Anda di halaman 1dari 17

SPEKTROFOTOMMETRI ATOMIK

“ATOMIC EMISSION SPECTROCOPY (AES)”

Tugas Makalah
Disusun Sebagai Syarat Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Analisis Instrummen di Program Studi Pendidikan Kimia

Dosen Pengampuh :
Dra. Sri Hastuti Virgianti Pulukadang, M.Si

Oleh:
Kelompok VII
Moh. Rais Perdana Putra (A25119020)
Nurul Zafitri Juna (A25119086)
Oktaviana Rustam (A25119106)
Mitha Widya Ningrum (A25117105)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah – Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Spektrofotometri Atomik” ini tepat pada waktu yang telah
ditetapkan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari dosen pembimbing pada mata kuliah “Analisis Instrumen”. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Spektrofotometri
Atomik” bagi para pembaca dan khususnya kepada kami selaku penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen selaku


pembimbing mata kuliah “Analisis Instrumentasi” yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 20 Oktober 2021

Penyusun

i|Kata Pengantar
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................................. i
Daftar Isi ............................................................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II. Dasar Teori.......................................................................................................... 2
2.1 Deskripsi ............................................................................................................ 3
2.2 Prinsip Kerja ..................................................................................................... 3
2.3 Analisis Kualitatif ............................................................................................. 5
2.4 Analisis Kuantitatif ........................................................................................... 6
2.5 Bagian-bagian Spektrokopi Emisi Atom ........................................................ 6
2.6 Cara Kerja ......................................................................................................... 9
2.7 Kelebihan dan Kelemahan ............................................................................. 10
BAB III. PENUTUP ........................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 11
3.2 Saran ................................................................................................................ 11
Daftar Pustaka ....................................................................................................................

ii | D a f t a r i s i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di alam semesta ini sangat banyak ditemukan unsur-unsur. Ada yang
bersifat logam, semilogam, dan nonlogam. Dan letaknya pun juga berbeda-
beda. Ada yang di tanah, udara, air, dan lain-lain. Seorang analis perlu untuk
mengetahui banyak konsentrasi unsur-unsur logam tersebut. Misalnya unsur
yang ada di dalam daun tumbuh-tumbuhan. Pentingnya bagi seorang analis
adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan untuk menganalisis suatu
penyakit, bahkan juga berguna untuk menciptakan suatu produk yang berguna
bagi masyarakat luas. Namun, proses analisis tersebut tidaklah mudah.
Karena membutuhkan keahlian tertentu. Cara penentuan konsentrasi suatu
unsur (logam) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara konvensional dan
cara instrumental. Cara konvensional adalah cara menentukan konsentrasi
suatu unsur yang berdasarkan reaksi-reaksi kimia dan cara ini masih
sederhana serta memiliki banyak kesalahan. Sedangkan cara instrumental
adalah cara menentukan konsentrasi suatu unsur dengan menggunakan alat
instrument yang canggih. Cara ini lebih efektif dan efisien serta memiliki
banyak keuntungan.
Pengukuran dengan spektroskopi emisi dapat dimungkinkan karena
masing-masing atom mempunyai tingkat energi tertentu yang sesuai dengan
posisi elektron. Pada keadaan normal, elektron-elektron ini berada pada
tingkat dasar dengan energi terendah. Penambahan energi baik secara termal
maupun elektrikal, menyebabkan satu atau lebih elektron diletakkan pada
tingkat energi lebih tinggi, menjauh dari inti. Elektron tereksitasi ternyata
lebih mudah kembali ke tingkat dasar dan pada proses ini kelebihan energi
dipancarkan dalam bentuk energi radiasi foton. Jika energi eksitasinya
semakin besar, maka energi emisinya juga semakin besar. Absorpsi sendiri
(self absorpsion) kadangkala menurunkan intensitas emisi.

1|Analisis Instrumen
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Prinsip kerja Spektrokopi emisi atom?
2. Apa saja bagian dari alat Spektrofopi emisi atom beserta fungsinya?
3. Bagaimana cara kerja dari alat spektrokopi emisi atom?

1.3 Tujuan
Tujuan dari Makalah ini adalah untuk memahami Spektrofotometri Emisi
Atom (AES) dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Instrumen.

2|Analisis Instrumen
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Deskripsi
Teknik spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari interaksi radiasi
dengan materi pada panjang gelombang tertentu. Sedangkan spektrofotometri
adalah pengukuran kuantitatif dari intensitas radiasi elektromagnetik pada
satu atau lebih panjang gelombang dengan suatu transduser (detektor).
Spektroskopi emisi atom atau Atomic Emission Spectroscopy (AES)
adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk analisa logam secara kualitatif
maupun kuantitatif yang didasarkan pada pemancaran atau emisi sinar dengan
panjang gelombang yang karakteristik untuk unsur yang dianalisa. Sumber
dari pengeksitasi dari Atomic Emission Spectroscopy bisa didapat dari nyala
api gas atau Busur listrik. Sumber eksitasi dari nyala gas biasanya disebut ICP
(Inductively Couple Plasma) sedangkan sumber eksitasi dari busur listrik
biasa disebut “ARC” atau “SPARK”, sedangkan alat detector sinarnya adalah
Tabung Penggandaan Foton atau “Photo Multiplier Tube (PMT)”. AES
digunakan untuk unsur golongan alkali karena unsur-unsur golongan alkali
elektronnya mudah tereksitasi, sedangkan unsur-unsur golongan lain
membutuhkan panas lebih tinggi untuk dapat tereksitasi elektronnya sehingga
tidak dapat menggunakan AES. Eksitasi adalah proses perpindahan elektron
ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan menyerap sejumlah energi tertentu
dari luar.

2.2. Prinsip Dasar


Spektroskopi emisi atom merupakan spektroskopi yang didasarkan pada
cahaya yang dipancarkan ketika elektron turun dari level energi tinggi ke
energi yang lebih rendah. Jika ada energi dari luar yang mengganggu atom,
misalnya dari sumber eksitasinya (arc, spark, dan plasma) yang dihasilkan
tegangan tinggi atau laser pulsa berdaya tinggi, maka elektron dalam atom
akan naik dari ground state ke level energi eksitasi dikarenakan absorbsi dari
energi yang mengganggu. Elektron kemudian turun kembali ke level ground

3|Analisis Instrumen
state dengan memancarkan cahaya yang disebut sebagai foton. Cahaya yang
dipancarkan tersebut memiliki karateristik khusus sesuai dengan atomnya.
Salah satunya pada panjang gelombangnya.
Prinsip dasar dari analisa Atomic Emission Spectrometer (AES) ini yaitu :
Apabila atom suatu unsur ditempatkan dalam suatu sumber energi kalor
(sumber pengeksitasi), maka elektron di orbital paling luar atom tersebut yang
tadinya dalam keadaan dasar atau „ground state‟ akan tereksitasi ke tingkat-
tingkat energi elektron yang lebih tinggi. Eksitasi adalah proses perpindahan
elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan menyerap sejumlah energi
tertentu dari luar. Karena keadaan tereksitasi itu merupakan keadaan yang
sangat tidak stabil maka elektron yang tereksitasi itu secepatnya akan kembali
ke tingkat energi semula yaitu ke keadaan dasarnya (ground state). Pada
waktu atom yang tereksitasi itu kembali ke tingkat energi lebih rendah yang
semula, maka kelebihan energi yang dimilikinya sewaktu masih dalam
keadaan tereksitasi akan „dibuang‟ keluar berupa „emisi sinar‟ dengan
panjang gelombang yang karakteristik bagi unsur yang bersangkutan.

Sumber Pengeksitasi atom


Sumber pengeksitasi atom suatu unsur memerlukan suatu sumber energi kalor
yang mampu mengeksitasikan elektron di orbital paling luar dari atom
tersebut ke tingkat energi atom yang lebih tinggi.
Pada spektrofotometri emisi nyala, sumber pengeksitasinya adalah nyala api
gas, tetapi kelemahan dari nyala api ini adalah energi kalor yang dihasilkan
nya relatif rendah. Misalnya campuran gas Acetilen dan O2 murni hanya akan
menghasilkan suhu sekitar 3000oC. Dengan kombinasi gas ini maka unsur-
unsur yang dapat dieksitasikan dengan menghasilkan intensitas sinar emisi
yang baik biasanya adalah logam-logam alkali (Na, K, Li, Ca dll). Sedangkan
untuk mengeksitasikan atom logam-logam yang lebih berat maka diperlukan
nyala api dengan kombinasi gas lain yang dapat memberikan suhu lebih
tinggi dan juga memberikan energi kalor yang lebih tinggi.

4|Analisis Instrumen
Oleh karena itu telah diusahakan adanya sumber-sumber pengeksitasi atom
yang dapat menghasilkan energi kalor yang lebih tinggi. Ada dua jenis
sumber pengeksitasi yang mampu memberikan energi kalor dan suhu yang
lebih tinggi, yaitu „bunga api listrik‟ yang disebut „Arc‟ atau “Spark” dan
“Plasma” yang ditimbulkan secara induksi (Inductively Couple plasma atau
ICP). Dengan kedua jenis sumber eksitasi ini maka hampir semua unsur
logam dapat dieksitasikan.
Yang dimaksud dengan bunga api listrik atau awan muatan listrik
(electrical discharge) adalah loncatan muatan listrik antara ujung batang
elektroda dan sampel dimana ujung elektroda dan sampel tidak saling
bersentuhan dan apabila antara keduanya diberikan tegangan listrik yang
tinggi, maka akan terjadi loncatan muatan elektron dan akan menimbulkan
tahanan sehingga hal ini akan menimbulkan kalor yang sangat tinggi, Suhu
yang dihasilkan oleh muatan listrik tersebut berkisar antara 4000oC sampai
dengan 7000oC. Jadi jauh lebih tinggi dari pada yang dihasilkan oleh nyala
api gas acetilen dan O2.

2.3. Analisis Kualitatif


Garis-garis emisi yang khas bagi suatu unsur logam akan tergambar pada
film foto sebagai garis-garis hitam, letak suatu garis hitam tersebut pada film
foto menentukan nilai panjang gelombang yang khas bagi unsur logam
bersangkutan. Suatu unsur logam tertentu dapat menghasilkan banyak sekali
garis hitam pada film foto, dengan intensitas yang berbeda. Untuk
mengidentifikasi unsur logam secara kualitatif dengan cara ini maka dibuat
spectrum emisi cuplikan yang mengandung logam X pada film foto, sehingga
pada film tersebut timbul garis-garis hitam dengan panjang gelombang yang
khas bagi logam X tersebut, kemudian spectrum logam X tersebut
dibandingkan dengan spectrum standar (juga dalam film foto) yang
mengandung garis-garis hitam yang khas untuk berbagai unsur logam yang
telah diketahui jenisnya dan biasanya disebut “Master Spectrum”.

5|Analisis Instrumen
2.4. Analisis Kuantitatif
Dahulu banyak dilakukan dengan menggunakan alat spektrograf emisi
yang detektornya film foto. Dibuat beberapa cuplikan standar unsur X dengan
konsentrasi yang sudah diketahui, kemudian tiap cuplikan standar itu di
dieksitasi dalam “Spark” sehingga diperoleh spectrum emisi X tersebut pada
film foto. Dari berbagai garis spectrum yang dihasilkan pada film foto
tersebut, kemudian dipilih salah satu garis yang intensitasnya kuat dan dengan
menggunakan alat “Densitometer” diukur derajat kehitaman dari garis yang
dipilih itu pada berbagai konsentrasi X.
Semakin tinggi konsentrasi X maka semakin hitam garisnya (dan
sebaliknya). Sehingga dapat disimpulkan“Tingkat kehitaman garis spectrum
emisi pada film foto itu berbanding lurus dengan Intensitas (I) garis emisi
itu”. Densitometer memberikan langsung nilai Intensitas untuk berbagai
konsentrasi. Sehingga dapat dibuat kurva hubungan antara Intensitas dan
Konsentrasi pada suatu panjang gelombang yang diukur.
Banyak kerumitan dan kesulitan yang diperoleh dengan cara atau metoda
analisa yang menggunakan detektor film foto ini, karena waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan analisanya tidak singkat.
Dengan berkembangannya ilmu elektronik yang semakin maju, maka detektor
film foto ini sekarang diganti dengan“Tabung Penggandaan Foto” (Photo
Multi Plier Tube) / PMT.

2.5. Bagian-bagian Spektrokopi Emisi Atom


a. Spark Stand
Spark stand, adalah bagian dimana Sampel dan elektroda yang
biasanya terbuat dari logam wolfram dialiri arus yang dibangkitkan oleh
suatu unit pembangkit tegangan tinggi (High Voltage Discharge) sehingga
akan timbul spark atau Arc. Proses spark ini akan menyebabkan molekul-
molekul dalam sample akan teratomisasi dan kemudian tereksitasi. Banyak

6|Analisis Instrumen
sumber energi yang dapat digunakan untuk membangkitkan spark atau
Ark. Seperti plasma yang ditimbulkan oleh RF Generator, dalam hal ini
yang terpenting adalah Sumber dari pembangkit tersebut mampu
mengeksitasikan atom-atom yang ada dalam sample.
Proses spark akan menyebabkan atom-atom dalam sampel tereksitasi dan
memancarkan sinar polikromatik. Sinar polikromatik ini selanjutnya
dilewatkan melalui lensa kondenser kemudian masuk melalui celah masuk
(Entrance slit), selanjutnya akan mengenai suatu kisi difraksi yang
kemudian mendispersikannya menjadi sinar-sinar monokromatik. Sinar-
sinar monokromatik ini lalu dilewatkan melalui suatu celah keluar (exit
slit) dan selanjutnya akan ditangkap oleh photomultiplier tube (PMT) yang
bertindak sebagai detektor dan merubahnya menjadi photocurrent.
b. Concave Diffraction Grating
Concave Diffraction Grating adalah sebuah alat untuk mendispersikan
spectrum polikromatis menjadi spectrum monokromatis. Alat ini adalah
sebuah lempengan cekung yang pada permukaannya diberikan alur-alur
(grooves) yang sejajar dan biasanya sekitar 1200 – 3000 groove per mm.
c. Exit Slit (Celah keluar)
Setelah sinar polikromatis didispersikan menjadi sinar monokromatis
oleh oleh grating, kemudian keluar melalui suaqtu celah yang disebut Exit
slit atau secondary opic.
d. Detektor
Ada tiga macam detector yang berbeda dalam rentang panjang
gelombangnya, kecepatan respon, sensitivitas dll. Detektor dimaksudkan untuk
merubah energi yang dipancarkan menjadi sebuah sinyal listrik yang kemudian
diproses oleh sebuah amplifier sehingga dapat dapat di interpretasikan lebih
lanjut. Ketiga detector tersebut adalah :
1. Photocell
Fungsinya adalah mengubah energi sinar menjadi arus listrik yang
sebanding dengan Intensitasnya. Daerah kerja detector ini pada daerah
sinar tampak (380 – 780 nm) . Bentuknya dalah sebuah keeping logam

7|Analisis Instrumen
yang dilapisi dengan bahan Selenium yang sensitive terhadap sinar.
Sinar yang mengenai lapisan ini menyebabkan elektron terlepas dan
akan terjadi perbedaan muatan yang dapat diukur besarnya dengan
microammeter, detektor ini kurang sensitive dan responnya rendah.
2. Phototube
Kontruksi detektor ini adalah sebuah tabung vakum yang terbuat
dari kuarsa, bagian dalamnya berisi katoda (Photocathode) logam
berbentuk ½ silinder dengan permukaanya dilapisi oksida logam yang
mudah melepaskan electron bila dikenai sinar, kemudian sebagai anoda
adalah sebuah kawat berlubang (wire mesh). Antara Katoda dan Anoda
dipasang selisih tegangan dan apabila sebuah sinar datang masuk
melalui jendela kuarsa dan jatuh ke permukaan Katoda, energi sinar ini
akan diserap oleh lapisan oksida logam dan elektron yang ada dilapisan
ini akan terlempar dan berkumpul pada Anoda, sehingga dalam tabung
foton akan timbul arus. Detector ini mampu membaca sinar tampak dan
sinar ultra violet dengan panjang gelombang dari 190 – 650 nm dan dari
600 – 1000 nm. Jadi untuk menguji daerah dengan panjang gelombang
dari 190 sampai 1000 nm diperlukan lebih dari satu detector.
3. Photomultipliers
PMT atau Tabung Penggandaan Foton terdiri dari tabung kaca hampa
udara yang sebagian dindingnya terbuat dari kuarsa, bagian dalam
terdiri dari Katoda yang permukaannya dilapisi suatu bahan yang akan
mengeluarkan electron bila dikenai sinar. Selanjutnya sejumlah
elektroda yaitu Dynode yang diberi tegangan listrik dan yang dapat
mengeluarkan elektron bila permukaannya dikenai berkas elektron yang
dipercepat, rangkaian listrik yang meliputi katoda, sumber arus 900
Volt dan pembagi tegangan untuk 9 dynode (masing-masing 90 Volt),
tahanan, penguat arus (amplifier) dan pencatat (recorder). Apabila
berkas sinar dengan intesitas P (dari sumber cahaya spark) jatuh pada
permukaan katoda maka lapisan yang melapisi katoda akan melepaskan
electron. Berkas electron ini akan bergerak dengan percepatan

8|Analisis Instrumen
kepermukaan dinoda 1 yang mempunyai tegangan 90 Volt lebih positif
dari katoda. Tiap electron yang jatuh pada permukaan dynode 1 akan
menyebabkan dikeluarkannya lebih dari satu electron dari permukaan
dynode 1 itu. Elektron dari dynode 1 akan bergerak dengan percepatan
kepermukaan dynode 2 yang juga 90 Volt lebih positif dari dynode 1,
tiap electron yang jatuh kepermukaan dynode 2 akan melepaskan lebih
dari satu electron. Elektron dari permukaan dynode 2 akan menuju
kepermukaan dynode 3 yang juga 90 Volt lebih positif, dan seterusnya.
Setelah proses tersebut berlangsung 9 kali (pada 9 dynode) maka untuk
setiap fotton,sinar yang jatuh pada permukaan katoda akan dibebaskan
106 – 107 elektron yang akan terkumpul pada Anoda. Arus listrik yang
telah mengalami pengutan (didalam tabung, karena adanya dynode)
disalurkan melalui rangkaian untuk diperkuat lebih lanjut.

2.6. Cara Kera Alat


Sampel dapat berupa zat padat, cair, ataupun gas. Sebelumnya, sampel
harus dikonversi menjadi atom bebas biasanya melalui sumber eksitasi suhu
tinggi. Sampel cair dikonversi dalam bentuk nebulasi dan dibawa ke sumber
eksitasi oleh gas yang mengalir. Sampel padat dapat dikonversi melalui ablasi
laser sehingga dapat dirubah dari sampel solid menjadi aliran gas. Zat padat
juga dapat langsung menguap oleh percikan antara elektroda.
Salah satu energi yang bisa digunakan untuk mengeksitasi atom adalah
dengan menembakkan laser pulsa berdaya tinggi (energi ~20 mJ) ke
permukaan material.
Berikut ini skematik spektroskopi emisi atom menggunakan laser daya
tinggi:
Jika sebuah laser (CO2 laser) ditembakkan ke permukaan sebuah material,
maka permukaan material akan terablasi dan atom serta molekul keluar
dengan menghasilkan sebuah cahaya plasma yang mempunyai temperatur
tinggi sebesar 10000 K. Karena temperatur yang tinggi, atom yang ada di
dalam plasma tersebut tereksitasi. Dengan menggunakan fiber optik

9|Analisis Instrumen
(digunakan untuk mengirimkan cahaya ke spektrometer) dan spektrometer
(digunakan untuk mendispersi cahaya seperti cara kerja prisma) akan
dperoleh spektrum hubungan panjang gelombang dan intensitas. Panjang
gelombang ini merupakan atom-atom yang teridentifikasi dari material yang
ditembak. Dengan menggunakan teknik ini, mampu mengetahui atom yang
terkandung dalam material dalam waktu yang sangat cepat yaitu kurang dari 1
menit. Dengan karakteristik khusus yang dimiliki oleh atom, yaitu setiap
atom mempunyai panjang gelombang yang berbeda satu sama lain, maka kita
dapat mengetahui kandungan semua atom dalam semua material baik gas,
padat, serbuk, dan cair.
2.7. Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan
1. Dapat menangani berbagai pelarut, baik organik dan anorganik di alam.
2. Dapat disesuaikan untuk menangani padatan, lumpur, cair, atau gas.
3. Dapat mendeteksi unsur non-logam (misalnya: P, S, halogen)
4. Murah dalam pembelian dan pemeliharaan
5. Mudah dioperasikan
b. Kekurangan
1. Tidak dapat mengidentifikasi keadaan oksidasi unsur/ senyawa dalam
matriks aslinya.
2. Energi kalor yang dihasilkan nya relatif rendah sehingga perlu adanya
kombinasi gas.

10 | A n a l i s i s I n s t r u m e n
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Teknik spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari interaksi radiasi
dengan materi pada panjang gelombang tertentu. Sedangkan
spektrofotometri adalah pengukuran kuantitatif dari intensitas radiasi
elektromagnetik pada satu atau lebih panjang gelombang dengan suatu
transduser (detektor).
2. Pada spektrofotometri emisi nyala, sumber pengeksitasinya adalah nyala
api gas, tetapi kelemahan dari nyala api ini adalah energi kalor yang
dihasilkan nya relatif rendah.
3. Bagian-bagian alat spektroskopi emisi atom meliputi: Spark Stand,
Concave Diffraction Grating, Exit Slit (Celah keluar), Detektor.

3.2 Saran
Ada beberapa jenis pada spektroskopi yang sudah dijelaskan, namun sangat
disarankan untuk memilih spektroskopi yang akan digunakan sesuai
kebutuhan. Dengan syarat pemilihan yaitu cara kerja alat yang mudah dengan
biaya yang murah, serta menghubungkannya dengan objek yang akan kita
analisis. Karena dengan pemilihan spektroskopi yang sesuai akan
mempermudah dalam proses analisa

11 | A n a l i s i s I n s t r u m e n
Daftar Pustaka

Bassett. J., R.C. Denney, G. H. Jeffery dan J. Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta :EGC.
Day, R.A dan Underwood, A.L. 1989. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta
:Erlangga.
Mulja, M. dan Suharman. 1995. Analisis Instrumen. Surabaya :Airlangga
University Press.
Gandjar, Ibnu G., Rohman, Abdul. 2012. ANALISIS OBAT SECARA
SPEKTROFOTOMETRI DAN KROMATOGRAFI. Yogyakarta :Pustaka
Pelajar.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. 275-283. Jakarta :UI-Press
Sastrohamidjojo. Spektroskop. Yogyakarta :Liberty.
Sudjadi. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
Sumar Hendayana, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen (edisi kesatu).
Semarang: IKIP Semarang Press

12 | A n a l i s i s I n s t r u m e n
13 | A n a l i s i s I n s t r u m e n

Anda mungkin juga menyukai