Anda di halaman 1dari 7

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)/SAP

Nama/Kode Mata Kuliah : Blok Gastroenterohepatologi


Pertemuan ke : (dikosongkan saja)
Judul Materi : Aspek Nutrisi pada Kelainan Gastroenterohepatologi
Alokasi Waktu : (100 menit)
Nama dosen : dr. Nesyana Nurmadilla, M.Gizi
Tanggal penyusunan : 24 September 2020

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah-CPMK (isi sesuai dengan yang ada di RPS Blok)
- Mahasiswa mampu menguasai langkah-langkah manajemen terapi pada kelainan sistem uronefrologi berdasarkan level SKDI dengan kriteria
diagnosis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan, pencegahan, komplikasi dan rehabilitasi
medik dalam rangka penanganan paripurna pasien (CPMK 4)

Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah-subCPMK (isi sesuai dengan yang ada di RPS Blok)
- Mahasiswa mampu menjelaskan aspek nutrisi pada kelainan gastroenterohepatologi (sub CPMK 11)

Indikator
Metode Langkah Pencapaian
No Materi Ajar (sesuaikan dengan materi/konten kuliah yang diajar) penyajian pembelajaran Pra Tugas Referensi kompetensi
1. Tujuan Pembelajaran Kuliah Awal: - Membaca 1. Cresci G., et Tingkat
Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan mampu memahami: Diskusi - Video slide buku al. Medical pemahaman
 Proses digesti makanan - Kuis (pre Williams Nutrition terhadap
 Aspek nutrisi pada penyakit-penyakit saluran cerna atas test) hal 56 Therapy in topik kuliah
 Aspek nutrisi pada penyakit-penyakit saluran cerna bawah (referensi GI Tract >90% (Nilai
 Aspek nutrisi pada penyakit-penyakit hepar dan kandung empedu nomor 3) Diseases. Pre test dan
- Membuat In : Krause’s post test)
ringkasan Food and
Pendahuluan berupa the
Proses digesti makanan bagan Nutrition (menyesuaik
Makanan adalah sumber energi bagi tubuh. Kandungan nutrisi di dalamnya akan
aspek Process 14th an dengan
memberikan energi serta zat lain yang diperlukan oleh sel-sel pada tubuh. Namun
sebelumnya makanan harus melalui proses pencernaan hingga menjadi bagian nutrisi edition. tingkat
yang cukup kecil dan dapat diserap tubuh. Makanan yang telah menjadi bagian- pada Mahan, L.K., kemampuan
bagian kecil akan dicerna tubuh dalam empat proses utama pencernaan. kelainan (eds). Hal. pada
sistem 508 SKDI/SNPDI)
Menelan uronefrolo 2. Heaney,
Mulut adalah awal dari saluran pencernaan. Segera setelah gigitan pertama pada gi dari R.P. Skeletal
makanan, maka proses pencernaan dimulai. Saat proses mengunyah makanan bacaan and Joint
menjadi bagian yang lebih kecil, maka kelenjar air liur akan memproduksi air liur tersebut Disorders.
guna membantu memperhalus makanan. Selain itu, air liur juga mengandung In : Modern
enzim yang mulai mencerna karbohidrat menjadi lebih kecil agar dapat diserap Nutrition in
oleh usus.
Health and
Lidah kemudian akan mendorong makanan yang sudah halus ke belakang mulut
Diseases
menuju esofagus atau kerongkongan. Gerakan peristaltik dari otot halus
11th Edition.
kemudian membawa makanan menuju perut.
Ross A.C.
Pencernaan pada lambung (eds). Hal
Lambung yang tampak seperti kantong, memiliki dinding-dinding otot yang kuat 1016.
mengelilinginya. Selain menampung makanan, lambung juga berfungsi sebagai 3. Nix, S.
penghancur dan penghalus makanan. Perut akan menghasilkan asam dan enzim William’s
yang akan melanjutkan proses cerna makanan. Keluar dari perut, makanan akan Basic
memiliki tekstur cair atau menyerupai pasta yang lembut yang kemudian Nutritiion
bergerak ke usus halus. Di dalam lambung, proses pencernaan protein dimulai. and Diet
Therapy
Pencernaan dan penyerapan pada usus halus 15th Edition.
Jika diukur, usus halus memiliki panjang sekitar 6 meter yang terdiri dari tiga Hal 56, 304
bagian, yaitu usus duabelas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus 4. Almatsier,
penyerapan (ileum). Di dalamnya, makanan akan kembali diproses dengan enzim S. Prinsip
pencernaan yang diproduksi pankreas, dinding usus halus, dan cairan empedu Dasar Ilmu
dari kantong empedu. Ketiganya akan bekerja bersama-sama untuk Gizi.
menyelesaikan pencernaan makanan agar menjadi unit-unit kecil yang bisa
diserap ke dalam pembuluh darah usus .
Enzim pencernaan secara kimiawi akan memecah molekul makanan kompleks
menjadi lebih sederhana, kemudian cairan empedu membantu proses pencernaan
mekanis yang memecah lemak sehingga menjadi partikel yang lebih kecil. Ketika
makanan melalui usus duabelas jari, berarti proses pencernaan selesai. Proses
berikutnya adalah penyerapan.
Penyerapan makanan umumnya terjadi dalam usus halus jejunum dan ileum. Di
sana  terdapat banyak lipatan atau disebut jonjot-jonjot usus (vili). Vili memiliki
fungsi memperluas permukaan penyerapan, sehingga makanan dapat terserap
dengan lebih efisien.
Selama proses penyerapan, molekul makanan akan memasuki aliran darah
melalui dinding usus. Pembuluh darah mikroskopik atau kapiler dalam vili akan
menyerap hasil pencernaan yang berupa protein dan karbohidrat, sedangkan
pembuluh getah bening dalam vili akan menyerap lemak.
Dari situ, aliran darah akan membawa makanan yang sudah dicerna menuju ke
hati. Sel-sel hati kemudian akan menyaring zat-zat berbahaya dalam darah. Hati
juga akan menyimpan vitamin larut dalam lemak serta nutrisi yang berlebihan,
seperti glukosa untuk disimpan sebagai cadangan. Cadangan nutrisi ini akan
dilepaskan ketika tubuh memerlukan energi ekstra misalnya ketika seseorang lari
maraton.

Penyerapan pada usus besar


Sebagian besar yang masuk ke dalam usus besar adalah sisa-sisa makanan yang
tidak dapat dicerna atau diserap dan air. Usus besar terdiri dari enam bagian,
dimulai dari sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon
sigmoid, dan diakhiri dengan rektum.
Tugas utama usus besar adalah menyerap air dan mineral dari sisa makanan
tersebut sehingga membuatnya menjadi lebih padat dan membentuk tinja. Gerak
peristaltik kemudian akan mendorong tinja menuju rektum hingga dikeluarkan
melalui anus.
Kecukupan air dan serat merupakan faktor penting yang mendukung kelancaran
proses pencernaan. Pastikan Anda minum sekitar 8 gelas per hari dan
mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang kaya serat sehingga
kesehatan sistem pencernaan terjaga untuk kondisi tubuh yang prima.

2. Isi materi/topik Inti:


Aspek nutrisi pada penyakit-penyakit saluran cerna atas - Kuliah
GERD dan esofagitis - Diskusi
Faktor yang berkontribusi pada terjadinya GERD:
• Banyaknya volume konten lambung yang bersifat asam
• Longgarnya sfingter bawah esofagus
• Gangguan motilitas gaster.
Konten lambung yang kembali ke esofagus menyebabkan terjadinya esofagitis,
risiko aspirasi
Target
• Cegah refluks esofagus
• Cegah nyeri dan iritasi mukosa esofagus yang mengalami inflamasi
• ↓ asiditas sekresi lambung

Langkah yang dilakukan


• Elevasi kepala tempat tidur 45 derajat selama makan hingga 30 menit
setelah makan
• Tidak boleh berbaring lurus telentang 1–2 jam setelah makan
• Hindari makan dalam jumlah banyak, makanan berlemak, asam, terlalu
berbumbu, alkohol, kafein, dan merokok
• Hentikan makan 3–4 jam sebelum tidur
• Hindari aktivitas berat dan pakaian ketat setelah makan
• Konsumsi makanan bergizi seimbang dan cukup serat
• Turunkan BB

Gastritis dan Ulkus Peptik


Dapat terjadi akibat:
• Infeksi
• Bahan kimia
• Kelainan neural
Tata Laksana
• Gizi seimbang dan cukup serat
• Porsi kecil dan sering
• Atrophic gastritis  Periksa status vitamin B12, Fe, Ca, dan nutrien lain
suplementasi
• Hindari kopi, kafein, alkohol, dan makanan berbumbu
• Hindari makan dalam jumlah besar utamanya sebelum istirahat
• Pertimbangkan pemberian probiotik dan omega 3

Aspek nutrisi pada penyakit-penyakit saluran cerna bawah


Diare
Dapat disebabkan oleh penyakit inflamasi, infeksi, medikasi, konsumsi bahan
makanan yang bersifat menarik cairan, kerusakan mukosa usus
Tata laksana
• Ganti cairan dan elektrolit yang hilang
• Hindari sugar alcohol, fruktosa, sukrosa, dan laktosa utamanya pada
kondisi diare osmotik
• Konsumsi makanan bergizi seimbang dan cukup serat
• Diare berat yang disertai infeksi, inflamasi, atau imunodefisiensi 
malabsorpsi protein, lemak, vitamin, dan mineral  pertimbangkan
parenteral
• Diare infeksius berat  anemia akibat perdarahan
• Pertimbangkan pemberian antibiotik

Divertikulitis
Penyakit radang usus akut yang ditandai dengan peradangan atau infeksi kantung
buta (divertikula) pada mukosa usus
Tata Laksana
• Diet tinggi serat (25 g/hari untuk perempuan dan 38 g/ hari untuk laki-
laki) + hidrasi adekuat (2–3 L/ hari)  soft bulky stools
• Tingkatkan konsumsi serat secara perlahan
• Divertikulitis akut  diet rendah sisa atau parenteral

Irritable Bowel Syndrome


Merupakan gangguan gastrointestinal kronik yang ditandai dengan nyeri perut/
abdominal discomfort dan perubahan pola defekasi selama 3 bulan atau lebih
tanpa disertai kelainan struktur, histologi, dan biokimia
Tata Laksana
• Makan bergizi seimbang dan cukup serat
• Hati-hati jika pasien curiga alergi  membatasi variasi makanan 
asupan tidak adekuat  malnutrisi
• Hindari makan dalam jumlah berlebihan, makanan tinggi lemak, alkohol,
gula, dan kafein
• Jika gejala berupa diare  soluble fiber. Pertimbangkan pemberian
probiotik

Aspek nutrisi pada penyakit-penyakit hepar dan kandung empedu


Hepatitis Virus
• 30 – 35 Kal/kg BB/hari
• 50–55 % energi berasal dari KH
• Lemak bebas bergantung toleransi
• Protein 0,8–1,2 g/kgBB/ hari  hepatitis tanpa komplikasi
• Vitamin B kompleks (terutama B1, B9 dan B12), Vit K, Vit C dan Zn.
• Tidak perlu pembatasan cairan & garam kecuali asites dan edema
• Hindari vitamin larut lemak  Vit A dan D

Kolesistitis
• Disebabkan oleh adanya obstruksi (batu kandung empedu) atau lemahnya
kontraksi kandung empedu
• Kolesistitis akut:
• Stop pemberian makanan per oral selama serangan kolesistitis akut
• Pertimbangkan parenteral jika pasien mengalami malnutrisi atau
diperkirakan tidak akan mendapatkan makanan per oral jangka panjang
• Jika per oral sudah dibolehkan, berikan diet rendah lemak (30 – 45 g/
hari)
• Kolesistitis kronik: komposisi lemak 25% dari total kalori
Kesimpulan Akhir:
Proses digesti dan absorpsi makanan yang baik diperlukan oleh tubuh agar tubuh - Diskusi
3. dapat memperoleh nutrien yang diperlukan oleh tubuh - Post-test

Catatan :
1. Materi ajar: yaitu bahan ajar yang akan disajikan kepada mahasiswa (dalam bentuk narasi yang dapat dilengkapi dengan gambar/tabel). Bahan
ajar yang ditulis ke dalam kolom yaitu:
a. Bagian pendahuluan yang berisi tujuan pembelajaran yang lebih spesifik untuk topik/materi yang disajikan dan penjelasan ringkas
tentang topik yang akan disajikan.
b. Isi materi/topik yang berisi penjelasan lengkap tentang topik yang disajikan. Jika topik terkait suatu penyakit, maka diuraikan secara
lengkap sesuai tingkat kemampuan yang harus dicapai terkait penyakit tersebut (etiologi, patofisiologi/patomekanisme, diagnosis,
terapi/penatalaksanaan, hingga komplikasi dll).
c. Kesimpulan
(Hasil dari materi ajar akan dikeluarkan dalam bentuk handout)
2. Metode penyajian: metode dapat dilakukan dengan kuliah atau diskusi
3. Langkah pembelajaran: dituliskan kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran misalnya menonton video slide dosen, mengikuti kuis,
diskusi, presentasi, dll
4. Pra tugas: dituliskan jenis penugasan yang diberikan sebelum tatap muka, misalnya membaca suatu buku/jurnal terkait topik yang disajikan dan
membuat ringkasan dari bacaan tersebut.
5. Referensi: dituliskan semua referensi yang digunakan dalam penyusunan bahan ajar
6. Indikator pencapaian kompetensi: dituliskan target pencapaian pemahaman yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang harus dicapai dalam
SKDI/SNPDI.
Pada topik yang berkaitan dengan penyakit, maka tingkat pemahaman terhadap penyakit tersebut harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan
yang harus dicapai oleh mahasiswa. Tingkat kemampuan tersebut terbagi atas:
1. Tingkat Kemampuan 1: mahasiswa mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan mengetahui cara untuk mendapatkan
informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut.
2. Tingkat Kemampuan 2: mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penderita.
3. Tingkat Kemampuan 3:
3A. Bukan gawat darurat -- mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis klinik berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil
pemeriksaan penunjang dan menjelaskan usulan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Mahasiswa mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya dalam konteks penilaian kemampuan.
3B. Gawat darurat -- mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis klinik berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan
penunjang dan menjelaskan terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/
atau kecacatan pada pasien dalam konteks penilaian mahasiswa. Mahasiswa mampu menentukan usulan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien.
4. Tingkat Kemampuan 4: menentukan diagnosis, menjelaskan penatalaksanaan secara lengkap. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis klinik
dan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

Anda mungkin juga menyukai