Anda di halaman 1dari 61

RPT1: Pd T-XX-XXXX-A

PEDOMAN
Bahan Konstruksi Bangunan Dan RekayasaSipil

RANCANGAN
PEDOMAN REHABILITASI INFRASTRUKTUR
AIR TANAH DAN AIR BAKU

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DAN PERUMAHAN RAKYAT

i
Daftar isi

Daftar Isi.................................................................................................................... ii
Kata Pengantar......................................................................................................... iii
1. Ruang Lingkup................................................................................................. 1
2. Acuan Normatif................................................................................................ 1
3. Istilah dan Definisi............................................................................................ 1
4. Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku................................................................. 4
4.1. Klasifikasi infrastruktur air tanah air baku ................................................. 4
4.2. Sumber air ............................................................................................... 4
4.3. Unit air baku ............................................................................................. 5
5. Kriteria Umum Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku......................10
5.1. Latar belakang rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku................. 10
5.2. Evaluasi kinerja infrastruktur air tanah dan air baku ................................ 11
6. Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah................................................................... 12
6.1. Tipe kerusakan air tanah .......................................................................... 12
6.2. Rehabilitasi sumur..................................................................................... 13
7. Rehabilitasi Infrastruktur Air Baku.................................................................... 20
7.1. Tipe kerusakan infrastruktur air baku........................................................ 20
7.2. Rehabilitasi intake air baku....................................................................... 21
8. Rehabilitasi Pompa ......................................................................................... 21
8.1. Tipe kerusaka pompa................................................................................ 21
8.2. Rehabilitasi komponen pompa yang bergerak.......................................... 22
8.3. Rehabilitasi komponen pompa yang tidak bergerak.................................. 22
9. Rehabilitasi Sumber Penggerak ...................................................................... 23
9.1. Tipe kerusakan Sumber Penggerak.......................................................... 23
9.2. Rehabilitasin komponen sumber penggerak............................................. 25
10. Rehabilitasi Jaringan Pemanfaatan ................................................................. 26
10.1. Tipe kerusakan jaringan pemanfaatan...................................................... 26
10.2. Rehabilitasi komponen jaringan pemanfaatan........................................... 26
11. Tahapan Rehabilitasi Air Tanah dan Air Baku .................................................. 26
11.1. Tahapan pelaksanaan rehabilitasi air tanah dan air baku.......................... 26
11.2. Perencanaan rehabilitasi air tanah dan air baku....................................... 26
11.3. Pelaksanaan konstruksi rehabilitasi air tanah dan air baku....................... 27
11.4. Pengawasan rehabilitasi air tanah dan air baku........................................ 27

Lampiran A.1 Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Rehabilitasi Air Tanah dan
Air Baku........................................................................................... 29
Lampiran A.2 Bagan Alir Perencanaan Teknis Rehabilitasi Air Tanah dan
Air Baku........................................................................................... 30
Lampiran A.3 Bagan Alir Pelaksanaan Konstruksi Rehabilitasi Air Tanah dan
Air Baku........................................................................................... 31
Lampiran A.4 Bagan Alir Pengawasan / supervisi Rehabilitasi Air Tanah dan
Air Baku........................................................................................... 32
Lampiran B.1 Kriteria Penilaian Kondisi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku........ 33
Lampiran B.2 Kriteria Penilaian Fungsi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku......... 34
Lampiran B.3 Jenis Kerusakan, Penyebab dan Upaya Rehabilitasi Infrastruktur
Air Tanah Dan Air Baku.................................................................... 35
Lampiran B.4 Daftar Simak Inventarisasi Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah
Dan Air Baku ................................................................................... 36
Lampiran C.1 Sumber Air dari Air Tanah ................................................................ 43
Lampiran C.2 Sumber Air dari Mata Air ................................................................. 44
Lampiran C.3 Sumber Air dari Sungai ................................................................... 45
Lampiran D.1 Tipikal Pengambilan Air dari Air Tanah ............................................ 46

ii
Lampiran D.2 Tipikal Pengambilan Air dari Mata Air .............................................. 47
Lampiran D.3 Tipikal Pengambilan Air dari Sungai ................................................ 48
Lampiran E.1 Tipikal Rehabilitasi Sumur Dengan Redevelopment......................... 49
Lampiran E.2 Tipikal Rehabilitasi Sumur Dengan Redrilling................................... 50
Lampiran E.3 Tipikal Rehabilitasi Sumur Sentrifugal.............................................. 51
Lampiran E.4 Tipikal Rehabilitasi Sumur Submersibel........................................... 52
Lampiran E.5 Tipikal Tipikal Sumber Penggerak Pompa Tenaga Surya................. 53
Lampiran E.6 Tipikal Tipikal Sumber Penggerak Pompa Tenaga Angin................. 54
Bibliografi.................................................................................................................. 55

iii
Kata Pengantar

Air baku dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, diantaranya untuk
keperluan rumah tangga sehari-hari masyarakat, perkotaan dan industri serta pertanian.
Demikian pula dengan air tanah yang dimanfaatkan secara konjungtif pada musim kering di
saat air permukaan tidak dapat diandalkan, memiliki peran penting dalam penyediaannya
untuk menunjang perikehidupan manusia.
Infrastruktur air baku maupun air tanah yang telah dibangun lambat laun akan
mengalami penurunan kondisi maupun fungsinya, baik karena umur bangunan, pengaruh
alam, maupun kegiatan manusia. Apabila kondisi infrastruktur air tanah dan air baku
mengalami penurunan sehingga mengganggu fungsi pelayanannya, perlu dilakukan
rehabilitasi terhadap infrastruktur terbangun tersebut.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan air baku dan air tanahdiperlukan
pedoman rehabilitasi infrastrukturair tanah dan air baku. Pedoman ini diharapkan dapat
digunakan sebagai petunjuk praktis bagi pelaksana dalam menyelenggarakan kegiatan
rehabilitasi infratsruktur air tanah dan air baku. Pedoman ini menetapkan tata cara
rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku sebagai acuan umum bagi penyelenggara
infrastruktur air tanah dan air baku, perencana, pelaksana konstruksi maupun para pihak
yang terkait.

iv
Pedoman Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku

1. Ruang Lingkup

Pedoman ini menjelaskan panduan untuk menyelenggarakan kegiatan rehabilitasi


infrastruktur air tanah dan air baku yang berlaku di Indonesia. Ruang lingkup pedoman
rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku adalah:

a. Infrastruktur air tanah dan air baku,


b. Kriteria umum rehabilitasi air tanah dan air baku
c. Rehabilitasi infrastruktur air tanah,
d. Rehabilitasi infrastruktur air baku,

Pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai petunjuk praktis dalam


menyelenggarakan kegiatan rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku. Pedoman ini
menyajikan tata cara penyelenggaraan rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku
sebagai acuan umum dan petunjuk teknis bagi pengelola infrastruktur air tanah dan air baku
di Indonesia dalam menyelenggarakan kegiatan rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air
baku.

2. Acuan Normatif
Acuan normatif pedoman rehabilitasi infrastruktur air baku dan air tanah ini adalah
sebagai berikut:

Sni 6469:2012, Tata Cara Pembangunan Sumur Produksi Dengan Pengeboran Sistem
Sirkulasi Langsung;
Sni 6454, Cara Uji Ketegak Lurusan Sumur;
Sni 6377,Tata Cara Pencucian Sumur;
Sni 6989.58, Tata Laksana Pengambilan Sampel Air;
Sni 06-2412-1991, Metoda Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air
Sni 6989.58:2008, Standar Nasional Indonesia Air Dan Air Limbah Bagian 58: Metoda
Pengambilan Contoh Air Tanah;
Sni 19-1141-1989 Cara Uji Suhu;
Sni 03-6859-2002 Metoda Pengujian Angka Rasa dalam Air;
Sni 03-6860-2002 Metoda Pengujian Angka Bau dalam Air;
Sk Sni M-03-1989-F Metode Pengujian Kualitas Fisika Air;

3. Istilah dan Definisi


Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan:

3.1 Air Baku


Air Baku adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, air tanah, air hujan dan
air laut yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai Air Baku untuk keperluan air
minum, rumah tangga dan industri dan pertanian secara umum.

3.2 Air tanah


Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.

1 dari 55
3.3 Air Permukaan
Air permukaan adalah air baku yang berasal dari sungai ,saluran irigasi, waduk,
kolam, situ atau danau.

3.4 Bangunan penyadap


Bangunan penyadap (Intake) adalah bangunan penangkap air atau tempat air masuk
sungai, danau, situ, atau sumber air lainnya.

3.5 Kerusakan
Kerusakan adalah penurunan terhadap kondisi dari suatu bangunan yang
seharusnya dapat digunakan atau dapat menghasilkan sesuatu yang berguna, dalam
hal ini kerusakan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.

3.6 Mata air


Mata air adalah sebuah keadaan alami di mana air tanah mengalir keluar dari akuifer
menuju permukaan tanah

3.7 Pedoman
Pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan
dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat.

3.8 Pipa jambang (casing)


Pipa jambang/casing adalah pipa yang dipasang dalam lubang bor yang bahannya
dapat dari besi, plastik atau serat (fibre) dan berfungsi untuk menahan keruntuhan
dinding sumur

3.9 Pipa saringan (screen)


Pipa saringan/ screen adalah yang konstruksinya punya bukaan tertentu yang
diletakan pada lapisan-lapisan pembawa air dengan fungsinya sebagai pipa-pipa
tempat masuknya air dari lapisan pemboran atau akuifer

3.10 Pompa
Pompa adalah alat yang digunakan untuk memindahkan air dari suatu tempat yang
lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi dan digerakkan oleh penggerak yang bisa
dari tenaga listrik atau mekanis

3.11 Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah kegiatan perbaikan kerusakan dan atau penurunan fungsi yang
dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi dan pelayanan infrastruktur seperti
semula pada saat direncanakan.

3.12 Infrastruktur Air tanah


Infrastruktur air tanah adalah prasarana dan sarana pengambilan dan/ atau
penyediaan air baku yang berasal dari air tanah yang merupakan satu kesatuan
meliputi sumur, pompa, sumber penggerak, dan jaringan pemanfaat,

3.13 Unit air baku


Infrastruktur air baku prasarana dan sarana pengambilan dan/ atau penyediaan air
baku yang berasal dari air permukaan, mata air dan sumber air permukaan lainnya
yang merupakan satu kesatuan meliputi bangunan penyadap (intake), bronkaptering,
pompa, sumber penggerak, dan jaringan pemanfaat,

3.14 Jaringan irigasi air tanah

2 dari 55
Jaringan irigasi air tanah adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air tanah,
mulai dari sumur dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi air tanah
termasuk bangunan didalamnya.

3.15 Saluran irigasi air tanah


Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang dimulai
setelah bangunan pompa sampai lahan yang diairi.

3.16 Sumber Penggerak


Sumber penggerak (penghasil arus listrik) merupakan benda-benda yang dapat
menghasilkan arus listrik yang digunakan untuk menggerakkan pompa untuk
memompa air.

3.17 Sumur Dalam


sumur dengan kedalaman lebih dari 100 meter yang menggunakan pompa dorong
.
3.18 Sumur Dangkal
sumur dengan kedalaman kurang dari 40 meter yang dapat diproduksi dengan mesin
pompa air biasa ataupun ditimba secara tradisional

3.19 Sumur Dalam


sumur dengan kedalaman lebih dari 100 meter yang menggunakan pompa dorong
.
3.20 Sumur Dangkal
sumur dengan kedalaman kurang dari 40 meter yang dapat diproduksi dengan mesin
pompa air biasa ataupun ditimba secara tradisional

3.21 Sumur Menengah


sumur yang menggunakan pompa isap dengan kedalaman kurang dari 60 meter
.
3.22 Sumur produksi
sumur bor yang dibuat dengan mesin bor dan pengambilan airnya dilakukan dengan
pompa dorong atau pompa isap

4. Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku

4.1. Klasifikasi Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku


Berdasarkan praktek penyediaan air tanah dan air baku, sistem penyediaan air tanah
dan air baku dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu (1) penyediaan air baku
perkotaan (Rumah tangga Kota dan Industri), (2) air baku perdesaan dan (3) Jaringan Irigasi
Air Tanah (JIAT). Klasifikasi tersebut dilakukan dengan pertimbangan jenis penggunaan air,
jumlah penduduk, distribusi/sebaran penduduk, dan aktifitas dominan yang dilakukan
penduduk, penerapan teknologi fisik, tingkat kapasitas pelayanan, tingkat jenis sambungan
pelayanan, dan tingkat pengelolaan sistem penyediaan air tanah dan air baku.
Penyediaan air baku perkotaan dimaksudkan untuk menyediakan kebutuhan air
untuk penduduk wilayah perkotaan, meliputi kebutuan domestik, non-domestik, dan industri.
Kebutuhan air baku untuk perkotaan dipengaruhi oleh jumlah penduduk, strata perkotaan,
aktifitas dan pola kebiasaan yang didukung adanya perkembangan sosial ekonomi.
Penyediaan air baku perkotaan dicirikan dengan penyediaan dengan kapasitas yang relatif
besar, sistem penyediaan yang lengkap, mulai dari unit air baku, unit produksi, bangunan
transmisi (pipa, asesoris, bak pelepas tekan dll) sampai dengan unit distribusi.
Penyediaan air baku perdesaan dimaksudkan untuk menyediakan kebutuhan air
untuk penduduk wilayah perdesaan, pada umumnya berupa kebutuhan dasar untuk
keperluan hidup. Penyediaan air baku perdesaan dicirikan dengan kapasitas yang kecil,

3 dari 55
sistem penyediaan yang sederhana. Penyediaan air baku perdesaan pada umumnya berupa
sistem perpipaan maupun bukan jaringan perpipaan. Sistem perpipaan mengambil air dari
air permukaan, mata air maupun air tanah melalui unit air bakudan dialirkan sampai hidran
umum. Sistem bukan perpipaan berupa penyediaan secara mandiri dengan teknologi yang
relatif sederhana, berasal dari sumur gali.
Pemanfaatan air tanah untuk irigasi atau dikenal dengan jaringan irigasi air tanah
(JIAT), dilakukan dengan pengambilan air dari bawah permukaan tanah,
mengangkat/memindahkan air dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi untuk
didistribusikan dan digunakan untuk keperluan irigasi. Jaringan irigasi air tanah terdiri dari
sumber air tanah berupa sumur, mesin pompa, dan jaringan irigasi air tanah yang
mengalirkan air menuju lahan irigasi. Bagian-bagian dari Jaringan Irigasi Air Tanah terdiri:
- Sumur air tanah, dapat jenis sumur gali, bor (pipa), yang berfungsi
untukmengumpulnya air dari akuifer;
- Pompa air tanah (berupa pompa submersible atau sentrifugal) dengan mesin
penggeraknya (generator set, listrik dari PLN, angin, panel surya),
- Bangunan stasiun pompa (rumah pompa), yang berfungsi sebagai tempat
panelpompa, mesin, dan alat-alat pendukung lainnya
- Reservoir, yang berfungsi sebagai bak penampungan airsebelum dialirkan ke saluran
pembawa;
- Saluran pembawa, yang dapat menggunakan pipa air atau saluran terbuka; dan
- Bangunan pembagi ke masing-masing petak.

4.2. Sumber Air Baku

4.2.1 Sumber Air Baku dari Air Tanah


Air tanah merupakan air yang tersimpan dan atau mengalir pada lapisan
tanah/batuan, yang lazim disebut akuifer. Upaya untuk mendapatkan air tanah ditempuh
dengan cara membuat lubang vertikal pada tanah/batuan di daerah yang mempunyai potensi
ketersediaan air tanah. Usaha untuk mendapatkan air tanah tersebut dapat dilakukan
dengan teknologi sederhana (menggali tanah hingga ditemukan air tanah sesuai dengan
kebutuhan),dengan teknologi menengah (melubangi tanah/batuan dengan bantuan peralatan
mekanik ringan hingga mencapai kedalaman,sesuai yang dikehendaki agar didapatkan air),
dengan teknologi tinggi (melubangi tanah/batuan dengan bantuan peralatan mekanik berat
hingga mencapai kedalaman sesuai yang dikehendaki agar didapatkan air dalam jumlah
yang maksimal,selanjutnya dilakukan pengujian logging; uji pemompaan (pumpingtest);
konstruksi dan pembersihan sumur, sehingga air yang didapatkan akan maksimal dengan
kualitas yang cukup baik).

4.2.2 Sumber Air Baku dari Mata Air


Mata air adalah air tanah yang muncul ke permukaan secara alami. Mata air berasal
dari proses peresapan air hujan ke dalam tanah yang mengalir dalam tanah. Berdasarkan
terbentuknya mata air dapat dibedakan menjadi 4 (empat) jenis, yaitu gravity spring, surface
spring, artesian spring, dan spring from solution. Mata air dikatakan sebagai gravity spring
apabila muka air tanah berada pada elevasi yang relatif tinggi dan mengalir ke luar daerah
yang lebih rendah. Surface spring terjadi akibat adanya lapisan kedap air yang
mengakibatkan adanya tampungan air dan mengalir keluar. Sedangkan artesian spring
terjadi akibat adanya tekanan akuifer tertekan (confined aquifer) yang mengakibatkan air
keluar menuju permukaan tanah. Spring from solution channel merupakan mata air yang
keluar dari tetasan / aliran air dalam batuan atau gua.

4.2.3Sumber Air Baku dari Air Permukaan


Sumber air baku dari air permukaan dapat berasal dari sungai dan waduk (buatan
maupun alami). Pengambilan air permukaan yang tersedia di sepanjang sungai maupun
waduk dalam praktiknya hanya dapat dilakukan pada tempat-tempat tertentu yang
memungkinkan dibuat bendung atau intake. Sungai mempunyai karaktersitik umum yaitu

4 dari 55
berfluktuasi debit aliran maupun kualitasnya sepanjang tahun. Debit aliran minimum
biasanya terjadi pada akhir periode musim kemarau.

4.3. Unit Air Baku

4.3.1. Komponen unit air baku


Jenis infrastruktur air tanah dan air baku tergantung dari beberapa hal, antara lain
jenis sumber air, lokasi, cara pengambilan, kualitas air dan aspek lainnya. Sumber air baku
yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai air baku pada umumnya adalah: air tanah,
mata air dan air permukaan. Sumber air baku tersebut disadap oleh unit air baku,
merupakan sarana pengambilan dan/atau penyedia air baku. Unit air baku terdiri atas:
a. Bangunan pengambilan/penyadapan;
b. Alat pengukuran dan peralatan pemantauan;
c. Sistem pemompaan; dan/atau
d. Bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya.
e. Bangunan penampungan air;

Unit Air Baku pada umumnya terletak pada lokasi yang berdekatan dengan sumber air.
Bangunan intake terletak di tepi sungai waduk, embung dan danau, bangunan pelindung
mata air terletak di lereng bukit, lereng terjal, bangunan pengambilan air tanah terletak di
lapangan terbuka.

4.3.2. Bangunan Pengambilan Air Tanah


Secara garis besar bangunan untuk pengambilan air tanah berupa sumur dangkal
untuk pengambilan air tanah dangkal dan sumur dalam untuk pengambilan air tanah
tertekan/air tanah dalam. Tipe bangunan pengambilan air tanah dan penentuan tipe
bangunan pengambilan air tanah, ditentukan berdasarkan pada beberapa faktor antara lain:
a. Faktor geologi dan hidrogeologi daerah yang berhubungan dengan pola akuifer dan
potensi air tanahnya;
b. Faktor kemudahan dalam pelaksanaannya;
c. Faktor kuantitas/jumlah air yang diinginkan, termasuk kualitasnya.

Menurut kedalamannya, bangunan pengambilan air tanah dapatdibagi menjadi 2


jenis, yaitu:
a. Sumur Dangkal, Bangunan sumur dangkal dibuat untuk mendapatkan air tanah
bebas/air tanah dangkal pada zona akuifer bebas yang jenuh dengan air tanah (tidak
terganggu dengan musim). Kedalaman sumur dangkal untuk tiap-tiap daerah tidak sama
hal ini tergantung dari kondisi muka air tanah bebas. Kedalaman sumur dapat ditentukan
setelah dilakukan pengganlian, pada saat penggalian sudah ditemukan adanya
genangan air didalam lubang sumur dan tidak memungkinkan dilakukan penggalian
lebih lanjut, maka pelaksanaan penggalian dihentikan. Pembuatan sumur dangkal
sebaiknya dilakukan pada saat akhir musim kemarau, hal ini dimaksudkan agar dapat
memanfaatkan muka air tanah dangkal terendah. Penggalian sumur dangkal dapat
dihentikan apabila sudah mencapai lapisan kedap air (impermeable).
b. Sumur Dalam
Bangunan sumur dalam dibuat untuk mendapat mendapatkan air tanah tertekan air/air
tanah dalam. Sama seperti sumur dangkal, kedalaman sumur dalam untuk tiap-tiap
daerah tidak sama, tergantung dari kondisi geologi lapisan bawah permukaan yaitu
dibawah lapisan kedap air dan kedalaman letak akuifer yang potensial untuk
dimanfaatkan. Kedalaman sumur dalam dapat ditinjau dengan 2 cara: (1) secara kasar
yaitu dari hasil pembacaan survei geolistrik, berupa ketebalan lapisan akuifer secara
tentative dan letak kedalamannya yang diperoleh dari analisis nilai tahanan jenis (2)
secara detail; yaitu dengan membuat sumur uji, sehingga dapat diperoleh ketebalan
lapisan akuifer, koefisien kelulusan akuifer dan letak kedalaman akuifer potensial.
Kedalaman sumur dapat ditetapkan dengan mengakumulasi serapan total

5 dari 55
akuiferterhadap debit yang dibutuhkan. Untuk daerah yang dekatdengan pantai,
kedalaman sumur dalam dibatasi pada lapisan yang ada kecenderungan terintrusi air
laut.
Kuantitas dan kualitas air bawah tanah tergantung pada wadah dan isi air tanah
tersebut, berupa lapisan tanah (batuan) yang disebut sebagai akuifer. Isi dari akuifer berupa
air yang kuantitasnya sangat tergantung pada sifat-sifat hidrolika dan besarnya
imbuhan.Kedua hal tersebut dikendalikan oleh kondisi hidrogeologi, morfologi dan
hidraulikanya yang menjadikan kesatuan wilayah air bawah tanah atau yang dikenal sebagai
cekungan air bawah tanah.
Sumur bor adalah salah satu jenis sumur buatan yang dibuat dengan bantuan alat
bor untuk mencapai kedalaman sumur yang dikehendaki sehingga akan bertemu dengan
sumber air tanah yang akan diambil. Sumur bor dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air minum masyarakat, baik secara individu maupun dikelola untuk masyarakat
(sumur produksi), keperluan irigasi, pemeliharaan kebun dan lahan lainnya serta
pengembangan properti. Sumur bor juga digunakan sebagai sumur pemantauan/observasi
kualitas dan kuantitas air tanah.
Sumur bor terdiri dari tiga komponen utama yaitu (1) sumber air dalam akuifer, (2)
pipa jambang(casing), dan (3) saringan (screen) sumur. Tiga aspek tersebut merupakan inti
dari konstruksi sumur bor.
a. Sumber air dalam akuifer
Sumur dirancang dapat menembus akuifer sedalam mungkin yang disesuaikan dengan
perencanaan. Selama uji pengeboran, Pengebor akan melakukan pencatatan (data log)
pengeboran tanah. Tanah dan sampel batuan yang diambil dari berbagai kedalaman dan
jenis bahan geologi dicatat. Hal ini dilakukan pengebor (driller) untuk mengidentifikasi
akuifer dengan potensi terbaik yang akan dijadikan sumber air. Beberapa pengebor
menjalankan log listrik (catatan hasil geolistrik) atau sinar gamma dalam lubang uji untuk
lebih mendefinisikan kondisi geologi.
Umumnya sumur diselesaikan dibagian bawah akuifer. Hal ini lebih memungkinkan
untuk memanfaatkan air pada akuifer dan memastikan produksi maksimal dari sumur.
b. Pipa Jambang (Casing)
Pipa jambang(Casing) sumur bisa berupa pipa casing lurus atau casing teleskopik.
Diameter pipa casing lurus sama dari atas ke bawah sumur. Casing teleskopik
kombinasi dari bagian pipa lebih besar di bagian casing/screen dan diameter yang lebih
kecil dibagian casing/screen. Pipa jambang berfungsi sebagai rumah untuk peralatan
pompa dan saluran untuk masuknya aliran air tanah ke suction pompa. Rumah pada
bagian pipa jambang harus dapat meletakan pompa agar selalu terendam air. Ini harus
diletakkan beberapa meter di bawah level pada saat air minimum saat drawdown dan
pertimbangan fluktuasi musiman. Pipa jambang harus cukup besar untuk menampung
unit pompa sesuai debit yang diinginkan. Idealnya, pipa casing sumur diameternya dua
kali ukuran (lebih besar) dari ukuran mangkuk pompa yang akan dipasang. Untuk sumur
dalam, casing juga harus cukup besar untuk menampung mangkuk pompa, kolom atau
cukup untuk menjatuhkan pipa dengan tepat saat instalasi dan operasi yang efisien.
Ukuran pipa jambang minimum harus sama dengan 50 mm lebih besar dari mangkok
pompa tetapi tidak boleh kurang dari 100 mm. Untuk sumur teleskopik, pompa harus
ditetapkan pada pipa jambang yang lebih besar.
c. Saringan (Screen)
Saringan (screen)adalah bagian dari sumur yang dimaksukan untuk menangkap air dari
air akuifer. Hasil dari sumur sangat tergantung pada rancangan dan lokasi screen.
Sumur dapat melalui screen (saringan) terus menerus sesuai kedalaman sumur atau
pada interval kedalaman tertentu. Hal ini tergantung pada kedalaman dan ketebalan
lapisan akuifer.
Lubang-lubang screen berfungsi untuk menahan pasir dan kerikil yang masuk sumur,
akan tetapi masih memungkinkan air mengalir ke dalamnya. Screen dipasang di tanah
lapisan produktif yang menghasilkan air pada lubang bor. Bagian pertama screen

6 dari 55
sebelah atas harus dipasang di bawah perkiraan level air terdalam saat pemompaan
(pumping water level).
Pada dasarnya, screen harus sedapat mungkin:
Mencegah masuknya pasir ke dalam sumur,
Memberikan pembukaan optimal agar air dari sumber masuk (inflow),
Tahan karat (corrosion resistant), dan
Secara struktural kuat menahan keruntuhan.
Screen sumur biasanya dipasang di akuifer yang berada di titik longgar atau tidak stabil.
Screen mencegah fragmen batuan masuk sumur, membantu penguatan dinding (bagian
bawah) dan memungkinkan air masuk perlahan-lahan. Aliran turbulen dapat mudah
mengangkut partikel batu yang tidak diinginkan, sedangkan aliran aduk (agitated water)
dapat melepaskan mineral-mineral dan sumbatan sumur.Screen yang terbuat dari
stainless steel paling banyak digunakan karena bahannya kuat dan tahan korosi.

4.3.2 Bangunan Pengambilan Air Baku dari Mata Air


Mata air dapat dimanfaatkan dengan berbagai alternatif, yang paling sederhana
adalah dengan membuat beberapa perlengkapan untuk akses dan perlindungan sumber dari
polusi. Berikutnya dapat dipasang sistem pengumpul (collector system) dan jaringan pipa
yang dapat mengalirkan air secara gravitasi menuju bak pengumpul dan titik-titik distribusi.
Pengembangan mata air apabila dilakukan secara tidak benar akan mengakibatkan mata air
tersebut mati atau berpindah lokasinya.
Terdapat 2 (dua) Tipe bangunan penyadap (Intake) untuk sumber mata air: (1)
bangunan penangkap mata air (broncaptering), untuk mata airyang mengalir/muncul secara
horisontal, dan (2) bangunan pengumpul (sumuran). Perlengkapan bangunan penangkap
adalah outlet untukkonsumen air minum, outlet untuk konsumen lain (perikanan atau
pertanian, dan lain-lain), peluap (overflow), penguras (drain), bangunan pengukur debit,
konstruksi penahan erosi, lubang periksa (manhole), saluran drainase keliling, pipa ventilasi.
Sedangkan perlengkapan bangunan pengumpul atau sumuran adalah outlet untuk
konsumen air bersih, outlet untuk konsumen lain (perikanan atau pertanian, dan lain-lain),
peluap (overflow), penguras (drain), bangunan pengukur debit, konstruksi penahan erosi,
lubang periksaan (manhole), saluran drainase keliling, pipa ventilasi.
Broncaptering adalah bangunan untuk menangkap mata air yang keluar dari
sumbernya. Pembuatan broncaptering harus memperhatikan karakter lingkungan alam yang
ada seperti struktur batuan yang membentuk lapisan aquifer, elevasi keluarnya sumber air,
pemanfaatan air yang telah berlangsung sebelumnya, dsb. Perencanaan bangunan
broncaptering perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a. Elevasi muka air tertinggi pada bak penampung harus jauh lebih rendah dari elevasi
keluarnya air dari sumber mata air secara alami,
b. Bangunan broncaptering harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat
menangkap aliran air dari sumber mata air yang keluar secara menyebar,
c. Broncaptering harus dilengkapi dengan saluran pelimpah, sehingga apabila jumlah
aliran dari mata air lebih besar dari daya tampung bangunan penangkap, maka air dapat
mengalir dengan bebas,
d. Pembangunan broncaptering harus memperhatikan aspek sosial masyarakat setempat
yaitu dengan menyediakan saluran outflow yang dapat digunakan untuk pemakaian air
oleh lingkungan dan masyarakat setempat sebagaimana yang telah berlangsung selama
ini seperti untuk keperluan sumber air bagi lahan disekitarnya sehingga dapat
mempertahankan kondisi lingkungan yang hijau, untuk keperluan mengairi ladang,
kolam ikan dan keperluan lainnya.

Bangunan broncaptering setidaknya terdiri dari beberapa bagian (1) bangunan penangkap,
(2) bak pengumpul, (3) bangunan pelindung bangunan penangkap, sebagai berikut :
a. Bangunan penangkap atau bangunan pengambilan air baku adalah bangunan atau
konstruksi penangkap mata air yang di bangun pada suatu lokasi sumber air yaitu

7 dari 55
sungai, mata air dan air tanah dengan segala perlengkapannya dan dipergunakan
sebagai tempat untuk mengambil air tersebut guna penyediaan air bersih,
b. Bak pengumpul merupakan suatu bangunan penampung atau penyimpanan air
sementara pada kapasitas tertentu sebelum di pergunakan,
c. Bangunan pelindung bangunan atau konstruksi yang dapat melindungi terhadap
pencemaran akibat aliran air dari luar, maupun terhadap runtuhan dinding tebing
disekitarnya dan berfungsi juga untuk melindungi gangguan dari hewan.

4.3.3 Bangunan Pengambilan Air Baku dari Air Permukaan


Intake adalah suatu konstruksi yang berguna untuk mengambil air dari sumber air di
permukaan tanah seperti reservoir, sungai, danau atau kanal. Konstruksi intake disesuaikan
menurut konstruksi bangunan air, dan umumnya secara kualitas airnya kurang baik namun
biasanya secara kuatitas airnya cukup banyak. Dalam perencanaan penetapan lokasi Intake
harus memperhatikan beberapa faktor di bawah ini :

a. Kualitas air yang tersedia harus memenuhi persyaratan baku mutu air baku.
b. Berlokasi ditempat dimana tidak terdapat arus/aliran kuat yang dapat merusak intake.
c. Selama banjir, air tidak boleh masuk ke dalam intake.
d. Sebaiknya sedekat mungkin dengan stasiun pemompaan.
e. Pasokan tenaga harus tersedia dan dapat digunakan.
f. Lokasi harus mudah dijangkau dan dekat tempat pengolahan sehingga meminimalkan
biaya perpipaan.
g. Lokasi sebaiknya tidak berada di wilayah cekungan.
h. Sebaiknya tertutup untuk mencegah sinar matahari yang bisa menstimulus pertumbuhan
lumut atau ganggang di air ataupun pengotor-pengotor dari luar.
i. Tanah tempat dibangunnya intake harus stabil.
j. Bangunan intake harus kedap air.
k. Pipa inlet ditempatkan dibawah permukaan sungai atau danau untuk mendapatkan air
yang lebih dingin dan mencegah masuknya benda-benda yang mengapung.
l. Sebaiknya terletak agak jauh dari bahu sungai untuk mencegah kemungkinan
pencemaran.
m. Sebaiknya terletak pada bagian hulu kota.

Berdasarkan jenis sumber airnya, bangunan Intake dapat dibedakan menjadi 4


(empat) macam yaitu :
a. Reservoir Intake (Intake Tower): pada umumnya terletak pada bagian pelimpahan atau
dekat sisi bendungan. Pondasi menara (tower) terpisah dari bendungan dan dibangun
pada bagian hulu. Menara terdiri atas beberapa inlet yang terletak pada ketinggian yang
bervariasi untuk mengantisipasi fluktuasi tinggi muka air dapat mengalir secara gravitasi
ke fasilitas penjernihan air, maka intake tower tidak diperlukan.
b. River Intake: terdiri atas sumur beton berdiameter 3 6 m yang dilengkapi 2 atau lebih
pipa besar yang disebut penstock. Pipa-pipa tersebut dilengkapi dengan katup sehingga
memungkinkan air memasuki intake secara berkala. Air yang terkumpul dalam sumur
kemudian dipompa dan dikirim kedalam instalasi pengolahan. River Intake terletak pada
bagian hulu kota untuk menghidari pencemaran oleh air buangan.
c. Lake Intake : terdiri atas satu atau lebih pipa bell-mouthed yang dipasang di dasar
danau. Bell-mouthed ditutup dengan saringan (screen). Sebagai penyangga pipa dibuat
jembatan yang menghubungkan pipa dari danau menuju tempat pengolahan air.
d. Canal Intake : terdiri atas sumur beton yang dilengkapi dengan pipa bell-mouthed yang
terpasang menghadap ke atas. Terdapat saringan halus pada bagian atas untuk
mencegah masuknya ikan-ikan kecil dan benda-benda terapung. Ruangan juga dilapisi
dengan saringan dari kerikil.

8 dari 55
Berdasarkan jenis peralatan penunjangnya, bangunan Intake dibedakan sebagai
berikut.
a. Pipa inlet, berfungsi untuk membawa air masuk ke dalam intake.
b. Gate valve, berfungsi untuk mengatur debit aliran air dengan jalan membuka dan
menutup aliran.
c. Screen, berfungsi untuk menyaring kotoran atau suspended solid yang mungkin terbawa
dalam air.
d. Overflow, berfungsi untuk mengeluarkan kelebihan air sehingga tinggi muka air dalam
bak tetap konstan.
e. Ventilasi, berfungsi menjaga tekanan udara dalam intake agar selalu sama dengan
tekanan udara luar.
f. Pompa, berfungsi untuk menaikan air dari sumber.
g. Drain, berfungsi untuk menguras.
h. Bak mom, berfungsi untuk membubuhkan desinfektan.
i. Pipa outlet, berfungsi untuk membawa air keluar dari intake.
j. Ruang operator

Jenis bangunan intake sangat tergantung dari lokasi sumber air bakunya, juga faktor biaya
baik biaya kontruksi, operasional maupun pemeliharaannya. Selain itu juga tergantung
dengan tingkat sedimentasi dari lokasi sumber air baku. Faktor estetis juga bisa menjadi
pertimbangan. Kombinasi dari beberapa tipe bangunan intake juga bisa dilakukan untuk
mengakomodir kondisi di lapangan.

4.3.4 Sistem Transmisi


Sistem transmisi adalah suatu cara/metode pengendalian pergerakan air dari
sumbernya (danau, sungai, waduk atau sumur dll) hingga mencapai bangunan pengolahan
air. Sistem transmisi dimulai dari bangunan penyadap air baku yang akan digunakan dalam
sistem penyediaan air baku dari sumber. Sistem transmisi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga),
yaitu sistem saluran terbuka, sistem saluran tertutup (pipa), dan jaringan pipa.
a. Sistem saluran terbuka, biasanya dipergunakan untuk air baku, pengalirannya secara
gravitasi yang bekerja pada tekanan atmosfer. Kerugian dari saluran terbuka antara lain
kecepatan pengaliran dapat begitu rendah sehingga terjadi pengendapan lumpur
sepanjang saluran. Kelemahan lainnya adalah karena saluran ini sifatnya terbuka, maka
rentan gangguan dari luar, kemungkinan pengambilan, pengotoran dan perusakan
saluran.
b. Sistem saluran tertutup, biasanya berbentuk saluran pipa yang dibuat ditempat. Cara
pengalirannya dapat berupa sistem gravitasi atau pemompaan. Saluran ini bekerja
dengan tekanan lebih besar dari tekanan atmosfer. Terhadap gangguan dari luar saluran
ini lebih aman dibandingkan dengan saluran terbuka.
c. Jaringan pipa transmisi, jaringan pipa transmisi adalah merupakan jaringan pipa yang
dipergunakan untuk mengalirkan air dari bak penampung menuju reservoir pembagi,
baik yang berbentuk ground reservoir maupun yang berbentuk menara air serta baik
yang dengan sistem pompa maupun yang gravitasi, sistem transmisi berbentuk saluran
terbuka dan saluran tertutup atau pipa.

4.3.5 Bangunan Penampung (Reservoir)


Reservoir merupakan bangunan penampungan air baku sebelum dilakukan
pengolahan dan pendistribusian. Reservoir dapat ditempatkan dibawah tanah atau di atas
tanah dalam bentuk menara atau tower.Bangunan reservoir umumnya diletakan di dekat
jaringan distribusi pada ketinggian yang cukup untuk mengalirkan air secara baik dan merata
ke seluruh daerah konsumen. Fungsi keberadaan reservoir antara lain adalah :
a. Penampungan terakhir kali air yang telah diolah dan memenuhi syarat kualitas air
minum.
b. Sebagai sarana vital penyaluran air ke masyarakat dan sebagai cadangan air.

9 dari 55
c. Sebagai tempat penyimpanan kelebihan air agar dapat tercapai keseimbangan antara
kebutuhan dan suplai.
d. Keperluan instalasi, seperti pencucian filter, pembubuhan alum.
e. Tempat penyimpanan air saat desifektan.
f. Sebagai pengaman untuk gelombang tekanan balik.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kualitas air dalam reservoir antara lain
sebagai berikut:
a. Reservoir harus tertutup rapat tidak boleh berhubungan langsung dengan sinar
matahari, hal ini untuk mengurangi penguapan;
b. Lubang ventilasi dilengkapi dengan kawat kasa supaya binatang kecil tidak bersarang di
dalamnya;
c. Saluran pintas (by pass) dari pipa inlet langsung ke pipa outlet, sehingga apabila ada
kerusakan /pengurasan produksi air tidak terganggu.
d. Sebaiknya reservoir dibuat 2 buah secara terpisah dalam pelayanan area yang sama
sehingga apabila salah satu ada pencucian atau maintenance produksi air bersih tidak
terganggu.

5 Kriteria Umum Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku

5.1 Latar Belakang Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku
Infrastruktur air baku sangat dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan dasar
keberlangsungan hidup manusia, diantaranya untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari
masyarakat, untuk perkotaan dan industri serta pertanian. Demikian pula dengan air tanah
yang dimanfaatkan secara konjungtif pada musim kering di saat air permukaan tidak dapat
diandalkan, memiliki peran penting dalam penyediaannya untuk menunjang perikehidupan
manusia. Infrastruktur air tanah dan air baku yang telah dibangun, dalam perjalanannya
mengalami penurunan kondisi maupun fungsinya, baik karena umur bangunan, pengaruh
alam, maupun dampak kegiatan manusia. Dalam rangka meningkatkan dan mengendalikan
kondisi dan fungsi infrastruktur air tanah dan air baku diperlukan adanya rehabilitasi
terhadap infrastruktur terbangun tersebut. Melalui kegiatan rehabilitasi infrastruktur air tanah
dan air baku diharapkan kondisi maupun fungsi dari suatu infrastruktur air tanah dan air baku
akan meningkat, sehingga layanan air baku terhadap pengguna tetap terjaga. Kegiatan
rehabilitasi air tanah dan air baku memerlukan suatu pengaturan, baik secara konsep,
mekanisme, dan detil pelaksanaannya serta pasca pelaksanaan rehabilitasi.
Rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku dilakukan pada keseluruhan maupun
sebagian sistem, antara lain pada unit pengambilan air baku, unit transmisi, unitproduksi,
maupun unit distribusi. Kegiatan rehabilitasi dilaksanakan apabila terdapat kerusakanatau
ketidak sesuaian pada keseluruhan maupun sebagian prasarana infrastruktur air tanah dan
air baku tersebut. Pertimbangan perlunya rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air
bakuantara lain disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Air baku tidak mengalir atau kuantitas air baku yang akan diolah pada unit produksi
menurun akibat kerusakan pada unit bangunan pengambilan air baku,
b. Kualitas air yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar akibat kerusakan pada unit
pengolahan,
c. Kebocoran pipa transmisi dan pipa distribusi,
d. Kerusakan pada sistem transmisi dan distribusi,
e. Kerusakan sistem elektrikal dan mekanikal.

Agar kegiatan rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien perlu mengacu petunjuk teknis dan standar yang telah ditetapkan,
serta mengikuti standar-standar lainnya yang terkait.
Rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku merupakan perbaikan atau
penggantian terhadap sebagian atau seluruh penyediaan air tanah dan air baku yang perlu

10 dari 55
dilakukan agar dapat berfungsi sebagaimana direncanakan. Rehabilitasi infrastruktur air
tanah dan air baku dilaksanakan apabila terdapat unit-unit dan komponen infrastruktur air
tanah dan air baku yang tidak dapat beroperasi secaraoptimal. Rehabilitasi infrastruktur air
tanah dan air baku dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) rehabilitasi sebagian dan
rehabilitasi keseluruhan.
Rehabilitasi sebagian adalah perbaikan unit tertentu infrastruktur air tanah dan air
baku agar berfungsi sesuai dengan ketentuan yang direncanakan. Rehabilitasi sebagian
dilakukan apabila salah satu komponen dalam unit air baku mengalami penurunan fungsi
dan memerlukan perbaikan atau penggantian suku cadang.
Rehabilitasi keseluruhan meliputi penggantian salah satu atau seluruh unit
infrastruktur air tanah dan air baku agar berfungsi secara normal sesuai yang direncanakan.
Rehabilitasi keseluruhandilakukan apabila salah satu atau seluruh unit air baku mengalami
penurunan fungsi dan/atau sudah melebihi umur teknis.
Kegiatan rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku seringkali menyebabkan
terganggunya atau bahkan terhenti dalam memberikan pelayanan air baku kepada sebagian
masyarakat. Dalam kondisi demikian penyelenggara penyediaan jaringan air tanah dan air
baku infrastruktur air tanah dan air baku tidak dapat maka penyelenggara penyedia air baku
harus melakukan pemberitahuan terlebih kepada masyarakat dan instansi terkait paling
lambat satu minggu sebelum pemberhentian pelayanan dan pemberhentian pelayanan
paling lama tiga hari. Kegiatan rehabilitasi tidak diperkenankan menghentikan seluruh
pelayanan air minum kepada masyarakat.

5.2 Evaluasi Kinerja Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku


Evaluasi kinerja infrastruktur air tanah dan air baku dimaksudkan untuk memberikan
penilaian dan evaluasi terhadap kondisi dan fungsi infrastruktur air tanah dan air baku.
Penilaian dan evaluasi dilakukan berdasarkan hasil inspeksi infrastruktur air tanah dan air
baku yang dilakukan terhadap masing-masing komponen utama infrastruktur air tanah dan
air baku. Kondisi infrastruktur air tanah dan air baku ditentukan dalam bentuk besarnya
tingkat kerusakan yang terjadi pada prasarana air tanah dan air baku. Kondisi infrastruktur
air tanah dan air bakudapat dibagi dalam 4 (empat) tingkat penilaian : (1) baik ; (2) rusak
ringan, (3) rusak sedang, dan (4) rusak berat.
a. Kondisi baik jika tingkat kerusakan < 10 % dari kondisi awal infrastruktur air tanah dan
air baku.
b. Kondisi rusak ringan jika tingkat kerusakan 10 20 % dari kondisi awal infrastruktur air
tanah dan air baku.
c. Kondisi rusak sedang jika tingkat kerusakan 21 40 % dari kondisi awal infrastruktur air
tanah dan air baku.
d. Kondisi rusak berat jika tingkat kerusakan > 40 % dari kondisi awal infrastruktur air tanah
dan air baku.

Sedangkan evaluasi fungsi dinilai berdasarkan tingkat kesesuaian fungsi infrastruktur


air tanah dan air baku terhadap perencanaannya. Fungsi infrastruktur air tanah dan air baku
juga dibedakan dalam 4 (empat), yaitu (1) berfungsi baik, (2) terganggu ringan, (3) terganggu
sedang, dan (4) terganggu berat / tidak berfungsi.
a. Fungsi baik jika mengalami penurunan fungsi < 10 % dari fungsi awal infrastruktur air
tanah dan air baku sesuai direncanakan.
b. Fungsi terganggu ringan jika mengalami penurunan fungsi 10 20 % dari fungsi awal
infrastruktur air tanah dan air baku sesuai direncanakan
c. Fungsi terganggu sedang jika mengalami penurunan fungsi 21 40 % dari fungsi awal
infrastruktur air tanah dan air baku sesuai direncanakan.
d. Fungsi terganggu berat jika mengalami penurunan fungsi > 40 % dari fungsi awal
infrastruktur air tanah dan air baku sesuai direncanakan.

Nilai kinerja infrastruktur air tanah dan air baku dilakukan terhadap bangunan utama
dan masing-masing komponen bangunan yang diberi bobot berbeda-beda sesuai tingkat

11 dari 55
kepentingannya terhadap infrastruktur air tanah dan air baku. Nilai kinerja infrastruktur air
tanah dan air baku merupakan nilai gabungan antara kondisi dan fungsi bangunan.
Berdasarkan hasil penilaian dan evaluasi kinerja infrastruktur air tanah dan air baku dapat
direkomendasikan sebagai berikut.

Tabel 1 Evaluasi Kinerja Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku


Nilai Kinerja infrastruktur air
Rekomendasi
tanah dan air baku
> 90 Pemeliharaan Rutin yang bersifat pencegahan
70 90 pemeliharaan berkala yang bersifat perawatan
60 70 Pemeliharaan Khusus yang bersifat perbaikan
<60 Rehabilitasi/ perbaikan berat atau penggantian

6 Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah

6.1 Tipe kerusakan infrastruktur air tanah


Penggunaan air tanah (sumur) secara terus menerus berpotensi menimbulkan
penurunan kinerja akibat usia maupun kerusakan. Bagian infrastruktur air tanah yang
mengalami kerusakan meliputi pada sumur, mekanikal dan elektrikal dan jaringan
pemanfaatannya.
Kerusakan air tanah pada sumur yang sering dijumpai adalah pada bagian pipa
jambang (casing) dan saringan (screen), berupa sumbatan, kotor, korosi, patah, bocor dan
sebagainya. Kerusakan pada casing dan screen berupa patah di lokasi penempatan
screennya yang disebabkan oleh gempa bumi sehingga menyebabkan pergeseran/patahan.
Disamping itu kerusakan screen juga berupa sumbatan yang disbebakan kualitas air tanah
yang mengandung kandungan karbon yang tinggi sehingga menyebaknan terjadinya kerak
berwarna putih di bagian screen yang menyebabkan screen cepat mengalami kerusakan
berupa sumbatan. Kandungan zat besi (Fe) dan salinitas/kadar garam yang tinggi
menyebabkan korosi di bagian pipa yang masuk ke dalam sumur/discharge pipe. Kerusakan
ini mengakibatkan menurunnya debit air maupun kualitas air dari pada saat direncanakan.
Kerusakan mekanikal dan elektrikal air baku bisa terjadi pada motor pompa casing,
impeller. asesoris pompa termasuk panel pompa, penggantian AVR, dan electric fuel
pump.Hal ini dapat terjadi akibat: batu-batu kerikil yang mungkin terhisap oleh pompa,
terendam lumpur, banjir bahkan tersambar petir yang dapat berakibat terjadi hubungan arus
pendek, dan motor pompa terbakar.
Kerusakan pada jaringan berupa kebocoran jaringan pipa dan asesoris termasuk
kran, dan tutup pintu box pembagi, kebocoran/rembesan di daerah reservoir beton serta
kerusakan water meter.
Beberapa penyebab kerusakan pada infrastruktur air tanah adalah: (1) karena seiring
dengan usia/umur konstruksi infrastruktur air tanah tersebut yang sudah lama, (2) kualitas air
tanah dengan dengan kandungan karbon yang tinggi sehingga menyebaknan terjadinya
kerak berwarna putih di bagian screen yang menyebabkan screen cepat mengalami
kerusakan, (3) Kandungan zat besi (Fe) dan salinitas/kadar garam yang tinggi
menyebabkan korosi di bagian pipa yang masuk ke dalam sumur/discharge pipe, (4) belum
optimalnya kegiatan Operasi dan Pemeliharaan.

6.2 Rehabilitasi sumur

6.2.1 Jenis Rehabilitasi Sumur


Rehabilitasi sumur dilakukan sesuai dengan kerusakan yang terjadi pada sumur.
Kerusakan sumur dapat diketahui dengan melakukan investigasi menggunakan CCTV yang

12 dari 55
dimasukkan kedalam sumur untuk melihat kondisi sumur. Rehabilitasi sumur dilakukaan saat
keadaan mendesak dimana terjadi penurunan produktifitasnya, rehabilitas sumur sebaiknya
dilakukan apabila sumur mengalami penurunan produktifitasnya sebesar 10%-20% untuk
mencapai hasil yang memuaskan. Rehabilitasi sumur dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan (1) melakukan pencucian kembali sumur (well redevelopment) dan (2) membuat
sumur baru (redrilling).

6.2.2 Pencucian Sumur Kembali (well redevelopment)


Pekerjaan pencucian kembali sumur (well redevelopment) dimaksudkan untuk
menghilangkan atau melepaskan material halus seperti lanau, pasir halus dan lumpur yang
melekat pada pipa jambang (casing), selimut kerikil dan saringan (screen) pada sumur lama.
Tujuan pencucian kembali sumur (well redevelopment) adalah agar seluruh bukaan pori atau
celah akuifer menjadi lebih besar dan terbuka, sehingga air dapat mengalir kedalam lubang
saringan (screen) seperti semula.
Tata cara pencucian kembali sumur (well redevelopment) mengacu kepada SNI
6377, tentang Tata Cara Pencucian Sumur. Berdasarkan standar tersebut pencucian sumur
dilakukan melalui 2 (dua) metode, yaitu pengocokan secara mekanis, pengocokan
menggunakan udara, pembersihan dengan cara pencucian balik, dan pembersihan dengan
cara penyemburan dengan kecepatan tinggi.
Pencucian kembali sumur dapat dilakukan menggunakan beberapa cara sesuai
dengan kondisi yang ada dilapangan. Metoda pencucian kembali sumur yang dapat
dilakukan yaitu; (1) pembilsaan (flushing) (2) high velocity jetting (3) hydraulic swabbing,
(4)mechanical surging, (5) air lifting.

6.2.2.1. Pembilasan (Flushing)


Pencucian sumur dengan metode flushing dilakukan dengan cara menginjeksikan air
bersih kedalam sumur dan masuk ke akuifer sehingga material halus akan masuk ke dalam
sumur dan gravel akan tertata sesuai besar butirannya. Metode flushing dimaksudkan untuk
membersihkan sisa-sisa kotoran semen/pasir yang terdapat dalam pipa. Metode flushing
dilakukan dengan menyemprotkan air atau udara bertekanan kedalam instalasi pipa,
sehingga memaksa sisa-sisa kotoran semen/pasir/lumut dalam pipa dapat keluar. Cara
seperti ini cukup efektif untuk pipa-pipa instalasi baru, apabila pipa telah terpasang lama
pencucian sumur dengan metode flushing harus dilakukan secara hati hati terkait dengan
resiko terjadinya kebocoran/pecah pada pipa.
Metode pembilasan (flusing) juga dapat dilakukan dengan memberikan tekanan
udara pada pipa pipa instalasi dengan posisi semua kran ditutup dan pada tekanan 8 bar
salah satu kran dibuka untuk mengeluarkan kerak pipa, setelah setelai lalu ke kran
berikutnya, metode ini hanya mengeluarkan kerak terlunak saja, karena kerak yang
dikeluarkan hanya keluar akibat perubahan efek tekanan air dalam pipa saja sehingga hanya
kerak terlunak saja yang bisa dikeluarkan, kira-kira 30-40% kerak pipa saja yang bisa
dibersihkan/keluarkan

6.2.2.2. Semprotan kecepatan tinggi (High velocity jetting)


Pencucian sumur dengan metode semprotan kecepatan tinggi high velocity jetting
yaitu menyemprotkan air atau udara dengan kecepatan tinggi ke dinding screen yang
bertujuan untuk merontokkan partikel halus yang menempel pada dinding screen. Kecepatan
penyemprotan (jetting) pada masing masing lubang (nozzle) sekitar 45 90 m/dt, dengan
tekanan 200 psi.Pada pengoperasiannya alat ini digerakkan berputar dan naik turun
sepanjang saringan (screen). Sebelum dilaksanakan high velocity jettingke dalam sumur
ditambahkan bahan kimia Sodium Tri Poly Posphate (STPP) dan direndam selama 12 (dua
belas) jam.
Peralatan yang digunakan untuk pencucian sumur dengan metode high velocity
jetting disebut Jetting Tool. Peralatan ini terdiri dari pipa yang mempunyai 4 lobang (dozzle).
Alat ini dimasukkan kedalam sumur dalam pada tiap-tiap interval saringan secara berurutan
dari bawah keatas dengan penghantar pipa bor yang dihubungkan dengan pompa yang

13 dari 55
dihubungkan dengan pompa tekan yang memompakan air bersih kedalam sumur dalam.
Pada pengoperasiannya, alat ini digerakkan berputar-putar atau dengan memutar-mutar pipa
penghantarnya dan naik turun sepanjang saringan (screen). Ada dua elemen kunci dari
pengoperasian water jetting ini yaitu posisi dozzle dan diameter dozzel yang mempengaruhi
keberhasilan metoda ini.

6.2.2.3. Hydraulic swabbing


Pencucian sumur dengan metoda hydraulic swabbing bertujuan agar aliran dari
akuifer yang masuk dalam sumur menjadi maksimal. Pencucian sumur dengan metoda
hydraulic swabbing dilakukan dengan cara menyekat saringan (screen) dengan panjang
tertentu dan menginjeksikan udara ke dalam pipa tiup (eductor pipe). Pencucian sumur
dengan metoda hydraulic swabbing dapat dilakukan dengan packer maupun tanpa packer.
Pencucian sumur dengan metoda hydraulic swabbing yang dioperasikan tanpa
menggunakan packer disebut dengan air lifting dan digunakan untuk mengangkat endapan
pada dasar sumur. Pada pengoperasiannya alat ini digerakkan naik turun dan berhenti
sesaat sepanjang saringan (screen).
Agar memperoleh hasil yang optimum pencucian sumur dengan metoda hydraulic
swabbing menggunakan packer, kompresor yang berfungsi buka tutup sehingga efek
penggelombangan dapat menjadi lebih besar.

6.2.2.4. Mechanical Surging


Pencucian sumur dengan metode mechanical surging yaitu membuat
penggelombangan aliran yang keluar masuk dari akuifer kedalam sumur dengan tujuan
untuk mengeluarkan material halus dan memadatkan gravel disekitar dinding saringan
(screen). Metoda mechanical surging diterapkan pada sumursumur baru dan dilakukan
pada pipa buta (pump chamber). Pada pengoperasiannya alat ini digerakkan naik turun
dengan kecepatan tinggi sehingga efek gelombangnya akan menata gravel lebih
sempurna.Tekanan kerja kompresor udara yang digunakan dalam pencucian sumur dapat
disesuaikan dengan jenis instalasi pipa jambang (casing) dan saringan (screen) sumur.

6.2.2.5. Air lift test


Maksud dari air lift test disamping membersihkan sumur baik dari sisa sisa lumpur
maupun kotoran lain sekaligus mengetahui perkiraan kemampuan debit sumur dengan
mengukur air yang keluar serta muka air tanah didalam anulus antara pipa eduktor dan
jambang. Air lift test pada hakekatnya adalah mengangkat sejumlah air / memompa dengan
menggunakan tekanan udara yang ditiupkan dari kompresor kedalam pipa udara (air line
pipe) dan disemburkan menggunakan nozel didalam pipa eduktor sehingga oleh karena
tekanan udara yang kuat, maka air akan tertiup / terpompa keluar.
Prosedurair lift test adalah dengan memasang pipa eduktor diameter 3 (tiga inci)
dalam jambang sepanjang kedalaman jambang. Selanjutnya dalam jambang dipasang pipa
tiup/air pipe/ air line diameter 1 (satu inci) yang dilengkapi nozel sampai kedalaman yang
ditentukan. Udara bertekanan tinggi dari kompresor dialirkan sehingga dari pipa eduktor
akan keluar air yang diukur dengan alat ukur debit V-notch
Air lift dimaksudkan melakukan peniupan udara dari kompresor sumur (dari
kedalaman total sampai ke permukaan) dengan menggunakan drill road (stang bor) sebagai
penghantar dengan maksud agar terjadi gejolak cairan di dalam sumur, oleh karena itu
diharapkan tidak ada air yang keluar dari lubang sumur bagian atas. Hal ini bisa dicapai
dengan penyetelan kompressor secara bertahap dan secukupnya dengan waktu menerus
selama 30 menit.
Pada metode air lift ini dimulai dengan pelepasan tekanan udara kedalam sumur dari
tekanan kecil kemudian perlahan-lahan diperbesar. Pekerjaan air lift ini dilakukan mulai dari
interval saringan paling atas ke bawah secara berurutan hingga ke dasar sumur.

6.2.3 Pengeboran Ulang (redrilling)

14 dari 55
6.2.3.1. Pertimbangan diperlukan pengeboran ulang
Pengeboran ulang (redrilling) dilakukan apabila sumur yang mengalami penurunan
produktifitasnya telah dilakukan pencucian sumur (well development) namun tidak ada
perubahan yang signifikan, sehingga produktifitasnya belum optimal. Selain itu pengeboran
ulang ini juga dilakukan akibat kejadian alam seperti gempa bumi atau pergeseran lempeng
bumi yang menyebabkan casing pada sumur menjadi patah. Pengeboran ulang pada sumur
tersebut dapat dilakukan dengan cara memperbesar diameter sumur, atau dengan membuat
sumur yang baru di dekat sumur lama. Pengeboran kembali ini harus mengikuti standarisasi
teknis pengeboran produksi sebagaimana diatur dalam SNI 6469:2012 tentang Tata cara
pembangunan sumur produksi dengan pengeboran sistem sirkulasi langsung.

6.2.3.2. Peralatan pengeboran ulang


Peralatan yang digunakan untuk pengeboran ulang sama seperti kegiatan pada
umumnya. Jensi peralatan yang digunakan tergantung kapasitas kedalaman besanya
kekuatan mesin sumber pengerak yang dinyatakan dengan Tenaga Kuda (HP), kekuatan
alat penyangga atau menara serta derek untuk menarik beban rangkaian sampai kedalaman
yang dituju, besarnya garis tengah pipa bor sesuai dengan besarnya inti yang diminta,
kekuatan pompa untuk dapat menyalurkan lumpur sampai kedalaman yang dituju, mobilitas,
dapat bergerak sendiri (skids, truck) dan sebagainya. Dalam praktek dikenal beberapa jenis
bor yang dipakai, antara lain (1) Bor Tangan (Bor spiral, Bor bangka), (2) Bor Mesin Putar
(Bor mesin ringan, Bor inti (core drill), Bor putar biasa (rotary drill), Bor-alir balik (counterflush
drill), dan (3) Bor Mesin tumbuk (cable tool).

6.2.3.3. Rincian Lapisan Tanah (detailed log)


Selama pengeboran ulang dilakukan pencatatan rincian lapisan tanah (detailed log).
Setelah pengeboran selesai, juga diperlukan pendataan rinci tentang kondisi bawah geologi
dengan mengambil pengukuran geofisika pada lubang bor. Peralatan khusus digunakan
untuk mengukur hambatan listrik, dan potensinya dari bahan geologi sepanjang bukaan
dinding lubang bor. Pasir memiliki ketahanan yang lebih tinggi dari tanah liat, sedangkan
salinitas tinggi mengurangi hambatan listrik dari pembentukan geologi. Kehatian-hatian
interpretasi professional terhadap data log potensi dan deskripsi hasil potongan lapisan
tanah, menyediakan informasi penting tentang salinitas air, lokasi, dan ketebalan akuifer
lapisan. Informasi ini sangat berguna untuk finalisasi rancangan sumur, yang mencakup
penentuan kedalaman pipa jambang(screen), ukuran bukaan pipa jambang(screen), dan
ukuran bahan selimut kerikil pengisi (gravel pack). Setelah dilakukan pengeboran ulang,
sumur akan dicuci kembali dengan pengaliran bertekanan, penyemprotan, backwashing, dan
pemompaan terus-menerus agar bahan halus yang ada dalam tanah menjadi lepas, lalu
dipompa untuk dikeluarkan dari sumur. Prosedur dilanjutkan hingga tidak ada partikel halus
dan air menjadi jernih.

6.2.3.4. Tahapan pengeboran ulang


Tahapan pengeboran ulang secara umum sama seperti kegiatan pengeboran. Data
awal yang digunakan menggunakan data perencanaan dan data as built drawing sumur
lama.Gambaran umum mengenai tahapan proses pengeboran tersebut dapat dilakukan
sebagai berikut:

a. Persiapan
Sebelum memulai proses pengeboran, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan
agar pekerjaan proyek berjalan dengan lancar. Dalam tahap persiapan ini, yang dilakukan
terdiri atas:
-Pembuatan bak pengendap, bak penampung, serta saluran sirkulasi air.
-Pemasangan balok landasan mesin, papan sirkulasi, dan lantai dasar mesin.
-Penyetingan mesin sirkulasi dan pompa
-Perakitan mesin bor dan pendirian menara
-Persiapan lainnya seperti pembuatan saluran pembuangan lumpur

15 dari 55
b. Proses Pengeboran
Untuk pengeboran dengan kedalaman dan diameter tertentu diperlukan dua tahapan,
yaitu Pengoboran Inti dan Non-Inti. Pengeboran Inti dilakukan untuk mengeksplorasi dan
survey geoteknik. Informasi geoteknik (data rekahan, joint, dan struktur lainnya), informasi
litologi, kualitas terhadap mineral tertentu, dll. Eksplorasi informasi yang diperoleh tebal dan
posisi endapan serta kualitas (melalui analisis kimia). Pengeboran inti hanya memungkinkan
dilakukan dengan metode pengeboran putar, dan panjang inti bor pada setiap run
pengeboran akan dibatasi oleh panjangnya stang bor itu sendiri.
Untuk pengeboran yang dalam akan lebih efektif menggunakan sistem wireline (core
barrel diangkat cukup menggunakan sebuah kawat yang ditarik dari atas). Sampel yang
didapatkan dalam pengeboran inti adalah inti bor dan cutting. Dalam pengeboran non
(membuat lubang tanpa memperoleh inti bor). Pengeboran non inti bisa dilakukan dengan
metode pengeboran putar, tumbuk (cable tool), auger, bor bangka, dll.
Dalam pengeboran non inti ini interpretasi bawah permukaan melalui cutting yang
terangkat ke permukaan oleh fluida bor. Akurasi interpretasi geologi akan menemui banyak
kelemahan terutama dalam ketepatan penentuan kedalamannya. Hal penting dalam
pengeboran non inti adalah bidang gerus (berai) mata bor yang lebih luas.
Untuk pengeboran air perlu dilakukan beberapa tahapan yang diantaranya adalah
pengeboran awal (pilot-hole), pengujian geofisika (well-logging), pembesaran lubang
(reaming), konstruksi sumur, pembersihan lubang sumur (development), dan pengujian
pompa (pumping-test).

c. Pengeboran awal (pilot-hole)


Pengeboran awal (pilot-hole) dilakukan guna untuk mengetahui litologi secara rinci.
Biasanya menggunakan mata bor jenis tricone dengan diameter 6 hingga kedalaman
melebihi konstruksi sumur yang direncanakan.

d. Pembesaran lubang bor (reaming)


Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan kemudahan dalam pemasangan
pipa dan saringan (konstruksi), yang antara lain adalah: (1) Pemasangan pipa penghantar
saat pengisian gravel dan grouting-cement, (2) Peletakan pipa piezometer (kalau ada), (3)
Pemasangan pipa pelindung sementara.

6.2.3.5. Pembuatan Konstruksi sumur


Setelah dilakukan loging geofisik, dapat dilakukan perencanaan konstruksi sumur
yang meliputi :
- Susunan rangkaian pipa pipa,pump casing, reducer, casing, screen, bottom plug, tutup
sumur, termasuk mencantumkan jenis dan ukurannya.
- Ukuran selimut kerikil (gravel pack) dan volume yang akan dipasang.
- Kedalaman, jenis dan volume sementasi (grouting) yang dipasang.
- Kolom litologi (Lithology log), penetration log, geophysical log.

a. Pemasangan pipa jambang (casing) dan saringan (screen)


Proses konstruksi pemasangan pipa jambang (casing) dan saringan (screen) sumur
harus secepatnya dilakukan sesegera mungkin setelah selesai proses pengeboran, untuk
menghindari terjadinya ambrukan atau keruntuhan pada dinding sumur yang telah
tersedia. Konstruksi sumur disesuaikan dengan hasil pengukuran penampang lubang
bor. Pelaksanaan konstruksi baik pemasangan pipa dan screen dan gravel pack serta
perlengkapan lainya kedalam sumur tidak boleh dimulai sebelum semua peralatan termasuk
bahan-bahan (pipa-pipa, mesin las, lem, klem yang sesuai, kunci piapa dan kunci rantai
yang sesuai, baut, amplas, dsb..) siap dilapangan / siap dioperasikan.

16 dari 55
Pemasangan pipa jambang (casing) dan saringan (screen) dilakukan setelah
diameter lubang bor diperbesar. Sebelum rangkaian pipa jambang (casing) dan saringan
(screen) ini dipasang, harus dilakukan sirkulasi lumpur bor seperlunya sampai tidak terdapat
serbuk bor/cutting dalam sirkulasi cairan pemboran. Kekentalan lumpur bor harus dijaga
agar tidak terjadi keruntuhan pada dinding lubang bor tetapi pipa konstruksi dan gravel pack
tetap dapat masuk.
Permukaan lumpur harus tetap dijaga ketinggiannya (tetap memenuhi lubang bor),
jika mengalami penyusutan atau penurunan permukaan lumpur dalam lubang bor, penyedia
jasa harus selalu menambah lumpur kedalam lubang bor. Penurunan permukaan lumpur
dapat mengakibatkan berkurangnya tekanan hidrostatik dalam lubang sumur sehingga mud
cake yang terbentuk dapat terkelupas dan lubang bor menjadi longsor / runtuh.
Kegagalan instalasi baik oleh karena runtuh dan cacatnya (lubang bor miring, dog
leg) dan tidak dapat masuknya konstruksi sumur. Semua casing dan sreen harus disambung
serapat mungkin, untuk konstruksi pipa baja dengan cara pengelasan dan dilengkapi dengan
penguat plat strip, sedangkan untuk konstruksi pipa PVC dengan cara mengkait (klem)
solvent semen yang di lengkapi dengan baut penguat. Rangkaian casing dan screen ini
harus dipasang ditengah lubang yang telah diperbesar.
Ujung saringan stainless steel harus ada blank minimum sepanjang 4 cm untuk
penyambungan antara dua saringan / screen. Pipa Jambang harus tegak dan lurus untuk
memudahkan saat pemasangan pompa dan saat pengoperasian pompa.
Ketegaklurusan dan kelurusan akan diuji dengan menurunkan potongan pipa casing
atau bobin yang disiapkan khusus untuk pengujian tersebut, ke dalam pipa jambang.
Pengujian kelurusan sumur dilakukan mengacu SNI 6454, tentang Cara uji ketegaklurusan
sumur.

b. Pemasangan selimut kerikil (gravel)


Selimut kerikil (gravel) berfungsi sebagai pengikat pipa jambang (casing) agar
terpasang lebih kokoh dan sekaligus juga berfungsi sebagai saringan (filter) yang
dimasukkan pada ruang yang tersedia antara lobang sumur dengan pipa jambang
(casing).Selimut kerikil (gravel) yang digunakan biasanya berukuran antara 2 - 5mm
dimasukkan melalui pipa penghantar berukuran 1,5 dari dasar sumur hingga kedalaman
yang direncanakan. Bersamaan dengan pengerjaan pengisian selimut kerikil (gravel),
dilakukan juga pemompaan lumpur (spulling) dari pompa melalui ruang pipa konstruksi.
Pekerjaan ini harus dilakukan agar lumpur sisa pengeboran dapat dikeluarkan melalui
dinding pipa konstruksi dan dinding lubang bor tempat posisi gravel berada dengan menutup
ruangan di dalam pipa konstruksi. Spulling tersebut bertujuan untuk membuat gradasi gravel
yang dimasukkan agar dapat tersusun dengan baik dan padat.
c. Sementasi (Grouting cement)
Setelah instalasi pipa jambang, pipa saringan, pengisian selimut kerikil dan
pencucian sumurselesai, isikan semen ke dalam rongga di luar pipa jambang sumur mulai
dari dasar pipajambang sampai ke permukaan tanah. Sementasi (grouting cement) adalah
pemasangan adonan semen yang diletakkan di atas permukaan Selimut kerikil (gravel)
ruang antara dinding pipa konstruksi dengan dinding lubang bor) melalui pipa penghantar
berukuran 1,5, selanjutnya pipa tersebut dibuka kemudian diangkat satu persatu sehingga
adonan semen mencapai permukaan sumur.

d. Pembersihan sumur (Development)


Pembersihan sumur ini dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yang antara lain
adalah sebagai berikut (1) pengocokan mekanis (surging), dan metode pembersihan
lubang. Pengocokan mekanis dilakukan dengan cara menaik-turunkan stang bor atau pipa di
antara stang bor atau pipa penghantar yang telah dipasang alat plunger, biasanya diletakkan
di dalam pipa jambang. Pengocokan mekanis dilakukan berkali-kali sampai kondisi air
terlihat cukup jernih. Pengocokan mekanis ini dilakukan antara lain bertujuan untuk
mengeluarkan kotoran yang ada di dalam sumur (saat ditekan), menghisap air dari akuifer ke
dalam sumur sehingga kondisi lumpur yang kental menjadi encer (saat ditarik) serta kotoran-

17 dari 55
kotoran yang menempel dalam saringan terbawa ke dalam sumur, membantu proses
pemadatan dan gradasi gravel (saat ditarik).
Metode pembersihan lubang dilakukan dengan fluida (sirkulasi langsung atau normal), fluida
(udara, air, atau lumpur) dipompa dengan tekanan ke bawah melalui stang bor, mata bor,
dan kemudian membawa cutting ke permukaan di antara dinding lubang bor dan stang
bor. Pembersihan dengan fluida (sirkulasi terbalik), pada metode ini fluida dipompa ke bawah
melalui lubang di antara dinding lubang bor dan stang bor, kemudian melewati mata bor, dan
naik ke atas melalui lubang di dalam stang bor. Pembersihan sumur (well development)
dilakukan mengacu SNI 6377, tentang Tata cara pencucian sumur.

6.2.4 Uji pompa (pumping test)


Salah satu tahap akhir dari rangkaian pekerjaan pemboran ulang adalah
menguji kuantitas air yang akan dieksploitasi. Kuantitas airdapat ditentukan berdasarkan
uji pompa. Adapun sasaran utama pelaksanaan uji pemompaan ini adalah Pengujian Akuifer
(aquifer Test) dan Pengujian sumur (well test).
Pengujian akuifer atau lebih dikenal dengan metode long-term constant rate test
dimaksudkan untuk pengukuran parameter yang arahnya horisontal terhadap sumur uji,
sehingga diperlukan beberapa. Sumur pengamat disekitar sumur uji dan pada uji akuifer ini
biasanya disertai pula dengan recovery test atau uji kambuh, merupakan uji pemulihan
kedudukan muka airtanah setelah dipompa.
Pengujian sumur (well test) dimaksudkan untuk menetapkan kemampuan sumur
dan tidak dibutuhkannya piezometer didekatnya serta lebih sederhana daripada pengujian
akuifer. Uji ini lebih ditekankan pada perekaman data /parameter sumur secara vertikal.
Dari debit dan muka air tanah yang diukur, dapat diperoleh kapasitas jenis (specific
capacity) sumur, yang dinyatakan oleh besarnya debit setiap satuan penurunan dan
dapat diperoleh penurunan jenis (specific drawdown) yang dinyatakan dengan besarnya
penurunan setiap satuan debit. Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pemompaan uji
adalah sebagai berikut :

a. Alat Pemompaan,
Pemompaan uji dilaksanakan dengan jenis pompa submersible yang mempunyai
kapasitas tertentu, dengan tinggi head penghisap yang ditentukan, lengkap dengan mesin
penggerak dan pengatur debit.

b. Alat Pengukur Debit,


Debit pemompaan diukur dan diamati dengan menggunakan kotak pengukur debit
yang dilengkapi dengan alat ukur thompson tipe " V-Notch " atau "orifice weir" atau "flow-
meter"

c. Alat Pengukur Muka Air,


Permukaan air didalam sumur diukur dengan indikator muka air dengan ketelitian
pengukuran paling tidak 1 (satu) cm dan menggunakan tenaga listrik ("battery"), alat ukur
harus mampu dan cukup peka sampai kedalaman 80 m.
Beberapa alat ukur terlalu peka, sehingga pada kedalaman tertentu, dalam suasana lembab
sudah walaupun sesungguhnya belum mencapai muka air sudah mengindikasikan muka air;
Alat yang demikian tidak dapat digunaka dan harus diganti.

d. Alat Pelengkap Lainnya,


Untuk melaksanakan pengukuran yang tepat dan sesuai dengan periode waktu yang
ditentukan maka dibutuhkan "stop watch" atau jam.Jika diperlukan, untuk melakukan
pengamatan pada sumur-sumur pengamat di sekitar sumur yang dipompa dibutuhkan alat
tranportasi untuk personil pemompaan uji.

18 dari 55
Disamping alat pelengkap diatas, dalam kegiatan pemompaan uji, dilapangan juga harus
tersedia alat alat bantu kunci-kunci seperti kunci pipa, kunci rantai, klem klem pipa dsb nya.

6.2.5 Analisa Kualitas Air


Disamping pengujian terhadap kuantitas air juga dilakukan pengujian terhadap
kualitas air. Pada waktu pemompaan uji di tiap sumur, dilakukan pengambilan contoh air
sumur untuk dianalisa. Pengambilan contoh air dilaksanakan sesaat menjelang berakhirnya
pemompaan uji debit tetap sebanyak 2 (dua) contoh untuk tiap sumur dengan volume
masing - masing tidak kurang dari 1 (satu) liter. Pengambilan contoh air tanah mengacu
pada SNI 6989.58:2008 Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 58: Metoda
pengambilan contoh air tanah.
Terhadap sampel air tanah dilakukan uji kualitas air untuk parameter uji fisik air, yaitu
paling sedikit untuk parameter temperatur, rasa, bau, pH, DHL, warna dan kekeruhan.
Pengujian kualitas air untuk parameter fisik meliputi :
- Temperatur, sesuai dengan SNI 19-1141-1989 tentang Cara Uji Suhu;
- Rasa, sesuai dengan SNI 03-6859-2002 tentang MetodaPengujian Angka Rasa Dalam
Air;
- Bau, sesuai dengan SNI 03-6860-2002 tentang Metoda Pengujian Angka Bau dalam Air;
- Derajat keasaman, sesuai dengan SK SNI M-03-1989-Ftentang Metode Pengujian
Kualitas Fisika Air;
- Daya Hantar Listrik (DHL), sesuai dengan SK SNI M-03-1989-F tentang Metode
Pengujian Kualitas Fisika Air;
- Warna, sesuai dengan SK SNI M-03-1989-F tentang Metode Pengujian Kualitas Fisika
Air;
- Kekeruhan, sesuai dengan SK SNI M-03-1989-F tentang Metode Pengujian Kualitas
Fisika Air.

Parameter uji fisik air lainnya dapat disesuaikan menurutperaturan perundang-undangan


yang berlaku.

Uji kualitas air untuk parameter kimia air, yaitu paling sedikit untuk parameter BOD,
COD, DO. Pengujian kualitas air untuk parameter kimia air meliputi :
- Biochemical Oxygen Demand (BOD), sesuai dengan SNI 06-2503-1991 tentang Metode
Pengujian Kadar Kebutuhan Oksigen Biokimiawi dalam Air.
- Chemical Oxygen Demand (COD), sesuai dengan SNI 06-2504-1991 tentang Metode
Pengujian Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi dalam Air dengan Alat Refluks Tertutup.
- Oxygen Demand (DO), sesuai dengan SNI 06-2424-1991tentang Metode Pengujian
Oksigen Terlarut dalam Air dengan Titrimetrik atau SNI 06-2425-1991 tentang Metode
Pengujian Oksigen Terlarut dalam Air dengan Elektrokimia.

Parameter uji kimia air lainnya dapat disesuaikan menurutperaturan perundang-undangan


yang berlaku.

Uji kualitas air untuk parameter uji biologis air, yaitu paling sedikit untuk parameter
Bakteri Koli, sesuai dengan SNI 03-6858-2002 tentang Metode Pengujian Kadar Bakteri Koli
Total dalam Air Dengan Saringan Membran Parameter uji biologis air lainnya dapat
disesuaikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7 Rehabilitasi Infrastruktur Air Baku

7.1. Tipe Kerusakan Infrastruktur Air Baku


Unit air baku merupakan infrastruktur air tanah dan air baku yang mempunyai
peranan sangat penting. Apabila unit air baku mengalami penurunan kondisi dan kerusakan
dapat menimbulkan gangguan dalam pasokan air atau bahkan dapat menghentikan pasokan

19 dari 55
air. Pada umumnya unit air baku terletak pada lokasi yang berdekatan dengan sumber air,
antara lain terletak di lereng bukit (mata air), lereng terjal,atau tepi sungai. Oleh akibat letak
dan kondisi alamnya, unit air baku berpotensi mengalami kerusakan yang disebabkan oleh:
banjir bandang, tanah/tebing longsor, gempa, letusan gunung api, atau sumber air
mengering/mengecil. Penurunan kondisi (kerusakan) juga diakibatkan usia dimana
bangunan pokok dan bagian bangunan tersebut sudah mengalami kerusakan, misalnya:
pondasi sudah terkikis aliran air, dan badan tanggul pecah. Usia pakai untuk konstruksi
paling tidak harus mencapai 20 tahun.

7.1.1 Tipe kerusakan intake


Intake merupakan bagian unit air baku yang berpotensi mengalami kerusakan.
Komponen intake antara lain terdiri dari pintu air, saringan/screen, dinding, pondasi, dan
bangunan perkuat tebing / sayap yang melindungi bangunan intake air baku. Berbagai
macam kerusakan yang mungkin terjadi antara lain keretakan, patahan, kropos pada daun
pintu dan screen/ saringan, retakan, keruntuhan, pada dinding dan pondasi intake yang
diakibatkan akibat dari faktor alam (aliran sungai, longsor, gempa), umur bangunan dan
perilaku manusia. Kerusakan infrastruktur air baku tersebut dapat mempengaruhi dan
menghambat kinerja bangunan dalam menangkap, mengalirkan dan menyaring air. Upaya
mengembalikan kondisi dan fungsi bangunan dilakukan melalui upaya rehabilitasi.
Bangunan intake dan bronkaptering mengalami kerusakan yang ditunjukkan adanya
keropos pada pondasi, dinding dan badan bangunan mengalami retak/runtuh, kerangka
intake retak/ runtuh. Bangunan intake dan bronkaptering pada umumnya terbuat dari
konstruksi beton ataupun pasangan batu dengan umur pakai sampai 20 tahun. Akibat banjir
terjangan batu-batu/kayu gelondongan dan sampah yang hanyut terbawa banjir, maka
bangunan intake berpotensi mengalami kerusakan.
Kerusakan yang memungkinkan terjadi akibat tanah longsor, gempa, banjir bandang.
Saluran pembuang bisa untuk pembuang air baku yang berlebihan, Lumpur, pasir atau
pembuangan endapan-endapan lainnya. Kerusakan dapat berupa, dinding saluran pecah.

7.1.2 Tipe kerusakan bangunan pelengkap


Bangunan pelengkap pada unit air baku meliputi : pintu sampah/jeruji,
saringan/screen, pintu sorong, peralatan elektrikal berupa penangkal petir, panel panel
pompa. Kerusakan terjadi pada umumnya diakibatkan oleh karat/korosi, umur pakai, banjir,
longsor, gempa, maupun kerusakan akibat perilaku manusia. Biasanya sumber air baku dan
bangunan pengambil air terletak didaerah terbuka dan rawan petir. Untuk menangkal petir
salah satu adalah peralatan dan bangunan dilengkapi dengan penangkal petir. Kerusakan
penangkal petir akan membahayakan peralatan yang ada di bangunan pengambil air baku.
Kerusakan juga terjadi pada jaringan perpipaan, rumah pompa, Water Level Control/Peil
Penduga Tinggi Air, Alat Ukur (Cipoleti, Thompson, Digital Water Meter). Kerusakan terjadi
diakibatkan karat, umur pakai, atau terkena banjir.

7.2. Rehabilitasi Intake Air Baku


Kerusakan infrastruktur air baku tersebut dapat menghambat kualitas serta kuantitas
produksi, sehingga membutuhkan adanya rehabilitasi. Upaya rehabilitasi yang dilakukan
antara lain:

- Dinding dan pondasi: rehabilitasi yang dilakukan dengan cara penutupan pada bagian
retak dengan plester serta jika bangunan runtuh makan rehab yang dilakukan ialah
pembuatan kembali (relokasi intake)
- Bangunan perkuat tebing/ sayap: rehab yang dilakukan dengan cara perbaikan perkuat
tebing/ sayap
- Pintu air: rehabilitasi yang dilakukan dengan cara penggantian dan perbaikan pada
bagian komponen pintu yang mengalami kerusakan, pengecetan dengan menggunakan
cat tahan karat

20 dari 55
- Screen/ saringan: rehabilitasi yang dilakukan dengan cara perbaikan dan atau
penggantian screen, pengecatan, anti karat.

8 Rehabilitasi Pompa
Pompa merupakan salah satu bagian utama dalam infrastruktur air tanah yang
digunakan untuk mengubah energi mekanik (sumber penggerak) menjadi energi tekanan
pada air yang dipompa. Pada umumnya pompa dipakai untuk memindahkan air dari suatu
tempat ke tempat lain yang lebih tinggi tempatnya, tinggi tekanannya, maupun untuk
sirkulasi. Selama menjalankan fungsinya, terdapat masalah-masalah yang perlu diatasi
terkait menurunnya kualitas dan kuantitas air yang dipompa, seperti terbawanya pasir dalam
proses pemompaan sehingga debit pompa berkurang karena clogging. Penanganan
masalah seperti ini dapat dilakukan dengan mengurangi daya hisap pompa untuk
mengurangi terjadinya kerusakan pada pompa, namun tidak jarang operasi dan
pemeliharaan berjalan tidak sesuai dengan ketentuan yang telah diatur sehingga
menyebabkan kerusakan pada pompa.

8.1 Tipe Kerusakan Pompa


Pompa air baku pada umumnya dapat berupa pompa centrifugal dan submersible.
Masing masing jenis pompa mempunyai cara kerja dan karakteristik yang berbeda. Pompa
merupakan salah satu alat yang berfungsi untuk memindahkan air dari suatu tempat ke
tempat yang lain, melalui media pipa maupun saluran, yang dilakukan dengan cara
menambahkan energi pada air yang dipindahkan dan berlangsung terus menerus. Proses ini
mengakibatkan komponen yang ada pada pompa berpotensi mengalami kerusakan yang
berimbas pada kualitas dan kuantitas pemindahan air.
Kerusakan pompa air baku bisa terjadi pada komponen yang bergerak dan
komponen yang tidak bergerak. Komponen yang bergerak terdiri dari:
- Shaft (poros), bagian ini berfungsi untuk meneruskan momen putar dari penggerak
selama pompa dalam kondisi beroperasi, komponen ini berfungsi juga sebagai dudukan
impeler dan bagian yang bergerak lainnya.
- Impeller, berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi energi
kecepatan pada fluida yang dipompakan secara continue (terus menerus). Dengan
adanya proses ini maka saluran suction (hisap) akan bekerja secara maksimal dan terus
menerus sehingga tidak ada kekosongan fluida dalam rumah pompa.
- Shaft sleeve, berfungsi untuk melindungi shaft dari erosi, korosi dan keausan pada
stuffing box. komponen ini bisa sebagai internal bearing, leakage joint dan distance
sleever.
- Wearing ring, komponen ini dipasang pada casing (wearing ring casing) dan impeller
(wearing ring impeller). Fungsi utama dari komponen ini yaitu untuk meminimalisir
terjadinya kebocoran akibat adanya celah antara casing dengan impeller.

Sedangkan komponen pompa yang tidak bergerak terdiri dari beberapa bagian
berikut ini:
- Casing (rumah pompa), merupakan bagian terluar pompa sebagai pelindung elemen
yang berada di dalamnya, tempat kedudukan diffuser, inlet nozzle, outlet nozzle dan
sebagai pengarah aliran dari impeller yang akan mengubah energi kecepatan menjadi
energi tekan.
- Base plate, berfungsi sebagai tempat dudukan seluruh komponen pompa.
- Diffuser, alat ini dilekatkan pada pipa dengan menggunakan baut, fungsi dari alat ini
ialah mengarahkan aliran pada stage berikutnya dan merubah energi kinetik pada fluida
menjadi energi tekanan.
- Wearing ring casing, alat ini dipasang pada casing untuk mencegah kebocoran yang
terjadi akibat adanya celah pada casing dan impeller.
- Stuffing box, pada umunya memiliki fungsi sebagai tempat kedudukan beberapa
mechanical packing yang mengelilingi shaft sleeve. Fungsi dari alat ini ialah mencegah

21 dari 55
kebocoran pada daerah dimana pompa menembus casing seperti udara yang dapat
masuk ke dalam pompa dan cairan yang keluar dari dalam pompa.
- Discharge nozzle, yaitu tempat keluarnya cairan yang bertekanan dari dalam pompa.

Kerusakan yang terjadi umumnya berupa retak / pecah pada shaft (poros), impeller,
shaft sleeve, dan wearing ring. Kerusakan ini dapat terjadi akibat adanya butiran batu kecil
yang terhisap oleh pompa, terendam lumpur, banjir tersambar petir yang dapat berakibat
terjadi hubungan arus pendek, dan motor pompa terbakar. Disamping itu kerusakan yang
terjadi juga karena umur pakai pompa tersebut mengharuskan adanya rehabilitasi. Tindakan
yang diambil apabila terjadi kerusakan ada pompa adalah menggantikan pompa yang lama
dengan pompa yang baru, akan tetapi jika pompa masih memungkinkan untuk dilakukan
perbaikan/rehab maka pompa tersebut akan dikerjakan oleh ahlinya. Untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada pompa, log pompa harus dijaga untuk merekam pembacaan
tekanan harian dan aliran dari pompa sehingga pompa dapat dipantau dan dapat dihindari
dari kerusakan.
Apabila kerusakan yang terjadi pada pompa teridentifikasi ringan sampai dengan
sedang pada beberapa komponen pompa harus dilakukan rehabilitasi sebagian dengan
melakukan perbaikan dan penggantian suku cadang pada unit pompa yang mengalami
kerusakan. Apabila terjadi kerusakan yang berat yang menyebabkan tidak berfungsinya
pompa harus dilakukan rehabilitasi keseluruhan meliputi penggantian salah satu atau
seluruh unit pompa agar berfungsi secara normal sesuai yang direncanakan.

8.2 Rehabilitasi Komponen Pompa Yang Bergerak


Komponen pompa yang bergerak meliputi shaft (poros), impeller, shaft sleeve, dan
wearing ring. Rehabilitasi komponen pompa yang bergerak dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan adanya arus listrik, penggantian kabel listrik, perbaikan dan
penggantian komponen, penggantian kumparan, memberikan pelumas pada bagian karat,
agar kondisi/kinerja mesin dapat kembali maksimal.

8.3 Rehabilitasi Komponen Pompa Yang Tidak Bergerak


Komponen pompa yang tidak bergerak meliputi casing (rumah pompa), base plate
(tempat dudukan seluruh komponen pompa), diffuser (pengarah aliran), wearing ring casing
(pencegah kebocoran), tuffing box (tempat kedudukan beberapa mechanical packing yang
mengelilingi shaft sleeve) dan discharge nozzle (tempat keluarnya cairan yang bertekanan
dari dalam pompa). Rehabilitasi Komponen pompa yang tidak bergerak dilakukan dengan
cara melakukan pengechekan, memperbaiki, melakukan penggantian pada bagian-bagian
yang rusak, serta pengecetan dengan menggunakan cat tahan karatpada bagian
memerlukan.

9 Rehabilitasi Sumber Penggerak


9.1 Tipe Kerusakan Sumber Penggerak
Sumber penggerak mempunyai peranan yang sangat penting untuk dapat
menggerakkan pompa dalam memindahkan air. Sumber penggerak pompa antara lain
berupa jaringan listrik, generator set (genset), panel surya (solar cell) dan penggerak tenaga
angin.

9.1.1 Tipe Kerusakan sumber penggerak berupa jaringan listrik


Jaringan listrik PLN merupakan salah satu sumber penggerak untuk pompa air baku.
Gangguan terputusnya aliran listrik ini biasanya terjadi karena putusnya jalur pada transmisi
listrik baik tegangan tinggi, menengah maupun rendah. Gangguan ini menyebabkan
peralatan listrik tidak mendapat suplai tegangan listrik dan mata manusia dapat melihat
gangguan ini. Gangguan semacam ini jarang mengakibatkan kerusakan pada peralatan
listrik. Kerusakan pada jaringan listrik yang sering terjadi antara lain terputusnya aliran listrik,

22 dari 55
kekurangan/kelebihan tegangan tenaga listrik, fluktuasi tegangan listrik, dan tegangan spike
atau tegangan transien.
Kekurangan/kelebihan tegangan tenaga listrik, Gangguan ini menyebabkan berbagai
peralatan listrik dengan rangkaian power supplai sederhana tidak dapat bekerja, bahkan
dapat menyebabkan rangkaian power suppli rusak.Gangguan ini dapat diamati dengan jalan
mengukur tegangan listrik dengan AC voltmeter dan masih dapat diamati dengan mata
manusia yaitu yang paling mudah diamati adalah nyala lampu bolam menjadi lebih redup
atau lebih terang daripada biasanya.
Fluktuasi tegangan listrik biasanya terjadi pada waktu yang singkat. Penyebabnya
adalah perubahan beban listrik secara tiba-tiba pada jaringan tenaga listrik. Gangguan ini
tidak dapat dilihat dengan mata karena terjadinya cukup cepat dan hanya beberapa saat
saja. Walaupun dengan voltmeter konvesional sekalipun gangguan ini tidak dapat dideteksi.
Tegangan spike atau tegangan transien, Tegangan spike pada dasarnya hampir sama
dengan fluktuasi tegangan namun tegangan flutuasinya sangat cepat dan terdapat tegangan
puncak yang sangat tinggi tetapi singkat.

9.1.2 Tipe kerusakan sumber penggerak berupa generator set


Genset atau generator set adalah sebuah alat yang merupakan kombinasi dari mesin
dan generator pembangkit listrik. Besar kecilnya tenaga yang dihasilkan tergantung dari
besar kecilnya genset tersebut. Dalam konteks penyediaan air baku, penggunaan generator
set dalam umumnya digunakan sebagai sumber tenaga alternatif dari sumber tenaga yang
dihasilkan dari PLN. Jadi jika PLN mengalami gangguan maka genset digunakan sebagai
cadangan tenaga alternatif PLN, sumber penggerak generator set paling sering mengalami
kerusakan akibat difungsikan secara terus menerus.
Apabila genset mengalami kerusakan perlu dilakukan pemeriksaan terhadap
kerusakan generator set dan penyebabnya. Kerusakan yang sering dijumpai pada
pengoperasian generator set antara lain adalah (1) mesin tidak dapat di-start, (2) mesin tiba-
tiba mati, dan (3) daya mesin hilang. Kerusakan mesin tidak dapat di-start umumnya
disebabkan oleh kerusakan baterai lemah atau mati, kawat listrik terlepas atau putus
kerusakan motor stater, dan tekanan udara di tangki terlalu rendah. Kematian mesin secara
tiba-tiba sering kali disebabkan oleh tangki bahan bakar yang kemasukan air. Lubang
ventilasi tangki bahan bakar tersumbat, saringan bahan bakar tersumbat, katup pompa
pengisi bahan bakar kotor atau tersumbat. Daya mesin hilang disebabkan plunyer pompa
sudah aus, kebocoran pada rumah katub.

9.1.3 Tipe Kerusakan dan rehabilitasi Sumber Penggerak Tenaga Surya


Ketersediaan energi surya sangat melimpah di berbagai wilayah tropis. Pada daerah-
daerah tertentu, ketersediaan tenaga penggerak pompa sering menjadi kendala oleh karena
ketiadaan jaringan listrik PLN atau pada daerah yang sudah mampu menyediakan generator
set (genset) tetapi sulit mendapat suplai BBM. Teknologi listrik tenaga surya (solar energy
system) menjadi salah satu alternatif yang dapat mengatasi hambatan tersebut di atas.
Paparan cahaya matahari pada wilayah tropis dapat diperoleh secara cuma-cuma sepanjang
tahun.
Pompa air tenaga surya banyak diaplikasikan pada proyek pengadaan air bersih dan
pengadaan air untuk irigasi sawah. Cara kerja pompa air tenaga surya adalah
memanfaatkan pasokan energi langsung dari panel surya untuk memompa air hingga
ketinggian (head) dan jarak yang diperlukan. Pada waktu pagi hingga sore hari dimana
intensitas cahaya matahari cukup, secara otomatis pompa akan bekerja. Setelah sore hari
saat cahaya matahari terus berkurang hingga berhenti (malam hari), pompa otomatis akan
berhenti bekerja. Demikian seterusnya setiap pagi hingga sore pompa akan bekerja rata-rata
8 jam per hari untuk mengisi reservoir sesuai dengan kapasitas yang diperlukan. Instalasi
pompa air tenaga surya, terdiri dari : panel surya, pompa, dan panel kontrol. Tangki
penampung utama (reservoir), berupa tangki fibreglass atau PE dengan kapasitas besar

23 dari 55
yang ditempatkan pada ketinggian tertentu, sehingga dapat mengalir ke wilayah pelayanan
dengan sistem gravitasi.
Panel surya mempunyai komponen-komponen yang sensitif yang mudah rusak
karena adanya berbagai faktor yaitu berupa benturan benda keras, bencana alam dan
vandalisme. Apabila terjadi kerusakan dan penurunan fungsi dibutuhkan upaya rehabilitasi
untuk mengembalikan fungsi seperti semua.

9.1.4 Tipe Kerusakan dan Rehabilitasi Penggerak Angin


Sumber penggerak angin untuk di Indonesia saat ini masih belum menjadi alternatif
utama sebagai sumber penggerak. Kerusakan yang terjadi pada sumber penggerak angin
panel surya biasanya disebabkan oleh faktor alam dan tindakan vandalisme.
Penggunaan penggerak angin untuk pompa melalui pompa air tenaga angin mekanik
(mechanical wind pumps) dan pompa air tenaga angin elektrik (electrical wind pumps).
Pompa angin mekanik biasanya menggunakan kincir angin tradisional yang dapat berputar
pada kecepatan angin yang relatif rendah. Kincir angin seperti ini sering disebut old
american windmill atau american type windmill. Kincir angin jenis ini menggerakkan pompa
piston yang dihubungkan dengan gear. Kincir angin tradisional biasanya mempunyai sudu
sederhana yang terbuat dari plat melengkung berjumlah banyak, sekitar 15-18. Yang lebih
modern sekarang menggunakan sudu berbentuk airfoil dan jumlahnya tidak begitu banyak,
sekitar 6-8.
Pemompaan air dengan turbin angin secara elektrikal dilakukan mengubah energi
kinetik yang berasal dari turbin angin menjadi energi listrik baik AC maupun DC, yang
dihubungkan langsung dengan pompa sentrifugal. Dengan cara ini beberapa keuntungan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
- Tidak memerlukan baterai atau inverter, karena pompa dapat langsung dihubungkan
dengan motor.
- Lebih mudah untuk menyelaraskan turbin angin dengan pompa air dengan mengatur
beban secara elektrikal bukan mekanikal.
- Memberikan kemudahan dalam penentuan tempat instalasi, karena turbin angin dapat
dipasang di mana saja yang anginnya kuat, sementara pompa sendiridapat dipasang di
mana sumber air berada.
Kerusakan yang sering terjadi pada penggerak angin adalah terlepasnya sudu-sudu
dan jatuhnya as akibat perputaran, terbakarnya turbin angin akibat putaran yang terlalu
cepat dan kebocoran minyak pelumas.

9.2 Rehabilitasi Komponen Sumber Penggerak

9.2.1 Rehabilitasi sumber penggerak berupa jaringan listrik


Rehabilitasi sumber penggerak tenaga listrik dilakukan melalui deteksi gangguan
listrik yang dilakukan pada lokasi-lokasi tertentu yang menjadi sumber dari gangguan listrik.
Peralatan yang digunakan untuk mendeteksi gangguan listrik antara lain adalah chart
recorder, osiloskop, dan power line monitor. Setelah penyebab gangguan listrik dapat
diketahui, selanjutnya dilakukan perbaikan, penggantian dan penambahan peralatan listrik.
Upaya yang dilakukan antara lain.
- Penggantian kabel listrik: Kabel listrik merupakan media untuk menyalurkan energi listrik
yang mempunyai komponen konduktor dan isolator. Isolator pada komponen kabel listrik
adalah bahan pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari bahan thermosplastik atau
thermosetting, sedangkan konduktor terbuat dari bahan tembaga ataupun aluminium,
kabel listrik menjadi factor penting sehingga saat terjadi kerusakan rehabilitasi yang
dilakukan adalah dengan mengganti kabel listrik dengan yang baru agar aliran listrik
dapat maksimal mendukung kinerja alat yang menggunakan arus listrik.
- Pemasangan UPS (Uninterruptible Power Supply) atau mesin generator set cadangan.

24 dari 55
- Peralatan yang biasa digunakan sebagai solusi permasalah fluktuasi tegangan atau
naik/turun tegangan biasanya adalah isolation transformer. Tranformator ini merupakan
transformator yang mengisolasi antara supplai jalur listrik dengan perlatan listrik
konsumen.

9.2.2 Rehabilitasi sumber penggerak berupa generator set


Rehabilitasi generator set dilakukan dengan perbaikan dan penggantian terhadap
komponen yang mengalami kerusakan. Rehabilitasi keseluruhan pada generator set
dilakukan dengan menggantikan unit generator set yang lama yang mengalami kerusakan
berat dan atau telah melampaui usia operasinya, dengan generator set yang baru. Apabila
masih usia operasi belum terlampaui dan masih memungkinkan untuk dilakukan rehabilitasi,
perbaikan generator set harus dilakukan oleh ahlinya.

9.2.3 Rehabilitasi sumber penggerak panel surya


Rehabilitasi yang dilakukan untuk panel surya adalah dengan melakukan inspeksi
terhadap kerusakan dan memperbaiki/mengganti komponen panel surya yang rusak. Apabila
kerusakan yang terjadi pada sumber penggerak panel surya teridentifikasi ringan sampai
dengan sedang pada beberapa komponen sumber penggerak harus dilakukan rehabilitasi
sebagian dengan melakukan perbaikan dan penggantian suku cadang pada unit sumber
penggerak panel surya yang mengalami kerusakan. Apabila terjadi kerusakan yang berat
yang menyebabkan tidak berfungsinya sumber penggerak panel surya harus dilakukan
rehabilitasi keseluruhan meliputi penggantian salah satu atau seluruh unit sumber penggerak
panel surya agar berfungsi secara normal sesuai yang direncanakan.

9.2.3 Rehabilitasi sumber penggerak tenaga angin


Rehabilitasi yang dilakukan untuk sumber penggerak tenaga angin adalah dengan
melakukan inspeksi terhadap kerusakan dan memperbaiki/mengganti komponen dari
penggerak tenaga angin yang rusak. Apabila kerusakan yang terjadi pada sumber
penggerak tenaga angin teridentifikasi ringan sampai dengan sedang pada beberapa
komponen sumber penggerak harus dilakukan rehabilitasi sebagian dengan melakukan
perbaikan dan penggantian suku cadang pada unit sumber penggerak panel surya yang
mengalami kerusakan. Apabila terjadi kerusakan yang berat yang menyebabkan tidak
berfungsinya sumber penggerak tenaga angin harus dilakukan rehabilitasi keseluruhan
meliputi penggantian salah satu atau seluruh unit sumber penggerak panel surya agar
berfungsi secara normal sesuai yang direncanakan.

10. Rehabilitasi Jaringan Pemanfaatan


10.1 Tipe Kerusakan jaringan pemanfaatan
Air tanah dapat dimanfaatkan untuk air irigasi, melalui proses pengambilan/
pengangkatan ke permukaan tanah dengan pompa dan pendistribusian dengan jaringan
pipa maupun saluran terbuka, bangunan pengatur berupa pintu dan boks pembagi.Jaringan
irigasi air tanah dapat dibuat menjadi 2 tipe yaitu jaringan dengan sistem tertutup dan
jaringan dengan sistem terbuka. Selama proses pendistribusian air dari pompa ke lahan
usaha tani terdapat beberapa kerusakan pada jaringan irigasi yang membuat penurunan
fungsinya. Kerusakan yang sering terjadi pada jaringan pipa antara lain kebocoran,
tersumbat, berkurangnya tekanan. Kerusakan yang terjadi pada saluran terbuka meliputi
tersumbatnya aliran akibat kerusakan tanggul, sampai kelongsoran badan saluran,
kebocoran / kehilangan air, kerusakan bangunan. Kerusakan tersebut pada umumnya
disebabkan oleh bencana alam, usia konstruksi, perilaku manusia. Untuk mengembalikan
kondisi dan fungsi jaringan irigasi air tanah tersebut perlu dilakukan rehabilitasi.

10.2 Rehabilitasi komponen jaringan pemanfaatan

25 dari 55
Rehabilitasi jaringan irigasi perpipaan (jaringan tertutup) dapat dilakukan dengan
perbaikan terhadap pipa dan asesories pipa hingga melakukan pergantian pipa dan
asesories pipa apabila tidak dapat dilakukan pergantian. Sedangkan rehabilitasi jaringan
irigasi air tanah dengan jaringan saluran terbuka dan bangunan box bagi dilakukan dengan
perbaikan terhadap bangunan sipilnya.

11. Tahapan Rehabilitasi Infrastruktur Air Baku

11.1. Tahapan Pelaksanaan Rehabilitasi Air Tanah dan Air Baku


Kegiatan rehabilitasi dilakukan terhadap infrastruktur air tanah dan air baku yang
mengalami kerusakan berat atau kinerja infrastruktur mencapai dibawah 60%. Untuk
mengetahui tingkat kinerja infrastruktur dilakukan melalui evaluasi dan penilaian kinerja
kinerja infratsruktur air tanah dan air baku. Terhadap infrastruktur air tanah dan air baku yang
direkomendasikan, dilakukan inventarisasi untuk melakukan identifikasi dan rencana
rehabilitasi. Selanjutnya disusun usulan program rehabilitasi, perencanaan teknis (detailed
design) rehabilitasi, pelaksanaan konstruksi rehabilitasi dan pengawasan/supervisi.

11.2. Perencanaan Teknis Rehabilitasi Air Tanah dan Air Baku


Kegiatan perencanaan teknis dimaksudkan untuk memperoleh dokumen
perencanaan rehabilitasi berupa gambar perencanaan rehabilitasi, spesifikasi teknik, metoda
dan syarat-syarat teknis. Perencanaan teknis dimuali dengan melakukan pengumpulan data
sekunder berupa as built drawing, dan data teknis unit air tandah dan air baku, data O&P,
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada infrastruktur air tanha dan air baku.
Survei dan inventarisasi dilakukan guna mengetahui kondisi eksisting infrastruktur
yang akan direhabilitasi, meliputi lokasi sumber air baku, unit air baku, unit transmisi, unit
produksi, dan unit pelayanan. Dari hasil inventarisasi ini diperoleh gambaran awal mengenai
infrastruktur air tanah dan air baku yang memerlukan rehabilitasi, kondisi dan bangunan
infrastruktur, alternatif rehabilitasi, jenis rehabilitasi, serta dokumentasi dari masing-masing
bagian bangunan eksisting yang akan di rehabilitasi.
Berdasarkan data dan informasi hasil inventarisasi dan investigasi, selanjutnya
dilakukan kajian dan analisis untuk menentukan komponen rehabilitasi yang diperlukan, dan
besaran-besaran perencanaan rehabilitasi.Berdasarkan hasil kajian dan analisis ini dapat
ditentukan sistem planning rencana rehabilitasi, keandalan sumber air dan bangunan,
dimensi bangunan, dan pengujian terhadap keamanan konstruksi. Kajian dan analisis yang
dilaksanakan harus mengacu Norma, Standar, Pedoman, dan Manual yang berlaku untuk
perencanaan rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku.
Penyusunan Perencanaan teknis rehabilitasi air tanah air baku yang selanjutnya
disebut sebagai perencanaan teknis adalah suatu rencana rinci rehabilitasi infrastruktur
meliputi unit air baku. Perencanaan teknis memuat:
Sistem planning Sistem Penyediaan Air Tanah dan Air Baku, menyajikan gambaran
ringkas mengenai infrastruktur yang dilakukan rehabilitasi, kapasitas dan dimensi-
dimensi bangunan, komponen rehabilitasi yang dilakukan,
Analisis dan perhitungan perencanaan (Nota Desain), hasil analisis dimensi
bangunan, kehandalan dan keamanan terhadap struktur,
Spesifikasi teknis, menyajikan persyaratan bahan dan metode yang dilaksanakan
dalam rehabilitasi infrastruktur air baku air tanah,
Metode pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi, menyajikan tahapan pelaksanaan
pekerjaan rehabilitasi,
Gambar perencanaan teknis, menyajikan gambar ihtisar, gambar situasi, denah, dan
gambar detail yang memaut informasi sejelas mungkin dengan skala yang memadai,
Analisis Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) menyajikan volume masing-masing
komponen rehabilitasi,

26 dari 55
Analisis Harga Satuan menyajikan hasil analisis harga satuan masing-masing jenis
pekerjaan, berdasarkan stnadar yang ada dan harga pasar,
Rencana Anggaran Biaya, menyajikan rincian biaya masing-masing jenis pekerjaan
dan rekapitulasi anggaran biaya,
Dokumen pelaksanaan kegiatan (dokumen lelang, jadwal pelelangan, Pemaketan).
Perencanaan teknis rehabilitasi air tanah air baku disusun dengan menggunakan
data hasil survei dan investigasi serta hasil dari analisis yang dilaksanakan sesuai dengan
tata cara pelaksanaan teknis. Hasil kegiatan perencanaan teknis rehabilitasi air tanah dan air
baku adalah tersedianya dokumen yang diperlukan untuk pelaksanaan kontruksi rehabilitasi
guna meningkatkan kembali kinerja dari infrastruktur bangunan/unit seperti semula atau
mengganti salah satu/seluruh infrastruktur agar berfungsi secara normal kembali.

11.3. Pelaksanaan Konstruksi Rehabilitasi Air Tanah dan Air Baku


Pekerjaan pelaksanaan konstruksi dimaksudkan untuk mewujudkan rehabilitasi
infrastruktur air baku dan air tanah sesuai dengan dokumen perencanaan yang tersedia.
Tahapan pelaksanaan konstruksi rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku adalah
sebagai berikut
Pekerjaan persiapan survei awal, koordinasi, dan sosialisai, dimaksudkan agar
implementasi dan pelaksanaan pekerjaan pengawasan di lapangan dapat berjalan
secara lancar tanpa ada benturan dan kesalah pahaman yang diakibatkan kurangnya
koordinasi dan informasi dari pihak-pihak yang terkait
kajian terhadap dokumen pengadaan menyajikan peninjauan kembali/review desain
bertujuan untuk memastikan desain yang akan dilaksanakan sudah sesuai dengan
rencana awal
Pemeriksaan lapangan dan penyusunan mutual chek 0% (MC-0) dan pembuatan
gambar kerja (shop drawing)
Pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku
Pengujian masing-masing bagian dan keseluruhan system (test and commissioning)
Pemeriksaan dan penilaian pekerjaan 100% (MC-100) dan pembuatan gambar purna
laksana (as built drawing) menyajikan gambar secara rinci setiap bagian pekerjaan
yang akan dilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan konstruksi.
Project Hand Over (PHO)
Masa pemeliharaan
Final Hand Over (FHO)

11.4. Pelaksanaan Pengawasan Rehabilitasi Air Tanah dan Air Baku


Pekerjaan pengawasan dimaksudkan untuk mendapatkan hasil pekerjaan konstruksi
yang sesuai dengan kualitas, kuantitas dan sesuai dengan syarat-syarat kontrak dan tepat
waktu pelaksanaan. Supervisi rehabilitasi dilakukan melalui serangkaian kegiatan
mengawasi pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi infrastruktur yang dilakukan oleh kontraktor
agar sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi yang telah ditentukan. Mengukur
kuantitas pekerjaan dan pengesahan pembayaran bulanan dan pembayaran akhir kepada
kontraktor. Memeriksa dan mengawasi pengujian bahan-bahan yang digunakan dan mutu
hasilnya. Menjamin bahwa rehabilitasi telah memenuhi syarat. Memberikan nasehat
mengenai perubahan pekerjaan dan tuntutan (claim). Memberikan rekomendasi
pengoperasian dan pemeliharaan peralatan yang digunakan. Bertanggung jawab atas
kelancaran pekerjaan dan membantu penyelesaiannya terhadap faktor-faktor lain yang
terkait bilamana diperlukan atau diminta, misalnya tinjauan kembali desain, meneliti atau
memeriksa gambar pelaksanaan (shop drawing) dan gambar purna laksana (as build
drawing).
Tahapan pelaksanaan pengawasan rehabilitasi infrastruktur air tanah dan air baku
adalah sebagai berikut;
Pekerjaan persiapan meliputi survey awal, koordinasi dan konsultasi, serta sosialisasi
dimaksudkan agar implementasi dan pelaksanaan pekerjaan pengawasan di
lapangan dapat berjalan secara lancer

27 dari 55
Kajian terhadap dokumen pengadaan
Pemeriksaan lapangan dan menyetujui chek 0% (MC-0) dan gambar kerja (shop
drawing)
Pengawasan dan pemeriksaan gambar kerja, spesifikasi, metode, dan hasil
pekerjaan
Memeriksa hasil pengujian untuk masing-masing bagian dan keseluruhan system
(test and commissioning)
Pemeriksaan dan penilaian pekerjaan 100% (MC-100) dan gambar purna laksana
(as built drawing)
Meneyetujui Project Hand Over (PHO) dan Final Hand Over (FHO)
Penyusunan laporan

28 dari 55
LAMPIRAN A
BAGAN ALIR

Mulai
Mulai

Evaluasi Kinerja
Infrastruktur Air Tanah
dan Air Baku

Inventarisasi dan
Investigasi Infrastruktur
Air Tanah dan Air Baku

Tidak Pemeliharaan
Rekomendasi
Rekomendasi Rutin,
Rehabilitasi
Rehabilitasi Berkala,
Khusus
Ya

Usulan Program
Rehabilitasi Infrastruktur
Air Tanah dan Air Baku

Perencanaan Teknis
Rehabilitasi Infrastruktur
Air Tanah dan Air Baku

Pelaksanaan Konstruksi Pengawasan/Supervisi Konstruksi


Rehabilitasi Infrastruktur Rehabilitasi Infrastruktur
Air Tanah dan Air Baku Air Tanah dan Air Baku

Evaluasi Kinerja Pasca


Rehabilitasi Infrastruktur
Air Tanah dan Air Baku

Selesai
Selesai

Gambar A.1 Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan


Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku

29 dari 55
Mulai
Mulai

Pekerjaan persiapan:
Persiapan personil/SDM, peralatan,
administrasi, keuangan

Pengumpulan
Pengumpulan datadata sekunder:
sekunder:
as
as built drawing, data teknis
built drawing, data teknis unit
unit air
air
tanah dan air baku, data O&P,
tanah dan air baku, data O&P,
permasalahan,
permasalahan, data
data hidrologi,
hidrologi,
geoteknik,
geoteknik, geohidrologi,
geohidrologi, dll
dll

Survei
Survei investigasi
investigasi kondisi
kondisi eksisting:
eksisting:
inventarisasi
inventarisasi kerusakan dan
kerusakan dan kondisi
kondisi
infrastruktur,
infrastruktur, mekanikal,
mekanikal, elektrikal,
elektrikal,
hidrologi
hidrologi -- hidraulika,
hidraulika, geohidrologi,
geohidrologi,
mekanika
mekanika tanah,
tanah, kualitas
kualitas air,
air, dll
dll

Penyusunan Perencanaan
rehabilitasi, jenis kerusakan dan
komponen rehabilitasi

Analisis dan perhitungan


perencanaan (Nota Desain)
Rehabilitasi Air Tanah dan Air Baku

Penyusunan spesifikasi teknis dan metode


pelaksanaan Konstruksi Rehabilitasi
Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku

Pembuatan gambar perencanaan


teknis rehabilitasi infrastruktur Air
Tanah dan Air Baku

Analisis Volume Analisis Harga Satuan


Pekerjaan (Bill of (AHS)
Quantity)

Penyusunan Rencana
Anggaran Biaya
(RAB)

Penyusunan Dokumen Pengadaan


(Dokumen Tender) rehabilitasi infrastruktur
Air Tanah dan Air Baku

Selesai
Selesai

Gambar A.2 Bagan Alir Perencanaan Teknis


Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku

30 dari 55
Mulai
Mulai

Pekerjaan persiapan:
survei awal,
koordinasi, dan sosialisasi

Kajian terhadap dokumen


pengadaan

Pemeriksaan Lapangan dan Penyusunan


Mutual Chek 0% (MC-0) dan Pembuatan
Gambar Kerja (Shop Drawing)

Pelaksanaan pekerjaan
Pelaksanaan
rehabilitasi pekerjaan
infrastruktur air
Pelaksanaan pekerjaan
rehabilitasi
tanah dan infrastruktur
air baku air
rehabilitasi infrastruktur air
tanah dan air baku
tanah dan air baku

Pengujian
Pengujian untuk
untuk masing
masing
Tidak lolos uji masing
masing bagian
bagian dan
dan
keseluruhan
keseluruhan sistem
sistem
(test
(test and
and commisioning)
commisioning)

Lolos uji

Pemeriksaan dan penilaian


pekerjaan 100% (MC 100) dan
Pembuatan gambar purna laksana
(As built drawing)

Project Hand Over


(PHO)

Masa
pemeliharaan

Final Hand Over


(FHO)

Selesai
Selesai

Gambar A.3 Bagan Alir Pelaksanaan Konstruksi


Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku

31 dari 55
Mulai
Mulai

Pekerjaan persiapan:
survei awal, koordinasi dan
konsultasi, serta sosialisasi

Kajian terhadap dokumen


pengadaan

Pemeriksaan lapangan dan


menyetujui Mutual Chek 0% (MC-0)
dan Gambar Kerja
(Shop Drawing)

Pengawasan dan pemeriksaan


Pelaksanaan
gambar pekerjaan rehabilitasi
kerja, spesifikasi,
Pelaksanaan pekerjaan metode
rehabilitasi
infrastruktur air tanah dan air baku
infrastruktur airpekerjaan
dan hasil tanah dan air baku

Tidak lolos uji Memeriksa


Memeriksa hasil
hasil
pengujian
pengujian untuk
untuk masing
masing
masing
masing bagian
bagian dan
dan
keseluruhan
keseluruhan sistem
sistem
(test
(test and
and commisioning)
commisioning)

Lolos uji
Pemeriksaan dan penilaian
pekerjaan 100% (MC 100) dan
gambar purna laksana (As built
drawing)

Menyetujui
Project Hand Over (PHO)
Dan Final Hand Over (FHO)

Penyusunan
Laporan

Selesai
Selesai

Gambar A.4 Bagan Alir Pengawasan (supervisi)


Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku

32 dari 55
LAMPIRAN B
Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku

Tabel B.1 Kriteria Penilaian Kondisi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku

Kondisi infrastruktur
Ciri Fisik
air tanah dan air baku
Kondisi Baik Bentuk fisik bangunan masih baru atau seperti baru,
Belum mengalami perubahan fisik yang berarti,
Jika nilai kondisi > 90 - 100 % atau,
Nilai tingkat kerusakan bangunan < 10 %.
Kondisi Rusak Ringan Bentuk fisik bangunan sudah mengalami sedikit perubahan,
Terdapat retak-retak rambut / pensil,
Terdapat pengelupasan plester dan atau siar dalam jumlah kecil,
Stabilitas fisik bangunan masih terjaga,
Jika nilai kondisi 80 - 90 % atau,
Nilai tingkat kerusakan bangunan antara 10 20 %.
Kondisi Rusak Bentuk fisik bangunan sudah mengalami perubahan yang berarti,
Sedang Terdapat retak-retak pensil atau berlubang,
Terdapat pengelupasan plester dan atau siar sampai membuat lubang-
lubang kecil,
Terdapat pasangan batu yang terlepas,
Stabilitas fisik bangunan mulai terganggu,
Jika nilai kondisi 60 - < 80% atau,
Nilai tingkat kerusakan bangunan antara 21 40 %.
Kondisi Rusak Berat Bentuk fisik sudah mengalami perubahan serius,
Terdapat retakan yang sudah memutuskan kekuatan struktur bangunan
sampai roboh,
Stabilitas fisik bangunan sangat terganggu sampai tidak stabil lagi,
Jika nilai kondisi < 60 % atau,
Apabila bangunan tidak roboh, nilai tingkat kerusakan bangunan 40 %.

33 dari 55
Tabel B.2 Kriteria Penilaian Fungsi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku

Kondisi infrastruktur air


Ciri Fisik
tanah dan air baku
Berfungsi baik, Mengalami penurunan fungsi kurang 10 % dari fungsi awal bangunan.
Saringan sampah (kalau ada) mampu menyaring sampah-sampah padat dan
ringan yang akan memasuki intake,
Inlet (pengambilan, sadap) mudah dioperasikan
Untuk bangunan, jaringan pipa transmisi tidak terdapat kebocoran dan dapat
mengalirkan air dengan lancar,
Bangunan pengendap berfungsi dengan baik, tidak terdapat sedimentasi yang
berlebih dan alat pembersih sedimentasi mudah dioperasikan,
Bangunan pompa mampu berfungsi menaikkan air,
Untuk bangunan ukur; skala ukur masih jelas, tidak terdapat endapan, serta kolam
penenang berfungsi dengan baik
Terganggu ringan Mengalami penurunan fungsi 11 20 % dari fungsi awal infrastruktur air tanah dan
air baku dibangun
Saringan sampah (kalau ada) mampu menyaring sampah-sampah padat dan
ringan yang akan memasuki intake,
Inlet (pengambilan, sadap) sangat mudah dioperasikan
Untuk bangunan, jaringan pipa transmisi tidak terdapat kebocoran dan dapat
mengalirkan air dengan lancar,
Bangunan pengendap berfungsi dengan baik, tidak terdapat sedimentasi yang
berlebih dan alat pembersih sedimentasi mudah dioperasikan,
Bangunan pompa mampu berfungsi menaikkan air,
Untuk bangunan ukur; skala ukur masih jelas, tidak terdapat endapan, serta kolam
penenang berfungsi dengan baik
Terganggu sedang, Mengalami penurunan fungsi 21 40 % dari fungsi awal infrastruktur air tanah
dan air baku dibangun
Saringan sampah (kalau ada) masih mampu menyaring sampah-sampah padat
dan tidak mampu untuk menyaring sampah ringan yang akan memasuki intake ,
Inlet (pengambilan, sadap) sedikit mudah untuk dioperasikan,
Untuk bangunan, jaringan pipa transmisi tidak terdapat kebocoran dan dapat
mengalirkan air dengan lancar tetapi debit yang mengalir terjadi penurunan dan
terjadi penyumbatan (Clogging) pada pipa transmisi,
Bangunan pengendap berfungsi dengan baik, kecil terdapat sedimentasi yang
berlebih dan alat pembersih sedimentasi susah dioperasikan,
Bangunan pompa mampu menaikkan air tetapi debit yang dialirkan terjadi
penurunan dan daya listrik yang dibutuhkan pada pompa terjadi peningkatan,
Untuk bangunan ukur; skala ukur sedikit jelas, terdapat endapan, serta kolam
penenang mulai suLIT untuk berfungsi dengan baik
Terganggu berat / tidak Mengalami penurunan fungsi lebih dari 40 % dari fungsi awal infrastruktur air
berfungsi tanah dan air baku tersebut dibangun
Saringan sampah (kalau ada) sedikit mampu menyaring sampah-sampah padat
dan tidak mampu untuk menyaring sampah ringan yang akan memasuki intake,
Inlet (pengambilan, sadap) susah untuk dioperasikan,
Untuk bangunan, jaringan pipa transmisi terdapat kebocoran dan terjadi
penyumbatan (Clogging) pada pipa transmisi sehingga air yang mengalir kurang
lancar dan debit yang dihasilkan sangat kecil,
Bangunan pengendap berfungsi dengan baik, terdapat sedimentasi yang
berlebihan sehingga alat pembersih sedimentasi tidak dapat dioperasikan,
Bangunan pompa kurang mampu untuk dan membutuhkan waktu yang lama
untuk menaikkan air dan debit yang dialirkan terjadi penurunan dan daya listrik
yang dibutuhkan pada pompa terjadi peningkatan,
Untuk bangunan ukur; skala ukur kurang jelas dan terdapat endapan, serta kolam
penenang susah untuk berfungsi dengan baik

34 dari 55
Tabel B.3Jenis Kerusakan, Penyebab dan Upaya Rehabilitasi Infrastruktur Air
Tanah Dan Air Baku
PENYEBAB REHABILITASI YANG
NO INFRASTRUKTUR JENIS KERUSAKAN
KERUSAKAN DILAKUKAN
1 Intake & Pondasi Terjangan banjir Perbaikan
Broncaptering keropos, Perubahan pondasi intake,
Dinding , aliran sungai Perbaikan
badan bangunan, Longsor pada dinding
kerangka intake tebing sekitar Pembuatan
retak/ runtuh bangunan intake, bangunan pelindung
tebing
Pembuatan
kembali bangunan
intake (relokasi)
2 Air Tanah / Sumur Pipa Jambang Umur layanan Re-
dalam (casing) dan Terjadi patah/ development/
saringan retakan akibat gemba dikuras/ dicuci
(screen)mengalami bumi. Re-Drilling,
kerusakan / membuat sumur
tersumbat, baru di dekat/sekitar
Kuantitas dan sumur lama
kualitas air menurun
3 Pompa dan sumber Aksesoris Umur layanan Perbaikan dan
penggerak pompa Tegangan listrik pergantian terhadap
Panel pompa tidak stabil, sebagian maupun
mati Pemakaian keseluruhan
Kerusakan melebihi kapasitas komponen pompa
pada Automatic dan sumber
Voltage Regulator penggerak
(AVR)
Electric fuel
pump
Panel surya,
Sudu-
sud/propeller
4 Jaringan Perpipaan Terjadi Umur layanan Perbaikan
kebocoran pipa, Pembuatan kebocoran
Kerusakan tidak sesuai standar Pengantian
pada asesoris pipa Pemasangan pipa dan aksesoris
Tutup pintu asesoris tidak sesuai Pemasangan
box pembagi prosedur papan peringatan
rusak/hilang Vandalisme
Rembesan
pada reservoir
kerusakan
water meter
5 Pintu sampah/jeruji, Stang drat Umur layanan Perbaikan dan
pintu sorong pintu berkarat Jarang pergantian terhadap
(Peralatan Daun pintu dilakukan perawatan sebagian maupun
Mekanikal) keropos Aliran banjir keseluruhan
Daun pintu yang membawa komponen pintu
rusak material berukuran sampah/jeruji, pintu
besar (batu /batang sorong
pohon. Pengecatan

35 dari 55
PENYEBAB REHABILITASI YANG
NO INFRASTRUKTUR JENIS KERUSAKAN
KERUSAKAN DILAKUKAN
6 Panel-panel Bagian panel Umur layanan Perbaikan dan
Pompa, Lampu hilang Hubungan arus penggantian
Penerangan, dan Tombol macet pendek peralatan yang
Sistem Perkabelan Kabel Dimakan tikus rusak
(Peralatan putus/terbakar Tertimpa kayu
Elektrikal) Lampu putus Vandalisme
Tiang
penerangan roboh

36 dari 55
Tabel B.4
Daftar Simak Inventarisasi Rehabilitasi Infrastruktur Air Tanah Dan Air Baku

1. Identitas Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku

1.1 Nama Infrastruktur Air Tanah


Air Baku
1.2 Lokasi Desa
Koordinat
Desa : DAS :
X ;
Kecamatan : .
Y :
Kabupatan : WS : .
Z : ..
Provinsi :
1.3 Status Kepemilikan Barang Milik Negara (BMN)
Barang Milik Daerah (BMD)
Lainnya .
1.4 Pengelola

1.5 Pembangunan : Pemeliharaan Rehabilitasi


Tahun Tahun. Tahun.
Tahun. Tahun.
Tahun. Tahun.
Tahun. Tahun.
1.6 Jenis Sumber Air Baku Air Tanah (Sumur Bor)
Air Permukaan
Mata Air
Lainnya .
1.7 Jenis Infrastruktur Sumur Dalam
Pengambilan Air Baku Air
Tanah
Intake Bebas
Intake Sumuran
Intake Bendung
Intake Ponton
Intake Jembatan
Infiltrasi Galeri
Lainnya .............................
1.8 Jenis Pengaliran Gravitasi
Pompa sentrifugal
Pompa submersible

1.9 Jenis Tenaga Penggerak Jaringan listrik (PLN)


Generator Set (genset)
Panel Surya

37 dari 55
Tenaga Angin
Lainnya ...

38 dari 55
Lanjutan Tabel B.4

2. Daftar Simak Kondisi Infrastruktur PengambilanAir Tanah (Sumur)

No. Parameter yanga diperiksa Uraian

2.1 Kuantitas air (debit) apakah masih seperti


pada saat perencanaan atau mengalami
penurunan,
Apabila terjadi penurunan, berapa
prosenPenurunannya

2.2 Kualitas air (warna, bau, rasa) secara


visual apakah seperti pada saat
perencanaan atau mengalami
penurunan/keruh
Apabila kualitas air /mengalami penurunan,
berapa prosen penurunannya

2.3 Apakah ada penyumbatan pada bagian


permukaan (pemeriksaan menggunakan
logam bar untuk sumur terbuka atau dip
meter untuk sumur tertutup, atau
menggunakan kamera CCTV yang
dimasukkan kedalam Sumur.

2.4 Bagaimana kondisi Pipa Jambang


(casing)., apakah ada hasil pemeriksaan
secara visual/keterangan petugas operator
Apakah ada pemeriksaan menggunakan
peralatan CCTV

2.5 Bagaimana kondisi saringan (screen),


apakah ada hasil pemeriksaan secara
visual/keterangan petugas operator
Apakah ada pemeriksaan menggunakan
peralatan CCTV

2.6 Bagaimana kondisi bangunan pelengkap


sumur, beton penutup, jaringan pipa , dan
bangunan lainnya

2.7 Apakah ada gangguan atau kerusakan


lainnya pada sumur?

39 dari 55
Lanjutan Tabel B.4

3. Daftar Simak Kondisi Infrastruktur Bangunan Pengambilan Air Permukaan (intake)

No. Parameter yanga diperiksa Uraian

3.1 Bagaimana kondisi bangunan ambang /


bangunan pengarah, lantai dasar, apakah
terdapat keretakan, keruntuhan, pasangan
yang lepas, kelongsoran, penurunan?
Bagaimana kondisi dinding dan pondasi
inlet, apakah terdapat keretakan,
keruntuhan, pasangan yang lepas,
kelongsoran, penurunan?
Perkuatan tebing apakah terdapat
keretakan, keruntuhan, pasangan yang
lepas, kelongsoran, penurunan?

3.2 Bagaimana kondisi bangunan mekaniikal,


saringan / kisi sampah, mengalami korosi,
perubahan bentuk, patah
Pintu mengalami korosi, perubahan bentuk,
patah, bisa digerakkan?

3.3 Bagaimana kondisi bak / sumur pengumpul


apakah terdapat keretakan, keruntuhan,
pasangan yang lepas, kelongsoran,
penurunan?

4.3 Bangunan outlet apakah mengalami


keretakan, korosi, kebocoran

4.4 Apakah ada gangguan atau kerusakan


lainnya pada intake?

40 dari 55
Lanjutan Tabel B.4

4. Daftar Simak Kondisi Infrastruktur Bangunan Pengambilan Mata Air


(Bronkaptering)

No. Parameter yanga diperiksa Uraian

4.1 Kondisi dinding dan pondasi bangunan


pelindung mata air apakah terdapat
keretakan, keruntuhan, pasangan yang
lepas, kelongsoran, penurunan?
Perkuatan tebing apakah terdapat
keretakan, keruntuhan, pasangan yang
lepas, kelongsoran, penurunan?

4.2 Bak / sumur pengumpul apakah terdapat


keretakan, keruntuhan, pasangan yang
lepas, kelongsoran, penurunan?

4.3 Bangunan outlet apakah mengalami


keretakan, korosi, kebocoran

4.4 Apakah ada gangguan atau kerusakan


pada bronkaptering lainnya?

5. Daftar Simak Kondisi Bangunan Pompa

No. Parameter yanga diperiksa Uraian

5.1 Komponen pompa yang bergerak meliputi


shaft (poros), impeller, shaft sleeve, dan
wearing ring, apakah mengalami
kerusakan, pecah, retak?

5.2 Komponen pompa yang tidak bergerak


meliputi casing (rumah pompa), base plate
(tempat dudukan seluruh komponen
pompa), diffuser (pengarah aliran), wearing
ring casing (pencegah kebocoran),
tuffingbox (tempat kedudukan beberapa
mechanical packing yang mengelilingi shaft
sleeve) dan discharge nozzle (tempat
keluarnya cairan yang bertekanan dari
dalam pompa), apakah terdapat kerusakan,
retak, pecah.

41 dari 55
5.3 Bangunan outlet apakah mengalami,
korosi,pecah kebocoran?

5.4 Kondisi bangunan pelengkap rumah


pompa, panel pompa, kabel, fondasi
apakah mengalami kerusakan?

5.5 Apakah ada gangguan atau kerusakan


bangunan pompa lainnya?

Lanjutan Tabel B.4

6. Daftar Simak Kondisi Bangunan Penggerak Jaringan Listrik

No. Parameter yanga diperiksa Uraian

6.1 Jaringan kabel apakah mengalami


terputus, induksi, arus pendek (korsleting),
terbakar?

6.2 Tegangan listrik apakah mengalami


fluktuasi

6.3 Panel listrik apakah mengalami terputus,


induksi, arus pendek (korsleting), terbakar?

6.4 Apakah terdapat gangguan listrik lainnya ?

42 dari 55
Lanjutan Tabel B.4

7. Daftar Simak Kondisi Bangunan Penggerak Generator set

No. Parameter yanga diperiksa Uraian

7.1 Apakah generator set mengalami


kerusakan mesin tidak dapat di-start, mesin
tiba-tiba mati, dan daya mesin hilang,
mesin tidak dapat di-start umumnya
disebabkan oleh kerusakan baterai lemah
atau mati, kawat listrik terlepas atau putus
kerusakan motor stater, dan tekanan udara
di tangki terlalu renda

7.2 Apakah Jaringan kabel apakah mengalami


terputus, induksi, arus pendek (korsleting),
terbakar?

7.3 Panel listrik apakah mengalami terputus,


induksi, arus pendek (korsleting), terbakar?

7.4 Apakah terdapat gangguan pada generator


set lainnya ?

8. Daftar Simak Kondisi Bangunan Penggerak Tenaga Surya

No. Parameter yanga diperiksa Uraian

8.1 Apakah terdapat panel surya yang


mengalami kerusakan

8.2 Apakah Jaringan kabel mengalami


terputus, induksi, arus pendek (korsleting),
terbakar?

8.3 Panel listrik apakah mengalami terputus,


induksi, arus pendek (korsleting), terbakar?

8.4 Apakah terdapat gangguan pada panel


surya lainnya ?

43 dari 55
Lanjutan Tabel B.4

9. Daftar Simak Kondisi Bangunan Penggerak Tenaga Angin

No. Parameter yanga diperiksa Uraian

9.1 Apakah terdapat komponen penggerak


tenaga angin, sudu-sudu, tower, yang
mengalami kerusakan

9.2 Apakah Jaringan kabel mengalami


terputus, induksi, arus pendek (korsleting),
terbakar?

9.3 Panel listrik apakah mengalami terputus,


induksi, arus pendek (korsleting), terbakar?

9.4 Apakah terdapat gangguan pada


penggerak tenaga angin lainnya ?

10. Daftar Simak Kondisi Bangunan Penampung (Reservoir)

No. Parameter yanga diperiksa Uraian

10.1 Apakah bangunan penampung / reservoir


terdapat keretakan, keruntuhan, pasangan
yang lepas, kebocoran kelongsoran,
penurunan?

10.. Bangunan outlet apakah mengalami


2 keretakan, korosi, kebocoran

10.3 Apakah terdapat kerusakan pada


bangunan reservoir lainnya ?

11. Daftar Simak Kondisi Bangunan Jaringan pipa/saluran

No. Parameter yanga diperiksa Uraian

11.1 Apakah saluran terbuka, bangunan bagi


(box) irigasi air tanah mengalami
keretakan, keruntuhan, pasangan yang
lepas, kebocoran kelongsoran,
penurunan?

11..2 Apakah jaringan pipa irigasi air tanah


mengalami keretakan, keruntuhan,
pasangan yang lepas, kebocoran
kelongsoran, penurunan?

11.3 Apakah terdapat kerusakan pada jaringan

44 dari 55
irigasi air tana lainnya ?
LAMPIRAN C
Sumber Air

Sumur Dangkal
Daerah Resapan Sumur Dalam
(Recharge Area) (Deep well) (Shallow well)
Akuifer hinggap
(perched aquifer) Sumur Dangkal
Sumur Dangkal
Tekanan Piezometer (Shallow well)
(Shallow well)
(potentiometric surface) Mata Air
(Spring)
Sumur Artesis Aliran Sungai
(Artesian well) (River)

muka air tanah (water table)

Akuifer Nir-tekan
(un-confined aquifer)
Lapis Kedap Air
(aquiclude)
Lapis Kedap Air
(aquiclude)
Akuifer Tekan
(confined aquifer)

Gambar C.1 Tipe Sumber Air Tanah


Sumber : Tata Ruang Air Tanah (Tata Ruang Air Tanah, 2012, Robert J Kodoatie)

45 dari 55
a. Gravity Spring

b. Surface Spring

c. Artesian Spring

rock

d. Spring from solution channel

Gambar C.2 Tipe Mata Air


Sumber : Dimodifikasi dari Tata Ruang Air Tanah (Tata Ruang Air Tanah, 2012, Robert J
Kodoatie)

46 dari 55
a. Sungai Tipe V

b. Sungai Tipe U

Gambar C.3 Tipe Sungai

47 dari 55
LAMPIRAN D
Tipikal Bangunan Pengambilan Sumber Air

Gambar D.1 Tipikal Pemanfaatan Air Tanah (Sumur)

48 dari 55
Gambar D.2 Tipikal Pemanfaatan Air Permukaan (Sungai)

49 dari 55
Dinding
Penahan

Pipa
Outlet
Kor Pipa
Mata al Inlet
Air

Gambar D.3 Tipikal Pemanfaatan Mata Air (Broncaptering)

50 dari 55
LAMPIRAN E
Tipikal Infrastruktur Air Tanah dan Air Baku

Gambar E.1 Tipikal Rehabilitasi Sumur Dengan Redevelopment


Sumber : Technical Review Borehole Drilling And Rehabilitation Under Field Conditions,
Robert Mardini, 2012

51 dari 55
Gambar E.2 Tipikal Rehabilitasi Sumur dengan Redrilling
Sumber : Technical Review Borehole Drilling And Rehabilitation Under Field Conditions,
Robert Mardini, 2012

52 dari 55
Gambar E.3 Tipikal Pompa Sentrifugal
Sumber : Brosur Pompa Sentrifugal Grundfos

53 dari 55
Gambar E.4 Tipikal Pompa Submersibel
Sumber : Technical Review Borehole Drilling And Rehabilitation Under Field Conditions,
Robert Mardini, 2012

54 dari 55
Gambar E.5 Tipikal Sumber Penggerak Pompa Tenaga Surya
Sumber : Adaptasi dari Brosur Lorentz Pumps- Solar Water Pumping System

55 dari 55
Gambar E.6 Tipikal Sumber Penggerak Pompa Tenaga Angin
Sumber : Adaptasi dari Wind Pumping : A handbook, Joop Van Meel dan Paul Smulders,
1989

56 dari 55
Bibliografi

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 Tentang Sistem
Penyediaan Air Minum,
2. Tata Ruang Air Tanah, 2012, Robert J. Kodoatie
3. Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum, 2009, Tri Joko, Penerbit Graha Ilmu.
4. Technical Review Borehole Drilling And Rehabilitation Under Field Conditions, Robert
Mardini, Tahun 2012, Penerbit ICRC.
5. Water Well Rehabilitation and Reconstruction, George Houben and Treskatis, Tahun
2007, Penerbit The McGraw-Hill Companies, Inc.
6. Developing Groundwater, A Guide for Rural Water Supply, Alan Mac Donal dkk, 2005,
Practical Action Publishing.
7. Wind Pumping : A handbook, Joop Van Meel and Paul Smulders, 1989, World Bank
Technical Paper Number 101.

57 dari 55

Anda mungkin juga menyukai