Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

STASE MATERNITAS DI RUANG NIFAS


RSUD H. BOEJASIN PELAIHARI

OLEH
RUSMINI
1614901110183

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS A


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2016/2017
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

1. Reviuw Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi


1.1 Anatomi

1.1.1 Alat kelamin luar (genetalia eksterna)


a. Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari
jaringan lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi
satu dan membentuk kommisura posterior dan perineam. Di bawah
kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c. Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang membatasi
vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat
pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio
mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio minora
adalah vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labio
minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam
vestibulum terdapat muara-muara dari liang senggama (introetus
vagina uretra), kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan.
f. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang senggama
ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir
keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda
ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang
lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu
jari.
g. Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul
yang ditutupi oleh kulit perineum.

1.1.2 Alat kelamin dalam (genetalia interna)


a. Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris,
khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya
dari vestibulum sampai uterus 7 cm. Merupakan penghubung antara
introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9
cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah
dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis
antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya
disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan
ikat dan ligament. Panjang uterus 7 cm, lebar 5 cm, tebal 2 cm.
Berat 50 gr, dan berat 30-60 gr. Uterus terdiri dari:
1. Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat
memperkirakan usia kehamilan.
2. Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3. Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
(1) Endometrium
(2) Myometrium
(3) Parametrium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus
dibawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum
latum uterus.
d. Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.
Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan
nutrisi pada ovum. Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2
saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak
berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk
memeluk ovum saat ovulasi agar masuk ke dalam tuba (Tambayong,
2002).

2. Konsep Penyakit Hiperemesis Gravidarum


2.1 Definisi
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998). Mual
biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan
malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah
nausea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas
sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-
zionMD, Hal : 232).

Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadisecara berlebihan selama


kehamilan. (Hellen Farrer, 1999, hal : 112)

2.2 Etiologi
Penyebab hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti, frekuensi
kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang yang
dikemukakan:
2.2.1 Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resustensi
yang menurunkan dari pihak ibuterhadap perubahan-perubahan ini
serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu
terhadap janin. Vili khrialesadalah jaringan yang berbetuk seperti
jonjot akar yang tertanam ke dalam endometrium. Jaringan ini
berfungsi sebagai jalur pertukaran zat makanan dan sampah antara
pembuluh darah calon ibu dengan janin
2.2.2 Faktor psikologik. Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit
ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu,
dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keenggangan manjadi
hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
2.2.3 Faktor endokrin yaitu hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG
dan lain-lain.

2.3 Tanda dan gejala


Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum
tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bila lebih dari 10 kali muntah.
Akan tetapi, apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai
hiperemesis gravidarum.Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya
gejala dibagi menjaditiga tingkatan, yaitu :
2.3.1 Tingkat I ( Ringan )
2.3.1.1 Mualmuntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan
umum penderita.
2.3.1.2 Ibu merasa lemah.
2.3.1.3 Nafsu makan tidak ada.
2.3.1.4 Berat badan menurun.
2.3.1.5 Merasa nyeri pada epigastrium.
2.3.1.6 Nadi meningkat sekitar 100 per menit.
2.3.1.7 Tekanan darah menurun.
2.3.1.8 Turgor kulit berkurang.
2.3.1.9 Mata cekung.

2.3.2 Tingkat II ( Sedang )


2.3.2.1 Penderita tampak lemah dan apatis.
2.3.2.2 Turgor kulit mulai jelek.
2.3.2.3 Lidah mengering dan tampak kotor.
2.3.2.4 Nadi kecil dan cepat.
2.3.2.5 Suhu badan naik (dehidrasi).
2.3.2.6 Mata mulai ikteris
2.3.2.7 Berat badan turun dan mata cekung.
2.3.2.8 Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
2.3.2.9 Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.

2.3.3 Tingkat III ( Berat )


2.3.3.1 Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma).
2.3.3.2 Dehidrasi berat.
2.3.3.3 Nadi kecil, cepat dan halus.
2.3.3.4 Suhu meningkat dan tensi turun.
2.3.3.5 Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal
sebagai ensepalopati wernicke, dengan gejala nigtasmus,
diplopia, dan penurunan mental.
2.3.3.6 Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati.
2.4 Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa
terjadi pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan
dehidrasi dan imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan korbohidrat dan


lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam
hidroksida bitirik, dan aseton dalam darah. Muntah menyebabkan dehidrasi,
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida
darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan homokonsentrasi, sehingga
aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan
dan oksigen kejaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang
toksit. Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat
terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-
weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
2.5 Pathway

FaktorAlergi FaktorPredisposisi Peningkatan


Estrogen

Emesis
Gravidarum PenurunanPengosonga
nLambung

Penyesuaian Komplikasi
PeningkatanTeka
nanGaster
HiperemesisGravidarum

Intake nutrisimenurun Kehilangancairanberle


bih
PengeluaranNutrisi
Ketidakseimbangan
Berlebihan
nutrisi: kurang dari Dehidrasi
kebutuhan

Cairanekstraselulerd
an plasma
hemokonsentrasi

Kekurangan
volume cairan Alirandarahkejarin
ganmenurun

Metabolisme intra
selmenurun

OtotLemah

Kelemahantubuh

IntoleransiAktifitas

Sumber : Nurarifah, A, H danKusuma, H 2016


2.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat hiperemesis gravidarum alntara lain:
2.6.1 Komplikasi ringan:
Kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari kekurangan gizi,
alkalosis, hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik,
tetani, dan gangguan psikologis.
2.6.2 Komplikasi yang mengancam kehidupan:
2.6.3 Rupture oesophageal berkaitan dengan muntah yang berat,
encephalophaty wernickes, mielinolisis pusat pontine, retinal
haemorage, kerusakan ginjal, pneumomediastinum secara spontan,
keterlambatan pertumbuhan didalam kandungan, dan kematian janin.

2.7 Prognosis
Kriteria keberhasilan pengobatan dapat di tentukan sebagai berikut:
2.7.1 Rehidrasi berhasil dan turgor kulit pulih kembali
2.7.2 Dieresis bertambah banyaknyansehingga benda keton semakin
berkurang
2.7.3 Kesadaran penderita seamkin baik yang ditandai dengan kontak
bertambah meyakinkan
2.7.4 Keadaan ikterus semakin berkurang

Dengan penanganan yang baik, prognosis sangat memuaskan. Namun, pada


tingkat yang berat dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


2.8.1 USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi
janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin,
melokalisasi plasenta.
2.8.2 Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
2.8.3 Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
2.9 Penanganan
2.9.1 Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologi. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
2.9.1.1 Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan berumur 4 bulan.
2.9.1.2 Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan
makana dalam jumlah kecil tapi sering.
2.9.1.3 Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh
hangat. Hindari makanan berminyak dan berbau lemak.
2.9.1.4 Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu
panas ataupun terlalu dingin.
2.9.1.5 Usahakan defekasi teratur.

2.9.2 Terapi obat-batan


Apabila dengan cara diatas keluhan dengan cara diatas keluhan dan
gejala tidak berkurang diperlukan pengaobatan :
2.9.2.1 Tidak memberikan obat yang teratogen.
2.9.2.2 Sedetiva yang sering diberikan adalah Phenobarbital.
2.9.2.3 Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
2.9.2.4 Anthistaminika seperti dramamin, avomin.
2.9.2.5 Pada keadaan berat, antiemetik seperti disiklomin hidrokloride
atau khlorpromasin.
2.9.2.6 Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap
dirumah sakit.

Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :


1) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah, dan
peredaran darah baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya
perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Kadang-kadang isolasi
dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan.
2) Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,
normal, dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir.yakinkan
penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan
masalah atau konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.
3) Terapi paretal
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan
protein dengan glukaosa 5% dalam cairan garam fisiologik
sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambahkan kalium dan
vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara
intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang masuk dan
dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang disebutkan
diatas.
4) Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila
keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria,
dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Keputusan untuk melakukan abotus terapiutik sering
sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu
cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi
gejala irreversibel pada organ vital.

3. Rencana Asuhan Klien dengan PenyakitHiperemesis Gravidarum


3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Terdiridariidentitaspasien (nama, tanggallahir/umurpasien, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, diagnose
medis, no RM dantanggalmasukrumahsakit).
Identitaspenanggungjawab/suami (nama, tanggallahir/umurpasien,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat)
3.1.2 Riwayat Kesehatan
3.1.2.1 KeluhanUtama
Pasien mengatakan mual dan selalu muntah pada pagi hari. Mual
dan muntahsemakin berat bila membau makanan yang
merangsang.
3.1.2.2 Riwayatpenyakitsekarang
Pasien datang ke poli kandungan dengan keluhan terlambat haid
berapa minggu,terakir mendapat haid tanggal berapa, kapan
mual dan selalu muntah.
3.1.2.3 Riwayatkesehatan dahulu
Hiperemesisgravidarum pada kehamilan sebelumnya, pada
primigravida: 60-80%, sedangkan multigravida: 40-60%
3.1.2.4 Riwayat kesehatan keluarga
Adanya penyakit jantung, DM,
3.1.3 PolaAktivitas
3.1.3.1 Istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat
(>100 kali per menit)
3.1.3.2 Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan
ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak
direncanakan.
3.1.3.3 Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan
frekuensi berkemih. Urinalis;peningkatan konsistensi urine.
3.1.3.4 Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8
minggu), nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 kg),
membrane mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah,
nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan
lidah kering.
3.1.3.5 Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.
3.1.3.6 Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat
jatuh dalam koma
3.1.3.7 Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu
membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
3.1.3.8 Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan,
perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi
terhadap hospotalisasi dan sakit, system pendukung yang
kurang.
3.2 Pemeriksaan Fisik
3.2.1 Inspeksi
Hiperemis tingkat satu pada inspeksi ditemukan keadaan umum lemah,
turgor kulit sedikit menurun, lidah kering, dan mata cekung. Hiperemis
tingklat dua ditemukan ibu tampak lebih lemah dan aptis, turgor kulit
lebih menurun, lidah kering dan tampak kotor, aceton dapat tercium
dalam hawa pernafasan, badan kurus dan berat badan munurun, kulit
kering dan kadang - kadang ada icterus.
3.2.2 Palpasi
Dengan palpasi dapat mengetahui umur kehamilan dengan melihat
tinggi fundus uteri. Karena pada ibu hiperemis gravidarum biasanya
terjadi pada umur kehamilan satu sampai empat bulan, dimana tinggi
fundus uteri sekitar setengah simphisis pusat
3.2.3 Auskultasi
Untuk memantau sudah terdengar detak jantung janin atau belum dan
gerakan anak.
3.2.4 Pemeriksaan tanda - tanda vital
Pada sekitar hiperemis tingkat satu akan ditemukan nadi meningkat
sekitar 100 x/menit, tekanan darah sistolik menurun, suhu normal.
3.2.5 Pengukuran berat badan
Pada ibu hamil dengan masalah hiperemis gravidarum pada umumnya
terjadi penurunan BB

3.3 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah yang
berlebihan atau intake cairan kurang
3.3.1 Definisi
Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular. Ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan.

3.3.2 Batasan karakteristik


- Perubahan status mental
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan tekanan nadi
- Penurunan volume nadi
- Penurunan turgor kulit
- Penurunan berat badan
- Peningkatan suhu tubuh
- Peningkatan frekuensi nadi
- Membran mukosa kering

3.3.3 Faktor yang berhubungan


- Asupan cairan yang tidak adekuat yang ditandai dengan mual dan
selalu muntah
- Kehilangan volume cairan aktif

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan nausea dan volume yang menetap
3.3.4 Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik

3.3.5 Batasan karakteristik


- Kurang minat pada makanan
- Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
- Membran mukosa pucat
- Tonus otot menurun

3.3.6 Faktor yang berhubungan


- Faktor biologis
- Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
- Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
- Ketidakmampuan menelan makanan
- Faktor psikologis

Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas


3.3.7 Definisi: ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau
harus dilakukan
3.3.8 Batasan Karakteristik
Subyektif:
- Ketidaknyamanan atau dipsnea saat beraktivitas
- Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal
Obyektif:
- Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respons
terhadap aktivitas
- Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia

3.3.9 Faktor yang berhubungan


- Tirah baring dan imobilitas
- Kelemahan umum
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Gaya hidup kurang gerak

3.4 Perencanaan
Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah yang
berlebihan atau intake cairan kurang
3.4.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria); berdasarkan NOC
Memiliki konsentrasi urine yang normal. Sebutkan nilai dasar berat
jenis urine.
Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal untuk
pasien.
Memiliki asupan cairan oral/ atau intravena yang adekuat.
Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang yang
diharapkan.
3.4.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
Pemantauan Elektrolit: mengumpulkan dan menganalisis data pasien
untuk mengatur keseimbangan elektrolit.
Terapi Intravena (IV): memberikan dan memantau cairan obat
intravena.
Manajemen Cairan: meningkatkan keseimbangana cairan dan
mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal atau yang
tidak diharapkan.
Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
3.4.3 Tujuan dan Kriteria Hasil
Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang
dibuktikan oleh indikator sebagai berikut:
Tidak adekuat
Sedikit adekuat
Cukup adekuat
Adekuat
Sangat adekuat
3.4.4 Intervensi Keperawatan
Membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet
seimbang
Pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolik
pasien yang malnutrisi atau berisiko tinggi terhadap malnutrisi.

Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas


3.4.5 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): setelah dilakukan tindakan
keperawatan pasien menunjukkan toleransi aktivitas dengan kriteria
hasil:
NOC:
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari hari dengan beberapa bantuan
3.4.6 Intervensi keperawatan dan rasional:
NIC:
Kaji kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi dan melakukan aktivitas
Kaji penyebab keletihan (misalnya perawatan, nyeri dan pengobatan)
Bantu pasien untuk mengubah posisi atau dalam melakukan aktivitas
Pantau respon oksigen pasien (misalnya denyut nadi dan pernapasan)
terhadap aktivitas perawatan diri atau aktivitas keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Hartono Andry. (1999). Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC

Hidayati Ratna. (2009).Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan


Patologis.Jakarta : Salemba Medika

Lowdermilk, Jensen Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.


Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Erlangga

Mochtar, Rustam (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta. Salemba Medika

Prawirohardjo Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Trisada Printer

Tiran Denise. (2006). Seri Asuhan Kebidanan Mual dan Muntah Kehamilan. Jakarta
: EGC

Pelaihari, Maret 2017


Preseptor Lapangan, Preseptor Laporan,

(...............................................................) (...........................................................)

Preseptor Akademik

(Yuliani Budiarti, Ns.,M.Kep.,Sp.Mat)

Anda mungkin juga menyukai