Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

INTERAKSI RADIASI TERHADAP MATERI

1. Pendahuluan
Radiasi adalah pancaran energi yang berasal dari proses transformasi atom atau inti atom
yang tidak stabil. Ketidakstabilan atom dan inti atom mungkin memang sudah alamiah atau
buatan manusia, oleh karena itu ada sumber radiasi alam dan sumber radiasi buatan. Sumber
radiasi itu sendiri dapat dibedakan menjadi sumber yang berupa zat radioaktif dan sumber yang
berupa mesin, seperti pesawat sinar-X, akselerator, maupun reaktor nuklir.
Bagaimanakah bentuk interaksi dari radiasi apabila mengenai suatu benda atau materi? Lalu
bagian mana yang mengalami interaksi dengan radiasi dari benda tersebut? Dampak apa saja
yang mungkin disebabkan oleh interaksi dari radiasi yang mengenai suatu benda atau materi
tersebut?
Dalam prosesnya, jika partikel bermuatan listrik menembus ke dalam materi, maka atom
materi tersebut akan tereksitasi dan atau terionisasi. Akibat pengaruh medan listrik inti atom,
maka arah partikel bermuatan akan berbelok dengan tiba-tiba dan kecepatannya berkurang,
sehingga kemudian energinya habis. Arah gerakan elektron partikel bermuatan akan berbelok
dengan tajam pada saat bertumbukan dengan atom, sebaliknya energy partikel berat bermuatan
listrik tidak begitu berkurang ketika terjadinya tumbukan dengan atom dan tidak mengalami
perubahan arah sehingga dapat melaju dengan lurus. Ada beberapa jenis radiasi yang dapat
dibedakan menjadi partikel bermuatan, radiasi partikel tak bermuatan, dan gelombang
elektromagnetik atau foton. Ketiga jenis radiasi ini mempunyai perbedaan karakteristik fisis, dan
cara interaksinya dengan materi atau benda.

2. Interaksi Radiasi Partikel Bermuatan


Interaksi radiasi partikel bermuatan ketika mengenai materi adalah proses Coulomb, yaitu
gaya tarik-menarik atau tolak-menolak antara radiasi partikel bermuatan dengan elektron orbital
dari atom suatu bahan.
a. Ionisasi
Proses ionisasi adalah peristiwa lepasnya elektron dari orbitnya karena ditarik atau ditolak
oleh radiasi partikel bermuatan. Elektron yang lepas menjadi elektron bebas sedang sisa atomnya
menjadi ion positif. Setelah melakukan ionisasi energi radiasi akan berkurang sebesar energi
ionisasi elektron. Peristiwa ini akan berlangsung terus sampai energi radiasi partikel bermuatan
habis terserap. Radiasi alpha yang mempunyai massa maupun muatan lebih besar mempunyai
daya ionisasi yang lebih besar dari pada radiasi yang lain.
Gambar 3: proses ionisasi
b. Eksitasi
Proses eksitasi adalah peristiwa “loncatnya” (tidak sampai lepas) electron dari orbit yang

dalam ke orbit yang lebih luar karena gaya tarik atau gaya tolak radiasi partikel bermuatan. Atom
yang mengalami eksitasi ini disebut dalam keadaan tereksitasi (excited state) dan akan kembali
ke keadaan dasar (ground state) dengan memancarkan radiasi sinar-X.
Gambar 4: peristiwa eksitasi
c. Brehmsstrahlung
Proses Brehmsstrahlung adalah peristiwa dibelokkannya atau bahkan dipantulkannya
radiasi partikel bermuatan oleh inti atom dari bahan. Ketika radiasi tersebut dibelokkan atau
dipantulkan, maka akan timbul perubahan momentum sehingga terjadi pemancaran energi
berbentuk gelombang elektromagnetik yang disebut sebagai Brehmsstrahlung.
Gambar 5: peristiwa brehmsstrahlung

d. Reaksi Inti
Dalam peristiwa ini, radiasi partikel bermuatan berhasil “masuk” dan ditangkap oleh inti
atom bahan, sehingga inti atom bahan akan berubah, mungkin menjadi inti atom yang tidak
stabil. Fenomena ini disebut sebagai proses aktivasi. Akan tetapi ada juga yang hanya
sekedar bereaksi tanpa menghasilkan inti yang tidak stabil seperti reaksi partikel alpha bila
mengenai bahan Berilium akan menghasilkan unsur Lithium dan radiasi neutron.
α + Be Li + n
Berbeda dengan tiga peristiwa di atas, peristiwa reaksi inti ini tidak terjadi pada semua jenis
materi.

3. Radiasi Partikel Bermuatan


Radiasi ini merupakan pancaran energi dalam bentuk partikel yang bermuatan listrik.
Beberapa jenisnya adalah radiasi alpha dan beta yang dipancarkan oleh zat radioaktif (inti atom
yang tidak stabil), serta radiasi
elektron dan proton yang dihasilkan oleh mesin berkas elektron ataupun akselerator.
a. Alpha
Partikel alpha terdiri dari dua buah proton dan dua buah neutron, identic dengan inti atom
Helium, serta mempunyai muatan listrik positif sebesar 2 muatan elementer. Radiasi alpha
dipancarkan oleh zat radioaktif, atau dari inti atom yang tidak stabil. Jumlah proton dan jumlah
neutron di dalam inti atom yang memancarkan radiasi alpha akan berkurang dua.

Gambar 1: proses peluruhan alpha


b. Beta
Terdapat dua jenis radiasi beta, yaitu beta positif dan beta negatif. Beta negatif identik
dengan elektron, baik massa maupun muatan listriknya sedangkan beta positif identik dengan
positron (elektron yang bermuatan positif). Elektron mempunyai massa yang sangat ringan bila
dibandingkan dengan partikel nukleon lainnya (≈ 0) sedangkan muatannya sebesar satu muatan
elementer.

Gambar 2: proses peluruhan beta


Radiasi beta dipancarkan oleh zat radioaktif atau inti atom yang tidak stabil. Ketika
memancarkan radiasi beta negatif, di dalam inti atomnya terjadi transformasi neutron menjadi
proton, sebaliknya pada saat memancarkan beta positif terjadi transformasi proton menjadi
neutron.
c. Elektron
Radiasi elektron mempunyai sifat yang sama dengan radiasi beta negatif, yang
membedakan adalah asalnya. Partikel beta berasal dari inti atom sedangkan elektron berasal dari
atom. Radiasi elektron dapat berasal dari zat radioaktif yang meluruh dengan cara “internal
conversion” atau dari mesin berkas elektron (akselerator).
d. Proton
Radiasi proton merupakan pancaran proton yang mempunyai massa 1 sma (satuan massa
atom) dan mempunyai muatan positif sebesar satu muatan elementer. Radiasi proton dihasilkan
dari akselerator proton.

4. Radiasi Partikel tak Bermuatan (Neutron)


Radiasi ini merupakan pancaran energi dalam bentuk partikel neutron yang tidak bermuatan
listrik dan mempunyai massa 1 sma (satuan massa atom). Radiasi ini lebih banyak dihasilkan
bukan oleh inti atom yang tidak stabil (radioisotop) melainkan oleh proses reaksi inti seperti
contoh sumber AmBe di atas ataupun reaksi fisi di reaktor nuklir. Karena tidak bermuatan listrik,
mekanisme interaksi radiasi neutron lebih dominan secara mekanik, yaitu peristiwa tumbukan
baik secara elastic maupun tidak elastik. Sebagaimana radiasi partikel bermuatan, radiasi neutron
juga mempunyai potensi melakukan reaksi inti.
a. Tumbukan elastik
Tumbukan elastik adalah tumbukan di mana total energi kinetik partikel- partikel sebelum
dan sesudah tumbukan tidak berubah. Dalam tumbukan elastik antara neutron dan atom bahan
penyerap, sebagian energi neutron diberikan ke inti atom yang ditumbuknya sehingga atom
tersebut terpental sedangkan neutronnya dibelokkan/dihamburkan.
Gambar 6: peristiwa tumbukan elastik
Tumbukan elastik terjadi bila atom yang ditumbuk neutron mempunyai massa yang sama,
atau hampir sama dengan massa neutron (misalnya atom Hidrogen), sehingga fraksi energi
neutron yang terserap oleh atom tersebut cukup besar.
b. Tumbukan tidak Elastik
Proses tumbukan tak elastik sebenarnya sama saja dengan tumbukan elastik, tetapi energi
kinetik sebelum dan sesudah tumbukan berbeda. Ini terjadi bila massa atom yang ditumbuk
neutron jauh lebih besar dari massa neutron. Setelah tumbukan, atom tersebut tidak terpental,
hanya bergetar, sedang neutronnya terhamburkan.

Gambar 7: peristiwa tumbukan tidak elastik

Dalam peristiwa ini, energi neutron yang diberikan ke atom yang ditumbuknya tidak terlalu
besar sehingga setelah tumbukan, energi neutron tidak banyak berkurang. Oleh karena itu, bahan
yang mengandung atom-atom dengan nomor atom besar tidak efektif sebagai penahan radiasi
neutron.
c. Reaksi Inti
Bila energi neutron sudah sangat rendah atau sering disebut sebagai neutron termal (En <
0,025 eV), maka kemungkinan neutron tersebut
“ditangkap” oleh inti atom bahan penyerap akan dominan sehingga membentuk inti atom baru,
yang biasanya merupakan inti atom yang tidak stabil. Peristiwa ini yang disebut sebagai proses
aktivasi neutron, yaitu mengubah bahan yang stabil menjadi bahan radioaktif. Peristiwa
aktivasi neutron ini juga dapat disebabkan oleh neutron cepat meskipun dengan probabilitas
kejadian yang lebih rendah.

5. Radiasi Gelombang Elektromagnetik (Foton)


Radiasi ini merupakan pancaran energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau
foton yang tidak bermassa maupun bermuatan listrik. Terdapat dua jenis radiasi yang berbentuk
gelombang elektromagnetik, yaitu sinar gamma dan sinar-X.
a. Gamma
Radiasi gamma dipancarkan oleh inti atom yang dalam keadaan tereksitasi (bedakan
dengan atom yang tereksitasi). Setelah memancarkan radiasi gamma, inti atom tidak mengalami
perubahan baik jumlah proton maupun jumlah neutron.

Gambar 8: proses peluruhan gamma


b. Sinar-X
Sebenarnya dikenal dua jenis sinar-X, yaitu yang dihasilkan oleh atom dalam keadaan
tereksitasi (sinar-X karakteristik) dan yang dihasilkan oleh proses interaksi radiasi partikel
bermuatan (brehmsstrahlung).
Gambar 9: produksi sinar-X karakteristik
Perbedaan kedua jenis sinar-X di atas, selain asal terjadinya, adalah bentuk spektrum
energinya. Sinar-X karakteristik bersifat “discreet” pada energi tertentu sesuai dengan jenis
unsurnya, sedangkan brehmsstrahlung bersifat kontinyu.

6. Pengaruh Radiasi pada mahluk hidup


Walaupun energi yang ditumpuk sinar radioaktif pada mahluk hidup relatif kecil tetapi
dapat menimbulkan pengaruh yang serius. Hal ini karena sinar radioaktif dapat mengakibatkan
ionisasi, pemutusan ikatan kimia penting atau membentuk radikal bebas yang reaktif. Ikatan
kimia penting misalnya ikatan pada struktur DNA dalam kromosom. Perubahan yang terjadi pada
struktur DNA akan diteruskan pada sel berikutnya yang dapat mengakibatkan kelainan genetik,
kanker dan lain-lain.
Pengaruh radiasi pada manusia atau mahluk hidup juga bergantung pada waktu paparan.
Suatu dosis yang diterima pada sekali paparan akan lebih berbahaya daripada bila dosis yang
sama diterima pada waktu yang lebih lama. Secara alami kita mendapat radiasi dari lingkungan,
misalnya radiasi sinar kosmis atau radiasi dari radioakif alam. Di samping itu, dari berbagai
kegiatan seperti diagnosa atau terapi dengan sinar X atau radioisotop. Orang yang tinggal di
sekitar instalasi nuklir juga mendapat radiasi lebih banyak, tetapi masih dalam batas aman.
Efek Radiasi pada Tubuh Manusia dapat mengganggu fungsi normal tubuh manusia, dari
taraf yang paling ringan hingga fatal. Derajat taraf ini tergantung pada beberapa faktor:
a. Jenis radiasi
1) Radiasi eksterna: merupakan radiasi yang berasal dari luar tubuh manusia yang dapat
memberikan radiasi total pada tubuh atau partial/sebagian. Radiasi dari sumber alpha dan
beta yang berkekuatan kurang dari 65 KeV, tidak cukup kuat untuk menembus kulit
manusia, sehingga tidak berbahaya. Radiasi dari sumber sinar-X dan gamma serta neutron
lain yang lebih besar dari 65 KeV, cukup kuat untuk menembus kulit manusia sehingga
cukup berbahaya.
2) Radiasi interna, adalah masuknya radionuklida pada tubuh manusia melalui saluran
pernapasan, saluran pencernaan, dan luka pada kulit.
b. Lamanya penyinaran.
c. Jarak sumber dengan tubuh.
d. Ada tidaknya penghalang antara sumber dengan tubuh. Sementara beberapa
efek biologi pada tubuh manusia, yakni:
a. Efek genetik.
Efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir disebut efek genetik. Efek
ini timbul karena kerusakan molekul DNA pada sperma atau ovarium akibat radiasi. Atau, bila
radiasi berinteraksi dengan makro molekul DNA, dapat memodifikasi struktur molekul ini
dengan cara memecah kromosom atau mengubah jumlah DNA yang terdapat dalam sel melalui
perubahan informasi genetik sel.
b. Efek somatik
Bila organisme (seperti manusia) yang terkena radiasi mengalami kerusakan biologi
sebagai akibat penyinaran, efek penyinaran tersebut diklasifikasikan sebagai efek somatik. Efek
ini tergantung pada lamanya terkena radiasi sampai pertama timbulnya gejala kerusakan radiasi.
Selanjutnya diklasifikasikan sebagai efek somatik jangka pendek atau jangka panjang.
1) Efek somatik jangka pendek
Efek ini timbul dalam waktu beberapa menit, jam, atau minggu sejak penyinaran radiasi.
Efek dari dosis yang tinggi terlihat dengan gejala: mual, lemas, eritema (kemerahan
abnormal di kulit), epilasi (rontoknya rambut), gangguan darah, gangguan entistimal,
demam dan terkelupasnya lapisan luar kulit, berkurangnya jumlah sperma pada pria,
kemandulan tetap atau sementara dari wanita dan pria, serta kerusakan sistem syaraf pusat
(pada dosis radiasi yang sangat tinggi). Beberapa efek somatik jangka pendek:
(a) Sindrom radiasi akut
Sindrom radiasi akut terjadi setelah seluruh tubuh manusia menerima dosis radiasi
ionisasi yang besar dalam waktu singkat. Sindrom radiasi akut ini termanifestasi
dalam 4 tahap:
 Tahap prodromal: terjadi beberapa jam setelah penyinaran, dengan ciri-ciri mual,
muntah, diare, dan lemas.
 Tahap laten: gejala seperti tahap prodromal, sudah tidak terlihat dalam satu
minggu.
 Tahap manifes: gejala ini terlihat pada akhir minggu pertama atau setelah tahap
laten. Beberapa gejalanya antara lain bingung, epilasi, haus, diare yang parah,
demam, infeksi, perdarahan, dan gangguan kardiovaskular.
 Tahap kesembuhan atau kematian: setelah mengalami ketiga tahap tersebut,
kemungkinan yang akan terjadi adalah kesembuhan atau kematian. Kematian
terjadi apabila seluruh tubuh menerima penyinaran dosis subtotal sebesar 2-3 Gray
(200- 300 rad), sedang kesembuahan terjadi dalam waktu 3 bulan.
(b) Sindrom hematopoetik (sindrom tulang)
Terjadi setelah tubuh manusia menerima dosis radiasi sebesar 1-10 Gray (100-1000
rad). Penyinaran ini menyebabkan jumlah sel darah putih, sel darah merah, dan
platelet dalam aliran darah akan
berkurang. Juga dapat menimbulkan kerusakan sel-sel lain dalam organ sehingga
sistem organ gagal berfungsi atau tubuh kehilangan kemampuan melawan infeksi.
Dengan demikian, tubuh akan makin mudah terserang infeksi yang akhirnya
mengalami perdarahan.
(c) Sindrom gastrointestinal
Pada manusia, sindrom gastrointestinal timbul pada dosis 1 Gray (100 rad), dengan
gejala-gejala mual yang parah, muntah, diare, hilangnya nafsu makan, perdarahan
pada saluran GI, infeksi, lemas, demam, anemia, ketidakseimbangan elektrolit, dan
hilangnya cairan tubuh yang kemudian berakibat fatal, yaitu meninggal. Kejadian
tersebut terjadi dalam waktu 3-5 hari setelah penyinaran.
(d) Sindrom sistem saraf pusat
sindrom ini merupakan radiasi akut karena dosis yang diterima sekitar 50 Gray (5000
rad). Orang yang terkena radiasi ini akan menunjukkan gejala dis-orientasi serta syok,
diiringi mual yang parah, muntah, diare cair, terkaget-kaget disertai bingung dan
kurang terkoordinasi, serta rasa terbakar pada kulit. Selain itu juga edema, hilangnya
keseimbangan, lemas, kejang-kejang, ketidak- seimbangan elektrolit, frustrasi, koma,
dan kematian karena gangguan kardiovaskular. Hasil akhir dari kerusakan ini adalah
kegagalan sistem saraf pusat yang menimbulkan kematian segera.

Anda mungkin juga menyukai