1.1 Pendahuluan Bab ini merupakan pendahuluan dalam pembahasan sistem-sistem instrumentasi yang
umum digunakan dalam proses pengukuran serta berbagai elemen dasar dari sistem ini dan terminologi
yang digunakan untuk menjelaskan unjuk kerjanya.
1.1.1 Sistem
Istilah sistem akan sering digunakan di dalam buku ini sehingga di sini dijelaskan terlebih dahulu secara
singkat mengenai apa yang dimaksud dengan sistem dan cara merepresentasikannya.
Jika Anda hendak menggunakan sebuah penguat (amplifier), Anda mungkin tidak tertarik dengan cara kerja
internal penguat tersebut, namun lebih pada keluaran apa yang diperoleh untuk untuk suatu masukan
tertentu. Dalam situasi semacam ini, anggaplah penguat tersebut sebagai suatu sistem dan gambarkan
sistem tersebut dengan menspesifikasikan relasi antara keluaran dan masukannya. Dalam suatu sistem
teknik, seorang insinyur lebih berkepentingan dengan parameter-parameter masukan dan keluaran sistem
ketimbang cara
Sistem dapat didefinisikan sebagai susunan beberapa bagian dalam suatu batasan-batasan tertentu yang
bekerja bersama-sama untuk menghasilkan suatu keluaran dari masukan-masukan yang diberikan. Batasan-
batasan tersebut memisahkan sistem dari lingkungannya dan sistem akan berinteraksi dengan
lingkungannya melalui sinyal-sinyal yang bergerak melewati batas-batas tersebut baik dari lingkungan
menuju sistem (yang disebut sebagai masukan) maupun dari sistem menuju lingkungan (yang disebut
sebagai keluaran (Gambar 1.1).
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk merepresentasikan sistem adalah dengan sebuah diagram blok.
Di dalam batasan yang digambarkan dengan sebuah kotak adalah sistem dan masukan sistem ditunjukkan
oleh panah yang memasuki kotak sedangkan keluarannya ditunjukkan oleh panah yang keluar dari kotak.
Gambar 1.2 mengilustrasikan sebuah diagram blok untuk sistem motor listrik; di mans terdapat masukan
berupa energi listrik serta keluaran berupa energi mekanis, meskipun mungkin saja terdapat keluaran yang
berbentuk energi pangs.
Yang perlu diperhatikan adalah relasi antara keluaran dan masukan, dan bukannya tentang motor dan cara
kerjanya. Lebih baik memandang sistem di dalam kotak sebagai sistem yang beroperasi pads suatu masukan
untuk menghasilkan suatu keluaran. Jadi, dalam kasus sistem penguat (Gambar 1.3), dapat dibayangkan
sebuah sistem yang mengalikan masukan V dengan suatu faktor G, yaitu gain dari penguat, untuk
memberikan keluaran sebesar GV.
Dalam prakteknya, sering kali dijumpai sejumlah sistem yang saling
berhubungan. Sebagai contoh, sistem pemutar CD terhubung dengan sebuah
sistem penguat yang kemudian terhubung dengan sebuah sistem pengeras suara
(speaker). Sistem ini dapat digambarkan sebagai tiga bush kotak yang saling
berhubungan (Gambar 1.4) di mana keluaran dari sate sistem adalah masukan
bagi sistem berikutnya. Dalam menggambarkan suatu sistem sebagai hubungan
serf dari blok-blok yang saling berhubungan, perlu diketahui bahwa garis
yang menghubungkan kotak-kotak sistem mengindikasikan aliran informasi
pada arch yang ditunjukkan oleh panah namun tidak harus selalu berwujud
koneksi atau hubungan secara fisik.
1.2 Sistem instrumentasi Maksud dari sistem instrumentasi yang digunakan untuk melakukan
pengukuran adalah untuk memberikan suatu nilai numerik yang sesuai
dengan variabel yang diukur. Sebagai contoh, termometer dapat digunakan
untuk memberikan suatu nilai numerik dari temperatur sebuah cairan. Namun
harus dipahami bahwa karena berbagai alasan, nilai numerik ini mungkin tidak merepresentasikan nilai
variabel yang sebenarnya. Jadi, dalam kasus termometer, sangat mungkin terdapat sejumlah error
pengukuran yang disebabkan oleh keterbatasan akurasi dalam kalibrasi skala, atau error pembacaan
dikarenakan nilai pembacaan yang jatuh antara du g tanda skala, atau mungkin jugs terjadi error karena pencelupan
termometer dingin ke dalam suatu cairan pan gs, yang menyebabkan terjadinya penurunan temperatur cairan sehingga
temperatur yang sedang diukur pun berubah. Dengan demikian, suatu sistem pengukuran akan dipandang
memiliki masukan berupa nilai sebenarnya dari variabel yang sedang diukur, dan keluaran berupa nilai
variabel yang terukur (Gambar 1.5). Gambar 1.6 memperlihatkan beberapa contoh dari sistem-sistem
instrumentasi semacam ini.
Sistem instrumentasi yang digunakan untuk melakukan pengukuran memiliki masukan berupa nilai
sebenarnya dari variabel yang sedang diukur, dan keluaran berupa nilai yang terukur.
2. Prosesor sinyal
Elemen ini akan mengambil keluaran dari sensor dan mengubahnya menjadi suatu bentuk besaran yang
cocok untuk tampilan atau transmisi selanjutnya dalam beberapa sistem kontrol. Dalam kasus termokopel,
elemen prosesor sinyal ini dapat berupa penguat yang dapat memperbesar nilai g.g.1 hingga cukup untuk
diregister pada suatu alat ukur (Gambar 1.8(a)). Faktanya, mungkin banyak dijumpai di mana
kemungkinan besar terdapat suatu elemen yang menempatkan keluaran sensor ke dalam kondisi yang
sesuai untuk pemrosesan lebih lanjut dan kemudian elemen lainnya yang memroses sinyal sehingga dapat
ditampilkan. Istilah pengondisi sinyal (signal conditioner) digunakan bagi elemen yang mengubah
keluaran sensor menjadi bentuk yang sesuai untuk diproses lebih lanjut. Jadi, dalam kasus termometer
resistansi, mungkin Baja terdapat elemen pengkondisi sinyal, yaitu jembatan Wheatstone, yang
mentransformasikan perubahan nilai resistansi menjadi perubahan nilai tegangan, dan selanjutnya digunakan
penguat untuk memperbesar nilai tegangan ini agar cukup besar untuk ditampilkan (Gambar 1.8(b)).
3. Penampil data
Elemen ini menampilkan nilai-nilai yang terukur dalam bentuk yang bisa dikenali oleh pengamat (Gambar 1.9),
yaitu melalui sebuah alat penampil (display), misalnya sebuah jarum penunjuk (pointer) yang bergerak di
sepanjang skala suatu alat ukur, atau bisa juga berupa informasi pada unit penampil visual (VDU, visual display
unit). Selain itu, sinyal tersebut juga dapat direkam, misalnya pada kertas perekam diagram atau pada
piringan magnetik, ataupun ditransmisikan ke beberapa sistem lainnya seperti ke sistem kontrol.
Contoh
Dengan sebuah termometer resistansi, elemen A mengambil sinyal temperatur
dan mentransformasikannya menjadi sinyal resistansi, elemen
B mentransformasikan sinyal resistansi menjadi sinyal arus, elemen
C mentransformasikan sinyal arus menjadi sebuah tampilan berupa pergerakan
jarum penunjuk pads Skala ukur. Yang manakah di antara ketiga elemen sistem
pengukuran tersebut yang merupakan (a) sensor, (b) prosesor sinyal, dan (c)
penampil data?
Jawaban: yang merupakan sensor adalah elemen A, prosesor sinyal adalah elemen
B, dan elemen penampil data adalah elemen C. Sistem ini dapat direpresentasikan
melalui Gambar 1.11 berikut ini.
1.3 Istilah-istilah unjuk kerja Berikut ini disajikan beberapa istilah yang biasa digunakan untuk
mendefinisikan unjuk kerja (performance) suatu sistem pengukuran dan elemen-elemen
fungsionalnya.
Jadi, jika nilai yang terukur adalah 10,1 padahal nilai yang sebenarnya adalah 10,0, erromya adalah +0,1. Jika nilai
yang terukur adalah 9,9, sedangkan nilai sebenarnya adalah 10,0, errornya adalah —0,1.
Akurasi merupakan indikator dari seberapa dekat nilai yang dihasilkan oleh suatu sister pengukuran dapat
diharapkan merupakan nilai besaran yang sebenarnya. Error pengukuran adalah selisih antara hasil pengukuran
dan nilai sebenamya dari kuantitas yang diukur.
Error-internal dapat terjadi dalam banyak cars, berikut ini diuraikan berbagai error yang kerap
dijumpai dalam spesifikasi sistem-sistem instrumentasi.
1. Error histeresis
Istilah error histeresis (Gambar 1.12) digunakan untuk menyatakan selisih keluaran yang diperoleh dari nilai
besaran yang sama, yang sedang diukur berkenaan dengan apakah nilainya dicapai melalui perubahan
kontinu naik atau turun. Artinya, mungkin Baja didapat nilai yang berbeda dari sebuah termometer yang
digunakan untuk mengukur temperatur yang sama dari sebuah cairan, jika nilai ini diperoleh melalui pemanasan
cairan hingga temperatur terukurnya, atau melalui pendinginan cairan hingga temperatur terukurnya.
2. Error non-linearitas
Error non-linearitas (Gambar 1.13) digunakan untuk menyatakan error yang terjadi karena adanya asumsi
hubungan linear antara masukan dan keluaran pads suatu rentang kerja tertentu, yaitu sebuah graft pemetaan
keluaran terhadap masukan yang diasumsikan sebagai sebuah garis lurus. Namun dalam kenyataannya, hanya
sedikit sistem atau elemen yang benar-benar memiliki relasi linear. Oleh karenanya, muncul error-error sebagai
akibat dari pengasumsian hubungan linearitas. Pada umumnya, error linearitas dinyatakan sebagai persentase error
terhadap jangkauan penuh atau keluaran skala penuh..
.7 .7 , J
3. Error penyisipan
Pada saat sebuah termometer yang dingin dicelupkan dalam suatu cairan
yang panas untuk mengukur temperatur cairan tersebut, keberadaan
Aplikasi Sebuah load cell (sel beban) menurut spesifikasinya dinyatakan memiliki: Error non-linearitas ±0,03% dari skala
penuh Error histeresis ±0,02% dari skala penuh
termometer dingin di dalam cairan panas itu akan mengakibatkan berubahnya temperatur cairan. Cairan
itu menjadi lebih dingin, sehingga termometer akhimya mengukur temperatur yang lebih rendah dari temperatur
semula (sebelum termometer dicelupkan). Tindakan pengukuran ini telah memodifikasi temperatur yang sedang
diukur. Efek ini dikenal dengan istilah pembebanan clan dampaknya disebut sebagai error penyisipan. Jika diinginkan
untuk meminimalkan error ini, maka termometer yang digunakan harus memiliki kapasitas panas yang kecil
dibandingkan dengan kapasitas panas cairannya. Kapasitas panas yang kecil mengandung arti bahwa hanya dibutuhkan
sedikit panas untuk mengubah temperaturnya. Jadi panas yang diambil dari cairan dapat diminimalkan, dan pengaruhnya
terhadap temperatur yang diukur pun dapat diperkecil.
Pembebanan merupakan sebuah permasalahan yang wring dijumpai pada proses pengukuran. Sebagai contoh,
ketika sebuah amperemeter disisipkan pada suatu rangkaian untuk mengukur arus rangkaian, penyisipan ini
akan mengubah nilai resistansi rangkaian, clan oleh karenanya mengubah besarnya arus yang akan diukur
(Gambar 1.14). Tindakan pengukuran ini mengubah besarnya arus yang hendak diukur. Jika pengaruh penyisipan
amperemeter diinginkan sekecil mungkin, clan amperemeternya menunjukkan arus semula, resistansi amperemeter
haruslah sekecil mungkin (setidaknya jauh lebih kecil) dibandingkan dengan resistansi rangkaian.
Apabila sebuah voltmeter dihubungkan pada terminal-terminal sebuah resistor untuk mengukur tegangannya, itu
berarti resistansi voltmeter terhubung paralel dengan resistansi dari resistor yang hendak diukur tegangannya. Jika nilai
resistansi voltmeter tidak cukup besar dibandingkan nilai resistansi resistor, maka arus yang melewati resistor akan
berubah akibat adanya sebagian arus yang mengalir melewati resistansi voltmeter, sehingga tegangan yang diukur pun
berubah (Gambar 1.15). Tindakan pengukuran ini mengubah tegangan yang sedang diukur. Jika pengaruh penyisipan
voltmeter pada rangkaian ini diinginkan sekecil-kecilnya, maka nilai resistansi voltmeter harus jauh lebih besar
dibandingkan nilai resistansi di mana voltmeter tersebut dipasangkan. Dengan demikian, arus yang tidak mengalir
melalui resistor yang diukur tegangannya dan melalui voltmeter akan bernilai sangat kecil sehingga tidak akan terlalu
mengubah nilai tegangan yang diukur.
Contoh
Ada dug bush voltmeter, yang pertama memiliki resistansi sebesar 1 kohm, clan lainnya memiliki resistansi sebesar 1
Mohm. Instrumen mana yang sebaiknya dipilih jika nilai yang ditunjukkan oleh alai ukur diinginkan sedekat mungkin
dengan nilai tegangan sebenarnya yang muncul pada resistor 2 kohm sebelum voltmeternya dihubungkan?
Jawaban: yang harus dipilih adalah voltmeter 1 M g. Alasannya, pada saat voltmeter ini dihubungkan paralel dengan
resistor 2 kQ, arus yang mengalir melewati voltmeter akan lebih kecil dibandingkan arus yang mengalir melewati
voltmeter 1 kQ. Dengan demikian, arus yang mengalir melalui resistor lebih dekat ke nilai aslinya. Jadi, tegangan yang
ditunjukkan oleh voltmeter akan lebih dekat dengan tegangan sesungguhnya yang muncul pada resistor, sebelum
voltmeternya dihubungkan pada. rangkaian.
pula. Sebuah instrumen presisi tinggi dapat mempunyai akurasi yang rendah. Gambar 1.18 mengilustrasikan hal ini:
Istilah presisi digunakan untuk menggambarkan derajat kebebasan suatu sistem pengukuran dari error-error acak.
Repeatability sistem adalah kemampuan sistem untuk menghasilkan keluaran yang sama saat penerapan terhadap
nilai masukan yang sama dilakukan secara berulang-ulang tanpa memutuskan sistem atau elemen sistem dari
masukannya atau tanpa mengubah lingkungan di mans pengujian atau pengukuran dilakukan. Reproduksibilitas
sistem adalah kemampuan sistem untuk menghasilkan keluaran yang sama saat sistem dan/atau elemen-elemennya
diputuskan dari masukan dan kemudian dipasangkan kembali.
1.3.4 Sensitivitas
Sensitivitas menunjukkan berapa banyak keluaran dari suatu sistem instrumen atau elemen sistem berubah ketika
besaran yang sedang diukur berubah pada suatu nilai yang ditetapkan, yaitu rasio atau perbandingan antara
keluaran clan masukan. Sebagai contoh, sebuah termokopel yang memiliki sensitivitas sebesar 20 µV/°C akan
menghasilkan keluaran sebesar 20 14V untuk setiap perubahan temperatur sebesar PC. Jadi, jika kits melakukan
serangkaian pembacaan keluaran sebuah instrumen untuk sejumlah masukan yang berbeda dan memetakan grafik
keluaran terhadap masukannya (Gambar 1.19), maka sensitivitas adalah kemiringan dari grafik yang diperoleh.
Istilah ini sering juga digunakan untuk mengindikasikan sensitivitas terhadap besaran masukan yang lain di luar
besaran yang diukur, misalnya perubahan kondisi lingkungan sistem. Sebagai contoh, sensitivitas dari sebuah sistem
atau elemen dapat dinyatakan sebagai perubahan temperatur atau mungkin fluktuasi dari catu tegangan utama.
Jadi sebuah sensor pengukuran tekanan dapat dinyatakan memiliki sensitivitas temperatur pembacaan sebesar +0,1%
per °C perubahan temperatur.
Contoh
Sebuah pegas mempunyai defleksi atau penyimpangan yang diukur pada sejumlah pembebanan dan memberikan
hasil sebagai berikut. Tentukanlah sensitivitasnya.
'Behan dalam kg 0 1 2 3 4
Defleksi dalam mm 0 10 20 30 40
Gambar 1.20 memperlihatkan grafik pemetaan keluaran terhadap masukan. Grafik ini memiliki kemiringan sebesar
10 mm/kg dan berarti inilah nilai sensitivitasnya.
Contoh
Sebuah sistem pengukuran tekanan (suatu sensor diafragma yang memberikan perubahan nilai kapasitansi dengan
keluaran diproses oleh sebuah rangkaian jembatan clan ditampilkan pada sebuah alas penampil digital) dinyatakan
mempunyai karakteristik-karakteristik berikut ini. Jelaskan istilah berikut:
Jangkauan: 0 sampai 125 kPa dan 0 sampai 2500 kPa
Aplikasi
Sebuah sistem pengukuran tekanan berdasarkan spesifikasinya dinyatakan memiliki karakteristik:
Jangkauan 0 sampai 10 kPa Tegangan catu t 15 V dc
Error linearitas 0,5% FS (full scale atau Skala penuh)
Error histeresis ± 0,15% FS Sensitivitas 5 V dc untuk jangkauan penuh
Sensitivitas termal ± 0,02%/'C Thermal zero drift 0,02%/°C FS Jangkauan temperatur 0 sampai 50 °C
Akurasi: ±1% pembacaan yang ditampilkan Sensitivitas temperatur: ±0,1% pembacaan per
°C
Jangkauan ini mengindikasikan bahwa sistem ini dapat digunakan untuk mengukur tekanan dari 0
sampai 125 kPa atau 0 sampai 2500 kPa. Akurasi dinyatakan sebagai persentase dari nilai pembacaan yang
ditampilkan. Jadi, jika instrumennya menunjukkan tekanan sebesar, katakanlah 100 kPa, maka errornya
akan berkisar ±1 kPa. Sensitivitas temperatur mengindikasikan bahwa jika temperatur berubah 1 °C, maka
pembacaan yang ditampilkan akan memiliki error ±0,1%. Jadi untuk tekanan, misalkan 100 kPa, maka
errornya akan berkisar ±0,1 kPa untuk perubahan temperatur I °C.
1.3.5 Stabilitas
Stabilitas sebuah sistem merupakan kemampuan sistem untuk menghasilkan keluaran yang sama ketika digunakan
untuk mengukur suatu masukan yang konstan dalam suatu periode waktu tertentu. Istilah drift digunakan untuk
menggambarkan perubahan keluaran yang terjadi terhadap waktu. Drift dapat dinyatakan dalam bentuk persentase
terhadap keluaran jangkauan penuh. Istilah zero drift digunakan untuk menyatakan perubahan yang terjadi
pada sisi keluaran pada saat masukannya bernilai nol.
1.4 Reliabilitas Jika Anda melemparkan koin sebanyak sepuluh kali, maka Anda
akan memperoleh, katakanlah, enam kali kemunculan sisi gambar dari
sepuluh kali percobaan ini. Akan tetapi, jika Anda melemparkan koinnya
dalam jumlah yang sangat banyak, maka kecenderungan munculnya
sisi gambar adalah sebanyak setengah dari jumlah percobaan yang
dilakukan. Dalam hat ini, probabilitas munculnya sisi gambar dinyatakan
sebesar setengah. Probabilitas munculnya suatu kejadian atau peristiwa
tertentu didefinisikan sebagai:
Laju kegagalan 0,4 per tahun dapat diartikan bahwa dalam kurun
waktu setahun, jika sepuluh sistem diamati, maka 4 sistem di antaranya
gagal memenuhi level unjuk kerja yang ditetapkan. Jika 100 buah
sistem diamati, ada 40 sistem yang gagal memenuhi level unjuk kerja yang
ditetapkan. Laju kegagalan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.
Sebagai contoh, laju kegagalan untuk sebuah sistem pengukuran temperatur
yang digunakan pada kondisi lingkungan yang pan gs, berdebu, lembab,
clan korosif bisa mencapai 1,2 per tahun, sedangkan untuk sistem yang
sama yang digunakan pada
Contoh
Laju kegagalan untuk sistem pengukuran tekanan yang
digunakan di pabrik A adalah 1,0 per tahun, sedangkan
laju kegagalan untuk sistem yang digunakan di pabrik B
adalah 3,0 per tahun. Pabrik yang mana yang memiliki sistem
pengukuran tekanan dengan reliabilitas lebih baik?
1.5 Persyaratan-persyarat- Syarat utama dari suatu sistem pengukuran adalah kesesuaian tujuan. Hal
an sistem pengukuran ini berarti bahwa jika panjang dari sebuah produk harus diukur
pada tingkat akurasi tertentu, maka sistem pengukurannya
harus mampu digunakan untuk melakukan pengukuran pada
tingkat akurasi tersebut. Sebagai contoh, sebuah sistem
pengukuran panjang dinyatakan mempunyai akurasi ±1 mm.
Hal ini berarti bahwa semua nilai-nilai panjang yang didapat dari
proses pengukuran sistem hanya dijamin pada tingkat akurasi
ini, misalnya untuk pengukuran yang menghasilkan panjang
120 mm, nilai sesungguhnya hanya dapat dijamin berada dalam
kisaran 119 sampai 121 mm. Jika persyaratannya adalah bahwa
panjang dapat diukur pada akurasi ±1 mm, maka sistem ini
sesuai untuk tujuan tersebut. Namun jika kriterianya adalah
sistem dengan akurasi ±0,5 mm, maka sistem ini tidak sesuai
dengan tujuannya.
1. Massa
Standar massa, kilogram, didefinisikan sebagai massa dari sebuah silinder logam
campuran (90% platinum – 10% iridium) dengan tinggi dan diameter yang sama,
yang disimpan di International Bureau of Weight and Measures, Sevres, Perancis. Selain
Perancis, salinan standar ini juga disimpan di beberapa negara.
2. Panjang
Standar panjang, meter, didefi nisikan sebagai panjang lintasan yang dilalui oleh
cahaya dalam ruang hampa selama satu interval waktu yang berdurasi 1/299 792 458
detik.
3. Waktu
Standar waktu, detik, didefinisikan sebagai durasi waktu dari 9 192 631 770 periode
osilasi radiasi yang diemisikan atom caesium-133 di bawah kondisi resonansi yang
telah ditetapkan secara presisi.
4. Arus
Standar arus, ampere, didefi nisikan sebagai arus konstan yang bila dipertahankan
pada dua buah konduktor sejajar lurus dengan panjang tak berhingga, dengan lu g s
penampang melintang sirkular yang dapat diabaikan, dan ditempatkan secara
terpisah pada jarak 1 meter di dalam suatu ruang hampa, maka di antara kedua
konduktor tersebut akan timbul gays sebesar 2 x 10-7 N per meter panjang.
5. Temperatur
Kelvin (K) merupakan satuan temperatur termodinamika dan didefinisikan sedemikian
rupa sehingga temperatur di m yna air berada dalam fase cair, uap air dan es dalam
kondisi ekuilibrium (dikenal sebagai triple poin) adalah 273,16 K. Skala temperatur
yang ditemukan oleh Lord Kelvin menjadi dasar bagi Skala temperatur praktis absolut
yang digunakan dan didasarkan pada sejumlah titik temperatur tetap, misalnya titik beku
emas pada 1337,58 K.
dari sebuah sumber yang mengemisikan radiasi monokromatik pada frekuensi 540
x 1012 Hz clan mempunyai intensitas radian 1/683 watt per satuan steradian (satuan
sudut ruang, lihat penjelasannya di bawah).
7. Jumlah zat
Mol didefinisikan sebagai jumlah atau banyaknya zat yang mengandung entitas-entitas
elementer yang sama banyaknya dengan atom-atom pada 0,012 kg isotop karbon 12.
Terdapat rantai penelusuran sederhana dari instrumen yang digunakan dalam sebuah proses
kembali ke standar nasional (Gambar 1.24). Untuk kasus seperti termometer bola gelas,
penelusurannya bisa berupa:
1 Standar nasional titik-titik temperatur termodinamis tetap.
2 Standar pusat kalibrasi dari termometer resistansi platinum dengan akurasi ±0,005 °C.
3 Standar yang dipakai dalam perusahaan dari termometer resistansi platinum dengan
akurasi ±0,01 °C.
4 Instrumen proses dari termometer bola gelas dengan akurasi ±0,1 °C.
1.5.2 Sistem keselamatan
Regulasi keselamatan yang berlaku meletakkan tanggung jawab
keselamatan kerja pada pihak pekerja dan pihak perusahaan.
Regulasi ini melingkupi berbagai kewajiban dari pihak perusahaan
untuk:
· menjamin bahwa peralatan-peralatan proses dalam pabrik
dioperasikan dan dipelihara dengan cara yang aman sedemikian
rupa sehingga kesehatan dan keselamatan pekerja dapat terlindungi.
· menyediakan sistem pemantauan dan pemadaman untuk proses-
proses yang dapat menimbulkan bahaya.
Soal-soal Latihan Pertanyaan No. I sampai 5 memiliki empat pilihan jawaban: A, B, C, dan D. Pilihlah sate
jawaban yang benar dari pilihan-pilihan jawaban tersebut.
1 Tentukan apakah masing-masing pernyataan berikut Benar (B) atau
Salah (S).
Sensor dalam suatu sistem pengukuran mempunyai:
(i) Masukan berupa variabel yang diukur.
(ii) Keluaran berupa sinyal dalam bentuk yang cocok untuk
diproses lebih lanjut dalam sistem pengukuran.
Manakah pilihan yang paling benar dari kedua pernyataan tersebut?
A (i) B (ii) B
B (i) B (ii) S
C (i) S (ii) B
D (i) S (ii) S
2 Berikut ini adalah tipe-tipe sinyal yang muncul secara berurutan pada berbagai
tingkat dalam suatu sistem pengukuran.
(i) Temperatur
(ii) Tegangan
(iii)Tegangan yang lebih besar
(i) Pergerakan jarum penunjuk pada suatu Skala
Prosesor sinyal adalah elemen fungsional dalam sistem pengukuran yang mengubah
sinyal dari:
A (i) ke (ii)
B (ii) ke (iii) C (iii) ke (iv)
D (ii) ke (iv)
3 Tentukanlah apakah pernyataan- pernyataan berikut ini Benar (B) atau Salah (S).
Perbedaan antara nilai arus yang terukur dalam suatu rangkaian listrik clan nilai
sebelum sebuah sistem pengukuran (amperemeter) disisipkan dalam rangkaian
bernilai lebih besar, jika:
(i) Resistansi alas ukur semakin besar.
(ii)Resistansi rangkaian semakin besar.
Manakah pilihan yang benar?
A (i) B (ii) B
B (i) B (ii) S C (i) S (ii) B
D (i) S (ii) S
4 Tentukanlah apakah pernyataan-pernyataan berikut ini Benar (B) atau Salah (S).
Sistem pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi adalah suatu sistem di mana
terdapat peluang yang tinggi bahwa sistem:
(i) perlu sering dikalibrasi.
(ii) beroperasi pada level unjuk kerja yang telah ditetapkan atau dispesifikasikan.
Manakah pilihan yang paling benar dari kedua pernyataan tersebut?
A (i) B (ii) B
B (i) B (ii) S C (i) S (ii) B
D (i) S (ii) S
5 Tentukanlah apakah pernyataan-pernyataan berikut ini Benar (B) atau Salah (S).
Sistem pengukuran yang mempunyai tingkat repeatability kurang adalah suatu sistem di
mana dapat terjadi:
(i) Fluktuasi acak pada nilai-nilai yang dihasilkan dari pengukuran berulang
terhadap variabel yang sama.
(ii)Fluktuasi pada nilai-nilai yang didapatkan dengan cara mengulang pengukuran
terhadap sejumlah sampel.