Anda di halaman 1dari 19

1 Sistem Pengukuran

1.1 Pendahuluan Bab ini merupakan pendahuluan dalam pembahasan sistem-sistem instrumentasi yang
umum digunakan dalam proses pengukuran serta berbagai elemen dasar dari sistem ini dan terminologi
yang digunakan untuk menjelaskan unjuk kerjanya.

1.1.1 Sistem

Istilah sistem akan sering digunakan di dalam buku ini sehingga di sini dijelaskan terlebih dahulu secara
singkat mengenai apa yang dimaksud dengan sistem dan cara merepresentasikannya.

Jika Anda hendak menggunakan sebuah penguat (amplifier), Anda mungkin tidak tertarik dengan cara kerja
internal penguat tersebut, namun lebih pada keluaran apa yang diperoleh untuk untuk suatu masukan
tertentu. Dalam situasi semacam ini, anggaplah penguat tersebut sebagai suatu sistem dan gambarkan
sistem tersebut dengan menspesifikasikan relasi antara keluaran dan masukannya. Dalam suatu sistem
teknik, seorang insinyur lebih berkepentingan dengan parameter-parameter masukan dan keluaran sistem
ketimbang cara

kerja internal elemen-elemen komponen sistem tersebut.

Sistem dapat didefinisikan sebagai susunan beberapa bagian dalam suatu batasan-batasan tertentu yang
bekerja bersama-sama untuk menghasilkan suatu keluaran dari masukan-masukan yang diberikan. Batasan-
batasan tersebut memisahkan sistem dari lingkungannya dan sistem akan berinteraksi dengan
lingkungannya melalui sinyal-sinyal yang bergerak melewati batas-batas tersebut baik dari lingkungan
menuju sistem (yang disebut sebagai masukan) maupun dari sistem menuju lingkungan (yang disebut
sebagai keluaran (Gambar 1.1).

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk merepresentasikan sistem adalah dengan sebuah diagram blok.
Di dalam batasan yang digambarkan dengan sebuah kotak adalah sistem dan masukan sistem ditunjukkan
oleh panah yang memasuki kotak sedangkan keluarannya ditunjukkan oleh panah yang keluar dari kotak.
Gambar 1.2 mengilustrasikan sebuah diagram blok untuk sistem motor listrik; di mans terdapat masukan
berupa energi listrik serta keluaran berupa energi mekanis, meskipun mungkin saja terdapat keluaran yang
berbentuk energi pangs.

Yang perlu diperhatikan adalah relasi antara keluaran dan masukan, dan bukannya tentang motor dan cara
kerjanya. Lebih baik memandang sistem di dalam kotak sebagai sistem yang beroperasi pads suatu masukan
untuk menghasilkan suatu keluaran. Jadi, dalam kasus sistem penguat (Gambar 1.3), dapat dibayangkan
sebuah sistem yang mengalikan masukan V dengan suatu faktor G, yaitu gain dari penguat, untuk
memberikan keluaran sebesar GV.
Dalam prakteknya, sering kali dijumpai sejumlah sistem yang saling
berhubungan. Sebagai contoh, sistem pemutar CD terhubung dengan sebuah
sistem penguat yang kemudian terhubung dengan sebuah sistem pengeras suara
(speaker). Sistem ini dapat digambarkan sebagai tiga bush kotak yang saling
berhubungan (Gambar 1.4) di mana keluaran dari sate sistem adalah masukan
bagi sistem berikutnya. Dalam menggambarkan suatu sistem sebagai hubungan
serf dari blok-blok yang saling berhubungan, perlu diketahui bahwa garis
yang menghubungkan kotak-kotak sistem mengindikasikan aliran informasi
pada arch yang ditunjukkan oleh panah namun tidak harus selalu berwujud
koneksi atau hubungan secara fisik.

1.2 Sistem instrumentasi Maksud dari sistem instrumentasi yang digunakan untuk melakukan
pengukuran adalah untuk memberikan suatu nilai numerik yang sesuai
dengan variabel yang diukur. Sebagai contoh, termometer dapat digunakan
untuk memberikan suatu nilai numerik dari temperatur sebuah cairan. Namun
harus dipahami bahwa karena berbagai alasan, nilai numerik ini mungkin tidak merepresentasikan nilai
variabel yang sebenarnya. Jadi, dalam kasus termometer, sangat mungkin terdapat sejumlah error
pengukuran yang disebabkan oleh keterbatasan akurasi dalam kalibrasi skala, atau error pembacaan
dikarenakan nilai pembacaan yang jatuh antara du g tanda skala, atau mungkin jugs terjadi error karena pencelupan
termometer dingin ke dalam suatu cairan pan gs, yang menyebabkan terjadinya penurunan temperatur cairan sehingga
temperatur yang sedang diukur pun berubah. Dengan demikian, suatu sistem pengukuran akan dipandang
memiliki masukan berupa nilai sebenarnya dari variabel yang sedang diukur, dan keluaran berupa nilai
variabel yang terukur (Gambar 1.5). Gambar 1.6 memperlihatkan beberapa contoh dari sistem-sistem
instrumentasi semacam ini.

Sistem instrumentasi yang digunakan untuk melakukan pengukuran memiliki masukan berupa nilai
sebenarnya dari variabel yang sedang diukur, dan keluaran berupa nilai yang terukur.

1.2.1 Elemen-elemen pembentuk sistem instrumentasi


Sistem instrumentasi pengukuran terdiri dari beberapa elemen yang digunakan untuk menjalankan beberapa fungsi
tertentu. Elemen-elemen fungsional ini adalah:
1. Sensor
Sensor adalah elemen sistem yang secara efektif berhubungan dengan proses di mana suatu variabel
sedang diukur dan menghasilkan suatu keluaran dalam bentuk tertentu tergantung pada variabel
masukannya, dan dapat digunakan oleh bagian sistem pengukuran yang lain untuk mengenali nilai
variabel tersebut. Sebagai contoh, termokopel adalah sensor yang memiliki masukan berupa temperatur
Berta keluaran berupa gays gerak listrik (g.g.1) yang kecil (Gambar 1.7(a)), yang pada bagian sistem
pengukuran yang lain dapat diperkuat untuk menghasilkan pembacaan pada alat ukur. Contoh
sensor lainnya adalah elemen termometer resistansi yang mempunyai masukan berupa temperatur dan
keluaran berupa perubahan nilai resistansi (Gambar 1.7(b)).

2. Prosesor sinyal

Elemen ini akan mengambil keluaran dari sensor dan mengubahnya menjadi suatu bentuk besaran yang
cocok untuk tampilan atau transmisi selanjutnya dalam beberapa sistem kontrol. Dalam kasus termokopel,
elemen prosesor sinyal ini dapat berupa penguat yang dapat memperbesar nilai g.g.1 hingga cukup untuk
diregister pada suatu alat ukur (Gambar 1.8(a)). Faktanya, mungkin banyak dijumpai di mana
kemungkinan besar terdapat suatu elemen yang menempatkan keluaran sensor ke dalam kondisi yang
sesuai untuk pemrosesan lebih lanjut dan kemudian elemen lainnya yang memroses sinyal sehingga dapat
ditampilkan. Istilah pengondisi sinyal (signal conditioner) digunakan bagi elemen yang mengubah
keluaran sensor menjadi bentuk yang sesuai untuk diproses lebih lanjut. Jadi, dalam kasus termometer
resistansi, mungkin Baja terdapat elemen pengkondisi sinyal, yaitu jembatan Wheatstone, yang
mentransformasikan perubahan nilai resistansi menjadi perubahan nilai tegangan, dan selanjutnya digunakan
penguat untuk memperbesar nilai tegangan ini agar cukup besar untuk ditampilkan (Gambar 1.8(b)).

3. Penampil data
Elemen ini menampilkan nilai-nilai yang terukur dalam bentuk yang bisa dikenali oleh pengamat (Gambar 1.9),
yaitu melalui sebuah alat penampil (display), misalnya sebuah jarum penunjuk (pointer) yang bergerak di
sepanjang skala suatu alat ukur, atau bisa juga berupa informasi pada unit penampil visual (VDU, visual display
unit). Selain itu, sinyal tersebut juga dapat direkam, misalnya pada kertas perekam diagram atau pada
piringan magnetik, ataupun ditransmisikan ke beberapa sistem lainnya seperti ke sistem kontrol.

Gambar 1.10 menunjukkan bagaimana elemen-elemen fungsional dasar ini


membentuk sebuah sistem pengukuran.
Istilah transduser Bering digunakan dalam kaitannya dengan sistem pengukuran.
Transduser sendiri didefinisikan sebagai elemen yang mengonversikan suatu
perubahan pads beberapa variabel fisika menjadi perubahan terkait pads beberapa
variabel fisika yang lain. Umumnya, istilah transduser digunakan bagi sebuah
elemen yang berfungsi untuk mengonversi suatu perubahan pads beberapa
variabel fisika menjadi perubahan sinyal listrik. Jadi, sebuah sensor bisa jadi
merupakan sebuah transduser. Namun, selain elemen sensor, suatu sistem
pengukuran dapat menggunakan transduser pads bagian sistem lainnya untuk
mengonversi sinyal dari satu bentuk ke bentuk yang lain.

Contoh
Dengan sebuah termometer resistansi, elemen A mengambil sinyal temperatur
dan mentransformasikannya menjadi sinyal resistansi, elemen
B mentransformasikan sinyal resistansi menjadi sinyal arus, elemen
C mentransformasikan sinyal arus menjadi sebuah tampilan berupa pergerakan
jarum penunjuk pads Skala ukur. Yang manakah di antara ketiga elemen sistem
pengukuran tersebut yang merupakan (a) sensor, (b) prosesor sinyal, dan (c)
penampil data?

Jawaban: yang merupakan sensor adalah elemen A, prosesor sinyal adalah elemen
B, dan elemen penampil data adalah elemen C. Sistem ini dapat direpresentasikan
melalui Gambar 1.11 berikut ini.

1.3 Istilah-istilah unjuk kerja Berikut ini disajikan beberapa istilah yang biasa digunakan untuk
mendefinisikan unjuk kerja (performance) suatu sistem pengukuran dan elemen-elemen
fungsionalnya.

1.3.1 Akurasi dan error


Ap lik asi Akurasi adalah perluasan jangkauan di mans nilai yang diindikasikan oleh
Akurasi dari sebuah termometer sebuah sistem pengukuran atau elemen mungkin bernilai salah. Sebagai
digital dinyatakan dalam contoh, sebuah termometer dapat mempunyai akurasi sebesar ±0,1°C.
spesifikasinya sebagai: Akurasi Bering kali dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap jangkauan
Akurasi skala penuh — lebih balk
dari 2% penuh keluaran atau penyimpangan skala penuh (f.s.d., full scale deflection).
Sebagai contoh, sebuah sistem dapat memiliki akurasi sebesar ±1% f.s.d. Artinya,
jika penyimpangan skala penuhnya adalah 10 A maka akurasi sistem tersebut
adalah ±0,1 A. Akurasi merupakan penjumlahan dari semua error yang
mungkin terjadi sebagaimana akurasi bagi sistem atau elemen yang telah
dikalibrasikan.
Istilah error digunakan untuk menyatakan selisih antara hasil pengukuran dan
nilai sebenarnya dari besaran yang diukur. Jadi,
Error = nilai terukur — nilai sebenarnya

Jadi, jika nilai yang terukur adalah 10,1 padahal nilai yang sebenarnya adalah 10,0, erromya adalah +0,1. Jika nilai
yang terukur adalah 9,9, sedangkan nilai sebenarnya adalah 10,0, errornya adalah —0,1.

Akurasi merupakan indikator dari seberapa dekat nilai yang dihasilkan oleh suatu sister pengukuran dapat
diharapkan merupakan nilai besaran yang sebenarnya. Error pengukuran adalah selisih antara hasil pengukuran
dan nilai sebenamya dari kuantitas yang diukur.

Error-internal dapat terjadi dalam banyak cars, berikut ini diuraikan berbagai error yang kerap
dijumpai dalam spesifikasi sistem-sistem instrumentasi.

1. Error histeresis
Istilah error histeresis (Gambar 1.12) digunakan untuk menyatakan selisih keluaran yang diperoleh dari nilai
besaran yang sama, yang sedang diukur berkenaan dengan apakah nilainya dicapai melalui perubahan
kontinu naik atau turun. Artinya, mungkin Baja didapat nilai yang berbeda dari sebuah termometer yang
digunakan untuk mengukur temperatur yang sama dari sebuah cairan, jika nilai ini diperoleh melalui pemanasan
cairan hingga temperatur terukurnya, atau melalui pendinginan cairan hingga temperatur terukurnya.

2. Error non-linearitas
Error non-linearitas (Gambar 1.13) digunakan untuk menyatakan error yang terjadi karena adanya asumsi
hubungan linear antara masukan dan keluaran pads suatu rentang kerja tertentu, yaitu sebuah graft pemetaan
keluaran terhadap masukan yang diasumsikan sebagai sebuah garis lurus. Namun dalam kenyataannya, hanya
sedikit sistem atau elemen yang benar-benar memiliki relasi linear. Oleh karenanya, muncul error-error sebagai
akibat dari pengasumsian hubungan linearitas. Pada umumnya, error linearitas dinyatakan sebagai persentase error
terhadap jangkauan penuh atau keluaran skala penuh..
.7 .7 , J

3. Error penyisipan
Pada saat sebuah termometer yang dingin dicelupkan dalam suatu cairan
yang panas untuk mengukur temperatur cairan tersebut, keberadaan
Aplikasi Sebuah load cell (sel beban) menurut spesifikasinya dinyatakan memiliki: Error non-linearitas ±0,03% dari skala
penuh Error histeresis ±0,02% dari skala penuh
termometer dingin di dalam cairan panas itu akan mengakibatkan berubahnya temperatur cairan. Cairan
itu menjadi lebih dingin, sehingga termometer akhimya mengukur temperatur yang lebih rendah dari temperatur
semula (sebelum termometer dicelupkan). Tindakan pengukuran ini telah memodifikasi temperatur yang sedang
diukur. Efek ini dikenal dengan istilah pembebanan clan dampaknya disebut sebagai error penyisipan. Jika diinginkan
untuk meminimalkan error ini, maka termometer yang digunakan harus memiliki kapasitas panas yang kecil
dibandingkan dengan kapasitas panas cairannya. Kapasitas panas yang kecil mengandung arti bahwa hanya dibutuhkan
sedikit panas untuk mengubah temperaturnya. Jadi panas yang diambil dari cairan dapat diminimalkan, dan pengaruhnya
terhadap temperatur yang diukur pun dapat diperkecil.
Pembebanan merupakan sebuah permasalahan yang wring dijumpai pada proses pengukuran. Sebagai contoh,
ketika sebuah amperemeter disisipkan pada suatu rangkaian untuk mengukur arus rangkaian, penyisipan ini
akan mengubah nilai resistansi rangkaian, clan oleh karenanya mengubah besarnya arus yang akan diukur
(Gambar 1.14). Tindakan pengukuran ini mengubah besarnya arus yang hendak diukur. Jika pengaruh penyisipan
amperemeter diinginkan sekecil mungkin, clan amperemeternya menunjukkan arus semula, resistansi amperemeter
haruslah sekecil mungkin (setidaknya jauh lebih kecil) dibandingkan dengan resistansi rangkaian.
Apabila sebuah voltmeter dihubungkan pada terminal-terminal sebuah resistor untuk mengukur tegangannya, itu
berarti resistansi voltmeter terhubung paralel dengan resistansi dari resistor yang hendak diukur tegangannya. Jika nilai
resistansi voltmeter tidak cukup besar dibandingkan nilai resistansi resistor, maka arus yang melewati resistor akan
berubah akibat adanya sebagian arus yang mengalir melewati resistansi voltmeter, sehingga tegangan yang diukur pun
berubah (Gambar 1.15). Tindakan pengukuran ini mengubah tegangan yang sedang diukur. Jika pengaruh penyisipan
voltmeter pada rangkaian ini diinginkan sekecil-kecilnya, maka nilai resistansi voltmeter harus jauh lebih besar
dibandingkan nilai resistansi di mana voltmeter tersebut dipasangkan. Dengan demikian, arus yang tidak mengalir
melalui resistor yang diukur tegangannya dan melalui voltmeter akan bernilai sangat kecil sehingga tidak akan terlalu
mengubah nilai tegangan yang diukur.

Contoh
Ada dug bush voltmeter, yang pertama memiliki resistansi sebesar 1 kohm, clan lainnya memiliki resistansi sebesar 1
Mohm. Instrumen mana yang sebaiknya dipilih jika nilai yang ditunjukkan oleh alai ukur diinginkan sedekat mungkin
dengan nilai tegangan sebenarnya yang muncul pada resistor 2 kohm sebelum voltmeternya dihubungkan?

Jawaban: yang harus dipilih adalah voltmeter 1 M g. Alasannya, pada saat voltmeter ini dihubungkan paralel dengan
resistor 2 kQ, arus yang mengalir melewati voltmeter akan lebih kecil dibandingkan arus yang mengalir melewati
voltmeter 1 kQ. Dengan demikian, arus yang mengalir melalui resistor lebih dekat ke nilai aslinya. Jadi, tegangan yang
ditunjukkan oleh voltmeter akan lebih dekat dengan tegangan sesungguhnya yang muncul pada resistor, sebelum
voltmeternya dihubungkan pada. rangkaian.
pula. Sebuah instrumen presisi tinggi dapat mempunyai akurasi yang rendah. Gambar 1.18 mengilustrasikan hal ini:

Istilah presisi digunakan untuk menggambarkan derajat kebebasan suatu sistem pengukuran dari error-error acak.
Repeatability sistem adalah kemampuan sistem untuk menghasilkan keluaran yang sama saat penerapan terhadap
nilai masukan yang sama dilakukan secara berulang-ulang tanpa memutuskan sistem atau elemen sistem dari
masukannya atau tanpa mengubah lingkungan di mans pengujian atau pengukuran dilakukan. Reproduksibilitas
sistem adalah kemampuan sistem untuk menghasilkan keluaran yang sama saat sistem dan/atau elemen-elemennya
diputuskan dari masukan dan kemudian dipasangkan kembali.

1.3.4 Sensitivitas
Sensitivitas menunjukkan berapa banyak keluaran dari suatu sistem instrumen atau elemen sistem berubah ketika
besaran yang sedang diukur berubah pada suatu nilai yang ditetapkan, yaitu rasio atau perbandingan antara
keluaran clan masukan. Sebagai contoh, sebuah termokopel yang memiliki sensitivitas sebesar 20 µV/°C akan
menghasilkan keluaran sebesar 20 14V untuk setiap perubahan temperatur sebesar PC. Jadi, jika kits melakukan
serangkaian pembacaan keluaran sebuah instrumen untuk sejumlah masukan yang berbeda dan memetakan grafik
keluaran terhadap masukannya (Gambar 1.19), maka sensitivitas adalah kemiringan dari grafik yang diperoleh.
Istilah ini sering juga digunakan untuk mengindikasikan sensitivitas terhadap besaran masukan yang lain di luar
besaran yang diukur, misalnya perubahan kondisi lingkungan sistem. Sebagai contoh, sensitivitas dari sebuah sistem
atau elemen dapat dinyatakan sebagai perubahan temperatur atau mungkin fluktuasi dari catu tegangan utama.
Jadi sebuah sensor pengukuran tekanan dapat dinyatakan memiliki sensitivitas temperatur pembacaan sebesar +0,1%
per °C perubahan temperatur.

Contoh
Sebuah pegas mempunyai defleksi atau penyimpangan yang diukur pada sejumlah pembebanan dan memberikan
hasil sebagai berikut. Tentukanlah sensitivitasnya.
'Behan dalam kg 0 1 2 3 4
Defleksi dalam mm 0 10 20 30 40

Gambar 1.20 memperlihatkan grafik pemetaan keluaran terhadap masukan. Grafik ini memiliki kemiringan sebesar
10 mm/kg dan berarti inilah nilai sensitivitasnya.

Contoh
Sebuah sistem pengukuran tekanan (suatu sensor diafragma yang memberikan perubahan nilai kapasitansi dengan
keluaran diproses oleh sebuah rangkaian jembatan clan ditampilkan pada sebuah alas penampil digital) dinyatakan
mempunyai karakteristik-karakteristik berikut ini. Jelaskan istilah berikut:
Jangkauan: 0 sampai 125 kPa dan 0 sampai 2500 kPa
Aplikasi
Sebuah sistem pengukuran tekanan berdasarkan spesifikasinya dinyatakan memiliki karakteristik:
Jangkauan 0 sampai 10 kPa Tegangan catu t 15 V dc
Error linearitas 0,5% FS (full scale atau Skala penuh)
Error histeresis ± 0,15% FS Sensitivitas 5 V dc untuk jangkauan penuh
Sensitivitas termal ± 0,02%/'C Thermal zero drift 0,02%/°C FS Jangkauan temperatur 0 sampai 50 °C

Akurasi: ±1% pembacaan yang ditampilkan Sensitivitas temperatur: ±0,1% pembacaan per
°C

Jangkauan ini mengindikasikan bahwa sistem ini dapat digunakan untuk mengukur tekanan dari 0
sampai 125 kPa atau 0 sampai 2500 kPa. Akurasi dinyatakan sebagai persentase dari nilai pembacaan yang
ditampilkan. Jadi, jika instrumennya menunjukkan tekanan sebesar, katakanlah 100 kPa, maka errornya
akan berkisar ±1 kPa. Sensitivitas temperatur mengindikasikan bahwa jika temperatur berubah 1 °C, maka
pembacaan yang ditampilkan akan memiliki error ±0,1%. Jadi untuk tekanan, misalkan 100 kPa, maka
errornya akan berkisar ±0,1 kPa untuk perubahan temperatur I °C.

1.3.5 Stabilitas
Stabilitas sebuah sistem merupakan kemampuan sistem untuk menghasilkan keluaran yang sama ketika digunakan
untuk mengukur suatu masukan yang konstan dalam suatu periode waktu tertentu. Istilah drift digunakan untuk
menggambarkan perubahan keluaran yang terjadi terhadap waktu. Drift dapat dinyatakan dalam bentuk persentase
terhadap keluaran jangkauan penuh. Istilah zero drift digunakan untuk menyatakan perubahan yang terjadi
pada sisi keluaran pada saat masukannya bernilai nol.

1.3.6 Karakteristik dinamik


Istilah-istilah yang telah diuraikan di atas mengacu pada apa yang disebut sebagai karakteristik statik. Ini
merupakan nilai-nilai yang diperoleh ketika terjadi kondisi keadaan tunak (steady-state), yaitu kondisi di
mana sistem atau elemen sistem telah tunak atau tidak mengalami perubahan lagi setelah mendapat beberapa
masukan. Karakteristik dinamik mengacu pada perilaku sistem antara waktu ketika nilai masukan sistem berubah
dan waktu ketika nilai yang diberikan oleh sistem atau elemen mencapai keadaan tunak. Sebagai contoh, Gambar
1.21 memperlihatkan pembacaan dari sebuah amperemeter yang berubah apabila arus rangkaian dinyalakan.
Jarum penunjuk alas ukur akan berosilasi sebelum akhirnya memberikan pembacaan keadaan tunak. Berikut
ini adalah beberapa istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan karakteristik dinamik suatu sistem.

1 Waktu respons (response time)


Waktu respons adalah waktu yang ditempuh setelah masukan yang diberi kan pada suatu sistem atau elemen
bertambah dari nol hingga suatu nilai konstan pada titik di mana sistem/elemen memberikan keluaran yang sesuai
dengan suatu persentase tertentu, misalnya 95% dari nilai masukan.
2 Waktu naik (rise time)
Waktu naik adalah waktu yang dibutuhkan oleh keluaran sistem untuk beranjak naik hingga mencapai
persentase tertentu dari nilai keluaran keadaan tunak. Waktu naik ini wring pula mengacu pada waktu
yang diperlukan keluaran untuk naik dari 10% nilai keadaan tunak hingga 90% atau 95% nilai keadaan
tunak.
3 Waktu pemantapan (settling time)
Waktu pemantapan adalah waktu yang diperlukan oleh keluaran sistem untuk mencapai keadaan dalam
nilai persentase tertentu, misalnya 2% dari nilai keadaan tunak.

1.4 Reliabilitas Jika Anda melemparkan koin sebanyak sepuluh kali, maka Anda
akan memperoleh, katakanlah, enam kali kemunculan sisi gambar dari
sepuluh kali percobaan ini. Akan tetapi, jika Anda melemparkan koinnya
dalam jumlah yang sangat banyak, maka kecenderungan munculnya
sisi gambar adalah sebanyak setengah dari jumlah percobaan yang
dilakukan. Dalam hat ini, probabilitas munculnya sisi gambar dinyatakan
sebesar setengah. Probabilitas munculnya suatu kejadian atau peristiwa
tertentu didefinisikan sebagai:

probabilitas = banyaknya kemunculan dari suatu peristiwa total


banyaknya percobaan
dengan total jumlah percobaan yang sangat banyak. Probabilitas
diperolehnya sisi gambar atau sisi angka dari proses pelemparan koin
adalah 1, oleh karena setiap kali koinnya dilempar kejadian ini akan
muncul. Probabilitas yang sama dengan I bermakna kepastian:
peristiwa atau kejadian tersebut akan muncul setiap saat. Probabilitas
bahwa koin akan jatuh tegak lurus terhadap sisi-sisinya dapat dipandang
sebagai sama dengan not mengingat banyaknya kejadian peristiwa ini
adalah not. Semakin dekat probabilitas suatu kejadian dengan 1, berarti
semakin wring kejadian tersebut muncul. Demikian pula sebaliknya,
semakin dekat probabilitasnya dengan not, maka semakin jarang kejadian
tersebut muncul.

Reliabilitas (keandalan) adalah persyaratan penting yang harus dimiliki


oleh suatu sistem pengukuran. Reliabilitas suatu sistem pengukuran
didefinisikan sebagai probabilitas bahwa sistem (atau elemen sistem)
akan beroperasi pada level unjuk kerja yang ditetapkan dalam suatu
periode waktu tertentu, serta pada kondisi-kondisi lingkungan tertentu.
Yang dimaksud dengan level unjuk kerja yang ditetapkan dalam hat ini
adalah suatu nilai akurasi tertentu yang diberikan oleh sistem pengukuran.
Reliabilitas suatu sistem pengukuran cenderung mengalami perubahan
seiring berlalunya waktu, misalnya akibat meregangnya pegas secara
perlahan seiring usia pemakaian, perubahan nilai resistansi sebagai
akibat kelembaban, pemakaian serta berbagai kerusakan umum yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan. Sebagai contoh, sesaat setelah
suatu sistem pengukuran dikalibrasi, maka reliabilitasnya seharusnya
adalah 1. Namun setelah enam bulan misalnya, reliabilitasnya akan
jatuh menjadi sebesar 0,7 saja. Jadi, sistem ini tidak dapat diandalkan untuk
selalu memberikan akurasi pengukuran yang dipersyaratkan, biasanya
sistem ini hanya memberikan akurasi yang ditetapkan sebanyak tujuh kali
dalam sepuluh kali pengukuran atau tujuh puluh kali dalam seratus kali
pengukuran.

Sistem dengan reliabilitas tinggi mempunyai laju kegagalan yang


rendah. Laju kegagalan adalah banyaknya kegagalan sistem untuk
memenuhi level unjuk kerja yang ditetapkan selama periode waktu
tertentu. Jadi,
banyaknya kegagalan
Laju kegagalan = banyaknya sistem yang diamati x waktu pengamatan

Laju kegagalan 0,4 per tahun dapat diartikan bahwa dalam kurun
waktu setahun, jika sepuluh sistem diamati, maka 4 sistem di antaranya
gagal memenuhi level unjuk kerja yang ditetapkan. Jika 100 buah
sistem diamati, ada 40 sistem yang gagal memenuhi level unjuk kerja yang
ditetapkan. Laju kegagalan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.
Sebagai contoh, laju kegagalan untuk sebuah sistem pengukuran temperatur
yang digunakan pada kondisi lingkungan yang pan gs, berdebu, lembab,
clan korosif bisa mencapai 1,2 per tahun, sedangkan untuk sistem yang
sama yang digunakan pada

kondisi lingkungan yang kering, sejuk, clan nonkorosif hanya


sebesar 0,3 per tahun.
Untuk suatu sistem pengukuran yang terdiri atas
sejumlah elemen, kegagalan dapat terjadi apabila satu di
antara elemen-elemen tersebut gagal mencapai level unjuk kerja
yang ditetapkan. Jadi, pada sistem pengukuran temperatur fluida
suatu pembangkit daya, elemen-elemen sistemnya berupa
termokopel, penguat, dan alas ukur. Dalam kasus ini, laju
kegagalan terbesar dalam sistem seperti ini tampaknya akan
terjadi pada elemen termokopel, mengingat bahwa elemen ini
berhubungan langsung atau mengalami kontak dengan fl uida,
sedangkan elemen-elemen lainnya berada dalam kondisi
lingkungan yang dapat dikendalikan pada sebuah ruang
kontrol. Dengan demikian, reliabilitas sistem dapat
ditingkatkan secara signifikan dengan memilih material
termokopel yang tahan terhadap sifat destruktif fluida.
Termokopel dapat ditempatkan di dalam sebuah pelindung
baja antigores untuk mencegah terjadinya kontak langsung
antara fluida dengan kawat-kawat termokopel.

Contoh
Laju kegagalan untuk sistem pengukuran tekanan yang
digunakan di pabrik A adalah 1,0 per tahun, sedangkan
laju kegagalan untuk sistem yang digunakan di pabrik B
adalah 3,0 per tahun. Pabrik yang mana yang memiliki sistem
pengukuran tekanan dengan reliabilitas lebih baik?

Jawab: semakin tinggi reliabilitas sistem, semakin kecil atau


rendah laju kegagalannya. Artinya, pabrik A memiliki sistem
dengan reliabilitas yang lebih baik. Laju kegagalan 1,0 per
tahun berarti bahwa jika 100 buah instrumen diperiksa
sepanjang periode satu tahun, maka akan dijumpai 100
buah kegagalan, yang berarti bahwa secara rata-rata setiap
instrumen mengalami sekali kegagalan. Laju kegagalan 3,0
per tahun berarti bahwa jika 100 buah instrumen diperiksa
sepanjang periode satu tahun, maka akan dijumpai 300 buah
kegagalan, artinya instrumen-instrumennya akan mengalami
kegagalan lebih dari sekali dalam satu tahun.

1.5 Persyaratan-persyarat- Syarat utama dari suatu sistem pengukuran adalah kesesuaian tujuan. Hal
an sistem pengukuran ini berarti bahwa jika panjang dari sebuah produk harus diukur
pada tingkat akurasi tertentu, maka sistem pengukurannya
harus mampu digunakan untuk melakukan pengukuran pada
tingkat akurasi tersebut. Sebagai contoh, sebuah sistem
pengukuran panjang dinyatakan mempunyai akurasi ±1 mm.
Hal ini berarti bahwa semua nilai-nilai panjang yang didapat dari
proses pengukuran sistem hanya dijamin pada tingkat akurasi
ini, misalnya untuk pengukuran yang menghasilkan panjang
120 mm, nilai sesungguhnya hanya dapat dijamin berada dalam
kisaran 119 sampai 121 mm. Jika persyaratannya adalah bahwa
panjang dapat diukur pada akurasi ±1 mm, maka sistem ini
sesuai untuk tujuan tersebut. Namun jika kriterianya adalah
sistem dengan akurasi ±0,5 mm, maka sistem ini tidak sesuai
dengan tujuannya.

Untuk memberikan akurasi yang ditetapkan, maka sistem


pengukuran harus dikalibrasikan untuk mendapatkan akurasi
tersebut. Kalibrasi adalah proses pembandingan keluaran dari
suatu sistem pengukuran terhadap standar yang telah
diketahui akurasinya. Standar di sini dapat berupa sistem
pengukuran lain yang digunakan khusus untuk
pengkalibrasian atau sarana untuk menentukan nilai-nilai
standar. Pada banyak perusahaan, beberapa
instrumen atau komponen semisal resistor dan cell standar, disimpan di departemen
standardisasi perusahaan tersebut dan digunakan semata-mata hanya untuk proses
kalibrasi.
1.5.1 Kalibrasi
Kalibrasi harus dilakukan dengan menggunakan peralatan yang dapat ditelusuri ulang pada
standar nasional dengan catatan kalibrasi yang disimpan terpisah untuk masing-masing
instrumen pengukuran. catatan ini berisi uraian mengenai instrumen dan angka
referensinya, tanggal kalibrasi, hasil kalibrasi, seberapa wring instrumen dikalibrasi,
dan mungkin juga rincian prosedur kalibrasi yang digunakan, rincian perbaikan atau
modifikasi yang dilakukan terhadap instrumen, Berta batasan-batasan penggunaan alas.
Standar nasional didefinisikan melalui kesepakatan internasional dan dipertahankan oleh
lembaga-lembaga nasional, misalnya oleh National Physical Laboratory di Inggris dan National
Bureau of Standards di Amerika Serikat. Selengkapnya, terdapat tujuh buah standar dasar
(primer), dan dua buah standar tambahan (suplementer). Ketujuh buah standar dasar ini adalah:

1. Massa
Standar massa, kilogram, didefinisikan sebagai massa dari sebuah silinder logam
campuran (90% platinum – 10% iridium) dengan tinggi dan diameter yang sama,
yang disimpan di International Bureau of Weight and Measures, Sevres, Perancis. Selain
Perancis, salinan standar ini juga disimpan di beberapa negara.
2. Panjang
Standar panjang, meter, didefi nisikan sebagai panjang lintasan yang dilalui oleh
cahaya dalam ruang hampa selama satu interval waktu yang berdurasi 1/299 792 458
detik.
3. Waktu
Standar waktu, detik, didefinisikan sebagai durasi waktu dari 9 192 631 770 periode
osilasi radiasi yang diemisikan atom caesium-133 di bawah kondisi resonansi yang
telah ditetapkan secara presisi.
4. Arus
Standar arus, ampere, didefi nisikan sebagai arus konstan yang bila dipertahankan
pada dua buah konduktor sejajar lurus dengan panjang tak berhingga, dengan lu g s
penampang melintang sirkular yang dapat diabaikan, dan ditempatkan secara
terpisah pada jarak 1 meter di dalam suatu ruang hampa, maka di antara kedua
konduktor tersebut akan timbul gays sebesar 2 x 10-7 N per meter panjang.

5. Temperatur
Kelvin (K) merupakan satuan temperatur termodinamika dan didefinisikan sedemikian
rupa sehingga temperatur di m yna air berada dalam fase cair, uap air dan es dalam
kondisi ekuilibrium (dikenal sebagai triple poin) adalah 273,16 K. Skala temperatur
yang ditemukan oleh Lord Kelvin menjadi dasar bagi Skala temperatur praktis absolut
yang digunakan dan didasarkan pada sejumlah titik temperatur tetap, misalnya titik beku
emas pada 1337,58 K.

6. I n t e n s i t a s c a h a y a Kandela didefinisikan sebagai intensitas cahaya, pada suatu arch


tertentu,

dari sebuah sumber yang mengemisikan radiasi monokromatik pada frekuensi 540
x 1012 Hz clan mempunyai intensitas radian 1/683 watt per satuan steradian (satuan
sudut ruang, lihat penjelasannya di bawah).
7. Jumlah zat
Mol didefinisikan sebagai jumlah atau banyaknya zat yang mengandung entitas-entitas
elementer yang sama banyaknya dengan atom-atom pada 0,012 kg isotop karbon 12.

Adapun standar-standar suplementer adalah:


1. Sudut bidang datar
Radian adalah sudut bidang datar di antara dua buah jari-jari lingkaran yang
memotong keliling sebuah busur dengan panjang yang sama dengan radius atau jari-
jarinya (Gambar 1.22).
2. Sudut ruang
Steradian adalah sudut ruang kerucut yang puncaknya berada di tengah tengah bola
clan memotong area permukaan bola sebesar kuadrat radius atau jari-jarinya (Gambar
1.23).

Standar-standar dasar dipakai untuk mendefinisikan standar-standar nasional,


bukan untuk besaran-besaran dasar semata, tetapi jugs untuk berbagai besaran lain
yang dapat diturunkan dari besaran-besaran dasar ini. Sebagai contoh, standar
resistansi dari sebuah kumparan kawat mangan didefinisikan dalam bentuk besaran-
besaran dasar panjang, massa, waktu, dan arus. Biasanya, standar-standar nasional ini
digunakan untuk mendefinisikan standar-standar acuan yang dapat digunakan oleh
lembaga-lembaga nasional untuk pengkalibrasian standar-standar di pusat-pusat kalibrasi.
Peralatan yang digunakan dalam pengkalibrasian instrumen yang sehari harinya
digunakan pada suatu perusahaan sangat mungkin ditelusuri ulang ke standar nasional
dengan cara-cara berikut:
1 Standar nasional digunakan untuk mengkalibrasi standar-standar untuk pusat-pusat
kalibrasi.
2 Standar-standar pusat kalibrasi digunakan untuk pengkalibrasian standar standar
pabrikan instrumen.
3 Instrumen-instrumen yang terstandardisasi dari pabrikan instrumen di gunakan
untuk menghasilkan standar yang dipakai dalam perusahaan.
4 Standar yang dipakai dalam perusahaan digunakan untuk pengkalibrasian instrumen-
instrumen proses.

Terdapat rantai penelusuran sederhana dari instrumen yang digunakan dalam sebuah proses
kembali ke standar nasional (Gambar 1.24). Untuk kasus seperti termometer bola gelas,
penelusurannya bisa berupa:
1 Standar nasional titik-titik temperatur termodinamis tetap.
2 Standar pusat kalibrasi dari termometer resistansi platinum dengan akurasi ±0,005 °C.
3 Standar yang dipakai dalam perusahaan dari termometer resistansi platinum dengan
akurasi ±0,01 °C.
4 Instrumen proses dari termometer bola gelas dengan akurasi ±0,1 °C.
1.5.2 Sistem keselamatan
Regulasi keselamatan yang berlaku meletakkan tanggung jawab
keselamatan kerja pada pihak pekerja dan pihak perusahaan.
Regulasi ini melingkupi berbagai kewajiban dari pihak perusahaan
untuk:
· menjamin bahwa peralatan-peralatan proses dalam pabrik
dioperasikan dan dipelihara dengan cara yang aman sedemikian
rupa sehingga kesehatan dan keselamatan pekerja dapat terlindungi.
· menyediakan sistem pemantauan dan pemadaman untuk proses-
proses yang dapat menimbulkan bahaya.

Pihak pekerja jugs memiliki kewajiban-kewajiban untuk:


· menjaga keselamatan dirinya sendiri dan pekerja-pekerja yang lain.
· menghindari terjadinya error penggunaan peralatan, atau
perusakan peralatan yang didesain untuk melindungi keselamatan
orang.

Jadi, dalam merancang suatu sistem pengukuran, harus diberikan


perhatian yang cermat dan teliti pada proses instalasi dan
operasinya. Dengan demikian:
· Kegagalan pada setiap komponen sistem tidak boleh menimbulkan
situasi yang membahayakan.
· Kegagalan yang berakibat pada terjadinya kondisi kabel
terbuka atau hubung-singkat atau hubung-singkat ke pentanahan
tidak boleh menimbulkan situasi yang membahayakan.
· Mode kegagalan yang diperkirakan bisa terjadi harus
dipertimbangkan dalam desain fail-safe sedemikian rupa sehingga
jika terjadi kegagalan, maka sistem akan padam hingga kondisi
aman.
· Sistemnya harus mudah untuk diperiksa dan dimengerti.

Risiko utama dalam instrumentasi listrik adalah adanya kejutan


listrik dan kemungkinan terpantiknya api (kebakaran) atau ledakan yang
disebabkan adanya pemanasan berlebih pada kabel/komponen/percikan
bunga api pada udara sekelilingnya, yang bersifat eksplosif. Jadi perlu
senantiasa dipastikan bahwa tidak ada orang yang dapat bersentuhan
dengan dua buah titik yang memiliki perbedaan potensial lebih dari
30 V dan ini memerlukan adanya desain pentanahan yang baik dan
benar, sehingga selalu terdapat cukup lintasan balik pentanahan
untuk mengoperasikan peralatan protektif dalam kondisi terjadinya
gangguan atau gagalnya sistem.

Soal-soal Latihan Pertanyaan No. I sampai 5 memiliki empat pilihan jawaban: A, B, C, dan D. Pilihlah sate
jawaban yang benar dari pilihan-pilihan jawaban tersebut.
1 Tentukan apakah masing-masing pernyataan berikut Benar (B) atau
Salah (S).
Sensor dalam suatu sistem pengukuran mempunyai:
(i) Masukan berupa variabel yang diukur.
(ii) Keluaran berupa sinyal dalam bentuk yang cocok untuk
diproses lebih lanjut dalam sistem pengukuran.
Manakah pilihan yang paling benar dari kedua pernyataan tersebut?
A (i) B (ii) B
B (i) B (ii) S

C (i) S (ii) B
D (i) S (ii) S
2 Berikut ini adalah tipe-tipe sinyal yang muncul secara berurutan pada berbagai
tingkat dalam suatu sistem pengukuran.
(i) Temperatur
(ii) Tegangan
(iii)Tegangan yang lebih besar
(i) Pergerakan jarum penunjuk pada suatu Skala
Prosesor sinyal adalah elemen fungsional dalam sistem pengukuran yang mengubah
sinyal dari:
A (i) ke (ii)
B (ii) ke (iii) C (iii) ke (iv)
D (ii) ke (iv)
3 Tentukanlah apakah pernyataan- pernyataan berikut ini Benar (B) atau Salah (S).
Perbedaan antara nilai arus yang terukur dalam suatu rangkaian listrik clan nilai
sebelum sebuah sistem pengukuran (amperemeter) disisipkan dalam rangkaian
bernilai lebih besar, jika:
(i) Resistansi alas ukur semakin besar.
(ii)Resistansi rangkaian semakin besar.
Manakah pilihan yang benar?
A (i) B (ii) B
B (i) B (ii) S C (i) S (ii) B
D (i) S (ii) S
4 Tentukanlah apakah pernyataan-pernyataan berikut ini Benar (B) atau Salah (S).
Sistem pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi adalah suatu sistem di mana
terdapat peluang yang tinggi bahwa sistem:
(i) perlu sering dikalibrasi.
(ii) beroperasi pada level unjuk kerja yang telah ditetapkan atau dispesifikasikan.
Manakah pilihan yang paling benar dari kedua pernyataan tersebut?
A (i) B (ii) B
B (i) B (ii) S C (i) S (ii) B
D (i) S (ii) S
5 Tentukanlah apakah pernyataan-pernyataan berikut ini Benar (B) atau Salah (S).
Sistem pengukuran yang mempunyai tingkat repeatability kurang adalah suatu sistem di
mana dapat terjadi:
(i) Fluktuasi acak pada nilai-nilai yang dihasilkan dari pengukuran berulang
terhadap variabel yang sama.
(ii)Fluktuasi pada nilai-nilai yang didapatkan dengan cara mengulang pengukuran
terhadap sejumlah sampel.

Manakah pilihan yang benar?


A (i) B (ii) B
B (i) B (ii) S
C (i) S (ii) B
D (i) S (ii) S
6 Sebutkan clan jelaskanlah elemen-elemen fungsional dari suatu sistem pengukuran.
7 Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan istilah (a) reliability clan (b) repeatability dalam sistem pengukuran.
8 Standar-standar kalibrasi harus dapat ditelusur ulang ke standar nasional. Apa maksud dari pernyataan ini?
9 Jelaskan apa yang dimaksud dengan "kesesuaian tujuan" dalam suatu sistem pengukuran.
10 Jika suatu sistem pengukuran dikatakan memiliki reliabilitas sebesar 0,6; apa maksudnya?
11 Instrumen-instrumen pengukuran yang digunakan dalam suatu ruang peralatan perusahaan diketahui memiliki
laju kegagalan 0,01 per tahun. Apa yang dimaksud oleh pernyataan ini?
12 Tentukanlah sensitivitas instrumen-instrumen yang memberikan pembacaan pengukuran sebagai berikut:
(a)
Beban, kg 0 2 4 6 8
Defleksi, mm 0 18 36 54 72
(b)
Temperatur, °C 0 10 20 30 40
Tegangan, mV 0 0,59 1,19 1,80 2,42
(c)
Beban, N 0 1 2 3 4
Muatan, pC 0 3 6 9 12
13 Data di bawah ini merupakan hasil kalibrasi terhadap sebuah voltmeter. Tentukanlah error histeresis maksimum
sebagai persentase terhadap jangkauan Skala-penuh.
Penambahan masukan:
Standar, mV 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0
Voltmeter, mV 0,0 1,0 1,9 2,9 4,0
Pengurangan masukan:
Standar, mV 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0
Voltmeter, mV 4,0 3,0 2,1 1,1 0,0

Anda mungkin juga menyukai