Anda di halaman 1dari 30

FAKULTAS TEKNIK

Wd. Cirata

BANGUNAN PELINDUNG TEBING


MATERI KULIAH :

SUNGAI, WADUK & TERUSAN


Disampaikan oleh :
Sulistijo Edhy Purnomo, ATP, MT
BANGUNAN PELINDUNG TEBING

PERENCANAAN
BANGUNAN PELINDUNG TEBING

Bangunan pelindung tebing dapat dibagi


menjadi dua metode dengan masing masing
beberapa tipe konstruksinya

A. Metode Perlindungan Secara Langsung


B. Metode Perlindungan Tidak Langsung (Krib)
Metode Perlindungan Secara Langsung

 Bronjong
 Pasangan batu
 Beton (fabricform, shotcrete, matras beton buatan,
armorflex, revetmen dengan frame beton
 Riprap
 Tumpukan batu
 Bioteknologi (fascine, matras kayu atau semak-semak)
 Sheet pile (beton, kayu atau baja)
 Matras bitumen
 Mtras kawat atau batu
 Revetmen dengan karung pasir
 Stabilisasi secara kimia (semen tanah) jenis sistem ada yang
lulus air, kedap air , dan semi lulus air
Metode Perlindungan Secara Langsung
Metode Perlindungan
Tidak Langsung (Krib)

• Beton atau kayu

• Bronjong, karung pasir

• Pasangan batu, blok

• Beton atau tiang

• Pancang-tiang pancang

• Krib (baja profil/kayu)


Metode Perlindungan
Tidak Langsung (Krib)
Prosedur-prosedur stabilitas
perancangan dibahas sebagai berikut :

 Kestabilan terhadap daya dukung tanah


 Kestabilan terhadap kemungkinan guling
 Kestabilan geser

Faktor lain yang berpengaruh pada rancangan dinding pasangan batu adalah
sebagai berikut:
 Kemungkinan terjadinya gerusan pada kaki
 Keberadaan drainase pada bangunan pasangan batu
 Keperluan akan lapisan filter seperti geotextile atau ijuk

Sambungan yang mengalami kembang susut harus digunakan sambungan


dengan pengisi dari karet dengan jarak maksimum 30 meter yang disebut
delatasi
Bronjong
Bronjong adalah kotak-kotak persegi yang terbuat dari anyaman
kawat logam dengan pola segi enam. Perkuatan dipojok dan
pinggir menggunakan kawat yang lebih kuat, dan diisi dengan
batu atau karang.

Beberapa bronjong biasanya disatukan antara satu dengan


lainnya untuk membentuk struktur yang lebih besar.

Bronjong-bronjong tersebut juga digunakan untuk dinding tegak


pada kaki tebing, ambang untuk melindungi dasar atau
melindungi kemiringan tebing.
- Keranjang beronjong diisi dengan batu berukuran antara 70 mm sampai
250 mm. Bronjong dapat diisi secara mekanik dengan alat pengangkut
tetapi harus dilakukan dengan hati-hati. Dianjurkan untuk memperbaiki
susunan dan meminimumkan ruang kosong, penempatan batu-batu
manual sehingga penampakan bronjong lebih baik.

- Bentuk yang memuaskan dari sistem bronjong tergantung pada kualitas,


ukuran batu dan pengisian yang tepat pada bronjong. Ukuran batu secara
umum lebih besar dari 70 mm sehingga batu-batu tidak dapat keluar dari
bronjong, dan kurang dari 250 mm agar rongga antara isian tidak besar.

- Struktur bronjong, karena kelenturannya dapat menahan gerakan tanah


dengan sangat efisien dan kokoh sehingga bronjong mudah dipakai sebagai
apron pada ujung lereng untuk melindungi gerusan lokal.
Faktor-faktor dibawah ini harus diperhatikan sebelum
menentukan spesifik bronjong sebagai apron

 Kedalaman gerusan harus dievaluasi sehingga lebar apron cukup memadai


untuk melengkapi perlindungi lereng terhadap gerusan yang diperkirakan.

 Lubang kawat pada bronjong dapat membesar karena abrasi oleh angkutan
bahan dasar, apabila angkutan tersebut berupa kerikil dan pasir untuk
mengatasi hal tersebut dapat digunakan tipe bronjong untuk laut atau
apron riprap khusus.

Tipe bronjong tersebut mempunyai lapisan PVC ( polyvini chloride) dengan


standar kawat logam yang dilapisi galvanisasi, yang mana mampu menahan
abrasi dari paretikel.

 Pada dasarnya lapisan bronjong di akhir hulu dan ujung hilir memerlukan
perlindungan terhadap arus pusar
Rip-rap
- Fungsi
Riprap digunakan untuk melindungi tebing atau ujung krib dari
ancaman erosi selama banjir.

- Prosedur yang disarankan dalam penentuan ukuran riprap untuk


melindungi ujung krib pada sungai bercabang dapat diuraikan berikut ini :
 Tentukan kecepatan aliran ditepi dan regim kedalaman pada anak sungai
terbesar di daerah yang dilindungi oleh pekerjaan-pekerjaan
pengendalian.
 Tentukan elevasi puncak tanggul, yang mungkin dicapai selama banjir
yang sering terjadi dengan menganggap kondisi batas tetap.
 Penambahan kecepatan aliran di tepi diperhitungkan untuk
penambahan ketinggian.
 Penambahan kecepatan aliran langkah sebelumnya untuk hitungan
pengaruh percepatan menggunakan cara-cara tertentu
Revetment
dari kerangka beton

- Revetmen kerangka beton biasanya digunakan untuk


melindungi jika kecepatan aliran tinggi atau daya dukung
serta kohesif tanah rendah. Aplikasi khusus revetmen
kerangka beton di Indonesia adalah perlindungan tanggul-
tanggul check dam yang besar.

- Revetmen kerangka beton merupakan struktur ringan,


terkadang dipasang dengan pondasi pilar. Juga pada kondisi
yang sama kadang-kadang diletakan dengan pilar tunggal atau
dinding penahan. Kerangka tersebut disusun dari rangka
tersusun beton bertulang yang diletakan pada pondasi.
REVETMEN KERANGKA BETON
Pelindung tebing dengan
metode Bioteknologi
Umum
Bioteknologi adalah penggunaan tanaman atau benih-benih tanaman untuk
pengendalian erosi dan stabilitas lereng. Bioteknologi digunakan sebagai
kelengkapan dari metode struktur konvensional, karena keterbatasan
kemampuan untuk menahan terhadap genangan yang terus menerus dan
kecepatan aliran yang tinggi. Vegetasi mudah digunakan untuk stabilisasi bagian
atas tebing sungai dan daerah genangan, seperti diuraikan oleh Gray dan Leiser
(1982 ).

Bioteknologi cocok digunakan di Indonesia karena beberapa faktor berikut ini :


 Banyak jenis tumbuhan lokal yang dapat digunakan.
 Mempunyai musim pertumbuhan tanaman yang setiap tahun berputar.
 Banyak tenaga kerja yang cocok untuk pelaksanaan penanaman dan
perawatan.
Keuntungan dan kerugian Pelindung Tebing
Dengan Metode Bioteknologi

Keuntungan yang didapatkan dalam penggunaan bioteknologi untuk stabilitas


bagian atas tebing sungai adalah sebagai berikut :

a) Ekonomi
Bioteknologi pada umumnya lebih murah dibanding dengan pelapisan
tanggul yang mempunyai elevasi tinggi.
Bioteknologi memerlukan tenaga kerja yang intensif ( terus – menerus )
yang mana sesuai dengan kondisi di Indonesia yang mempunyai tenaga
kerja melimpah.

b) menahan erosi

c) Akar tumbuhan dapat mempertinggi daya tahan terhadap erosi tanggul


sungai
Keuntungan dan kerugian Pelindung Tebing
Dengan Metode Bioteknologi (Lanjutan)
d) Kualitas pemulihan sendiri
Vegetasi sangat cocok untuk proyek perbaikan stabilitas tebing
sungai, karena kemampuan dari vegetasi tanah dan bersifat
dinamis mampu mengadakan perbaikan mandiri, secara
kwalitas mudah menyesuaikan terhadap lahan untuk
pertumbuhan.

e) Menambah stabilitas
Vegetasi phreatophyte seperti pohon perdu dan pohon kapas
dapat membantu dalam pemeliharaan kestabilan lereng
dengan menurunkan kelembaban tanah melalui transpirasi
pada daun. Vegetasi lereng dapat menahan lereng erosi akibat
rembesan dengan menahan dan mengendalikan tanah pada
sistem perakarannya.
Krib sebagai pelindung tebing
tidak langsung
Fungsi krib
Krib adalah bangunan yang menjorok ke sungai dengan sudut tertentu
terhadap tebung sungai sebagaimana yang didefinisikan oleh Richardson dan
Simons (1974). Krib akan membelokan aliran sehingga dapat menghindarkan
gerusan pada tebing sungai dan memungkinkan terbentuknya endapan pada
tempat tersebut. Krib sering digunakan untuk tujuan-tujuan sebagai berikut :

a) Mengendalikan erosi tebing sungai dengan mengurangi kecepatan aliran


sepanjang tebing sungai.
b) Mengarahkan aliran sungai sepanjang alinemen yang diinginkan untuk
pengaturan aliran melalui jembatan atau memperbesar operasi
pemasukan air melalui pintu pengambilan atau bangunan-bangunan
yang sejenis.
c) Untuk pembenahan dan kesinambungan lengkung sungai.
d) Mencegah masuknya sedimen ke saluran pengambilan.
Langkah-langkah perencanaan dan perencanaan teknis serta
pembangunan krib disajikan pada SK SNI I-01-1990-F.

Pertimbangan-pertimbangan perencanaan teknis


Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan
krib :
 Variabel-variabel aliran
 Kedalaman dan aliran.
 Muatan tersuspensi dan muatan dasar
 Kecepatan aliran.
 Kekasaran aliran sungai
Disamping itu perlu juga dipertimbangkan parameter alur sungai dan
faktor-faktor Geomorfologi serta faktor-faktor lain

Parameter alur sungai


 Kemiringan.
 Karakteristik material dan tebing sungai.
 Geometri alur sungai termasuk lebar dan kedalaman alur.
 Daerah bataran banjir

Faktor-faktor geomorfologi
 Agradasi dan degradasi.
 Stabilasasi alur lateral
 Rejime alur sungai
 Bentuk bidang sungai ( misalnya : mender berliku atau bercabang-cabang ).
Faktor-faktor lain
 Aliran debris sungai selama banjir.
 Material konstruksi yang tersedia.
 Biaya.
Perencanaan teknis krib meliputi parameter-
parameter berikut ini :

•Krib lulus air dan kedap air


•Tinggi krib kaitannya dengan kedalaman aliran dan puncak tebing.
•Jumlah krib dan jarak antar masing-masing
•Bentuk krib
•Sudut krib terhadap aliran maupun terhadap tebing sungai
•Penggerusan yang mungkin terjadi, sehingga diperlukan perlindungan
dasar secukupnya.
•Riprap untuk krib kedap air.
Kesesuaian Penggunaan untuk
berbagai jenis Krib.

Jenis Kesesuaian
krib Penggunaan
Lurus Pengaturan sungai
Perlindungan tepi

Bentuk kepala T Alur bercabang – cabang ( braided )


Hamer Pengaturan sungai
Perbaikan jalur pelayaran

Bentuk kepala L Alur bercabang – cabang


Perbaikan jalur pelayaran

Hockey atau Bayonet Sungai yang bercabang - cabang


Kebalikan bentuk hockey dan kepala
T
Sayap atau ekor
Panjang krib umumnya dihitung dengan persamaan L = a sin θ
L = panjang proyeksi (m)
A = panjang aktual dari krib (m)
Θ = sudut krib ke tebing (°)

Jarak antar krib berkisar 2L - 6L


Contoh krib dengan konstruksi
tiang pancang beton
PELAKSANAAN
BANGUNAN PELINDUNG TEBING
A. Bronjong
1) Pengisian
Bentuk yang memuaskan dari sistem bronjong tergantung pada kualitas, ukuran batu dan pengisian
yang tepat pada bronjong. Ukuran batu secara umum lebih besar dari 70 mm sehingga batu-batu
tidak dapat keluar dari bronjong, dan kurang dari 250 mm agar rongga antara isian tidak besar.
2) Lubang kawat pada bronjong dapat membesar karena abrasi oleh angkutan bahan dasar, apabila
angkutan tersebut berupa kerikil dan pasir untuk mengatasi hal tersebut dapat digunakan tipe
bronjong untuk laut atau apron riprap khusus. Tipe bronjong tersebut mempunyai lapisan PVC
( polyvini chloride) dengan standar kawat logam yang dilapisi galvanisasi, yang mana mampu
menahan abrasi dari paretikel.
3) Lapisan bronjong tidak dapat bertahan terhadap gerusan yang dalam tanpa mengakibatkan kerusakan
dari bagian-bagian tersebut. Hal tersebut misalnya terjadi pada bagian ujung bangunan yang
seharusnya tidak memakai bronjong sebagai lantai bawah.
4) Penempatan bronjong
5) Bronjong yang berukuran lebih kecil harus digunakan sepanjang puncak tebing dari pada kaki lereng.
6) Penanganan akhir
7) Pada dasarnya lapisan bronjong di akhir hulu dan ujung hilir memerlukan perlindungan terhadap
arus pusar
Rip-Rap

Penempatan dan kualitas riprap Faktor-faktor yang berpengaruh


untuk bangunan riprap yang baik adalah sebagai berikut :

1) Keadaan fisik
Batuan yang retak, kecil, porous, dan secara fisik lemah tidak
bisa diterima sebagai riprap.
Batuan yang digunakan harus ukurannya tetap, kuat dan
tahan lama. Pengujian yang sesuai harus dilakukan untuk
menjamin ketahanan batu.
Berat jenis batuan rencana biasanya 2,65. pemakaian batu
dengan berat jenis kurang dari 2,60 perlu dilakukan evaluasi
secara hati-hati.
2) Bentuk batu
Batu untuk riprap berbentuk menyudut atau blok dari lempengan.
Gradasi batuan yang mempunyai bentuk panjang lebih dari 2,5 kali tinggi /
tebal tidak boleh lebih besar dari 25 %.
Tidak diperbolehkan menggunakan ukuran batu dengan panjang melebihi
3 kali tinggi / tebal.

3) Penempatan dan penanganan


Batuan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga didapatkan rongga
sekecil mungkin dan saling mengunci.
Batu-batu besar harus berhubungan langsung disatukan antara satu
dengan lainnya tanpa ada rongga-rongga yang terisi bahan halus
Penempatan riprap diusahakan dengan permukaan seragam karena
apabila banyak terjadi lubang akan menimbulkan turbulensi.
Semua riprap dianggap siku-siku sebagai akibat proses penggalian dan
menjadikan sudut geser bahan sekitar 42 %.
4) Prosedur yang disarankan dalam penentuan
ukuran rip-rap untuk melindungi ujung krib pada
sungai bercabang, dapat diuraikan berikut ini :

 Tentukan kecepatan aliran ditepi dan regim kedalaman pada


anak sungai terbesar di daerah yang dilindungi oleh
pekerjaan-pekerjaan pengendalian.

 Tentukan elevasi puncak tanggul (elevasi gaya)

 Penambahan kecepatan aliran di tepi diperhitungkan untuk


penambahan ketinggian

Anda mungkin juga menyukai