PEMBAHASAN
1.2. Jamur
Sebuah jamur adalah anggota kelompok besar eukariotik organisme yang meliputi
mikroorganisme seperti ragi dan jamur, serta lebih akrab jamur. Kadang disebt juga Fungi
yang diklasifikasikan sebagai sebuah kerajaan yang terpisah dari tanaman, hewan dan
bakteri. Salah satu perbedaan utama adalah bahwa sel-sel jamur memiliki dinding sel yang
mengandung kitin, tidak seperti dinding sel tumbuhan, yang mengandung selulosa. Ini dan
perbedaan lainnya menunjukkan bahwa jamur membentuk kelompok satu organisme yang
terkait, bernama Eumycota (benar jamur atau Eumycetes), yang berbagi nenek moyang (a
monophyletic group). Kelompok jamur ini berbeda dari yang secara struktural mirip jamur
lendir (myxomycetes) dan jamur air (Oomycetes).
Disiplin biologi yang ditujukan untuk mempelajari jamur ini dikenal sebagai ilmu
jamur, yang sering dianggap sebagai cabang botani, meskipun penelitian genetik
menunjukkan bahwa jamur yang lebih dekat dengan binatang daripada tumbuhan. Berlimpah
di seluruh dunia, kebanyakan fungi tidak mencolok karena ukuran kecil struktur mereka, dan
mereka samar gaya hidup di tanah, pada benda mati, dan sebagai symbionts tanaman, hewan,
atau jamur lain. Mereka mungkin menjadi terlihat ketika berbuah, baik sebagai jamur atau
cetakan. Jamur melakukan suatu peran penting dalam dekomposisi materi organik dan
memiliki peran penting dalam siklus hara dan pertukaran.
Mereka telah lama digunakan sebagai sumber makanan langsung, seperti jamur dan
cendawan, sebagai ragi roti agen, dan di fermentasi berbagai produk makanan, seperti
anggur, bir, dan kecap.. Sejak tahun 1940-an, jamur telah digunakan untuk produksi
antibiotik, dan, baru-baru ini, berbagai enzim yang diproduksi oleh jamur digunakan industri
dan deterjen.. Jamur juga digunakan sebagai agen biologi untuk mengendalikan gulma dan
hama. Banyak spesies menghasilkan bioaktif senyawa yang disebut mycotoxins, seperti
alkaloid dan polyketides, yang beracun untuk hewan termasuk manusia.
Struktur yang berbuah beberapa spesies mengandung psikotropika senyawa dan
dikonsumsi recreationally atau tradisional upacara spiritual. Jamur dapat mematahkan dibuat
bahan dan bangunan, dan menjadi signifikan patogen manusia dan hewan lainnya. Kerugian
tanaman akibat jamur penyakit (misalnya penyakit ledakan beras) atau makanan busuk dapat
memiliki dampak besar manusia pasokan makanan dan ekonomi lokal.
Kerajaan jamur meliputi keragaman besar taksa dengan bervariasi ekologi, siklus
hidup strategi, dan morfologi mulai dari perairan bersel tunggal chytrids jamur besar.
Namun, sedikit yang diketahui tentang benar keanekaragaman hayati dari Kerajaan Jamur,
yang telah diperkirakan sekitar 1,5 juta spesies, dengan sekitar 5% dari ini telah secara resmi
diklasifikasikan.
Perintis sejak 18 dan abad ke-19 taxonomical karya Carl Linnaeus, Hendrik Kristen
persoon, dan Elias Magnus Fries, jamur telah diklasifikasikan menurut morfologi (misalnya,
karakteristik seperti warna atau mikroskopis spora fitur) atau fisiologi. Kemajuan dalam
genetika molekuler telah membuka jalan bagi analisis DNA untuk dimasukkan ke dalam
taksonomi, yang kadang-kadang menantang sejarah pengelompokan berdasarkan morfologi
dan sifat-sifat lainnya. Filogenetik penelitian yang diterbitkan dalam dekade terakhir telah
membantu membentuk kembali klasifikasi Kerajaan Jamur, yang terbagi menjadi satu
Subkerajaan, tujuh filum, dan sepuluh Subfilum.
B. PENGGOLONGAN OBAT ANTI JAMUR
a. GOLONGAN POLIEN
1) Amfoterisin B
a) Rumus bangun:
b) NamanIUPAC:
(1R,3S,5R,6R,9R,11R,15S,16R,17R,18S,19E,21E,23E,25E,27E,29E,31E,33R,35S,36
d) Sifat fisika dan kimia: Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi Streptomyces
nodosus. Sembilan puluh delapan persen campuran ini terdiri amfoterisin B yang
mempunyai aktivitas antijamur. Kristal seperti jarum atau prisma berwarna kuning
jingga, tidak berbau dan tidak berasa ini merupakan antibiotik polien yang bersifat
basa amfoter lemah, tidak larut dalam air, tidak stabil, tidak tahan suhu diatas 370C
f) Aktivitas antijamur: Amfoterisin B menyerang sel yang sedang tumbuh dan sedang
injeksi dilarutkan dalam dekstrosa 5% dengan dosis kecil pada permulaan, lalu dosis
bertahap sampai pada 0,5-0,7mg/kg BB. Kemudian pada sediaan yang telah ada
formulasi lipid. Dosisnya sebanyak 3-4mg/kgBB /hari yang diberikan dalam bentuk
digunakan dalam hampir semua infeksi jamur.Obat ini digunakan untuk mengobati
j) Efek samping: 1) Deman dan menggigil: Keadaan ini paling sering muncul saat
glomerulus dan fungsi tubulus ginjal. Bersihan kreatinin dapat menurun dan kadar
l) Mekanisme kerja obat: Zat Polyen mengikat ergosterol dalam membran sel jamur dan
merembas keluar. Amfoterisin memiliki toksisitas yang selektif, karena dalam sel-sel
semakin meluas bagi penderita infeksi jamur sistemis dengan daya tahan tubuh yang
lemah.
kadang dipilih untuk menangani meningitis akibat fungi yang sensitif terhadap obat
secara ekstensif dengan protein plasma dan didistribusikan menuju ke seluruh tubuh.
Kadar obat dan metabolitnya yang rendah muncul dalam urine pada jangka waktu
o) Bentuk dan kekuatan sediaan di pasaran:1) Amfoterisin B untuk injeksi tersedia dalam
2) Nistanin
a) Rumus bangun:
b) NamaIUPAC:
(1S,3R,4R,7R,9R,11R,15S,16R,17R,18S,19E,21E,25E,27E,29E,31E,33R,35S,36R,37S)
-33-[(3-amino-3,6-dideoxy-β-L-mannopyranosyl)oxy]-1, 3,4,7,9,11,17,37-
octahydroxy-15,16,18-trimethyl-13-oxo-14,39dioxabicyclo[33.3.1]nonatriaconta-19,
Streptomyces noursei. Obat yang berupa bubuk berwarna kuning kemerahan ini
bersifat higroskopis, berbau khas, sukar larut dalam kloroform dan eter. Larutannya
mudah terurai dalam air dan plasma. Nistatin tidak digunakan sebagai obat sistemik
karena bersifat lebih toksik. Nistatin juga tidak diserap melalui saluran cerna, kulit
maupun vagina.
f) Aktivitas antijamur: Nistatin menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan ragi tetapi
g) Regimen dosis: Dosis Nistatin dinyatakan dalam unit, tiap 1 mg obat ini mengandung
tidak kurang dari 200 unit nistatin. Untuk pemakaian klinik tersedia dalam bentuk
krim, bubuk, salep, suspensi dan obat tetes yang mengandung 100.000 unit nistatin per
gram atau per ml. Untuk pemakaian oral tersedia tablet 250.000 dan 500.000 unit.
Tablet vagina mengandung 100.000 unit Nistatin. Untuk kandidiasis mulut pada
dewasa diberikan dosis 500.000-1.000.000 unit, 3 atau 4 kali sehari. Obat tidak
langsung ditelan tatapi ditahan dulu dalam rongga mulut. Pemakaian pada kulit
disarankan 2-3 kali sehari, sedangkan pemakaian tablet vagina 1-2 kali sehari selama
14 hari.
h) Indikasi: Nistatin digunakan terutama untuk infeksi kandida di kulit, selaput lendir,
dan saluran cerna. Paronikia, vaginitis dan kandidiasis di mulut, esofagus dan lambung
biasanya merupakan komplikasi dari penyakit darah yang ganas terutama pada pasien
pertama.
j) Efek samping: Mual, muntah, diare ringan mungkin didapatkan setelah pemakaian per
k) Interaksi obat: -
l) Mekanisme kerja obat: Nistatin hanya akan diikat oleh jamur atau ragi yang sensitif.
Aktivitas antijamur tergantung dari adanya ikatan dengan sterol pada membran jamur
atau ragi terutama ergosterol. Akibat terbentuknya ikatan antara sterol dengan
antibiotik ini akan terjadi perubahan permeabilitas membran sel sehingga sel akan
dosis yang sangat tinggi diberikan . Kedua administrasi intramuskular dan intravena
penggunaannya tidak disarankan . Tidak diserap diterapkan pada kulit atau selaput
lendir . Jumlah kecil yang dapat diserap, dan 95 persen di metabolisme dan eliminasi
pada ginjal.
n) Inkompatibilitas: -
b. GOLONGAN AZOL
Antijamur azol merupakan senyawa sintetik dengan aktivitas spektrum yang luas,
yang diklasifikasi sebagai imidazol (mikonazol dan ketokonazol) atau triazol (itrakonazol
dan flukonazol) bergantung kepada jumlah kandungan atom nitrogennya ada 2 atau 3.
Struktur kimia dan profil farmakologis ketokonazol dan itrakonazol sama, flukonazol
unik karena ukuran molekulnya yang kecil dan lipofilisitasnya yang lebih kecil. Pada
jamur yang tumbuh aktif, azol menghambat 14-α- demetilase, enzim yang bertanggung
jawab untuk sintesis ergosterol, yang merupakan sterol utama membran sel jamur. Pada
konsentrasi tinggi, azol menyebabkan K+ dan komponen lain bocor keluar dari sel jamur.
Senyawa Imidazol
1. Ketokonazol
a) Rumus bangun:
1,3-dioxo
c) lan-4-yl]methoxy}phenyl)piperazin-1-yl]ethan-1-one
e) Sifat fisika dan kimia: Ketokonazol berupa serbuk putih hingga sedikit abu-abu dan
praktis tidak larut dalam air. Ketokonazol mempunyai pKa 2.9 hingga 6.5. Larut dalam
DMSO atau kloroform.
f) Golongan kelas terapi: antifungi golongan azol
g) Aktivitas antijamur: Ketokonazol aktif sebagai antijamur baik sistemik maupun
nonsistemik. Efektif terhadap Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcus
neoformans, H. capsulatum, B. dermatitis, Aspergillus dan Sporothrix spp.
h) Regimen dosis: Dewasa adalah satu kali 200-400mg sehari. Pada anak-anak diberikan
3,3-6,6 mg/kgBB/hari. Lama pengobatan: 5 hari untuk kandidiasis vulvovagnitis, 2
minggu untuk kandidiasis esofagus dan 6-12 bulan untuk mikosis dalam.
i) Indikasi: Efektif untuk histoplasmosis paru, tulang, sendi, dan jaringan lemak. Efektif
pula untuk kriptokokus nonmeningeal, parakoksidioidomikosis, dermatomikosis,
kandidiasis ( mukokutan, vaginal, oral).
j) Kontra indikasi: Penggunaan ketokonazol dengan terfenadin, astemizol atau sisaprid
dikontraindikasikan karena dapat menyebabkan perpanjangan interval QT dan dapat
menyebabkan aritmia ventrikel jantung.
k) Efek samping yang sering dijumpai seperti mual dan muntah. Keadaan akan lebih
ringan apabila obat ditelan bersama makanan. Sedangkan yang jarang dijumpai adalah
sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia,pruritus, parestesia, gusi berdarah,
erupsi kulit dan trombositopenia. Hepatotoksisitas berat pada wanita berusia lebih dari
lima puluh tahun, nekrosis hati pada penggunaan jangka panjang, ginekomastia pada
pasien pria dan haid tidak teratur bagi wanita.
l) Interaksi obat: Pemberian ketokonazol bersama dengan obat yang menginduksi enzim
mikrosom hati (rifampisin, isoniazid, fenitoin) dapat menurunkan kadar ketokonazol.
Sebaliknya, ketokonazol dapat meningkatkan kadar obat yang dimetabolisme oleh
enzim CYP3A4 sitokrom P450 (siklosporin, warfarin, midazolam, indinavir ).
m)Mekanisme kerja Obat: Mengganggu sintesis ergosterol, diikuti peningkatan
permeabilitas pada membrane sel fungi (jamur) dan kebocoran komponen sel.
Mempengaruhi permeabilitas dinding sel melalui penghambatan sitokrom P450 jamur;
menghambat biosintesa trigliserida dan fosfolipid jamur; menghambat beberapa enzim
pada jamur yang mengakibatkan terbentuknya kadar toksik hidrogen peroksida; juga
menghambat sintesis androgen.
n) Farmakokinetik obat: Penyerapan melalui saluran cerna berkurang pada pasien dengan
pH lambung tinggi. Setelah pemberian per oral, obat ini ditemukan dalam urin, kelenjar
lemak, liur, juga pada kulit yang mengalami infeksi. Dalam plasma 84% ketokonazol
berikatan dengan protein plasma terutama albumin, 15% berikatan dengan eritrosit, dan
1% dalam bentuk bebas. Ketokonazol sebagian diekskresikan bersama cairan empedu
ke lumen usus dan hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin, semuanya
dalam bentuk metabolit yang tidak aktif.
o) Inkompatibilitas: Pemberian bersama-sama dengan terfenadine dan astemizole.
Bentuk dan kekuatan sediaan yang ada dipasaran: Tablet 200mg, krim 2% dan shampo 2%.
2. Klotrimazol
a) Rumus bangun:
d) Sifat Fisika dan Kimia: Vagina Tablet putih atau hampir putih, atau hampir putih
mekanisme kerja mirip mikonazol dan secara topikal digunakan untuk pengobatan
tinea pedis, kruris dan korporis yang disebabkan olehT. rubrum, T. mentagrophytes,
E.floccosum dan M. canis dan untuk tinea versikolor. Juga untuk infeksi kulit dan
g) Regimen dosis: oleskan salep 2-3 kali/hari, digunakan pada kondisi kulit bersih dan
j) Efek samping: Eritema, rasa tersengat, lepuh, kulit mengelupas, edema, gatal,
nefazodone, pimozide.
n) Inkompatibilitas: -
Bentuk dan kekuatan sediaan yang ada dipasaran: 1) Cream 1% /5g, 2) 10g Solutio 1%
3. Mikonazol
a) Rumus bangun:
b) Nama IUPAC: (RS)-1-(2-(2,4-Dichlorobenzyloxy)-2-(2,4-dichlorophenyl)ethyl)-
1H-imidazole
d) Sifat Fisika dan Kimia: Mikonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang
rlatif stabil, mempunyai spektrum antijamur yang lebar terhadap jamur dermatofit.
Obat ini berbentuk kristal putih, tidak berwarna dan tidak berbau, sebagian kecil larut
g) Regimen dosis: infeksi kulit 1-2 dd salep 2% (gram nitrat) selama 3-5 minggu,
infeksi kuku: 1-2 dd tingtur 2% selama 8 bulan atau lebih. Krem vaginal 2% (gyno-
h) Indikasi: Infeksi topikal dermatofit dan jamur lain seperti kandida, tinea, dan
sediaan
j) Efek samping: : Iritasi lokal, sensitasi dan kontak dermatitis, eritema, rasa terbakar
lemah.
k) Interaksi Obat: : Inhibitor lemah dari CYP2C9. Obat Dimetabolisme oleh Enzim
mikrosomal hepatik . Obat dimetabolisme oleh CYP2C9: mungkin meningkat
konsentrasi plasma.
l) Mekanisme kerja obat: Inhibisi biosintesis ergosterol, merusak membran dinding
baik..
Miconazole sangat terikat oleh protein di dalam serum. Konsentrasi di dalam CSF
tidak begitu banyak, tetapi mampu melakukan penetrasi yang baik ke dalam
peritoneal dan cairan persendian. Kurang dari 1% dosis parenteral diekskresi di dalam
urin dengan komposisi yang tidak berubah, namun 40% dari total dosis oral
dieliminasi melalui kotoran dengan komposisi yang tidak berubah pula. Miconazole
dimetabolisme oleh liver dan metabolitnya diekskresi di dalam usus dan urin. Tidak
n) Inkompatibilitas: -
o) Bentuk dan kekuatan sediaan yang ada dipasaran: 1) Cream 2%, 2) Bedak 2%, 3)
Derivat Triazol
1. Flukonazol
a) Rumus bangun:
azole lainnya.
saraf pusat.
k) Interaksi Obat: Kadar plasma fenitoin dan sulfonilurea akan meningkat pada
amfoterisin B.
pemberian oral, dengan 90% bioavailabilitas, 12% terikat pada protein. Obat ini
mencapai konsentrasi tinggi dalam LCS, paru dan humor aquosus, dan menjadi
juga meningkat dalam vagina, saliva, kulit dan kuku. Obat ini diserap sempurna
lambung.
n) Kadar puncak 4-8 µg dicapai setelah beberapa kali pemberian 100 mg.
o) Waktu paruh eliminasi 25 jam sedangkan ekskresi melalui ginjal melebihi 90%
bersihan ginjal.
p) Inkompatibilitas: -
q) Bentuk dan kekuatan sediaan yang ada dipasaran: Flukonazol tersedia untuk
pemakaian sistemik (IV) dalam formula yang mengandung 2mg/ml dan untuk
pemakaian per oral dalam kapsul di Indonesia mengandung 50,100,150,200 mg.
c. GOLONGAN ALILAMIN
1. TERBINAFIN
a) Rumus bangun
ylmethyl)amine
empirical formula C21H26CIN with a molecular weight of 327.90, and the following
ethanol, and slightly soluble in water. Each tablet contains: Active Ingredients:
f) Aktivitas antijamur: Terbinafin merupakan anti jamur yang berspektrum luas. Efektif
terhadap dermatofit yang bersifat fungisidal dan fungistatik untuk Candida albican, s
g) Regimen dosis:
Dewasa Anak-anak
Onikomikosis Kuku tangan : 250 mg/hr 3-6 mg/khg/hr x 6-12
x 6 minggu minggua
Kuku kaki : 250 mg/hr x
12 minggu
Tinea kapitis 250 mg/hr x 2-8 minggu Infeksi Trichophyton : 3-
6 mg/kg/hr x 2-4 minggua
Infeksi Microsporum : 3-
6 mg/kg/hr x 6-8 minggua
Tinea korporis, tinea 250 mg/hr x 1-2 minggu 3-6 mg/kg/hr x 1-2
kruris minggu
b
Tinea pedis (mokasin) 250 mg/hr x 2 minggu
b
Dermatitis seboroik 250 mg/hr x 4-6 minggu
h) Indikasi: bekerja terhadap Malassezia furfur, penyebab panu, juga bekerja pada
kandidiasis, lebih banyak terhadap kuku kapur, Tinea capitis pada anak-anak.
(enzim yang berfungsi sebagai katalis untuk merubah squalene-2,3 epoxide) pada
sterol yang utama pada membran plasma sel jamur). Terbinafin menyebabkan Hal ini
fungistatik) dan dengan adanya penumpukan squalene yang banyak di dalam sel
jamur dalam bentuk endapan lemak sehingga menimbulkan kerusakan pada membran
m) Farmakokinetik Obat: Dosis oral 250 mg secara tunggal menghasilkan kadar puncak
plasma 0,8 mg/l 2 jam setelah pemberian. Total klirens plasma terbinafine sekitar
plasma (99%). Obat ini secara cepat berdifusi melalui jaringan dermis dan tertumpuk
n) Inkompatibilitas: -
1. Anidulafungin
a) Rumus bangun:
dihydroxy-2-(4-hydroxyphenyl)ethyl]-11,20,21,25-tetrahydroxy-3,15-bis[(1R)-1
hydroxyethyl]-26-methyl-2,5,8,14,17,23-hexaoxo-1,4,7,13,16,22-hexaazatricyclo
[22.3.0.09,13]heptacosan-18-yl]- 4-{4-[4-(pentyloxy)phenyl]phenyl}benzamide
g) Regimen dosis: infus intravena, dosis awal 200 mg sebagai dosis tunggal, diikuti 100
mg/hari. Terapi dilanjutkan selama minimal 14 hari sesudah hasil positif terakhir pada
kultur.
l) Mekanisme kerja obat: Inhibitor nonkompetitif dari synthase 1,3- beta - D - glucan
polisakarida penting yang terdiri dari 30 % sampai 60 % dari dinding sel Candida
e. GOLONGAN LAIN
1. Flusitosin
a) Rumus bangun:
kristal putih tidak berbau, sedikit larut dalam air tapi mudah larut dalam
alkohol.
verrucosa.
g) Regimen dosis: Flusitosin tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg.
Dosis yang biasanya digunakan ialah 50-150 mg/kgBB sehari yang dibagi
dalam 4 dosis.
h) Indikasi: infeksi sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat diberikan
per oral.
kromoblastomikosis
l) Interaksi Obat:
m) Mekanisme kerja obat: Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan
sitosin deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah
metabolit fluorourasil. Keadaan ini tidak terjadi pada sel mamalia karena
bentuk utuh, kadar dalam urin berkisar antara 200-500µg/ml. Kadar puncak
dalam darah setelah pemberian per-oral dicapai 1-2 jam. Kadar ini lebih tinggi
pada penderita infusiensi ginjal. Masa paruh obat ini dalam serum pada orang
normal antara 2,4-4.8 jam dan sedikit memanjang pada bayi prematur tetapi
o) Inkompatibilitas: -
2. GRISEOFULVIN
a) Rumus bangun:
termostabil. Dalam perdagangan obat ini tersedia untuk penggunaan secara oral
e) Kelarutan: Larut dalam etanol, metanol, aseton, benzen, kloroform,etil asetat dan
yang merupakan penyebab infeksi jamur pada kulit, rambut kuku. Griseofulvin tidak
h) Regimen dosis: Dewasa :500 mg sehari dalam dosis terbagi atau dosis tunggal, pada
infeksi berat dosis dapat ditingkatkan hingga dua kali lipat , kemudian dosis
diturunkan jika telah ada respon; Anak-anak : 10 mg/kg sehari dalam dosis terbagi
i) Indikasi: Infeksi dermatofit pada kulit, kulit kepala, rambut dan kuku jika terapi
koordinasi, neuropati perifer, leukopenia, ruam termasuk yang jarang terjadi erithema
l) Interaksi Obat: - Dengan Obat Lain : Efek sitokrom P450: induksi CYP1A2 (lemah),
yang mengandung lemak tinggi. Etanol : hindari etanol (dapat meningkatkan depresi
SSP), Etanol akan menyebabkan reaksi type ’’disulfiram’’ seperti kemerahan, sakit
kepala, mual dan pada beberapa pasien mengalami muntah dan nyeri dada dan/atau
abdominal.
m) Mekanisme kerja obat: Menghambat mitosis sel jamur pada metafase; berikatan
eliminasi : 9-22 jam; Ekskresi : urine (< 1% dalam bentuk obat tidak berubah); feses
dan keringat
o) Inkompatibilitas:-
125mg(500mg)/tablet(forte)250mg / tablet.