Anda di halaman 1dari 100

BUKU AJAR

FISIKA KUANTUM

Disusun oleh:
Lufsyi Mahmudin, S.Si., M.Si

PROGRAM SP4
JURUSAN FISIKA-MIPA
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2005
Buku Ajar Fisika Kuantum 2

Bahan Pengajaran
Buku Ajar Fisika Kuantum 3

FISIKA KUANTUM

Disusun oleh:

Lufsyi Mahmudin, S.Si., M.Si


Jurusan Fisika-MIPA UNTAD

Cetakan pertama, 2005

Penerbit:
JURUSAN FISIKA-MIPA
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang Memfotokopi Tanpa Seizin Penerbit
Buku Ajar Fisika Kuantum 4

‫ﺴﺑﻢﻳﺤ ﺭﻠﺍﻦﻤﺤ ﺭﻟﺍ‬


‫ﷲﺍﻢ‬

KATA PENGANTAR

‫ﻡﮑﻳﻟﻋﻡﻼﺷﻟﺍﷲﺍﺔﻤﺤ ﺭﻭ ﻪﺘﺎﻜﺮﺑﻭ‬
Nikmat itu tidak datang dengan sendirinya, akan tetapi nikmat itu bergulir
memenuhi titah dan kehendak Sang Khalik. Oleh penguasa alam semesta ini,
semua telah diberi-Nya tanpa kecuali termasuk pada diri penulis dan salah satu
nikmat yang dititipkan pada penulis adalah dengan rampungnya penyusunan Buku
Ajar “Fisika Kuantum” ini. Nikmat itu penulis resapi dan cicipi seraya berucap
“‫”ﺍﻟﺤﻣﺩﷲ ﺭﺐﺍﻟﻌﻟﻤﻳﻥ‬, segala puji bagi Allah seru sekalian alam.
Tujuan penulisan Buku Ajar ini adalah untuk memenuhi tersedianya buku
pegangan ataupun buku acuan untuk kuliah Fisika Kuantum. Buku Ajar ini
merupakan buku teks untuk dipergunakan pada tahun ketiga atau semester genap
pengajaran di Jurusan Fisika, MIPA UNTAD. Disamping itu, Buku Ajar ini dapat
juga digunakan bagi para pembaca yang ingin mendalami dasar-dasar Fisika
Kuantum terutama yang terkait dengan Mekanika Gelombang secara mandiri.
Karena masih kurangnya buku teks Fisika Kuantum berbahasa Indonesia,
maka diharapkan Buku Ajar ini dapat mengisi kekurangan tersebut. Untuk dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Fisika Kuantum, maka
sangat perlu adanya buku teks yang mengetengahkan dasar-dasar fisika kuantum
yang akan sangat membantu Mahasiswa dalam mengembangkan diri untuk
memahami dan kemudian menerapkan dan mengembangkan Fisika Kuantum, baik
dalam konteks mekanika gelombang maupun dalam mekanika matriks.
Untuk dapat memahmi buku ajar ini secara lengkap, maka diharapkan agar
mahasiswa secara bersamaan juga mempelajari Kalkulus, terutama differensial
orde dua dan integral. Pengkajian terutama ditekankan dalam pembentukan dasar
yang kokoh mengenai prinsip-prinsip fisika kuantum dan dibarengi dengan
pemecahan persoalan fisis yang terkait. Contoh-contoh soal dengan pemecahannya
tersebar di seisi Buku Ajar ini dan pada bagian akhir disetiap bab diberikan pula
sekumpulan soal yang ekstensip.
Penulis telah berusaha maksimal dalam penyusunan Buku Ajar ini, namun
penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan kerjasama yang baik dari berbagai
pihak, Buku Ajar ini tidak akan terselesaikan. Olehnya itu penulis menghaturkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pengelolah SP4
Jurusan Fisika-MIPA UNTAD atas dana yang diberikan kepada penulis dalam
penyusunan Buku Ajar ini.
Buku Ajar Fisika Kuantum 5
Semoga segala bantuan dan kebaikan dari berbagai pihak mendapatkan
balasan yang setimpal dari ALLAH SWT. Amin. Akhir kata, semoga Buku Ajar
ini membawa manfaat bagi para mahasiswa dan semua pihak yang sempat
membacanya dan kritikan serta saran dari para pembaca yang dialamatkan kepada
penulis akan diterima dengan lapang dada.
TERIMA KASIH.

Palu, Nopember 2005

Penulis
Buku Ajar Fisika Kuantum 6

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN. .................................................................... 1


1.1. Konsep-Konsep Fisika Klasik............................................. 3
1.2. Radiasi Benda Hitam (Termal)............................................ 5
1.3. Efek Fotolistrik.................................................................... 8
1.4. Efek Compton...................................................................... 11
1.5. Gelombang Materi, Hipotesis de Broglie............................ 14
1.6. Atom Hidrogen Model Bohr................................................ 15
1.7. Prinsip Ketakpastian Heisenberg......................................... 18
Soal-Soal latihan......................................................................... 19

BAB II POSTULAT-POSTULAT DALAM MEKANIKA


KUANTUM................................................................................ 20
2.1. Fungsi Gelombang............................................................... 21
2.2. Operator Observabel............................................................ 23
2.3. Eigen Fungsi Dan Eigen Nilai............................................. 24
2.4. Operator Hermitian.............................................................. 26
2.5. Komutator............................................................................ 28
2.6. Notasi Dirac......................................................................... 30
Soal-Soal Latihan........................................................................ 33

BAB III PERSAMAAN SCHÖDINGER……………............................. 34


Soal-Soal Latihan........................................................................ 37

BAB IV SISTEM PARTIKEL STASIONER DALAM POTENSIAL


SATU DIMENSI........................................................................ 38
4.1. Pertikel Dalam Sumur Potensial Tak Berhingga................. 39
4.2. Pertikel Dalam Sumur Potensial Berhingga........................ 43
4.3. Pertikel Dalam Potensial Undak......................................... 49
Soal-Soal Latihan........................................................................ 58
Buku Ajar Fisika Kuantum 7
BAB V OSILATOR HARMONIS SEDERHANA SATU DIMENSI ... 59
Soal-Soal Latihan........................................................................ 66

BAB VI MOMENTUM SUDUT.............................................................. 67


6.1. Operator Momentum Sudut (Orbital).................................. 67
6.2. Persamaan Eigen Nilai Operator-Operator Momentum
Sudut (Dalam Koordinat Bola)........................................... 69
Soal-Soal Latihan........................................................................ 76

BAB VII ATOM HIDROGENIK (BAK HIDROGEN)............................ 78


7.1. Persamaan Schrödinger Untuk Atom Hodrogen................. 79
7.2. Fungsi Gelombang Untuk Atom Hidrogen.......................... 81
Soal-Soal Latihan........................................................................ 88

BAB VIII TEORI GANGGUAN................................................................ 89


8.1. Teori Gangguan Tak Gayut Waktu...................................... 90
8.2. Teori Gangguan Untuk Kasus tak Merosot
(Nondegenerate)................................................................. 93
Soal-Soal Latihan....................................................................... 108

Daftar Pustaka................................................................................................ 111


Buku Ajar Fisika Kuantum 8

BAB I
PENDAHULUAN

Pada akhir abad ke-XIX dan awal abad ke-XX semakin jelas bahwa Fisika
(konsep-konsep Fisika) memerlukan revisi atau perubahan/penyempurnaan. Hal
ini disebabkan semakin banyak hasil-hasil eksperimen dan gejala-gejala teramati
yang tidak dapat dijelaskan dengan konsep-konsep fisika yang telah dikuasai saat
itu (dalam hal ini Fisika Klasik), sekalipun dengan pendekatan.
Masalah-masalah termaksud di atas muncul terutama pada obyek-obyek
fisis yang berukuran “mikro” (mikroskopik, atomistik), seperti partikel-partikel
elementer dan atom dan dalam interaksinya dengan radiasi atau medan
elektromagnetik. “Penyimpangan-penyimpangan” dalam Fisika tersebut pada
awalnya diatasi dengan postulat-postulat dan hipotesis, namun karena jumlahnya
semakin banyak dan persoalannya dipandang mendasar, menuntut dan mendorong
para Fisikawan untuk melakukan penyempurnaan dan bila perlu perubahan pada
formulasi dan konsep-konsep Fisika. Hasilnya adalah suatu konsep yang
dinamakan “Fisika Kuantum”.
Dalam penyelidikan gejala-gejala mikro, Fisika Klasik tidak berhasil
menelusuri hukum-hukum yang menguasai daerah mikro ini, akan tetapi
digunakan konsep-konsep Fisika kuantum. Hal ini disebabkan karena observabel-
observabel fisis yang muncul dalam Fisika Klasik dapat dihadirkan nilainya secara
serempak dan pasti (dengan ketakpastian nol untuk semua observabel) dengan
mengadakan sejumlah pengukuran serentak yang dilakukan secermat-cermatnya.
Namun di daerah mikroskopis ternyata terdapat pasangan-pasangan observabel
yang tidak dapat dihadirkan nilainya secara serempak secara pasti untuk keduanya
dan kenyataan ini ditampilkan oleh Heisenberg dalam bentuk asas ketakpastian.
Dan apabila kedua observabel jenis ini diukur secara bergantian, hasilnya akan
bergantung pada mana dari keduanya yang diukur terlebih dahulu. Oleh karena itu
observabel dalam daerah mikroskopis tidak dapat diwakilkan kepada bilangan
biasa, tetapi harus dengan suatu entitas yang tidak komutatif. Dalam matematika,
wujud operator atau matriks memenuhi kaedah produk tak selalu komutatif ini.
Operator dan matriks bekerja pada operan yang dapat diwakili oleh suatu fungsi
kompleks atau oleh suatu vektor yang ternyata cocok untuk mewakili keadaan
“kuantum” sistem mikroskopis ini.
Perbedaan pokok antara Fisika Klasik dan Fisika Kuantum terletak pada
cara menggambarkannya. Dalam Tabel I.1 akan diberikan beberpa perbedaan
pokok tersebut.
Buku Ajar Fisika Kuantum 9
Tabel I.1. Perbedaan antara Fisika Klasik dan Fisika Kuantum.
No. Fisika Klasik Fisika Kuantum
1. Obyek makroskopik. Obyek mikroskopik.
2. Penampilan partikel (m,p). Penampilan gelombang (,).
3. Pengalam sehari-hari (real) Abstrak (matematis).
4. Pengukuran besaran dilakukan secara Pengukuran dengan pemberlakuan
langsung (dengan alat) dan tidak operator (perhitungan matematis) dan
mengganggu keadaan sistem. mengganggu sistem.
5. Dapat dilakukan pengukuran Tidak semua observabel dapat
beberapa observabel secara simultan dilakukan pengukuran secara simultan
(tidak terbatasi oleh asas (terbatasi oleh asas ketakpastian
ketakpastian Heisenberg). Heisenberg).

Dalam telaah selanjutnya akan disajikan beberapa fenomena-fenomena


eksperimental yang melatarbelakangi lahirnya Fisika Kuantum, yang diawali
dengan ringkasan konsep-konsep Fisika Klasik. Dalam Bab-bab berikutnya akan
disajikan konsep konsep dasar Fisika Kuantum dan implementasinya pada
masalah-masalah sederhana sebagai contoh.

I.1. Konsep-Konsep Fisika Klasik


Konsep-konsep Fisika Klasik tercakup dalam dua kelompok besar, yaitu
Mekanika Newtonian (klasik, non-kuantum) dan elektromagnetika klasik.
Mekanika Newtonian membahas partikel-partikel yang dianggap bergerak
dibawah pengaruh gaya-gaya, yang mengikuti hukum gerak (Hukum Newton)
 dp
F (1.1)
dt
  
dengan F adalah resultan gaya yang bekerja pada parikel, p  mv adalah

momentum linear partikel dengan massa m dan kecepatan v dan t menyatakan
waktu.
 
Elektromagnetika Klasik membicarakan medan listrik E r  dan medan
 
magnet Br  dan sumber-sumbernya, yaitu muatan listrik q dan arus listrik I.
Hukum-hukum elektromagnetika klasik diformulasikan sebagai persamaan-
persamaan Maxwell berikut

 B
 E   , (1.2a)
t
 
E  , (1.2b)

Buku Ajar Fisika Kuantum 10
 
 1 E j
 B  2  (1.2c)
c t  c 2
dan
 
B  0 (1.2d)
dengan c adalah kelajuan cahaya,  adalah rapat muatan ruang,  adalah

permitivitas rung hampa dan j adalah rapat arus. Untuk ruang hampa, pers. (1.2b)
dan (1.2c) menjadi

  1 E
  E  0 dan   B  2 . (1.3)
c t
Persamaan-persamaan Maxwell dalam ruang hampa memberikan
persamaan medan listrik dan medan magnet yang terpisah menjadi
 
 1 E  1 B
 E 2
2
 0 dan  B  2
2
0 (1.4)
c t c t
yang merupakan persamaan gelombang elektromagnetik dalam ruang
hampa. Penyelesaian pers.(1.4) berbentuk
 
 
 
E r ,t   Re E0 exp - i  t  k r (1.5)

(analog

untuk medan magnet B ), dengan  adalah frekuensi sudut gelombang dan
k adalah vektor pada arah rambat gelombang sebesar k   c , disebut vektor
angka gelombang.
Jadi, dalam Fisika Klasik, fenomena alam dapat dilukiskan dengan
Mekanika Newton yang menguasai partikel dan elektromagnetika yang menguasai
medan elektromagnetika atau radiasi. Kedua komponen Fisika Klasik tersebut
dapat dipandang sebagai terpisah satu dengan yang lain, tetapi terkait melalui
persamaan gaya Lorentz berikut


  
F  q EvB ,  (1.6)
yang menyatakan gaya yang dialami oleh partikel bermuatan listrik q bergerak

dengan kecepatan v dalam medan elektromagnetik.

1.2. Radiasi Benda Hitam (Termal)


Suatu (permukaan) benda pada suhu T>0K selalu memancarkan radiasi,
biasa disebut radiasi termal. Intensitas radiasi termal suatu permukaan telah
dirumuskan secara empiris oleh Stefan dan Boltzmann sebagai
I T  e T 4 , (1.7)
dengan e adalah tetapan emisivitas permukaan ( 0  e  1 ) dan  disebut tetapan
Stefan-Boltzmann. Benda hitam (sempurna) adalah benda dengan permukaan yang
mempunyai e=1.
Buku Ajar Fisika Kuantum 11
Radiasi termal mempunyai spektrum malar/kontinu, dengan bentuk
agihannya seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1 (hasil eksperimen). Untuk suhu
yang lebih tinggi, disamping intensitas radiasi bertambah, sesuai dengan
pers.(1.7), intensitas maksimum terjadi pada panjang gelombang yang lebih
pendek. Pergeseran puncak spektrum tersebut dijelaskan oleh Wien secara empiris,
menurut persamaan berikut
max T  CW , (1.8)
dengan CW=2,9.10 mK disebut tetapan Wien dan max adalah panjang gelombang
-3

radiasi pada intensitas maksimum. Ungkapan (1.8) biasa disebut sebagai


persamaan atau hukum pergeseran Wien.
Usaha untuk menerangkan fakta tersebut di atas dengan Fisika Klasik
telah dilakukan, tetapi tidak berhasil. Rayleigh dan Jeans telah memperoleh
persamaan berikut
2 ckT
I T    , (1.9a)

4

atau
2 ckT 2
I T    , (1.9b)
c4
dengan  adalah frekuensi radiasi. Hasil perhitungan Rayleigh-Jeans tersebut
disamping tidak sesuai dengan agihan radiasi yang teramati, juga tidak sesuai
dengan hukum Stefan-Boltzmann, karena memberikan IT=.

Gambar 1.1. Agihan/spektrum radiasi termal


Buku Ajar Fisika Kuantum 12
Pada tahun 1900, Max Planck mengusulkan gagasannya (postulat), yang
kemudian dikenal sebagai teori kuantum Planck, yang menyatakan bahwa
osilator-osilator berfrekuensi , sebagai sumber radiasi, hanya dapat melepaskan
tenaganya dalam catu-catu (kuantum) tenaga sebesar E=h. Hal ini berarti bahwa
osilator berfrekuensi  mempunyai tenaga yang bersifat diskrit merupakan
kelipatan dari h, yakni
E  nh , (1.10)
-34
dengan h=6,625.10 Js, yang disebut tetapan Planck dan n adalah bilangan bulat
(n=1,2,3,4,.........). Dengan menggunakan teori tersebut, Planck kemudian
menurunkan persamaan agihan radiasi termal dan memperoleh hasil sebagai
berikut
2 c 2 h
I T   
1
(1.11a)
 5
e hc  kT
1
atau
2 h
I T    2 h kT
1
(1.11b)
c e 1
Agihan radiasi termal Planck tepat sesuai dengan hasil eksperimen,
bahkan mampu menjelaskan hukum-hukum empiris Stefan-Baltzmann dan
pergeseran Wien.

1.3. Efek Fotolistrik


Hasil-hasil eksperimen menunjukkan bahwa suatu jenis logam tertentu
bila disinari (dikenai radiasi) dengan frekuensi yang lebih besar dari harga tertentu
akan melepaskan elektron, walaupun intensitas radiasinya sangat kecil.
Sebaliknya, berapapun besar intensitas radiasi yang dikenakan pada suatu jenis
logam, jika frekuensinya lebih kecil dari harga tertentu, maka tidak akan dapat
melepaskan elektron dari logam tersebut. Peristiwa pelepasan elektron dari logam
oleh radiasi tersebut disebut efek fotolistrik, yang diamati pertama kali oleh
Henrich Hertz pada tahun 1887. Elektron yang terlepas dari logam disebut sebagai
foto-elektron.
Jika intensitas radiasi yang menimbulkan efek fotolistrik dinaikkan, maka
akan memperbanyak foto-elektron yang dihasilkan, yang ditandai oleh
bertambahnya arus foto-elektron Ife. Perangkat untuk mengamati terjadinya efek
fotolistrik seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2. Arus foto-elektron dapat
ditiadakan dengan cara memberi tegangan pada kolektor negatip terhadap emiter.
Beda tegangan emiter-kolektor pada saat arus foto-elektron tepat mencapai nol
disebut tegangan penghenti (stopping voltage), Vs. Gambar 1.3a melukiskan Ife
sebagai fungsi tegangan kolektor-emiter (Vke) untuk tiga macam intensitas radiasi
(Ir). Semakin besar frekuensi radiasi yang menimbulkan efek fotolistrik semakin
Buku Ajar Fisika Kuantum 13
besar tegangan penghenti yang diperlukan untuk meniadakan arus foto-elektron.
Gambar 1.3b melukiskan hubungan antara Vs dan  hasil eksperimen. Untuk
berbagai logam, grafik Vs versus  mempunyai kemiringan yang sama, tetapi
dengan frekuensi ambang (o) yang berbeda.

Gambar 1.2. Susunan alat eksperimen efek fotolistrik

(a) (b)

Gambar 1.3. (a) Arus elektron (Ife) versus tegangan kolekto-emiter (Vke)
(b) Tegangan penghenti (Ve) versus frekuensi radiasi ().

Efek fotolistrik tidak dapat dipahami dengan Fisika Klasik dimana


intensitas radiasi sebanding dengan tenaga gelombang (kuadrat amplitudo). Pada
tahun 1905, Einstein menerangkan efek fotolistrik dengan teori kuantum
cahayanya, yaitu:
1. Cahaya/radiasi terdiri atas catu-catu/kuantum tenaga sebesar
Er  h , (1.12)
yang bergerak dengan kelajuan c.
Buku Ajar Fisika Kuantum 14
2. Intensitas cahaya ditentukan oleh cacah kuantum tenaga persatuan waktu
persatuan luas pada panampang berkas cahaya tersebut.
Dengan adanya teori kuantum cahaya Einstein, berarti cahaya memperlihatkan
sifat dualisme, yaitu sebagai gelombang dan sebagai partikel atau zarah (butir
tenaga). Partikel cahaya atau radiasi disebut foton. Dengan teori kuantum cahaya,
Einstein menerangkan efek fotolistrik sebagaimana dijelaskan berikut ini.
Elektron-elektron bebas dalam logam terikat oleh logam untuk
meninggalkannya. Untuk melepaskan elektron dari logam diperlukan tenaga dalam
jumlah tertentu. Besarnya tenaga untuk melepaskan elektron dari logam, yang
sama besar dengan tenaga ikat logam pada elektron-elektronnya, disebut fungsi
kerja (work function) logam yang bersangkutan (). Setiap jenis logam
mempunyai fungsi kerja tertentu, yang merupakan karakter masing-masing jenis
logam tersebut.
Tenaga foton sebesar h yang datang pada permukaan logam diserahkan
seluruhnya kepada satu elektron dalam logam. Jika h > , maka elektron yang
menerima tenaga tersebut dapat lepas dari logam, dengan sisa tenaga yang
diterimanya digunakan untuk bergerak, yang memenuhi persamaan
h    K fe , (1.13)
dengan Kfe adalah tenaga kinetik foto-elektron. Dari pers.(1.13) dengan mudah
dimengerti adanya frekuensi gelombang ambang suatu logam, yaitu sebesar

0 . (1.14)
h
Jadi, jelaslah bahwa jika suatu radiasi yang dikenakan pada suatu logam,
frekuensinya  > 0 baru dapat menimbulkan efek fotolistrik, dan jika intensitas
radiasi naik, maka cacah foto-elektron akan bertambah, karena cacah foto-
elektron bertambah.

1.4. Efek Compton


Foton sebagai partikel mempunyai tenaga sebesar Er = h. Berdasarkan
kesetaraan massa-energi Einstein, maka foton mempunyai massa sebesar
h
mf  2 (1.15)
c
dan mempunyai momentum linear sebesar
h h
pf   . (1.16)
c 
Seberkas radiasi yang dikenakan pada sebuah lempeng (plat tipis) logam akan
mengalami hamburan. Intensitas radiasi terhambur bergantung pada sudut
hamburannya. Gambar 1.4 menunjukkan susunan peralatan dan hasil pengamatan
Buku Ajar Fisika Kuantum 15
hamburan radiasi. Gejala tersebut tidak dapat dijelaskan dengan memandang
radiasi sebagai gelombang secara klasik.

(a) (b)

Gambar 1.4. (a) Skema peralatan eksperimen hamburan Compton.


(b) Hasil pengamatan hamburan Compton.

Pada tahun 1923, Compton mempelajari hamburan radiasi tersebut di atas


dan menerangkan seperti pada uraian berikut ini. Radiasi yang dikenakan pada
lempeng logam berinteraksi dengan elektron bebas logam (tidak selalu
menimbulkan efek fotolistrik walaupun tenaganya cukup). Interaksi antara radiasi
dengan elektron bebas dalam logam berperilaku seperti tumbukan elastis antara
dua partikel. Mekanisme hamburan radiasi (kemudian disebut sebagai hamburan
Compton atau efek Compton) tersebut di atas dapat dijelaskan dengan
memberlakukan hukum-hukum kekekalan tenaga dan momentum linear secara
relativistik. Pemberlakuan kedua hukum kekekalan tersebut menghasilkan
persamaan-persamaan berikut ini
 '  
h
1  cos  , (1.16)
me c
2 cos2
K e  h
1   2    2 cos2 (1.17)

dan
ctg 2  1    tg , (1.18)
Buku Ajar Fisika Kuantum 16
dengan  adalah panjang gelombang radiasi sebelum terhambur, ‟ adalah panjang
gelombang radiasi terhambur,  adalah frekuensi radiasi sebelum terhambur, 
adalah sudut hamburan radiasi,  adalah sudut pental elektron penghambur, Ke
adalah tenaga kinetik elektron terpental, me adalah massa diam elektron dan  =
(h/mec2). Hamburan Compton dapat dilukiskan seperti ditunjukkan pada Gambar
1.5.

Gambar 1.5. Skema hamburan Compton.

1.5. Gelombang Materi, Hipotesis de Broglie


Pada dua Subbab sebelumnya telah ditelaah gejala yang memperlihatkan
sifat partikel dari radiasi atau gelombang elektromagnetik. Dengan menggunakan
sifat dualisme cahaya ini, de Broglie pada tahun 1924 mengusulkan hipotesisnya
yang menyatakan bahwa partikel yang bergerak juga memperlihatkan sifatnya
sebagai gelombang. Rumusan panjang gelombang partikel berdasar hipotesis de
Broglie identik dengan pers.(1.16), yaitu
h
 , (1.20)
mv
dengan m dan v berturut-turut menyatakan massa dan kecepatan partikel. Hipotesis
de Broglie tersebut kemudian dapat dibuktikan oleh Davisson dan Germer pada
tahun 1927 dengan eksperimen difraksi elektron.
Seberkas elektron yang telah dipercepat dengan tegangan V dikenakan
pada kristal. Elektron-elektron terhambur dideteksi terhadap variasi sudut
hamburan, ternyata hasilnya memperlihatkan adanya pola difraksi seperti halnya
cahaya atau sinar-X. Hasil eksperimen Davisson dan Germer dengan kristal Nikel
dan tegangan pemercepat elektron sebesar 54V seperti ditunjukkan dalam Gambar
1.6. Panjang gelombang elektron yang telah dipercepat dengan tegangan V
menurut hipotesis de Broglie adalah
Buku Ajar Fisika Kuantum 17
h
e  , (1.21)
2meV 1 2
dengan m adalah massa elektron dan e adalah muatan elementer (e = 1,6.10-19C).
Hasil eksperimen difraksi elektron sangat sesuai dengan perhitungan de Broglie.
Sebagai contoh numerik, untuk V = 54V, panjang gelombang elektron sebesar
1,66Å, dan untuk V = 100V, e = 1,22Å, terletak dalam daerah panjang gelombang
sinar-X. Karena panjang gelombang elektron yang begitu kecil, maka untuk dapat
mengalami difraksi diperlukan kristal sebagai kisi, difraksinya mengikuti aturan
difraksi atau pantulan Bragg seperti pada sinar-X.

Gambar 2.6. Agihan sudut elektron terhambur oleh kristal


Nikel dengan tegangan pemercepat 54V.

1.6. Atom Hidrogen Model Bohr


Spektrum emisi berbagai unsur yang bersifat diskrit dan merupakan
karakter dari masing-masing unsur telah lama teramati (jauh sebelum abad ke-
XX). Keberaturan spektrum emisi atom, sebagai pembawa informasi mengenai
struktur atom yang bersangkutan, pertama kali ditemukan oleh Balmer (1835)
pada atom Hidrogen di daerah cahaya. Balmer merumuskan spektrum emisi atom
Hidrogen dalam panjang gelombangnya sebagai
n2  4
n  k , (1.22)
n2
Buku Ajar Fisika Kuantum 18
yang kemudian dikenal sebagai persamaan deret Balmer, dengan n = 3,4,5,........
dan k = 3616Å disebut sebagai tetapan Balmer.
Sifat diskrit serta keberaturan spektrum emisi atom yang paling sederhana
sekalipun (deret Balmer) tidak dapat diterangkan dengan Fisika Klasik, bahkan
nampak adanya “penyimpangan”. Pada tahun 1913, dengan postulatnya, Niels
Bohr berhasil menerangkan fakta spektrokopik tersebut, walaupun mungkin hanya
secara kebetulan, karena pemikiran Bohr tersebut tidak bersesuaian dengan
spektrum yang lebih halus maupun dengan spektrum unsur-unsur yang lebih
kompleks. Namun begitu, pemikiran Bohr yang antara lain menyatakan bahwa
momentum sudut elektron dalam atom Hidrogen terkuantisasi menurut persamaan
berikut
l n  n (1.23)
dan memberikan tenaga elektron atom Hidrogen (aras tenaga atom Hidrogen)
terkuantisasi menurut persamaan berikut
k 2 e 2 me
En  , (1.24)
2 2 n 2

Gambar 1.7. Aras-aras tenaga atom Hidrogen menurut Bohr

dengan ħ = h/2 dan k adalah tetapan Coulomb, telah memberikan andil besar
dalam perkembangan konsep-konsep fisika yang baru ke arah Mekanika Kuantum.
Ungkapan (1.23) setara dengan syarat stasioner gelombang elektron atom
Hidrogen dalam lintasannya. Gambar 1.7 melukiskan aras-aras tenaga elektron
atom Hidrogen (tenaga atom) tersebut pada pers.(1.24). Dengan adanya aras-aras
tenaga atom tersebut, atom dapat pindah dari satu aras ke aras yang lebih rendah
Buku Ajar Fisika Kuantum 19
dengan memancarkan tenaganya dalam bentuk radiasi, yang memenuhi persamaan
berikut
hc
Er  E1  E2  . (1.25)

Dari berbagai transisi ini, akan menghasilkan spektrum emisi yang sangat sesuai
dengan rumusan Balmer.

1.7. Prinsip Ketakpastian Heisenberg


Telah dijelaskan dalam Subbab sebelumnya tentang adanya sifat dualisme
dari radiasi maupun partikel materi. Akan tetapi tidak mungkin memberlakukan
kedua deskripsi tersebut baik pada radiasi maupun pada partikel materi secara
bersamaan (simultan). Diberikan contoh pada radiasi, bila radiasi dipandang
sebagai partikel dan secara ekstrim akan ditentukan posisi pada suatu saat secara
tepat (x, t0), maka ketakpastian atribut gelombang radiasi menjadi tak
berhingga (, ). Ketakpastian pengukuran besaran fisika menjadi sangat
penting dalam persoalan ini. Pada tahun 1927, Werner Heisenberg mengusulkan
adanya prinsip ketakpastian pada obyek-obyek kuantum sebagai hubungan
E  t   (1.26)
dan
x  p   . (1.27)
Secara kuantitatif, pemberlakuan ketakpastian Heisenberg telah
ditunjukkan pada berbagai peristiwa, seperti pada difraksi dan mikroskop. Adanya
prinsip ketakpastian ini juga telah menyarankan diberlakukannya konsep
probabilitas pada sistem kuantum, yang dilukiskan dengan suatu fungsi
gelombang.
Buku Ajar Fisika Kuantum 20
Soal-soal Latihan
1. (a) Pada panjang gelombang berapakah sebuah benda pada suhu ruang (T =
20oC) memancarkan radiasi termal maksimum ?.
(b) Hingga suhu berapakah benda tersebut harus dipanaskan agar puncak
radiasi termalnya berada pada daerah spektrum merah ?.
(c) Berapa kali banyaknya radiasi termal yang dipancarkan benda tersebut
pada suhu yang tertinggi ?.
2. (a) Berapakah energi dan momentum linear sebuah foton cahaya merah yang
berpanjang gelombang 650 nm ?.
(b) Berapakah panjang gelombang sebuah foton yang berenrgi 2,40 eV ?.
3. Sinar X dengan panjang gelombang 0,2400 nm dihamburkan secara compton
dan berkas hamburannya diamati pada sudut 60o relatif terhadap arah berkas
datang. Carilah:
a. Panjang gelombang sinar X yang terhambur !.
b. Energi foton sinar X yang terhambur !.
c. Energi kinetik elektron yang terhambur !.
d. Arah gerak elektron yang terhambur !.
4. Hitunglah panjang gelombang de Broglie dari empat dari data berikut:
a. Sebuah mobil 1000 kg yang bergerak dengan laju 100 m/s !.
b. Sebuah peluru 10 kg yang bergerak dengan laju 500 m/s !.
c. Sebuah partikel asap rokok 10-6 g yang bergerak dengan laju 1cm/s !.
d. Sebuah elektron dengan energi kinetik 1 eV !.
5. Hitunglah panjang gelombang terpanjang deret Balmer ion Berilium
terionisasi tiga kali (Z = 4) !.
Buku Ajar Fisika Kuantum 21

BAB II
POSTULAT-POSTULAT DALAM MEKANIKA
KUANTUM

Pengukuran besaran fisis (observabel) dalam Mekanika Klasik dapat


dilakukan dengan cara dan hasil yang pasti tanpa mengganggu sistem yang diukur
observabelnya, serta dapat dilakukan pengukuran beberapa observabel secara
serempak (pada saat yang sama). Menurut Mekanika Kuantum, pengukuran suatu
observabel akan mempengaruhi dan mengubah keadaan sistem. Pengukuran
beberapa besaran (misalnya posisi dan kecepatan atau momentum) tidak dapat
dilakukan serempak dengan hasil ukur yang pasti/eksak. Ketakpastiannya terbatasi
oleh prinsip ketakpastian Heisenberg. Gangguan terhadap sistem saat pengukuran
sangat terasa/penting pada obyek-obyek mikroskopik (partikel-partikel elementer,
atomistik), sehingga pada sistem-sistem seperti itu mutlak perlu diberlakukan
Mekanika Kuantum dalam pembicaraan yang lebih tepat.
Mekanika Kuantum merupakan teori probabilistik yang bersifat abstrak,
seperti konsep fungsi gelombang, rapat kebolehjadian, operator dan lain
sebagainya. Mekanika Kuantum disusun di atas postulat-postulat dan dikaji
dengan trik-trik matematika yang indah. Ada dua pendekatan formulasi Mekanika
Kuantum, yaitu dengan Mekanika Gelombang yang dikembangkan oleh
Schrödinger dan Mekanika Matriks yang dikembangkan oleh Heisenberg. Dalam
buku ini akan disajikan dengan pendekatan Mekanika Gelombang, yang lebih
terasa logis dan menggunakan dasar-dasar metode matematik yang familiar. Untuk
mengawali pengkajian Mekanika Kuantum, maka dalam Bab ini akan ditelaah
postulat-postulat dasar Mekanika Kuantum secara lengkap.

Postulat 1: Setiap sistem fisis dinyatakan dengan suatu fungsi gelombang atau

fungsi keadaan,  r ,t  , yang secara implisit memuat informasi
lengkap mengenai observabel-observabel yang dapat diketahui pada
sistem tersebut.

2.1. Fungsi Gelombang



Fungsi gelombang suatu sistem,  r ,t  , merupakan fungsi kebolehjadian

untuk menemukan sistem pada posisi r dan saat t yang secara langsung
memberikan rapat kebolehjadian yang berbentuk
Buku Ajar Fisika Kuantum 22
   
 r ,t    * r ,t  r ,t    r ,t  ,
2
(2.1)
dengan tanda (*) menyatakan kompleks konjugat fungsi yang disertainya.

Kebolehjadian menemukan sistem di posisi r dalam elemen volume d pada saat t
adalah
  
 r ,t d   * r ,t  r ,t d . (2.2)
Pengertian pada pers.(2.2) ini analog dengan massa dalam elemen volume
sebagai hasil kali antara rapat massa dengan elemen volume tersebut, yang
berbentuk
dm   m dV .
Kebolehjadian dalam Mekanika Kuantum ini memenuhi hukum kontinuitas
sebagai berikut
 
S   0, (2.3)
t
sebagaimana dalam arus muatan (arus listrik), yaitu
 
 j   0.
t
Vektor S pada pers.(2.3) menyatakan rapat arus partikel, yang biasa disebut
sebagai rapat arus kebolehjadian, yang menggunakan persamaan Schrödinger
(akan dikaji dalam Bab III) dapat diturunkan sebagai
S

 * r ,t  r ,t    * r ,t  r ,t . (2.4)
2im
dengan i adalah satuan imaginer dan m adalah massa sistem.
Sebagaimana disebutkan dalam postulat 1 didepan, fungsi gelombang

r , t  memuat informasi mengenai semua observabel pada sistem. Hal ini berarti
bahwa observabel-observabel pada sistem tersebut dapat diturunkan dari fungsi
gelombangnya. Sebelum menelaah hal ini, terlebih dahulu akan dikaji postulat 2,
yang berkenaan dengan operator observabel.

Postulat 2: Setiap observabel dinyatakan atau diwakili oleh suatu operator


linear Hermitian.

2.2. Operator Observabel


Operator adalah suatu instruksi matematika yang bila dikenakan atau
dioperasikan pada suatu fungsi akan mengubah fungsi tersebut menjadi fungsi
lain. Untuk operator Ô dapat ditulis sebagai
 
Ô r ,t    ' r ,t  . (2.5)
Buku Ajar Fisika Kuantum 23
Dalam hal ini tanda („) bukan berarti diferensial atau turunan, akan tetapi hanya
membedakan dengan fungsi asalnya.

Contoh:
   
Ô   Ô r ,t    r ,t 
t t
   
Ô  x  Ô r , t   x r , t 
x x
x
  r ,t   x   r ,t 
x x
  
 r , t   x  r , t 
x
   
 1  x  r , t 
 x 
Dalam hal ini didapat persamaan operator, yaitu
 
x 1 x . (2.6)
x x
Operator dalam Mekanika Kuantum, sebagai representasi suatu observabel harus
bersifat linear, yakni memenuhi hubungan-hubungan berikut

ÔC   CÔ , C  konstan (2.7a)


Ô     Ô  Ô (2.7b)
dan
Ô  B̂  Ô  B̂ . (2.7c)

2.3. Eigen Fungsi dan Eigen Nilai

Fungsi hasil operasi suatu operator dapat merupakan kelipatan konstan


dari fungsi asalnya, yaitu
 
Ô r ,t    r ,t  . (2.8)

Dalam ungkapan (2.8),  r ,t  disebut eigen fungsi (eigenfunction) dan  disebut
eigen nilai (eigenvalue) dari operator Ô .
Buku Ajar Fisika Kuantum 24
Contoh:
Oˆ  ,  x   a expbx  , a dan b adalah konstan
d
dx
 Oˆ  x   ba expbx 
 b x .

Dalam hal ini, b adalah eigen nilai dari operator d/dx yang berhubungan dengan
eigen fungsi {a exp(bx)}. Secara umum b dapat berharga real maupun imaginer
atau kompleks. Bila Ô suatu operator Mekanika Kuantum (observabel), maka
eigen nilainya pasti real. Ungkapan (2.8) disebut sebagai persamaan eigen nilai
operator Ô . Suatu operator dapat mempunyai beberapa eigen fungsi (set eigen
fungsi) dengan eigen nilainya masing-masing, seperti
 
Ô n r ,t   n n r ,t  . (2.9)

Contoh:
Carilah eigen fungsi dan eigen nilai dari operator momentum linear kearah x yang
berbentuk p̂ x  i  x !.
Jawab:
Misalkan eigen nilai dari masalah di atas adalah p dengan eigen fungsi Up(x),
maka persamaan eigen nilainya berbentuk

i U p x   pU p x  .
x
Penyelesaiannya adalah
 px 
U p x   exp i  .
  
Eigen nilai p dapat merupakan sebarang nilai (termasuk juga bilangan kompleks).
Oleh karena itu, dalam masalah ini harus juga diterapkan syarat batas, misalnya
syarat batas menyatakan bahwa Up(x) berperiodik di sepanjang jarak L, sehingga
didapatkan
p 2π
n , n  0,  1,  2,  3,...........
 L
dan
 2πn 
U n x   exp i x .
 L 
Jadi terlihat bahwa eigen nilai bersifat diskrit dan real.
Buku Ajar Fisika Kuantum 25
2.4. Operator Hermitian
Untuk setiap operator linear Ô terdapat juga operator B̂ sedemikian rupa
sehingga berlaku
*  
 
 * 
 r ,tÔ r ,t d   B̂ r ,t   r ,t d , (2.10)
dengan  r ,t  dan  r ,t  adalah fungsi-fungsi sebarang dan integral d

meliputi seluruh ruang. Pada pers.(2.10), B̂ disebut konjugat Hermitian dari


operator Ô . Apabila B̂ = Ô , maka dikatakan bahwa Ô bersifat Hermitian. Jadi
sifat Hermitian operator Ô dinyatakan dengan kaitan berikut
*  
 
 * 
 r ,t Ô r ,t d   Ô r ,t   r ,t d . (2.11)
Operator Hermitian mempunyai set eigen fungsi yang ortogonal, yaitu
memenuhi syarat
*  
 n r ,t  m r ,t d  0, m  n . (2.12)

Tabel 2.1. Beberapa Operator Observabel


Observabel Operator
  
Posisi : r , x r̂ , x̂  r , x

Momentum linear : p , p x  
p̂  i  , p̂ x  i
x
   ˆ 
Momentum sudut L  r  p L   i r  

  
L̂ x  i  y  z 
 z y 

  
L̂ y  i  z x 
 x z 

  
L̂ z  i  x y 
 y x 
2
p2 
Tenaga kinetik : K  K̂   2
2m 2m
Tenaga total : E 
Ê  i
t
Buku Ajar Fisika Kuantum 26
Set fungsi ortogonal dapat dinormalisir menjadi set fungsi ortonormal, yaitu
 
 n r ,t   N nU n r ,t  (2.13)
yang memenuhi hubungan ortonormalitas berikut
*   1, m  n

 U n r ,t U m r ,t d   nm  0, m  n . (2.14)

dengan Nn sebagai faktor normalisasinya.
Set fungsi-fungsi ortonormal dapat dijadikan sebagai basis dalam ruang

fungsi atau ruang Hilbert, sehingga fungsi sebarang  r ,t  dapat diuraikan atas
komponen-komponen pada fungsi basis tersebut, yaitu
 
 r ,t    b nU n r ,t  , (2.15)
dengan
 
b n   U n* r ,t  r ,t  d (2.16)
 
adalah harga komponen  r ,t  pada basis U n r ,t  . Sebagai basis ruang Hilbert,
set fungsi-fungsi ortonormal juga bersifat linear independen, yang secara singkat
dikatakan bersifat lengkap atau klosur.
Semua operator observabel bersifat Hermitian mempunyai set eigen fungsi
yang ortonormal (dapat dijadikan basis dalam ruang Hilbert) dan dengan eigen
nilai real. Beberapa operator observabel diberikan dalam Tabel 2.1.

2.5. Komutator
Operasi perkalian antara dua operator sering dilakukan (seperti halnya
perkalian antara dua observabel). Pengoperasian perkalian operator pada suatu
fungsi dilakukan berturut-turut dari yang paling depan (paling dekat dengan fungsi
yang dikenainya). Perkalian antara dua operator dalam Mekanika Kuantum sering
muncul, karena sifat kedua operator tersebut adalah bersifat komutator. Komutator
antara dua operator Ô dan B̂ didefenisikan sebagai
 
Ô, B̂  ÔB̂  B̂Ô . (2.17)
Dari defenisi tersebut (dapat diturunkan) berlaku identitas-identitas berikut
   
Ô , B̂   B̂ ,Ô , (2.18a)
Ô, B̂Ĉ  Ô, B̂Ĉ  B̂Ô,Ĉ, (2.18b)
ÔB̂,Ĉ  Ô,ĈB̂  ÔB̂,Ĉ, (2.18c)
Ô,B̂,Ĉ B̂,Ĉ ,Ô Ĉ ,Ô, B̂  0 . (2.18d)
Apabila Ô , B̂  0 , maka dikatakan bahwa Ô dan B̂ bersifat komut yang
mana harga observabelnya dapat diukur secara serempak dan pasti serta
Buku Ajar Fisika Kuantum 27

 
mempunyai eigen fungsi simultan. Sedangkan apabila Ô , B̂  0 , maka dikatakan
Ô dan B̂ bersifat tidak komut yang mana prngukuran observabelnya tidak dapat
dilakukan secara serempak dan pasti (terikat oleh katakpastian Heisenberg,
O  B   2 ).

Contoh:
Akan diperlihatkan bahwa kedua operator x̂ 2 dan p̂ x  i  x bersifat tidak
komut dan juga kedua operator x̂ dan Ĥ  i  t bersifat komut.

Jawab:
x̂ 2 dan p̂ x  i  x  x̂ 2

, p̂ x   x̂ 2 p̂ x  p̂ x x̂ 2 

 
  x i   i x
x x
 i .
 
Jadi didapatkan bahwa x̂ , p̂ x  i  0 , sehingga kedua operator tersebut
2

dikatakan bersifat tidak komut.


  
x̂ dan Ĥ  i  t  x̂ , Ĥ   x̂Ĥ  Ĥx̂  
  
 x i   i x  i x
t t t
  
  i x   i    0 .
 x i
t t t
  ˆ
Jadi didapatkan bahwa x, H  0 , sehingga kedua operator tersebut dikatakan
ˆ
bersifat komut.
Jika dikaitkan dengan sifat Hermitiannya, maka dapat dibuktikan bahwa
komutator dari dua operator Hermitian bersifat anti-Hermitian, yakni memenuhi
hubungan berikut
   * 
 *  
 
 Ô, B̂  r ,t   r ,t d   r ,t  Ô, B̂  r ,t d . (2.19)
Sebelum mengkaji postulat 3 tentang pengukuran suatu observabel, terlebih
dahulu akan dikaji tentang penulisan fungsi dalam notasi Dirac.

2.6. Notasi Dirac


Untuk menuliskan suatu fungsi (vektor dalam ruang Hilbert), operasi
integral dan sebagainya dapat digunakan notasi tertentu yang disebut notasi Dirac.
Buku Ajar Fisika Kuantum 28
Penggunaan notasi ini hanya demi praktisnya saja. Berikut diberikan beberapa
contoh penggunaan notasi Dirac yang dimaksud, yaitu
Fungsi    , disebut vektor ket.
Fungsi *   , disebut vektor bra.
Ô  Ô  ,

  Ô d   Ô  ,

U Un m d   nm  U n U m   nm ,

b i   U i d  b i  U i  .
Syarat Hermitian operator Ô dituliskan sebagai
 Ô   Ô  .

Postulat 3: Pengukuran observabel suatu operator Ô pada sistem dengan


 
fungsi gelombang  r ,t   U n r ,t  , yang merupakan eigen
fungsi ternormalisir operator Ô dengan eigen nilai n, dituliskan
sebagai
 
Ô U n r ,t   n U n r ,t 
akan menghasilkan nilai ukur pasti n dan tanpa mengubah
keadaan atau fungsi gelombangnya.

Apabila  r ,t  bukan merupakan eigen fungsi operator Ô , maka fungsi
gelombang tersebut dapat diuraikan atas basis yang merupakan eigen fungsi
operator Ô , yaitu
 
U n r ,t    b i U n r ,t  , (2.20)
sehingga kebolehjadian bahwa pengukuran observabel Ô memperoleh hasil ukur
n adalah
 
P n   U n r , t   r , t 
2

 
 U n r , t  b iU i r , t 
2

 b 2n . (2.21)
Buku Ajar Fisika Kuantum 29
Pada pengukuran observabel q secara klasik yang dilakukan n kali
didapatkan kebolehjadian untuk memperoleh suatu harga qk adalah
n
Pk  k (2.22)
n
dan harga rata-rata pengukurannya adalah
q   Pk qk . (2.23)
Konsep matematis harga rata-rata ini juga berlaku pada Mekanika Kuantum yang
dinyatakan dalam postulat 4.

Postulat 4: Harga rata-rata pengukuran suatu observabel O yang bersepadanan


dengan operator Ô pada suatu sistem yang dinyatakan oleh fungsi

gelombang  r ,t  , diberikan oleh harga harap  sebagai
 
   r ,t  Ô  r ,t 

  b i i .
2
(2.24)

Dengan postulat harga harap (expectation value) tersebut, katakpastian


pengukuran didefenisikan sebagai
 2     
2

 2  
2
(2.25)
yang ekivalen dengan deviasi standar secara statistik. Selanjutnya, prinsip
ketakpastian untuk dua observabel saling berkonjugat kanonik (operator tak saling
komut) O dan B diperoleh
     . (2.26)
2
Dalam bab ini baru disebutkan bahwa keadaan suatu sistem dinyatakan
dengan suatu fungsi gelombang dan suatu observabel dinyatakan dengan suatu
operator. Dalam hal ini belum ditelaah bentuk fungsi gelombang itu serta
bagaimana memperolehnya, begitu juga pemberlakuan operator-operator
observabel suatu sistem. Hal-hal yang disebutkan terakhir tersebut akan dikaji
dalam bab-bab selanjutnya.
Buku Ajar Fisika Kuantum 30
Soal-soal Latihan
2.1. Apabila  adalah suatu operator observabel dinamik suatu sistem dengan
persamaan eigen nilai
ÂU n x   AnU n x 
Apa saja yang anda ketahui tentang  , An dan Un(x) ?.
2.2. Periksa dan tunjukkan, apakah pasangan operator berikut ini bersifat
komutatif !.
dan x 2 exp kx 2  .
d2
a. 2
dx
b. x̂ n dan p̂ x
c. Momentum linear dan energi kinetik kearah x.
2.3. Perlihatkan bahwa operator-operator yang memenuhi defenisi dalam tabel 2.1
bersifat Hermitian !.
2.4. Buktikan bahwa operator Hermitian  dan B̂ akan bersifat komutatif jika
keduanya mempunyai eigen fungsi yang sama !.
Buku Ajar Fisika Kuantum 31

BAB III
PERSAMAAN SCHÖDINGER

Pada kasus-kasus yang sederhana dan dalam tinjauan yang kurang


mendalam, postulat de Broglie telah dapat menjelaskan sifat gelombang partikel
mikroskopik yang sesuai dengan eksperimen, seperti pada difraksi elektron dan
atom Hidrogen Bohr. Namun hipotesis tersebut belum dapat menjelaskan secara
lengkap, seperti mengenai bagaimana sifat perambatan gelombang tersebut dan
bagaimana proses perubahan observabel gelombang apabila partikel mengalami
perubahan keadaan.
Disamping keterbatasan “kemampuan” hipotesa de Broglie tersebut di
atas, dapat juga diajukan pertanyaan, bagaiaman bentuk persamaan dan fungsi
gelombang partikel (sistem kuantum) ?. Dalam hal ini diingatkan kembali tentang
persamaan gelombang pada tali (gelombang mekanis) dapat diturunkan dari
hukum Newton dan persamaan gelombang elektromagnetik dapat diturunkan dari
persamaan-persamaan Maxwell. Namun, dalam hal ini tidak dapat diharapkan
bahwa persamaan gelombang partikel (kuantum) dapat diturunkan dari persamaan-
persamaan atau hukum-hukum Fisika Klasik.
Untuk persoalan ini, Schrödinger telah berhasil mengembangkan suatu
teori Mekanika Kuantum, dengan apa yang biasa disebut Mekanika Gelombang.
Dalam berbagai literatur diberikan beberapa cara/jalan untuk menurunkan
persamaan gelombang sistem kuantum yang lazim disebut persamaan Schrödinger.
Dalam tulisan ini akan diberikan langsung bentuk persamaan Schrödinger, yakni
dari persamaan operator Hamiltonian klasik yang berbentuk
p̂ 2
Ĥ   V̂  Ê (3.1)
2m
yang dikenakan pada suatu fungsi gelombang sistem (yang belum diketahui
bentuknya) dan akan memberikan
2 2     
   r ,t   V r ,t  r ,t   i  r ,t  . (3.2)
2m t
Dalam hal ini, tenaga potensial V secara umum sebagai fungsi posisi dan waktu,
namun dalam banyak kasus, khususnya yang dikaji dalam buku ini hanya fungsi
posisi saja.
Ungkapan (3.2) merupakan persamaan Schrödinger gayut waktu, yakni
untuk sistem yang tenaganya sebagai fungsi waktu secara eksplisit. Untuk sistem
dengan tenaga konstan, persamaan Schrödingernya dapat dituliskan sebagai
Buku Ajar Fisika Kuantum 32
2 2      
   r ,t   V r  r ,t   i  r ,t   E r ,t  . (3.3)
2m t

 r ,t  pada pers.(3.3) dapat difaktorkan atas dua fungsi variabel tunggal, masing-

masing fungsi r dan fungsi t, yaitu
 
 r ,t   Rr  t  . (3.4)
Dengan pemisahan variabel ini, pers.(3.3) memberikan dua persamaan
deifferensial berikut, yaitu:

i  t   E t  (3.5)
t
dengan penyelesaian
 iEt 
 t   exp   (3.6)
  
dan
2 2    
  Rr   V r  Rr   ERr  (3.7)
2m
 
dengan penyelesaian Rr  yang bergantung pada bentuk V r  . Dengan demikian
dapat diperoleh penyelesaian persamaan Schrödinger sebagai fungsi gelombang
sistem yang berbentuk
   iEt 
 r ,t   Rr  exp  . (3.8)
  
Ungkapan (3.7) disebut sebagai persamaan Schrödinger tak gayut waktu
dan sistem tersebut dikatakan bersifat stasioner karena fungsi gelombangnya
 2
(pers.(3.8)) memberikan rapat kebolehjadian  r ,t  yang konstan terhadap
waktu. Dengan menggunakan mekanika Schrödinger ini, suatu sistem dapat dicari
fungsi gelombangnya sebagai penyelesaian dari persamaan Schrödinger yang
merupakan persamaan differensial. Dalam bab-bab selanjutnya akan dikaji
implimentasi dari Mekanika Schrödinger pada berbagai sistem.
Buku Ajar Fisika Kuantum 33
Soal-soal Latihan
Tuliskan persamaan Schrödinger untuk berbagai sistem dibawah ini:
3.1. Sistem partikel dalam sumur potensial tak berhingga satu dimensi dengan
lebar sumur a.
3.2. Sistem partikel dalam sumur potensial berhingga satu dimensi dengan
potensial Vo dan lebar sumur L.
3.3. Sistem partikel yang menerobos potensial undak satu dimensi dengan besar
potensial Vo.
3.4. Partikel dalam sistem osilator harmonis satu dimensi dengan frekuensi sudut
 dan potensial V  x   1 kx2 , dimana k adalah konstanta pegas.
2
Buku Ajar Fisika Kuantum 34

BAB IV
SISTEM PARTIKEL TUNGGAL STASIONER
DALAM POTENSIAL SATU DIMENSI

Dalam bab ini, kajian akan ditekankan pada penyelesaian persamaan



Schrödinger tak gayut waktu  = r  , untuk sistem partikel tunggal dalam
potensial satu dimensi. Perlu ditekankan terlebih dahulu, bahwa fungsi gelombang
suatu sistem tidak semata-mata ditentukan oleh bentuk operatornya secara
matematis (bentuk fungsi tenaga potensialnya), akan tetapi masih harus memenuhi
syarat-syarat khusus yang diperlukan oleh observabel-observabel dalam sistem.
Syarat-syarat khusus yang dimaksud adalah bahwa fungsi gelombang dan
 
turunannya, r  dan ' r  , harus berhingga, berharga tunggal dan kontinu.
Dalam uraian berikut ini akan dibicarakan sistem dengan potensial yang
berbentuk antara lain potensial sumur tak berhingga (kotak tegar), potensial sumur
berhingga dan potensial undak/tangga. Beberapa bentuk potensial yang lain
diberikan sebagai tugas/latihan atau dapat dikaji dalam literatur yang lain.

4.1. Partikel Dalam Sumur Potensial Tak Berhingga


Dalam subbab ini akan ditinjau partikel bermassa m yang berada dalam
sumur potensial tak berhingga yang lebarnya a, dan x = 0 dipilih ditengah-tengah
sumur. Sistem potensial ini dapat dinyatakan sebagai
0, untuk  a 2  x  a 2
V x    (4.1)
, untuk x  a 2
seperti yang dilukiskan pada Gambar 4.1. Persamaan Schrödinger di dalam kotak
(daerah II) dapat dituliskan sebagai
 2 d 2 x 
 Ex   0 . (4.2)
2m dx 2
Ungkapan (4.2) mempenyai penyelesaian umum berbentuk
II x   A sin kx  B coskx (4.3)
dengan A dan B adalah sebagai tetapan integrasi yang ditentukan oleh syarat-
syarat batas dan
2mE
k2  2 . (4.4)

Buku Ajar Fisika Kuantum 35

V(x)
 

I II III

-a/2 0 a/2 x
Gambar 4.1. Skema sumur potensial tak berhingga.

Di daerah I dan III ( x  a 2 ),  x  harus nol karena potensialnya tak


berhingga, sehingga kebolehjadian menemukan partikel di daerah itu sama dengan
nol. Syarat kontinu pada x = -a/2 dan x = a/2 bagi  x  memberikan persamaan-
persamaan berikut
 a 2  A sin k a 2  B cosk a 2  0 (4.5)
dan
a 2  A sin k a 2  B cosk a 2  0 . (4.6)
Kedua persamaan terakhir ini memberikan penyelesaian
A sin k a 2  0 dan B cosk a 2  0 . (4.7)
Tetapi A dan B tidak boleh semuanya nol agar ada fungsi gelombang yang
menyatakan keadaan fisis partikel, disamping itu dua ungkapan sin(ka/2) dan
cos(ka/2) tidak mungkin berharga nol secara bersamaan. Agar memenuhi
persyaratan fisis, maka terdapat dua jenis penyelesaian, yakni
cosk a 2  0 , dengan A  0 (4.8)
dan
sin k a 2  0 , dengan B  0 . (4.9)
Dari pers.(4.8), harga k yang memenuhi adalah
π
k n dengan n  ganjil (4.10)
a
sehingga diperoleh fungsi gelombang jenis pertama berbentuk
 nπ 
1 x   B cos x  , n  1,3,6,......... (4.11)
 a 
yang berupa fungsi genap. Untuk pers.(4.9), harga k yang memenuhi adalah
Buku Ajar Fisika Kuantum 36
π
kn dengan n  genap (4.12)
a
yang memberikan fungsi gelombang jenis kedua yang berbentuk

 2  x   A sin
nπ 
x  , n  2,4,6,......... (4.13)
 a 
yang berupa fungsi ganjil. Selanjutnya, syarat ternormalisir bagi fungsi gelombang
(x) berbentuk
    * dx  1
sehingga memberikan harga
2
AB .
a

Gambar 4.2. (a) Gelombang partikel dalam sumur potensial tak berhingga untuk
tiga keadaan paling bawah.
(b) Aras-aras tenaga partikel dalam sumur potensial tak berhingga
untuk tiga keadaan paling bawah.
Buku Ajar Fisika Kuantum 37
Akhirnya didapatkan fungsi gelombang partikel bermassa m yang terikat
dalam sumur potensial tak berhingga sebagai
 2  nπ 
 cos x  , n  ganjil, - a 2  x  a 2
 a  a 
 2  nπ 
n  x    sin  x  , n  genap, - a 2  x  a 2 (4.14)
 a  a 


0,........................................... x  a 2 .
Selain telah mendapatkan fungsi gelombang sistem, tenaga sistem/partikel dapat
juga diperoleh dari pers.(4.4), (4.10) dan (4.12) dan didapatkan
π 2 2 2
En  n . (4.15)
2ma2
Ungkapan (4.15) menunjukkan bahwa tenaga partikel bersifat diskrit,
membentuk aras-aras tenaga yang ditentukan oleh harga n. Sifat diskrit tenaga ini
muncul secara alami untuk sistem yang terikat dari syarat batas secara fisis.
Bentuk gelombang dan aras-aras tenaga partikel untuk n = 1, 2 dan 3 ditunjukkan
dalam Gambar 4.2.

Contoh:
Sebuah elektron terperangkap dalam sumur tak berhingga yang mana tenaganya
terkuantisasi. Bila lebar sumur 12 Å dan elektron tersebut mengalami transisi dari
keadaan tereksitasi ketiga ke keadaan tereksitasi pertama dengan memancarkan
radiasi, tentukan panjang gelombang radiasi !.
Jawab:
Dari pers.(4.15), beda tenaga akibat adanya eksitasi dapat dituliskan seperti
 En  2
n  n'2 
π2 2 2
2ma
Telah diketahui bahwa energi akibat adanya radiasi tersebut sebesar
hc
 E  h 

Dari kedua persamaan di atas didapatkan
2ma2 hc  2ma2 c .
 2 2 2
π  n  n'2  h 2 n 2  n'2 
Untuk eksitasi ketiga (n = 4) dan eksitasi pertama (n‟ = 2), maka untuk a = 12 Å,
didapatkan
 = 3955Å.
Jadi panjang gelombang radiasi adalah 3955 Å.
Buku Ajar Fisika Kuantum 38

4.2. Partikel Dalam Sumur Potensial Berhingga


Ditinjau partikel bermassa m yang berada dalam sumur potensial
berhingga (satu dimensi) yang dinyatakan sebagai
V0 ,........x  a
V x    (4.16)
0,..........  a  x  a .
Dalam hal ini, lebar sumur adalah 2a dan x = 0 berada ditengah sumur, seperti
ditunjukkan dalam Gambar 4.3. Ruang kajian dibagi atas tiga bagian, I, II dan III
seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.3.

V(x)

V0

I II III

-a 0 a x

Gambar 4.3. Skema sumur potensial berhingga.

Persamaan Schrödinger untuk daerah I dan III berbentuk


d 2 x  2mE  V0 
  x   0 (4.17)
dx 2 2
dengan penyelesaian umumnya berbentuk
 I x   III x   C exp- Kx   D expKx  (4.18)
dengan C dan D adalah sebagai tetapan integrasi yang ditentukan oleh syarat-
syarat batas dan
2mV0  E 
K2  . (4.19)
2
Untuk memenuhi syarat fisis, bahwa fungsi gelombangnya harus
berhingga untuk semua harga x, maka dadapatkan C = 0 untuk daerah I dan D = 0
untuk daerah III, sehingga didapatkan
 I x   D expKx  (4.20)
Buku Ajar Fisika Kuantum 39
dan
 III x   C exp- Kx  . (4.21)
Di daerah II, persamaan Schrödingernya berbentuk
d 2 x  2mE
 2  x   0 . (4.22)
dx 2 
Ungkapan (4.2) mempenyai penyelesaian umum berbentuk
 II x   A sin kx  B coskx (4.23)
dengan A dan B adalah sebagai tetapan integrasi yang ditentukan oleh syarat-
syarat batas dan
2mE
k2  2 . (4.24)

Gambar 4.4. Fungsi gelombang partikel dalam sumur potensial berhingga


untuk tiga keadaan paling bawah.

Syarat kekontinuan dari (x) dan ’ (x) pada x = -a dan x = a


memberikan persamaan-persamaan berikut
 A sin ka  B coska  D exp Ka  (4.25)
dan
A sin ka  B coska  D exp Ka  (4.26)
dan juga
KA coska  KB sin ka  KD exp Ka  (4.27)
serta
Buku Ajar Fisika Kuantum 40

KA coska  KB sinka   KD exp  Ka  (4.28)


Ungkapan (4.25) dan (4.26) memberikan kaitan
2A sin ka  C - D exp Ka  (4.29)
dan
2B coska  C  D exp Ka  . (4.30)
Persamaan (4.27) dan (4.28) menghasilkan hubungan
2kA coska   K C  D exp Ka  (4.31)
dan
2kB sin ka  K C  D exp Ka  . (4.32)
Dari ungkapan-ungkapan (4.29) sampai (4.32) akan dicari harga k dan K yang
menentukan harga tenaga partikel E. Kecuali A = 0 dan C = D, jika pers.(4.31)
dibagi dengan pers.(4.29) akan menghasilkan
k ctgka    K (4.33)
dan kecuali B = 0 dan C = -D, jika pers.(4.32) dibagi dengan pers.(4.30) akan
menghasilkan
k tgka   K . (4.34)
Ungkapan (4.33) dan (4.34) tidak boleh berlaku serempak, karena akan
memberikan harga K < 0 dan k yang imaginer, yang mana bertentangan dengan
pers.(4.19) dan (4.24). Selain itu, juga tidak boleh memberi harga-harga A, B, C
dan D semuanya nol, karena tidak akan memberikan arti fisis.
Dengan demikian, penyelesaian persamaan Schrödinger yang diterima
terdiri atas dua jenis/kelas, yakni yang memenuhi kondisi
A = 0, C = D dan k tg(ka) = K (4.35)
dan
B = 0, C = -D dan k ctg(ka) = -K. (4.36)
Kedua kelas fungsi gelombang tersebut berbentuk
1. dengan A = 0, C = D dan k tg(ka) = K, yaitu:
 I1 x   C expKx  ; II1 x  B coskx ; III1 x   C exp Kx  (4.37)
dan
2. dengan B = 0, C = -D dan k ctg(ka) = -K, yakni
 I2  x   C expKx  ; II2  x   A sin kx ; III2  x   C exp Kx  . (4.38)
Selanjutnya akan ditentukan harga-harga k dan K yang diperbolehkan (memenuhi
syarat fisis). Selain terkait dengan pers.(4.33) dan (4.34), dari pers.(4.19) dan
(4.24) didapatkan juga harga k dan K sebagai berikut
ka 2  Ka 2  2mV 2
0
a2 (4.39)

Buku Ajar Fisika Kuantum 41
yang berupa persamaan lingkaran pada bidang (ka-Ka) dengan jejari
2mV0  2 1 2 a . Harga-harga k dan K yang memenuhi pers.(4.33), (4.34) dan
(4.39) dapat ditunjukkan dan dicari secara grafik seperti ditunjukkan pada Gambar
4.5, yakni pada titik-titik potong grafik pers.(4.33) dan (4.34) dengan grafik
pers.(4.39).

Gambar 4.5. Grafik dari ungkapan-ungkapan (4.33), (4.34) dan (4.39), untuk
menentukan harga k dan K.

Untuk 2mV0  2  a  π 2 , terdapat satu titik potong yang berarti ada


12

satu pasang harga k dan K yang memenuhi penyelesaian fungsi gelombang kelas
pertama, hanya ada satu keadaan terikat dan satu aras tenaga. Untuk
π 2  2mV0  2  a  π , terdapat dua titik potong yang berarti ada dua pasang
12

harga k dan K yang memenuhi penyelesaian fungsi gelombang, yakni satu kelas
pertama dan satu kelas kedua. Juga berarti ada dua keadaan/state terikat dan ada
Buku Ajar Fisika Kuantum 42
dua aras tenaga. Tiga aras tenaga terbawah dengan fungsi gelombangnya
ditunjukkan dalam Gambar 4.4.
Secara umum, dapat dituliskan bahwa jika
π π
s  2mV0  s  1 , untuk s  1, 2, 3,........,
a
(4.40)
2  2
s 
maka terdapat (s + 1) keadaan terikat (dan aras tenaganya) dengan   1 x 
2 
s  s  1
jenis pertama dan   x  jenis kedua untuk s ganjil dan   x  jenis
 2  2 
pertama maupu jenis kedua untuk s genap. Hal ini berarti bahwa untuk lebar
sumur tertentu, V0 yang semakin besar (sumur semakin dalam), maka akan
menghasilkan keadaan terikat yang semakin banyak.

4.3. Partikel Dalam Potensial Undak


Telaah dalam subbab ini akan meninjau partikel bermassa m yang
memasuki daerah potensial undak/tangga yang dinyatakan dengan persamaan
berikut
0, untuk x  0

V x    (4.41)

V0 , untuk x  0
seperti yang dilukiskan dalam Gambar 4.6. Partikel memasuki sistem ini dan
diandaikan bergerak dari arah kiri gambar, lalu kemudian ditinjau fungsi
gelombangnya pada x < 0 (daerah I) maupun x  0 (daerah II). Dalam telaah ini
akan ditinjau terlebih dahulu untuk E < V0.

V(x)

V0

I II
0 x
Gambar 4.6. Skema sumur potensial undak.

Persamaan Schrödinger untuk daerah I berbentuk


d 2 x  2mE
 2  x   0 . (4.42)
dx 2 
Ungkapan (4.42) mempunyai penyelesaian umum berbentuk
Buku Ajar Fisika Kuantum 43
 I x   A expikx  B exp ikx (4.43)
dengan A dan B adalah sebagai tetapan integrasi yang ditentukan oleh syarat-
syarat batas dan
2mE
k2  2 . (4.44)

Persamaan Schrödinger dan penyelesaian umumnya untuk daerah II berbentuk
d 2 x  2mV0  E 
  x   0 (4.45)
dx 2 2
dan
 II  x  C exp - Kx   D exp Kx  (4.46)
dengan C dan D adalah sebagai tetapan integrasi yang ditentukan oleh syarat-
syarat batas dan
2mV0  E 
K2  . (4.47)
2
Untuk memenuhi syarat fisis, dimana untuk x  . fungsi gelombangnya
harus tetap berhingga, maka suku terakhir pers.(4.46) harus lenyap, yang berarti
harus diambil harga D = 0, sehingga didapatkan
 II x   C exp- Kx  . (4.48)
Selanjutnya pemberlakuan syarat kekontinuan bagi (x) dan ’ (x) pada x = 0
memberikan kaitan-kaitan berikut
 I 0   II 0  A  B  C (4.49)
dan
 ' I 0   ' II 0  ik A  B   K C . (4.50)
Dari pers.(4.49) dan (4.50) didapatkan penyelesaian untuk B dan C yang
dinyatakan dalam A sebagai
k  iK
B A (4.51)
k  iK
dan
2k
C A. (4.52)
k  iK
Akhirnya didapatkan fungsi gelombang datang, terpantul dan yang
diteruskan dari partikel bermassa m yang memasuki tanggul potensial undak
sebagai
 i x   A expikx , (4.53a)
k  iK
 r x   A exp ikx  , (4.53b)
k  iK
dan
Buku Ajar Fisika Kuantum 44

 t x   A exp- Kx  .
2k
(4.53c)
k  iK
Dengan adanya fungsi gelombang di daerah x  0, yakni fungsi gelombang yang
menerobos tanggul potensial, hal mana tidak mungkin terjadi dalam tinjauan
Fisika Klasik. Kebolehjadian bahwa partikel yang menerobos dan yang
dipantulkan oleh tanggul dinyatakan sebagai koefisien transmisi dan refleksi, yang
dapat diperoleh dari persamaan arus kebolehjadian dalam pers.(2.4). Arus
kebolehjadian partikel yang datang, dipantulkan dan diteruskan didapatkan sebagai
berikut
     
*
 *   
Si  
 i  x    x      x    i x   kA ,
2
(4.54a)
x  x
i i
2im 
  
 m
   *    
*

 
Sr  
 r  x    x      x   r x    kA 2 (4.54b)
x  x
r r
2im    
 m
dan
     
*
 *  
St   t x   t x     t x   t x   0 , (4.54c)
2im   x  x  

sehingga didapatkan koefisien refleksi dan transmisinya berturut-turut dalam
bentuk
S
R  r 1 (4.55a)
Si
dan
S
T  t  0. (4.55b)
Si
Selanjutnya akan dikaji partikel dalam potensial undak yang datang dari
sebelah kiri dengan tenaga E > V0. Untuk daerah I, persamaan Schrödinger dan
penyelesaian umumnya sama seperti pada E < V0 (yaitu pers.(4.42) dan (4.43)),
yang fungsi gelombangnya berbentuk
 I x   A expikx  B exp ikx (4.56)
dengan A dan B adalah sebagai tetapan integrasi yang ditentukan oleh syarat-
syarat batas dan
2mE
k2  2 . (4.57)

Persamaan Schrödinger untuk daerah II berbentuk
d 2 x  2mV0  E 
  x   0 (4.58)
dx 2 2
Buku Ajar Fisika Kuantum 45
dan mempunyai penyelesaian umum berbentuk
 II x   C exp- iKx   D expiKx  (4.59)
dengan C dan D adalah sebagai tetapan integrasi yang ditentukan oleh syarat-
syarat batas dan
2mE  V0 
K2  . (4.60)
2
Dalam hal ini, suku kedua pers.(4.59) yang menyatakan/melukiskan gelombang
partikel bergerak kekiri harus lenyap, yang berarti harus diambil harga C = 0,
karena tidak ada dinding potensial di sebelah kanan yang memantulkan. Dengan
demikian didapatkan,
 II x   D expiKx  . (4.61)
Selanjutnya pemberlakuan syarat kekontinuan bagi (x) dan ’ (x) pada
x = 0 memberikan kaitan-kaitan berikut
 I 0   II 0  A  B  C (4.62a)
dan
 ' I 0  ' II 0  ik A  B  iK C . (4.62b)
Dari pers.(4.62) didapatkan penyelesaian untuk B dan D yang dinyatakan dalam A
sebagai
kK
B A (4.63)
kK
dan
2k
D A. (4.64)
kK
Akhirnya didapatkan fungsi gelombang datang, terpantul dan yang
diteruskan dari partikel bermassa m yang memasuki tanggul potensial undak
sebagai
 i x   A expikx , (4.65a)
kK
 r x   A exp ikx  , (4.65b)
kK
 t x   A expiKx  .
2k
(4.65c)
kK
Dengan adanya fungsi gelombang di daerah x  0, yakni fungsi gelombang yang
menerobos tanggul potnsial, hal mana tidak mungkin terjadi dalam tinjauan Fisika
Klasik. Kebolehjadian bahwa partikel yang menerobos dan yang dipantulkan oleh
tanggul dinyatakan sebagai koefisien transmisi dan refleksi, yang dapat diperoleh
dari persamaan arus kebolehjadian dalam pers.(2.4). Arus kebolehjadian partikel
yang datang, dipantulkan dan diteruskan didapatkan sebagai berikut
Buku Ajar Fisika Kuantum 46

     
*
 *   
Si   i x   i x     i x   i x   kA ,
2
(4.66a)
2im 
 x  x  
 m

       kK
* 2
 *  
Sr  
 r  x    x      x  
 r   x      kA
2
(4.66b)
x  x mk  K 
r r
2im 
  

dan
        2k 
*
 *  
St  
 t  x    x      x   t x     KA , (4.66c)
2

  
t t
2im  x  x  
 m  k K 
sehingga didapatkan koefisien refleksi dan transmisinya berturut-turut dalam
bentuk
Sr  k  K 
2

R   (4.67a)
Si  k  K 
dan
S 4kK
T t  . (4.67b)
Si k  K 2
Dari pers.(4.67) dapat dibuktikan bahwa hal tersebut memenuhi hukum kontinuitas
partikel, yaitu sebagai berikut
T  R  1. (4.68)

Contoh soal:
Elektron bebas dengan tenaga kinetik Ek = 192.10-19J, memasuki daerah potensial
listrik konstan dengan V = 100 Volt.
a. Tentukan fungsi gelombang sebelum dan setelah memasuki daerah potensial !.
b. Tentukan koefisien pantul dan koefisien transmisinya !.

Jawab:
Energi potensial untuk sistem ini adalah U = eV = (100)(1,6.10-19)J = 160.10-19J.
Jadi dalam hal ini memenuhi keadaan E > U, sehingga dari pers.(4.57) dan (4.60)
didapatkan
2mE
k  8,92.109 m -1 ,
2
dan
2mE  U 
K  3,64.109 m -1 .
2
a. Dengan menggunakan pers.(4.65) didapatkan fungsi gelombangnya seperti
 i x   A expikx ,
Buku Ajar Fisika Kuantum 47
kK
 r x   A exp ikx  ,
kK
 t x   A expiKx  .
2k
kK
Dimana k dan K deperti yang didapatkan di atas dan konstanta A dapat
diperoleh dengan menormalisasikan fungsi gelombang datangnya.
b. Dengan menggunakan pers.(4.67), didapatkan koefisien pantul dan
transmisinya sebesar
Sr  k  K 
2

R    17,7%
Si  k  K 
dan
S 4kK
T t   82,3% .
Si k  K 2
Sebagai catatan diakhir bab ini bahwa kajian yang dilakukan pada bentuk-
bentuk ptensial satu dimensi tersebut di atas dapat diperluas secara umum dalam
ruang tiga dimensi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan sedikit
penggantian, misalnya operator
d   
diganti dengan  2  2  2  2 , (4.69)
dx 2
x y z
kemudian untuk observabel dan hal-hal yang berkaitan dengan dimensi ruang,
komponen-komponen y dan z dapat diperoleh dengan cara seperti yang telah dikaji
di atas, dengan hasil yang bentuknya juga identik. Misalnya pada kotak tiga
dimensi, berlaku untuk komponen ke arah y adalah
n π 
 n  y   A y sin  y y  , (4.70)
 a y 
demikian pula untuk komponen ke arah z. Fungsi gelombang totalnya menjadi
 n x    n x  n  y  n z  .
x y z
(4.71)
Untuk k, E dan n berlaku penggabungan
E  Ex  E y  Ez ,

k 2  k x2  k y2  k z2 , (4.72)

n  nx  ny  nz.
Sebagai latihan, disarankan kepada para pembaca untuk mengerjakanya dalam
bentuk yang lengkap untuk ketiga contoh masalah yang telah dikaji di atas.
Buku Ajar Fisika Kuantum 48
Soal-soal Latihan
1. Partikel bebas dinyatakan oleh fungsi gelombang
 x   A exp ax2 , dengan A dan a adalah tetapan
a. Apakah partikel tersebut dalam keadaan stasioner ?.
b. Tentukan energi dari partikel bebas tersebut !.
2. Partikel bermassa m berada dalam potensial sumur tak berhingga, dengan
0 ; x  0 ; x  L

V x   

 ; x  0 ; x  L .
a. Bila lebar sumur 12 Å dan partikel dalam keadaan tereksitasi tingkat
kedua, tentukanlah tenaga partikel tersebut !.
b. Bila lebar sumur 12 Å dan partikel mengalami transisi dari keadaan
tereksitasi ketiga ke keadaan tereksitasi pertama dengan memancarkan
radiasi, tentukan panjang gelombangnya !.
3. Elektron bebas dengan tenaga kinetik Ek = 192.10-19J, memasuki daerah
potensial listrik konstan dengan V = 200 Volt.
a. Tentukan fungsi gelombang sebelum dan setelah memasuki daerah
potensial !.
b. Tentukan koefisien pantul dan koefisien transmisinya !.
4. Tentukanlah fungsi gelombang dan energinya untuk partikel yang berada
dalam sistem potensial berikut ini:
a. V x    x  0; V x   0 0  x  a ; V x   V0 x  a  .
b. V x   0 x   L ; V x   V0  L  x  L ; V x   0 x  L  .
Buku Ajar Fisika Kuantum 49

BAB V
OSILATOR HARMONIK SATU DIMENSI

Salah satu masalah potensial satu simensi yang lain yang dapat ditangani
dengan menggunakan persamaan Schrödinger adalah osilator harmonik sederhana.
Secara klasik, osilator harmonik ini merupakan benda bermassa m yang diikatkan
pada sebuah pegas dengan tetapan pegas k sehingga menderita gaya sebesar F = -
kx, dengan x adalah jarak perpindahan benda dari keadaan setimbang.
Mengapa sistem seprti ini dianalisis dengan menggunakan Mekanika
Kuantum?. Meskipun dalam alam nyata tidak dapat ditemukan contoh osilator
kuantum satu dimensi, tetapi terdapat sejumlah sistem yang berperilaku
menghampiri sistem ini, seperti vibrasi sebuah molekul diatomik (dua atom).
Osilator harmonis adalah sistem dengan tenaga potensial sebesar
V x   kx 2  m 2 x 2 ,
1 1
(5.1)
2 2
dengan  adalah frekuensi sudut osilator. Persamaan Schrödinger untuk sistem
osilator harmonis adalah (ditulis dengan koefisien orde setingginya sama dengan
satu)
d 2 x   2mE mk 2 
  2  2 x  x   0 . (5.2)
dx 2    
Bentuk persamaan differensial ini bukan bentuk yang khusus dan tidak
nampak kemudahan untuk menyelesaikannya (tidak sederhana). Untuk
menyederhanakannya, diambil substitusi variabel berikut
14
 mk 
   2  x. (5.3)
 
Dengan substitusi pers.(5.3) ke pers.(5.2), maka persamaan Schrödinger (5.2)
menjadi
d 2  
    2     0 (5.4)
d 2
dengan
2E
 . (5.5)

Bila dilakukan tinjauan asymptot untuk   , atau 2  , maka
pers.(5.4) menjadi
Buku Ajar Fisika Kuantum 50

d 2  
  2     0 (5.6)
d 2
yang mana penyelesaiannya berbentuk
  2 
     A exp  . (5.7)
 2 
Jadi, untuk   , () berkelakuan seperti exp  2 2 dan dapat diambil
bentuk umum seperti
  2 
    H   exp  (5.8)
 2 
dengan H() merupakan fungsi yang harus dicari. Untuk memperoleh bentuk dari
H(), maka pers.(5.8) akan disubstitusikan ke dalam pers.(5.6) sehingga
menghasilkan
d 2 H   d H  
 2    1 H    0 . (5.9)
d 2
d
Bentuk persamaan differensial (5.9) telah dikenal sebagai persamaan
differnsial Hermit, yang mana penyelesaiannya disebut polinom Hermit, yaitu:
H n    exp 2  1 exp  2 
n
n d
(5.10)
d n
dengan syarat
n  1  2n atau n  2n  1 . (5.11)
Dari bentuk H() pada pers.(5.10) didapatkan bahwa fungsi gelombang osilator
harmonis (pers.(5.8)) ternormalisir sebagai

 n    N n H n   exp   2 2  (5.12)
dengan
12
  
Nn    (5.13)
 π  n!2 
n

sebagai faktor normalisasi dan


14
 mk 
  2  . (5.14)
 
Selanjutnya, tenaga osilator harmonis sederhana satu dimensi dapat
diperoleh dari pers.(5.5) dan (5.11), yakni
 1
E n   n    . (5.15)
 2
Buku Ajar Fisika Kuantum 51
Hasil ini sedikit berbeda dengan teori kuantum Planck, yaitu terpaut dengan suku
½ pada kuantisasi (bilangan kuantum) n. Dalam hal ini, juga nampak bahwa
tenaga dasar osilator harmonis sederhana satu dimensi berbentuk
1
E n     . (5.16)
 2
Tabel 5.1 menyajikan polinom Hermit dan fungsi gelombang osilator
harmonik untuk n = 0, 1, 2 dan 3. Gambar 5.1 melukiskan bentuk potensial, fungsi
gelombang dan aras-aras tenaganya.

Gambar 5.1. Potensial, fungsi gelombang dan aras-aras


tenaga dari osilator harmonis.

Tabel 5.1: Polinom Hermit dan Fungsi Gelombang Osilator Harmonis.


n Hn() n(x)
    x2 
14

0 1   exp  
π  2 
    x2 
14

1 2   2  x exp  
π  2 
    x2 
14

2 4 -2
2
 
1
2 x 2
 1exp  
π 2  2 
 
  x2 x   x2 
14

 3 exp 
1
3 8 -12
3
 
2

π 3  2 
Buku Ajar Fisika Kuantum 52

Contoh soal:
Partikel bermassa m bergetar selaras dengan potensial V  1 kx 2 yang dinyatakan
2
dengan fungsi gelombang

  mk 2 k  
 x ,t   A exp 1  x i t .
 2   m  
 
a. Tentukanlah tetapan normalisasi A !.
b. Tentukan harga harap tenaganya !.
c. Tentukan harga harap momentumnya !.
Jawab:
a. Tetapan normalisasi dapat diperoleh dari persamaan ternormalisirnya, yaitu:

 x ,t  x ,t d  1
*



Jika dimasukkan fungsi gelombang di atas, maka bagian imaginer dari


argumen eksponen akan lenyap, sehingga didapatkan

 mk 2 
A 2  exp  x  dx  1
   
Dengan substitusi  
mk  x  y dan karena integran di atas adalah fungsi
genap, maka dapat dituliskan
    y 1 2 
14
2 
2
A     e y dy   1
 mk   0 
Integral dalam tanda [......] adalah fungsi Gamma, yaitu (1/2) = 1/2, sehingga
didapatkan harga konstanta normalisasi A sebesar
 m 
18 14
 mk 
A 2 2    .
 π    π 
b. Harga harap tenaganya dapat diperoleh dari persamaan berikut


E   * x ,t  Ê x ,t  dx, dengan Ê  i

t
Turunan fungsi  terhadap t didapatkan
  1  mk 2
 
k  
 x ,t   
i k
A exp-  x i t 
t 2 m  2 

2
m  
sehingga didapatkan
Buku Ajar Fisika Kuantum 53

1 k  2  mk 2  

E    A  exp  x  dx  .
2 m     2  
Bagian yang ada dalam tanda [....] telah didapatkan dalam jawaban (a), yaitu
harga normalisasinya sebesar 1, sehingga diperoleh
1 k 1
E    .
2 m 2
Jadi didapatkan harga harap energinya sebesar E  12   . Jika dibandingkan
dengan pers.(5.15), maka energi dari partikel ini berada dalam keadaan dasar
n = 0.
c. Harga harap momentumnya dapat diperoleh dari persamaan berikut


p x   * x ,t  p̂ x  x ,t dx, dengan p̂ x  i

x
Turunan fungsi  terhadap x didapatkan
 km 
 1  mk 2 k  
 x A exp -  x  i t 
x  2

 2 
2
m  
sehingga didapatkan
   mk 2   
p x   i  2 A 2    x exp 
km
x  dx  .
   
  2  

Integral dalam tanda [....] berharga nol karena integrannya merupakan fungsi
ganjil, sehingga diperoleh
px  0 .
Jadi didapatkan harga harap momentumnya sebesar p x  0 .
Buku Ajar Fisika Kuantum 54
Soal-soal Latihan
1. Partikel bermassa m bergetar selaras dengan potensial V  1 kx 2 yang
2
dinyatakan dengan fungsi gelombang

  mk 2 k  
 x ,t   A x exp 1  x i t .
 2
   m  

a. Tentukanlah tetapan normalisasi A !.
b. Tentukan harga harap tenaga kinetik dan potensialnya !.
c. Tentukan harga harap tenaga totalnya dan bandingkan dengan jawaban
(b)!.
d. Tentukan harga harap x dan x2 !.
e. Tunjukkan bahwa fungsi gelombang di atas merupakan eigen fungsi dari
operator momentum linear kearah x !.
2. Sesuai dengan pers.(5.15) bahwa osilator harmonis satu dimensi mempunyai
energi terkuantisasi sebesar
 1
E n   n   
 2
a. Tentukanlah harga harap x , p x , x 2 dan p x2 !.
b. Tentukan katakpastian pengukuran harga harap x dan px !.
 
c. Dari jawaban (b), buktikan bahwa  x   p x  n  1  !.
2
d. Buktikan bahwa harga harap tenaga potensial dan harga harap tenaga
kinetiknya masing-masing sebesar 1 E n !.
2
Buku Ajar Fisika Kuantum 55

BAB VI
MOMENTUM SUDUT

Dalam postulat Bohr untuk menerangkan model atomnya, telah nampak


peranan momentum sudut lintasan/orbital dalam menemukan keadaan sistem atom
Hidrogen (elektron dalam atom Hidrogen). Bahkan, dalam atom model
Sommerfield, momentum sudut juga menentukan tenaga sistem, melalui bilangan
kuantum azimuth. Dalam Mekanika Kuantum, momentum sudut ikut menentukan
bentuk fungsi gelombang sistem. Dalam bab ini akan ditelaah operator momentum
sudut dengan sifat-sifatnya dan persamaan eigen nilai momentum sudut dengan
penyelesaiannya.

6.1. Operator Momentum Sudut (Orbital)


Momentum sudut suatu partikel sebagai suatu observabel klasik
didefenisikan sebagai
  
Lrp (6.1)
 
dengan r adalah vektor posisi dan p adalah momentum linear partikel.
Komponen-komponen momentum sudut pada sumbu-sumbu kartesian berbentuk
L x  yp z  zp y

L x  zp x  xp z (6.2)

L x  xp y  yp x .
Dalam Fisika (Mekanika) Kuantum, komponen-komponen momentum sudut
berupa operator-operator yang berbentuk
  
L̂ x  i  y  z 
 z y 

  
L̂ x  i  z x  (6.3)
 x z 

  
L̂ x  i  x  y ,
 y x 
yang mana dalam koordinat bola berbentuk
Buku Ajar Fisika Kuantum 56

   
L̂ x  i sin  ctg cos 
   

   
L̂ y  i  cos  ctg sin  (6.4)
   


L̂ z  i .

Kompnen-komponen momentum sudut pada pers.(6.3) dan (6.4) mempunyai
hubungan komutasi sebagai berikut
 
L̂x , L̂ y  iL̂z

L̂ , L̂   iL̂
y z x (6.5)

L̂ , L̂   iL̂
z x y ,
yang berarti bahwa antara L̂x , L̂ y dan L̂z bersifat saling tidak komut. Sifat
komutasi tersebut menujukkan bahwa tidak mungkin menemukan eigen fungsi
operator L̂ , yang artinya eigen fungsi dari L̂x , L̂ y dan L̂z dengan eigen nilai yang
tidak nol.
Walaupun tidak dapat ditemukan eigen fungsi operator L̂ , namun dapat
dicari eigen fungsi bersama dari salah satu operator komponen momentum sudut
(biasa dipilih L̂ z ) dengan operator L̂2 , yang berbentuk
L̂2  L̂2x  L̂2y  L̂2z , (6.6)
2 2
karena L̂ dengan L̂ z (juga dengan L̂ y dan L̂z ) bersifat komut. Operator L̂ dalam
koordinat bola berbentuk
 1     1 2 
L̂2   2   sin  . (6.7)
 sin     sin 2  2 

6.2. Persamaan Eigen Nilai Operator-Operator Momentum Sudut


(Dalam Koordinat Bola)

Untuk operator L̂ z , persamaan eigen nilainya berbentuk



 i     Lz   , (6.8)

dengan penyelesaian ternormalisirnya berbentuk
Buku Ajar Fisika Kuantum 57

    expim  .
1
(6.9)

Agar    memenuhi syarat berharga tunggal, maka m harus berharga bulat,
yaitu
m  0,  1,  2,  3,............ (6.10)
Dengan eigen fungsi tersebut, pers.(6.8) memberikan harga eigen nilai operator
L̂ z sebesar
Lz  m  . (6.11)
Dalam hal ini, jelas bahwa Lz terkuantisasi sebesar , seperti pada postulat
momentum sudut Bohr.
Selanjutnya, akan ditelaah terlebih dahulu persamaan eigen nilai operator
2
L̂ , yang mempunyai eigen fungsi simultan dengan operator L̂ z . Persamaan eigen
nilai L̂2 berbentuk
 1     1 2 
 2   sin  2 
Y  ,     2 Y  ,  , (6.12)
 sin       sin 2
  
dengan 2 sebagai eigen nilai operator L̂2 . Dari ungkapan (6.12) akan
didapatkan bentuk Y  ,  dan harga .
Untuk menyelesaikan pers.(6.12) akan dilakukan pemisahan variabel
dengan mengambil bentuk
Y  ,        , (6.13)
lalu disubstitusikan ke dalam pers.(6.12) kemudian dibagi dengan      ,
sehingga memberikan dua persamaan yang masing-masing dengan variabel  dan
, yaitu
d2
    m 2    0 (6.14)
d 2

dan
 1 d  d   m 2 
  sin            0 . (6.15)
 sin d  d   sin 2  
dengan m dan  yang harus ditentukan kemudian. Ungkapan (6.14) mempunyai
penyelesaian umum berbentuk
 m    A expim  , (6.16)
yang mana sebentuk dengan eigen fungsi operator L̂ z .
Untuk ungkapan (6.15), penyelesaiannya dapat diubah ke dalam bentuk
yang lebih sederhana dan khusus dengan mensubstitusikan variabel berikut ini
Buku Ajar Fisika Kuantum 58
w  cos , (6.17)
sehingga pers.(6.15) dapat dituliskan dalam bentuk
d  d   m 2 
  1  w        Pw  0 .
2
(6.18)
 dw  dw   1  w 2 
Ungkapan (6.18) adalah persamaan differensial khusus yang disebut persamaan
differensial Legendre sekawan, dengan syarat
  l l  1 dan m  l , (6.19)
untuk l = 0, 1, 2, 3,.............Persyaratan dalam pers.(6.19) berguna untuk
memenuhi syarat fisis yang menyatakan bahwa Y  ,  =      harus
berhingga dan berharga tunggal. Penyelesaian umum pers.(6.18) adalah
Pl m w  1  w 2 
m
Pl w ,
m2 d
(6.20)
dw m
yang disebut fungsi Legendre sekawan, dengan
Pl w  l
1 dl
w 2  1l (6.21)
2 l! dwl
disebut fungsi Legendre orde l.
Dengan demikian telah didapatkan eigen fungsi operator L̂2 (juga eigen
fungsi operator L̂ z ) yang berbentuk
Yl m  ,   N l ,m Pl m cos expim  , (6.22)
dengan

 2l  1 l  m !
12
 
N l ,m   
 4π l  m !
(6.23)
 
sebagai faktor normalisasi. Dengan harga  = l(l + 1) (pers.(6.19)), maka
didapatkan harga eigen nilai operator L̂2 berbentuk
L2  l l  1 2 . (6.24)
Akhirnya, bentuk persamaan eigen nilai operator L̂2 dapat dituliskan sebagai
berikut
L2 Yl m  ,   l l  1 2 Yl m  ,  (6.25)
Eigen fungsi Yl m  ,  dikenal sebagai fungsi harmonik bola yang merupakan
faktor fungsi gelombang dengan variabel sudut  dan  (bagian angular) dari
sistem yang potensialnya bersimetri bola, seperti pada analisis atom Hidrogen
yang akan dikaji dalam bab selanjutnya. Tabel 6.1 menyajikan beberapa bentuk
fungsi Yl m  ,  secara eksplisit untuk beberapa harga l dan m.
Buku Ajar Fisika Kuantum 59

Tabel 6.1. Fungsi Eksplisit Harmonik bola, Yl m  ,  untuk


beberapa harga l dan m.
l ml Yl m  , 
1
0 1 Y00 

sin expi 
3
1 1 Y11  

3
1 0 Y10   cos

sin exp i 
3
1 -1 Y11 

sin 2 expi2 
15
2 2 Y22 
32π

cos sin expi 


15
2 1 Y21  

2 0 Y20 
5
3cos2  1
16π

cos sin exp i 


15
2 -1 Y21 

sin 2 exp i2 


15
2 -2 Y2 2 
32π

Contoh soal:
Fungsi gelombang sudut elektron dalam atom dinyatakan dengan eigen fungsi dari
operator L̂2 dan L̂z yang berbentuk
Yl m  ,   A sin cos expi  .
a. Tentukan nilai konstanta A !.
b. Tentukan Harga bilangan kuantum orbital (l) dan magnetik (m) dari fungsi
gelombang terebut !.

Jawab:
a. Untuk menetukan harga konstanta A digunakan persamaan ternormalisir
berbentuk
Buku Ajar Fisika Kuantum 60

 Y '  , Y  , d  1, dengan d  sin d d ,


m m
l l

sehingga didapatkan
 2

A sin 3 cos2 d d  1 .


2

0 0

Dapat dituliskan dalam bentuk


 2 
 2 A 2 π   cos2 1  cos2  sin d   1 .
0 
Dengan mengambil sin d = d(cos), maka integral dalam tanda [...] bernilai
(-4/15), sehingga didapatkan
8 2 15
A π 1  A   .
15 8π
b. Untuk menentukan harga bilangan kuantum orbitalnya dapat diperoleh dari
persamaan eigen nilai operator L̂2 , yaitu
L̂2Yl m  ,   l l  1 2Yl m  , 

 cos  2 1 2  m
 2    Y  ,   l l  1 2Yl m  , 
2  l
 sin     2
sin 2
  
Didapatkan juga turunan dari
 m
Yl  ,   A cos2 expi 

2 m
Yl  ,    A sin 2 expi 
 2
 m
Yl  ,   A sin  cos expi 


2 m
Yl  ,    A sin  cos expi  ,
 2
sehingga didapatkan hasil sebagai
 cos2 1  2 m
 2 1 4  2 
 Yl  ,   l l  1 2Yl m  , 
 sin  sin  

 1  1  4 2 Yl m  ,   l l  1 2Yl m  , .


Dari persamaan di atas diperoleh kaitan berikut
Buku Ajar Fisika Kuantum 61
l l  1  6  l 2  l  6  0

l1  2 dan l 2  3
Untuk l2 = -3 tidak memenuhi syarat fisis l  0, sehingga didapatkan harga
bilangan kuantum orbitalnya sebesar l = 2.
Untuk l = 2, kemungkinan harga bilangan kuantum magnetiknya adalah
m = 2, 1, 0, -1, -2
dan untuk menentukannya digunakan persamaan eigen nilai operator L̂ z , yaitu
L̂z Yl m  ,   mYl m  , 

 m
 i Yl  ,   mYl m  , 


 Yl m  ,   mYl m  , 
sehingga didapatkan bilangan kuantum orbitalnya sebesar m = 1.

Selanjutnya untuk operator L̂x dan L̂ y , penurunan eigen nilainya lebih


mudah dengan cara tidak langsung (tidak dari persamaan eigen nilainya). Dalam
hal ini, disusun suatu operator baru, L̂ dan L̂ , yang disefenisikan sebagai
L̂  L̂x  iL̂ y (6.26a)
dan
L̂  L̂x  iL̂ y . (6.26b)
Kedua operator tersebut bersifat tidak Hermitian. Kajian tentang operator
L̂ dan L̂ tidak dikaji dalam bab ini, tetapi bagi para pembaca yang berminat
dapat membacanya pada literatur lain.
Buku Ajar Fisika Kuantum 62
Soal-soal Latihan
1. Fungsi gelombang sudut elektron dalam atom dinyatakan dengan eigen
fungsi dari operator L̂2 dan L̂z yang berbentuk
Yl m  ,   A sin expi  .
a. Tentukan nilai konstanta A !.
b. Tentukan Harga bilangan kuantum orbital (l) dan magnetik (m) dari
fungsi gelombang terebut !.
2. Buktikanlah:
a. Pers. (6.4) dan (6.5)
 
b. L̂2 , L̂z  0
3. Diasumsikan sebuah partikel mempunyai eigen fungsi Yl m  ,  . Buktikan
bahwa harga harap dari
a. Lx  L y  0

b. L2x  L2y 
1
l l  1 2  m 2  2 .
2
Buku Ajar Fisika Kuantum 63

BAB VII
ATOM HIDROGENIK
(BAK HIDROGEN)

Dalam bab ini akan di ditelaah berbagai pemecahan persamaan


Schrödinger bagi atom Hidrogen. Dalam hal ini, akan disajikan bahwa semua
perhitungan ini akan memberikan tingkat tenaga yang identik seperti yang
dihitung dalam model Bohr dan taat asas dengan semua persyaratan mekanika
gelombang, terutama ketakpastian dalam penentuan letak elektron.
Dua hal penting yang nampaknya tidak mudah diatasi dengan sekedar
memecahkan persamaan Schrödinger. Pertama, pemisahan “struktur halus”
berbagai garis spektrum, yang muncul bila garis-garis tersebut diamati lebih teliti,
ternyata tidak dapat dijelaskan dengan hanya sekedar pemecahan persamaan
Schrödinger; Penjelasan yang memadai dari efek ini membutuhkan pengenalan
suatu sifat baru elektron, yaitu spin intrinsik. Kedua, kesulitan matematis untuk
memecahkan persamaan Schrödinger bagi atom berelektron dua atau lebih cukup
sulit, sehingga kajian dalam bab ini akan dibatasi saja pada atom-atom satu
elektron, sekedar untuk melihat bagaimana mekanika gelombang membantu dalam
memahami beberapa sifat dasar atom. Struktur atom elektron banyak dapat dibaca
dalam literatur lain bagi para pembaca yang berminat.

7.1. Persamaan Schrödinger Untuk Atom Hidrogen


Sistem bak Hidrogen terdiri atas dua partikel, yaitu inti yang bermuatan
(+ze) dan sebuah elektron yang bermuatan (-e), dengan z adalah nomor atom dan e
adalah muatan elementer. Gerak sistem tersebut dapat dinyatakan sebagai gerak
pusat massanya dan gerak relatif elektron terhadap intinya. Ungkapan tenaga
sistem tersebut dapat dituliskan sebagai
P2 p 2 ze 2
E   , (7.1)
2M 2 r
dengan P adalah momentum pusat massa dan M adalah massa total sistem, p
adalah momentum elektron relatif terhadap inti, r adalah jarak elektron dari inti
dan
m  me
 i (7.2)
mi  me
Buku Ajar Fisika Kuantum 64
disebut massa tereduksi, dengan mi adalah massa inti dan me adalah massa
elektron.
Persamaan Schrödinger tak gayut waktu untuk sistem atom bak Hidrogen
berbentuk
  2 2  2 2 ze 2   
 R 
2
r       
 R , r  E R , r , (7.3)
 2M r 
dengan indeks R dan r mesing-masing untuk menunjukkan pada pusat massa dan
 
relatif elektron terhadap inti. Antara variabel R dan r dapat dipisahkan dengan
mengambil bentuk
  
   
 R , r   R  r  . (7.4)
Dengan mensubstitusikan pers.(7.4) ke dalam pers.(7.3) lalu disederhanakan, maka
dihasilkan

2 2 
2M
 
 R  R  ER  R

(7.5)
dan
  2 2 ze 2   
 r   r   E r  r  . (7.6)
 2 r 
Dalam bab ini hanya akan dikaji bentuk pers.(7.6) yang menyatakan gerak
relatif elektron terhadap inti (untuk selanjutnya tidak menyertakan indeks r), atau
sistem atom hidrogenik bebas diam. Untuk menelaah masalah ini, karena sistem
tersebut potensialnya bersimetri bola, maka akan lebih baik digunakan koordinat
bola. Operator  2 dalam koordinat bola berbentuk
1   2   1     1 2
2  2  r    sin    . (7.7)
r r  r  r 2 sin     r 2 sin 2  2
Dengan menggunakan sistem koordinat bola ini, pers.(7.6) menjadi
1   2   1     1 2
 2 r  2  sin  2 2
 r r  r  r sin     r sin   2

2 ze 2  2 E

2  r , ,    2  r , ,  . (7.8)
 r  
Selanjutnya, fungsi  r , ,  dapat dipisahkan variabelnya atas r dan (,),
dengan mengambil
 r , ,   Rr Y  ,  . (7.9)
Dengan mensubstitusikan pers.(7.9) ke pers.(7.8) lalu bentuknya disederhanakan,
maka didapatkan dua persamaan, yang masing-masing dalam r dan (,), yaitu
Buku Ajar Fisika Kuantum 65

 d  2 d  2 r 2  ze 2 
 r    E   Rr    Rr  (7.10)
 dr  dr  2  r 
dan
 1     1 2 
  sin     Y  ,    Y  ,  . (7.11)
 sin     sin 2  2 
Komponen-komponen dari fungsi gelombang  r , ,  merupakan hasil kali dari
dua fungsi gelombang yang merupakan penyelesaian dari pers. (7.10) dan (7.11)
yang akan dikaji dalam subbab selanjutnya.

7.2. Fungsi Gelombang Atom Hidrogen


Telah didapatkan dalam subbab sebelumnya bahwa fungsi gelombang
atom Hidrogen merupakan hasil kali dari dua fungsi gelombang yang merupakan
penyelesaian dari pers. (7.10) dan (7.11). Bagian angularnya (dalam ungkapan
(7.11)) menyatakan persamaan eigen nilai operator L̂2 , dengan penyelesaian
berupa fungsi harmonik bola, yaitu
 2l  1 l  m !
12
 
Yl  ,   
m
 Pl cos  expim 
m

 4π l  m !
(7.12)
 
yang telah didapatkan dalam kajian pada masalah Momentum Sudut.
Selanjutnya akan dikaji bagian radialnya (dalam ungkapan (7.10)). Dalam
hal ini, perlu diingat bahwa pada penyelesaian bagian angularnya telah diambil
syarat fisis dengan
  l l  1 , (7.13)
sehingga pers.(7.10) dapat dituliskan menjadi
 d  2 d  2 r 2  ze 2 
 r    E   Rr   l l  1 Rr  . (7.14)
 dr  dr 
2
  r 
Bentuk pers (7.14) bukan bentuk persamaan differensial khusus dan tidak
mudah diselesaikan. Seperti pada masalah osilator harmonis (diselesaikan dengan
polinom Hermit) dan pada masalah momentum sudut orbital (diselesaikan dengan
polinom Legendre), maka pada masalah sekarang ini juga telah ditemukan metode
matematika yang khusus untuk menyelesaikannya. Pertama-tama, untuk
menyederhanakan penulisan konstanta-konstanta, maka didefenisikan konstanta
berikut
2 E  ze 2
2   2 ,   (7.15)
  2
dan menggantikan variabel r dengan
Buku Ajar Fisika Kuantum 66
  2 r , (7.16)
sehingga pers.(7.14) dapat dituliskan dalam bentuk
 1 d  2 d    l l  1 1  
 2        S    0 , (7.17)
  d  d    2 4 
dengan S    Rr  . Untuk keadaan asimptot limit    , pers.(7.17) dapat
dituliskan sebagai
 d2 1
 2   S    0 , (7.18)
 d 4
dengan penyelesaian yang punya arti fisis berbentuk
S    exp    . (7.19)
 2
Dari kelakuan asimptot tersebut di atas (    ), maka dapat diambil
penyelesaian dari persamaan differensial (7.17) berbentuk
S     s L  exp    , (7.20)
 2
dengan L() berupa deret pangkat atau polinom dalam , yaitu
L    ak  k (7.21)
dengan a0 tidak nol. Dengan mensubstitusikan pers.(7.21) ke dalam pers.(7.20)
lalu kemudian ke dalam pers.(7.17), maka didapatkan persamaan untuk s sebagai
ss  1  l l  1  0 . (7.22)
Ungkapan (7.22) memberikan harga-harga s = l dan s = -(l+1). Dalam hal ini,
hanya untuk s = l yang memenuhi persamaan gelombang dan persyaratan fisis.
Di sampin harga s tersebut di atas, polinom L() harus terbatasi, sebab jika
tidak terbatasi akan menjadi divergen dan hal tersebut tidak menggambarkan
keadaan fisis. Untuk membatasi polinom L(), maka harus dipenuhi syarat berikut
ini,
  l  1, (7.23)
yang lalu dilambangkan dengan n. Persyaratan pada pers.(7.23) dapat ditulis
menjadi
l  n 1 . (7.24)
Dengan demikian, polinom L() ditentukan oleh harga n dan l dan kemudian
dinyatakan dengan Ln,l().
Dengan menggunakan  = n dan s = l dan dengan mensubstitusikan
pers.(7.21) ke pers.((7.20) lalu kemudian ke dalam pers.(7.17), maka akan
dihasilkan persamaan differensial berikut
Buku Ajar Fisika Kuantum 67
d 2 Ln ,l   dLn ,l  
  2l  1     n  l  1Ln ,l    0 . (7.25)
d 2
d
Bentuk persamaan differensial ini adalah bentuk khusus, yang penulisan umumnya
adalah
d 2 Lqp   dLqp  
   p  1     q  p Lqp    0 , (7.26)
d 2 d
yang disebut persamaan differensial Leguere sekawan. Dengan membandingkan
pers.(7.25) dan (7.26), maka akan didapatkan bahwa q = n +1 dan p = 2l + 1,
sehingga dapat dituliskan
Ln ,l    L2nl11   , (7.27)
yang disebut fungsi atau polinom Leguere sekawan, dengan bentuk eksplisitnya
adalah
n l 1
L2nl11      1
k 1 n  1!1 2  k . (7.28)
k 0 n  l  1  k !2l  1  k !k!
Dengan demikian, fungsi gelombang radial dari atom Hidrogen dapat dituliskan
sebagai
Rn ,l r   N n ,l  l exp  2 L2nl11   , (7.29)
dengan faktor normalisasi berbentuk
12
 2 z  3 n  l  1! 
N n ,l    3 
, (7.30)
 na0  2nn  1! 
dengan a0   2  e 2 dan   2 na0  r . Akhirnya telah didapatkan fungsi
gelombang atom Hidrogen berbentuk
 r , ,   Rn ,l r Yl m  ,    n,l , m  n,l , m, . (7.31)
Dalam kajian atom Hidrogen ini, n, l dan m masing-masing disebut
bilangan kuantum utama, bilangan kuantum orbital dan bilangan kuantum
magnetik. Setelah nantinya dikenal adanya momentum sudut spin, bilangan
kuantum magnetik tersebut di atas lengkapnya disebut bilangan kuantum magnetik
orbital/lintasan, dengan lambang ml dan akan ada pula bilangan kuantum magnetik
spin dengan lambang ms.
Selanjutnya kuantisasi tenaga atom Hidrogen dapat diperoleh dari kaitan
berikut
 ze  zE
  n  2 dan  2  2 n , (7.32)
 
dan didapatkan sebesar
Buku Ajar Fisika Kuantum 68
 z 2e4 1
En   . (7.33)
2 2 n 2
Terlihat dari pers.(7.33), bahwa energi atom Hidrogen hanya bergantung pada
bilangan kuantum n, tidak terhadap l dan m.

Contoh soal:
Sebuah elektron dalam atom hidrogen dinyatakan dengan fungsi gelombang
berikut ini
 r 
 r , ,  
1
a05 2 r exp   cos .
4 2π  2a 0 
Tentukan harga harap tenaga potensialnya !.

Jawab:
Harga harap tenaga potensial dapat ditentukan dari persamaan berikut:
V    * r , , V̂  r , ,  d , dengan d  r 2 sin dr d d

Ke 2 1
dan V̂   ;K  .
r 4π  0
Dapat dituliskan dalam bentuk
 
 r   Ke 2   2  2
V    A 2 r 2 exp -
r   0 
 cos2     d  r sin  d d
0 0  a0  

 r    
 2πA 2 Ke 2 r 3 exp      cos2 sin  d  dr
 a0  0  0 

4π 2 2
 A Ke r
3
exp r a 0  dr ,
3
 
0

dengan A  1 4 2π a05 2 . Integral di atas dapat diselesaikan dengan substitusi


r = a0t, sehingga didapatkan 6a04. Dalam hal ini, dengan memasukkan kembali
nilai dari A, maka didapatkan
4π 1 5 2 4 Ke 2
V  a Ke 6a   .
3 16π 4a 0
Jadi didapatkan harga harap tenaga potensialnya sebesar V   Ke 2 4a0 .
Buku Ajar Fisika Kuantum 69
Contoh soal lagi:
Sebuah elektron berada dalam keadaan n = 1 dan l = 0. Berapakah probabilitas
untuk menemukan elektron dalam daerah antara inti dan jejari Bohr a0 ?.

Jawab:
Dari pers.(7.29) dan (7.30), untuk n = 1 dan l = 0 didapatkan fungsi gelombang
radial elektron dalam atom Hidrogen adalah
R1,0 r   2a03 2 exp r a0  .
Rapat probabilitas radial berbentuk
Pr  dr  R1,0 r  r 2 dr  4r 2 a03 exp 2r a0  dr .
2

Probabilitas total untuk menemukan elektron antara r = 0 dan r = a0 adalah


a0 a0

P   Pr  dr  4a 3
0 r
2
exp 2r a0  dr .
0 0

Dengan memisalkan x = 2r/a0, bentuk di atas dapat dituliskan kembali dalam


bentuk
2

P   x exp x  dx  0.32 .
1 2
20
Hal ini berarti, 32% waktu elektron dihabiskan berada dalam daerah inti dan jejari
Bohr.
Buku Ajar Fisika Kuantum 70
Soal-soal Latihan
1. Dari dua keadaan pada n = 2, yaitu l = 0 dan l = 1, manakah yang memiliki
probabilitas lebih besar untuk ditemukan berada dalam jejari Bohr ?.
2. Buktikan bahwa harga harap dari 1/r untuk elektron 1s dalam atom Hidrogen
adalah 1/a0 !.
3. Buktikan bahwa harga harap jejari untuk elektron pada state 1s dalam atom
Hidrogen adalah 2a0/3 !. Mengapa nilai ini lebih kecil dari jejari Bohr ?.
4. Sebuah elektron dalam atom hidrogen dinyatakan dengan fungsi gelombang
berikut ini
 r 
 r , ,   Ar 2 exp   cos sin expi  .
 2a 0 
a. Tentukan konstanta normalisasinya !.
b. Tentukan harga harap tenaga potensialnya !.
c. Tentukan harga harap momentum sudut kearah-z !.
d. Berapakah probabilitas untuk menemukan elektron dalam daerah antara
inti dan jejari Bohr a0 ?.
Buku Ajar Fisika Kuantum 71

BAB VIII
SISTEM PARTIKEL IDENTIK

Dalam fisika klasik, kita dapat menghitung posisi dan momentum setiap
partikel kembar yang berpasangan dalam selang waktu t, serta perubahannya.
Sehingga kemudian kita dapat memprediksi posisi dan momentum mereka untuk
waktu-waktu berikutnya t’>t.
Jenis pengukuran yang digambarkan di atas tidaklah mungkin menurut
mekanika quantum. Dalam postulat ini adalah tidak mungkin membedakan antara
konvigurasi meliputi partikel kembar yang berbeda satu sama lain oleh pertukaran
dua atau lebih partikel belaka. Larangan ini ditunjukan dengan ditemukannya efek
yang bersesuaian jika dilakukan penulusuran ulang konsep fisika dari sistem
partikel kembar tersebut.

8.1. Sistem Dua Partikel


Dengan mempertimbangkan sistem dua partikel kembar 1 dan 2 tanpa
interaksi, secara individual, mematuhi
Hˆ 1 ψ α 1   E1ψ α 1 
(8.1)
Hˆ 2 ψ β 2   E 2ψ β 2 
dengan ψ α dan ψ β adalah dua fungsi eigen dari partikel tunggal Hamiltonian.
Notasi ψ α 1  menggambarkan fungsi gelombang ψ α partikel 1 terhadap jarak dan
koordinat spin partikel. Karena partikel diasumsikan tidak berinteraksi, total
sistem Hamiltonian adalah
Hˆ 1,2   Hˆ 1   Hˆ 2  (8.2)
berdasarkan persamaan (8.1) dan (8.2) bahwa ψ 1,2   ψ a 2 ψ β 1  adalah solusi
dari persamaan Schrődinger dari sistem dua partikel
Hˆ 1,2 ψ 1,2   E1  E2 ψ 1,2 
dengan nilai eigen (E1+E2). Tapi dapat juga ditulis
ψ α 1 ψ β 2  atau
1
ψ 1 ψ 2   ψ 2 ψ 1 .
α β α β
2
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah “yang mana dari keempat
bentuk dari ψ 1,2  sebagai pilihan yang benar”. Untuk membantu menyelesaikan
Buku Ajar Fisika Kuantum 72
pertanyaan ini digunakan operator formulasi permutasi p̂12 yang mempunyai
pengaruh terhadap perubahan partikel (1) dan (2). Berdasarkan pers (8.1) dan
(8.2),
Pˆ12 Hˆ 1,2   Hˆ 1,2 Pˆ12 (8.3)
yang mana P̂12 dan Ĥ 1,2  saling bertukar tempat. Oleh karena itu
memungkinkan untuk memilih fungsi eigen yang biasa digunakan pada dua
operator ini. Sekarang, hubungkan ψ 1,2  ke suatu fungsi eigen P̂12 , yaitu
Pˆ12ψ 1 ,2   λψ 1 ,2  (8.4a)
λ adalah nilai eigen dari P̂12 , dan
Pˆ122 ψ 1 ,2   λ2ψ 1 ,2   ψ 1 ,2  (8.4b)
dapat dilihat bahwa dua permutasi menghasilkan penempatan kembali keadaan
awal. Persamaan kedua (8.4b) diatas dapat terjadi apabila
λ2  1 , λ  1
sehingga ψ 1,2  harus simetrik dengan λ  1  atau dengan λ  1  terhadap
pertukaran antara dua partikel. Jika kita menulis fungsi gelombang simetrik
adalah ψ s sedang anti simetriknya adalah ψ a maka
Pˆ12ψ s 1 ,2   ψ s 1 ,2 
Pˆ12ψ a 1 ,2   ψ a 1 ,2  . (8.5)
Dalam kasus sistem dua partikel identik tanpa interaksi, satu dalam keadaan ψ a
dan yang lain dalam keadaan ψ s , fungsi gelombang simetrik dan antisimetrik
yang hanya memungkinkan secara berturut-turut adalah
ψs 
1
ψ 1ψ 2  ψ 2ψ 1
α β α β (8.6a)
2
ψa 
1
ψ 1ψ 2  ψ 2ψ 1
α β α β (8.6b)
2
Hasil eksperimen menunjukan bahwa sistem dengan bilangan spin
1 3 5
kelipatan ganjil perdua (misalnya sz   ,  ,  ,... ) seperti eletron, proton,
2 2 2
dan neutron, digambarkan oleh pertukaran fungsi gelombang antisimetri. Partikel
seperti itu disebut fermion. Sistem yang dibangun oleh photon, partikel α , dan
partikel lainnya dengan integral spin sz  0 ,,2 ,... digambarkan oleh fungsi
gelombang simetrik. Partikel semacam ini disebut boson.
Buku Ajar Fisika Kuantum 73
Fungsi gelombang sebuah sistem yang terdiri dari lebih dua fermion dapat
dibangun dengan cara penggabungan dua eletron ψ α . Dalam pertukaran dua
partikel tersebut, tanda mereka juga harus saling bertukar, dan lenyap jika mereka
diasosiasikan dengan tingkat kuantum yang sama. Penormalisasian fungsi
gelombang dapat ditulis secara lengkap dengan bentuk irisan determinan ;
ψ 1 1 ψ 1 2  ... ψ 1 N 
1 ψ 2 1  ψ 2 2  ... ψ 2 N 
ψ α 1,2,...N   (8.7)
N! ... ... ... ...
ψ N 1  ψ N 2  ... ψ N N 
dimana nomor dalam tanda kurung melambangkan partikel-partikelnya, sedangkan
koefesien 1,2,… melambangkan tingkat eigen. Pertukaran dua partikel itu
menyebabkan tanda ψ a berubah, hal ini karena perubahan tersebut meliputi
perubahan yang berhubungan dengan dua kolom. Hal yang lain yang perlu dicatat
adalah jika terdapat sedikitnya dua partikel tunggal mempunyai fungsi eigen sama,
yaitu tingkat eigen yang mempunyai sekumpulan nomor eigen (termasuk spin)
sama, maka ψ a  0 . Hal ini berdasarkan karena kehadiran dua keadaan eigen yang
identik akan menghasilkan dua kolom matriks di (8.7) yang identik pula, dimana
menyebabkan determinannya lenyap. Pengembangan (8.7) mempunyai N! suku,
semuanya mengandung hasil kali N fungsi gelombang partikel tunggal. Setiap
hasil kali suku N ! memuat rangkaian penting yang mana setiap N partikel
ditandai dengan satu tingkat N. N! suku ini bertanggung jawab atas semua
kemungkinan permutasi N partikel diantara tingkat N. Kita dapat menulis
ψ 1 3 ,ψ 5 4 ,....ψ n m  sebagai partikel (3) yang ditempatkan di tingkat 1, partikel
(4) ditingkat 5, dan seterusnya.
Karakter antisimetrik fungsi gelombang multi-fermion menghasilkan
pelenyapan fungsi eigen ψ a ketika dua partikel lain di tandai (diletakan) dalam
keadaan eigen yang sama. Fakta ini dikenal sebagai prinsif larangan Pauli. Kita
tekankan lagi bahwa prinsif ini adalah hasil dari postulat antisimetri fermion yang
murni diambil berdasarkan teori belaka dan akhirnya dijadikan sebagai dasar
ajaran mekanika kuantum.
Fungsi eigen simentri yang digambarkan oleh sebuah boson dapat dimuat
dengan penggunaan irisan determinan yang mana seluruh tanda (-) diganti dengan
(+). Oleh karena itu fungsi gelombang simetris dapat dibentuk dari dua atau
seluruh fungsi gelombang singel partikel yang sama. Hal ini dapat diverifikasikan
dalam kasus sederhana dari sistem dua Boson yang digambarkan oleh (8.6a).
Disini fungsi eigen ψ s tidaklah lenyap ketika kita mengambil α  β .
Buku Ajar Fisika Kuantum 74
Sebagai conton, pertimbangkanlah system banyak energi fermi pada suhu
mendekati nol. Statistik Quantum, menyatakan bahwa temperature yang
diturunkan partikel akan ditrisbusikan kembali diantara mereka sendiri sepanjang
tingkat keadaan yang memungkinkan sedemikian sehingga total energi
terendahnya mematuhi prinsif larangan Pauli. Pada T = 0, sistem energi fermi
terendah dalam system nondegenerat (yaitu system dimana hanya ada satu fungsi
eigen yang diasosiasikan dengan setiap nilai eigen) dapat teramati dengan
peletakan satu partikel pada tingkat terendah ψ 0 dengan energi E 0 , dan karena
dua partikel tidak dapat berada pada tingkat quantum yang sama, maka partikel
kedua harus ditempatkan pada tingkat energi yang lebih tinggi berikutnya. Dan
begitu seterusnya. Pengabaian interaksi antara partikel membuat total energi
menjadi Etotal  E0  E1  ...  E N .
Pada system N boson, energi terendah

8.2. Atom Helium


Dalam sub-bab ini kita menerapkan konsep kesimetrian fungsi gelombang
dalam rangka mengembangkan kasus gerakan dua elektron dalam medan potensial
sebuah inti atom dengan muatan Ze dan massa M. (misalnya dalam kasus inti
Helium dengan Z = 2). Total system Hamiltonian diberikan oleh
1 1  e2
Hˆ  -
2 2

 
1   22  Ze 2M     M . (8.8)
 r1 r2  r12
Suku terakhir melambangkan energi tolak-menolak Coulomb dua elektron, karena
itu tandanya bernilai positif, dan r12 adalah jarak antara kedua eltron tersebut. μ
adalah massa efektif
μ 1
 me
1

 M 1 , e 2M  e 2 / 4πε0 .
Untuk pendekatan yang masih kasar, kita mengabaikan bentuk interaksi e2M / r12 ,
masalah nilai eigen kemudian mereduksi hasil
 2 2 1 1   
-    
1   22  Ze 2M   ψ r1 ,r2 ,s1 ,s2   Eψ r1 ,r2 ,s1 ,s2  (8.9)
 2μ  r1 r2 
dimana s1 menyatakan keadaan spin eletron ke i (i = 1,2). Karena Hamiltonian
bernilai tetap terhadap perjumlahan dua elektron tunggal sejenis Hamiltonian
 
Hidrogen, yang satu meliputi  1 dan r1 , dan yang lain  2 dan r2 , kita dapat
menulis bagian ruang dari fungsi gelombang dua partikel sebagai hasil dari fungsi
gelombang dua hidrogenic yang telah dijabarkan di bab 7
Buku Ajar Fisika Kuantum 75
   
ψ r1 ,r2 ,s1 ,s2   un1l1 m1 r1 un2l2 m2 r2 χs1 ,s2  (8.10)
dimana
   2 2 Ze 2M   
 1  un1l1 m1 r1   E n1 un1l1 m1 r1  (8.11)
 2μ r1 
Z 2 e 2M
E n1   (8.12)
2a0 n12
dan χs1 ,s2  adalah spin yang bergantung pada fungsi gelombang. Energi total E
 
dari ψ r1 ,r2  adalah
E  E n1  E n2 . (8.13)
Tingkat dasar ψ 0 1 ,2  untuk atom sejenis helium didapat ketika kita mengambil
n1  1 ,n2  1 , jika u100 dilambangkan sebagai u1s , kita ambil dari (8.10),
 
ψ o 1 ,2   ψ o r1 ,r2 ,s1 ,s2   u1s 1 u1s 2 X s1 ,s2  . (8.14)
Jika kita bermaksud merubah ψ 0 1 ,2  menjadi antisimetri, kita perlu
memilih spin yang bergantung fungsi gelombang χs1 ,s2  menjadi antisimetri
yang berkaitan dengan perpindahan partikel 1 dan 2. Hal ini dipenuhi jika kita
mengambil
1
ψ o 1 ,2   u1s 1 u1s 2 α 1 β2   α 2 β1  (8.15)
2
dimana kita telah memakai pers (8.6b). Disini α dan β adalah fungsi gelombang
1 1
spin masing masing m s  dan ms   .
2 2
Dalam pendekatan energi orde ke-nol (pada tingkat dasar) dapat
dijabarkan dari pers (8.12) dan (8.13) dengan mengambil n1  n2  1 sebagai

Z 2 e 2M
E0   (8.16)
a0

8.3. Koreksi Orde Pertama E o


Koreksi orde pertama pada tingkat energi dasar didapat dengan
menggunakan fungsi gelombang orde ke-nol (8.15) untuk menghitung nilai rata-
Buku Ajar Fisika Kuantum 76

rata (dugaan) dari bentuk interaksi e2M / r12 , bukannya diabaikan, dan
penambahan hasil (8.16). menggunakan (3.10) kita dapatkan
e2M e2
Eo   ψo M ψo
r12 r12
e 2M 3  3 
  u12s 1 u12s 2  d r1 d r2 (8.17)
r12
  
dimana r12  r1  r2 . Pembenaran formal penggunaan (8.17) untuk menghitung
koreksi energi orde pertama akan diberikan di bab 11
u1s 1   u1 r1 
3/2
1 Z  Zr1 / ao
   e .
π  ao 
sehinggga persamaan (8.17) menjadi
6
e2 Z  2 Z / ao r1 r2   1  3 3
Eo  M2
π

 ao


 e 
 r12
d r1 d r2

(8.18)

Integral ini dapat diselesaikan dengan metode elementary (lihat soal 8.3). Hasilnya
adalah
5 Z 2 e 2M
Eo  
8 a0
sehingga
1  Z 2 e 2M  5
Eo  Z   (8.19)
a0  8
Energi ionisasi atom, yaitu energi yang dibutuhkan untuk satu atom berpindah dari
tingkat dasar ke tak hingga, adalah berbeda antara  Z 2 e 2M / 2a0 (sisa energi  
system satu electron setelah pengionisasian) dengan energi awal (8.19) :
Z 2 e 2M Ze 2M  5
Eioniz   Z  
2a0 a0  8
2 2
Z eM  5
 Z   . (8.20)
2a0  4
Sebagai perbandingan pers (8.20) dengan hasil pengamatan dilaboratorium untuk
energi ionisasi dari beberapa konfigurasi atom sejenis helium diberikan pada tabel
8.1.
Buku Ajar Fisika Kuantum 77
Tabel 8.1
Nilai Eionix eV 
Configurasi
eksperimen Pers(8.20
He (Z = 2) 24.584 20.43
Li  (Z = 3) 75.638 71.52
Be   (Z = 4) 153.900 149.84
C  (Z = 6) 392.014 388.24

Perlu dicatat pada perbandingan pers (8.20) dengan (7.28) bahwa efek
interaksi antara dua eletron akan mereduksi muatan efektif dari Z menjadi
 5
ZZ   . Hal ini dapat dipahami secara kualitatif, mengingat bagian dari
 4
distribusi electron 1 selalu diantara muatan 2 dan inti atom, dan cendrung untuk
mempertahankan atau mereduksi muatan efektif inti atom atau sebaliknya.

8.4. Keadaan Exitasi


Kita dapat menemukan energi dan fungsi gelombang keadaan eksitasi
pertama atom He dengan mengambil sebuah eletron pada tingkat dasar u1s n  1
dan pada tingkat eksitasi pertama u2 s n  2 ,l  0  . Kita mendapatkan bentuk
antisimetri fungsi gelombang dengan mengikutsertakan fungsi ruang dan spin
gelombag
ψs 
1
2 s
 
u1 1 u2s 2   u1s 2 u2s 1  α 1 β2   α 2 β1  (8.21)

1
 
ψ a1  u1s 1 u2s 2   u1s 2 u2s 1  α 1 β2   α 2 β1 
2
(8.22)

ψ a2 
1
 
u1 1 u2s 2   u1s 2 u2s 1  α 1 α 2  (8.23)
2 s
ψa3 
1
 
u1 1 u2s 2   u1s 2 u2s 1  β1 β2  (8.24)
2 s
Koefesien s menandakan fungsi eigen ruang simetrik dan a adalah antisimetriknya.
Total fungsi eigen (termasuk koordinat ruang dan spin) adalah antisimetrik
terhadap pertukaran partikel (1) dan (2). Tingkat ψ s disebut tingkat dalam dan
mempunyai total spin momentum anguler s  0 . Dua eletron tersebut kemudian
Buku Ajar Fisika Kuantum 78
mempunyai spin antiparalel. (nama “para” sering digunakan untuk menandakan
keadaan ini). Keadaan kembar tiga ψ a1 ,ψ a2 , dan ψ a3 masing-masing mempunyai
bilangan kuantum total spin momentum angular s  1 (“ortho” dan masing-
masing sebuah proyeksi ms = 0, 1, dan -1. Dua atom ini mempunyai spin yang
paralel satu sama lain. Tiga fungsi eigen berbeda hanya dalam orentasi total vektor
spin momentum angular. Secara kelompok, mereka menunjukan keadaan ortho.
Jika kita mengabaikan bentuk interaksi eletron e 2M / r12 pada (8.8),
sehingga keadaan ψs ,ψ a1 ,ψ a2 ,ψ a3 semuanya merosot. Energi mereka adalah
E 0   E1s  E2s (8.25)
dimana
Z 2 e 2M
E n1 
2a0 n12
Koreksi pertama energi E 1 dihasilkan seperti pada (8.17) jika kita menambahkan
ke (8.25) pengkoreksian seharusnya pada bentuk interaksi. Ini equivalen pada
pengkalkulasian nilai harapan Hamiltonian penuj (8.8) menggunakan fungsi
gelombang ke-nol [(8.21)-(8.24)]
 
Es1    ψ
*
s Ĥ ψ sd 3r1 d 3r2 (8.26)

dalam kasus ψ s , dan


 
Ea1    ψ
*
a Ĥ ψ ad 3r1 d 3r2 (8.27)
untuk keadaan kembar tiga (ertho) hasilnya adalah
Es1   E1s  E2s  Q  A (8.28)
2 
Es  E1s  E2s  Q  A (8.29)
dengan
e 2M 2  
Q  u12s 1  u2s 2 d 3r1 d 3r2 (8.30)
r12
e 2M  
A  u1s 1 u2s 2  u1s 2 u2s 1 d 3r1 d 3r2 (8.31)
r12
Energi keadaan tunggal ternyata lebih besar 2A dibandingkan dengan keadaam
kembar tiga. Ini mencerminkan kenyataan bahwa ψ s akan maksimum ketika
   
r1  r2 sedangkan ψ a r1  r2   0 . Keberadaan bersama dua eletron pada ψ s
akhirnya menaikan kontribusi tolakan Coulomb pada tingkatan tersebut.
Buku Ajar Fisika Kuantum 79

Soal-Soal Latihan
1. Buktikan pers (8.28) dan (8.29) !.
2. Tunjukan bahwa total bilangan kuantum momentum angular tiga keadaan
kembar [(8.22)-(8.24)] mempumyai masing-masing m s = 0, 1, dan –1 !.
3. Lakukan pengintegralan pada (8.18) !.
4. Tulislah secara eksplisit bentuk determinantal dari fungsi gelombang tiga
elektron !. Anggap saja tingkat eigen untuk tiga partikel tunggal adalah
1 1 1 1
u1 ,u2  dan u2 , dimana  menunjukan m s , semantara us
2 2 2 2
menandakan bagian ruang dari fungsi gelombang.
5. Pertimbangkan ada N electron ditahan dalam kotak penghalang dengan
volume V.
(a) Tentukan ekspresi untuk kedudukan energi tingkat eletron tertinggi,
yaitu Energi Fermi pada T = 0 K
(b) Tentukan ekspresi untuk total energi minimum untuk system yang
konsisten dengan prinsif larangan Pauli
(c) Hitung energi bagian (a) dan (b) untuk kasus N  10 33 ,V  1 cm 3
petunjuk : jika gerakan eletron dibatasi dalam volume V = a x b x c, dan
fungsieigen sebuah energi eletron berbentuk
 π   π   π 
ultn  sinl x  sint y  sin n z 
 a   b   c 
l,t,n adalah element integral lipat tiga, dan energi eigennya adalah
 2  π   π   π  
2 2 2

E nlm  l   t    n  
2 m  a   b   c  
Bentuk ultn diatas sesuai dengan persamaan Schrödinger untuk eletron
bebas dan lenyap pada bidang batas yang tidak dapat ditembus.
Buku Ajar Fisika Kuantum 80

BAB IX
PERSAMAAN SCHRÖDINGER GAYUT WAKTU

Sampai sejauh ini kita telah membahas masalah – masalah dimana


karakter essensial partikel (seperti energi dan fungsi probabilitas  x  ) dianggap
tidak bergantung waktu. Fungsi eigen sebuah partikel dengan energi E n dimuat
oleh pembuktian persamaan Schrödinger tak bergantung waktu
  2   
   V r u n r   En u n r  (9.1)
 2m 

Dalam kasus partikel bebas V r   0 , kita menemukan dalam bab 2 bahwa solusi
dari (9.1) dalam bentuk gelombang datar adalah
 
ur , p   e ip.r / 
 
(9.2)
meskipun kita telah mempelajari situasi eksperimental yang dapat dipercaya
seperti difraksi eletron dalam kristal, hanya dapat dijelaskan oleh postulat bersifat
seperti fungsi gelombang yang mesti bergantung terhadap waktu
 
 r , p   e i  p.r /  Et /  
 
(9.3)
Kita menyimpulkan bahwa persamaan Schrödinger tak bergantung waktu
tidaklah dapat diterapkan kedalam semua situasi. Apa yang dibutuhkan kemudian
adalah penekanan terhadap persamaan Schrödinger yang secara explicit memuat
effek waktu. Dikandung oleh realisasi bahwa (9.3) sesuai
  2    
   V r  r , t   i  r , t  (9.4)
 2 m  t
atau secara umum
   
Hˆ r ,-i,t  r , t   i  r , t  (9.5)
t
Persamaan (9.5) adalah persamaan Schrödinger bergantung waktu. Pembenaran
untuk menggunakan situasi ini adalah: (a) Ketika Hamiltonian tidak bergantung
terhadap waktu, prediksi teori mempunyai hasil yang mirip dengan persamaan
Schrödinger tak bergantung waktu (b) prediksi teori sesuai dengan hasil
eksperimen; dan (c)pada batas   0 dengan fisika klasik.
Dengan subtitusi, kita akan mendapatkan bahwa dalam kasus spesial
ketika Ĥ tidak bergantung secara explicit terhadap waktu, solusi umum (9.5)
dapat dibuat menjadi
Buku Ajar Fisika Kuantum 81
 
 r , t    an u n r e iE t / 
n
(9.6)
n

dimana u n adalah fungsi eigen dari Ĥ dengan energi E n :


 
Ĥ u n r   En u n r  (9.7)
dan a n tidak bergantung pada waktu.
Kemungkinan menemukan sistem dalam keadaan u n dengan energi E n adalah
Pn   t  u n
2

 an .
2


9.1. Interpretasi Statistik  r , t 

Gambaran untuk  r , t  pada dasarnya mirip dengan apa yang
 
dipostulatkan pada bab 3 untuk  r  . Probabilitas Pr , t  menemukan partikel

dalam differensial volume d 3 r pada waktu t adalah
  2 
Pr , t    r , t  d 3 r (9.8)
mengingat probabilitas menemukan partikel di suatu tempat dalam ruang adalah
mutlah ada, maka kita harus mempunyai
 2 3
  r , t  d r  1
maka
 2 
 r , t  d 3 r  0
d
dt  (9.9)


 *d 3 r    * d 3 r
d  
dt  t
  *  *  3 
     d r
 t t 
subtitusi untuk  / t dan  * / t dari (9.4) menghasilkan
d
 
2 3
d r
i
 
 *
 2   2 * d 3 r

(9.10)
dt v 2m v
Kita menggunakan teorema Green untuk menulis ulang integal terakhir sebagai
d

 i
 d 3r 
2
  * 2   2 * d 3 r
dt v 2m v

i
 * 2   2 * .nˆ da
2m A
 (9.11)
Buku Ajar Fisika Kuantum 82
mengingat  bernilai nol (lenyap) dititik yang jauh sekali, integral terakhir
bernilai nol ketika V menempati seluruh ruangan. Inilah pembuktian yang
komplit.

9.2. Operator Nilai Dugaan


Nilai dugaan untuk beberapa kuantitas fisik dalam mekanika kuantum
merujuk pada pers (3.12) yang ditulis dalam operator berupa
  
A    * r , t Aˆ  r , t d 3 r (9.12)
dan, secara umum, bergantung terhadap waktu. Perubahan waktu A dapat juga
di ekspresikan secara baik dalam bentuk differensial. Untuk melakukan ini, kita
mulai dengan persamaan Schrödinger (9.5) menggunakan notasi Dirac
1    
Ĥ        (9.13)
i  t 
sehingga
1
 Ĥ    (9.14)
i
dan (9.12) ditulis menjadi
A   Aˆ  (9.15)
kemudian mendeferensialkan (9.15) terhadap waktu
d 
A   Aˆ    Aˆ    Aˆ 
dt
1 1 
   HˆAˆ    Aˆ Hˆ    Aˆ  (9.16)
i i
hasil akhirnya dapat ditulis
d ˆ
dt
A 

 
i ˆ ˆ
H, A 
Aˆ
t
(9.17)

dan inilah hasil yang dicari. Hasil ini akan kita gunakan untuk membuktikan
beberapa persamaan yang penting.

9.3. Teorema Ehrenfest


Menurut teorema Ehrenfest, persamaan klasik seperti
 
dr  dp
m  p dan  V (9.18)
dt dt

juga berlaku pada mekanika kuantum, [ V r  adalah fungsi enrgi potensial,
Buku Ajar Fisika Kuantum 83
Bukti : Kita menggunakan (9.17) kepada operator x
d
dt
xˆ 
i ˆ

H, xˆ  
i  2 2 
     V r , xˆ
  2m 
i  2 2 
   , xˆ
  2m 

 *  2 x  x 2  d 3 r
i 

2m 
tapi  2
x  x 2
 2 / x  ; oleh karena itu
d x i  
dt

m   *  d 3r
x
1
 px
m

dimana kita menggunakan pˆ x  i / x  dan V r , x  0 . Ini adalah
pembuktian yang sesuai dengan hubungan pertama (9.18).
Kemudian kita mulai untuk pembuktian hubungan kedua (9.18), kembali
kita gunakan (9.17) kepada operator p̂ x
d
dt
pˆ x 

i ˆ

H, pˆ x 
i  2 2  
     V r ,i
  2m  x

 V,
x
      
   * V    * V d 3 r
  x  x 
V 
*  d 3r
x
V

x
dimana kita menggunakan  2 ,  / x  0 . Dan Hubungan kedua pers (9.18)
terbukti.
Buku Ajar Fisika Kuantum 84

Soal-Soal Latihan

1. Jika bentuk dominan dalam  r , t r  0 bervariasi sebagai r  n , berapa
nilai yang dapat dimiliki n dimana integral pada (9.11) jauh diluar permukaan
akan lenyap.

2. Tunjukan bahwa jika  r , t  yang didefenisikan sebagai
3/ 2
  1   
 r , t     p, t d 3 p
  
  e
ip . r / 

 2 

sesuai dengan persamaan Schrödinger, maka  p, t  akan memenuhi
persamaan

 p2     p, t 
 V r  i p , p, t  p, t   i


 2m  t

dimana r  i p berarti bahwa xi direpleksikan oleh i / p x 

petunjuk : Perlihatkan bahwa


  ix  ipx / 
 p e dp     e dp
ipx / 

untuk       0 .


Buku Ajar Fisika Kuantum 85

BAB X
TEORI GANGGUAN

Pada bagian pertama buku ini kita telah sepakat amemasukan beberapa
operator untuk berbagai jenis problem dalam penentuan fungsi dan nilai eigen.
Penekanan tujuan dalam bab ini khusus kita arahkan untuk mendapatkan solusi
dari masalah nilai eigen (persamaan Schrödinger tak bergantung waktu)
Ĥ 0 u m  Em u m
Dalam bab ini kita meninjau efek gangguan kecil Hamiltonian Ĥ 0 terhadap energi
E m dan fungsi eigen u m . Gangguan tersebut muncul karena adanya medan listrik,
medan magnet, atau dari interaksi dengan partikel lain ketika efek ini tidak
termasuk dalam kesetabilan Hamiltonian Ĥ 0 . Mengingat solusi yang didapat dari
persamaan Schrödinger kurang memuaskan, metode gangguan akan didiskusikan
dengan persamaan yang sederhana dalam mekanika kuantum.

10.1. Teori Gangguan Tak Bergantung Waktu


Masalahnya kita dahului dengan memberikan Hamiltonian Ĥ 0 dengan
fungsi eigen u m dan nilai eigen E m sehingga
Ĥ 0 u m  E m u m (10.1)
Ketika Hamiltonian diganggu sedemikian hingga Ĥ 0 berubah menjadi Hˆ 0  Hˆ  ,
maka fungsi dan nilai eigennya akan ikut berubah. Salah satu solusi diberikan
dengan metode mendiagonalisasikan matriks Hˆ 0  Hˆ  dengan sembarang
penyajian. Pada kenyataannya, metode ini sering digunakan dalam praktek. Jika
Hˆ 0  Hˆ  kita dapat menggunakan teknik gangguan dan memasukan ekspresi
untuk gangguan u m dan E m untuk maksud tertentu. Inilah yang akan ditekankan
dalam sub-bab ini.

Gangguan Orde Pertama


Operator Hamiltonian sekarang adalah Hˆ 0  Hˆ  , dimana 0    1
adalah parameter yang menyatakan adanya gangguan jika   1 dan tidak ada jika
  0 . Sekarang kita mencari energi W dan fungsi  yang sesuai
 
Hˆ 0  Hˆ    W (10.2)
Buku Ajar Fisika Kuantum 86
Dengan ekspansi  dan W dalam bentuk deret pangkat dengan kontanta λ ,
   0   1  2 2  ...
(10.3)
W  W0  W1  2W2  ...
dan subtitusi dalam (10.2), memberikan
 
Hˆ 0  Hˆ   0   1  2 2  ...
 W0  W1  2W2  ... 0   1  2 2  ...
Ambil koefesien yang sama untuk 0 , 1 , dan 2 pada kedua belah sisi pada
persamaan diatas, maka didapat secara berturut-turut
Hˆ 0 0  W0 0
Hˆ 0 1  Hˆ  0  W0 1  W1 0 (10.4a)
Hˆ 0 2  Hˆ  1  W0 2  W1 1  W2 0
Pembandingan bentuk pertama pers (10.4a) dengan (10.1) mengidentifikasikan
solusi orde-nol sebagai
 0  um
W0  Em (10.4b)
dimana u m dan E m adalah fungsi dan nilai eigen saat gangguan datang. Kemudian
kita kembangkan  1 dalam bentuk u n sebagai

 1   an1u n (10.5)
n

dan subtitusikan pada bentuk pertama pers (10.4a). Hasilnya adalah

 a E u
n
n
1
n n  Hˆ u m  E m  a n1u n  W1u m
n

kalikan kembali dengan u lalu diintegralkan, dengan memakai u n u k   km ,


*
k

memberikan
Ek ak1  Hˆ km
  Em ak1  W1 km (10.6)
dimana untuk k  m menghasilkan

Ĥ km
a k1  (11.7)
Em  Ek
Pengambilan k  m dalam (10.6) memberikan
W1  Hˆ mm  (10.8)
berdasarkan (10.3) dan (10.4b). W1 adalah koreksi orde pertama untuk Em. Kita
masih butuh menghitung a m1 . Ini dapat diselesaikan dengan menambahi koreksi
orde pertama fungsi gelombang   u m   1 dinormalisasikan secara keseluruhan
Buku Ajar Fisika Kuantum 87
*
   
  u m    a n1u n   u m    a s1u s  dv
 n   s 

 1  a m1  a m*1  2  a n1 a n*1  1 (10.9)


n

dimana dengan mengabaikan suku kedua, menghasilkan am1  0 sebagai solusi


yang mungkin. Fungsi dan nilai eigen pada gangguan orde pertama kemudian
memberikan

Ĥ km
  um   uk (10.10a)
k  m Em  Ek

W  Em  Hˆ mm . (10.10b)

Gangguan Orde Kedua


Tujuan kita disini adalah mengikutsertakan ekspresi untuk W2 dan  2 .
Koreksi orde kedua untuk fungsi eigen,  2 , dapat dikembangkan sebagai

 2   a n2 u n
n

Ekspresi ini kemudian digunakan dalam bentuk ketiga pers (10.4a)

 a E u
n
n
2
n n  Hˆ  an1u n   an2  Em u n  W1 1  W2 u m
n n

Pensubtitusian  1 menghasilkan pengembangannya berdasarkan (10.5), kemudian


kalikan dengan u k* dan integralkan, menghasilkan

ak2  Ek   an1 Hˆ kn
  an2  Em  W1 ak1  W2 mk (10.11)
n

pilih k = m maka
W2   a n1 Hˆ mn
  W1 a m1
n

  a n1 Hˆ mn
  a m1 Hˆ mm
  W1 am1
n m

Gunakan (10.7) untuk a n1 dan (10.8) untuk W1 , dua bentuk terakhir saling
menghilangkan, sehingga
2

Ĥ mn
W2   (10.12)
nm Em  En
Buku Ajar Fisika Kuantum 88

Kembali ke (10.11) untuk kasus k  m , gunakan (10.7), (10.8), dan hasil am1  0 ,
memberikan
Hˆ kn
 Hˆ nm
 Hˆ mm
 Hˆ km

a k2    
k m n  m E m  E n E m  E k  Em  Ek 2
Untuk mendapatkan a m2  kita kembali menormalisasi integral (10.9). Penambahan
koreksi orde kedua memberikan
*
 2    2  
  um   n an un   n an un   um   s as u s   s as u s  dv  1
1 2 1 2

Gunakan hasil am1  0 , persamaan terakhir menghasilkan


1
a m2    a n1
2

2 n
2

1 Hˆ mn

  (10.13)
2 n  m E m  E n 2
Akhirnya, kita mendapatkan   1 dan menulis fungsi eigen dan energi eigen,
dalam bentuk kedua, sebagai

Ĥ km
  um   uk
k  m E m  Ek

 Hˆ km

2

Hˆ km
 Hˆ nm
 Hˆ mm
 Hˆ km
 
     u k  um  (10.14)
n  m E m  E n E m  E k  E m  E k 2  
   2 E  E
2 
 
k m

m k

2
Hˆ mn

 
W  E m  Hˆ mm (10.15)
Em  En
nm

Perlu dicatat bahwa berdasarkan pada (10.12), koreksi orde kedua cendrung untuk
meningkatkan beda energi Em  En . Kenyataan ini sering diekspresikan dalam
fisika argon sebagai level energi yang saling menolak satu sama lainnya.

10.2. Teori Gangguan Bergantung Waktu


Teori gangguan bergantung waktu adalah alat utama analisis dalam
melakukan transisi sistem mekanika kuantum dari suatu tingkat energi ketingkat
lainnya. Kita telah melihat [lihat(9.6)] bahwa jika Hamiltonian sebuah sistem tidak
bergantung waktu, solusi umum persamaan Scrödinger
Buku Ajar Fisika Kuantum 89

  r , t 
H 0 r , t   i
ˆ (10.16)
t
adalah dalam bentuk
 
 r , t    an u n r e iE t / 
n
(10.17)
n

dimana koefesien an adalah konstanta dan Ĥ 0 u n  En u n . Jika sistem tersebut


ditemukan dalam suatu selang waktu, katakanlah t = 0, energi Em, maka kita
mempunyai
a m  1
 n  m  (10.18)
a n  0
untuk seluruh waktu berikutnya. Mari kita asumsikan kemudian bahwa sistem
diganggu sedemikian hingga Hamiltoniannya bermodifikasi dari Ĥ 0 menjadi
Hˆ t   Hˆ 0  Hˆ t  (10.19)
Fungsi gelombang  t  sekarang adalah sebuah solusi dari persamaan
Schrödinger

Hˆ 0  Hˆ t   i  
t
(10.20)
pada waktu t yang sama, kita sekarang dapat memakai persamaan-persamaan yang

ada untuk menjabarkan  r , t  dalam bentuk u n , yaitu
 
 r , t    an t u n r e iE t / 
n
(10.21)
n

Mengingat Hamiltonian adalah fungsi bergantung waktu, tidak seperti pers


(10.17), koefesien an sekarang merupakan fungsi waktu. Arti ketergantungan
waktu disini sangatlah fudamental. Marilah kita asumsikan pengukuran energi
bebas gangguan pada suatu waktu, katakanlah t = 0 menghasilkan E m . Dengan
begitu kita mempunyai
a m 0  1
 n  m  (10.22)
a n 0  0
Mengingat koefesien a n meningkat bersamaan waktu, pengukuran energi yang
berikutnya, katakanlah pada waktu t, menghasilkan nilai energi E k . Probabilitas
sebuah kejadian adalah ak t  , yaitu probabilitas menemukan sistem di tingkat k
2

pada waktu t = 0 menduduki tingkat m. Solusi persamaan Schrödinger bergantung


waktu untuk hal ini menyediakan gambaran cara dimana probilitas menemukan
Buku Ajar Fisika Kuantum 90

sistem tersebut dalam berbagai macam tingkat eigen u n untuk Ĥ 0 meningkat


bersamaan waktu dibawah pengaruh gangguan Ĥ t  .
Untuk mendiskripsikan evolusi sistem ini kita perlu memecahkan nilai koefesien
an t  . Kita subtitusikan (10.21) pada(10.20), sehingga

u n
  iEn  iE t / 
an   e
 i
 
 a n e iE t /      an Hˆ 0  Hˆ  u n e iE t / 
n n n

n       n
*
dimana setelah dilakukan perkalian dengan uk dan pengintegralan, menjadi
a k    an Ĥ kn t e i t
i kn
(10.23)
 n
dimana kn didefenisikan sebagai
E  En
 kn  k

Sampai sejauh ini analisis kita benar, dan pemecahan pers (10.23)
sangatlah ekuivalen terhadap solusi persamaan Schrödinger. Dengan cara serupa
kita dapat menerapkannya pada sub-bab 10.1, kita perkenalkan “pemasangan“
parameter  dengan menulis gangguan sebagai Hˆ  sehingga Hamiltonian
menjadi
Hˆ 0  Hˆ t 
penjabaran deret pangkat untuk an ditulis sebagai
an  an0   an1  2 an2   ...
kemudian disubtitusi pada pers (10.23) menjadi
a n0   a n1  2 a n2   ...    an0   an1  2 an2   ...Ĥ kn e i t
i kn

 n
jika suku-suku pers diatas dipisahkan berdasarkan pangkat λ yang sama maka kita
akan mendapatkan sukumpulan hubungan
a n0   0

a n0  Hˆ kn t e i
i
a n1   
 n
knt

   a n1 Hˆ kn t e i
i
a n 2  knt
(11.24)
 n
...

 ans1Hˆ kn t e i
i
a n s    knt

 n
Buku Ajar Fisika Kuantum 91

Solusi untuk koefesien orde nol adalah a k0  = konstan. a k0  adalah nilai awal
untuk masalah ini. Dan nilainya dipilih
a m0   1
 n  m 
a n0   0
oleh karena itu pada t = 0 sistem dikenal sebagai kepastian untuk menduduki
tingkatan energi E m . Persamaan kedua (10.24) sekarang bereduksi menjadi

a n1   Hˆ kn t e i t
i kn
(10.25)

a k1 t  adalah probabilitas menemukan sistem orde pertama dari tingkat m waktu
2

t = 0 ke tingkat k pada waktu t .

Gangguan Harmonik
Untuk kasus-kasus tertentu kita mempertimbangkan sebuah gangguan
yang berubah-ubah secara sinusoidal terhadap waktu
 
Hˆ t   Hˆ e - it  Hˆ  e - it

(10.26a)
Pembagian Hˆ t  kedalam dua bagian akan memastikannya bersifat Hermitian.
Hasil subtitusi Hˆ t  kedalam (10.25) dan pengintegralannya adalah
1 i
ak1 t       Hˆ km  t e i t  dt 
km

0
  
 km
e i   t  1 ˆ e i   t  1 
km

  1  Hˆ km
 
 H mk  (10.26b)
  km    km   
karena ak1m

0  0 maka batas bawah integral bernilai nol. Kita batasi diri kita
kedepan untuk kasus dimana  mendekati nilai  km yaitu   Ek  Em .
Probabilitas transisi dari tingkat m ke k kemudian adalah
2 1 
ˆ  sin   km   t 
2
4 H 2 
a k1 
2 km
(10.27)
 2
 km   2

dimana tanda (-) digunakan ketika  km   sedangkan tanda (+) berlaku untuk
ω mk  ω . Bentuk perkalian silang antar penyebut km   km    telah
dihilangkan, untuk kondisi yang menarik, kontribusi  km   dapat diabaikan.
Suku pertama pers (10.26b) menjadi dominan ketika Ek  Em dan Ek  Em ~  ,
sedangkan suku kedua dominan ketika Ek  Em dan Em  Ek ~  . Gangguan
Buku Ajar Fisika Kuantum 92
harmonik ini dapat menyebabkan transisi naik dan turun dari tingkat m ke tingkat
k, dengan beda energi ~  .
Untuk lebih spesifik, kita hitung probabilitas transisi dari m ke tingkat
grup yang mengilustrasikan tentang tingkat k, dimana Ek  Em . Misalkan
kerapatan tingkat akhir per-unit  km adalah   km  . Karena  km   , kita
gunakan tanda (-) pada (10.27) dan mendapatkan
1 
sin 2   km   t 
1  
a k1  2  Hˆ km
2

2
2     d (10.28)
  2 km km
 1 
 2  km   
 

2
Jika H km bukanlah fungsi yang terlalu berpengaruh pada tingkat akhir k, kita
dapat meletakannya diluar dari tanda integral. Sekarang di dalam integral terdapat
perkalian dua fungsi
1 
sin 2   km   t 
(1) g  km , t   2  dan
2
1 
 2  km   
 
(2)   km 
Fungsi ini di plot pada gambar 10.1, variable bebasnya  km . Interval pada  km ,
dimana fungsi
1 
sin 2   km   t 
g  km , t   2  (10.29)
2
1 
 2  km   
 
dapat diapresiasikan, yaitu ~ 2 / t dan dapat mengecil seiring dengan lamanya
waktu pengamatan. Wilayah dibawah fungsi ini adalah
1 
sin 2   km   t 
 2  d  2t
  1 
2 km . (10.30)
 2  km   
 
Buku Ajar Fisika Kuantum 93

t2

ρωkm 

sin 2 1 / 2 ωkm  ω t


1 / 2 ωkm  ω 2ω
ωkm

t
Gambar 10.1. Dua componen:
Fungsi kerapatan keadaan   km  dan
sin 2 1 / 2 km   t 
fungsi probalitas transisi g  km , t  
1 / 2 km   
2

diliputi dalam integral pers (10.28).

Sekarang kita pertimbangkan kasus ketika t sudah cukup besar atau 2 / t , lebar
g  km , t  menjadi jauh lebih kecil dibanding  , lebar   km  . Integral
pers.(10.28) menjadi
1 
sin 2   km   t 
1
   km   
a k1  2 Hˆ km
2 2  2  d
  2 km
 1 

 2 km   
 
2 ˆ 2
 2 H km   km   t (10.31)

dan rata-rata transisi per-unit waktu adalah
ak t 
d 1 2
Wmk 
dt
2
   E  E m   
2
H km (10.32)

Buku Ajar Fisika Kuantum 94
dimana  E  adalah kerapatan tingkat akhir yang diekspresikan sebagai fungsi
energi      E  . Tanda negatif digunakan ketika Ek  Em dan begitu pula
untuk suku kedua pers (10.26).
Hasil pers (10.32) tetap konsis dengan penulisan transisi rata-rata dari m
ke k , dimana k adalah tingkat (keadaan) diskrit tidak kontinu

ak t 
d 1 2
Wmk 
dt
2
   E k  E m   
2
H km (10.33)

Jika Ek  Em   kita pasang kembali argument fungsi fungsi  oleh
Ek  Em   . Dalam penulisan (10.33), kita gunakan kenyataan bahwa untuk
waktu t yang cukup lama, sin 2 xt / 2 / x / 2  2t x  ketika pers (10.32)
2

berlaku maka transisi dari tingkat tunggal m ke tingkat kontinu k terjadi. Jika
Tingkat akhir k adalah tunggal dan bukan ruang kontinu, kita perlu kembali ke
pers (10.27).

Fungsi Gangguan Satu Langkah


Kasus kedua yang menarik adalah gangguan yang mempunyai bentuk
fungsi satu langkah dan berlaku pada t = 0, yaitu
Hˆ t   0 (t≤0)
Ĥ t   H  (t≥0) (10.34)
Situasi ini dapat dianggap sebagai pembatasan kasus gangguan harmonik yang
telah didiskusikan diatas dengan   0 .Gunakan pers kedua (10.24) dengan
an1 0   nm (yaitu sistem yang berada pada nilai awal tingkat m) dan
pengulangan langkah (10.32) sebelumnya, menghasilkan
2
Wmk    E m  E k 
2
H km

  vm  vk 
1
 2 H km
2
(10.35)

Bentuk Wmk mirip dengan (10.33). Perbedaan yang penting adalah dalam
argument fungsi delta, dimana mencakup nilai awal tingkat m dan nilai akhir dari
energi yang sama. Harus ditekankan disini bahwa (10.35) berlaku seperti halnya
(10.33) untuk kasus dimana tingkat tunggal k adalah ruang kontinu. Total rata-rata
transisi keluar dari m dihasilkan oleh penjumlahan Wk m keseluruh tingkat
akhir.
Buku Ajar Fisika Kuantum 95

Aturan Penting Keabsahan nilai Batas


Dua kondisi digunakan dalam menurunkan pers (10.31) dan (10.33). Yang
pertama adalah bahwa 2 / t kecil dibandingkan dengan lebar 2v dari   km  .
Hasil kondisi kedua dari penggunaan kita pada teori gangguan dan kebutuhan
bahwa ak1 t   1 ; dengan kata lain bentuk orde yang lebih tinggi juga harus
2

ikut dipertimbangkan. Kondisi kedua ini dapat diberlakukan menggunakan (10.27)


sebagai

H km 1
 (10.36)
 t
Secara signifikan hal ini menghasilkan teori gangguan orde pertama yang hanya
valid untuk waktu yang cukup singkat sehingga kemungkinan untuk bertransisi
keluar tingkat awal m sangatlah kecil dibandingkan dengan yang lain.
Kombinasikan kedua kondisi ini menghasilkan

H km 1
  v .
 t

10.3. Formalisme Kerapatan Matriks


Penulisan bentuk formal kerapatan matriks yang telah dijelaskan dalam
bab ini adalah salah satu metoda yang kuat dan luas penggunaannya untuk
mendeskripsikan evolusi waktu dari sistem banyak partikel atomik yang masih
samar-samar, hal itu karena sistem ini dibangun dengan suatu cara yang sesuai
rata-ratanya. Kita akan membahas masalah ini dalam bab 13 pada pendeskripsian
absorpsi dan dispersi radiasi eletrtromagnetik dalam media atomik.

Pertimbangkan fungsi gelombang  r , t  sebagai sistem tunggal atomik
terisolasi. Fungsi ini sesuai dengan persamaan Scrödinger bergantung waktu

  r , t 

Hˆ t  r , t   i (10.37)
∂t

 r , t  dapat dikembangkan dengan sembarang kecuali himpunan orthonormal

komplit u n r  berdasarkan pada
 
 r , t    C n t u n r 
n

  Cn n (10.38)
n

dengan menggunakan
n m   nm
Buku Ajar Fisika Kuantum 96
kita ambil dari (10.38)
 
Cn   u n  r , t d 3 r  n 
*
(10.39)
Nilai harapan untuk nilai A yang dapat diamati diberikan oleh (9.13) sebagai

A   * Aˆ d 3 r   Aˆ 
 (10.40)
dimana, dengan menggunakan (2.32b), dapat ditulis
A    m m Aˆ n n 
n m

  C m* C n Amn (10.41)
n m
Persamaan (10.41) berlaku untuk keseluruhan atom tunggal terisolasi (atau disebut
atom). Pada kebanyakan sistem riil, pengamatan dilakukan meliputi jumlah atom
identik yang sangat banyak. Dalam kasus sistem seperti ini, pengukuran secara
kuantitas tidaklah memakai A tetapi dengan nilai rata-rata A untuk
keseluruhan partikel yang sama. Kita tandai rata-rata ini dengan garis diatas
variabel yang berpengaruh.
A   C m* C n Amn (10.42)
n m

akan lebih baik kalau kita mengganti


 nm  Cn Cm* (10.43)
 n  m (10.44)
sehingga
A    nm Amn   Amn
n m n

 tr A (10.45)
pendefenisian perkalian matriks  nm dapat ditampilkan secara formal sebagai
operator element matrik nm
ˆ    (10.46)
dimana merujuk sebagai operator kerapatan. Perlu kita catat bahwa menurut
(10.43),  nm   * nm , oleh karena itu ̂ adalah Hermitian. Akan lebih
menguntungkan apabila kita menggunakan persamaan differensial untuk
mendapatkan ̂ t 
ˆ
      (10.47a)
t
kita dapat tulis kembali (10.37) sebagai
Buku Ajar Fisika Kuantum 97
1
  Ĥ  (10.47b)
i
Menggunakan sifat Hermitian Ĥ , kita tulis1
1
    Ĥ (10.47c)
i
subtitusi kedua sifat diatas pada (10.47a) memberikan
ˆ 1 ˆ 1
 H      Hˆ
t i i

1
i
 Ĥ ,   
Menggunakan (10.46)
ˆ 1 ˆ

t i
 H , ˆ (10.48)
 nm 1 ˆ
t

i
 
H , ˆ nm + bentuk relaksasi (10.49)
Bentuk relaksasi secara pendekatan ditambahkan untuk menghitung berbagai
aspek permasalahan. Beberapa contoh aplikasi semacam ini akan ditemukan pada
saat menggambarkan absorpsi dan disperse gelombang eletromagnetik dalam
media atomik.
Buku Ajar Fisika Kuantum 98
Soal-Soal Latihan
1. Berdasarkan pada pers (10.27) atau gambar 10.1. Suatu transisi dapat
menempati ruang medan osilasi eletrik dengan frekuensi sudut ω antara dua
keadaan k dan m dimana Ek  Em     . Perbedaan energi δ dapat sebesar
 2 / t dimana t adalah waktu pengamatan.
Apakah hasil ini melanggar hukum kekekalan energi? Dan apakah ini
konsisten dengan hubungan prinsip ketidakpasitian pengukuran waktu dan
energi?
2. Bedasarkan polarisasi lingkaran medan alektrik
E x  E0 cost
E y  E0 sin t
berinteraksi dengan tingkat dasar atom hidrogenik n, l , m  0 dan
menyebabkan trasisi induksi ke tingkat n, l , m  0 .
Hubungan seperti apa yang diperlukan untuk transisi antara n’,l’,m’ dan n,l,m
ketika :
(a) En  En
(b) En  En
3. Sama seperti soal no 2, tapi polarisasi lingkaran sekarang menjadi
kebalikannya, yaitu
E x  E0 cost
E y   E0 sin t
4. Sama seperti soal no 2, tapi yang berlaku sekarang adalah polarisasi linier
dengan arah z, yaitu

E  zˆE0 cost
5. (a) Perlihatkan bahwa kita dapat membentuk polarisasi linier medan listrik,
katakanlah

E  xˆE0 cost
terhadap dua polarisasi lingkaran medan listrik yang saling berlawanan
pada bidang x  y
(b) Hukum apa yang berlaku pada hubungan antara n,l,m dan n‟,l‟,m‟ untuk
transisi penempatan ruang tingkat n, l , m ke tingkat n, l , m .
Buku Ajar Fisika Kuantum 99

DAFTAR PUSTAKA

Arfken, G., 1985, Mathematical Methods for Physicists, third edition, Academic
Press, Inc., New York.

Beiser, A., 1992, Konsep Fisika Modern, edisi-3, terjemahan The Houw Liong,
Erlangga, Jakarta.

Boas, M. L., 1983, Mathematical Methods in the Physical Sciences, second


edition, John Wiley & Sons, New York.
Cohen-Tannoudji, C., B. Diu dan F. Laloe, 1977, Quantum Mechanics, 2 jilid,
John Wiley & Sons, New York.

Eisberg, R. dan R. Resnick, 1985, Quantum Physics of Atoms, Molecules, Solids,


Nuclei and Paricles, edisi-2, John Wiley & Sons, New York.

Flugge, S., 1974, Practical Quantum Mechanics, 2 jilid, Springer Verlag, New
York.

Gasiorowicz, S., 1974, Quantum Physics, John Wiley & Sons, New York, USA.

Goswami, A., 1992, Quantum Mechanics, Wm. C. Brown Pulisher, United States
of America.

Haken, H. dan H. C. Wolf, 1984, Atomic and Quantum Physics (An Introduction
to the Fundamentals of Experiment and Theory), terjemahan oleh W. D.
Brewer, Springer Verlag, New York.

Krane, K. S., 1992, Fisika Modern, terjemahan H. J. Wospakrik, Universitas


Indonesia Press, Jakarta.

Muslim, 1994, Pokok-Pokok Mekanika Kuantum, Fakulatas MIPA Universitas


Gadjah Mada, Yogyakarta.
Buku Ajar Fisika Kuantum 100
Sakurai, J. J. and San Fu Tuan, 1994, Modern Quantum Mechanics, the revised
edition, Addison-Wesley Publ. Co., USA.

Thankappan, V. K., 1985, Quantum Mechanics, Wiley Eastern Limited, New


Delhi, India.

Yariv, A., 1982, An Introduction to the Theory and Application of Quantum


Mechanics, John Wiley & Sons, New York.

Anda mungkin juga menyukai