifikasi sebagai kontributor
untuk patofisiologi penyakit. Gen ini terlibat dalam
berbagai tingkatan steroidogenesis dan jalur
androgenik. Studi kembar memperkirakan sekitar 70%
heritabilitas. Juga, lingkungan merupakan komponen
fundamental dalam ekspresi gen ini dan perkembangan
dan perkembangan penyakit.15
Dua hipotesis populer mendalilkan bahwa individu
dengan kecenderungan genetik terpapar faktor
lingkungan tertentu menyebabkan ekspresi fitur PCOS.
Paling umum faktor lingkungan termasuk obesitas dan
resistensi insulin. Beberapa hipotesis juga
memasukkan janin paparan androgen.15
3. Epidemiology
PCOS adalah patologi endokrin yang paling umum
pada wanita usia subur di sekitar dunia. Prevalensinya
berkisar antara 5% sampai 15% tergantung pada
kriteria diagnostik. Rotterdam kriteria mencakup
prevalensi yang lebih luas daripada Kriteria National
Institute of Health 1990. Berdasarkan Laporan
lokakarya NIH 2012, diperkirakan PCOS
mempengaruhi sekitar 5 juta usia reproduksi wanita di
Amerika Serikat, dan biaya sistem perawatan
kesehatan untuk mendiagnosis dan merawat PCOS
diperkirakan $ 4 miliar per tahun tidak termasuk biaya
penyakit penyerta yang serius terkait dengan PCOS. 15
Berbagai kondisi telah dikaitkan dengan PCOS
termasuk infertilitas, sindrom metabolik, obesitas,
gangguan toleransi glukosa, DM-2, risiko
kardiovaskular, depresi, OSA, endometrium kanker,
NAFLD / NASH. Prevalensi yang lebih tinggi telah
dikaitkan pada kerabat tingkat pertama dengan PCOS,
obesitas prapubertas, kelainan virilisasi kongenital, di
atas rata-rata atau berat lahir rendah untuk usia
kehamilan, adrenarke prematur, penggunaan asam
valproik sebagai obat antiepilepsi. Studi memiliki juga
menunjukkan bahwa ada prevalensi yang lebih tinggi di
Meksiko-Amerika dibandingkan kulit putih non-Hispanik
dan Afrika Amerika.15
4. Patophysiology
PCOS adalah keadaan hiperandrogenik dengan
oligo-anovulasi yang tidak dapat dijelaskan oleh orang
lain kekacauan. Ini adalah diagnosis eksklusi. Namun
demikian, itu menyumbang mayoritas presentasi
hiperandrogenik. Hampir semua penyebab PCOS
disebabkan oleh hiperandrogenisme ovarium fungsional
(FOH). Dua pertiga dari Presentasi PCOS memiliki
hiperandrogenisme ovarium fungsional yang khas,
ditandai dengan disregulasi sekresi androgen dengan
respon berlebihan 17-hidroksiprogesteron (17-OHP)
untuk stimulasi gonadotropin. 15
Sisa PCOS dengan FOH atipikal kurangnya
respons berlebih 17-OHP, tetapi peningkatan
testosteron dapat mendeteksinya setelah penekanan
androgen adrenal produksi. Sekitar 3% pasien PCOS
memiliki adrenal fungsional terisolasi terkait
hiperandrogenisme. Kasus PCOS lainnya ringan. Ini
kekurangan bukti sekresi steroid kelainan; kebanyakan
dari pasien ini mengalami obesitas, yang menurut dalil
praktisi merupakan penyebabnya PCOS atipikal.
Pengujian khusus untuk subpopulasi FOH memiliki
kegunaan klinis yang rendah pada saat ini. PCOS
hiperandrogenisme ovarium fungsional muncul dengan
ciri-ciri utama: hiperandrogenisme, anovulasi oligo, dan
morfologi ovarium polikistik. Hiperandrogenisme
ovarium fungsional bersifat multifaktorial, dengan
kombinasi faktor herediter dan lingkungan.15
Penyebab disregulasi ini termasuk kelebihan
insulin, yang diketahui membuat ovarium peka
luteinizing hormone (LH), dengan mengganggu proses
desensitisasi homolog ke LH dalam siklus ovulasi
normal, serta ketidakseimbangan intrinsik antara sistem
regulasi intraovarian. Sel teka di PCOS memiliki
ekspresi berlebih dari sebagian besar enzim
steroidogenik dan protein yang terlibat dalam sintesis
androgen, yang menunjukkan kelainan yang menonjol
pada tingkat dan aktivitas enzim steroidogenik
termasuk P450c17, yang telah sangat teridentifikasi.
Sel granulosa luteinisasi sebelum waktunya terutama
akibat kelebihan androgen dan insulin.15
Kelebihan androgen meningkatkan perekrutan
awal folikel primordial ke dalam kelompok
pertumbuhan. Bersamaan dengan itu, ia memulai
luteinisasi dini, yang mengganggu pemilihan yang
dominan kantong. Hal ini menyebabkan perubahan
histopatologi dan anatomi PCOS klasik merupakan
PCOM. PCOS disebabkan oleh peningkatan LH tetapi
bukan disebabkan olehnya. Kelebihan LH adalah umum
dan diperlukan untuk ekspresi enzim steroidogenik
gonad dan hormon seks sekresi, tetapi lebih kecil
kemungkinannya menjadi penyebab utama kelebihan
androgen ovarium karena LH menyebabkan
desensitisasi sel teka.15
Sekitar setengah dari pasien dengan
hiperandrogenisme ovarium fungsional memiliki derajat
abnormal hiperinsulinisme resisten insulin, yang bekerja
pada sel teka meningkatkan steroidogenesis dan
sebelum waktunya meluteinisasi sel-sel granulosa dan
menstimulasi penumpukan lemak. Hiperandrogenemia
memprovokasi kelebihan LH, yang kemudian bekerja
pada siklus penopang teka dan granulosa yang
diluteinisasi.15
Disregulasi hormon ovarium mengubah pulsatile
gonadotropin-releasing hormone (GnRH) pelepasan
dapat menyebabkan peningkatan relatif dalam LH
versus hormon perangsang folikel (FSH) biosintesis
dan sekresi. LH merangsang produksi androgen
ovarium, sedangkan indung telur relatif penurunan FSH
mencegah stimulasi aktivitas aromatase yang adekuat
di dalam sel granulosa, dengan demikian menurunkan
konversi androgen menjadi estrogen estradiol yang
poten. Ini menjadi penilaian diri pola hormonal non-
siklik.15
Androgen serum yang meningkat diubah di perifer
menjadi estrogen, kebanyakan estron. Sebagai
konversi terjadi terutama di sel-sel stroma jaringan
adiposa, produksi estrogen akan ditambah pada pasien
PCOS obesitas. Hasil konversi ini dalam umpan balik
kronis di hipotalamus dan kelenjar pituitari, berbeda
dengan fluktuasi normal umpan balik yang diamati pada
adanya folikel yang tumbuh dan tingkat estradiol yang
berubah dengan cepat. Estrogen tanpa lawan stimulasi
endometrium dapat menyebabkan hiperplasia
endometrium.15
5. Gejala Klinik
PCOS adalah sindroma yang sangat beragam
dalam hal gejala klinik maupun manifestasi
laboratorium. Sementara dasar dari kelainan ini terletak
pada ovarium, ekspresi klinik dan beratnya gejala
tergantung pada faktor diluar ovarium seperti obesitas,
resisten terhadap insulin dan konsentrasi luteinizing
hormone (LH). Kombinasi dari berbagai gejala dapat
dijumpai, dari hirsutism yang ringan dengan ovulasi
yang regular dan ovarium polikistik sampai dengan
gejala yang lengkap dari sindroma Stein-Leventhal
yaitu amenorrhoea, hirsutism, acne, infertility dan
obesitas. Demikian juga dengan terjadi pada hasil
laboratorium biokimia. Hampir 50% dari kasus akan
didapatkan peningkatan konsentrasi LH (terutama pada
yang berat badan normal), dan hanya lebih kurang 30%
yang didapatkan peningkatan total testosterone pada
pemeriksaan sesaat.15
6. Diagnosis
2) Pengobatan Infertilitas
Terapi lini pertama untuk infertilitas pada pasien
PCOS adalah klomifen sitrat. Ini adalah
modulator reseptor estrogen selektif (SERM),
penghambat kompetitif reseptor estrogen (ERs)
dan memiliki aktivitas agonis dan antagonis
campuran. Clomiphene meningkatkan
kesuburan dan ovulasi terutama dengan
efeknya pada hipotalamus di mana ia mengikat
reseptor estrogen untuk waktu yang lama dan
menghabiskannya, menghalangi efek
penghambatan umpan balik negatif dari
estrogen endogen yang bersirkulasi. Hal ini
menyebabkan pelepasan hormon pelepas
gonadotropin hipotalamus (GnRH) yang
mendorong sekresi FSH dan LH dan secara
tidak langsung merangsang ovulasi.15
3) Metformin
Masyarakat Endokrin merekomendasikan
memulai metformin pada pasien PCOS dengan
DM2 atau IGT yang gagal dalam modifikasi
gaya hidup. Ini mengurangi perkembangan dari
IGT ke DM2.Metformin juga merupakan terapi
lini kedua untuk ketidakteraturan menstruasi
pada pasien dengan kontraindikasi kontrasepsi
hormonal. Ini umumnya digunakan pada remaja
sebagai monoterapi, dan membantu
memulihkan menstruasi normal, penurunan
berat badan, dan resistensi insulin, dan
meskipun tidak digunakan terutama untuk
mengobati hiperandrogenisme klinis, ini dapat
memperbaiki gejala kelebihan androgen.15