Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL 2

Nama : RAKA SEPTIAN PRATAMA

Nim : 048628412

Mata Kuliah : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


a. Pengertian hukum syariat menurut isi kandungan QS. Al-'Ankabut/29: 45:
Ayat tersebut menyatakan: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu
Kitab Tuhanmu, yang menjadikan sebagian kamu menjadi musyrik, tidak beriman."
Dalam konteks ini, pengertian hukum syariat adalah peraturan dan tuntunan yang
terkandung dalam Kitab Tuhan (Al-Quran) yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad sebagai pedoman bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan
mereka. Hukum syariat merupakan instruksi langsung dari Allah SWT untuk
mengatur kehidupan manusia agar mereka dapat hidup dengan baik dan mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat.

b. Lima macam hukum Islam:

Hukum Tauhid: Merupakan hukum yang berkaitan dengan keyakinan dan


penghambaan kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang Maha Esa.

Hukum Ibadah: Merupakan hukum yang mengatur tata cara pelaksanaan ibadah-
ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

Hukum Muamalah: Merupakan hukum yang mengatur hubungan antarindividu dalam


kehidupan sosial, termasuk dalam hal perdagangan, pernikahan, waris, dan keadilan
sosial.

Hukum Jinayat: Merupakan hukum yang mengatur tindak pidana dan hukuman bagi
pelanggaran-pelanggaran tertentu seperti pencurian, pembunuhan, dan perzinahan.
Hukum 'Uqubat: Merupakan hukum yang mengatur hukuman-hukuman di dunia dan
akhirat, termasuk hukuman bagi pelaku kejahatan dan pahala bagi orang-orang yang
berbuat kebaikan.

c. Tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam:

Maslahah: Prinsip ini menekankan bahwa hukum Islam bertujuan untuk mewujudkan
kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia.

Adl (keadilan): Hukum Islam menekankan prinsip keadilan dalam semua aspek
kehidupan, baik dalam hubungan individu maupun hubungan dengan masyarakat.

Ijtihad: Prinsip ini mengacu pada upaya interpretasi dan penemuan hukum baru
berdasarkan nalar dan dalil-dalil syariat.

Istihsan: Prinsip ini mengacu pada penggunaan penalaran analogi untuk menetapkan
hukum dalam situasi yang baru, berdasarkan pada prinsip-prinsip yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Istishab: Prinsip ini menyatakan bahwa keadaan yang sudah berlaku secara hukum
dianggap berlaku terus menerus, kecuali ada dalil yang jelas yang mengubahnya.

Urf (adat istiadat): Prinsip ini mengakui kebiasaan dan tradisi masyarakat sebagai
sumber hukum, selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.
Fatwa: Prinsip ini mengacu pada pendapat dan keputusan ulama yang diberikan
dalam konteks tertentu untuk menyelesaikan masalah-masalah hukum yang spesifik.

d. Pengertian taat kepada hukum Allah SWT sesuai dengan isi kandungan QS. An-
Nisaa'/4: 59:
Ayat tersebut menyatakan: "Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada
Allah dan taatlah kamu kepada Rasul (Muhammad) dan kepada Ulil Amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama dan lebih
baik akibatnya."
Pengertian taat kepada hukum Allah SWT adalah mentaati perintah-perintah dan
larangan-larangan yang terkandung dalam Al-Quran dan sunnah Rasulullah
Muhammad SAW. Taat kepada hukum Allah SWT berarti mengikuti petunjuk-Nya
dalam menjalankan ibadah, muamalah, dan perilaku sehari-hari. Jika terjadi
perbedaan pendapat atau ketidakjelasan dalam memahami ajaran Islam, maka umat
Muslim dianjurkan untuk merujuk kepada Al-Quran dan sunnah Rasulullah sebagai
otoritas tertinggi.
a. Sumber moral dan akhlak menurut isi kandungan QS. An-Nahl/16: 125:
Ayat tersebut menyatakan: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk."
Menurut ayat ini, sumber moral dan akhlak yang diajarkan oleh Al-Quran adalah
jalan Tuhan yang harus diikuti dan dijadikan pedoman dalam kehidupan. Untuk
menyampaikan ajaran ini kepada orang lain, disarankan untuk menggunakan hikmah
dan pelajaran yang baik serta melakukan dakwah dengan cara yang baik. Al-Quran
mengajarkan bahwa Allah SWT-lah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dan
siapa yang mendapatkan petunjuk-Nya.
b. Peranan agama sebagai sumber akhlak menurut isi kandungan QS. Al-
Ahzab/33:21:
Ayat tersebut menyatakan: "Sesungguhnya dalam diri Rasulullah terdapat suri
tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang berharap kepada Allah dan hari
kiamat, dan dia banyak menyebut Allah."
Ayat ini menegaskan bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah suri tauladan yang
baik bagi umat Muslim. Peranan agama sebagai sumber akhlak terlihat melalui
contoh yang diberikan oleh Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari. Melalui
pengamalan ajaran agama, termasuk dalam hal beribadah, berinteraksi sosial, dan
menjalani kehidupan sehari-hari, manusia dapat mengembangkan akhlak yang baik
dan bermoral.
Pergaulan sosial di era modern saat ini memang memiliki pengaruh besar terhadap
akhlak, etika, dan moral manusia. Terkadang, agama sebagai sumber utama akhlak
dan moral mulai diabaikan atau tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh
nyata yang terkait dengan pernyataan tersebut adalah:

Secularisme yang semakin berkembang dalam masyarakat modern mengarah pada


pemisahan agama dari kehidupan publik dan pengurangan pengaruh agama dalam
pengambilan keputusan moral dan etika.

Nilai-nilai materialisme dan hedonisme yang dominan dalam masyarakat modern


seringkali mengabaikan aspek spiritual dan etis dalam pengambilan keputusan,
terutama dalam hal-hal seperti konsumerisme berlebihan, keserakahan, dan pencarian
kepuasan materi yang tanpa batas.

Perkembangan teknologi dan media sosial telah membawa dampak besar pada
pergaulan sosial. Konten yang tidak bermoral atau tidak etis dapat dengan mudah
menyebar dan mempengaruhi pola pikir dan perilaku individu, terutama generasi
muda.

Sikap individualisme yang tinggi dan fokus pada kepentingan pribadi sering kali
mengabaikan nilai-nilai kebersamaan, solidaritas, dan rasa tanggung jawab terhadap
sesama.

Namun demikian, penting untuk diingat bahwa tidak semua individu dan masyarakat
modern mengabaikan agama dan nilai-nilai moral. Masih banyak orang yang
menjadikan agama sebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari dan mempraktikkan
nilai-nilai etika yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tantangan dan
pengaruh negatif ada, agama masih memiliki peran penting sebagai sumber akhlak,
etika, dan moral bagi sebagian besar individu.

Anda mungkin juga menyukai