PEDOMAN
Bahan Konstruksi Bangunan Dan RekayasaSipil
RANCANGAN
PEDOMAN REHABILITASI INFRASTRUKTUR
AIR TANAH DAN AIR BAKU
i
Daftar isi
Daftar Isi.................................................................................................................... ii
Kata Pengantar......................................................................................................... iii
1. Ruang Lingkup................................................................................................. 1
2. Acuan Normatif................................................................................................ 1
3. Istilah dan Definisi............................................................................................ 1
4. Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku................................................................. 4
4.1. Klasifikasi infrastruktur air tanah air baku ................................................. 4
4.2. Sumber air ............................................................................................... 4
4.3. Unit air baku ............................................................................................. 5
5. Kriteria Umum Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku......................10
5.1. Latar belakang rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku................. 10
5.2. Evaluasi kinerja infrastruktur air tanah dan air baku ................................ 11
6. Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah................................................................... 12
6.1. Tipe kerusakan air tanah .......................................................................... 12
6.2. Rehabilitasi sumur..................................................................................... 13
7. Rehabilitasi Infrastruktur Air Baku.................................................................... 20
7.1. Tipe kerusakan infrastruktur air baku........................................................ 20
7.2. Rehabilitasi intake air baku....................................................................... 21
8. Rehabilitasi Pompa ......................................................................................... 21
8.1. Tipe kerusaka pompa................................................................................ 21
8.2. Rehabilitasi komponen pompa yang bergerak.......................................... 22
8.3. Rehabilitasi komponen pompa yang tidak bergerak.................................. 22
9. Rehabilitasi Sumber Penggerak ...................................................................... 23
9.1. Tipe kerusakan Sumber Penggerak.......................................................... 23
9.2. Rehabilitasin komponen sumber penggerak............................................. 25
10. Rehabilitasi Jaringan Pemanfaatan ................................................................. 26
10.1. Tipe kerusakan jaringan pemanfaatan...................................................... 26
10.2. Rehabilitasi komponen jaringan pemanfaatan........................................... 26
11. Tahapan Rehabilitasi Air Tanah dan Air Baku .................................................. 26
11.1. Tahapan pelaksanaan rehabilitasi air tanah dan air baku.......................... 26
11.2. Perencanaan rehabilitasi air tanah dan air baku....................................... 26
11.3. Pelaksanaan konstruksi rehabilitasi air tanah dan air baku....................... 27
11.4. Pengawasan rehabilitasi air tanah dan air baku........................................ 27
Lampiran A.1 Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Rehabilitasi Air Tanah dan
Air Baku........................................................................................... 29
Lampiran A.2 Bagan Alir Perencanaan Teknis Rehabilitasi Air Tanah dan
Air Baku........................................................................................... 30
Lampiran A.3 Bagan Alir Pelaksanaan Konstruksi Rehabilitasi Air Tanah dan
Air Baku........................................................................................... 31
Lampiran A.4 Bagan Alir Pengawasan / supervisi Rehabilitasi Air Tanah dan
Air Baku........................................................................................... 32
Lampiran B.1 Kriteria Penilaian Kondisi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku........ 33
Lampiran B.2 Kriteria Penilaian Fungsi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku......... 34
Lampiran B.3 Jenis Kerusakan, Penyebab dan Upaya Rehabilitasi Infrastruktur
Air Tanah Dan Air Baku.................................................................... 35
Lampiran B.4 Daftar Simak Inventarisasi Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah
Dan Air Baku ................................................................................... 36
Lampiran C.1 Sumber Air dari Air Tanah ................................................................ 43
Lampiran C.2 Sumber Air dari Mata Air ................................................................. 44
Lampiran C.3 Sumber Air dari Sungai ................................................................... 45
Lampiran D.1 Tipikal Pengambilan Air dari Air Tanah ............................................ 46
ii
Lampiran D.2 Tipikal Pengambilan Air dari Mata Air .............................................. 47
Lampiran D.3 Tipikal Pengambilan Air dari Sungai ................................................ 48
Lampiran E.1 Tipikal Rehabilitasi Sumur Dengan Redevelopment......................... 49
Lampiran E.2 Tipikal Rehabilitasi Sumur Dengan Redrilling................................... 50
Lampiran E.3 Tipikal Rehabilitasi Sumur Sentrifugal.............................................. 51
Lampiran E.4 Tipikal Rehabilitasi Sumur Submersibel........................................... 52
Lampiran E.5 Tipikal Tipikal Sumber Penggerak Pompa Tenaga Surya................. 53
Lampiran E.6 Tipikal Tipikal Sumber Penggerak Pompa Tenaga Angin................. 54
Bibliografi.................................................................................................................. 55
iii
Kata Pengantar
Air baku dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, diantaranya untuk
keperluan rumah tangga sehari-hari masyarakat, perkotaan dan industri serta pertanian.
Demikian pula dengan air tanah yang dimanfaatkan secara konjungtif pada musim kering di
saat air permukaan tidak dapat diandalkan, memiliki peran penting dalam penyediaannya
untuk menunjang perikehidupan manusia.
Infrastruktur air baku maupun air tanah yang telah dibangun lambat laun akan
mengalami penurunan kondisi maupun fungsinya, baik karena umur bangunan, pengaruh
alam, maupun kegiatan manusia. Apabila kondisi infrastruktur air tanah dan air baku
mengalami penurunan sehingga mengganggu fungsi pelayanannya, perlu dilakukan
rehabilitasi terhadap infrastruktur terbangun tersebut.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan air baku dan air tanahdiperlukan
pedoman rehabilitasi infrastrukturair tanah dan air baku. Pedoman ini diharapkan dapat
digunakan sebagai petunjuk praktis bagi pelaksana dalam menyelenggarakan kegiatan
rehabilitasi infratsruktur air tanah dan air baku. Pedoman ini menetapkan tata cara
rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku sebagai acuan umum bagi penyelenggara
infrastruktur air tanah dan air baku, perencana, pelaksana konstruksi maupun para pihak
yang terkait.
iv
Pedoman Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku
1. Ruang Lingkup
2. Acuan Normatif
Acuan normatif pedoman rehabilitasi infrastruktur air baku dan air tanah ini adalah
sebagai berikut:
Sni 6469:2012, Tata Cara Pembangunan Sumur Produksi Dengan Pengeboran Sistem
Sirkulasi Langsung;
Sni 6454, Cara Uji Ketegak Lurusan Sumur;
Sni 6377,Tata Cara Pencucian Sumur;
Sni 6989.58, Tata Laksana Pengambilan Sampel Air;
Sni 06-2412-1991, Metoda Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air
Sni 6989.58:2008, Standar Nasional Indonesia Air Dan Air Limbah Bagian 58: Metoda
Pengambilan Contoh Air Tanah;
Sni 19-1141-1989 Cara Uji Suhu;
Sni 03-6859-2002 Metoda Pengujian Angka Rasa dalam Air;
Sni 03-6860-2002 Metoda Pengujian Angka Bau dalam Air;
Sk Sni M-03-1989-F Metode Pengujian Kualitas Fisika Air;
1 dari 55
3.3 Air Permukaan
Air permukaan adalah air baku yang berasal dari sungai ,saluran irigasi, waduk,
kolam, situ atau danau.
3.5 Kerusakan
Kerusakan adalah penurunan terhadap kondisi dari suatu bangunan yang
seharusnya dapat digunakan atau dapat menghasilkan sesuatu yang berguna, dalam
hal ini kerusakan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
3.7 Pedoman
Pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan
dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat.
3.10 Pompa
Pompa adalah alat yang digunakan untuk memindahkan air dari suatu tempat yang
lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi dan digerakkan oleh penggerak yang bisa
dari tenaga listrik atau mekanis
3.11 Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah kegiatan perbaikan kerusakan dan atau penurunan fungsi yang
dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi dan pelayanan infrastruktur seperti
semula pada saat direncanakan.
2 dari 55
Jaringan irigasi air tanah adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air tanah,
mulai dari sumur dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi air tanah
termasuk bangunan didalamnya.
3 dari 55
sistem penyediaan yang sederhana. Penyediaan air baku perdesaan pada umumnya berupa
sistem perpipaan maupun bukan jaringan perpipaan. Sistem perpipaan mengambil air dari
air permukaan, mata air maupun air tanah melalui unit air bakudan dialirkan sampai hidran
umum. Sistem bukan perpipaan berupa penyediaan secara mandiri dengan teknologi yang
relatif sederhana, berasal dari sumur gali.
Pemanfaatan air tanah untuk irigasi atau dikenal dengan jaringan irigasi air tanah
(JIAT), dilakukan dengan pengambilan air dari bawah permukaan tanah,
mengangkat/memindahkan air dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi untuk
didistribusikan dan digunakan untuk keperluan irigasi. Jaringan irigasi air tanah terdiri dari
sumber air tanah berupa sumur, mesin pompa, dan jaringan irigasi air tanah yang
mengalirkan air menuju lahan irigasi. Bagian-bagian dari Jaringan Irigasi Air Tanah terdiri:
- Sumur air tanah, dapat jenis sumur gali, bor (pipa), yang berfungsi
untukmengumpulnya air dari akuifer;
- Pompa air tanah (berupa pompa submersible atau sentrifugal) dengan mesin
penggeraknya (generator set, listrik dari PLN, angin, panel surya),
- Bangunan stasiun pompa (rumah pompa), yang berfungsi sebagai tempat
panelpompa, mesin, dan alat-alat pendukung lainnya
- Reservoir, yang berfungsi sebagai bak penampungan airsebelum dialirkan ke saluran
pembawa;
- Saluran pembawa, yang dapat menggunakan pipa air atau saluran terbuka; dan
- Bangunan pembagi ke masing-masing petak.
4 dari 55
berfluktuasi debit aliran maupun kualitasnya sepanjang tahun. Debit aliran minimum
biasanya terjadi pada akhir periode musim kemarau.
Unit Air Baku pada umumnya terletak pada lokasi yang berdekatan dengan sumber air.
Bangunan intake terletak di tepi sungai waduk, embung dan danau, bangunan pelindung
mata air terletak di lereng bukit, lereng terjal, bangunan pengambilan air tanah terletak di
lapangan terbuka.
5 dari 55
akuiferterhadap debit yang dibutuhkan. Untuk daerah yang dekatdengan pantai,
kedalaman sumur dalam dibatasi pada lapisan yang ada kecenderungan terintrusi air
laut.
Kuantitas dan kualitas air bawah tanah tergantung pada wadah dan isi air tanah
tersebut, berupa lapisan tanah (batuan) yang disebut sebagai akuifer. Isi dari akuifer berupa
air yang kuantitasnya sangat tergantung pada sifat-sifat hidrolika dan besarnya
imbuhan.Kedua hal tersebut dikendalikan oleh kondisi hidrogeologi, morfologi dan
hidraulikanya yang menjadikan kesatuan wilayah air bawah tanah atau yang dikenal sebagai
cekungan air bawah tanah.
Sumur bor adalah salah satu jenis sumur buatan yang dibuat dengan bantuan alat
bor untuk mencapai kedalaman sumur yang dikehendaki sehingga akan bertemu dengan
sumber air tanah yang akan diambil. Sumur bor dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air minum masyarakat, baik secara individu maupun dikelola untuk masyarakat
(sumur produksi), keperluan irigasi, pemeliharaan kebun dan lahan lainnya serta
pengembangan properti. Sumur bor juga digunakan sebagai sumur pemantauan/observasi
kualitas dan kuantitas air tanah.
Sumur bor terdiri dari tiga komponen utama yaitu (1) sumber air dalam akuifer, (2)
pipa jambang(casing), dan (3) saringan (screen) sumur. Tiga aspek tersebut merupakan inti
dari konstruksi sumur bor.
a. Sumber air dalam akuifer
Sumur dirancang dapat menembus akuifer sedalam mungkin yang disesuaikan dengan
perencanaan. Selama uji pengeboran, Pengebor akan melakukan pencatatan (data log)
pengeboran tanah. Tanah dan sampel batuan yang diambil dari berbagai kedalaman dan
jenis bahan geologi dicatat. Hal ini dilakukan pengebor (driller) untuk mengidentifikasi
akuifer dengan potensi terbaik yang akan dijadikan sumber air. Beberapa pengebor
menjalankan log listrik (catatan hasil geolistrik) atau sinar gamma dalam lubang uji untuk
lebih mendefinisikan kondisi geologi.
Umumnya sumur diselesaikan dibagian bawah akuifer. Hal ini lebih memungkinkan
untuk memanfaatkan air pada akuifer dan memastikan produksi maksimal dari sumur.
b. Pipa Jambang (Casing)
Pipa jambang(Casing) sumur bisa berupa pipa casing lurus atau casing teleskopik.
Diameter pipa casing lurus sama dari atas ke bawah sumur. Casing teleskopik
kombinasi dari bagian pipa lebih besar di bagian casing/screen dan diameter yang lebih
kecil dibagian casing/screen. Pipa jambang berfungsi sebagai rumah untuk peralatan
pompa dan saluran untuk masuknya aliran air tanah ke suction pompa. Rumah pada
bagian pipa jambang harus dapat meletakan pompa agar selalu terendam air. Ini harus
diletakkan beberapa meter di bawah level pada saat air minimum saat drawdown dan
pertimbangan fluktuasi musiman. Pipa jambang harus cukup besar untuk menampung
unit pompa sesuai debit yang diinginkan. Idealnya, pipa casing sumur diameternya dua
kali ukuran (lebih besar) dari ukuran mangkuk pompa yang akan dipasang. Untuk sumur
dalam, casing juga harus cukup besar untuk menampung mangkuk pompa, kolom atau
cukup untuk menjatuhkan pipa dengan tepat saat instalasi dan operasi yang efisien.
Ukuran pipa jambang minimum harus sama dengan 50 mm lebih besar dari mangkok
pompa tetapi tidak boleh kurang dari 100 mm. Untuk sumur teleskopik, pompa harus
ditetapkan pada pipa jambang yang lebih besar.
c. Saringan (Screen)
Saringan (screen)adalah bagian dari sumur yang dimaksukan untuk menangkap air dari
air akuifer. Hasil dari sumur sangat tergantung pada rancangan dan lokasi screen.
Sumur dapat melalui screen (saringan) terus menerus sesuai kedalaman sumur atau
pada interval kedalaman tertentu. Hal ini tergantung pada kedalaman dan ketebalan
lapisan akuifer.
Lubang-lubang screen berfungsi untuk menahan pasir dan kerikil yang masuk sumur,
akan tetapi masih memungkinkan air mengalir ke dalamnya. Screen dipasang di tanah
lapisan produktif yang menghasilkan air pada lubang bor. Bagian pertama screen
6 dari 55
sebelah atas harus dipasang di bawah perkiraan level air terdalam saat pemompaan
(pumping water level).
Pada dasarnya, screen harus sedapat mungkin:
Mencegah masuknya pasir ke dalam sumur,
Memberikan pembukaan optimal agar air dari sumber masuk (inflow),
Tahan karat (corrosion resistant), dan
Secara struktural kuat menahan keruntuhan.
Screen sumur biasanya dipasang di akuifer yang berada di titik longgar atau tidak stabil.
Screen mencegah fragmen batuan masuk sumur, membantu penguatan dinding (bagian
bawah) dan memungkinkan air masuk perlahan-lahan. Aliran turbulen dapat mudah
mengangkut partikel batu yang tidak diinginkan, sedangkan aliran aduk (agitated water)
dapat melepaskan mineral-mineral dan sumbatan sumur.Screen yang terbuat dari
stainless steel paling banyak digunakan karena bahannya kuat dan tahan korosi.
Bangunan broncaptering setidaknya terdiri dari beberapa bagian (1) bangunan penangkap,
(2) bak pengumpul, (3) bangunan pelindung bangunan penangkap, sebagai berikut :
a. Bangunan penangkap atau bangunan pengambilan air baku adalah bangunan atau
konstruksi penangkap mata air yang di bangun pada suatu lokasi sumber air yaitu
7 dari 55
sungai, mata air dan air tanah dengan segala perlengkapannya dan dipergunakan
sebagai tempat untuk mengambil air tersebut guna penyediaan air bersih,
b. Bak pengumpul merupakan suatu bangunan penampung atau penyimpanan air
sementara pada kapasitas tertentu sebelum di pergunakan,
c. Bangunan pelindung bangunan atau konstruksi yang dapat melindungi terhadap
pencemaran akibat aliran air dari luar, maupun terhadap runtuhan dinding tebing
disekitarnya dan berfungsi juga untuk melindungi gangguan dari hewan.
a. Kualitas air yang tersedia harus memenuhi persyaratan baku mutu air baku.
b. Berlokasi ditempat dimana tidak terdapat arus/aliran kuat yang dapat merusak intake.
c. Selama banjir, air tidak boleh masuk ke dalam intake.
d. Sebaiknya sedekat mungkin dengan stasiun pemompaan.
e. Pasokan tenaga harus tersedia dan dapat digunakan.
f. Lokasi harus mudah dijangkau dan dekat tempat pengolahan sehingga meminimalkan
biaya perpipaan.
g. Lokasi sebaiknya tidak berada di wilayah cekungan.
h. Sebaiknya tertutup untuk mencegah sinar matahari yang bisa menstimulus pertumbuhan
lumut atau ganggang di air ataupun pengotor-pengotor dari luar.
i. Tanah tempat dibangunnya intake harus stabil.
j. Bangunan intake harus kedap air.
k. Pipa inlet ditempatkan dibawah permukaan sungai atau danau untuk mendapatkan air
yang lebih dingin dan mencegah masuknya benda-benda yang mengapung.
l. Sebaiknya terletak agak jauh dari bahu sungai untuk mencegah kemungkinan
pencemaran.
m. Sebaiknya terletak pada bagian hulu kota.
8 dari 55
Berdasarkan jenis peralatan penunjangnya, bangunan Intake dibedakan sebagai
berikut.
a. Pipa inlet, berfungsi untuk membawa air masuk ke dalam intake.
b. Gate valve, berfungsi untuk mengatur debit aliran air dengan jalan membuka dan
menutup aliran.
c. Screen, berfungsi untuk menyaring kotoran atau suspended solid yang mungkin terbawa
dalam air.
d. Overflow, berfungsi untuk mengeluarkan kelebihan air sehingga tinggi muka air dalam
bak tetap konstan.
e. Ventilasi, berfungsi menjaga tekanan udara dalam intake agar selalu sama dengan
tekanan udara luar.
f. Pompa, berfungsi untuk menaikan air dari sumber.
g. Drain, berfungsi untuk menguras.
h. Bak mom, berfungsi untuk membubuhkan desinfektan.
i. Pipa outlet, berfungsi untuk membawa air keluar dari intake.
j. Ruang operator
Jenis bangunan intake sangat tergantung dari lokasi sumber air bakunya, juga faktor biaya
baik biaya kontruksi, operasional maupun pemeliharaannya. Selain itu juga tergantung
dengan tingkat sedimentasi dari lokasi sumber air baku. Faktor estetis juga bisa menjadi
pertimbangan. Kombinasi dari beberapa tipe bangunan intake juga bisa dilakukan untuk
mengakomodir kondisi di lapangan.
9 dari 55
c. Sebagai tempat penyimpanan kelebihan air agar dapat tercapai keseimbangan antara
kebutuhan dan suplai.
d. Keperluan instalasi, seperti pencucian filter, pembubuhan alum.
e. Tempat penyimpanan air saat desifektan.
f. Sebagai pengaman untuk gelombang tekanan balik.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kualitas air dalam reservoir antara lain
sebagai berikut:
a. Reservoir harus tertutup rapat tidak boleh berhubungan langsung dengan sinar
matahari, hal ini untuk mengurangi penguapan;
b. Lubang ventilasi dilengkapi dengan kawat kasa supaya binatang kecil tidak bersarang di
dalamnya;
c. Saluran pintas (by pass) dari pipa inlet langsung ke pipa outlet, sehingga apabila ada
kerusakan /pengurasan produksi air tidak terganggu.
d. Sebaiknya reservoir dibuat 2 buah secara terpisah dalam pelayanan area yang sama
sehingga apabila salah satu ada pencucian atau maintenance produksi air bersih tidak
terganggu.
5.1 Latar Belakang Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku
Infrastruktur air baku sangat dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan dasar
keberlangsungan hidup manusia, diantaranya untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari
masyarakat, untuk perkotaan dan industri serta pertanian. Demikian pula dengan air tanah
yang dimanfaatkan secara konjungtif pada musim kering di saat air permukaan tidak dapat
diandalkan, memiliki peran penting dalam penyediaannya untuk menunjang perikehidupan
manusia. Infrastruktur air tanah dan air baku yang telah dibangun, dalam perjalanannya
mengalami penurunan kondisi maupun fungsinya, baik karena umur bangunan, pengaruh
alam, maupun dampak kegiatan manusia. Dalam rangka meningkatkan dan mengendalikan
kondisi dan fungsi infrastruktur air tanah dan air baku diperlukan adanya rehabilitasi
terhadap infrastruktur terbangun tersebut. Melalui kegiatan rehabilitasi infrastruktur air tanah
dan air baku diharapkan kondisi maupun fungsi dari suatu infrastruktur air tanah dan air baku
akan meningkat, sehingga layanan air baku terhadap pengguna tetap terjaga. Kegiatan
rehabilitasi air tanah dan air baku memerlukan suatu pengaturan, baik secara konsep,
mekanisme, dan detil pelaksanaannya serta pasca pelaksanaan rehabilitasi.
Rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku dilakukan pada keseluruhan maupun
sebagian sistem, antara lain pada unit pengambilan air baku, unit transmisi, unitproduksi,
maupun unit distribusi. Kegiatan rehabilitasi dilaksanakan apabila terdapat kerusakanatau
ketidak sesuaian pada keseluruhan maupun sebagian prasarana infrastruktur air tanah dan
air baku tersebut. Pertimbangan perlunya rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air
bakuantara lain disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Air baku tidak mengalir atau kuantitas air baku yang akan diolah pada unit produksi
menurun akibat kerusakan pada unit bangunan pengambilan air baku,
b. Kualitas air yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar akibat kerusakan pada unit
pengolahan,
c. Kebocoran pipa transmisi dan pipa distribusi,
d. Kerusakan pada sistem transmisi dan distribusi,
e. Kerusakan sistem elektrikal dan mekanikal.
Agar kegiatan rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien perlu mengacu petunjuk teknis dan standar yang telah ditetapkan,
serta mengikuti standar-standar lainnya yang terkait.
Rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku merupakan perbaikan atau
penggantian terhadap sebagian atau seluruh penyediaan air tanah dan air baku yang perlu
10 dari 55
dilakukan agar dapat berfungsi sebagaimana direncanakan. Rehabilitasi infrastruktur air
tanah dan air baku dilaksanakan apabila terdapat unit-unit dan komponen infrastruktur air
tanah dan air baku yang tidak dapat beroperasi secaraoptimal. Rehabilitasi infrastruktur air
tanah dan air baku dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) rehabilitasi sebagian dan
rehabilitasi keseluruhan.
Rehabilitasi sebagian adalah perbaikan unit tertentu infrastruktur air tanah dan air
baku agar berfungsi sesuai dengan ketentuan yang direncanakan. Rehabilitasi sebagian
dilakukan apabila salah satu komponen dalam unit air baku mengalami penurunan fungsi
dan memerlukan perbaikan atau penggantian suku cadang.
Rehabilitasi keseluruhan meliputi penggantian salah satu atau seluruh unit
infrastruktur air tanah dan air baku agar berfungsi secara normal sesuai yang direncanakan.
Rehabilitasi keseluruhandilakukan apabila salah satu atau seluruh unit air baku mengalami
penurunan fungsi dan/atau sudah melebihi umur teknis.
Kegiatan rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku seringkali menyebabkan
terganggunya atau bahkan terhenti dalam memberikan pelayanan air baku kepada sebagian
masyarakat. Dalam kondisi demikian penyelenggara penyediaan jaringan air tanah dan air
baku infrastruktur air tanah dan air baku tidak dapat maka penyelenggara penyedia air baku
harus melakukan pemberitahuan terlebih kepada masyarakat dan instansi terkait paling
lambat satu minggu sebelum pemberhentian pelayanan dan pemberhentian pelayanan
paling lama tiga hari. Kegiatan rehabilitasi tidak diperkenankan menghentikan seluruh
pelayanan air minum kepada masyarakat.
Nilai kinerja infrastruktur air tanah dan air baku dilakukan terhadap bangunan utama
dan masing-masing komponen bangunan yang diberi bobot berbeda-beda sesuai tingkat
11 dari 55
kepentingannya terhadap infrastruktur air tanah dan air baku. Nilai kinerja infrastruktur air
tanah dan air baku merupakan nilai gabungan antara kondisi dan fungsi bangunan.
Berdasarkan hasil penilaian dan evaluasi kinerja infrastruktur air tanah dan air baku dapat
direkomendasikan sebagai berikut.
12 dari 55
dimasukkan kedalam sumur untuk melihat kondisi sumur. Rehabilitasi sumur dilakukaan saat
keadaan mendesak dimana terjadi penurunan produktifitasnya, rehabilitas sumur sebaiknya
dilakukan apabila sumur mengalami penurunan produktifitasnya sebesar 10%-20% untuk
mencapai hasil yang memuaskan. Rehabilitasi sumur dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan (1) melakukan pencucian kembali sumur (well redevelopment) dan (2) membuat
sumur baru (redrilling).
13 dari 55
dihubungkan dengan pompa tekan yang memompakan air bersih kedalam sumur dalam.
Pada pengoperasiannya, alat ini digerakkan berputar-putar atau dengan memutar-mutar pipa
penghantarnya dan naik turun sepanjang saringan (screen). Ada dua elemen kunci dari
pengoperasian water jetting ini yaitu posisi dozzle dan diameter dozzel yang mempengaruhi
keberhasilan metoda ini.
14 dari 55
6.2.3.1. Pertimbangan diperlukan pengeboran ulang
Pengeboran ulang (redrilling) dilakukan apabila sumur yang mengalami penurunan
produktifitasnya telah dilakukan pencucian sumur (well development) namun tidak ada
perubahan yang signifikan, sehingga produktifitasnya belum optimal. Selain itu pengeboran
ulang ini juga dilakukan akibat kejadian alam seperti gempa bumi atau pergeseran lempeng
bumi yang menyebabkan casing pada sumur menjadi patah. Pengeboran ulang pada sumur
tersebut dapat dilakukan dengan cara memperbesar diameter sumur, atau dengan membuat
sumur yang baru di dekat sumur lama. Pengeboran kembali ini harus mengikuti standarisasi
teknis pengeboran produksi sebagaimana diatur dalam SNI 6469:2012 tentang Tata cara
pembangunan sumur produksi dengan pengeboran sistem sirkulasi langsung.
a. Persiapan
Sebelum memulai proses pengeboran, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan
agar pekerjaan proyek berjalan dengan lancar. Dalam tahap persiapan ini, yang dilakukan
terdiri atas:
-Pembuatan bak pengendap, bak penampung, serta saluran sirkulasi air.
-Pemasangan balok landasan mesin, papan sirkulasi, dan lantai dasar mesin.
-Penyetingan mesin sirkulasi dan pompa
-Perakitan mesin bor dan pendirian menara
-Persiapan lainnya seperti pembuatan saluran pembuangan lumpur
15 dari 55
b. Proses Pengeboran
Untuk pengeboran dengan kedalaman dan diameter tertentu diperlukan dua tahapan,
yaitu Pengoboran Inti dan Non-Inti. Pengeboran Inti dilakukan untuk mengeksplorasi dan
survey geoteknik. Informasi geoteknik (data rekahan, joint, dan struktur lainnya), informasi
litologi, kualitas terhadap mineral tertentu, dll. Eksplorasi informasi yang diperoleh tebal dan
posisi endapan serta kualitas (melalui analisis kimia). Pengeboran inti hanya memungkinkan
dilakukan dengan metode pengeboran putar, dan panjang inti bor pada setiap run
pengeboran akan dibatasi oleh panjangnya stang bor itu sendiri.
Untuk pengeboran yang dalam akan lebih efektif menggunakan sistem wireline (core
barrel diangkat cukup menggunakan sebuah kawat yang ditarik dari atas). Sampel yang
didapatkan dalam pengeboran inti adalah inti bor dan cutting. Dalam pengeboran non
(membuat lubang tanpa memperoleh inti bor). Pengeboran non inti bisa dilakukan dengan
metode pengeboran putar, tumbuk (cable tool), auger, bor bangka, dll.
Dalam pengeboran non inti ini interpretasi bawah permukaan melalui cutting yang
terangkat ke permukaan oleh fluida bor. Akurasi interpretasi geologi akan menemui banyak
kelemahan terutama dalam ketepatan penentuan kedalamannya. Hal penting dalam
pengeboran non inti adalah bidang gerus (berai) mata bor yang lebih luas.
Untuk pengeboran air perlu dilakukan beberapa tahapan yang diantaranya adalah
pengeboran awal (pilot-hole), pengujian geofisika (well-logging), pembesaran lubang
(reaming), konstruksi sumur, pembersihan lubang sumur (development), dan pengujian
pompa (pumping-test).
16 dari 55
Pemasangan pipa jambang (casing) dan saringan (screen) dilakukan setelah
diameter lubang bor diperbesar. Sebelum rangkaian pipa jambang (casing) dan saringan
(screen) ini dipasang, harus dilakukan sirkulasi lumpur bor seperlunya sampai tidak terdapat
serbuk bor/cutting dalam sirkulasi cairan pemboran. Kekentalan lumpur bor harus dijaga
agar tidak terjadi keruntuhan pada dinding lubang bor tetapi pipa konstruksi dan gravel pack
tetap dapat masuk.
Permukaan lumpur harus tetap dijaga ketinggiannya (tetap memenuhi lubang bor),
jika mengalami penyusutan atau penurunan permukaan lumpur dalam lubang bor, penyedia
jasa harus selalu menambah lumpur kedalam lubang bor. Penurunan permukaan lumpur
dapat mengakibatkan berkurangnya tekanan hidrostatik dalam lubang sumur sehingga mud
cake yang terbentuk dapat terkelupas dan lubang bor menjadi longsor / runtuh.
Kegagalan instalasi baik oleh karena runtuh dan cacatnya (lubang bor miring, dog
leg) dan tidak dapat masuknya konstruksi sumur. Semua casing dan sreen harus disambung
serapat mungkin, untuk konstruksi pipa baja dengan cara pengelasan dan dilengkapi dengan
penguat plat strip, sedangkan untuk konstruksi pipa PVC dengan cara mengkait (klem)
solvent semen yang di lengkapi dengan baut penguat. Rangkaian casing dan screen ini
harus dipasang ditengah lubang yang telah diperbesar.
Ujung saringan stainless steel harus ada blank minimum sepanjang 4 cm untuk
penyambungan antara dua saringan / screen. Pipa Jambang harus tegak dan lurus untuk
memudahkan saat pemasangan pompa dan saat pengoperasian pompa.
Ketegaklurusan dan kelurusan akan diuji dengan menurunkan potongan pipa casing
atau bobin yang disiapkan khusus untuk pengujian tersebut, ke dalam pipa jambang.
Pengujian kelurusan sumur dilakukan mengacu SNI 6454, tentang Cara uji ketegaklurusan
sumur.
17 dari 55
kotoran yang menempel dalam saringan terbawa ke dalam sumur, membantu proses
pemadatan dan gradasi gravel (saat ditarik).
Metode pembersihan lubang dilakukan dengan fluida (sirkulasi langsung atau normal), fluida
(udara, air, atau lumpur) dipompa dengan tekanan ke bawah melalui stang bor, mata bor,
dan kemudian membawa cutting ke permukaan di antara dinding lubang bor dan stang
bor. Pembersihan dengan fluida (sirkulasi terbalik), pada metode ini fluida dipompa ke bawah
melalui lubang di antara dinding lubang bor dan stang bor, kemudian melewati mata bor, dan
naik ke atas melalui lubang di dalam stang bor. Pembersihan sumur (well development)
dilakukan mengacu SNI 6377, tentang Tata cara pencucian sumur.
a. Alat Pemompaan,
Pemompaan uji dilaksanakan dengan jenis pompa submersible yang mempunyai
kapasitas tertentu, dengan tinggi head penghisap yang ditentukan, lengkap dengan mesin
penggerak dan pengatur debit.
18 dari 55
Disamping alat pelengkap diatas, dalam kegiatan pemompaan uji, dilapangan juga harus
tersedia alat alat bantu kunci-kunci seperti kunci pipa, kunci rantai, klem klem pipa dsb nya.
Uji kualitas air untuk parameter kimia air, yaitu paling sedikit untuk parameter BOD,
COD, DO. Pengujian kualitas air untuk parameter kimia air meliputi :
- Biochemical Oxygen Demand (BOD), sesuai dengan SNI 06-2503-1991 tentang Metode
Pengujian Kadar Kebutuhan Oksigen Biokimiawi dalam Air.
- Chemical Oxygen Demand (COD), sesuai dengan SNI 06-2504-1991 tentang Metode
Pengujian Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi dalam Air dengan Alat Refluks Tertutup.
- Oxygen Demand (DO), sesuai dengan SNI 06-2424-1991tentang Metode Pengujian
Oksigen Terlarut dalam Air dengan Titrimetrik atau SNI 06-2425-1991 tentang Metode
Pengujian Oksigen Terlarut dalam Air dengan Elektrokimia.
Uji kualitas air untuk parameter uji biologis air, yaitu paling sedikit untuk parameter
Bakteri Koli, sesuai dengan SNI 03-6858-2002 tentang Metode Pengujian Kadar Bakteri Koli
Total dalam Air Dengan Saringan Membran Parameter uji biologis air lainnya dapat
disesuaikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
19 dari 55
air. Pada umumnya unit air baku terletak pada lokasi yang berdekatan dengan sumber air,
antara lain terletak di lereng bukit (mata air), lereng terjal,atau tepi sungai. Oleh akibat letak
dan kondisi alamnya, unit air baku berpotensi mengalami kerusakan yang disebabkan oleh:
banjir bandang, tanah/tebing longsor, gempa, letusan gunung api, atau sumber air
mengering/mengecil. Penurunan kondisi (kerusakan) juga diakibatkan usia dimana
bangunan pokok dan bagian bangunan tersebut sudah mengalami kerusakan, misalnya:
pondasi sudah terkikis aliran air, dan badan tanggul pecah. Usia pakai untuk konstruksi
paling tidak harus mencapai 20 tahun.
- Dinding dan pondasi: rehabilitasi yang dilakukan dengan cara penutupan pada bagian
retak dengan plester serta jika bangunan runtuh makan rehab yang dilakukan ialah
pembuatan kembali (relokasi intake)
- Bangunan perkuat tebing/ sayap: rehab yang dilakukan dengan cara perbaikan perkuat
tebing/ sayap
- Pintu air: rehabilitasi yang dilakukan dengan cara penggantian dan perbaikan pada
bagian komponen pintu yang mengalami kerusakan, pengecetan dengan menggunakan
cat tahan karat
20 dari 55
- Screen/ saringan: rehabilitasi yang dilakukan dengan cara perbaikan dan atau
penggantian screen, pengecatan, anti karat.
8 Rehabilitasi Pompa
Pompa merupakan salah satu bagian utama dalam infrastruktur air tanah yang
digunakan untuk mengubah energi mekanik (sumber penggerak) menjadi energi tekanan
pada air yang dipompa. Pada umumnya pompa dipakai untuk memindahkan air dari suatu
tempat ke tempat lain yang lebih tinggi tempatnya, tinggi tekanannya, maupun untuk
sirkulasi. Selama menjalankan fungsinya, terdapat masalah-masalah yang perlu diatasi
terkait menurunnya kualitas dan kuantitas air yang dipompa, seperti terbawanya pasir dalam
proses pemompaan sehingga debit pompa berkurang karena clogging. Penanganan
masalah seperti ini dapat dilakukan dengan mengurangi daya hisap pompa untuk
mengurangi terjadinya kerusakan pada pompa, namun tidak jarang operasi dan
pemeliharaan berjalan tidak sesuai dengan ketentuan yang telah diatur sehingga
menyebabkan kerusakan pada pompa.
Sedangkan komponen pompa yang tidak bergerak terdiri dari beberapa bagian
berikut ini:
- Casing (rumah pompa), merupakan bagian terluar pompa sebagai pelindung elemen
yang berada di dalamnya, tempat kedudukan diffuser, inlet nozzle, outlet nozzle dan
sebagai pengarah aliran dari impeller yang akan mengubah energi kecepatan menjadi
energi tekan.
- Base plate, berfungsi sebagai tempat dudukan seluruh komponen pompa.
- Diffuser, alat ini dilekatkan pada pipa dengan menggunakan baut, fungsi dari alat ini
ialah mengarahkan aliran pada stage berikutnya dan merubah energi kinetik pada fluida
menjadi energi tekanan.
- Wearing ring casing, alat ini dipasang pada casing untuk mencegah kebocoran yang
terjadi akibat adanya celah pada casing dan impeller.
- Stuffing box, pada umunya memiliki fungsi sebagai tempat kedudukan beberapa
mechanical packing yang mengelilingi shaft sleeve. Fungsi dari alat ini ialah mencegah
21 dari 55
kebocoran pada daerah dimana pompa menembus casing seperti udara yang dapat
masuk ke dalam pompa dan cairan yang keluar dari dalam pompa.
- Discharge nozzle, yaitu tempat keluarnya cairan yang bertekanan dari dalam pompa.
Kerusakan yang terjadi umumnya berupa retak / pecah pada shaft (poros), impeller,
shaft sleeve, dan wearing ring. Kerusakan ini dapat terjadi akibat adanya butiran batu kecil
yang terhisap oleh pompa, terendam lumpur, banjir tersambar petir yang dapat berakibat
terjadi hubungan arus pendek, dan motor pompa terbakar. Disamping itu kerusakan yang
terjadi juga karena umur pakai pompa tersebut mengharuskan adanya rehabilitasi. Tindakan
yang diambil apabila terjadi kerusakan ada pompa adalah menggantikan pompa yang lama
dengan pompa yang baru, akan tetapi jika pompa masih memungkinkan untuk dilakukan
perbaikan/rehab maka pompa tersebut akan dikerjakan oleh ahlinya. Untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada pompa, log pompa harus dijaga untuk merekam pembacaan
tekanan harian dan aliran dari pompa sehingga pompa dapat dipantau dan dapat dihindari
dari kerusakan.
Apabila kerusakan yang terjadi pada pompa teridentifikasi ringan sampai dengan
sedang pada beberapa komponen pompa harus dilakukan rehabilitasi sebagian dengan
melakukan perbaikan dan penggantian suku cadang pada unit pompa yang mengalami
kerusakan. Apabila terjadi kerusakan yang berat yang menyebabkan tidak berfungsinya
pompa harus dilakukan rehabilitasi keseluruhan meliputi penggantian salah satu atau
seluruh unit pompa agar berfungsi secara normal sesuai yang direncanakan.
22 dari 55
kekurangan/kelebihan tegangan tenaga listrik, fluktuasi tegangan listrik, dan tegangan spike
atau tegangan transien.
Kekurangan/kelebihan tegangan tenaga listrik, Gangguan ini menyebabkan berbagai
peralatan listrik dengan rangkaian power supplai sederhana tidak dapat bekerja, bahkan
dapat menyebabkan rangkaian power suppli rusak.Gangguan ini dapat diamati dengan jalan
mengukur tegangan listrik dengan AC voltmeter dan masih dapat diamati dengan mata
manusia yaitu yang paling mudah diamati adalah nyala lampu bolam menjadi lebih redup
atau lebih terang daripada biasanya.
Fluktuasi tegangan listrik biasanya terjadi pada waktu yang singkat. Penyebabnya
adalah perubahan beban listrik secara tiba-tiba pada jaringan tenaga listrik. Gangguan ini
tidak dapat dilihat dengan mata karena terjadinya cukup cepat dan hanya beberapa saat
saja. Walaupun dengan voltmeter konvesional sekalipun gangguan ini tidak dapat dideteksi.
Tegangan spike atau tegangan transien, Tegangan spike pada dasarnya hampir sama
dengan fluktuasi tegangan namun tegangan flutuasinya sangat cepat dan terdapat tegangan
puncak yang sangat tinggi tetapi singkat.
23 dari 55
yang ditempatkan pada ketinggian tertentu, sehingga dapat mengalir ke wilayah pelayanan
dengan sistem gravitasi.
Panel surya mempunyai komponen-komponen yang sensitif yang mudah rusak
karena adanya berbagai faktor yaitu berupa benturan benda keras, bencana alam dan
vandalisme. Apabila terjadi kerusakan dan penurunan fungsi dibutuhkan upaya rehabilitasi
untuk mengembalikan fungsi seperti semua.
24 dari 55
- Peralatan yang biasa digunakan sebagai solusi permasalah fluktuasi tegangan atau
naik/turun tegangan biasanya adalah isolation transformer. Tranformator ini merupakan
transformator yang mengisolasi antara supplai jalur listrik dengan perlatan listrik
konsumen.
25 dari 55
Rehabilitasi jaringan irigasi perpipaan (jaringan tertutup) dapat dilakukan dengan
perbaikan terhadap pipa dan asesories pipa hingga melakukan pergantian pipa dan
asesories pipa apabila tidak dapat dilakukan pergantian. Sedangkan rehabilitasi jaringan
irigasi air tanah dengan jaringan saluran terbuka dan bangunan box bagi dilakukan dengan
perbaikan terhadap bangunan sipilnya.
26 dari 55
Analisis Harga Satuan menyajikan hasil analisis harga satuan masing-masing jenis
pekerjaan, berdasarkan stnadar yang ada dan harga pasar,
Rencana Anggaran Biaya, menyajikan rincian biaya masing-masing jenis pekerjaan
dan rekapitulasi anggaran biaya,
Dokumen pelaksanaan kegiatan (dokumen lelang, jadwal pelelangan, Pemaketan).
Perencanaan teknis rehabilitasi air tanah air baku disusun dengan menggunakan
data hasil survei dan investigasi serta hasil dari analisis yang dilaksanakan sesuai dengan
tata cara pelaksanaan teknis. Hasil kegiatan perencanaan teknis rehabilitasi air tanah dan air
baku adalah tersedianya dokumen yang diperlukan untuk pelaksanaan kontruksi rehabilitasi
guna meningkatkan kembali kinerja dari infrastruktur bangunan/unit seperti semula atau
mengganti salah satu/seluruh infrastruktur agar berfungsi secara normal kembali.
27 dari 55
Kajian terhadap dokumen pengadaan
Pemeriksaan lapangan dan menyetujui chek 0% (MC-0) dan gambar kerja (shop
drawing)
Pengawasan dan pemeriksaan gambar kerja, spesifikasi, metode, dan hasil
pekerjaan
Memeriksa hasil pengujian untuk masing-masing bagian dan keseluruhan system
(test and commissioning)
Pemeriksaan dan penilaian pekerjaan 100% (MC-100) dan gambar purna laksana
(as built drawing)
Meneyetujui Project Hand Over (PHO) dan Final Hand Over (FHO)
Penyusunan laporan
28 dari 55
LAMPIRAN A
BAGAN ALIR
Mulai
Mulai
Evaluasi Kinerja
Infrastruktur Air Tanah
dan Air Baku
Inventarisasi dan
Investigasi Infrastruktur
Air Tanah dan Air Baku
Tidak Pemeliharaan
Rekomendasi
Rekomendasi Rutin,
Rehabilitasi
Rehabilitasi Berkala,
Khusus
Ya
Usulan Program
Rehabilitasi Infrastruktur
Air Tanah dan Air Baku
Perencanaan Teknis
Rehabilitasi Infrastruktur
Air Tanah dan Air Baku
Selesai
Selesai
29 dari 55
Mulai
Mulai
Pekerjaan persiapan:
Persiapan personil/SDM, peralatan,
administrasi, keuangan
Pengumpulan
Pengumpulan datadata sekunder:
sekunder:
as
as built drawing, data teknis
built drawing, data teknis unit
unit air
air
tanah dan air baku, data O&P,
tanah dan air baku, data O&P,
permasalahan,
permasalahan, data
data hidrologi,
hidrologi,
geoteknik,
geoteknik, geohidrologi,
geohidrologi, dll
dll
Survei
Survei investigasi
investigasi kondisi
kondisi eksisting:
eksisting:
inventarisasi
inventarisasi kerusakan dan
kerusakan dan kondisi
kondisi
infrastruktur,
infrastruktur, mekanikal,
mekanikal, elektrikal,
elektrikal,
hidrologi
hidrologi -- hidraulika,
hidraulika, geohidrologi,
geohidrologi,
mekanika
mekanika tanah,
tanah, kualitas
kualitas air,
air, dll
dll
Penyusunan Perencanaan
rehabilitasi, jenis kerusakan dan
komponen rehabilitasi
Penyusunan Rencana
Anggaran Biaya
(RAB)
Selesai
Selesai
30 dari 55
Mulai
Mulai
Pekerjaan persiapan:
survei awal,
koordinasi, dan sosialisasi
Pelaksanaan pekerjaan
Pelaksanaan
rehabilitasi pekerjaan
infrastruktur air
Pelaksanaan pekerjaan
rehabilitasi
tanah dan infrastruktur
air baku air
rehabilitasi infrastruktur air
tanah dan air baku
tanah dan air baku
Pengujian
Pengujian untuk
untuk masing
masing
Tidak lolos uji masing
masing bagian
bagian dan
dan
keseluruhan
keseluruhan sistem
sistem
(test
(test and
and commisioning)
commisioning)
Lolos uji
Masa
pemeliharaan
Selesai
Selesai
31 dari 55
Mulai
Mulai
Pekerjaan persiapan:
survei awal, koordinasi dan
konsultasi, serta sosialisasi
Lolos uji
Pemeriksaan dan penilaian
pekerjaan 100% (MC 100) dan
gambar purna laksana (As built
drawing)
Menyetujui
Project Hand Over (PHO)
Dan Final Hand Over (FHO)
Penyusunan
Laporan
Selesai
Selesai
32 dari 55
LAMPIRAN B
Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku
Tabel B.1 Kriteria Penilaian Kondisi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku
Kondisi infrastruktur
Ciri Fisik
air tanah dan air baku
Kondisi Baik Bentuk fisik bangunan masih baru atau seperti baru,
Belum mengalami perubahan fisik yang berarti,
Jika nilai kondisi > 90 - 100 % atau,
Nilai tingkat kerusakan bangunan < 10 %.
Kondisi Rusak Ringan Bentuk fisik bangunan sudah mengalami sedikit perubahan,
Terdapat retak-retak rambut / pensil,
Terdapat pengelupasan plester dan atau siar dalam jumlah kecil,
Stabilitas fisik bangunan masih terjaga,
Jika nilai kondisi 80 - 90 % atau,
Nilai tingkat kerusakan bangunan antara 10 20 %.
Kondisi Rusak Bentuk fisik bangunan sudah mengalami perubahan yang berarti,
Sedang Terdapat retak-retak pensil atau berlubang,
Terdapat pengelupasan plester dan atau siar sampai membuat lubang-
lubang kecil,
Terdapat pasangan batu yang terlepas,
Stabilitas fisik bangunan mulai terganggu,
Jika nilai kondisi 60 - < 80% atau,
Nilai tingkat kerusakan bangunan antara 21 40 %.
Kondisi Rusak Berat Bentuk fisik sudah mengalami perubahan serius,
Terdapat retakan yang sudah memutuskan kekuatan struktur bangunan
sampai roboh,
Stabilitas fisik bangunan sangat terganggu sampai tidak stabil lagi,
Jika nilai kondisi < 60 % atau,
Apabila bangunan tidak roboh, nilai tingkat kerusakan bangunan 40 %.
33 dari 55
Tabel B.2 Kriteria Penilaian Fungsi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku
34 dari 55
Tabel B.3Jenis Kerusakan, Penyebab dan Upaya Rehabilitasi Infrastruktur Air
Tanah Dan Air Baku
PENYEBAB REHABILITASI YANG
NO INFRASTRUKTUR JENIS KERUSAKAN
KERUSAKAN DILAKUKAN
1 Intake & Pondasi Terjangan banjir Perbaikan
Broncaptering keropos, Perubahan pondasi intake,
Dinding , aliran sungai Perbaikan
badan bangunan, Longsor pada dinding
kerangka intake tebing sekitar Pembuatan
retak/ runtuh bangunan intake, bangunan pelindung
tebing
Pembuatan
kembali bangunan
intake (relokasi)
2 Air Tanah / Sumur Pipa Jambang Umur layanan Re-
dalam (casing) dan Terjadi patah/ development/
saringan retakan akibat gemba dikuras/ dicuci
(screen)mengalami bumi. Re-Drilling,
kerusakan / membuat sumur
tersumbat, baru di dekat/sekitar
Kuantitas dan sumur lama
kualitas air menurun
3 Pompa dan sumber Aksesoris Umur layanan Perbaikan dan
penggerak pompa Tegangan listrik pergantian terhadap
Panel pompa tidak stabil, sebagian maupun
mati Pemakaian keseluruhan
Kerusakan melebihi kapasitas komponen pompa
pada Automatic dan sumber
Voltage Regulator penggerak
(AVR)
Electric fuel
pump
Panel surya,
Sudu-
sud/propeller
4 Jaringan Perpipaan Terjadi Umur layanan Perbaikan
kebocoran pipa, Pembuatan kebocoran
Kerusakan tidak sesuai standar Pengantian
pada asesoris pipa Pemasangan pipa dan aksesoris
Tutup pintu asesoris tidak sesuai Pemasangan
box pembagi prosedur papan peringatan
rusak/hilang Vandalisme
Rembesan
pada reservoir
kerusakan
water meter
5 Pintu sampah/jeruji, Stang drat Umur layanan Perbaikan dan
pintu sorong pintu berkarat Jarang pergantian terhadap
(Peralatan Daun pintu dilakukan perawatan sebagian maupun
Mekanikal) keropos Aliran banjir keseluruhan
Daun pintu yang membawa komponen pintu
rusak material berukuran sampah/jeruji, pintu
besar (batu /batang sorong
pohon. Pengecatan
35 dari 55
PENYEBAB REHABILITASI YANG
NO INFRASTRUKTUR JENIS KERUSAKAN
KERUSAKAN DILAKUKAN
6 Panel-panel Bagian panel Umur layanan Perbaikan dan
Pompa, Lampu hilang Hubungan arus penggantian
Penerangan, dan Tombol macet pendek peralatan yang
Sistem Perkabelan Kabel Dimakan tikus rusak
(Peralatan putus/terbakar Tertimpa kayu
Elektrikal) Lampu putus Vandalisme
Tiang
penerangan roboh
36 dari 55
Tabel B.4
Daftar Simak Inventarisasi Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku
37 dari 55
Tenaga Angin
Lainnya ...
38 dari 55
Lanjutan Tabel B.4
39 dari 55
Lanjutan Tabel B.4
40 dari 55
Lanjutan Tabel B.4
41 dari 55
5.3 Bangunan outlet apakah mengalami,
korosi,pecah kebocoran?
42 dari 55
Lanjutan Tabel B.4
43 dari 55
Lanjutan Tabel B.4
44 dari 55
irigasi air tana lainnya ?
LAMPIRAN C
Sumber Air
Sumur Dangkal
Daerah Resapan Sumur Dalam
(Recharge Area) (Deep well) (Shallow well)
Akuifer hinggap
(perched aquifer) Sumur Dangkal
Sumur Dangkal
Tekanan Piezometer (Shallow well)
(Shallow well)
(potentiometric surface) Mata Air
(Spring)
Sumur Artesis Aliran Sungai
(Artesian well) (River)
Akuifer Nir-tekan
(un-confined aquifer)
Lapis Kedap Air
(aquiclude)
Lapis Kedap Air
(aquiclude)
Akuifer Tekan
(confined aquifer)
45 dari 55
a. Gravity Spring
b. Surface Spring
c. Artesian Spring
rock
46 dari 55
a. Sungai Tipe V
b. Sungai Tipe U
47 dari 55
LAMPIRAN D
Tipikal Bangunan Pengambilan Sumber Air
48 dari 55
Gambar D.2 Tipikal Pemanfaatan Air Permukaan (Sungai)
49 dari 55
Dinding
Penahan
Pipa
Outlet
Kor Pipa
Mata al Inlet
Air
50 dari 55
LAMPIRAN E
Tipikal Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku
51 dari 55
Gambar E.2 Tipikal Rehabilitasi Sumur dengan Redrilling
Sumber : Technical Review Borehole Drilling And Rehabilitation Under Field Conditions,
Robert Mardini, 2012
52 dari 55
Gambar E.3 Tipikal Pompa Sentrifugal
Sumber : Brosur Pompa Sentrifugal Grundfos
53 dari 55
Gambar E.4 Tipikal Pompa Submersibel
Sumber : Technical Review Borehole Drilling And Rehabilitation Under Field Conditions,
Robert Mardini, 2012
54 dari 55
Gambar E.5 Tipikal Sumber Penggerak Pompa Tenaga Surya
Sumber : Adaptasi dari Brosur Lorentz Pumps- Solar Water Pumping System
55 dari 55
Gambar E.6 Tipikal Sumber Penggerak Pompa Tenaga Angin
Sumber : Adaptasi dari Wind Pumping : A handbook, Joop Van Meel dan Paul Smulders,
1989
56 dari 55
Bibliografi
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 Tentang Sistem
Penyediaan Air Minum,
2. Tata Ruang Air Tanah, 2012, Robert J. Kodoatie
3. Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum, 2009, Tri Joko, Penerbit Graha Ilmu.
4. Technical Review Borehole Drilling And Rehabilitation Under Field Conditions, Robert
Mardini, Tahun 2012, Penerbit ICRC.
5. Water Well Rehabilitation and Reconstruction, George Houben and Treskatis, Tahun
2007, Penerbit The McGraw-Hill Companies, Inc.
6. Developing Groundwater, A Guide for Rural Water Supply, Alan Mac Donal dkk, 2005,
Practical Action Publishing.
7. Wind Pumping : A handbook, Joop Van Meel and Paul Smulders, 1989, World Bank
Technical Paper Number 101.
57 dari 55