Anda di halaman 1dari 5

Disolusi dan Biopharmacetics Classification System (BCS)

Disolusi merupakan proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut dalam
suatu pelarut. Laju disolusi merupakan jumlah zat aktif yang dapat larut dalam suatu waktu
tertentu pada kondisi antar permukaan cair padat, pada suhu dan media yang dibakukan. Laju
disolusi obat dapat dijelaskan dengan persamaan Noyes-Whitney:


= ( )

Keterangan:

= laju pelarutan obat pada waktu t

D = Koefisien difusi
A = Luas permukaan zat padat yang melarut
h = Ketebalan lapisan difusi
Cs = Konsentrasi obat dalam lapisan difusi (kelarutan)
Ct = Konsentrasi obat pada medium disolusi pada waktu t

Disolusi obat dalam medium cair merupakan kondisi yang mempengaruhi absorbsi
sistemik sehingga akan mempengaruhi ketersediaan hayati, dimana disolusi dipengaruhi oleh
kelarutan obat. Sehingga kelarutan obat yang rendah akan membatasi proses absorpsinya
sehingga mempengaruhi ketersediaan farmasetiknya. Ketersediaan farmasetika berhubungan
dengan Biopharmacetics Classification System (BCS).
Tabel 1. Sistem Klasifikasi Biofarmasetika
Class I Class II
High permeability High permeability
High solubility Low solubility
Class III Class IV
Low permeability Low permeability
High solubility Low solubility

Tabel 2. Contoh obat dalam sistem klasifikasi biofarmasetika


Class I Class II Class III Class IV
Verapamil, Amprenavir, Alpha-methyldopa, Furosemide,
propranolol, carbamazepine, ranitidine, atenolol, hydrochlorothiazide
theophylline, nifedipine, acyclovir,
caffeine, nisoldipine,
enalaprilate
metoprolol ketoconazole,
nicardipine,
mefenamic acid,
griseofulvin,
naproxen,
ketoprofen

Meningkatkan kelarutan merupakan suatu cara untuk meningkatkan bioavailabilitas


obat sehingga cara meningkatkan kelarutan obat menjadi suatu tantangan bagi formulator obat.

Cara Peningkatan Disolusi


Teknik perbaikan kelarutan dapat dikategorikan ke modifikasi fisik, modifikasi kimia dari zat
obat, dan teknik lainnya.

Tabel 3. Kategori Teknik Peningkatan Disolusi


Teknik Contoh

Modifikasi Fisik / physical modification Pengecilan ukuran partikel (mikronisasi &


nanosuspensi)
Ko-kristal
Solid disperse
Teknik kriogenik

Modifikasi kimia / chemical modification


Pembentukan garam
Penggunaan buffer
Perubahan pH

Teknik lain Penggunaan adjuvant


Penggunaan kosolven
(surfaktan)
Hydrotrophy
Supercritial Fluid Process

Eksipien Peningkat Disolusi


Peningkatan disolusi dari obat dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah
satunya adalah dengan menggunakan eksipien yang dapat meningkatkan disolusi obat dalam
suatu formulasi. Beberapa penggolongan eksipien yang dapat digunakan untuk meningkatkan
disolusi adalah:
Tabel 4. Beberapa Penggolongan Eksipien Peningkat Disolusi
Polimer Polyvinylpyrrolidone, Polyvinylpolypyrrolidone, Polyvinyl alcohol,
Polyethylene glycols, Hydroxypropyl methylcellulose,
Hydroxypropyl cellulose
Surfaktan Poloxamers, Tween, Span
Superdisintegran Sodium starch glycolate, Croscarmellose sodium,
Cross-linked polyvinylpyrrolidone, Cross-linked alginic acid,
Calcium silicate
Siklodektrin -siklodektrin, Hydroxypropyl- - Cyclodextrin
Gula Manitol, Sorbitol
Asam Asam sitrat, asam suksinat
Hydrotrops Urea, sodium benzoat, sodium acetat, nikotinamid
Contoh-contoh Eksipien Peningkat Disolusi
Siklodeskstrin

Gambar 1. Rumus Struktur - Siklodekstrin, - Siklodekstrin, - Siklodekstrin

Gambar 2. Struktur - Siklodekstrin


Profil Siklodekstrin:
Rumus Empiris dan Berat Molekul
- Siklodekstrin C36H60O30 972
Siklodekstrin C42H70O35 1135
- Siklodekstrin C48H80O40 1297
Sinonim :
- Siklodekstrin: Cavitron; cyclic oligosaccharide; cycloamylose; cycloglucan;
Encapsin; Schardinger dextrin.
- - Siklodekstrin: alfadex; alpha-cycloamylose; alpha-cyclodextrin;alpha-dextrin;
Cavamax W6 Pharma; cyclohexaamylose;cyclomaltohexose.
- - Siklodekstrin: beta-cycloamylose; beta-dextrin; CavamaxW7 Pharma;
cycloheptaamylose; cycloheptaglucan; cyclomaltoheptose;Kleptose.
- - Siklodekstrin: Cavamax W8 Pharma; cyclooctaamylose;gamma cyclodextrin.
pH = 5.08.0
Ukuran partikel = -cyclodextrin: 7.045.0 mm
Kelarutan :
- Siklodekstrin larut dalam 7 bagian air pada 208oC, 1 dalam 3 bagian pada
508oC
- Siklodekstrin larut dalam 200 bagian propilenglikol, 1 dalam 50 bagian air
pada 208oC, 1 dalam 20 bagian pada 508oC; praktis tidak larut dalam etanol
95% dan aseton
- Siklodekstrin larut dalam 4.4 bagian air pada 208oC, 1 dalam 2 bagian pada
458 oC
Sifat Fungsional : agen peningkat disolusi, agen solubilisasi, agen
penstabil/stabilizing agent
Penyimpanan : di ruang terhindar dari kelembapan tinggi,tempat sejuk, kering,
wadah tertutup rapat
Siklodekstrin adalah senyawa kristalin, nonhigroskopis, oligosakarida siklik
turunan pati. Umumnya digunakan jenis - Siklodekstrin, - Siklodekstrin, -
Siklodekstrin, dengan berturut turut 6,7,8 unit D-(+)glukopiranosa saling berikatan
dengan ikatan glukosidik -(1, 4). Siklodekstrin ialah molekul berbentuk seperti
mangkuk/ kerucut (cone). Siklodekstrin juga dapat disubstitusi untuk meningkatkan
fungsinya.
Mekanisme Peningkat Disolusi
Siklodekstrin dapat digunakan untuk membentuk kompleks inklusi dengan
berbagai molekul obat, yang terutama menghasilkan peningkatan kelarutan dan
bioavailabilitas obat serta stabilitas yang lebih baik. Struktur Siklodekstrin bagian luar
bersifat hidrofilik akibat adanya kelompok hidroksil dan bagian dalamnya bersifat
hidrofobik, rancangan ini membuat siklodekstrin mampu menempatkan molekul tamu
pada rongganya membentuk kompleks inklusi.
Interaksi yang menyeimbangkan pembentukan kompleks :
Penggantian molekul air polar dari rongga siklodekstrin
Peningkatan ikatan hidrogen yang terbentuk bersamaan dengan perpindahan air ke
tempat yang bervolume lebih tinggi (keluar siklodekstrin), adanya penurunan gaya
tolak menolak antara molekul zat aktif dengan lingkungan
Peningkatan interaksi hidrofobik saat molekul zat aktif masuk kedalam rongga
siklodekstrin yang non polar
Molekul bagian luar Siklodekstrin yang bersifat hidrofilik akan membentuk shield
hidrofilik di sekitar bagian lipofilik zat aktif sehingga akan meningkatkan kelarutan zat
aktif yang sukar larut.
Referensi:
Nasir, A. et al. (2012). Cyclodextrin: An Excipient Tool In Drug Delivery. International
Research Journal of Pharmacy, 44-50.
Rowe, Raymond C., dkk. (2009).Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth
Edition. Chicago : Pharmaceutical Press.
Shargel, L. and Yu, A. (2016). Applied biopharmaceutics & pharmacokinetics, 7th
ed.
Sinko, P. (2006). Martin's physical pharmacy and pharmaceutical sciences. 5th ed.
Philadelphia: Wolters Kluwer.
Katdare, A. and Chaubal, M. (2006). Excipient development for pharmaceutical,
biotechnology, and drug delivery systems. New York: Informa Healthcare.

Anda mungkin juga menyukai