Anda di halaman 1dari 4

MODUL 1 KB 2

A. 5 KONSEP DAN DESKRIPSINYA


1. Hakikat manusia menurut al Ghazali adalah jiwa, al-nafs, al-qalb, al-ruh,
dan al-aql merupakan esensi immaterial yang mandiri bersumber dari
alam al-amr, tidak memiliki tempat, memiliki kesanggupan mengenali
dan menggerakankan, memiliki sifat abadi. Esensi tersebut tidak berkaitan
secara otomatis dengan raga karena raga memiliki potensi-potensi dasar
yang berlawanan, bahkan berbeda dengan jiwa. Mediatror antara essensi
dengan raga adalah jiwa vegetatif dan jiwa sensitif yang memiliki
hubungan dengan raga. Jiwa sensitif dan jiwa vegetatif dan raga memiliki
fungsi pelengkap bagi jiwa manusia, baik dalam kegiatan mengenali
maupun dalam merealisasikan perbuatan manusia. Jiwa manusia
memiliki kesanggupan menyerap pengetahuan aksiomatis dan berpikir
mewujudkan pengetahuan baru
2. Manusia adalah makhluk yang paling mulia dan sekaligus paling unuk
bila dibandingkan dengan makluk Allah lainnya. Karena keunikannya
inilah, manusia selalu menarik untuk diteliti dan dikaji. Pengkajian
tentang manusia dan hakikatnnya seolah-olah tidak pernah menengal kata
tuntas.
3. Manusia menurut perspektif filsafat disimpulkan bahwa manusia
merupakah hewan yang berfikir (al-insan hayaan an-nathiq) karena ia
memiliki nalar intelektual. Manusia dengan nalar intelektual itulah ia
dapat berfikir, belajar, berimajinasi kreatif, merasa dan memiliki
pengalaman hidup, serta menganalisis dan mencipta di atas ciptaan
Tuhan dan sebagainya.
4. Hubungan Antara Jiwa Dan Raga Jiwa dapat disebutkan dalam berbagai
istilah yaitu:
1) qalb (hati);
2). Ruh (jiwa);
3) nafs (nafsu);
4) aql (akal pikiran dan intelegensia).
5. Al-Ghazali dalam pandangannya tentang manusia ideal menyebut dengan
istilah manusia paripurna, manusia sempurna atau insan kamil. Manusia
yang paling dekat dengan Allah dan dia termasuk manusia sempurna
(insan kamil) adalah nabi Muhammad Saw
B. EVALUASI DAN REFLEKSI
1. Apakah pengertian Manuasia Al Ghazali?
2. Manusia adalah makhluk yang paling mulia dan sekaligus paling unuk
bila dibandingkan dengan makluk Allah lainnya. Karena keunikannya
inilah, manusia selalu menarik untuk diteliti dan dikaji. Pengkajian
tentang manusia dan hakikatnnya seolah-olah tidak pernah menengal kata
tuntas.
3. Apakah Definisi Panitia dalam Persefektif ekonomi?
Manusia dalam perspektif ekonomi, kesimpulannya berbeda lagi, yakni
manusia adalah makhluk ekonomi, yang dalam kehidupannnya tidak
dapat lepas dari persoalan-persoalan ekonomi. Komunikasi interpersonal
untuk memenuhi hajat ekonomi atau kebutuhankebutuhan hidup sangat
menghiasi kehidupan mereka. Manusia dalam perspektif sosiologi,
disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang sejak lahir
hingga matinnya tidak pernah lepas dari manusia lainnya. bahkan, pola
hidup bersama yang saling membutuhkan dan saling ketergantungan
menjadikan manusia semakin dinamis dalam kehidupan sehari-harinya.
Manusia dalam persoektif psikologi, disimpulkan bahwa manusia adalah
makhluk yang memiliki jiwa. Jiwa merupakan hal yang esensial dari diri
manusia dan kemanusiaannya. Manusia dengan jiwanya ini dapat
berkehendak, berfikir dan berkemauan.
4. Apakah pengertian Ruhani Menurut Imam Al Ghazali?
Jiwa manusia terdiri pada empat unsur; hati, ruh, nafsu (hawa/syahwat),
dan akal.
5. Apakah Pengertian Akal?
Akal adalah insting yang disiapkan untuk mengenali informasiinformasi
nalar. Seakan-akan ia adalah cahaya yang ditempatkan di dalam kalbu.
Dengan hati siap mengenali sesuatu. Kadar dari insting berbeda dengan
tingkatannya. Kedudukan akal seperti seorang raja. Memiliki banyak
pasukan, yaitu tamyiz (kemampuan membedakan), daya hafal dan
pemahaman

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


 Kelebihan
Isi dari artikel ini setelah di analisa sangat bagus karena telah
menjelaskan dengan detail tentang pendapat Imam Al ghazali sehingga
bisa menjadi bahan acuan yang sangat penting dalam membina akhlak,
agar manusia berakhlak mulia.
Didalam artikel ini di jelaskan juga mengenai ajaran yang komprehensif
untuk menjaga jiwa dari kesalahannya, melindungi dan mengurusi
anggaota tubuh, menyempurnakan akhlak dan memeliharanya, dengan
demikian perjalanan sufistik itu sangat mempengaruhi pemikiran al-
Ghazali dalam hal pembentukan akhlak yang mulia.
 Kekurangan
Kekurangan dari artikel ini bahwa pemikiran al-Ghazali lebih dekat
dengan konsepsi kaum Sufi, di mana dalam batasan-batasan tertentu
mengesampingkan kehidupan dunia dan hanya menfokuskan kehidupan
akhiratnya, sehingga dalam kondisi yang seperti ini seakan menjadi benih
kemunduran di kalangan umat Islam.

D. KAITAN MATERI DENGAN NILAI MODERASI BERAGAMA


Secara umum, terdapat alasan penting untuk menghubungkan antara
pendidikan Islam dengan moderasi, yaitu terkait penguatan pemahaman
tentang moderasi dan paham keagamaan dalam pendidikan Islam. Alasan
penguatan pemahaman keagamaan ini memiliki hubungan yang tidak bisa
dipisahkan dengan upaya untuk menanggulangi munculnya pemikiran
keagamaan konservatif yang masih enggan menerima realitas keragaman dan
perbedaan. Pemahaman keagamaan tersebut secara umum lebih cenderung
mengarah pada upaya memunculkan identitas baru dalam mengekspresikan
sikap keagamaannya yang resisten

Anda mungkin juga menyukai