1. Dinul Islam yang arti sederhananya “Agama Islam” adalah agama yang ajarannya sangat sempurna
karena datang langsung dari Allah SWT. Dinul islam dibawa dan diajarkan oleh para Nabi dan Rasul,
sejak Nabi Adam AS, hingga Nai Muhammad SAW. Sebagai nabi terakhir. Bersumber dari kitab-kitab
Allah dan sunnah para Nabi yang bersangkutan. Dinul Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Oleh karena itu Dinul Islam yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW. Merupakan Din (Agama) yang paling lengkap serta satu-satunya agama
yang di ridhoi Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imron ayat 19
1. Tata nilai yang dikembangkan oleh Din berasal dari Wahyu Allah, sedangkan Agama berasal dari
refleksi manusia terhadap peristiwa yang terjadi dilingkungannya.
2. Kebenaran yang dibawa oleh Din bersifat mutlak/absolut karena ia datang dari Allah (Qs. Al
Baqoroh : 147 dan Ali Imron : 60) , sedangkan Agama bersifat Dzanny (spekulatif/sementara) karena
ia datang dari manusia yang lemah, tak berilmu dan hanya persangkaan saja ( Qs. Al Baqoroh : 78-
79).
3.Din menjamin bagi pengikutnya dengan “keselamatan dan kebahagiaan” (Qs. Ali Imron: 85),
sedangkan Agama tidak menjaminnya bahkan di antaranya ada yang berujung dengan kebodohan,
kesengsaraan bathin dan kesesatan hidup (Qs. Al Baqoroh : 170 dan Al-Anbiya’ : 52-54)
4. Din mengajak pada pemeluknya untuk menghambakan kepada Pencipta sekalian, sedangkan agama
terkadang mendorong pada penghambaan kepada sesama makhluq dan belenggu-belenggu Thogut
lainnya.
2. Kefitrahan agama bagi manusia menunjukkan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari
agama, karena agama merupakan kebutuhan fitrah manusia. Selama manusia memiliki perasaan
takut dan cemas, selama itu pula manusia membutuhkan agama. Kebutuhan manusia akan agama
tidak dapat digantikan dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga dapat
memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek material. Kebutuhan manusia akan materi tidak dapat
menggantikan peran agama dalam kehidupan manusia. Masyarakat Barat yang telah mencapai
kemajuan material ternyata masih belum mampu memenuhi kebutuhan spiritualnya. Manusia
dengan akalnya dapat melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi akal saja tidak mampu
menyelesaikan seluruh persoalan yang dihadapi manusia. Terkait dengan hal ini agama sangat
berperan dalam mempertahankan manusia untuk tetap menjaganya sebagai manusia. Kebutuhan
manusia terhadap agama mendorongnya untuk mencari agama yang sesuai dengan harapan-
harapan rohaniahnya. Dengan agama manusia dituntun untuk dapat mengenal Tuhan dengan segala
sifat-sifat-Nya.
3. Aqidah dengan ilmu pengetahuan
Aqidah adalah ilmu pengetahuan dalam memahami perkara-perkara yang berkaitan keyakinan terhadap
Allah SWT dan sifat-sifat kesempurnyaan-Nya. Aqidah yang benar adalah aqidah yang berdasarkan pada
Al-quran dan As-sunnah. Umat islam wajib mempelajari dan mendalami ilmu aqidah agar dapat
menghindari perkara-perkara yang membawa kepada penyelewengan aqidah kepada Allah SWT.
Aqidah dan ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan, menjadikan aqidah sebagai dasar kurikulum juga
merupakan sebuah keharusan. Aqidah muncul dengan membawa dua unsur yaitu keimanan dan hukum
adapun yang dimaksud dengan meletakkan aqidah islam sebagai dasar dari ilmu pengetahuan selain
menyangkut masalah keimanan dan hukum ialah agar aqidah islam dijadikan standar penilaian . Adapun
yang bertentangan dengan aqidah islam tidak boleh diambil atau diyakini. Sedangkan yang tidak
bertentangan dengan aqidah islam boleh diambil. Aqidah menjadi tolak ukur apakah sesuatu itu boleh
diambil atau tidak. Oleh karena itu mempelajari segala macam ilmu pengetahuan bukan merupakan
penghalang karena dalil - dalil yang menganjurkan menuntut ilmu pengetahuan bersifat umum ( 'aam )
Rasulullah SAW bersabda :
" menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim " ( HR Ibnu Adi dan Baihaqi )
4. Ma”rifatullah adalah mengenal Allah. Urgensi ma”rifatullah sangat penting bagi makhluk Allah
karena di buktikan dengan adanya dalil yang kuat dan juga memilki banyak manfaat dari mengenal Allah
SWT. Secara umum, manusia mengetahui bahwa suatu ilmu dikatakan penting dan dirasakan mulia
sebetulnya tergantung kepada dua hal yaitu apakah yang menjadi obyek ilmu itu dan seberapa besar
manfaat yang dihasilkan darinya. Berdasarkan alasan tersebut di atas, kita dapat menarik kesimpulan
bahwa ma’rifatullah merupakan ilmu yang paling mulia dan penting karena materi yang dipelajarinya
adalah Allah. Manfaat yang dihasilkannya pun tidak saja untuk kepentingan dunia tapi juga untuk
kebahagiaan akhirat. Orang yang mempelajari ma’rifatullah akan menjadi insan yang beriman dan
bertaqwa bila Allah memberi hidayah kepadanya. Dan bagi muslim yang mempelajarinya, insya Allah
akan menaikkan keimanan dan ketaqwaannya (raf’ul iman wat taqwa). Dan bagaimana jika manusia
tidak mengenal Allah SWT. maka hidup seorang manusia akan menjadi tidak tentu arah, tidak mengenal
mana baik dan buruknya, Dengan tidak mengenal Allah SWT, kita tidak dapat berhubungan langsung
dengan Dzat yang paling maha kuasa, yaitu Sang Pencipta. Ketika kita tidak mengenal Allah SWT, kita
tidak akan mendapat berbagai nikmat seperti, dapat meningkatkan keimanan, serta meningkatkan
ketaqwaan. Alhasil, dengan ketaqwaan tersebut kita memperoleh keberuntungan dan kemenangan.
Adapun manfaat yang didapat dari ma’rifatullah adalah
1. Kebebasan
2. Ketenangan
3. Keberkahan
4. Kehidupan yang baik
5. Surga
6. Ridho Allah
Orang yang telah bersifat Islam, maka ia dinamakan muslim, dan orang yang bersifat Iman,
maka ia dinamai orang mukmin. Apabila seorang Islam tetapi tidak Iman, maka ia tidak akan
mendapat faedah di akhirat, walapun dhahirnya Islam. Begitu juga sebaliknya, jika seorang
ber-iman tetapi tidak Islam, maka ia tidak selamat dari siksa neraka. Antara iman, islam dan
ihsan di samping saling berhubungan, juga terdapat perbedaan yang merupakan ciri di
antara ketiganya. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati. Islam adalah
sikap aktif untuk berbuat/beramal. Ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam, yang
sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri. Maka agama yang
diajarkan jibril adalah Islam, agama juga disebut Iman jika yang diamati adalah aspek
batinnya. Kemudian agama baru disebut Ihsan jika aspek batin (iman) dan lahirnya (amal
saleh) telah di penuhi secara utuh dan sempurna. Untuk mempelajari ketiga pokok ajaran
agama tersebut ( Islam, Iman, Ihsan) para ulama mengelompokkannya lewat 3 cabang ilmu
pengetahuan. Rukun Islam berupa praktek amal lahiriah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu ilmu
mengenai perbuatan amal lahiriah manusia sebagai hamba Allah. Iman dipelajari melalui
ilmu Tauhid yg menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan. Sedangkan untuk mempelajari
ihsan sebagai tata cara beribadah adalah bagian dari ilmu akhlaq dan Tasawuf.