Anda di halaman 1dari 142

EVALUASI KARAKTERISTIK AGREGAT LOKAL

DENGAN ASPAL POLIMER PADA CAMPURAN


LASTON LAPIS AUS (AC-WC)

TUGAS AKHIR
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Studi Sarjana Teknik Sipil

Oleh

Bayu Nur Awaludin


NIM 2411111048

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2018
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

EVALUASI KARAKTERISTIK AGREGAT LOKAL DAN


ASPAL POLIMER PADA CAMPURAN LASTON LAPIS AUS
(AC-WC)

Adalah benar dibuat oleh saya sendiri dan belum pernah dibuat dan diserahkan
sebelumnya baik sebagian atau pun seluruhnya, baik oleh saya mau pun orang
lain,
baik di UNJANI maupun institusi pendidikan lainnya.

Cimahi,

Penulis

Bayu Nur Awaludin


NIM 2411111048

Cimahi,

Pembimbing

Agus Juhara, ST., MT. Hanafi, ST., MT.


NID 4121 531 72 NIM 4121 976 87

Mengetahui:

Jurusan Teknik Sipil


Ketua,

KRAP Ronni IS. Rono Hadinagoro, Ir., MT.


NID 4121 069 62
ABSTRAK

EVALUASI KARAKTERISTIK ASPAL POLIMER DAN


ASPAL KONVENSIONAL LASTON LAPIS AUS
Oleh
Bayu Nur Awaludin
NIM : 2411111048

Agregat merupakan material utama bahan pencampuran pada lapisan aspal baik
perkerasan lentur maupun perkerasan kaku. Jenis perkerasan lentur merupakan
campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat. Pada
penelitian ini membandingkan antara bahan campuran agregat lokal dari quarry
Giriasih dengan aspal Pen 60/70 dan aspal starbit E-55 sebagai bahan pengikat.
Jenis lapisan permukaan yang ditinjau adalah Laston Lapis Aus/AC-WC yang
terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal yang dicampur pada
suhu tertentu. Berat agregat untuk pencampuran benda uji didapatkan setelah
melalui proses analisis sampai dengan mendapatkan nilai persentasi
pencampuran dari gradasi agregat. Aspal yang digunakan dalam pencampuran
aspal panas yaitu aspal Pen 60/70 dan aspal elastomer Starbit E-55. Setelah
proses pencampuran aspal panas, dilakukan pengujian di laboratorium dengan
menggunakan metode Marshall dan Kepadatan Mutlak untuk mendapatkan
Kadar Aspal Optimum dan Marshall Sisa pada Kadar Aspal Optimum (KAO).
Persentase gradasi agregat yang didapatkan yaitu 19% agregat kasar, 26%
agregat medium, 51% abu batu, dan 4% filler. Dan nilai kadar aspal optimum
perkiraan yaitu 5,5% dan varian kadar -1%, -0.5%, +0,5%, dan +1% dari kadar
aspal optimum. Dari hasil pengamatan pada pengujian Marshall kemudian
dibuat grafik hubungan antara presentase kadar aspal dengan presentase
perbandingan Pen 60/70 adalah nilai kepadatan (density) 2,616 gr/cc, VMA
15,03%, VIM 4.68%, VFB 68.3%, Stabilitas 1036.5 kg, dan untuk kelehan
(flow) 3,72 mm. Nilai untuk aspal elastomer Starbit E-55 adalah nilai kepadatan
(density) 2,287 gr/cc, VMA 13,84%, VIM 4.59%, VFB 61,6%, Stabilitas 1122,2
kg, dan untuk kelehan (flow) 2,77 mm yang masing-masing karakteristik
mempunyai interval angka kadar aspal optimum yang disyaratkan dalam
spesifikasi teknis yang harus diupayakan mencari kadar aspal optimum sebagai
nilai tengah dari rentang kadar minimum dan maksimum yang memenuhi
semua persyarat nilai karakteristik campuran yang menghasilkan nilai tengah
kadar aspal optimum pada pengujian ini yaitu 6,25%.

Kata Kunci: Pen 60/70, Starbit E-55, Kadar Aspal optimum.

3i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul ”Evaluasi
Karakteristik Agregat Lokal Dengan Aspal Polimer Pada Campuran Laston Lapis
Aus (AC-WC) ”. Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Sipil Strata Satu Fakultas
Teknik Universitas Jenderal Achmad Yani. Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini,
saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai
dari masa perkuliahan sampai penyusunan Tugas Akhir ini, saya tidak dapat me-
nyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar. Oleh karena itu, saya menyampaikan
ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung proses pengerjaan
Tugas Akhir ini, yaitu kepada:
1. Bapak KRPAH Ronni IS. Rono Hadinagoro, Ir., MT., selaku Ketua Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Bapak Agus Juhara, ST., MT, dan Bapak Hanafi, ST., MT, selaku dosen
pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran
serta bimbingan dalam penyusunan tugas akhir ini.
3. Ibu Ir. Agustin Purwanti, MT. Wali Dosen.
4. Ayah, Ibu, istri tercinta, kakak, dan adik yang selalu memberikan do’a serta
dukungan moril, materiil, serta kasih sayang yang tak terhingga.
5. Bapak Dadang alias Om Soni yang senantiasa mendorong dan membantu
penaataan penyelesaian hal.
6. Galih Agung Purwono, ST. dan Dedi Firnawan, ST. sebagai mentor.
7. Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) Unjani beserta seluruh keluarga besar
anggota Himpunan yang banyak memberi inspirasi dan ilmu kehidupan.
8. Khususon Hilman a.k.a Cucuk, Heri Hardiansyah a.k.a Carut, Hadi a.k.a
Jamblang, Arfan a.k.a Ulung, yang membantu dalam pengerjaan penelitian.
9. Rekan-rekan satu perjuangan angkatan 2011 yang banyak memberikan
dukungan dan motivasi serta inspirasi.
Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah mendukung dan membatu Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi saya dan pengembangan ilmu.

Cimahi, Februari 2018

Penulis

4i
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR SINGKATAN DAN ANOTASI .......................................................... vii

PENDAHULUAN ............................................................................. 1-1


Latar Belakang ...................................................................................... 1-1
Rumusan Masalah ................................................................................. 1-2
Tujuan Penelitian................................................................................... 1-2
Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 1-3
Sistematika Penulisan ............................................................................ 1-3

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 2-1


Umum .................................................................................................... 2-1
Agregat .................................................................................................. 2-1
2.2.1 Klasifikasi Agregat......................................................................... 2-2
2.2.2 Sifat Agregat .................................................................................. 2-6
2.2.3 Bentuk dan Tekstur Agregat .......................................................... 2-7
2.2.4 Kebersihan Permukaan (Cleanliness) ............................................ 2-8
2.2.5 Daya Lekat Agregat terhadap Aspal .............................................. 2-9
2.2.6 Porositas Agregat ......................................................................... 2-10
2.2.7 Gradasi Agregat ........................................................................... 2-10
Aspal / Bitumen ................................................................................... 2-15
2.3.1 Jenis Aspal ................................................................................... 2-16
2.3.2 Sifat Aspal .................................................................................... 2-18
2.3.3 Pengujian bahan Aspal ................................................................. 2-21
Bahan Tambah Polimer ....................................................................... 2-22
2.4.1 Aspal Starbit................................................................................. 2-23
Metode Perencanaan Campuran .......................................................... 2-24
Metode Marshall ................................................................................. 2-26
Lapisan AC-WC (Asphalt Concrete – Wearing Course) .................... 2-28
Penelitian Terdahulu............................................................................ 2-29

METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 3-1


Metodologi ............................................................................................ 3-1
Persiapan dan pengujian material .......................................................... 3-2
3.2.1 Pengujian Material Agregat ........................................................... 3-2
3.2.2 Pengujian Material Aspal ............................................................... 3-4
Gradasi Agregat Dalam Campuran ....................................................... 3-5
Pengujian Kadar Aspal Optimum ( KAO ) ........................................... 3-6

33
Pengujian Marshall Immersion............................................................ 3-10

44
Analisa data ......................................................................................... 3-10

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ....................................... 4-1


Pengujian Material ................................................................................ 4-1
4.1.1 Pengujian Agregat .......................................................................... 4-1
4.1.2 Pengujian Aspal ............................................................................. 4-2
4.1.3 Gradasi Gabungan Rencana ........................................................... 4-4
Pengujian Campuran dengan Metoda Marshall .................................... 4-6
Pengujian Kepadatan Mutlak ................................................................ 4-8
Analisis Hasil Pengujian ....................................................................... 4-9

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 5-1


Kesimpulan............................................................................................ 5-1
Saran ...................................................................................................... 5-2

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

55
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Agregat ............................................................................................. 2-2


Gambar 2.2 Agregat Kasar................................................................................... 2-4
Gambar 2.3 Gradasi Baik ................................................................................... 2-11
Gambar 2.4 Gradasi Seragam ............................................................................ 2-12
Gambar 2.5 Aspal............................................................................................... 2-15
Gambar 2.6 Gambaran Elastic Rocovery........................................................... 2-23
Gambar 2.7 Lapis Aspal Beton .......................................................................... 2-29
Gambar 2.8 Sebaran Gradasi Agregat................................................................ 2-31
Gambar 2.9 Gradasi Gabungan BGA 5% .......................................................... 2-32
Gambar 2.10 Hasil Analisa KAO BGA 5% Campuran Polimer 0% ................. 2-32
Gambar 2.11 Hasil Analisa KAO BGA 5% Campuran Polimer 2% ................. 2-32
Gambar 2.12 Hasil Analisa KAO BGA 5% Campuran Polimer 4% ................. 2-32
Gambar 2.13 Garadasi Gabungan BGA 7% ...................................................... 2-33
Gambar 2.14 Hasil Analisa KAO BGA 7% Campuran Polimer 0% ................. 2-33
Gambar 2.15 Hasil Analisa KAO BGA 7% Campuran Polimer 2% ................. 2-33
Gambar 2.16 Hasil Analisa KAO BGA 7% Campuran Polimer 4% ................. 2-33
Gambar 2.17 Hasil Pengujian Storage Stability Terhadap Aspal Modifikasi SBS
............................................................................................................................ 2-35
Gambar 2.18 Komposisi Gradasi Rencana SMA (D=10 mm).......................... 2-35
Gambar 2.19 Rekap Penentuan Nilai KAO berdasarkan British Standard ...... 2-35
Gambar 3.1 Diagram alir metodologi penelitian.................................................. 3-2
Gambar 3.2 Batas Gradasi Campuran AC-WC Agregat Gabungan .................... 3-6
Gambar 4.1 Gradasi gabungan ............................................................................. 4-5
Gambar 4.2 Hasil density pada campuran aspal .................................................. 4-9
Gambar 4.3 Hasil VMA pada campuran aspal .................................................... 4-9
Gambar 4.4 Hasil FVA pada campuran aspal .................................................... 4-10
Gambar 4.5 Hasil VIM pada campuran aspal .................................................... 4-10
Gambar 4.6 Hasil Stabilitas pada campuran aspal ............................................. 4-11
Gambar 4.7 Hasil flow pada campuran aspal ..................................................... 4-11
Gambar 4.8 Diagram Batang untuk mendapatkan KAO ................................... 4-12

66
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ketentuan Agregat Kasar ..................................................................... 2-5


Tabel 2.2 Ketentuan Agregat Halus ..................................................................... 2-6
Tabel 2.3 Jenis Pengujian Kebersihan Agregat ................................................... 2-9
Tabel 2.4 Spesifikasi Gradasi Agregat Laston ................................................... 2-10
Tabel 2.5 Pengaruh Gradasi terhadap Karakteristik Campuran ......................... 2-13
Tabel 2.6 Gradasi Agregat Gabungan untuk Campuran Aspal .......................... 2-14
Tabel 2.7 Pengujian dan Persyaratan untuk Aspal Penetrasi 60/70 ................... 2-21
Tabel 2.8 Variasi sampel yang digunakan ......................................................... 2-30
Tabel 3.1 Pengujian sifat fisik agregat kasar ....................................................... 3-3
Tabel 3.2 Pengujian sifat fisik agregat halus ....................................................... 3-3
Tabel 3.3 Pengujian sifat fisik aspal .................................................................... 3-4
Tabel 3.4 Gradasi Agregat Gabungan untuk Campuran Aspal AC-WC ............. 3-5
Tabel 3.5 Jumlah sampel pengujian Marshall ...................................................... 3-8
Tabel 3.6 Sifat – sifat campuran laston AC-WC ................................................. 3-8
Tabel 3.7 Sifat – sifat campuran laston AC-WC Mod ......................................... 3-9
Tabel 3.8 Jumlah benda uji peredam marshall ................................................... 3-10
Tabel 4.1 Hasil pemerikasaan aspal ..................................................................... 4-4
Tabel 4.2 Kebutuhan benda uji untuk pencampuran aspal uji Mashall ............... 4-6
Tabel 4.3 Tabel perhitungan bahan campuran aspal ............................................ 4-7
Tabel 4.4 Kebutuhan benda uji untuk pencampuran aspal uji PRD .................... 4-8
Tabel 4.5 Resume hasil percobaan marshall ...................................................... 4-12
Tabel 4.6 Perbandingan penggunaan aspal ........................................................ 4-12
Tabel 4.7 Perbandingan penggunaan aspal ........................................................ 4-13

77
DAFTAR ISTILAH DAN NOTASI

Pemakaian per-
SINGKATAN Definisi tama kali pada
halaman
AASHTO American Association of State Highway 1-3
and Transportation Official.

ABRASI Proses pengausan/perusakan akbiat dari 2-4


terjadinya proses pelemahan agregat
akibat waktu dan proses alam, merupa-
kan salah satu aspek durabilitas dari
agregat.

ASTM American Standard for Testing Mate- ix


rial.

BERAT JENIS Perbandingan antara berat kering dan 3-7


berat air suling.
KONDISI CU-
RAH (BULK SPE-
SIFIC GRAVITY)

BERAT JENIS Perbandingan antara berat agregat ker- 4-1


ing dan berat air suling yang isinya
KONDISI JENUH
sama dengan isi agregat dalam kedaaan
(SSD) kering pada suhu tertentu.

BERAT JENIS Perbandingan antara berat kering dan 4-1


berat air suling yang isinya sama
SEMU (APPAR-
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh
ENT SPESIFIC pada suhu tertentu.
GRAVITY)

BERAT ISI Angka perbandingan anatara berat 3-1


dengan volume agregat dalam suatu
silinder.
BS British Standard, merupakan suatu in- ix
stitusi yang memiliki ketetapan yang

88
menjadi stadar untuk digunakan di in-
stitusi dimana saja termasuk di Indone-
sia.

DEFORMASI Perubahan bentuk atau ukuran yang ter- 1-2


jadi oleh gaya ataupun suhu

DURABILITAS Sifat keawetan/ketahanan material ter- 2-7


hadap faktor waktu dan lingkungan
(DURABILITY)
(cuaca).

FRAKSI AGRE- Kumpulan agregat dalam karakteristik 2-4


ukuran sama.
GAT

GRADASI Grup atau kelompok standar yang 1-4


ditetapkan oleh ukuran yang ditetapkan
oleh saringan BS atau ASTM.

INTERLOCKING Sifat saling mengunci antara agregat 2-5


yang sangat dipengaruhi oleh bentuk
agregat dan variasi diameter.

PENYERAPAN Presentase berat air yang dapat diserap 2-10


pori terhadap berat agregat kering.

VMA (VOID IN Rongga diantara mineral agregat, ruang x


diantara partikel agregat pada suatu
MATERIAL AG-
campuran beraspal yang telah dipadat-
GREGATE) kan, dinyatakan dalam persen terhadap
volume total campuran.

VIM (VOID IN Rongga udara di antara partikel agregat 2-28


yang terselimuti aspal dalam suatu
MIX)
campuran yang telah dipadatkan,
dinyatakan dalam persen terhadap vol-
ume total campuran.
VFB (VOID Rongga terisi aspal, persen ruang dian- 2-28
tara partikel agregat (VMA) yang terisi
FILLED WITH BI-
aspal, tidak termasuk aspal yang dis-
TUMEN) erap oleh agregat, dinyatakan dalam
persen terhadap VMA.

1-9
viii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah per-
mukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan
lori, dan jalan kabel.
Menurut undang-undang no 13 tahun 1980 dan peraturan pemerintah dimana
jalan adalah salah satu prasarana perhubungan darat yang mempunyai peranan
penting bagi pertumbuhan perekonomian, sosial budaya, pengembangan wilayah
pariwisata, dan pertahanan keamanan untuk menunjang pembangunan nasional.
Perkerasan jalan adalah bagian utama dari konstruksi jalan raya, kelancaran
lalu lintas tergantung dari kondisi perkerasan jalan tersebut, bila perkerasannya ter-
masuk rusak (rusak, berlubang, retak, dan sebagainya) maka kelancaran lalu lintas
terganggu dari segi waktu maupun biaya. Oleh karena itu, perkerasan jalan harus
direncanakan sesuai kebutuhan serta kelas jalan berdasarkan jenis moda yang akan
dilalui. Sehingga dalam masa pelayanannya sangat diharapkan kondisi jalan terse-
but memiliki keawetan sesuai umur rencananya. Perkerasan juga diharapkan dapat
memberikan pelayanan seperti keamanan dan kenyamanan bagi pemakiai jalan. Hal
ini didukung oleh fakta bahwa setiap tahun banyak sekali kerusakan jalan yang ter-
jadi sebelum masa pelayanannya tercapai.
Konstruksi perkerasan lentur adalah perkerasan yang pada umumnya
menggunakan bahan camuran beraspal sebagai lapisan permukaan serta bahan
berbutir (agregat) sebagai lapisan dibawahnya. Konstruksi lapisan perkerasn ini
akan melindungi jalan dari kerusakan akibat air dan beban lalu lintas.
Agregat merupakan salah satu material konstruksi yang mempunyai peran
sangat penting dan digunakan secara luas dalam kegiatan konstruksi. Dalam lapisan
perkerasan jalan, baik perkerasan lentur maupun perkerasan kaku, menggunakan
agregat sebagai material penyusun utama. Sebagai material utama penyusun
perkerasan, proporsi agregat dalam capuran sebesar 90% - 95% dari perkerasan.

viii
1-
10
Untuk mencapai umur yang direncanakan dari perkerasan jalan, maka diper-
lukan mutu dan kualitas bahan yang memenuhi persyaratan yang ditentukan. Apa-
bila mutu bahan kurang memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka tingkat
ketahanan dan keawetan konstruksi menjadi rendah. Kerusakan yang muncul akan
menjadi salah satu indikator pertama tidak tercapainya umur rencana yang
dikehendaki.
Dalam campuran aspal dengan berbagai jenis modifikasi saat ini, kian dikem-
bangkan untuk menjadi solusi berbagai masalah konstruksi. Perubahan suhu ling-
kungan yang saat ini tidak menentu serta perkembangan jumlah beban kendaraan
kerap menjadi penyebab utama terjadinya deformasi serta retak pada permukaan
perkerasan. Untuk itu, dibutuhkan suatu campuran aspal dengan stabilitas tinggi
namun tetap memertahankan kelenturannya. Kinerja campuran ini dipengaruhi oleh
karakteristik bahan pencampurnya yaitu garadasi agregat serta sifat aspal. Oleh ka-
rena itu, dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana karakteristik bahan dasar cam-
puran agregat dan perubahannya oleh penggunaan aspal modifikasi menggunakan
polimer bersifat elastomerik.

Rumusan Masalah
Permasalahan dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perbandingan karakteristik aspal Pen 60/70 dengan aspal elas-
tomer Starbit E55.
2. Bagaimana kinerja campuran beraspal di laboratorium menggunakan
aspal elastomer.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Mengevaluasi karakteristik aspal Pen 60/70 dan aspal Starbit E-55 dengan
penggunaan agregat lokal yang berasal dari daerah Giriasih.
2. Menganalisis parameter Mashall pada campuran AC-WC yang
menggunakan agregat dari quarry Giriasih dan aspal elastomer.

1-2
Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, yang termasuk dalam ruamg lingkupnya adalah sebagai
berikut :
1. Pengujian karakteristik agregat dan aspal didasarkan pada Spesifikasi
Campuran Aspal Panas yang diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan
Umum tahun 2010 rev 3, Standar Nasional Indonesia (SNI), American
Society State Highway and Transportation Official (AASHTO), American
Society Testing Material (ASTM), dan British Standart (BS).
2. Jenis perkeraasan yang akan diteliti adalah jenis perkersan lentur (Flexible
Pavement) campuran aspal panas, Laston Lapis Aus/AC-WC (Asphalt
Concrete – Wearing Course).
3. Material agregat kasar, agregat halus dan filler menggunakan quary dari
Giriasih.
4. Aspal yang digunakan sebagai bahan campuran perkerasan menggunakan
aspal Pen 60/70 dan aspal elastomer Starbit E55.
5. Perencanaan campuran beraspal panas menggunakan metode Marshall
dan Kepadatan mutlak untuk mendapatkan Kadar Aspal Optimum (KAO)
dan pengujian Marshall Immersion pada KAO.

Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, rung ling-
kup, dan sistematika penulisan tulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini menerangkan penjelsan mengenai landasan teori dan konsep-konsep yang
dapat membantu untuk mengelola data serta analisis perhitungan.

BAB 3 METODE PENELITIAN


Bab ini berisi tentang prosedur dan langkah-langkah penelitian yang dilakukan
guna mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan tugas akhir ini.

1-3
BAB 4 ANALISIS DATA
Bab ini berisi tentang analisa data dan pembahasan mengenai hasil pengujian prop-
ertis baik pemeriksaan mutu material maupun hasil pengujian gradasi agregat dan
sifat aspal untuk campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) dengan Spesifikasi Bina
Marga 2010 Revisi III.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari keseluruhan penelitian yang telah dil-
akukan.

1-4
TINJAUAN PUSTAKA

Umum
Sejarah perkerasan jalan dimulai bersamaan dengan sejarah umat manusia itu
sendiri yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi
dengan sesama. Dengan demikian perkembangan jalan berkaitan dengan perkem-
bangan umat manusia. Perkembangan teknik jalan seiring dengan perkem-
bangannya teknologi yang ditemukan umat manusia, termasuk di Indonesia.
Salah satu perkerasan jalan yang telah banyak digunakan di Indonesia adalah
campuran lapis aspal beton (LASTON) bahan ini umumnya digunakan sebagai ba-
han lapis permukaan jalan.
Aspal beton campuran panas merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan
konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata an-
tara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. Untuk men-
geringkan agregat dan mendapatkan tingkat kecairan yang cukup dari aspal se-
hingga diperoleh kemudahan untuk mencampurnya, maka kedua material harus
dipanaskan dulu sebelum dicampur. Karena dicampur dalam keadaan panas maka
sering kali disebut sebagai “hot mix”.

Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau min-
eral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan. Agregat adalah material gran-
ular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sama dengan suatu
media pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan perkerasan jalan,
yaitu 90% sampai dengan 95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75%
sampai dengan 85% agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian
kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agre-
gat dengan material lain.

2-1
5-2
Agregat merupakan bagian terbesar dari campuran aspal. Material agregat
yang digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan yang berfungsi untuk menahan
beban lalu lintas. Agregat dari bahan batuan pada umumnya masih diolah lagi

2-1
6-2
dengan mesin pemecah batu (Stone Crusher) sehingga didapatkan ukuran
sebagaimana dikehendaki dalam campuran. Agar dapat digunakan sebagai
campuran aspal, agregat harus lolos dari berbagai uji yang telah ditetapkan.

Gambar 2.1 Agregat


Sumber : Beton Aspal Campuran Panas, 2012

2.2.1 Klasifikasi Agregat


Agregat dapat dibedakan berdasarkan kelompok terjadinya,
pengolahannya, dan ukuran butirnya. Adapun klasifikasi agregat, yakni :
1. Agregat menurut asal kejadian
a) Agregat Batuan Beku (Igneous Rock)
Agregat beku adalah agregat yang berasal dari magma yang mendingin
dan membeku.
Dalam pembagiannya batuan beku dapat dibedakan atas :
Batuan beku luar (extrusive igneous rock), dibentuk dari magma
yang keluar ke permukaan bumi disaat gunung berapi meletus.
Batuan beku dalam (intrusive igneous rock), dibentuk dari magma
yang tak dapat keluar kepermukaan bumi.
b) Agregat Batuan Sedimen (Sedimentary Rock)
Agregat batuan sedimen dapat berasal dari campuran partikel mineral,
sisa-sisa hewan dan tanaman yang mengalami pengendapan dan
pembekuan. Pada umumnya merupakan lapisan‐lapisan pada kulit bumi,
hasil endapan di danau, laut dan sebagainya.
c) Agregat Batuan Metaforik ( Metamorphic Rock)
Agregat batuan metamorfik adalah agregat batuan sedimen ataupun
batuan beku yang mengalami proses perubahan bentuk akibat adanya pe-
rubahan tekanan dan temperatur dari kulit bumi. Berdasarkan strukturnya

2-1
7-2
dapat dibedakan atas agregat metamorf yang masih seperti marmer, kwarsit,
dan agregat metamorf yang berfoliasi, berlapis seperti batu sabak, filit,
sekis.
2. Agregat Berdasarkan Proses Pengolahannya
a) Agregat Alam
Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau
dengan sedikit proses pengolahan. Agregat ini terbentuk melalui proses
erosi dan degradasi. Bentuk partikel dari agregat alam ditentukan proses
pembentukannya.
b) Agregat melalui proses pengolahan
Digunung‐gunung atau dibukit‐bukit, dan sungai‐sungai sering
ditemui agregat yang masih berbentuk batu gunung, dan ukuran yang besar
sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat
digunakan sebagai agregat konstruksi jalan.
c) Agregat Buatan
Agregat yang merupakan mineral filler/pengisi (partikel dengan uku-
ran < 0,075 mm), diperoleh dari hasil sampingan pabrik‐pabrik semen atau
mesin pemecah batu. Agregat sintesis/buatan ini sebagai hasil modifikasi,
baik secara fisik atau kimiawi. Agregat demikian merupakan hasil tmbahan
pada proses pemurnian biji tambang besi atau yang spesial diproduksi atau
diproses dari bahan mentah yang dipakai sebagai agregat. Terak dapur
tinggi adalah yang paling umum digunakan sebagai agregat buatan. Terak
yang mengapung pada besi cair adalah bukan bahan logam, kemudian
ukurannya diperkecil dan didinginkan dengan udara. Pemakaian agregat
sintetis utnuk pelapisan lantai jembatan, karena agregat sintetis lebih tahan
lama dan lebih tahan terdapan geseran dari agregat alam.

2-3
2-3
3. Agregat berdasarkan ukuran butiran menurut Bina Marga (2002)
a) Agregat Kasar

Gambar 2.2 Agregat Kasar


Sumber : Beton Aspal Campuran Panas, 2012

Fraksi agregat kasar untuk agregat ini adalah agregat yang tertahan di
atas saringan No. 8 (2,36 mm) atau lebih besar saringan No. 4 (4,75 mm)
yang dilakukan secara basah dan harus bersih, keras, awet dan bebas dari
lempung atau bahan lainnya. Fraksi agregat kasar untuk keperluan
pengujian harus terdiri atas batu pecah atau kerikil pecah dan harus
disediakan dalam ukuran-ukuran normal.
Agregat kasar ini menjadikan perkerasan lebih stabil dan mempunyai
skid resistance (tahapan terhadap selip) yang tinggi sehingga lebih
menjamin keamanan berkendara. Agregat kasar mempunyai bentuk butiran
(particle shape) yang bulat memudahkan proses pemadatan, tetapi rendah
stabilitasnya, sedangkan yang berbentuk menyudut (angular) sulit
dipadatkan tetapi mempunyai stabilitas yang tinggi. Agregat kasar yang
mempunyai ketahanan terhadap abrasi bila digunakan sebagai campuran
wearing course, untuk itu nilai Los Angeles Abration Test harus dipenuhi.
Menurut Spesifikasi Umum Divisi 6, agregat kasar dalam campuran harus
memenuhi ketentuan yang diberikan dalam tabel 2.1.

2-4
2-4
Tabel 2.1 Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian Standar Nilai
Kekalan bentuk agregat terhadap larutan
SNI 3470 : 2008 Maks. 12%
natrium dan magnesium sulfat
Abrasi Campuran AC Bergra-
Maks. 30%
dengan me- dasi
SNI 2417 : 2008
sin Los An- Semua campuran aspal
Maks. 40%
gles bergradasi lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI Maks. 90%
Angularitas (kedalaman permukaan <
DotT’s Pennsylva- 95/90*
10 cm)
nia Test Method,
Angularitas (kedalaman permukaan ≥
PTM No. 621 80/75*
10 cm)
ASTM D4791 Per-
Partikel pipih dan lonjong Maks. 10%
bandingan 1 : 5
Material lolos ayakan No. 200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1%
Sumber : Spesifikasi Umum Divisi VI Revisi III, Bina Marga, 2010

b) Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat hasil pemecah batu yang mempuyai sifat
lolos saringan No. 8 (2,36 mm) atau agregat dengan ukuran butir lebih halus
dari saringan No. 4 (4,75 mm). Agregat halus yang digunakan dalam
campuran AC dapat menggunakan pasir alam yang tidak melampaui 15%
terhadap berat total campuran. Fungsi utama agregat halus adalah untuk
menyediakan stabilitas dan mengurangi deformasi permanen dari
perkerasan melalui keadaan saling mengunci (Interlocking) dan gesegkan
antar butiran. Untuk hal ini maka sifat eksternal yang diperlukan adalah
angilarity (bentuk menyudut) dan particle surface raughness (kekerasan
permukaan butiran).

2-5
2-5
Dan agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas
dari lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus
harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2 Ketentuan Agregat Halus


Pengujian Standar Nilai
Min. 50% untuk
SS, HRS dan AC
bergradasi halus
Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997
Min. 70% untuk
AC bergradasi
kasar
Material lolos ayakan No. 200 SNI 03-4428-1997 Maks. 8%
Kadar lempung SNI 3423 : 2008 Maks. 1%
Angularitas (kedalaman permukaan
AASHTO TP-33 Min. 45
< 10 cm)
atau ASTM C1252-
Angularitas (kedalaman permukaan
93 Min. 40
≥ 10 cm)
Sumber : Spesifikasi Umum Divisi VI Revisi III, Bina Marga, 2010

c) Filler
Filler adalah bahan berbutir halus yang mempunyai fungsi sebagai
pengisi pada pembuatan campuran aspal. Filler didefinisikan sebagai fraksi
debu mineral lolos saringan no. 200 (0,074 mm) bisa berupa kapur, debu
batu, atau bahan lain, dan harus dalam keadaan kering (kadar air maksimal
1%).

2.2.2 Sifat Agregat


Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan
jalan memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Sifat dan bentuk
agregat menentukan kemampuannya dalam memikul beban lalu lintas. Agregat
dengan kualitas dan sifat yang baik dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang

2-6
2-6
langsung memikul beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan dibawahnya.
Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan konstruksi perkerasan
jalan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a. Kekuatan dan keawetan (strength and durability),
b. Kemampuan dilapisi aspal yang baik,
c. Kemampuan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang nyaman
dan aman.

2.2.3 Bentuk dan Tekstur Agregat


Bentuk dari agregat dapat berpengaruh terhadap kemampuan kerja
(workability) dari pada pemadatan juga campuran lapis perkerasan dan jenis
perkerasan. Bentuk partikel juga mempengaruhi kekuatan dari suatu lapis
perkerasan selama masa layanan.
Bentuk dan tekstur agregat mempengaruhi stabilitas dari lapisan perkerasan
yang dibentuk oleh agregat tersebut. Partikel agregat dapat berbentuk :
1) Bulat (rounded)
Agregat yang dijumpai di sungai pada umumnya telah mengalami
pengikisan oleh air sehingga umumnya bebentuk bulat. Partikel agregat saling
bersentuhan dengan luas bidang kontak kecil menghasilkan daya interlocking
yang lebih kecil dan lebih mudah tergelincir.
2) Lonjong (elongated)
Partikel agregat berbentuk lonjong dapat ditemui di sungai-sungai atau
bekas endapan sungai. Agregat dikatakan lonjong jika ukuran terpanjangnya >
1.8 kali diameter rata-rata. Sifat interlocking nya hampir sama dengan yang
berbentuk bulat.
3) Kubus (cubical)
Partikel berbentuk kubus merupakan bentuk agregat hasil dari mesin
pemecah batu (stone crusher) yang mempunyai bidang kontak yang lebih luas
sehingga memberikan interlocking / sifat saling mengunci yang lebih besar.
Dengan demikian lebih tahan terhadap deformasi yang timbul. Agregat

2-7
2-7
berbentuk kubus ini paling baik digunakan sebagai bahan konstrusi perkerasan
jalan.

2-9
2-9
4) Pipih (flacky)
Partikel agregat berbentuk pipih juga merupakan hasil dari mesin pemecah
batu ataupun memang merupakan sifat dari agregat tersebut yang jika
dipecahkan cenderung berbentuk pipih. Agregat pipih yaitu agregat yang lebih
tipis dari 0.6 kali diameter rata-rata. Agregat berbentuk pipih mudah pecah
pada waktu pencampuran, pemadatan, ataupun akibat beban lalu lintas.
5) Tak beraturan (irregular)
Partikel agregat yang tidak beraturan, tidak mengikuti salah satu yang
disebutkan diatas.
Tekstur permukaan berpengaruh pada ikatan antara batu dengan aspal.
Tekstur permukaan agregat biasanya terdiri atas :
a. Kasar sekali (very rough),
b. Kasar (rough),
c. Halus,
d. Halus dan licin (polished).
Permukaan agregat yang halus memang mudah dibungkus dengan aspal,
tetapi sulit untuk mempertahankan agar film aspal itu tetap melekat. Karena makin
kasar bentuk permukaan makin tinggi sifat stabilitas dan keawetan suatu campuran
aspal dan agregat. Untuk mendapatkan nilai stabilitas dari campuran lapis aspal
beton (LASTON) dengan memperkokoh sifat saling mengunci dari agregat dan
tahan terhadap suatu reaksi perpindahan dipakai agregat berbentuk kubus dengan
tekstur permukaan yang kasar (bidang kontak lebih besar), karena semakin kasar
surface tekstur agregat maka konstruksi lebih stabil dibandingkan dengan
permukaan halus.

2.2.4 Kebersihan Permukaan (Cleanliness)


Kebersihan permukaan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki seperti
sisa tumbuhan , lumpur, partikel lempung dan lain lain sangat penting karena bahan-
bahan tersebut dapat memberikan efek yang sangat merugikan pada kinerja lapis
perkerasan, seperti mengurangi daya lekat aspal pada batuan. Kebersihan agregat
ditentukan dari banyaknya butir-butir halus yang lolos saringan No. 200. Agregat
yang banyak mengandung material yang lolos saringan No. 200 jika

2-8
2-8
dipergunakan sebagai bahan campuran beton aspal akan menghasilkan beton aspal
berkualitas rendah. Hal ini disebabkan material halus membungkus agregat yang
lebih kasar, sehingga ikatan antara agregat dan bahan pengikatnya, yaitu aspal akan
berkurang, dan berakibat mudah lepasnya ikatan antara aspal dan agregat.
Pemeriksaan kerbersihan agregat dilakukan melalui pengujian seperti pada tabel
2.3.
Tabel 2.3 Jenis Pengujian Kebersihan Agregat

No. Jenis Pengujian SNI AASHTO

Pengujian bahan dalam agregat yang


1 SNI-M-1994-03 T 11-90
lolos saringan No. 200
Pengujian agregat halus atau pasir yang
Pd. M-03-1993-
2 mengandung bahan plastis dengan cara T 176-86
03
setara pasir
Pengujian adanya gumpalan lempung da-
3 T 112-87
lam agregat
Sumber : Silvia Sukirman, Beton Aspal Campuran Panas, 2012

2.2.5 Daya Lekat Agregat terhadap Aspal


Daya lekat terhadap aspal (affinity of asphalt) dari suatu agregat yaitu
kecenderungan agregat untuk menerima atau menolak suatu pelapisan aspal. Dalam
kaitannya dengan daya lekat terhadap aspal, agregat terbagi menjadi dua yaitu
agregat yang menyukai air (hidrophilic) dan agregat yang menolak air
(hidrophobic). Agregat hidrophilic apabila dilapisi aspal akan mudah mengelupas,
sedangkan agregat hidrophobic daya lekatnya terhadap aspal tinggi sehingga tidak
mudah mengelupas bila dilapisi aspal. Jadi pemakaian untuk lapis aspal beton
sebaiknya menggunakan agregat hidrophobic agar aspal dapat melekat baik. Contoh
dari agregat hidrophobic adalah batu kapur, sedang contoh hidrophilic adalah granit
dan batuan yang mengandung silika.

2-9
2-9
2.2.6 Porositas Agregat
Porositas suatu agregat mempengaruhi nilai ekonomi suatu campuran
(agregat dengan aspal), karena makin tinggi porositas makin banyak aspal yang
terserap sehingga kebutuhan aspal makin besar.

2.2.7 Gradasi Agregat


Gradasi agregat merupakan campuran dari berbagai diameter butiran
agregat yang membentuk susunan campuran tertentu. Gradasi agregat ini diperoleh
dari hasil analisa saringan dengan menggunakan satu set saringan (dengan ukuran
saringan 19.1 mm; 12.7 mm; 9.52 mm; 4.76 mm; 2.38 mm; 1.18 mm; 0.59 mm;
0.279 mm; 0.149 mm; 0.074 mm), dimana saringan yang paling kasar diletakkan
diatas dan yang paling halus terletak paling bawah. Satu set saringan dimulai dari
pan dan diakhiri dengan tutup. Untuk menunjukan klasifikasi agregat yang disebut
gradasi (grading) umumnya digunakan suatu grafik. Absis menunjukkan ukuran
butiran (dalam skala logaritma) dan ordinat menunjukkan prosentase dari berat yang
melalui nomor saringan tertentu.

Tabel 2.4 Spesifikasi Gradasi Agregat Laston


Lolos Sarin- Nilai Tengah
Ukuran Saringan
gan (%) (10%)
3/4” 19,1 100 100
1/2” 12,7 80 – 100 90
3/8” 9,5 60 – 80 70
#4 4,76 48 – 65 56,5
#8 2,38 35 – 50 42,5
#30 0,59 18 – 29 23,5
#50 0,279 13 – 23 18
#100 0,149 8 – 16 12
#200 0,074 1 – 10 5,5
Sumber : Silvia Sukirman, Beton Aspal Campuran Panas, 2012

2-10
2-
10
Susunan butiran agregat atau yang disebut dengan gradasi agregat
dikelompokkan menjadi :
1. Agregat Bergradasi Baik

Gambar 2.3 Gradasi Baik

Agregat bergradasi baik adalah agregat yang ukuran butirnya terdistribusi


merata dalam satu rentang ukuran butir. Agregat bergradasi baik disebut juga
agregat bergradasi rapat. Campuran agregat bergradasi baik mempunyai pori
sedikit, mudah dipadatkan, dan mempunyai stabilitas tinggi. Tingkat stabilitas
ditentukan dari ukuran butir agregat terbesar yang ada. Berdasarkan ukuran
butir agregat yang dominan manyusun campuran agregat, maka agregat
bergradasi baik dapat dibedakan atas :
a. Agregat bergradasi kasar adalah agregat bergradasi baik yang mempunyai
susunan ukuran terus menerus dari kasar sampai dengan halus, tetapi
dominan berukuran agregat kasar.
b. Agregat bergradasi halus adalah agregat bergradasi baik yang
memmpunyai susunan ukuran menerus dari kasar sampai dengan halus,
tetapi dominan berukuran agregat halus. Agregat bergradasi baik atau
buruk dapat diperiksa dengan menggunakan rumus Fuller.
Perencanaan campuran dengan metode ini bertitik tolak pada stabilitas
yang dihasilkan. Oleh karena itu yang menjadi dasar adalahgradasi agregat
campuran yang harus memenuhi lengkung Fuller. Agregat dinamakan
bergradasi baik bila persen yang lolos setiap lapis dari sebuah gradasi
memenuhi Rumus Fuller dibawah ini :

Ρ = 100(d /D)0.45 (2.1)

2-11
2-
11
Dimana :
P = persen lolos saringan dengan bukaan d mm
d = ukuran agregat yang sedang diperhitungkan
D = ukuran maksimum partikel dalam gradasi tersebut
2. Agregat Bergradasi Buruk
Agregat bergradasi buruk tidak memenuhi persyaratan gradasi baik.
Terdapat berbagai macam gradasi agregat yang dapat dikelompokkan ke dalam
agregat bergradasi buruk, seperti :
a) Gradasi menerus (uniform graded)
Gradasi menerus atau seragam adalah agregat dengan ukuran yang
hampir sama/sejenis atau mengandung agregat halus yang sedikit
jumlahnya sehingga tidak dapat mengisi rongga antar agregat. Gradasi
seragam disebut juga gradasi terbuka. Agregat dengan gradasi menerus
akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan sifat permeabilitas tinggi,
stabilitas kurang, berat volume kecil.

Gambar 2.4 Gradasi Seragam

b) Gradasi senjang (gap graded)


Gradasi senjang merupakan campuran agregat yang tidak memenuhi
gradasi menerus dan gradasi rapat. Agregat bergradasi menerus umumnya
digunakan untuk lapisan perkerasan lentur yaitu gradasi timpang, campuran
merupakan agregat dengan satu fraksi hilang atau satu fraksi sedikit sekali.
Agregat dengan gradasi timpang akan menghasilkan lapis perkerasan yang
mutunya terletak antara kedua pengaruh jenis gradasi rapat dan gradasi
menerus.

2-12
2-
12
Gambar 2.5 Gradasi Senjang

Gradasi agregat pada dasarnya sangat mempengaruhi besarnya rongga antar


butir yang akan menentukan stabilitas dan memberikan kemudahan selama proses
pelaksanaan. Gradasi agregat merupakan kondisi agrergat yang dapat dibentuk
untuk mencapai persyaratan yang diinginkan. Untuk gradasi menerus masuk
kedalam kategori agregat bergradasi baik, sedangkan gradasi seragam dan senjang
masuk dalam kategori agregat bergradasi buruk. Efek pengaruh gradasi terhadap
karakteristik campuran dapat dilihat pada Tabel 2.5 dibawah ini.

Tabel 2.5 Pengaruh Gradasi terhadap Karakteristik Campuran


Agregat bergradasi Agregat bergra-
Karakteristik
buruk dasi baik
Stabilitas Buruk baik
Permeabilitas Baik buruk
Density Buruk baik
VITM besar kecil
Sumber : Silvia Sukirman, Beton aspal campuran panas, 2012

Kombinasi gradasi agregat campuran dinyatakan dalam persen berat


agregat. Titik-titik kontrol berfungsi sebagai batas rentang dimana suatu target
gradasi harus lewat titik-titik tersebut diletakkan di ukuran maksimum nominal dan
dipertengahan saringan (2,36 mm) dan ukuran saringan terkecil (0,075 mm).
Gradasi agregat dalam tabel 2.5 diambil dari spesifikasi agregat gabungan untuk
campuran aspal yang titetapkan oleh Bina Marga, berikut ini adalah tabelnya :

2-13
2-
13
Tabel 2.6 Gradasi Agregat Gabungan untuk Campuran Aspal

% Berat ayakan lolos terhadap total agregat dalam campuran

Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)


Ukuran
Gradasi semi sen-
ayakan Gradasi senjang3
jang2
(mm)
Kelas Kelas
WC Base WC Base WC BC Base
A B

3,75 100
25 100 76 - 90
19 100 100 100 100 100 100 100 75 - 90 76 - 90

Tabel 2-6 Gradasi Agregat Gabungan untuk Campuran Aspal (Lanjutan)

% Berat ayakan lolos terhadap total agregat dalam campuran

Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)


Ukuran
Gradasi semi sen-
ayakan Gradasi senjang3
jang2
(mm)
Kelas Kelas
WC Base WC Base WC BC Base
A B

12,5 90 - 100 90 – 100 90 - 100 90 - 100 90 - 100 75 - 90 60 - 78


9,5 90 - 100 75 - 85 65 – 90 55 -88 55 - 70 77 - 90 66 - 82 53 - 71
4,75 53 - 69 46 - 64 35 - 54
3 3
2,36 75 - 100 50 - 72 35 - 55 50 -62 32 - 44 33 - 53 30 - 49 23 - 41
1,18 21 - 40 18 - 38 13 - 30
0,6 35 - 60 15 – 35 20 - 45 15 - 35 14 - 30 12 - 28 10 - 22
0,3 15 - 35 5 - 35 9 - 22 7 - 20 6 - 15
0,15 6 - 15 5 - 13 4 - 10
0,075 10 - 15 8 - 13 6 - 10 2-9 6 - 10 4-8 4-9 4-8 3-7

Sumber : Spesifikasi umum Divisi VI Revisi III, Bina Marga, 2010

Gradasi agregat gabungan baik yang dilaksanakan di laboratorium maupun


di Cold Feed Bin di AMP untuk gradasi agregat gabungan di laboratorium harus
dilaksanakan berdasarkan hasil analisis saringan untuk itu ditentukan berat ukuran
agregat dengan persentase yang telah ditetapkan terlebih dahulu dengan target
gradasi campuran AC-WC, target gradasi ditentukan terlebih dahulu.

2-14
2-
14
Aspal / Bitumen
Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada
temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat atau yang diperoleh dari hasil
pemurnian minyak bumi, atau yang merupakan kombinasi dari bitumenbitumen
tersebut, satu dan yang lainnya atau dengan minyak bumi atau turunan turunan dari
padanya (Standard ASTM D-8).

Gambar 2.5 Aspal


Sumber : https://sumberdaya-bumi.blogspot.co.id/2015/05/aspal.html

Aspal sebagai bahan pengikat merupakan senyawa hidrokarbon berwarna


coklat gelap atau hitam pekat yang dibentuk dari unsur – unsur asphathenes, resins
dan oli. Aspal pada lapis perkerasan jalan berfungsi sebagai bahan ikat antara
agregat untuk membentuk suatu campuran yang kompak, sehingga akan
memberikan kekuatan masing – masing agregat. ( Kerbs and Walker, 1971).
Bitumen adalah suatu campuran hydrokarbon dari alam atau yang terjadi
karena proses pemanasan bumi, atau kombinasi keduanya, seringkali disertai
turunan-turunan non metal yang mungkin bersifat gas, cair, setengah padat atau
padat dan larut semua dalam sulfida. Hidrokarbon adalah bahan dasar utama dari
aspal yang umum disebut bitumen. Aspal adalah material yang pada temperatur
ruang bersifat thermoplastis. Jadi aspal akan mencair jika dipanaskan sampai pada

2-15
2-
15
temperatur tertentu dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan
agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan.

2-16
2-
16
Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10% berdasarkan
berat campuran, atau 10–15% berdasarkan volume campuran.
Fungsi aspal dalam campuran aspal beton, pertama sebagai bahan pelapis dan
perekat agregat, kedua sebagai lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapis tipis
aspal cair yang diletakkan diatas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya. Ketiga
lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakkan diatas jalan yang
telah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar berfungsi sebagai pengikat
diantara keduanya, dan sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar,
halus dan filler.

2.3.1 Jenis Aspal


Berdasarkan tempat diperolehnya aspal dibedakan atas aspal alam dan aspal
minyak. Aspal alam yaitu aspal yang didapat di suatu tempat di alam, dan banyak
digunakan sebagaimana diperolehnya atau dengan sedikit pengolahan. Aspal
minyak adalah aspal yang merupakan residu pengilangan minyak bumi.
1. Aspal Alam
Aspal ini langsung terdapat di alam, memperolehnya tanpa proses
pemasakan. Di Indonesia terdapat dipulau Buton diistilahkan sebagai Asbuton
(Aspal Batu Buton). Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dan
mineral dari ukuran debu sampai ukuran pasir yang sebagian besar merupakan
mineral kapur. Sifat mekanis Asbuton menunjukkan pada temperatur <30 °C
rapuh dipukul pecah dan pada tempertur 30°C - 60°C menjadi plastis apabila
dipukul akan menjadi lempeng (pipih) selanjutnya pada temperatur 100 °C -
150 °C akan menjadi cair (Departemen P.U.,1980).
2. Aspal Buatan
Aspal buatan dihasilkan dari hasil terakhir penyaringan minyak tanah kasar
(crude oil), sehingga merupakan bagian terberat dari minyak tanah kasar dan
terkental. Oleh karena itu untuk memperoleh aspal dengan mutu baik dipilih
bahan baku minyak bumi dengan kadar parafin rendah. Untuk perkerasan jalan
umumnya digunakan aspal minyak jenis Asphaltic base crude oil. Jika dilihat
bentuknya pada temperatur ruang, maka aspal dibedakan atas aspal padat, aspal
cair dan aspal emulsi.

2-17
2-
17
a) Aspal Padat/Cement (AC)
Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada
suhu ruang dan menjadi cair jika dipanaskan. Aspal padat dikenal dengan
nama semen aspal (asphalt cement). Oleh karena itu semen aspal harus
dipanaskan terlebih dahulu sebelum diguanakan sebagai bahan pengikat
agregat. Semen aspal pada temperatur rung (25º-30ºC) berbentuk padat.
Semen aspal terdiri dari beberapa jenis tergantung dari proses
pembuatannya dan jenis minyak bumi asalnya. Pengelompokkan aspal
semen dapat dilakukan berdasarkan bilai viskositasnya. Di Indonesia, semen
aspal biasnya dibedakan berdasarkan nilai penetrasinya yaitu :
AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40/50
AC pen 60/70, yaitu AC dengan penetrasi antara 60/70
AC pen 85/100, yaitu AC dengan penetrasi antara 85/100
AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120/150
AC pen 200/300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200/300
Semen aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca
panas atau lalu lintas dengan volume tinggi, sedangkan semen aspal dengan
penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin atau lalu lintas
dengan colume rendah. Di Indonesia pada umumnya dipergunakan semen
aspal dengan penetrasi 60/70 dan 80/100.
Penelitian ini menggunakan aspal pertamina penetrasi 60/70 yang
merupakan aspal minyak karena tingkat penetrasi ini dianggap cocok
dengan iklim di Indonesia, hal ini dikarenakan di Indonesia merupakan
daerah dengan iklim tropis dimana memiliki suhu yang lebih besar dari
24°C.
b) Aspal Cair (Cut back asphalt)
Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan pencair
dari hasil penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, dan solar.
Dengan demikian cut back asphalt berbentuk cair dalam temperatur ruang.
Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan menguap bahan
pelarutnya, aspal cair dibedakan atas :

2-18
2-
18
Rapid curing cut back (RC) , yaitu aspal cair dengan bahan pencair
bensin. RC merupakan aspal cair yang paling cepat menguap.
Medium curing cut back (MC) , yaitu aspal cair dengan bahan pencair
minyak tanah (kerosene).
Slow curing cut back (SC) , yaitu aspal cair dengan bahan pencair solar
(minyal diesel). SC merupakan aspal cair yang paling lambat
menguap.

3. Aspal Emulsi (Emulsified Asphat)


Aspal Emulsi (Emulsified Asphat) adalah suatu campuran aspal dengan air
dan bahan pengemulsi, yang dilakukan di pabrik pencampuran. Aspal emulsi
ini lebih cair daripada aspal cair. Di dalam aspal emulsi, butir-butir aspal larut
dalam air. Untuk menghindari butiran aspal saling tarik menarik membentuk
butir-butir yang lebih besar, maka buiran tersebut diberi muatan listrik.
Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dibedakan
atas :
Aspal Kationik disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal
emulsi yang butiran aspalnya bermuatan arus listrik positif.
Aspal Anionik disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal
emulsi yang butiran aspalnya bermuatan negatif.
Nanionik merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi,
berarti tidak mengantarkan listrik.
Berdasarkan kecepatan mengerasnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas:
Rapid setting (RS) , yaitu aspal yang sedikit mengandung sedikit bahan
pengemulsi sehingga pengikatan yang terjdi lebih cepat, dan aspal
cepat menjadi padat atau keras kembali.
Medium setting (MS)
Slow setting (SS)

2.3.2 Sifat Aspal


Aspal/bitumen yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan
berfungsi sebagai:

2-19
2-
19
Bahan pengikat , memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat
dan antara aspal itu sendiri.
Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori
yang ada dari agregat itu sendiri.
Berdasar uraian tersebut diatas berarti aspal haruslah mempunyai daya tahan
(tidak cepat rapuh) terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi serta sifat elastis
yang baik.
Sifat-sifat yang dimiliki aspal antara lain (Sukirman, 1999) :
1. Daya tahan aspal (durability)
Daya tahan aspal disandarkan pada daya tahan lama terhadap perubahan
sifatnya apabila mengalami “proccesing” dan juga pengaruh cuaca. Semuanya
ini berpengaruh terutama atas daya tahannya terhadap pengerasan sesuai
dengan jalannya waktu. Faktor-faktor yang menyebabkan pengerasan ini yang
sesuai dengan jalannya waktu antara lain :
a) Oksidasi
Adalah reaksi oksigen dengan aspal, proses ini tergantung dari sifat
aspal dan temperaturnya. Oksidasi akan memberikan suatu lapisan film yang
keras pada aspal itu.
b) Penguapan
Penguapan adalah evaporasi dari bagian-bagian yang lebih ringan dari
aspal, karena aspal merupakan campuran persenyawaan hydrokarbon yang
kompleks dan mempunyai perbedaan berat molekul yang besar.
c) Polimerisasi
Polimeriasi adalah penggabungan dari molekul-molekul sejenis untuk
membentuk molekul yang lebih besar. Aspal adalah penggabungan
molekul-molekul hydrokarbon dengan berat molekul besar. Polimerisasi
sangat merugikan karena menyebabkan aspal lebih getas sehingga
perkerasan jalan mudah retak-retak.
d) Thixotrophy
Thyxotrophy adalah perubahan dari viscositas sesuai dengan jalannya
waktu.

2-20
2-
20
e) Pemisahan
Pemisahan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
pemindahan bagian-bagian minyak ( oil ) atau resin atau asphalthenes dari
aspal sebagai akibat dari penyerapan ( absorption ) yang selektif dari
batuannya dimana dapat diletakkan dan peristiwa ini mengakibatkan
kerasnya dan kadang juga menjadi lunaknya aspal tadi.
f) Syneresis
Syneresis adalah reaksi penyebaran yang terjadi di aspal karena
pembentukan atau penyusunan struktur didalam aspal itu. Cairan minyak
yang tipis yang berisi bagian yang sedang atau yang lebih berat disebarkan
pada permukaan.

2. Adhesi dan kohesi


Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga
dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dan aspal. Kohesi adalah
kemampuan aspal untuk mempertahankan agregat tetap di tempatnya setelah
terjadi pengikatan.
3. Kepekaan terhadap temperatur
Aspal adalah material yang termoplastis, berarti akan menjadi keras atau
lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika
temperatur bertambah. Aspal yang cair dapat masuk ke pori – pori agregat pada
penyemprotan / penyiraman lapis perkerasan. Jika temperatur mulai turun,
aspal akan mulai mengeras dan mengikat aspal pada tempatnya.
4. Pengaruh pengerasan aspal
Aspal pada proses pencampuran, dipanaskan, dan dicampur dengan
agregat. Agregat dapat dilapisi dengan penyemprotan / penyiraman aspal
panas ke permukaan agregat yang telah disiapkan pada proses pelaburan.
Terjadi proses oksidasi selama proses pelaksanaan, menyebabkan aspal
menjadi getas (viskositas bertambah tinggi). Perisitiwa perapuhan terus
berlangsung setelah masa pelaksanaan selesai. Selama masa pelayanan, aspal
mengalami oksidasi dan polimerisasi yang besarnya dipengaruhi pula oleh

2-21
2-
21
ketebalan aspal yang menyelimuti agregat. Semakin tipis lapisan aspal,
semakin besar tingkatnkerapuhan yang terjadi. (Silvia Sukirman, 1999).

2.3.3 Pengujian bahan Aspal


Pemeriksaan bahan aspal atau bitumen bermaksud untuk menentukan nilai
di bawah ini :
Penetrasi Bahan – Bahan Bitumen (penetration), kedalaman (0.1 mm) suatu
jarum masuk ke dalam aspal pada suhu yang dibebani 100 gr selam 5 detik.
Titik Lembek Aspal dan Ter (softening point), suhu pada saat aspal
menjadi lembek karena pembebanan tertentu dengan kecepatan pemanasan
5ºC/ menit.
Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar, titik nyala adalah suhu pada saat
terlihat nyala singkat pada suatu titik dipermukaan aspal. Titik bakar adalah
suhu pada saat terlihat nyala sekurang kurangnya 5 detik pada suatu titik
dipermukaan aspal.
Pemeriksaan Daktilitas (ductility), panjang benang aspal dapat ditarik
hingga putus didalam larutan air dan gliserin pada suhu 25°C dan kecepatan
tarik 5cm/menit.
Pemeriksaan Berat Jenis Aspal Keras (specific gravity), perbandingan berat
aspal dengan isi tertentu terhadap berat air dengan isi yang sama pada suhu
tertentu.
Viskositas.
Jenis pengujian dan persyaratan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.7

Tabel 2.7 Pengujian dan Persyaratan untuk Aspal Penetrasi 60/70


Tipe II Aspal yang
Tipe I
Dimodifikasi
Metoda Pen- Aspal
No. Jenis Pengujian A(1) B
gujian Pen. 60-
Asbuton yg Elastomer
70
diproses Sintesis
SNI 06-2456-
1. Penetrasi pada 25°C (0,1 mm) 60-70 Min. 50 Min. 40
1991
SNI 06-6441-
2. Viskositas Dinamis 60°C (Pa.s) 160-240 240-360 320-480
2000

2-22
2-
22
Tabel 2-7 Pengujian dan Persyaratan untuk Aspal Penetrasi 60/70 (Lanjutan)
Tipe II Aspal yang Dimod-
Tipe I
ifikasi
Metoda Pen- Aspal
No. Jenis Pengujian A(1) B
gujian Pen. 60-
Asbuton yg Elastomer
70
diproses Sintesis
Viskositas Kinematiis 135°C SNI 06-6441-
3. ≥ 300 385-2000 ≤ 3000
(cSt) 2000
SNI 2434-
4. Titik Lembek (°C) ≥ 48 ≥ 53 ≥ 54
2011
SNI 2432-
5. Daktilitas pada 25°C, (cm) ≥ 100 ≥ 100 ≥100
2011
Kelarutan dalam Trichoroeth- AASHTO
6. ≥ 99 ≥ 99(1) ≥ 99
ylene (%) T44-03
SNI 2441-
7. Berat Jenis ≥ 1,0 ≥ 1,0 ≥ 1,0
2011
Stabilitas Penyimpanan: Perbe- ASTM D 5976
8. - ≤ 2.2 ≤ 2,2
daan Titik Lembek (°C) part 6.1
SNI 2432-
14. Daktilitas pada 25°C, (cm) ≥ 100 ≥ 50 ≥ 25
2011
Keelastisan setelah Pengem- AASHTO
15. - - ≥ 60
balian (%) T301-98
Sumber : Spesifikasi Umun Divisi VI Revisi III, Bina Marga, 2010

Bahan Tambah Polimer


Polimer telah banyak digunakan sebagai bahan tambah untuk meningkatkan
ketahanan dan kepekaan aspal terhadap temperature. Dengan meningkatnya
kekakuan aspal maka akan meningkat pula ketahanan terhadap deformasi, kere-
takan akibat temperatur dan ketahanan terhadap kelelahan pada lapisan beraspal
(Brown, 1990). Sehingga kepekaan sekecil mungkin terhadap temperatur, PI yang
tinggi (>1), serta ketahanan deformasi terhadap beban lalu lintas dan temperature
tinggi.
Polimer diklasifikasikan ke dalam 2 jenis (Brown, 1990), yaitu
Plastomer, yaitu polimer yang membentuk jaringan kaku dan tahan ter-
hadap deformasi. Jenis pilomer ini akan cepat memberikan kekuatan jika
diberi beban, tapi mudah patah bila regangan berlebihan. Jenis-jenis dari

2-23
2-
23
plastomer adalah PP (Poly Propylene), PE (Poly Ethylene), serta EVA
(Ethyl Vinyl Acetate).

2-24
2-
24
Elastomer, adalah polimer yang memiliki karakteristik respon elastis yang
tinggi, serta tahan terhadap deformasi yang disebabkan oleh tarikan dan
segera kembali ke bentuk asalnya jika beban tarikan tersebut hilang. Selain
menambah elastisitas aspal secara signifikan, elastomer juga meningkatkan
kuat Tarik aspal sepanjang penguluran. Jenis-jenis dari polimer elastomer
antara lain karet alam (natural rubber), SBR (Styrene Butadine Rubber),
SBS (Styrene Butadine Styrene), dan neoprene.

2.4.1 Aspal Starbit


Aspal Starbit merupakan aspal modifikasi berbasis polimer (elastomer)
yang memiliki kekuatan dan etastisitas yang tinggi.

Gambar 2.6 Gambaran Elastic Rocovery


Sumber : Presentasi Starbit PT. Bintang Djaja

Aspal Starbit diproduksi dengan menggunakan polimer yang didisain khu-


sus untuk modifikasi aspal dan bahan-bahan adiktif lainnya.
Bahan pada campuran aspal Starbit adalah Aspal Pen 60/70, polimer elas-
tomer SBS (Styrene Butadiene Styrene), dan zat aditif lainnya.
Starbit diproduksi dalam beberapa grade, yaitu :
Starbit E55 (SP 55°C)
Starbit E60 (SP 60°C)
Starbit E65 (SP 65°C)
Starbit E70 (SP 70°C)
Starbit E80 (SP 80°C)

2-25
2-
25
Aspal Starbit yang akan digunakan pada penelitian ini adalah aspal Starbit
E55. Komposisi campuran SBS nya yaitu dengan range presentase antara 1 – 5%.

Metode Perencanaan Campuran


Rancangan campuran bertujuan untuk mendapatkan resep campuran aspal
beton dari material yang terdapat di lokasi sehingga dihasilkan campuran yang
memenuhi spesifikasi campuran yang ditetapkan. Saat ini, metode rancangan
campuran yang paling banyak dipergunakan di Indonesia adalah metode rancangan
campuran berdasarkanpengujian empiris, dengan menggunakan alat Marshall.
Aspal beton adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari campuran agregat
dan aspal, dengan atau tanpa bahan tambahan. Lapis aspal beton merupakan jenis
tertinggi dari perkerasan yang merupakan campuran dari bitumen dengan agregat
bergradasi menerus dan cocok untuk jalan raya yang banyak dilalui kendaraan berat.
Material-material pembentuk aspal beton dicampur dan diinstalasi pencampur pada
suhu tertentu kemudian diangkat ke lokasi, dihamparkan, dan dipadatkan. Suhu
pencampuran ditentukan berdasarkan jenis aspal yang akan digunakan. Jika
digunakan semen aspal, maka suhu pencampuran umumnya antara
145º-155ºC, sehingga disebut aspal beton campuran panas. Campuran ini dikenal
juga dengan nama Hotmix.
Tujuan dari perencanaan campuran aspal adalah untuk mendapatkan
campuran efektif dari gradasi agregat dan aspal yang akan menghasilkan campuran
aspal yang memiliki sifat-sifat berikut :
Stabilitas adalah kemampuan perkerasan jalan menerima beban lalu lintas
tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur, dan bleeding.
Kebutuhan akan stabilisas debanding dengan kebutuhan jalan, dan beban
lalu lintas yang akan dilayani. Jalan yang melayani volume lalu lintas tinggi
dan dominan terdiri dari kendaraan berat, membutuhkan perkerasan jalan
dengan stabilitas tinggi. Sebaliknya perkerasan jalan yang diperuntukkan
untuk melayani lalu lintas kendaraan ringan tentu tidak perlu mempunyai
nilai stabilitas yang tinggi.
Keawetan atau durabilitas adalah kemampuan aspal beton menerpa repetisi
beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan

2-26
2-
26
dan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan
iklim, seperti udara, air, atau prubahan temperatur.
Kelenturan atau fleksibilitas adalah kemampuan beton aspal untuk
menyesuaikan diri akibat penurunan (konsolidasi/settelement)dan
pergerakan dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan
terjadi akibat dari repetisi beban lalu lintas, atau pun penurunan akibat
berats sendiri tanah timbunan yang dibuat di atas tanah asli. Fleksibilitas
dapat ditingkatkan dengan mempergunakan agregat bergradasi terbuka
dengan kadar aspal yang tinggi.
Ketahanan terhadap kelelahan (Fatique resistance) adalah kemampuan
aspal beton menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa
teerjadinya kelelahan berupa alur dan retak. Hal ini dapat tercapai jika
mempergunakan kadar aspal yang tinggi.
Kekesatan/tahanan geser (skid resistance) adalah kemampuan permukaan
aspal beton terutama pada kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda
kendaraan sehingga kendaraan tidak tergelincir atau slip. Faktor- faktor
untuk mendapatkan kekesatan jalan sama dengan untuk stabilitas yang
tinggi, yaitu kekasaran permukaan butir-butir agregat. Ukuran maksimum
butiran agregat ikut menentukan kekesatan permukaan.
Kedap air (impermeabilitas) adalah kemampuan aspal beton untuk tidak
dimasuki air ataupun udara ke dalam lapisan aspal beton. Air dan udara
dapat mengakibatkan percepatan proses penuaan aspal, dan pengelupasan
selimut aspal dari permukaan agregat. Tingkat impermeabilitas pada aspal
beton berbanding terbalik dengan tingkat durabilitasnya.
Mudah dilaksanakan (workability) adalah kemampuan campuran aspal
beton untuk mudah dihamparkan dan dipadatkan. Faktor yang
mempengaruhi tingkat kemudahan dalam proses penghamparan dan
pemadatan adalah viskositas aspal, kepekaan aspal terhadap perubahan
temperatur, dan gradasi serta kondisi agregat.
Ketujuh sifat campuran aspal beton ini tidak mungkin dapat dipenuhi
sekaligus oleh atu jenis campuran. Sifat-sifat aspal beton mana yang dominan lebih
diinginkan, akan menentukan jenias aspal beton yang dipilih. Hal ini sangat perlu

2-27
2-
27
diperhatikan ketika merancang tebal perkerasan jalan. Jalan yang melayani lalu
lintas ringan, seperti mobil penumpang, sepantasnya lebih memilih jenis aspal beton
yang mempunyai sifat durabilitas dan fleksibiitas yang tinggi, daripada
memilih aspal beton dengan stabilitas tinggi.

Metode Marshall
Konsep dasar dari Metoda Marshall adalah campuran aspal yang
dikembangkan oleh Bruce Marshall, seorang insyinyur bahan aspal bersama-sama
dengn The Missisippi State Highway Department. Kemudia The U.S Army Corp Of
Engineers, melanjutkan penelitian dengan intensif dan mempelajarai hal-hal yang
ada kaitannya. Selanjutnya meningkat dan menambhan kelengkapan pada prosedur
pengujian Marshall dan pada akhirnya mengembangkan kriteria rancagan
campuran pengujiannya, kemudian distandarisasikan di dalam American Society
For Tasting and Materila 1989 (ASTM d-1559).
Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengapi dengan Proving ring
(cincin penguji) berkapasitas 22,2 KN (500 lbs) dan Flowmete. Proving ring
digunakan untuk mengukur nilai stabilitas dan flow meter untuk mengukur
kelelehan plastis atau flow. Benda uji marshall berbentuk silinder berdiamter 4 inchi
(10,2 cm) dan tinggi 2,5 inchi (6,35 cm). Prosedur pengujian marshall
mengikuti SNI 06-2489-1991, atau AASHTO T-245-90, atau ASTM d-1559-76.
Prinsip dasar metode marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow),
serta analisis kepadatan dan pori dari camouran padat yang terbentuk. Secara garis
besar pengujian marshall meliputi :
1. Pada persiapan benda uji
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Jumlah benda uji yang disiapkan.
b. Persiapan agregat yang akan digunakan.
c. Penentuan temperatur penvcampuran dan pemadatan.
d. Persiapan campuran aspal beton.
e. Pemadatan benda uji.
f. Persiapan dan pengujian marshall.

2-28
2-
28
Jumlah benda uji yang disiapkan ditentukan dari tujuan dilakukannya ujian
marshall tersebut. AASHTO menetapkan minimal 3 buah benda uji untuk
setiap kadar aspal yang digunakan. Agregat yang akan digunakan dalam
campuran dikeringkan di dalam oven pada temperatur 105º-110ºC. Setelah
dikeringkan agregat dipisah-pisahkan sesuai fraksi ukurannya dengan
mempergunakan saringan.
Temperatur pencampuran bahan aspal dengan agreat adalah temperatur
pada saat aspal mempunyai viscositas kinematis sebesar 170± 20 centitokes,
dan temperatur pemadatan adalah temperatur bahan aspal wmpunyai nilai
viskositas kinematis sebesar 280± 30 centitokes. Karena tidak diadakan
pengujian viskositas kinematik aspal maka secara umum ditentukan suhu
pencampuran berkisar antara 145º-155ºC. Sedangkan suhu pemadatan antara
110º-135ºC.
2. Penentuan berat jenis Bulk dari benda uji
Penentuan berat jenis Bulk dari benda uji beton aspal padat dilakukan
segera setelah benda uji dingin dan mencapai suhu ruang. Berat jenis Bulk
ditentukan sesuai AASHTO T-166-88.
3. Pemeriksaan nilai stabilitas dan Flow
Pemeriksaan stabilitas diperlukan untuk mengukur ketahanan benda uji
terhadap beban dan Flow meter mengukur besarnya deformasi yang terjadi
akibat beban. Untuk mendapatkan temperatur benda uji sesuai temperatur
terpanas dilapangan, maka sebelum dilakukan pemeriksaan benda uji
dipanaskan terlebih dahulu selama 30 atau 40 menit dengan temperatur 60ºC
di dalam Water bath. Pengukuran dilakukan dengan menempatkan benda uji
pada alat marshall dan beban yang diberikan kepada benda uji dengan
kecepatan 2 inchi per menit atau 55 mm per menit. Beban pada saat terjadi
keruntuhan dibaca pada arloji pengukur dari proving ring, deformasi yang
terjadi pada saat itu merupakan nilai flow yang dapat dibaca pada flow meter
nya. Nilai stabilitas merupakan nilaia arloji pengukur dikalikan dengan nilai
kalibrasi proving ring dan dikoreksi dengan angka koreksi akibat variasi
ketinggian bemda uji.

2-29
2-
29
4. Perhitngan parameter marshall lainnya
Setelah uji marshall dilakukan, maka dilanjutkan dengan perhitungan
dengan menentukan :
a. Koefisien Marshall, adalah ratio antara nilai stabilitas dan kelelehan.
b. Berat volume benda uji.
c. Volume pori dalam benda uji (VIM).
d. Volume antara agregat dalam benda uji (VMA)
e. Volume antara agregat yang terisi oleh aspal (VFA).
f. Tebal selimut aspal.

Lapisan AC-WC (Asphalt Concrete – Wearing Course)


Beton aspal adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari campuran agregat
dan aspal, dengan atau tanpa bahan tambahan. Material-material pembentuk beton
aspal dicampur diinstalai pencampur pada suhu tertentu, kemudian diangkut k
lokasi, dihamparkan dan dipadatkan. Suhu pencampuran ditentukan berdasarkan
jenis aspal yang akan digunakan. Jika semen aspal, maka pencampuran umumnya
antara 145º-155ºC, sehingga disebut beton aspal campuran panas. Campuran ini
dikenal dengan nama Hot mix. (Silvia Sukirman, 2003).
Material utama penyusun suatu campuran aspal sebenarnya hanya ada 2
macam, yaitu agregat dan aspal. Namun dalam pemakaianya aspal dan agregat bisa
menjadi bermacam-macam, tergantung kepada metode dan kepentingan yang dituju
pada penyusunan suatu perkerasan.
Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah adalah AC-WC (Asphalt
Concrete-Wearing Course)/ Lapis Aus Aspal Beton. AC-WC adalah salah satu dari
3 macam camouran lapis aspal beton yaitu AC-WC, AC-BC, AC-BASE. Ketiga jenis
laston tersebut merupakan konsep spesifikasi campuran beraspal yang telah
disempurnakan oleh Bina Marga bersama-sama denga Pusat Litbang Jalan. Dalam
perencanaan spesifikasi baru tersebut menggunakan pendekatan kepadatan mutlak.

2-30
2-
30
Gambar 2.7 Lapis Aspal Beton
https://www.slideshare.net/oktiaradwindah

Penggunaan AC-WC yaitu lapis permukaan (paling atas) dalam perkerasan


dan mempunyai tekstur yang paling halus dibandingkan dengan jenis laston
lainnya.
Pada campuran laston yang bergradasi menerus tersebut mempunyi sedikit
rongga dalam struktur agregatnya dibandingkan dengan campuran bergradasi
senjang. Hal tersebut mrnyebabkan campuran AC-WC lebih peka terhadap variasi
dalam proporsi campuran. Adapun fungsi dari lapis aus permukaan (Wearing
Course) adalah:
a. Menyelimuti perkerasan dari pengaruh air.
b. Menyediakan permukaan yang halus.
c. Menyediakan permukaan yang mempunyai karakteristik yang kesat, rata
sehingga aman dan nyaman untuk dilalui pengguna.

Penelitian Terdahulu
Persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan
dapat dilihat pada keterangan dibawah ini.
Gloria P. Manurung (2012) Univeritas Indonesia, dalam penelitiannya ten-
tang “Analisis Pengaruh Penambahan BGA (Buton Granular Asphalt) dan
Polimer SBS Terhadap Sifat Agregat dan Aspal dari Campuran Aspal
Panas”, melakukan penelitian campuran dengan mengguanakan polimer
dengan variari sempel pada gambar berikut :

2-31
2-
31
Tabel 2.8 Variasi sampel yang digunakan
Kadar Po- Jumlah Sampel
Kadar Aspal
limer

(%) BGA BGA BGA


(%)
0% % %

(P – 1) 3 3 3
(P – 0,5) 3 3 3

0 P 3 3 3

(P + 1) 3 3 3

(P + 0,5) 3 3 3

(P – 1) 3 3 3
(P – 0,5) 3 3 3

2 P 3 3 3

(P + 1) 3 3 3

(P + 0,5) 3 3 3

(P – 1) 3 3 3
(P – 0,5) 3 3 3

4 P 3 3 3

(P + 1) 3 3 3

(P + 0,5) 3 3 3

Mengasilkan nilai penetrasi rata-rata yang didapat setelah kehilangan berat


(TFOT) adalah 89,17% yang memenuhi standar minimum yaitu 75%.
Berat jenis dan penyerapan agregat kasar dan agregat medium dengan syarat
minimum 2,5 gr/cm3 dengan hasil pemeriksaan memenuhi persyaratan
dengan nilai sebesar 2,68 gr/cm3 untuk agregat kasar dan 2,70 gr/cm3 untuk
agregat medium dengan abasorpsi agregat kasar sebesar 1,65% dan agregat
medium sebesar 2,85% dengan syarat maksimum 3%.

2-32
2-
32
Berat jenis dan penyerapan agregat halus dengan hasil 2,67 gr/cm3 dan dengan
1,01% nilai absorpsi dengan syarat minimum 3%.
Keausan agregat dengan mesin Los Angeles dengam hasil pemeriksaan secara
menyeluruh menghasilkan nilai sebesar 19,24% dengan persyaratan maksi-
mum keausan sebesar 40%.
Pemeriksaan gradasi agregat yang mengacu pada standar PB-0201-76,
AASHTO T-27-82, ASTM D-136-04 dapat dilihat pada gambar grafik hasil
penelitian.
Hasil pemeriksaan agregat kasar dengan total berat 1992 gram. Analisa sarin-
gan untuk agregat kasar 98,74% agreagt lolos saringan ¾” dan tertahan sarin-
gan ½”.
Analisa saringan agregat medium dengan berat 1996 gram, tertahan pada
saringan 3/8” sebanyak 33,82% dan pada saringan nomor 4 sebanyak 54,41%.
Total agregat halus yang diuji adalah 989 gram dengan tertahan di saringan
nomor 30 sebanyal 34,58% yang mengacu pada spesifikasi binamarga yang
menjelaskan bahwa yang memiliki butir lebih kecil dari diameter saringan
nomor 4.

Gambar 2.8 Sebaran Gradasi Agregat

2-33
2-
33
Gambar 2.9 Gradasi Gabungan BGA 5%

Gambar 2.10 Hasil Analisa KAO BGA 5% Campuran Polimer 0%

Gambar 2.11 Hasil Analisa KAO BGA 5% Campuran Polimer 2%

Gambar 2.12 Hasil Analisa KAO BGA 5% Campuran Polimer 4%

2-34
2-
34
Gambar 2.13 Garadasi Gabungan BGA 7%

Gambar 2.14 Hasil Analisa KAO BGA 7% Campuran Polimer 0%

Gambar 2.15 Hasil Analisa KAO BGA 7% Campuran Polimer 2%

Gambar 2.16 Hasil Analisa KAO BGA 7% Campuran Polimer 4%

Dari seluruh hasil pemeriksaan pada sempel-sempel selanjutnya yang dil-

akukan mengahasilkan sifat dominan setiap bahan campuran dan polimer

2-33
terhadap penetrasi, titik lembek, serta daktilitas aspal dapat disimpulkan
bahwa BGA bersifat menurunkan nilai penetrasi aspal murni dan memiliki
pengaruh dominan dalam perubahan titik lembek aspal murni menjadi lebih
tinggi. Penambahan BGA mengurangi nilai daktilitas aspal karena elastis-
itas asbuton yang rendah.
Dengan campuran polimer memberikan pengaruh yang besar terhadap pen-
etrasi aspal murni, akan tetapi bersifat menaikan titik lembeknya. Pengaruh
polimer terhadap titik lembek aspal murni cukup besar pada kadar polimer
4% akan tetapi angka penurunan daktilitas sangat besar.
Berdasarkan ketiga jenis pemeriksanaan yang dilakukan pada aspal campu-
ran, jenis campuran yang menunjukkan nilai penetrasi, titik lembek, dan
daktilitas optimum adalah campuran polimer 2% dengan kadar BGA 5%.
Satria Perdana, dkk. Institut Teknologi Bandung, melakukan jurnal
penelitian dengan judul “Kinerja Skid Resistance dan Kedalaman Tekstur
dari Campuran Split Mastic Asphalt (SMA) dengan Memakai Variasi Agre-
gat dan Polimer Styrene-Butadiene-Styrene (SBS)” mengacu pada spesifi-
kasi British Standard (BS) dengan menggunakan agregat karawang dan
agregat purwakarta mengatakan bahwa nilai penetrasi berada pada rentang
nilai 50-70 dmm untuk penetrasi aspal Pen 60/70 dan dan syarat Kemen-
terian Pekerjaan Umum 2010 yaitu untuk polimer elastomer sintesis mini-
mal 40 dmm. Nilai titik lembek sebelum TFOT menunjukkan aspal Pen
60/70 49°C memenuhi syarat BS EN 1427-2007/BS 200-58-2007 yaitu 46-
54°C, untuk aspal modifikasi polimer SBS 2,5% sebesar 53,5°C sedangkan
untuk presentae Polimer SBS 5% sebesar 54,5°C.
Berdasarkan hasil yang diperoleh menyatakan bahwa polimer SBS dapat
meningkatkan indeks penetrasi yang menunjukkan polimer SBS lebih peka
terhadap temperature dikarenakan proses pencampuran aspal dengan po-
limer SBS memerlukan suhu tinggi yang dapat menimbulkan rusaknya se-
bagian aspal pen 60/70 yang digunakan karena berkurangnya kandungan
maltene akibat pemanasan secara terus menerus. Dalam hal ini disimpulkan

akukan mengahasilkan sifat dominan setiap bahan campuran dan polimer

2-34
bahwa semakin tinggi presentase polimer, maka campuran aspal akan se-
makin kental.

akukan mengahasilkan sifat dominan setiap bahan campuran dan polimer

2-35
Pada hasil uji Marshall dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.17 Hasil Pengujian Storage Stability Terhadap Aspal Modifikasi SBS

Gambar 2.18 Komposisi Gradasi Rencana SMA (D=10 mm)

Pengujian Karawang Karawang Karawang Purwakarta Purwakarta Purwakarta


Marshall BS SBS 0% SBS 2.5% SBS 5% SBS 0% SBS 2.5% SBS 5%
598-107-2004
KAO % 6,56 6,8 7,14 5,88 6,21 7,12
Gambar 2.19 Rekap Penentuan Nilai KAO berdasarkan British Standard

Hasil perbandingan nilai kepadatan campuran terhadap kadar aspal


dihasilkan bahwa seiring bertambahnua kadar aspal maka kepadatan cam-
puran akan turut meningkat hingga pada suatu titik KAO nilai kepadatannya
akan menurun. Begitu pula dengan kepadatan agregat setelah pemadatan

2-36
2-35
terhadap kadar aspal, nilai kepadatan agregat berbanding lurus dengan nilai
kepadatan campuran.

2-37
2-35
Pada hasil pengujian Marshall penambahan kadar aspal dan kadar polimer
maka nilai stabilitas campuran mengalami peningkatan sampai titik maksi-
mum dan akan turun kembali pada penambahan kadar aspal yg tinggi.
Hasil riset yang dilakukan secara keseluruhan menghasilkan bahwa penam-
bahan kadar polimer SBS dalam campuran akan meningkatkan kinerja
structural campuran ditinjau dari peninggkatan nilai Stabilitas Marshall dan
ketahanannya terhadap Deformasi Permanen, namun akan mengurangi
kinerja fungsionalnya ditinjau dari ketahanannya terhadap gelincir dan pen-
gukuran kedalaman tekstur.

2-38
2-35
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi
Proses pengerjaan penelitian ini dilakukan secara bertahap dengan langkah-
langkah pengerjaan yang ditunjukan oleh diagram alir penyusunan Tugas Akhir.
Diagram alir penyusunan Tugas Akhir tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 beri-
kut ini :

Mulai

Studi Pustaka

Persiapan Material

Pengujian dan Analisis Pengujian dan Analisis


Aspal Agregat

Viskositas Kinematis Berat Jenis Penyerapan


Penetrasi Abrasion / Los Angeles
Titik Lembek Kelekatan agregat ter-
Berat Jenis hadap aspal
Titik Nyala Impact dan Crushing
Daktilitas Material lolos saringan
No. 200
Kekekalan Magnesium
Kepipihan dan Kelon-
jongan
Pemeriksaan Kadar
Lumpur

Memenuhi Spesifikasi
Bina Marga

3-2
3-1
A

Persiapan Benda Uji Menggunakan


Starbit E-55 dan Pen 60/70

Penetuan KAO dengan Metoda Mar-


shall dan Kepadatan Mutlak

Pengujian Marshall Immersion


pada KAO

Analisis Data

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi penelitian

Persiapan dan pengujian material


3.2.1 Pengujian Material Agregat
Material agregat kasar dan agregat halus yang akan digunakan dalam
penelitian ini berasal dari lokasi yang berada di daerah Kabupaten Bandung Barat.
Dalam penelitian ini akan menggunakan aspal Pen 60/70 karena menyesuaikan
dengan wilayah Indonesia yang cendrung beriklim tropis.
Material agregat, filler dan aspal yang sudah tersedia harus dilakukan pengujian
terlebih dahulu dengan mengacu kepada spesifikasi teknis Bina Marga tahun 2010
divisi VI revisi III tentang Asphalt Concrete - Wearing Coarse adapun standar pen-
gujian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

3-2
3-1
Tabel 3.1 Pengujian sifat fisik agregat kasar
Pengujian Standar Nilai
Kekalan bentuk agregat terhadap larutan
SNI 3407 : 2008 Maks. 12%
natrium dan magnesium sulfat
Abrasi Campuran AC Bergra-
Maks. 30%
dengan me- dasi
SNI 2417 : 2008
sin Los An- Semua campuran aspal
Maks. 40%
gles bergradasi lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439 : 2011 Maks. 90%
Angularitas (kedalaman permukaan <
DotT’s Pennsylva- 95/90*
10 cm)
nia Test Method,
Angularitas (kedalaman permukaan ≥
PTM No. 621 80/75*
10 cm)
ASTM D4791 Per-
Partikel pipih dan lonjong Maks. 10%
bandingan 1 : 5
Material lolos ayakan No. 200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1%
Sumber : Spesifikasi Umun Divisi VI Revisi III, Bina Marga, 2010
Catatan:
*) 96/90 menunjukan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau
lebih dan 90 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih

Tabel 3.2 Pengujian sifat fisik agregat halus


Pengujian Standar Nilai
Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Min. 60%
Angularitas dengan uji kadar rongga SNI 03-6877-2002 Min. 45%
Gumpalan lempung dan butir-butir mu-
SNI 03-4141-1996 Maks. 1%
dah pecah dalam agregat
Maks. 10
Agregat lolos ayakan No. 200 SNI ASTM C117 : 2012
%
Sumber : Spesifikasi Umun Divisi VI Revisi III, Bina Marga, 2010

3-3
3-3
3.2.2 Pengujian Material Aspal
Penelitian ini menggunakan aspal Pen 60/70 dan bahan tambah polimer un-
tuk mengevaluasi kesesuaian aspal konversional yang digunakan dalam campuran
dengan persyaratan dalam spesifikasi yang diperlukan pada table 3-3.

Tabel 3.3 Pengujian sifat fisik aspal

Tipe I Tipe II
Metoda Pen- Aspal Aspal Mod
No. Jenis Pengujian
gujian Pen. Elastomer
60-70 Sintesis

1. Penetrasi pada 25°C (0,1 mm) SNI 06-2456-1991 60-70 Min. 40

160-
2. Viskositas Dinamis 60°C (Pa.s) SNI 06-6441-2000 320-480
240

3. Viskositas Kinematiis 135°C (cSt) SNI 06-6441-2000 ≥ 300 ≤ 3000

4. Titik Lembek (°C) SNI 2434-2011 ≥ 48 ≥ 54

5. Daktilitas pada 25°C, (cm) SNI 2432-2011 ≥ 100 ≥100

6. Titik Nyala (°C) SNI 2433-2011 ≥ 232 ≥232

7. Kelarutan dalam Trichoroethylene (%) AASHTO T44-03 ≥ 99 ≥ 99

8. Berat Jenis SNI 2441-2011 ≥ 1,0 ≥ 1,0

Stabilitas Penyimpanan: Perbedaan Titik ASTM D 5976


9. - ≤ 2,2
Lembek (°C) part 6.1
Partikel yang lebih halus dari 150
10. -
mikron (µm) (%)
Pengujian Residu hasil TFOT (SNI-06-2440-1991) atau RFTOT (SNI-03-6835-
2002) :

11. Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≥ 0,8 ≥ 0,8

12. Viskositas Dinamis 60°C (Pa.s) SNI 06-6441-2000 ≥ 800 ≥ 1200

13 Penetrasi pada 25°C (%) SNI 06-2456-1991 ≥ 54 ≥ 54

3-4
3-4
Tabel 3-3 Pengujian sifat fisik aspal (Lanjutan)

Tipe I Tipe II
Metoda Pen- Aspal Aspal Mod
No. Jenis Pengujian
gujian Pen. Elastomer
60-70 Sintesis

14 Daktilitas pada 25°C, (cm) SNI 2432-2011 ≥ 100 ≥ 50

15 Keelastisan setelah Pengembalian (%) AASHTO T301-98 - -

Sumber : Spesifikasi Umun Divisi VI Revisi III, Bina Marga, 2010

Gradasi Agregat Dalam Campuran


Gradasi agregat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gradasi menerus.
Rancangan gradasi agregat gabungan untuk campuran Laston Lapis Aus (AC-WC)
sesuai dengan spesifikasi yang diberikan pada Tabel 3-4.

Tabel 3.4 Gradasi Agregat Gabungan untuk Campuran Aspal AC-WC


Ukuran ayakan % Berat yang lolos terhadap
(mm) total agregat campuran
37,5 -
25 -
19 100
12,5 90 – 100
9,5 77 – 90
4,75 53 – 69
2,36 33 – 53
1,18 21 – 40
0,6 14 – 30
0,3 9 – 22
0,15 6 – 15
0,075 4–9
Sumber : Spesifikasi Umun Divisi VI Revisi III, Bina Marga, 2010

3-5
3-5
100
90
80
Lolos Ayakan (%) 70
60
50 Batas Atas
40 Batas Bawah
30
20
10
0
0.075 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5 12.5 19 25 37.5
Ukuran Ayakan (mm)

Gambar 3.2 Batas Gradasi Campuran AC-WC Agregat Gabungan

Pengujian Kadar Aspal Optimum ( KAO )


Untuk mendapatkan nilai kadar aspal optimum dapat diperoleh dari metoda
marshall dengan pendekatan kepadatan mutlak langkah yang harus dilakukan ada-
lah :
Pada pengujian menggunakan alat Marshall, hal pertama yang dilakukan
adalah menghitung perkiraan awal KAO (Pb) dengan menggunakan persa-
maan berikut:

Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FF) + K (3.1)

Dimana:
CA = Coarse Aggregate (Agregat Kasar)
FA = Fine Aggregate (Agregat Halus)
FF = Fine Filler (Bahan Pengisi)
K = Konstanta, 0,5 s/d 1,0 untuk Laston

Dengan terlebih dahulu membulatkan nilai Pb sampai 0,5 % terdekat,


kemudian siapkan benda uji Marshall pada 5 variasi kadar aspal masing –
masing 3 (tiga) benda uji, yaitu Pb -1,0%, Pb -0,5%, Pb 0,5%, Pb 1,0%.
Benda uji uang digunakan adalah benda uji standar berbentuk tabung
dengan diameter 102 mm (4 inch) dan tinggi 63,5 mm (2,5 inch).

3-6
3-6
Temperatur yang digunakan untuk pencampuran dan pemadatan benda uji
campuran aspal panas dengan mengunakan aspal Pen 60/70 didapatkan pada
nilai Viskositas kinematis (centiStokes) dari kurva hasil percobaan
Viskositas aspal dengan alat Saybolt Furol Viscosimeter dan nilainya diam-
bil sebagai berikut: Untuk temperatur pencampuran : 170 ± 20 centiStokes.
Untuk temperatur pemadatan : 280 ± 30 centiStokes.
Pemadatan benda uji dengan metoda Marshall dilakukan dengan penum-
bukan sebanyak 75 kali perbidang dengan menggunakan penumbuk Mar-
shall. Setelah benda uji dipadatkan, kemudian disimpan pada temperatur
ruang selama 24 jam, selanjutnya benda uji ditimbang dalam kondisi ker-
ing., kering-permukaan jenuh (Saturated Surface Dry), di dalam air untuk
mendapatkan berat jenis bulk (Bulk Specify Grafity). Selanjutnya benda uji
direndam pada temperatur 60° C selama 30 menit dan siap untuk pengujian
Stabilitas dan Flow.
Setelah nilai stabilitas dan flow didapat, kemudian dihitung besarnya hasil
bagi Marshall (Marshall Quotient), Rongga diantara Mineral Agregat
(VMA), Rongga dalam Campuran (VIM), dan Rongga terisi Aspal (VFA).
Selanjutnya digambarkan grafik hubungan antara kadar aspal (%) dengan
parameter Marshall yang telah dihitung sebelumnya.
Untuk mendapatkan KAO pada kondisi mutlak, dibuat 3 (tiga) contoh uji
tambahan dengan kadar aspal sebagai berikut: satu kadar aspal pada VIM
6% dan 2 (dua) kadar aspal terdekat yaitu -0,5% dan 0,5%. Benda uji
kemudian dipadatkan dalam cetakan (Mold) yang berukuran 152-153 mm
(6 inch), dengan pemadat getar (BS 598 Part 104, 1989) atau dengan pem-
adat Marshall sebanyak 400 tumbukan untuk masing – masing bidang pada
cetakan 102 mm (4 inch).
Banyaknya benda uji untuk mengetahui sifat-sifat campuran dan penentuan
kadar aspal masing-masing campuran dapat dilihat pada Tabel 3-5.

3-7
3-7
Tabel 3.5 Jumlah sampel pengujian Marshall
Kadar Aspal Jumlah Sample
Pen Aspal Elastomer
60/70 Starbit E-55

Metode Marshall
Pb – 1,0 3 3
Pb – 0,5 3 3
Pb 3 3
Pb + 0,5 3 3
Pb + 1,0 3 3
Jumlah Benda Uji Masing-masing 15 15
Total benda uji 30

Metode Kepadatan Mutlak


X – 0,5 1 1
X 1 1
X + 0,5 1 1
Jumlah Benda Uji Masing-masing 3 3
Total benda uji 6

Untuk melihat pengaruh bahan pengikat aspal Starbit E-55 terhadap campuran
aspal panas maka dilakukan pemeriksaan karakteristik sifat campuran beraspal sep-
erti pada Tabel 3-6.

Tabel 3.6 Sifat – sifat campuran laston AC-WC


Sifat-sifat Campuran Laston Lapis Aus
Rongga dalam agregat (VMA)
Min. 15
(%)
Stabilitas Mashall (kg) Min. 800
Pelelehan (mm) Min. 2
Maks. 4
Sumber : Spesifikasi Umun Divisi VI Revisi III, Bina Marga, 2010

3-8
3-8
Tabel 3.7 Sifat – sifat campuran laston AC-WC Mod
Laston Lapis
Sifat-sifat Campuran
Aus
Stabilitas Mashall sisa (%)
setelah peredaman selama 24 Min. 90
jam, 60°C
Rongga dalam campuran (%)
pada kepadatan membal (re- Min. 2
fusal)
Jumlah tumbukan per bidang 75
Raio partikel lolos ayakan 0,075 Min. 1
mm dengan kadar aspal efektif Maks. 1,4
Min. 3
Rongga dalam campuran (%)
Maks. 5
Rongga dalam agregat (VMA)
Min. 15
(%)
Rongga terisi aspal (%) Min. 65
Stabilitas Mashall (kg) Min. 1000
Min. 2
Pelelehan (mm)
Maks. 4

Tabel 3-7 Sifat – sifat campuran laston AC-WC Mod (Lanjutan)


Laston Lapis
Sifat-sifat Campuran
Aus
Stabilitas Mashall sisa (%)
setelah peredaman selama 24 Min. 90
jam, 60°C
Rongga dalam campuran (%)
pada kepadatan membal (re- Min. 2
fusal)
Stabilitas dinamis, linta-
Min. 2500
san/mm
Sumber : Spesifikasi Umun Divisi VI Revisi III, Bina Marga, 2010

3-9
3-9
Pengujian Marshall Immersion
Pengujian perendaman Marshall ini dilakukan untuk melihat ketahanan cam-
puran terhadap pengaruh kerusakan oleh air. Air pada campuran beraspal dapat
mengakibatkan berkurangnya daya lekat aspal terhadap agregat, sehingga dapat
melemahkan ikatan antar agregat. Pengujian dilakukan dengan membuat 4 (empat)
benda uji pada KAO. Untuk 2 (dua) benda uji pertama dilakukan perendaman dalam
air dengan suhu 60oC selama pengujan 24 jam dan lakukan pengujian Marshall,
kemudian pada sisa benda uji dilakukan pengujian Marshall standar. Banyaknya
benda uji untuk perendaman Marshall dapat dilihat pada Tabel 3-8.

Tabel 3.8 Jumlah benda uji peredam marshall


Jumlah Sample
Kadar Aspal Aspal Polimer
Pen 60/70
Starbit E-55

Direndam 24 jam 2 2
Direndam 30 menit 2 2
Total benda uji 8

Analisa data
Langkah-langkah pada analisis data sebagai berikut :
1. Pemerikasaan bahan-bahan bitumen.
2. Titik lembek aspal dan ter.
3. Daktilitas bahan-bahan bitumen.
4. Titik nyala dan titik bakar
5. Berat jenis bitumen keras dan ter.
6. Pemeriksaan kekentalan aspal pada batuan.
7. Pemeriksaan analisa saringan agregat halus dan kasar.
8. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar.
9. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus.
10. Pemeriksaan keausan agregat dengan mesin Los Angeles.
11. Pemeriksaan berat isi agregat.
12. Pemeriksaan sand equivalent.
13. Rancangan campuran aspal panas (hot mix).
14. Pemeriksaan campuran aspal dengan alat marshall.

3-10
3-
10
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pengujian Material
4.1.1 Pengujian Agregat
Agregat yang digunakan dalam penelitian ini adalah quarry batu andesit PT.
Silva Andia Utama.

4.1.1.1 Pengujian Berat Jenis Agregat


1. Berat jenis dan penyerapan agregat
Standar yang digunakan dalam pemeriksaan berat jenis agregat kasar ada-
lah SNI 1969-2008 dan untuk berat jenis agregrat halus adalah SNI 03-1970-
1990. Hal ini dilakukan untuk mencari perbandingan antara berat dari satuan
volume material terhadap berat air pada volume yang sama dengan temperatur
yang ditentukan.
2. Kausan agregat
Standar yang digunakan adalah SNI 03-2417-1991, uji keausan dengan
menggunakan mesin Los Angeles. Benda uji adalah agreagt kasar lolos sarin-
gan ¾” dan saringan 3/8” sebanyak 2500±25 gram. Hasil pemeriksaan didapat
20,33% dengan persyaratan maksimum keausan sebesar 30%. Nilai yang me-
menuhi persyaratan ini menyatakan agregat memeliki kekekalan bentuk per-
mukaan yang cukup untuk memberikan daya dukung dalam campuran be-
raspal.
3. Kelekatan agregat terhadap aspal
Standar yang digunakan adalah SNI 06-2439-1991. Hasil pemeriksaan
didapat kelekatan aspal pada agregat menujukan tidak adanya aspal yang
terkelupas yang artinya adalah kelatan aspal tersebut adalah 100%.
4. Impact dan crushing
Hasil uji impact dan crushing stardar yang digunakan berdasarkan pada
BS 812 : Part 3 : 1975, yang diperuntukan untuk ukuran agregat yang lebih dari
14 mm dengan hasil uji pada pada pengujian kekauantan agregat terhadap tum-

4-2
4-1
bukan (aggregate impact values) adalah nilai terbesar fraksi agregat kasar ada-
lah 16,12%. Dan untuk pengujian agregat terhadap tekanan (aggregate crush-
ing values) adalah 7,44%.
5. Material lolos saringan No. 200
Standar yang digunakan adalah SNI 03-4142-1996. Hasil uji menunjukkan
nilai rata-rata pada agregat kasar yaitu 1.96% dan 1.98% untuk agregat me-
dium, memandakan bahwa nilai tersebut tidak memenuhi syarat dengan nilai
maksimum nya yaitu 1%. Sedangkan untuk nilai pada agregat halus menunjuk-
kan nilai rata-ratanya yaitu 6.69%, yang menunjukkan nilai memenuhi syarat
dengan nilai maksimum 8%.
6. Kepipihan dan kelonjongan
Prosedur pengujian bedasarkan pada BS 812: Part 3 : 1975. Hasi pengujian
adalah nilai 5.12% untuk kepipihan dan 2.48% untuk kelojongan. Hasil ini
menunjukkan memenuhi syarat dengan persentase maksimal yaitu 10%.
7. Pemeriksaan kadar lumpur
Standar yang digunakan adalah SNI ASTM D.1664-2001. Hasil uji menun-
jukkan rata-rata dengan nilai 83,69% dengan syarat minimumnya yaitu 60%.

4.1.1.2 Pemeriksaan Gradasi Agregat


Pemeriksaan gradasi agregat dengan metode analisa saringan mengacu
pada standar SNI 03-1968-1990, AASHTO T-27-82 dan ASTM D-136-04.
Berdasarkan SNI 03-1968-1990, benda uji disiapkan berdasarkan standar
yang menunjukkan agregat kasar dengan ukuran maksimal ¾”, maka berat benda
uji minimum adalah 5000 gram, 2500 gram untuk agregat medium, dan untuk agre-
gat halus menggunakan 550 gram.

4.1.2 Pengujian Aspal


1. Pemeriksaan penetrasi aspal
Standar yang digunakan adalah SNI 2488 : 2008. Uji penetrasi
menggunakan 10 buah untuk aspal Pen 60/70 dan 10 buah sampel dengan berat
masih masing benda uji adalah 100 gram yang didiamkan selama 30 menit pada
suhu 25°C terlebih dahulu. Hasil daripada uji penetrasi menunjukkan nilai rata-

4-2
4-1
rata pada aspal Pen 60/70 adalah 60,13 dan untuk nilai rata-rata aspal Starbit
E-55 adalah 44,3.
2. Pemeriksaan titik lembek aspal
Standar pemeriksaan yang digunakan adalah SNI 2434 : 2011. Kedua benda
uji dalam cincin terlebih dahulu didiamkan dalam suhu (5±1)°C selama 30
menit sebanyak 25 gram sebelum kemudian diberi beban bola dan dipanaskan
dengan penambahan suhu 5°C per menit.
3. Pemeriksaan daktilitas
Standar yang digunakan adalah SNI 06-2432-1991. Daktilitas memberikan
indikasi fleksibilitas aspal sebelum patah atau pecah. Benda uji sebelumnya
didiamkan pada suhu 25°C selama 15 menit, kemudian diberikan beban Tarik
dengan kecepatan 5 cm/menit. Pemeriksaan menunjukkan nilai yang memen-
uhi standar minimum.
4. Pemeriksaan berat jenis aspal
Standar yang digunakan adalah SNI 03-2441-1991. Hasil pemeriksaan ter-
hadap berat jenis aspal Pen 60/70 menunjukkan nilai 1,037 gr/cc dan aspal
elastomer menunjukkan nilai 1,032 gr/cc.
5. Permeriksaan titik nyala dan titik bakar aspal
Standar pemeriksaan yang digunakan adalah SNI 06-2433-1991. Standar
minimum titik nyala aspal Pen 60/70 adalah 2640C untuk titiknya nyala dan
2670C dan aspal elastomer adalah 3440C dan titik bakarnya yaitu 3490C telah
memenuhi standar syarat minimum yaitu 2320C.
Hasil pengujian mutu aspal Pen 60/70 dan aspal elastomer sebagai bahan
pengikat campuran tertera pada Tabel 4-1.

4-3
Tabel 4.1 Hasil pemerikasaan aspal

Jenis Pen- Metoda Pen- Tipe Aspal Pen 60/70 Elastomer


No
gujian gujian
Min. Maks. Pengujian Min. Maks. Pengujian

Penetrasi 250C SNI 06-2453-


1 60 70 60 40 - 44
(0.1 mm) 1991
Viskositas
SNI 06-6441-
2 Kinematis ≥ 300 - 305 ≤ 3000 - 821
2000
(cSt)
Titik Lembek SNI
3 ≥ 48 - 50.88 ≥ 54 - 54.20
(0C) 2434:2011
Daktilitas 250C SNI
4 ≥ 100 - 101.90 ≥ 100 - 130.60
(cm) 2432:2011
Titik Nyala SNI
5 ≥ 232 - 275 ≥ 232 - 360
(0C) 2433:2011
SNI
6 Berat Jenis ≥ 1.0 - 1.037 ≥ 1.0 - 1.032
2441:2011

4.1.3 Gradasi Gabungan Rencana


Penentuan proporsi campuran agregat diperoleh dengan menggunakan
metoda coba-coba (Trial and Error) dengan prosedur kerjanya sebagai berikut :
1. Memahami batasan gradasi yang disyaratkan.
2. Memasukkan data spesifikasi yang telah didapatkan melalui metoda saringan
tiga zona atau lebih dikenal dengan fraksi agregat (fraksi agregat kasar, se-
dang/medium, dan halus)
Setelah diperoleh komposisi campuran dengan menggunakan metoda terse-
but diatas, kemudian dilakukan penimbangan sesuai dengan kadar aspal dan
presentase tertahan pada masing-masing saringan.
Proporsi campurannya yang didapatkan yaitu, agregat kasar atau split dengan
berat persentase sebanyak 19%, agregat medium atau screen 26%, agregat halus
atau abu batu 51%, serta bahan pengisi atau filler sebanyak 4%. Secara kese-
luruhan nilai pada gradasi gabungan rencana memenuhi syarat untuk gradasi
menerus dan di tunjukkan pada gambar.

4-4
GRADASI GABUNGAN AGREGAT
100

80
LOLOS KUMULATIF (%)

60

40

20

0
0.01 0.10 1.00 10.00 100.00
UKURAN AYAKAN (MM), SKALA LOG.

Gambar 4.1 Gradasi gabungan

Dari gambar 4-4 diatas terlihat gradasi campuran untuk saringan 9,5 mm
atau saringan 3/8” dan 4,75 atau saringan No. 4 mendekati nilai maksimum. Se-
mentara persen lolos di saringan No. 8, No. 16, No. 30, No. 50, dan No. 100, berada
pada bagian tengah mendekati nilai maksimum, serta No. 200 telah menempati nilai
batas minimum.
Proporsi agregat ini selanjutnya digunakan untuk menghitung berat mate-
rial campuran yaitu berat aspal dan berat agregat. Berat satu buah sampel agregat
pada penelitian ini adalah 1150 gram ketentuan pada SNI 06-2489-1991 yaitu untuk
setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram dengan hasil perhi-
tungan kebutuhan agregat tercantum pada Tabel 4-2.

4-5
Tabel 4.2 Kebutuhan benda uji untuk pencampuran aspal uji Mashall

Ukuran Berat tertahan Komulatif (%)


ayakan
(mm)
Gram % Tertahan Lolos
37.50
25.00
19.00 0.00 0.00 0.00 100.00
12.50 0.00 0.00 0.00 100.00
9.50 120.18 10.45 10.45 89.55
4.75 334.65 29.10 39.55 60.45
2.36 179.98 15.65 55.20 44.80
1.18 116.71 10.15 65.35 34.65
0.60 110.85 9.64 74.99 25.01
0.30 104.98 9.13 84.12 15.88
0.15 96.77 8.42 92.53 7.47
0.075 39.88 3.47 96.00 4.00
Filler 46.00 4.00 100.00
Berat Benda
1150 100.00
uji

Pengujian Campuran dengan Metoda Marshall


Pengujian awal yang dilakukan adalah pengujian sifat campuran dengan uji
marhsall. Pengujian serta pembahasan karakteristik campuran yang diperoleh dari
tes marshall dibahas secara eksplisit dari penelitian ini. Data hasil tes marshall dipa-
kai hanya untuk menentukan campuran dengan kadar aspal optimum untuk ke-
lanjutannya diekstraksi dan diperiksa material bahan pencampurnya. Analisis pada
tahap ini merupakan sifat dari material pembentuk campuran.
Pada perancangan benda uji telah di cantumkan pada Tabel 3-5 dengan lima
variabel sampel aspal normal Pen 60/70 dan lima variabel sampel aspal elastomer
(aspal Starbit E-55). Pemilihan kedua sampel aspal berdasarkan nilai stabilitas op-
timum dari data hasil uji marshall.
Kadar aspal yang dipakai adalah 4.5%, 5%, 5,5%, 6%, dan 6.5%, yang telah
dihitung dengan rumus Pb dengan nilai 5.5%. Perhitungan pengujian campuran
aspal dengan alat marshall dapat dilihat pada Tabel 4-3 dengan berat agregat berat
jenis Bulk.

4-6
Tabel 4.3 Tabel perhitungan bahan campuran aspal
(a) Berat Campuran Benda Uji Marshall Pen 60/70
Berat
Kadar Agregat Berat Pen-
Berat Aspal
Aspal Kering campuran
Oven
% gram gram gram
(1) (2) (3)=(1)/100-(1)*(2) (4)=(2)+(3)
4.5 1121 53 1174
5 1121 59 1180
5.5 1130 66 1196
6 1128 72 1200
6.5 1120 79 1199

(b) Berat Campuran Benda Uji Marshall Starbit E-55


Berat
Kadar Agregat Berat Pen-
Berat Aspal
Aspal Kering campuran
Oven
% gram gram gram
(1) (2) (3)=(1)/100-(1)*(2) (4)=(2)+(3)
4.5 1133 53 1186
5 1130 60 1190
5.5 1121 65 1186
6 1129 72 1201
6.5 1125 78 1203

Kadar aspal optimum ditentukan dari campuran yang masuk spesifikasi untuk
rongga antar agregat (VMA), rongga dalam campuran (VIM), Stabilitas, kelelehan
(FLOW, serta nilai Marshall (MQ). Untuk menetukan campuran dengan kadar aspal
optimum dimabil nilai rata-rata dari hasil pengujian kadar aspal. Hasil pengujian
dicantumkan pada Gambar 4-5.

4-7
Pengujian Kepadatan Mutlak
Kepadatan mutlak (Persentage Refusal Density) dimaksudkan sebagai
kepadatan tertinggi (maksimum) yang dicapai sehingga campuran tersebut praktis
tidak dapat menjadi padat lagi. Kepadatan mutlak adalah masa per satuan volume
termasuk rongga contoh uji yang dipadatkan sampai mencapai kepadatan mutlak,
sesuai dengan metode pengujian yang ditentukan dalam Tata Penentuan Kepadatan
Mutlak.
Berat satu buah sampel agregat yang digunakan adalah 2500 gram sesuai
dengan ketentuan pada BS 596 Part 104. Rincian berat pada setiap fraksi agregat di
uraikan dengan hasil perhitungan kebutuhan agregat tercantum pada Tabel 4-4.

Tabel 4.4 Kebutuhan benda uji untuk pencampuran aspal uji PRD
Ukuran Berat tertahan Komulatif (%)
ayakan
(mm) Gram % Tertahan Lolos
37.50
25.00
19.00 0.00 0.00 0.00 100.00
12.50 0.00 0.00 0.00 100.00
9.50 261.25 10.45 10.45 89.55
4.75 727.50 29.10 39.55 60.45
2.36 391.25 15.65 55.20 44.80
1.18 253.73 10.15 65.35 34.65
0.60 240.98 9.64 74.99 25.01
0.30 228.23 9.13 84.12 15.88
0.15 210.38 8.42 92.53 7.47
0.075 86.70 3.47 96.00 4.00
Filler 100.00 4.00 100.00
Berat
Benda uji 2500 100.00

Kadar aspal yang dipakai adalah 4,5%,5%, 5,5%, 6%, dan 6,5% yang telah
dihitung dengan rumus Pb dengan nilai mengasilkan nilai 5.5% untuk acuan awal
campuran.
Kadar aspal optimum ditentukan dari campuran yang masuk spesifikasi untuk
rongga dalam campuran (VIM).

4-8
Analisis Hasil Pengujian
Hasil analisa pada pengujian campuran aspal dengan alat marshall dan alat
pemadat dicantumkan pada gambar.
Hasil kepadatan pada pengujian menunjukkan sampai pada titik tertentu, apa-
bila kandungan aspal naik, nilai kepadatan akan ikut naik. Namun setelah dalam
prosentase tertentu, nilai kepadatan justru turun.
2.355 2.400
2.350 2.380
Density Pen 60/70 (gr/cc)

2.345

2.360
2.340

Density (gr/cc)
2.335 2.340
2.330 2.320

2.325
2.300
2.320
2.315 2.280 y = -0.0458x2 + 0.5501x + 0.738
y = -0.0113x2 + 0.1355x + 1.9334 R² = 0.933
2.310 R² = 0.7236 2.260
4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%) Kadar Aspal (%)

Gambar 4.2 Hasil density pada campuran aspal

Hasil VMA pada pengujian memperlihatkan dengan kenaikan prosentase kan-


dungan aspal, prosentase VMA aspal Starbit E-55 akan menurun samapi nilai min-
imum, kemudian naik lagi. Berbeda dengan aspal Pen 60/70, prosentase VMA terus
naik seiring dengan prosentase kadar aspal.
y = -0.1135x2 + 1.6605x + y = 1.8873x2 - 21.399x + 73.865
16.0 18.0 R² = 0.5991
9.1783 17.5
R² = 0.8422 17.0
15.5 16.5
VMA Pen 60/70 (%)

16.0
VMA (%)

15.0 15.5
15.0
14.5
14.5 14.0
13.5
14.0 13.0
4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 12.5
12.0
13.5
4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
13.0 Kadar Aspal (%)
Kadar Aspal (%)

4-9
Gambar 4.3 Hasil VMA pada campuran aspal

4-10
Hasil VFA pada pengujian memperlihatkan dengan kenaikan prosentase kan-
dungan aspal, prosentase FVA akan naik dan terus naik.

80
62
70
VFB Pen 60/70 (%)

52
60

VFA (%)
42
50 y = 33.555x - 148.1
32 R² = 0.9092
40 y = 14.345x - 21.389 22
R² = 0.9822
30 12

20 2
4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%) Kadar Aspal (%)

Gambar 4.4 Hasil FVA pada campuran aspal

Hasil VIM pada pengujian memperlihatkan dengan kenaikan prosentasenya


akan menurun dengan naiknya kandungan aspal.

12
14 y = -5.6851x + 40.122
R² = 0.9215
10 y = -1.9359x + 16.79
ViM Pen 60/70 (%)

12
R² = 0.9733
10
ViM (%)

8
8
6
6
4
4
2 2
4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%) Kadar Aspal (%)

Gambar 4.5 Hasil VIM pada campuran aspal

Kenaikan nilai kandungan aspal berpengaruh pada stabilitas. Namun sampai


prosentase kandungan aspal tertentu nilai stabilitas akan menurun. Hanya saja tam-

4-11
pak kurva pada gambar kepadatan, puncaknya kandungan aspal berbanding terbalik
pada hasil pengujian ini.

4-12
2000 2000

1800 y = -180.78x2 + 1826.4x - 3316.8 1800


R² = 0.7914

1600 1600
Stability Pen 60/70 (kg)

StabilityStarbit E-55 (kg)


y = -177.58x2 + 1915.5x - 3913
R² = 0.9554
1400 1400

1200 1200

1000 1000

800 800
4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%) Kadar Aspal (%)

Gambar 4.6 Hasil Stabilitas pada campuran aspal

Normalnya pada hasil kelehan itu adalah nilai kekelehan naik, apabila nilai
kandungan aspal naik. Namun pada hasil pengujian ini didapatkan, nilai kelehan
trurun dengan nilai kandunagn aspal turun, dan naik lagi pada titik tertentu yang
menandakan bahwa pemadatan dengan tumbukan 75x itu tidak konstan.
6.00 6.00
y = 0.7595x2 - 8.4198x + 25.727
5.50 5.50 R² = 0.7522
FlowStarbit E-55 (mm)

5.00
FlowPen 60/70 (mm)

5.00
4.50
4.50
4.00
4.00
3.50
3.50 3.00
3.00 2.50
4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
2.50 2.00
y = 0.6262x2 - 7.9091x + 28.692
R² = 0.7801 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
2.00
Kadar Aspal (%) Kadar Aspal (%)

Gambar 4.7 Hasil flow pada campuran aspal

4-13
Kandungan aspal optimum yang paling baik dari suatu campuran pada
penelitian ini, ditentukan dari data-data tersebut diatas. Untuk menentukan kadar
aspal optimum dibuatlah grafik batang terlihat pada gambar 4-8, dengan kadar
terkecil adalah 6% dan kadar terbesar adalah 6,5%.

4-14
VIM
VMA
VFA
Stab.
Flow
Vim-
PRD

4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5

Gambar 4.8 Diagram Batang untuk mendapatkan KAO

Dari diagram batang diatas terlihat bahwa kadar aspal yang memenuhi semua
kriteria sifat-sifat campuran didapat kadar aspal terkecil yaitu 6% dan kadar terbesar
yaitu 6.5%. Kadar aspal optimum (KAO) merupakan nilai rata-rata dari kadar aspal
terkecil dan terbesar. Jadi kadar aspal optimum adalah (6% + 6,5%) /2 = 6.25%.
Nilai VMA, VIM, VFA/VFB, kepadatan (density), stabilitas, dan kelehan
(flow) di cantumkan pada tabel 4-5.
Tabel 4.5 Resume hasil percobaan marshall
Syarat Spesifikasi Tipe Aspal satuan
Bina Marga Pen 60/70 Starbit E-55
Min. Maks.
Density - - 2.616 2.287 gr/cc
VMA 15 - 15.03 13.84 %
VIM 3 5 4.68 4.59 %
VFB 65 - 68.3 61.6 %
Stabilitas 800 - 1036.5 1122.2 kg
Flow 2 4 3.72 2.77 mm

Hasil daripada nilai kadar aspal optimum tersebut kemudian dijadikan acuan
kadar campuran untuk pengujian Marshall Immersion yang hasilnya dicantumkan
pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Perbandingan penggunaan aspal
Kode Kadar Aspal Terhadap Berat Jenis Koreksi Hasil Uji
Bricket Campuran Aspal 30 menit 24 Jam
1 6.25 % Pen 60/70 776.8 kg
1 6.25 % Stabit E-55 991.7 kg
2 6.25 % Pen 60/70 1230.1 kg
2 6.25 % Stabit E-55 1051.1 kg

4-15
Kelebihan dan kekurangan penggunaan aspal Pen 60/70 dan aspal elastomer
Starbit E-55 dengan menggunakan agregat lokal daerah Giriasih dalam hasil ana-
lisa diatas, ditunjukkan pada tabel 4-6.

Tabel 4.7 Perbandingan penggunaan aspal


No. Aspal Pen 60/70 Aspal Elastomer Starbit E-55
1. Nilai kepadatan rendah (+), suhu Nilai kepadatan tinggi (-), suhu
pencampuran realatif rendah. yang digunakan pada saat pen-
campuran relatif tinggi.
2. Durabilitas realitf rendah (-) Durabilitas tinggi (+)
3. Fleksibiltas rendah (-) Fleksibilitas tinggi (+)
4. Skid resistance tinggi (+) Skid resistance rendah (-)
5. Fortique resistance rendah (+) Fortique resistance tinggi (+)
6. Impermeabilitas rendah (-) Lebih tahan terhadap air (+)
7. Workability relatif cepat (+) Workability lambat, suhu pen-
campuran sebagai bahan untuk
mencampurkan agregat dengan ba-
han pengikat lebih tinggi dibanding-
kan dengan aspal konvensional (-)

4-16
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa :
1. Pengujian Aspal
Hasil menunjukkan bahwa kadar aspal optimum adalah 6.25%, dengan nilai
hasil yang didapatkan yaitu untuk aspal Pen 60/70 adalah nilai kepadatan (den-
sity) 2,616 gr/cc, VMA 15,03%, VIM 4.68%, VFB 68.3%, Stabilitas 1036.5 kg,
dan untuk kelehan (flow) 3,72 mm.
Nilai untuk aspal elastomer Starbit E-55 adalah nilai kepadatan (density)
2,287 gr/cc, VMA 13,84%, VIM 4.59%, VFB 61,6%, Stabilitas 1122,2 kg, dan
untuk kelehan (flow) 2,77 mm.

2. Pengujian Agregat
a) Agregat pada quarry Giriasih memeliki rongga yang besar di tunjukkan
oleh hasil pada perhitungan agregat gabungan dengan nilai 4%, melebihi
syarat yang dicantumkan pada spek. Bina Marga 2010 revisi III dengan
nilai maksimal 2% untuk AC-WC.
b) Penggunaan agregat lokal juga berpengaruh pada hasil analisa dari pen-
campurannya.

3. Pengujian Aspal
a) Pada gambar hasil pengujian aspal Pen 60/70 dengan alat marshall
menunjukkan ketidakseimbangan bentuk garis polinomial pada nilai
flow yang hampir mendekati garis lurus dikarenakan karakterisitk aspal
Pen 60/70 yang digunakan pada penelitian ini, tidak memenuhi syarat
spesifikasi standar.
b) Stabilitas aspal Pen 60/70 ini lebih tinggi dibandingkan dengan aspal
elastomer Starbit E55 yang pada bacaan alat menunjukkan angka
tertinggi untuk aspal Pen 60/70 dengan nilai 80. Sedangkan untuk aspal
elastomer Starbit E55 munjukkan angka 73,1.

5-2
5-1
c) Penurunan suhu pada aspal elastomer Starbit E55 lebih cepat
dibandingkan aspal Pen 60/70.
d) Kepadatan (Density) campuran aspal starbit E-55 lebih tinggi
dibandingkan dengan aspal Pen 60/70.
e) Nilai tengah kadar aspal optimum yang dihasilkan dari kedua campuran
aspal adalah 6.1%.

Saran
a) Metode penyaringan agregat halus lebih baik dilakukan dengan cara manual
dengan mengunakan kuas disbanding kan dengan menggunakan mesin pen-
yaring. Apabila metode penyaringan dilakukan menggunakan mesin pen-
yaring agregat, perlu diperiksa kembali debu batu yang masih menempel
yang dapat mengakibatkan porsi berat agregatnya berkurang. Contoh, agre-
gat di saring oleh saringan No. 200, jika tidak dilakukan dengan
menggunakan kuas maka agregat tersebut dapat terbilang menjadi bagian
dari bahan pengisi (Filler).
b) Pengambilan benda uji di quarry lebih baik dilakukan dengan cara
dipisahkan antara agregat kasar (split), agregat medium (screen), dan abu
batu untuk memudahkan pada analisa ayakan.
c) Lakukan pengecekan oli pada alat viskositas terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk menghidari overheat yang dapat mengakibatkan jatuhnya
aspal seperti jatuhnya air.
d) Setiap menggunakan alat, kalibrasikan terlebih dahulu atau periksa ulang
dalam pengkalibrasian alat.
e) Gunakanlah perlengkapan keselamatan kerja untuk menghidari kecelakaan
pada pengujian bahan propertis.
f) Penelitian ini masih dapat diteliti lebih lanjut dengan menggunakan lapisan
pada perkerasan yang berbeda

5-2
5-1
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 2010. Spesifikasi Umum, Revisi III. Bina Marga
Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalu Lintas. 2014. Modul Praktikum 3 Sifat Ba-
han Kontruksi Jalan Agregat, Aspal, dan Campuran. Institut Teknogi Bandung
Laboratorium Uji Bahan. 2017. Laporan Praktikum. Politeknik Negri Bandung
Manurung, Gloria Particia. 2012. Analisis Pengaruh Penambahan BGA (Buton
Granular Ashpalt) dan Polimer SBS Terhadap Sifat Agregat dan Aspal dari
Campuran Aspal Panas. Skirpsi Universitas Indonesia
Perdana, Satria., Subagio, Bambang Sugeng., Rahman., Harmein., Hendarto, Sri.
Kinerja Skid Resistance dan Kedalaman Tekstur dari Campuran Split Mastic
Asphalt (SMA) dengan Memakai Variasi Agregat dan Polimer Styrene-Butadi-
ene-Styrene (SBS). Institut Teknologi Bandun
Sukirman, Silvia. 2012. Beton Aspal Campuran Panas, Edisi Ketiga. Bandung: IT-
ENAS
Sukirman, Silvia. 1997. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: NOVA
HASIL PENGUJIAN PROPERTIES AGREGAT

Hasil Spesifikasi
No. Pengujian Satuan Standar Uji Kasar Halus&Filler Min Maks Ket.
A B C D Kasar Halus Kasar Halus
SNI 03-1968-
1 Analisa ayakan agregat % 19 26 51 4 - - - -
1990
SNI 03-1968-
2 Berat jenis SSD gg/cc 2.66 2.64 2.62 - - - -
1990
SNI 03-1968-
3 Berat jenis oven gg/cc 2.62 2.56 2.54 - - - -
1990
SNI 03-1968-
4 Berat jenis semu gg/cc 2.73 2.77 2.75 - - - -
1990
SNI 03-1968-
5 Penyerapan air % 1.56 2.99 3.00 - - 3% -
1990
SNI 03-2417-
6 Abrasi % 20.33 - - 40% -
1991
SNI 03-4428-
7 Kesetaraan pasir % 83.69 60% - -
1997
SNI 03-4142-
8 Lolos saringan No. 200 % 1.96 1.98 6.69 - - 1% 8%
1996
9 Pipih - Split 5.12 Diambil persen
% ASTM D4791 10%
Pipih - Screen 3.12 terbesar
10 Lonjong - Split 0.88 Diambil persen
% ASTM D4791 10%
Lonjong - Screen 2.48 terbesar

Perhitungan Kebutuhan Bahan


Bahan Uji Marshall
Kebutuhan Kebutuhan
Bahan Proporsi Agregat (%) untuk 1 bahan untuk 38
benda uji benda uji
gr gr
Split 19 120.18 4566.65
Screen 26 334.65 12716.70
Abu batu 51 649.18 24668.65
Filler 4 46.00 1748.00
Jumlah Total 1150.00 43700.00

Bahan Uji PRD


Kebutuhan Kebutuhan
Bahan Proporsi Agregat (%) untuk 1 bahan untuk 8
benda uji benda uji
gr gr
Split 19 261.25 2090.00
Screen 26 727.50 5820.00
Abu batu 51 1411.25 11290.00
Filler 4 100.00 800.00
Jumlah Total 2500.00 20000.00

Pengujian Kadar Aspal Optimum (KAO)


Pb = 0.035 (%CA) + 0.045 (%FA) + 0.18 (%FF) + K
= 5.50 % 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50
CA = Coarse Aggregate (Agregat Kasar) = 87.50
FA = Fine Aggregate (Agregat Halus) = 21.97
FF = Fine Filler (Bahan Pengisi) = 4.00
K= Konstanta (0.5 - 1.0 untuk Laston) = 0.73
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

ANALISA AYAK AGREGAT KASAR

Contoh : SPLIT Dikerjakan :


Asal : PT. SILVA (Giriasih) Diperiksa :
Tanggal uji : Tanggal :

Tertahan Kumulatif ASTM C33


Ukuran
Berat Prosen
12.5-4.75
Ayakan (gram) (%) Tertahan Lolos
(mm) I I (%) (%) Min. Maks.

19.00 0.0 0.00 0.00 100.00 100 100


12.50 0.0 0.00 0.00 100.00 90 100
9.50 2750.0 55.00 55.00 45.00 40 70
4.75 1500.0 30.00 85.00 15.00 0 15
2.36 750.0 15.00 100.00 0.00 0 5
1.18 0.0 0.00 100.00 0.00
0.60 0.0 0.00 100.00 0.00
0.30 0.0 0.00 100.00 0.00
0.15 0.0 0.00 100.00 0.00
0.075 0.0 0.00 100.00 0.00
Pan 0.0 0.00 100.00 0.00
Jumlah 5000.0 100.00 840.00 260.00
FM 7.40

GRADASI AGREGAT KASAR


100
LOLOS KUMULATIF (%)

80

60

40

20

0
0.01 0.10 1.00 10.00 100.00
UKURAN AYAKAN (MM), SKALA LOG.

i Karakteristik Agregat
an Aspal Polimer pada
an Laston Lapis Aus Bayu Nur Awaludin
C) 2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

ANALISA AYAK SCREEN


Contoh : SCREEN Dikerjakan :
Asal : PT. SILVA (Giriasih) Diperiksa :
Tanggal uji : 16/6/2017 Tanggal :

Tertahan Kumulatif ASTM C33


Ukuran
Berat Prosen
9.5 - 2.36
Ayakan (gram) (%) Tertahan Lolos
(mm) I I (%) (%) Min. Maks.

19.00 0.0 0.00 0.00 100.00


12.50 0.0 0.00 0.00 100.00 100 100
9.50 0.0 0.00 0.00 100.00 85 100
4.75 2700.0 90.00 90.00 10.00 10 30
2.36 300.0 10.00 100.00 0.00 0 10
1.18 0.0 0.00 100.00 0.00 0 5
0.60 0.0 0.00 100.00 0.00
0.30 0.0 0.00 100.00 0.00
0.15 0.0 0.00 100.00 0.00
0.075 0.0 0.00 100.00 0.00
Pan 0.0 0.00 100.00
Jumlah 3000.0 100.00 790.00
FM 6.90

GRADASI AGREGAT MEDIUM


100
LOLOS KUMULATIF (%)

80

60

40

20

0
0.01 0.10 1.00 10.00 100.00
UKURAN AYAKAN (MM), SKALA LOG.

i Karakteristik Agregat
an Aspal Polimer pada
an Laston Lapis Aus Bayu Nur Awaludin
C) 2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

ANALISA AYAK AGREGAT HALUS


Contoh : ABU BATU Dikerjakan :
Asal : PT. SILVA (Giriasih) Diperiksa :
Tanggal uji : Tanggal :

Tertahan Kumulatif ASTM C33


Ukuran
Berat Prosen
Ayakan (gram) (%) Tertahan Lolos
(mm) I I (%) (%) Min. Maks.

19.00 0.0 0.00 0.00 100.00


12.50 0.0 0.00 0.00 100.00
9.50 0.0 0.00 0.00 100.00 100 100
4.75 0.0 0.00 0.00 100.00 95 100
2.36 110.0 20.00 20.00 80.00 80 100
1.18 109.5 19.90 39.90 60.10 50 85
0.60 104.0 18.90 58.80 41.20 25 60
0.30 98.5 17.90 76.70 23.30 5 30
0.15 90.8 16.50 93.20 6.80 0 10
0.075 37.4 6.80 100.00 0.00
0.0 0.00 100.00 0.00
Jumlah 550.0 100.00 488.60
FM 3.89

GRADASI AGREGAT HALUS


100

80
LOLOS KUMULATIF (%)

60

40

20

0
0.01 0.10 1.00 10.00 100.00
UKURAN AYAKAN (MM), SKALA LOG.

i Karakteristik Agregat
an Aspal Polimer pada
an Laston Lapis Aus Bayu Nur Awaludin
C) 2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

ANALISA AYAK AGREGAT GABUNGAN

Contoh : ABU BATU Dikerjakan :


Asal : PT. SILVA (Giriasih) Diperiksa :
Tanggal uji : Tanggal :

Lolos Komulatif (%) Lolos komulatif (%) agregat gabungan SPEK. BINAMARGA
Ukuran
ayakan Split Screen Abu batu Filler Split Screen Abu batu Filler JUMLAH GABUNGAN 2010
(mm) A B C D A B C D A+B+C+D
100 100 100 100 19 26 51 4 100 Min. Maks.
37.50
25.00
19.00 100.00 100.00 100.00 100.00 19.00 26.00 51.00 4.00 100.00 100 100
12.50 100.00 100.00 100.00 100.00 19.00 26.00 51.00 4.00 100.00 90 100
9.50 45.00 100.00 100.00 100.00 8.55 26.00 51.00 4.00 89.55 77 90
4.75 15.00 10.00 100.00 100.00 2.85 2.60 51.00 4.00 60.45 53 69
2.36 0.00 0.00 80.00 100.00 0.00 0.00 40.80 4.00 44.80 33 53
1.18 0.00 0.00 60.10 100.00 0.00 0.00 30.65 4.00 34.65 21 40
0.60 0.00 0.00 41.20 100.00 0.00 0.00 21.01 4.00 25.01 14 30
0.30 0.00 0.00 23.30 100.00 0.00 0.00 11.88 4.00 15.88 9 22
0.15 0.00 0.00 6.80 100.00 0.00 0.00 3.47 4.00 7.47 6 15
0.075 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 4.00 4.00 4 9

Jumlah 260.0 310.0 611.40 1000.00 49.40 80.60 311.81 40.00 481.81

GRADASI GABUNGAN AGREGAT


100

80
LOLOS KUMULATIF (%)

60

40

20

0
0.01 0.10 1.00 10.00 100.00

UKURAN AYAKAN (MM), SKALA LOG.

Evaluasi Karakteristik Agregat


Lokal dan Aspal Polimer pada Bayu Nur Awaludin
Campuran Laston Lapis Aus 2411111048
(AC-WC)
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

KEBUTUHAN AGREGAT UNTUK SATU BENDA UJI MARSHALL

Ukuran ayakan Berat tertahan Komulatif (%)


(mm)
Gram % Tertahan Lolos
37.50
25.00
19.00 0.00 0.00 0.00 100.00
12.50 0.00 0.00 0.00 100.00
9.50 120.18 10.45 10.45 89.55
4.75 334.65 29.10 39.55 60.45
2.36 179.98 15.65 55.20 44.80
1.18 116.71 10.15 65.35 34.65
0.60 110.85 9.64 74.99 25.01
0.30 104.98 9.13 84.12 15.88
0.15 96.77 8.42 92.53 7.47
0.075 39.88 3.47 96.00 4.00
Filler 46.00 4.00 100.00
Berat Benda uji 1150 100.00

KEBUTUHAN AGREGAT UNTUK SATU BENDA UJI PRD

Ukuran ayakan Berat tertahan Komulatif (%)


(mm) Gram % Tertahan Lolos
37.50
25.00
19.00 0.00 0.00 0.00 100.00
12.50 0.00 0.00 0.00 100.00
9.50 261.25 10.45 10.45 89.55
4.75 727.50 29.10 39.55 60.45
2.36 391.25 15.65 55.20 44.80
1.18 253.73 10.15 65.35 34.65
0.60 240.98 9.64 74.99 25.01
0.30 228.23 9.13 84.12 15.88
0.15 210.38 8.42 92.53 7.47
0.075 86.70 3.47 96.00 4.00
Filler 100.00 4.00 100.00
Berat Benda uji 2500 100.00

Evaluasi Karakteristik Agregat


Lokal dan Aspal Polimer pada
Campuran Laston Lapis Aus Bayu Nur Awaludin

(AC-WC) 2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

ABRASI AGREGAT MENGGUNAKAN LA MACHINE


(ASTM C.131-1996/SNI 03-2417-1991)
Contoh : Dikerjakan :
Asal : Lab. Uji Bahan UNJANI Diperiksa :
Tanggal uji : Tanggal :

GRADASI Gradasi dan berat benda uji (gr)


B ket
LOLOS/TEMBUS TERTAHAN
I II
37,5 mm (1 1/2 in) 25,0 mm (1 in)
25,0 mm (1 in) 19,0 mm (3/4 in)
19,0 mm (3/4 in) 12,5 mm (1/2 in) 2503.0 2500.0
12,5 mm (1/2 in) 9,5 mm (3/8 in) 2500.0 2500.0
9,5 mm (3/8 in) 6,3 mm (1/4 in)
6,3 mm (1/4 in) 4,75 mm (no.4)
4,75 mm (no.4) 2,36 mm (no.8)
Jumlah putaran 500 500
Jumlah bola 11 11
Jumlah Berat Benda Uji
W1 5003.0 5000.0
(gram)
Berat benda uji tertahan
ayakan no.12, setelah Abrasi W2 3918.0 4051.0
(gram)
W1 - W2
Nilai Abrasi Benda Uji (%) X 100% 21.69 18.98
W1
Keausan rata-rata (%) 20.33

Evaluasi Karakteristik Agregat


Lokal dan Aspal Polimer pada Bayu Nur Awaludin
Campuran Laston Lapis Aus 2411111048
(AC-WC)
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PIPIH DAN LONJONG AGREGAT


ASTM D4791
Lampiran Surat/Laporan : Dikerjakan :
No. Contoh : Diperiksa :
Pekerjaan : Tanggal :
Tanggal uji :

Ukuran PIPIH LONJONG


SPLIT PERSENTASE (%) PERSENTASE (%)
Ayakan SPLIT SPLIT
(mm) I I I I I
12.50 5830 54 0.93 0 0.00
9.50 2440 125 5.12 12 0.49
4.75 2500 53 2.12 22 0.88

Ukuran PIPIH LONJONG


SCREEN PERSENTASE (%) PERSENTASE (%)
Ayakan SCREEN SCREEN
(mm) I I I I I
12.50 2500 78 3.12 38 1.52
9.50 2500 23 0.92 29 1.16
4.75 1250 32 2.56 31 2.48

Evaluasi Karakteristik Agregat


Lokal dan Aspal Polimer pada
Campuran Laston Lapis Aus Bayu Nur Awaludin
(AC-WC) 2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

KADAR BUTIR LOLOS AYAKAN NO.200 UNTUK AGREGAT KASAR


( ASTM C.117-95/AASHTO T.11-1996/SNI-03-4142-1996)

Lampiran Surat/Laporan No : Dikerjakan :


No. Contoh : Diperiksa :
Pekerjaan : Tanggal :
Tanggal uji :

SPLIT
Nomor Contoh I II III
Berat benda uji kering oven
A 2500.00 2500.00
sebelum dicuci (gram)
Berat benda uji kering oven
B 2436.00 2466.00
setelah dicuci (gram)
Kadar butir lolos ayakan No.200 A-B 2.56 1.36
X 100%
(%) A 1.96

SCREEN
Nomor Contoh I II III
Berat benda uji kering oven
A 2500.00 2500.00
sebelum dicuci (gram)
Berat benda uji kering oven
B 2449.00 2452.00
setelah dicuci (gram)
Kadar butir lolos ayakan No.200 A-B 2.04 1.92
X 100%
(%) A 1.98

ABU BATU
Nomor Contoh I II III
Berat benda uji kering oven
A 1000.00 1004.00
sebelum dicuci (gram)
Berat benda uji kering oven
B 929.00 941.00
setelah dicuci (gram)
Kadar butir lolos ayakan No.200 A-B 7.10 6.27
X 100%
(%) A 6.69

luasi Karakteristik Agregat


al dan Aspal Polimer pada
mpuran Laston Lapis Aus Bayu Nur Awaludin
-WC) 2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT


(SNI 03-1970-1990; SNI 03-1969-1990/ ASTM C.1128-93; ASTM C.127-93)
Contoh : Dikerjakan :
Asal : Diperiksa :
Tanggal Uj : Tanggal :

ABU BATU
Nomor Contoh I II
Berat Benda Uji SSD (gram) A 300 300
Berat Gelas + Tutup + Air B 1101.5 1101.5
Berat Gelas + Tutup + Air + Benda Uji (gram) C 1286.3 1287.6
Berat Benda Uji Kering Oven (gram) D 291.1 291.4
A 2.60 2.63
Berat Jenis Bulk (SSD)
A+B-C 2.62
D 2.53 2.56
Berat Jenis Bulk (Kering Oven)
A+B-C 2.54
D 2.74 2.77
Berat Jenis Apparent
D+B-C 2.75
A-D D 3.06 2.95
Penyerapan Air (%) X 100%
3.00

SCREEN
Nomor Contoh I II
Berat Benda Uji SSD (gram) W1 2500 2500
Berat Benda Uji SSD di dalam air (gram) W2 1533 1570
Berat Benda Uji Kering Oven (gram) W3 2428 2427
W1 2.59 2.69
Berat Jenis Bulk (SSD)
W1-W2 2.64
W3 2.51 2.61
Berat Jenis Bulk (Kering Oven)
W1-W2 2.56
W3 2.71 2.83
Berat Jenis Apparent
W3-W2 2.77
W1-W3 2.97 3.01
Penyerapan Air (%) X 100%
W3 2.99

SPLIT
Nomor Contoh I II
Berat Benda Uji SSD (gram) W1 2500 2500
Berat Benda Uji SSD di dalam air (gram) W2 1543 1578
Berat Benda Uji Kering Oven (gram) W3 2467 2456
W1 2.612 2.71
Berat Jenis Bulk (SSD)
W1-W2 2.66
W3 2.58 2.66
Berat Jenis Bulk (Kering Oven)
W1-W2 2.62
W3 2.67 2.80
Berat Jenis Apparent
W3-W2 2.73
W1-W3 1.34 1.79
Penyerapan Air (%) X 100%
W3 1.56

Evaluasi Karakteristik Agregat


Lokal dan Aspal Polimer pada Bayu Nur Awaludin
Campuran Laston Lapis Aus 2411111048
(AC-WC)
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

Contoh : Dikerjakan :
Asal : Diperiksa :
Tanggal Uj : Tanggal :
SPLIT
NO KELEKATAN AGRAGAT TERHADAP ASPAL
Contoh Mulai jam : 15.25 Luas
dipanaskan Selesai jam : 15.35 permukaan
Suhu oven ( 0C) 110 0 C
Didiamkan pada Mulai jam : 15.37 Agregat lolos
suhu ruang 25 0 C Selesai jam : 15.57 9,5 mm
I Direndam pada
Batuan agregat kasar (split) 100%
Mulai jam : 15.58 tertahan 6,3
0
suhu 25 C Selesai jam : 09.05 0 0 mm yang
Suhu Water Bath ( C) 25 C
Pemeriksaan Mulai jam : 09.15 masih
kelekatan agregat Selesai jam : 09.10 terselimuti
SPLIT
Contoh Mulai jam : 15.37 Luas
dipanaskan Selesai jam : 15.43 permukaan
Suhu oven ( 0C) 110 0 C
Didiamkan pada Mulai jam : 15.45 Agregat lolos
0
suhu ruang 25 C Selesai jam : 16.20 9,5 mm
II Direndam pada
Batuan agregat kasar (split) 100%
Mulai jam : 16.26 tertahan 6,3
0
suhu 25 C Selesai jam : 09.25 mm yang
Suhu Water Bath (0 C) 25 0 C
Pemeriksaan Mulai jam : 09.27 masih
kelekatan agregat Selesai jam : 09.30 terselimuti
Rata-rata (%) Rata-rata batuan secara keseluruhan 100%

SCREEN
NO KELEKATAN AGRAGAT TERHADAP ASPAL
Contoh Mulai jam : 15.40 Luas
dipanaskan Selesai jam : 15.45 permukaan
Suhu oven ( 0C) 110 0 C
Didiamkan pada Mulai jam : 15.47 Agregat lolos
0
suhu ruang 25 C Selesai jam : 16.28 9,5 mm
I Direndam pada
Batuan agregat sedang (screen) 100%
Mulai jam : 16.30 tertahan 6,3
0
suhu 25 C Selesai jam : 09.45 mm yang
Suhu Water Bath (0 C) 25 0 C
Pemeriksaan Mulai jam : 09.47 masih
kelekatan agregat Selesai jam : 09.50 terselimuti
SCREEN
Contoh Mulai jam : 15.43 Luas
dipanaskan Selesai jam : 15.48 permukaan
Suhu oven ( 0C) 110 0 C
Didiamkan pada Mulai jam : 15.50 Agregat lolos
0
suhu ruang 25 C Selesai jam : 16.36 9,5 mm
II Direndam pada
Batuan agregat sedang (screen) 100%
Mulai jam : 16.38 tertahan 6,3
0
suhu 25 C Selesai jam : 09.55 0 0 mm yang
Suhu Water Bath ( C) 25 C
Pemeriksaan Mulai jam : 09.56 masih
kelekatan agregat Selesai jam : 10.00 terselimuti
Rata-rata (%) Rata-rata batuan secara keseluruhan 100%

Karakteristik Agregat
Aspal Polimer pada
n Laston Lapis Aus Bayu Nur Awalduin
2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PENGUJIAN AGREGAT HALUS ATAU PASIR


YANG MENGANDUNG BAHAN PLASTIS DENGAN CARA SETARA PASIR (SAND EQUIVALENT )
( ASTM D. 1664-2001/SNI 03-4428-1997)

Lampiran No : Dikerjakan :
No Contoh : Diperiksa :
Pekerjaan : Sand equivalent Tanggal :
Tanggal Uji :

Nomor Contoh I II ket.


Tera tinggi petunjuk beban
1 ke dalam gelas ukur (gelas dalam a 10.3 10.3
keadaan kering )
Baca skala lumpur (pembacaan
2 skala permukaan lumpur lihat pada b 2.8 3.05
skala gelas ukur)
Masukan beban, baca skala beban
3 c 12.6 12.9
pada tangkai penunjuk
4 Baca skala pasir c-a 2.3 2.6
5 Nilai setara pasir (c-a/b)x100% 82.1 85.2
6 Rata-rata Nilai Setara Pasir (%) 83.7
7 Keterangan Memenuhi Syarat

si Karakteristik Agregat
an Aspal Polimer pada
ran Laston Lapis Aus Bayu Nur Awaludin
C) 2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

Contoh : Dikerjakan :
Asal : Diperiksa :
Tanggal Uji : Tanggal :
BENDA UJI I II III
V SILINDER 100 100 100
BERAT MOL 235.68 235.68 235.68
BERAT MOL + AGREGAT HALUS 376.9 376.7 374.9

BERAT BERSIH AGREGAT HALUS 141.22 141.02 139.22

BJ BULK AGREGAT HALUS 2.56 2.56 2.56


RONGGA AGREGAT HALUS TIDAK
44.84 44.91 45.62
DIPADATKAN

Evaluasi Karakteristik Agregat


Lokal dan Aspal Polimer pada
Campuran Laston Lapis Aus Bayu Nur Awaludin

(AC-WC) 2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

KEKEKALAN TERHADAP AGREGAT

Contoh : Dikerjakan :
Asal : Diperiksa :
Tanggal Uji : Tanggal :

Tanggal Uji Tanggal Uji


Jenis Agregat Ukuran Agregat %
Berat awal Tertahan Lolos
672 586 86 12.80
19 - 12.5
670 562 108 16.12
Split
333 282 51 15.32
12.5 - 9.5
335 290 45 13.43
331 278 53 16.01
12.5 - 9.5
330 275 55 16.67
Screen
300 255 45 15.00
9.5 - 4.75
300 258 42 14.00

Evaluasi Karakteristik Agregat


Lokal dan Aspal Polimer pada
Campuran Laston Lapis Aus Bayu Nur Awaludin
(AC-WC) 2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743
BUTIR PECAH TERHADAP AGREGAT

Contoh : Dikerjakan
Asal : Diperiksa
Tanggal Uji : Tanggal
split

persen
gradasi benda uji berat masing masing fraksi berat fraksi masing masing kehilangan persen gumpalan
gumpalan
ukuran saringan dalam persen sebelum pengujian sesudah pengujian berat lempung koreksi
no lempung

A B C D E F
lolos tertahan
1 19.00
2 19.00 12.50 54.98 5000 4921 79 1.58 0.87
3 12.50 9.50 26.30 2392 2214 178 7.44 1.96
4 9.50 4.750 18.72 1703 1659 44 2.58 0.48
9095

Evaluasi Karakteristik Agregat


Lokal dan Aspal Polimer pada
Campuran Laston Lapis Aus Bayu Nur Awaludin

(AC-WC) 2411111048
LAMPIRAN B
HASIL UJI ASPAL PEN 60/70
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PENETRASI BAHAN ASPAL/BITUMEN


( SNI 06-2456-1991)

Contoh : Dikerjakan :
Asal : Pertamina/Jl. Kerkof Dihitung :
Tanggal Uji : 13 Juli 2017 Tanggal : 13 Juli 2017

Mulai Jam :
Contoh dipanaskan Suhu Oven ( 0C)
Selesai Jam :
Mulai Jam :
Didiamkan pada suhu ruang Suhu Oven (0C)
Selesai Jam :
Mulai Jam :
Direndam pada suhu 25 0C Suhu Water Bath ( 0C)
Selesai Jam :
Mulai Jam :
0
Pemeriksaan Penetrasi Suhu ruang terkondisi ( C)
Selesai Jam :

o
Pembacaan Dial, Benda Uji: Nilai penetrasi (1/10 mm), T=25 C, Beban=100gr,
Pembacaan waktu=5detik
ke I II III Pembacaan Dial Akhir-Awal, Benda Uji:
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir I II III Rata-rata

1 59 57 59 58

2 56 58 71 62

3 59 62 61 61

4 60 59 60 60

5 59 61 61 60

59 59 62 60
Rata-rata
60.13

Evaluasi Karakteristik Agregat


Lokal dan Aspal Polimer pada
Campuran Laston Lapis Aus Bayu Nur Awaludin
(AC-WC) 2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL/BITUMEN


(SNI 06-2434-1991)

Contoh : Dikerjak :
Asal : Pertamina/Jl. Kerkof Dihitung :
Tanggal Uji : 13 Juli 2017 Tanggal : 13 Juli 2017

Mulai Jam : 0
Contoh dipanaskan Suhu Oven ( C)
Selesai Jam :
Mulai Jam : 0
Didiamkan pada suhu ruang Suhu Oven ( C)
Selesai Jam :
0
Mulai Jam :
Direndam pada suhu 25 C
Selesai Jam : 0
Suhu Lemari Es ( C)
Mulai Jam :
Pemeriksaan Titik Lembek
Selesai Jam :

NOMOR CONTOH I, II, III


SUHU YG DIAMATI
(0C) WAKTU (DETIK) SUHU TITIK LEMBEK 0C
NO. KET.

I II III
I II III I II III
KIRI KANAN KIRI KANAN KIRI KANAN
1 5 5 0 0
2 10 10 181 150
3 15 15 239 210
4 20 20 304 240
5 25 25 369 299
6 30 30 434 279
7 35 35 507 370
8 40 40 555 430
9 45 45 604 490
10 50 50 663 550 52.00 51.00 50.00 50.50
11 55 55
12 60 60
13

RATA-RATA TITIK LEMBEK (0C) 51.5 50.3


50.88

Catatan:
Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja menyentuk plat dasar yang berada 1 Iinci di bawah
cincin( 0 C)

Evaluasi Karakteristik Agregat


Lokal dan Aspal Polimer pada
Campuran Laston Lapis Aus Bayu Nur Awaludin
(AC-WC) 2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PENGUJIAN DAKTILITAS BAHAN ASPAL


(SNI 2432: 2011)

Contoh : Dikerjakan :
Asal : Pertamina/Jl. Kerkof Dihitung :
Tanggal Uji : Tanggal :

Mulai Jam :
Contoh dipanaskan Suhu Pemanasan(0C)
Selesai Jam :
Mulai Jam :
Didiamkan pada suhu ruang Suhu Ruang (0C)
Selesai Jam :
Mulai Jam :
Direndam pada suhu 250C Suhu Water Bath (0C)
Selesai Jam :
Mulai Jam :
Pemeriksaan Daktilitas Suhu Alat (0C)
Selesai Jam :

Nomor Contoh I II III

Panjang sampai putus


Cm 102.60 101.20
pada pengamatan ke 1

Panjang sampai putus


Cm
pada pengamatan ke 2

Rata-rata Panjang sampai putus Cm 101.90

Catatan:
0
Daktilitas merupakan panjang rata-rata sampai putus dalam cm,pada suhu 25 C, dengan kecepatan penarikan 5 cm per
menit

Evaluasi Karakteristik Agregat


Lokal dan Aspal Polimer pada
Bayu Nur Awaludin
Campuran Laston Lapis Aus
(AC-WC) 2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PENGUJIAN TITIK NYALA ASPAL/BITUMEN


(SNI-2433-1991/SNI 2433:2011)

Contoh : Dikerjakan :
Asal : Pertamina/Jl. Kerkof Dihitung :
Tanggal Uji : Tanggal :

Mulai Jam :
Contoh dipanaskan Suhu Oven (0C)
Selesai Jam :
Penuangan Jam : Suhu Penuangan (0C)
Suhu Titik Nyala Perkiraan
Pemeriksaan Mulai Jam : 275
(0C)
Sampai 56 C 0
Jam : C/Menit
di bawah28 C
Sampai 0
Jam : C/Menit
di bawah
Pemeriksaan Jam :
Selesai

Suhu di bawah NOMOR CONTOH


0
NO. titik nyala Pembacaan Waktu (Detik) Pembacaan Suhu ( C)
0
perkiraan C I II III I II III
1 56 219 540 217
2 51 224 600 221
3 46 229 660 226
4 41 234 720 230
5 36 239 780 236
6 31 244 840 241
7 26 249 900 246
8 21 254 960 251
9 16 259 1020 255
10 6 269 1080 264
11 1 274 1090 267
12
13
14

0 264
RATA-RATA TITIK NYALA ( C)
267

Catatan:
1 Titik nyala adalah suhu pada saat saat terlihat nyala singkat pada suatu
titik di atas permukaan aspal ( 0 C)

2 Titik bakar adalah suhu pada saat saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5
detik pada suatu titik di atas permukaan aspal ( 0 C)

Evaluasi Karakteristik Agregat


Lokal dan Aspal Polimer pada
Campuran Laston Lapis Aus Bayu Nur Awalduin
(AC-WC) 2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

BERAT JENIS ASPAL/BITUMEN KERAS DAN TER


(SNI 06-2441-1991)

Contoh : Dikerjakan :
Asal : Pertamina/Jl. Kerkof Dihitung :
Tanggal Uji : Tanggal :

Mulai Jam:
Contoh dipanaskan
Selesai Jam: 0
Suhu Oven ( C)
Mulai Jam:
Didiamkan pada suhu ruang
Selesai Jam:
0 Mulai Jam:
Direndam pada suhu 25 C
Selesai Jam: 0 0
Suhu Water Bath ( C) 25 C
Mulai Jam:
Pemeriksaan Berat jenis
Selesai Jam:

Nomor Contoh I II III

Berat Piknometer + Tutup (gram) A 18.98 32.39 32.18

Berat Piknometer + Tutup + Air (gram) B 68.93 81.77 81.30

Berat Piknometer + Tutup + Aspal (gram) C 45.02 59.35 58.02

Berat Piknometer + Tutup + Aspal + Air


D 69.85 82.74 82.24
(gram)
(C-A) 1.04 1.04 1.04
Berat Jenis (gram/ml)
(B-A)-(D-C) 1.037

Evaluasi Karakteristik Agregat


Lokal dan Aspal Polimer pada
Campuran Laston Lapis Aus Bayu Nur Awaludin
(AC-WC) 2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

KELEKATAN ASPAL PADA BATUAN TERTENTU


(SNI 2439: 2011)

Contoh : Dikerjakan :
Asal : Pertamina/Jl. Kerkof Dihitung :
Tanggal Uji : Tanggal :

Mulai Jam:
Contoh dipanaskan
Selesai Jam: 0
Suhu Oven ( C) 130
Mulai Jam:
Didiamkan pada suhu ruang
Selesai Jam:
0 Mulai Jam:
Direndam pada suhu 25 C
Selesai Jam: 0
Suhu Water Bath ( C) 25
Mulai Jam:
Pemeriksaan Kelekatan Aspal pd Batuan
Selesai Jam:

Nomor Contoh I II III

Luas Permukaan Batuan yang masih terselimuti aspal


95.00 95.00 95.00
0
setelah perendaman 3 jam, pada suhu 40 C (%)

Rata-rata (%) 95.00

uasi Karakteristik Agregat


al dan Aspal Polimer pada
puran Laston Lapis Aus Bayu Nur Awaludin
-WC) 2411111048
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PENGUJIAN VISKOSITAS ASPAL KERAS


(SNI 06-6721-2002/AASHTO T.72-90)

Contoh : Dikerjakan Tanggal :


Asal : Pertamina/Jl. Kerkof Dihitung Tanggal :
Tanggal Uji : Selesai Tanggal :

Mulai Jam :
Persiapan alat
Selesai Jam : 0
Suhu oli ( C)
Mulai Jam :
Pemanasan sampai bisa dituang
Selesai Jam :
0
Pemeriksaan viskosutas ke: Suhu ( C) cSt
Mulai Jam : 108 648
I
Selesai Jam :
Mulai Jam 128 401
II
Selesai Jam
Mulai Jam : 146 245
III
Selesai Jam :
Mulai Jam : 175 96
IV
Selesai Jam :

UJI VISKOSITAS

640

540
y = 15040e-0.029x
CENTISTOKE

440 R² = 0.9949
340

240

140

40
100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190
SUHU (0C)

o o
Viskositas Suhu Pencampuran ( C) Suhu Pemadatan ( C)

75 detik 123.28
85 detik 178.48
95 detik 174.64 144.28
125 detik 158.80 165.18
140 detik 161.27
155 detik 106.40

Viskositas Kinematis
305 cSt
Suhu 135 0C

Evaluasi Karakteristik Agregat


Lokal dan Aspal Polimer pada
Campuran Laston Lapis Aus Bayu Nur Awaludin
(AC-WC) 2411111048
LAMPIRAN C
HASIL UJI ASPAL ELASTOMER
STABIT E-55
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

RESUME PENGUJIAN ASPAL


Spesifikasi Teknis Bina Marga Tahun 2010 Revisi III

Metoda Tipe Aspal Pen 60/70 Elastomer


No Jenis Pengujian
Pengujian
Min. Maks. Pengujian Min. Maks. Pengujian

0
SNI 06-2453-
1 Penetrasi 25 C (0.1 mm) 60 60 60 70 44
1991
SNI 06-6441-
2 Viskositas Kinematis (cSt) ≥ 300 305 ≤ 3000 821
2000
0
3 Titik Lembek ( C) SNI 2434:2011 ≥ 48 50.88 ≥ 54 54.20
0
4 Daktilitas 25 C (cm) SNI 2432:2011 ≥ 100 101.90 ≥ 100 130.60
0
5 Titik Nyala ( C) SNI 2433:2011 ≥ 232 275 ≥ 232 360
6 Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1.0 1.037 ≥ 1.0 1.032
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PENETRASI BAHAN ASPAL/BITUMEN


( SNI 06-2456-1991)

Contoh : Elastomer Starbit E55 Dikerjakan : Bayu N Awaludin


Asal : PT. Bintang Djaja (Cilacap) Dihitung : Bayu N Awaludin
Tanggal Uji : 12 Agustus 2017 Tanggal : 12 Agustus 2017

Mulai Jam : 0
Contoh dipanaskan Suhu Oven ( C)
Selesai Jam :
Mulai Jam :
Didiamkan pada suhu ruang Suhu Oven (0C)
Selesai Jam :
Mulai Jam :
Direndam pada suhu 25 0C Suhu Water Bath ( 0C)
Selesai Jam :
Mulai Jam :
0
Pemeriksaan Penetrasi Suhu ruang terkondisi ( C)
Selesai Jam :

o
Pembacaan Dial, Benda Uji: Nilai penetrasi (1/10 mm), T=25 C,
Pembacaan Beban=100gr, waktu=5detik
ke I II III Pembacaan Dial Akhir-Awal, Benda Uji:
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir I II Rata-Rata

1 0 71 0 70 39 41 40.00

2 0 69 0 70 33 38 35.50

3 0 73 0 72 52 36 44.00

4 0 72 0 71 58 42 50.00

5 0 71 0 71 51 53 52.00

47 42 44.3
Rata-rata
44.3
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

BERAT JENIS ASPAL/BITUMEN KERAS DAN TER


(SNI 06-2441-1991)

Contoh : Elastomer Starbit E55 Dikerjakan : Bayu N Awaludin


Asal : PT. Bintang Djaja (Cilacap) Dihitung : Bayu N Awaludin
Tanggal Uji : 13 Agustus 2017 Tanggal : 13 Agustus 2017

Mulai Jam:
Contoh dipanaskan
Selesai Jam: 0
Suhu Oven ( C)
Mulai Jam:
Didiamkan pada suhu ruang
Selesai Jam:
0 Mulai Jam:
Direndam pada suhu 25 C
Selesai Jam: 0 0
Suhu Water Bath ( C) 25 C
Mulai Jam:
Pemeriksaan Berat jenis
Selesai Jam:

Nomor Contoh I II III

Berat Piknometer + Tutup (gram) A 48.87 48.91 48.90

Berat Piknometer + Tutup + Air (gram) B 147.68 147.68 147.69

Berat Piknometer + Tutup + Aspal (gram) C 99.88 99.86 99.87

Berat Piknometer + Tutup + Aspal + Air


D 149.28 149.31 149.22
(gram)
(C-A) 1.03 1.03 1.03
Berat Jenis (gram/ml)
(B-A)-(D-C) 1.032
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PENGUJIAN DAKTILITAS BAHAN ASPAL


(SNI 2432: 2011)

Contoh : Elastomer Starbit E55 Dikerjakan : Bayu N Awaludin


Asal : PT. Bintang Djaja (Cilacap) Dihitung : Bayu N Awaludin
Tanggal Uji : 13 Agustus 2017 Tanggal : 13 Agustus 2017

Mulai Jam : 15.32


Contoh dipanaskan Suhu Pemanasan(0C) 121
Selesai Jam : 16.06
Mulai Jam :
Didiamkan pada suhu ruang Suhu Ruang (0C)
Selesai Jam :
Mulai Jam : 16.08
Direndam pada suhu 250C Suhu Water Bath (0C) 25
Selesai Jam : 19.12
Mulai Jam :
Pemeriksaan Daktilitas Suhu Alat (0C)
Selesai Jam :

Nomor Contoh I II III

Panjang sampai putus


Cm 132.32 128.88
pada pengamatan ke 1

130.60

Catatan:
0
Daktilitas merupakan panjang rata-rata sampai putus dalam cm,pada suhu 25 C, dengan kecepatan penarikan 5 cm per
menit
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL/BITUMEN


(SNI 06-2434-1991)

Contoh : Elastomer Starbit E55 Dikerjak : Bayu N Awaludin


Asal : PT. Bintang Djaja (Cilacap) Dihitung : Bayu N Awaludin
Tanggal Uji : 18 Agustus 2017 Tanggal : 18 Agustus 2017

Mulai Jam : 0
Contoh dipanaskan Suhu Oven ( C)
Selesai Jam :
Mulai Jam : 0
Didiamkan pada suhu ruang Suhu Oven ( C)
Selesai Jam :
0
Mulai Jam :
Direndam pada suhu 25 C
Selesai Jam : 0
Suhu Lemari Es ( C)
Mulai Jam :
Pemeriksaan Titik Lembek
Selesai Jam :

NOMOR CONTOH I, II, III


SUHU YG DIAMATI
(0C) WAKTU (DETIK) SUHU TITIK LEMBEK 0C
NO. KET.

I II III
I II III I II III
KIRI KANAN KIRI KANAN KIRI KANAN
1 5 5 0 0
2 10 10 181 150
3 15 15 239 210
4 20 20 304 240
5 25 25 369 299
6 30 30 434 279
7 35 35 507 370
8 40 40 555 430
9 45 45 604 490
10 50 50 663 550
11 55 55 736 618 53.8 53.7 54.4 54.9
12 60 60
13

RATA-RATA TITIK LEMBEK (0C) 53.8 54.7


54.2

Catatan:
Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja menyentuk plat dasar yang berada 1 Iinci di bawah
0
A =(log 800 - log Pen)/(TL - 25 C)
= 0.043
PI =(20-500A)/(1+50A)
= -0.48 Memenuhi Syarat Penetrasi
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PENGUJIAN TITIK NYALA ASPAL/BITUMEN


(SNI-2433-1991/SNI 2433:2011)

Contoh : Elastomer Starbit E55 Dikerjakan : Bayu N Awaludin


Asal : PT. Bintang Djaja (Cilacap) Dihitung : Bayu N Awaludin
Tanggal Uji : 17 Agustus 2017 Tanggal : 17 Agustus 2017

Mulai Jam :
Contoh dipanaskan Suhu Oven (0C) 120
Selesai Jam :
Penuangan Jam : Suhu Penuangan (0C)
Suhu Titik Nyala Perkiraan
Pemeriksaan Mulai Jam : 360
(0C)
Sampai 56 C 0
Jam : C/Menit
di bawah28 C
Sampai 0
Jam : C/Menit
di bawah
Pemeriksaan Jam :
Selesai

Suhu di bawah NOMOR CONTOH


0
NO. titik nyala Pembacaan Waktu (Detik) Pembacaan Suhu ( C)
0
perkiraan C I II III I II III
1 56 304 0 308
2 51 309 3'34" 310
3 46 314 4'31" 315
4 41 319 7'02" 323
5 36 324 8'42" 325
6 31 329 11'21" 331
7 26 334 13'15" 337
8 21 339 15'09" 344
9 16 344 15'50" 349
10 6 354
11 1 360
12
13
14
0
RATA-RATA TITIK NYALA ( C) 344
0
RATA-RATA TITIK BAKAR ( C) 349

Catatan:
1 Titik nyala adalah Letupan / Percikan Api Pertama pada Aspal yang
Dipanaskan pada Suhu Tertentu

2 Titik bakar adalah Letupan / Percikan Api Sekurang-kurang nya adalah Lima
Kali Letupan / Percikan Api Setelah Terjadinya Titik Nyala
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

KELEKATAN ASPAL PADA BATUAN TERTENTU


(SNI 2439: 2011)

Contoh : Elastomer Starbit E55 Dikerjakan : Bayu N Awaludin


Asal : PT. Bintang Djaja (Cilacap) Dihitung : Bayu N Awaludin
Tanggal Uji : 2 September 2017 Tanggal : 2 September 201 7

Mulai Jam:
Contoh dipanaskan
Selesai Jam: 0
Suhu Oven ( C) 130
Mulai Jam:
Didiamkan pada suhu ruang
Selesai Jam:
0 Mulai Jam:
Direndam pada suhu 25 C
Selesai Jam: 0
Suhu Water Bath ( C) 25
Mulai Jam:
Pemeriksaan Kelekatan Aspal pd Batuan
Selesai Jam:

Nomor Contoh I II III

Luas Permukaan Batuan yang masih terselimuti aspal


100.00 100.00 100.00
0
setelah perendaman 3 jam, pada suhu 40 C (%)

Rata-rata (%)
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PENGUJIAN VISKOSITAS ASPAL KERAS


(SNI 06-6721-2002/AASHTO T.72-90)

Contoh : Elastomer Starbit E55 Dikerjakan Tanggal : Bayu N Awaludin


Asal : PT. Bintang Djaja (Cilacap) Dihitung Tanggal : Bayu N Awaludin
Tanggal Uji : 13 Agustus 2017 Selesai Tanggal : 13 Agustus 2017

Mulai Jam :
Persiapan alat
Selesai Jam : 0
Suhu oli ( C) 112.00
Mulai Jam :16.24
Pemanasan sampai bisa dituang
Selesai Jam : 18.37
0
Pemeriksaan viskosutas ke: Suhu ( C) c (Cst)

Mulai Jam :
I 122 1019
Selesai Jam :
Mulai Jam :
II 143 496
Selesai Jam :
Mulai Jam :
III 154 295
Selesai Jam :
Mulai Jam :
IV 170 143
Selesai Jam :

UJI VISKOSITAS
1070
970
870 y = 159141e-0.041x
770
R² = 0.9937
WAKTU (DETIK)

670
570
470
370
270
170
70
115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180
SUHU (0C)

Viskositas Suhu Pencampuran (oC) Suhu Pemadatan (oC)

75 detik 183.39
85 detik 186.44
95 detik 183.39 171.31
125 detik 184.41 171.22
140 detik 173.98
155 detik 168.74

Viskositas Kinematis
821 cSt
Suhu 1350C
LAMPIRAN D HASIL
UJI MARSHALL ASPAL
PEN 60/70
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

ANGKA KOREKSI BENDA UJI MARSHALL


ANGKA KOREKSI STABILITAS
Volume Banda Uji (cm 3) Tebal Angka
2
Min. Maks. Rata mm Koreksi
200 213 206.5 25.4 5.56
214 225 219.5 27.0 5.00
226 237 231.5 28.6 4.55
238 250 244.0 30.2 4.17
251 264 257.5 31.8 3.85
265 276 270.5 33.3 3.57
277 289 283.0 34.9 3.33
290 301 295.5 35.5 3.03
302 316 309.0 38.1 2.78
317 328 322.5 39.7 2.50
329 340 334.5 41.3 2.27
341 353 347.0 42.9 2.08
354 367 360.5 44.4 1.92
368 379 373.5 46.0 1.79
380 392 386.0 47.6 1.67
393 405 399.0 49.2 1.56
406 420 413.0 50.8 1.47
421 431 426.0 52.4 1.39
432 443 437.5 54.0 1.32
444 456 450.0 55.6 1.25
457 470 463.5 57.2 1.19
471 482 476.5 58.7 1.14
483 495 489.0 60.3 1.09
496 508 502.0 61.9 1.04
509 522 515.5 63.5 1.00
523 535 529.0 65.1 0.96
536 546 541.0 66.7 0.93
547 559 553.0 68.3 0.89
560 573 566.5 69.9 0.86
574 585 579.5 71.4 0.83
586 598 592.0 73.0 0.81
599 610 604.5 74.6 0.78
611 625 618.0 76.2 0.76
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

ANGKA KOREKSI BENDA UJI MARSHALL

1. Nomor Job. : 5. Di uji tanggal :


2. Dikerjakan Kelas : 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991
Kelompok : 7. Hasil pengujian :
3. Jenis Sampel : Aspal Pen 60/70
4. Pekerjaan :

ANGKA KOREKSI STABILITAS ANGKA KOREKSI STABILITAS


BENDA UJI MARSHALL BENDA UJI DIRENDAM 30 MENIT
Kadar Aspal Diameter Volume Angka Kadar Aspal Diameter Volume
Tebal (mm) 3 Tebal (mm) Angka Koreksi
(%) (mm) (Cm ) Koreksi (%) (mm) 3
(Cm )
4.5 67.50 102.50 557.21 0.89 6.00 60.35 101.30 486.59 1.09
4.5 67.04 102.00 548.02 0.89 6.00 60.30 101.70 490.03 1.09
4.5 71.00 101.64 576.30 0.83 6.00 60.40 101.50 488.92 1.09

5.0 71.00 102.00 580.39 0.83


5.0 68.44 101.74 556.62 0.89
5.0 68.40 101.60 554.76 0.89

5.5 61.67 102.00 504.13 1.04


5.5 66.80 101.70 542.85 0.93
5.5 68.50 101.38 553.17 0.89

ANGKA KOREKSI STABILITAS


6.0 72.10 102.38 593.79 0.81 BENDA UJI DIRENDAM 24 JAM
Kadar Aspal Diameter Volume
Tebal (mm) 3 Angka Koreksi
6.0 67.91 101.24 546.89 0.93 (%) (mm) (Cm )
6.0 67.80 101.96 553.80 0.89 6.00 60.35 101.30 486.59 1.09
6.00 60.30 101.70 490.03 1.09
6.00 60.40 101.50 488.92 1.09
6.5 66.20 101.50 535.86 0.96
6.5 64.80 101.40 523.50 0.96
6.5 72.44 104.60 622.74 0.78
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PENGUJIAN BERAT JENIS MAKSIMUM CAMPURAN BERASPAL

1. Nomor Job. :1 5. Di uji tanggal :


2. Dikerjakan Kelas : 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991
Kelompok : 7. Hasil pengujian :
3. Jenis Sampel : Aspal Pen 60/70
4. Pekerjaan : Design Mix Formula AC-BC, Spesifikasi Umum 2010.R3, Div.6.3

HASIL PENGUJIAN, KADAR ASPAL (%):


URAIAN
4.5 5.0 5.5
Berat benda uji (gr) A 300.0 300.0 300.1 300.1 300.0 300.1
Berat piknometer + tutup + air (gr) B 1100.5 1099.4 1100.0 1099.8 1100.2 1099.9
Berat piknometer+tutup+air+benda uji (gr) C 1281.7 1280.9 1280.1 1279.5 1279.5 1279.3
Volume benda uji D=(A + B) - C 118.8 118.5 120 120.4 120.7 120.7
Gmm A/D 2.525 2.532 2.501 2.493 2.486 2.486
2.528 2.497 2.486
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PENGUJIAN BERAT JENIS MAKSIMUM CAMPURAN BERASPAL

1. Nomor Job. :2 5. Di uji tanggal :


2. Dikerjakan Kelas : 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991
Kelompok : 7. Hasil pengujian :
3. Jenis Sampel :
4. Pekerjaan : Design Mix Formula AC-BC, Spesifikasi Umum 2010.R3, Div.6.3

HASIL PENGUJIAN, KADAR ASPAL (%):


URAIAN
6.0 6.5
Berat benda uji (gr) A 300.0 300.0 300.1 300.0
Berat piknometer + tutup + air (gr) B 1100.2 1100.0 1100.3 1100.1
Berat piknometer+tutup+air+benda uji (gr) C 1277.8 1271.7 1275.6 1276.8
Volume benda uji D=(A + B) - C 122.4 128.3 124.8 123.3
Gmm A/D 2.451 2.338 2.405 2.433
2.395 2.419
1. Nomor Job. : MARSHAL 2X75 5. Di uji tanggal :
2. Dikerjakan Kelas : 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991
Kelompok : 7. Hasil pengujian :
3. Jenis Sampel : Aspal Pen 60/70
4. Pekerjaan : Kalibrasi Proving ring (v) = 26.69

Kadar Aspal Berat Benda Uji Stabilitas


Berat Jenis Rongga Rongga Rongga
Marshall
Kode Isi Benda Kepadatan Campuran Dalam Terhadap Terisi Absorpsi
Konversi Pelelehan Quotient Kadar Aspal Effektif
Briket thd Berat BJ Efektif Uji (Density) Maksimum Agregat Campuran Aspal Bacaan Setelah Aspal
GMM Kering SSD Dalam Air Proving (MQ)
Campuran Agregat (teoritis) (VMA) (VIM) (VFB) Pada Alat Dikoreksi
Ring

% gr gr gr cc gr/cc % % % divisi kg kg mm kg/mm kg/mm %

j=100/((100- k=100-(i* l=100- m=100* s=100*


a b c d e f g h=f-g i=e/h n o = n*v p q r=p/q t=b-((s/100)*(100-b)
b)/d+b/y) (100-b))/x) (100*(i/j) (k-i)/k (d-x)/(d*x)*y

1 4.5 1159.0 1172.0 674.0 498.0 2.327 2.523 13.77 7.76 43.63 80.0 2135.2 1900.3 5.70 333.39
2 4.5 2.525 2.708 1158.0 1176.0 676.0 500.0 2.316 2.523 14.19 8.21 42.13 70.0 1868.3 1662.8 5.30 313.73
3 4.5 1150.0 1177.0 679.0 498.0 2.309 2.523 14.44 8.48 41.28 56.0 1494.6 1240.6 5.58 222.32

Rata2 4.5 2.318 2.523 14.44 8.15 42.46 1240.6 5.53 289.82 1.94 2.64
1 5.0 1165.0 1173.0 669.8 503.2 2.315 2.504 14.67 7.56 48.50 57.0 1521.3 1262.7 5.10 247.59

2 5.0 2.493 2.691 1166.0 1177.0 670.0 507.0 2.300 2.504 15.24 8.17 46.38 80.0 2135.2 1900.3 5.75 330.49

3 5.0 1168.0 1175.0 672.0 503.0 2.322 2.504 14.42 7.28 49.50 44.0 1174.4 1045.2 5.62 185.98

Rata2 5.0 2.322 2.504 14.42 7.28 49.50 1262.7 5.49 254.69 1.70 3.39

1 5.5 1167.0 1174.0 674.0 500.0 2.334 2.486 14.43 6.11 57.65 37.0 987.5 1027.0 2.30 446.54

2 5.5 1166.0 1171.0 668.0 503.0 2.318 2.486 15.01 6.75 55.03 55.0 1468.0 1365.2 4.50 303.38
3 5.5 2.486 2.706 1166.0 1174.0 677.0 497.0 2.346 2.486 13.99 5.63 59.78 38.4 1024.9 1065.9 4.00 266.47

Rata2 5.5 2.334 2.486 15.01 5.87 59.78 1365.2 3.60 338.79 1.91 3.70

1 6.0 1178.0 1188.0 682.0 506.0 2.328 2.468 15.10 5.66 62.53 37.1 990.2 802.1 4.50 178.24

2 6.0 1179.0 1188.0 685.0 503.0 2.344 2.468 14.52 5.01 65.47 37.0 987.5 1027.0 3.67 279.85

3 6.0 2.534 2.791 1179.0 1181.0 679.0 502.0 2.349 2.468 14.35 4.83 66.37 36.9 984.9 876.5 3.94 222.47

Rata2 6.0 2.349 2.468 15.10 4.92 65.47 1027.0 3.81 226.85 3.08 3.11

1 6.5 1201.0 1212.0 697.0 515.0 2.332 2.450 15.41 4.80 68.82 46.3 1235.7 1186.3 3.40 348.92
2 6.5 1196.0 1205.0 696.0 509.0 2.350 2.450 14.77 4.08 72.35 37.2 992.9 953.2 3.35 284.52
3 6.5 2.405 2.647 1213.0 1218.0 699.0 519.0 2.337 2.450 15.22 4.59 69.82 55.3 1476.0 1151.2 4.70 244.95

Rata2 6.5 2.332 2.450 15.13 4.49 70.33 953.2 3.82 292.80 1.06 5.51
% Lolos no.200 (w) : 4 **Bj. agregat bulk (x) : 2.578 Bj. aspal (y) : 1.037
1. Nomor Job. : MARSHAL 2X75 5. Di uji tanggal :
2. Dikerjakan Kelas : 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991
Kelompok : 7. Hasil pengujian :
3. Jenis Sampel : Aspal Pen 60/70
4. Pekerjaan : Kalibrasi Proving ring (v) = 26.69

Keterangan
a = No. Urut sampel : h = isi (f-g) k = VMA (% rongga thd. Agregat) = 100-(i*(100-b))/bj.bulk) r = Hasil bagi Marshall
b = % aspal terhadap campuran I = Kepadatan (Density) = e/h l = VIM (% rongga thd. Campuran)= 100-(100x(i/j) = p / q (kg/mm)

c = Gmm (dari hasil pengujian) j = berat jenis maksimum (teoritis) m = VFB (% rongga terisi aspal) = (100x(k-l))/k s = Absorpsi aspal terhadap total agregat
d = BJ Efektif Agregat* n = pembacaan arloji stabilitas (BJ. Eff. agr - BJ. Bulk agr)
100 x x BJ. Aspal

e = berat kering (gr) 100 o = stabilitas (n x kalibrasi proving ring) (BJ. Eff. agr x BJ. Bulk agr)
f = berat dalam keadaan jenuh (gr) %agregat %aspal p = stabilitas = (o x koreksi benda uji) (kg) t = Kadar aspal eff. (%)
+
g = berat dalam air (gr) BJ. Eff. agregat BJ. aspal q = kelelehan (mm) = b - ((Abs.aspal/100)*(100-b))
GMM ditentukan dengan cara AASHTO T 209 (100-Pb) (% Split + % Screen + % Abu Batu + % Filler)
* BJ Efektif Agregat = **BJ Bulk Agregat =

pada setiap kadar aspal (100/Gmm)-(Pb/BJ.aspal) % Split % Screen % Abu Batu % Filler
+ + +
BJ Split BJ Screen BJ Abu Batu BJ Filler
1. Nomor Job. : KEPADATAN MUTLAK 5. Di uji tanggal :

2. Dikerjakan Kelas : 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991


Kelompok : 7. Hasil pengujian :
3. Jenis Sampel : Aspal Pen 60/70
4. Pekerjaan : Kalibrasi Proving ring (v) = 26.69 kg

Kadar Aspal Berat Benda Uji


Kode Isi Benda Kepadatan Berat Jenis Campuran Rongga Dalam Agregat Rongga Dalam Campuran
Briket thd Berat Uji (Density) Maksimum (teoritis) (VMA) (VIM)
BJ Efektif Kering SSD Dalam Air
Campuran GMM
Agregat
% gr gr gr cc gr/cc gr/cc % %

a b c d e f g h=f-g i=e/h j=100/((100-b)/d+b/y) k=100-(i* (100-b))/x) l=100-(100*(i/j)

1 5.0 2.493 2.691 2320.4 2379.0 1371.7 1007.3 2.304 2.504 15.10 8.02

Rata2 5.0 2.304 2.50 15.10 8.02

1 5.5 2.486 2.706 2323.5 2381.8 1378.8 1003.0 2.317 2.486 15.07 6.81

Rata2 5.5 2.317 2.49 15.07 6.81

1 6.0 2.534 2.791 2399.8 2403.4 1393.6 1009.8 2.376 2.534 13.34 6.22

Rata2 6.0 2.376 2.53 13.34 6.22


Kadar Lolos no.200 (w) : 4 % Bj. agregat bulk (x) : 2.578 Bj. aspal (y) : 1.037

Keterangan : h = isi (f-g) k = VMA (% rongga thd. Agregat) = 100-(i*(100-b))/bj.bulk)


a = No. Urut sampel I = Kepadatan (Density) = e/h l = VIM (% rongga thd. Campuran)= 100-(100x(i/j)
+
b = % aspal terhadap campuran j = berat jenis maksimum (teoritis) c
+
= Gmm (dari hasil pengujian) d=
+ Ag
BJ Efektif Agregat* 100 **BJ Bulk regat =
e = berat kering (gr) %agregat + %aspal (% Split + % Screen + % Abu Batu + % Filler)
+
f = berat dalam keadaan jenuh (gr) BJ. Eff. agregat BJ. aspal % Split % Screen % Abu Batu % Filler
g = berat dalam air (gr) (100-Pb) BJ Split BJ Screen BJ Abu Batu BJ Filler
*BJ Efektif Agregat =
GMM ditentukan dengan cara AASHTO T 209 (100/Gmm)-(Pb/BJ.aspal)

pada setiap kadar aspal


1. Nomor Job. : STABILITAS MARSHAL SISA 5. Di uji tanggal :
2. Dikerjakan Kelas : 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991
Kelompok : 7. Hasil pengujian :
3. Jenis Sampel : Aspal Pen 60/70
4. Pekerjaan : Kal. Proving ring : 26.69

Dimensi Benda Uji Stabilitas


Kode
Kadar Aspal Terhadap Berat Campuran Angka
Briket Bacaan Pada Kalibrasi Setelah
Tebal Diameter Volume Koreksi Alat Proving Ring Dikoreksi
o
Lama Perendaman Benda Uji pada Suhu 60 C
% mm mm cm 3 divisi kg kg

a=100/ (100+b)*b b c d e f g h=g*e

1 6.10 66.00 101.80 537.41 0.89 46.1 1230.4 1095.1


2 6.25 68.20 101.50 552.05 0.93 24 Jam 55.0 1468.0 1365.2
Rata2 1230.1
1 6.10 68.5 101.8 557.8 0.89 28.1 750.0 667.5
2 6.25 69.4 101.8 565.1 0.89 30 Menit 37.3 995.5 886.0
Rata2 776.8

Keterangan :
a = % aspal terhadap campuran c = diameter benda uji (mm) f = pembacaan arloji stabilitas
3
b = tebal benda uji (mm) d = volume benda uji (mm ) g = stabilitas (l x konversi)
h = stabilitas (kg)
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

RESUME HASIL PERCOBAAN MARSHALL


1. Nomor Job. : 5. Di uji tanggal :
2. Dikerjakan Kelas : 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991
Kelompok : 7. Hasil pengujian :
3. Jenis Sampel : Aspal Pen 60/70
4. Pekerjaan :

ViM PRD
KEPADAT
KADAR (Dg. Alat
AN VMA ViM (2X75) VFA STABILITAS FLOW
ASPAL Getar
(DENSITY)
Listrik)

% gr/cc % % % % kg mm
1 2 3 4 5 6 7
4.5 2.318 14.44 8.15 - 42.46 1240.6 5.53
5.0 2.322 14.42 7.28 8.02 49.50 1262.7 5.49
5.5 2.334 15.01 5.87 6.81 59.78 1365.2 3.60
6.0 2.349 15.10 4.92 6.22 65.47 1027.0 3.81
6.5 2.332 15.13 4.49 - 70.33 953.2 3.82

SPESIFIKASI UMUM BINA MARGA TAHUN 2010 Revisi 3


LASTON MIN. 15 3.0 2 65 800 2
Lapis Aus
(AC-WC) MAKS. - 5.0 - - - 4
LASTON MIN. 14 3.0 2 65 800 2
Lapis Antara
(AC-BC) MAKS. - 5.0 - - - 4
LASTON MIN. 15 3.0 2 65 1800 3
Pondasi
(AC-Base) MAKS. - 5.5 - - - 6
LABORATORIUM UJI BAHAN FORM
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS Nomor Bagian :
JENDERAL ACHMAD YANI Terbit/Revisi : 1/0
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743 Tanggal Terbit : 8 Agustus 2017
KURVA ANALISA HASIL PENGUJIAN CAMPURAN BERASPAL Tanggal Revisi :
PANAS Halaman : 1 dari 1
1. Nomor Job. : 5. Tanggal Preparasi :-
2. Dikerjakan : 6. Tanggal Uji :-
7. Standar Uji : SNI 06-2489-1990/
3. Jenis Sampel : Aspal Pen 60/70 : ASTM D-1559
4. Pekerjaan : Tugas Akhir 8. Hasil :-
LAMPIRAN E HASIL
UJI MARSHALL
ASPAL ELASTOMER STARBIT E-55
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

ANGKA KOREKSI BENDA UJI MARSHALL


ANGKA KOREKSI STABILITAS
Volume Banda Uji (cm3) Tebal Angka
2
Min. Maks. Rata mm Koreksi
200 213 206.5 25.4 5.56
214 225 219.5 27.0 5.00
226 237 231.5 28.6 4.55
238 250 244.0 30.2 4.17
251 264 257.5 31.8 3.85
265 276 270.5 33.3 3.57
277 289 283.0 34.9 3.33
290 301 295.5 35.5 3.03
302 316 309.0 38.1 2.78
317 328 322.5 39.7 2.50
329 340 334.5 41.3 2.27
341 353 347.0 42.9 2.08
354 367 360.5 44.4 1.92
368 379 373.5 46.0 1.79
380 392 386.0 47.6 1.67
393 405 399.0 49.2 1.56
406 420 413.0 50.8 1.47
421 431 426.0 52.4 1.39
432 443 437.5 54.0 1.32
444 456 450.0 55.6 1.25
457 470 463.5 57.2 1.19
471 482 476.5 58.7 1.14
483 495 489.0 60.3 1.09
496 508 502.0 61.9 1.04
509 522 515.5 63.5 1.00
523 535 529.0 65.1 0.96
536 546 541.0 66.7 0.93
547 559 553.0 68.3 0.89
560 573 566.5 69.9 0.86
574 585 579.5 71.4 0.83
586 598 592.0 73.0 0.81
599 610 604.5 74.6 0.78
611 625 618.0 76.2 0.76
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

ANGKA KOREKSI BENDA UJI MARSHALL


1. Nomor Job. : 5. Di uji tanggal :-
2. Judul Penelitian : Evaluasi Karakteristik Agregat Lokal Dan Aspal Polimer 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991
Pada Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) 7. Hasil pengujian :-
3. Jenis Sampel : Elastomer Starbit E55
4. Pekerjaan : Tugas Akhir
ANGKA KOREKSI STABILITAS ANGKA KOREKSI STABILITAS
BENDA UJI MARSHALL BENDA UJI DIRENDAM 30 MENIT
Kadar Aspal Kadar Aspal
Tebal (mm) Diameter (mm) Volume (Cm3) Angka Koreksi Tebal (mm)
3
Diameter (mm) Volume (Cm ) Angka Koreksi
(%) (%)
4.5 65.00 101.68 528.02 0.96 6.00 60.35 101.30 486.59 1.09
4.5 66.20 101.52 536.08 0.93 6.00 60.30 101.70 490.03 1.04
4.5 65.10 101.30 524.89 0.96 6.00 60.40 101.50 488.92 1.09

5.0 67.90 101.06 544.87 0.89


5.0 61.00 101.34 492.22 1.04
5.0 66.80 101.60 541.79 0.89

5.5 61.67 102.00 504.13 1.00


5.5 66.80 101.70 542.85 0.89
5.5 68.50 101.88 558.64 0.86

ANGKA KOREKSI STABILITAS


6.0 66.80 101.38 539.44 0.93 BENDA UJI DIRENDAM 24 JAM
Kadar Aspal
Tebal (mm) Diameter (mm) Volume (Cm3) Angka Koreksi
6.0 66.20 101.82 539.25 0.93 (%)
6.0 66.18 101.38 534.44 0.93 6.00 60.35 101.30 486.59 1.09
6.00 60.30 101.70 490.03 1.04
6.00 60.40 101.50 488.92 1.09
6.5 66.00 101.96 539.10 0.93
6.5 68.00 101.86 554.35 0.86
6.5 65.60 101.13 527.14 0.96
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PENGUJIAN BERAT JENIS MAKSIMUM CAMPURAN BERASPAL

1. Nomor Job. :1 5. Di uji tanggal :


2. Judul Penelitian : Evaluasi Karakteristik Agregat Lokal Dan Asp 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991
Pada Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) 7. Hasil pengujian :
3. Jenis Sampel : Elastomer Starbit E55
4. Pekerjaan : Tugas Akhir

HASIL PENGUJIAN, KADAR ASPAL (%):


URAIAN
4.5 5.0 5.5
Berat benda uji (gr) A 300.0 300.0 300.1 300.1 300.0 300.1
Berat piknometer + tutup + air (gr) B 1100.5 1099.4 1100.0 1099.8 1100.2 1099.9
Berat piknometer+tutup+air+benda uji (gr) C 1288.1 1287.3 1286.5 1285.7 1285.9 1285.6
Volume benda uji D=(A + B) - C 112.4 112.1 113.6 114.2 114.3 114.4
Gmm A/D 2.669 2.676 2.642 2.628 2.625 2.623
2.673 2.635 2.624
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

PENGUJIAN BERAT JENIS MAKSIMUM CAMPURAN BERASPAL

1. Nomor Job. :2 5. Di uji tanggal :-


2. Judul Penelitian : Evaluasi Karakteristik Agregat Lokal Dan Asp 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991
Pada Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) 7. Hasil pengujian :-
3. Jenis Sampel : Elastomer Starbit E55
4. Pekerjaan : Tugas Akhir

HASIL PENGUJIAN, KADAR ASPAL (%):


URAIAN
6.0 6.5
Berat benda uji (gr) A 300.0 300.0 300.1 300.0
Berat piknometer + tutup + air (gr) B 1100.2 1100.0 1100.3 1100.1
Berat piknometer+tutup+air+benda uji (gr) C 1283.6 1277.5 1281.4 1282.6
Volume benda uji D=(A + B) - C 116.6 122.5 119 117.5
Gmm A/D 2.573 2.449 2.522 2.553
2.511 2.538
1. Nomor Job. : MARSHAL 2 X 75 5. Di uji tanggal :-
2. Judul Penelitian : Evaluasi Karakteristik Agregat Lokal Dan Aspal Polimer 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991
Pada Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) 7. Hasil pengujian :-
3. Jenis Sampel : Elastomer Starbit E55
4. Pekerjaan : Tugas Akhir Kalibrasi Proving ring (v) = 26.69 kN

Kadar Aspal Berat Benda Uji Stabilitas


Berat Jenis Rongga Rongga Rongga
Marshall
Kode Isi Benda Kepadatan Campuran Dalam Terhadap Terisi Absorpsi
Konversi Pelelehan Quotient Kadar Aspal Effektif
Briket thd Berat BJ Efektif Dalam Uji (Density) Maksimum Agregat Campuran Aspal Bacaan Setelah Aspal
GMM Kering SSD Proving (MQ)
Campuran Agregat Air (teoritis) (VMA) (VIM) (VFB) Pada Alat Dikoreksi
Ring

% gr gr gr cc gr/cc % % % divisi kg kg mm kg/mm kg/mm %

j=100/((100- k=100-(i* l=100- m=100* s=100*


a b c d e f g h=f-g i=e/h n o = n*v p q r=p/q t=b-((s/100)*(100-b)
b)/d+b/y) (100-b))/x) (100*(i/j) (k-i)/k (d-x)/(d*x)*y

1 4.5 1171.0 1178.0 660.0 518.0 2.261 2.669 16.24 15.30 5.80 46.5 1241.1 1191.4 3.80 313.54

2 4.5 2.669 2.885 1173.0 1178.0 665.0 513.0 2.287 2.669 15.28 14.33 6.23 37.0 987.5 918.4 2.50 367.36

3 4.5 1174.0 1177.0 665.0 512.0 2.293 2.669 15.05 14.09 6.35 46.8 1249.1 1199.1 3.75 319.77

Rata2 4.5 2.280 2.669 15.28 14.09 6.35 1103.0 3.35 333.56 4.26 2.56

1 5.0 1174.0 1180.0 677.0 503.0 2.334 2.628 13.98 11.18 20.00 73.1 1951.0 1736.4 1.93 899.70

2 5.0 2.628 2.861 1176.0 1186.0 676.0 510.0 2.306 2.628 15.01 12.25 18.40 23.5 627.2 652.3 1.63 400.19

3 5.0 1179.0 1182.0 682.0 500.0 2.358 2.628 13.09 10.27 21.57 55.4 1478.6 1316.0 3.31 397.58

Rata2 5.0 2.358 2.628 15.01 12.25 18.40 1234.9 2.29 565.82 3.96 2.54

1 5.5 1182.0 1189.0 685.0 504.0 2.345 2.624 14.02 10.62 24.23 46.2 1233.1 1233.1 2.40 513.78

2 5.5 1181.0 1188.0 688.0 500.0 2.362 2.624 13.40 9.98 25.52 55.3 1476.0 1313.6 1.95 673.64

3 5.5 2.624 2.883 1186.0 1190.0 688.0 502.0 2.363 2.624 13.38 9.96 25.56 46.8 1249.1 1249.1 3.40 367.38

Rata2 5.5 2.362 2.624 13.38 9.96 25.56 1265.3 2.58 518.27 4.24 2.60

1 6.0 1184.0 1194.0 694.0 500.0 2.368 2.534 13.64 6.55 51.98 55.9 1492.0 1387.5 4.10 338.42

2 6.0 1188.0 1197.0 697.0 500.0 2.376 2.534 13.35 6.24 53.30 37.4 998.2 928.3 3.53 262.98

3 6.0 2.534 2.793 1183.0 1189.0 698.0 485.9 2.435 2.534 11.21 3.92 65.04 46.6 1243.8 1156.7 1.72 672.49

Rata2 6.0 2.393 2.534 12.28 3.92 65.04 1156.7 2.63 424.63 3.09 3.09

1 6.5 1192.0 1204.0 695.0 509.0 2.342 2.522 15.05 7.14 52.58 46.6 1243.8 1156.7 3.70 312.62

2 6.5 1193.0 1201.0 708.0 493.0 2.420 2.522 12.22 4.04 66.91 24.2 645.9 555.5 2.66 208.82

3 6.5 2.522 2.803 1192.0 1204.0 701.0 503.0 2.370 2.522 14.04 6.03 57.04 55.8 1489.3 1429.7 2.70 529.53

Rata2 6.5 2.377 2.522 15.051 4.04 66.913 1047.3 3.02 350.32 3.22 3.49
% Lolos no.200 (w) : 4 **Bj. agregat bulk (x) : 2.578 Bj. aspal (y) : 1.032
1. Nomor Job. : MARSHAL 2 X 75 5. Di uji tanggal :-
2. Judul Penelitian : Evaluasi Karakteristik Agregat Lokal Dan Aspal Polimer 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991
Pada Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) 7. Hasil pengujian :-
3. Jenis Sampel : Elastomer Starbit E55
4. Pekerjaan : Tugas Akhir Kalibrasi Proving ring (v) = 26.69 kN

Keterangan
a = No. Urut sampe : h = isi (f-g) k = VMA (% rongga thd. Agregat) = 100-(i*(100-b))/bj.bulk) r = Hasil bagi Marshall
b = % aspal terhadap campuran I = Kepadatan (Density) = e/h l = VIM (% rongga thd. Campuran)= 100-(100x(i/j) = p / q (kg/mm)

c = Gmm (dari hasil pengujian) j = berat jenis maksimum (teoritis) m = VFB (% rongga terisi aspal) = (100x(k-l))/k s = Absorpsi aspal terhadap total agregat
d = BJ Efektif Agregat* n = pembacaan arloji stabilitas (BJ.Eff.agr-BJ.Bulkagr)
100 x

e = berat kering (gr) 100 o = stabilitas (n x kalibrasi proving ring) (BJ. Eff. agr x BJ. Bulk agr) x BJ. Aspal
f = berat dalam keadaan jenuh (gr) %agregat %aspal p = stabilitas = (o x koreksi benda uji) (kg) t = Kadar aspal eff. (%)
+
g = berat dalam air (gr) BJ. Eff. agregat BJ. aspal q = kelelehan (mm) = b - ((Abs.aspal/100)*(100-b))

GMM ditentukan dengan cara AASHTO T 209 (100-Pb ) (% Split + % Screen + % Abu Batu + % Filler)
* BJ Efektif Agregat = **BJ Bulk Agregat =
pada setiap kadar aspal (100/Gmm)-(Pb/BJ.aspal) % Split % Screen % Abu Batu % Filler
+ + +
BJ Split BJ Screen BJ Abu Batu BJ Filler
1. Nomor Job. : KEPADATAN MUTLAK 5. Di uji tanggal :-
2. Judul Penelitian : Evaluasi Karakteristik Agregat Lokal Dan Aspal Polimer 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991
Pada Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) 7. Hasil pengujian :-
3. Jenis Sampel : Elastomer Starbit E55
4. Pekerjaan : Tugas Akhir Kalibrasi Proving ring (v) 26.69

Kadar Aspal Berat Benda Uji


Kode Isi Benda Kepadatan Berat Jenis Campuran Rongga Dalam Agregat
Rongga Dalam Campuran (VIM)
Briket thd Berat Uji (Density) Maksimum (teoritis) (VMA)
BJ Efektif Kering SSD Dalam Air
Campuran GMM
Agregat
% gr gr gr cc gr/cc gr/cc % %

a b c d e f g h=f-g i=e/h j=100/((100-b)/d+b/y) k=100-(i* (100-b))/x) l=100-(100*(i/j)

1 5.0 2.628 2.861 2569.9 2562.6 1489.0 1073.6 2.394 2.934 11.78 18.41

Rata2 5.0 2.394 2.93 11.78 18.41


1 5.5 2.624 2.883 2572.7 2592.4 1515.0 1077.4 2.388 2.624 12.46 9.00

Rata2 5.5 2.388 2.62 12.46 9.00


1 6.0 2.534 2.793 2574.4 2597.6 1520.0 1077.6 2.389 2.534 12.88 5.72

Rata2 6.0 2.389 2.53 12.88 5.72


Kadar Lolos no.200 (w) : 4 % Bj. agregat bulk (x) : 2.578 Bj. aspal (y) : 1.032

Keterangan : h = isi (f-g) k = VMA (% rongga thd. Agregat) = 100-(i*(100-b))/bj.bulk)


a = No. Urut sampel I = Kepadatan (Density) = e/h l = VIM (% rongga thd. Campuran)= 100-(100x(i/j)
+
b = % aspal terhadap campuran j = berat jenis maksimum (teoritis) c
+
= Gmm (dari hasil pengujian) d=
+
BJ Efektif Agregat* 100 **BJ Bulk gregat
A =
e = berat kering (gr) %agregat %aspal (% Split + % Screen + % Abu Batu + % Filler)
+
+
f = berat dalam keadaan jenuh (gr) BJ. Eff. agregat BJ. aspal % Split % Screen % Abu Batu % Filler
g = berat dalam air (gr) (100-Pb) BJ Split BJ Screen BJ Abu Batu BJ Filler
*BJ Efektif Agregat =
GMM ditentukan dengan cara AASHTO T 209 (100/Gmm)-(Pb/BJ.aspal)
pada setiap kadar aspal
1. Nomor Job. : STABILITAS MARSHAL SISA 5. Di uji tanggal :-
2. Judul Penelitian : Evaluasi Karakteristik Agregat Lokal Dan Aspal Polimer 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991
Pada Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) 7. Hasil pengujian :-
3. Jenis Sampel : Elastomer Starbit E55
4. Pekerjaan : Tugas Akhir Kal. Proving ring : 26.69

Dimensi Benda Uji Stabilitas


Kode
Kadar Aspal Terhadap Berat Campuran Angka
Briket Bacaan Pada Kalibrasi Setelah
Tebal Diameter Volume Koreksi Alat Proving Ring Dikoreksi
o
Lama Perendaman Benda Uji pada Suhu 60C
mm mm 3
% cm Divisi kg kg

a=100/ (100+b)*b b c d e F g h=g*e

1 6.10 6.67 101.88 54.41 0.89 42.0 1121.0 997.7


2 6.25 6.80 101.43 54.97 0.89 24 Jam 41.5 1107.6 985.8
Rata2 991.7
1 6.10 6.8 101.6 55.1 0.89 45.2 1206.4 1073.7
2 6.25 6.9 101.8 55.9 0.89 30 Menit 43.3 1155.7 1028.6
Rata2 1051.1

Keterangan :
a = % aspal terhadap campuran c = diameter benda uji (mm) f = pembacaan arloji stabilitas
3
b = tebal benda uji (mm) d = volume benda uji (mm) g = stabilitas (l x konversi)
h = stabilitas (kg)
LABORATORIUM UJI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743

RESUME HASIL PERCOBAAN MARSHALL


1. Nomor Job. : 1.2 5. Di uji tanggal :-
2. Judul Penelitian : Evaluasi Karakteristik Agregat Lokal Dan Aspal Polimer 6. Metode uji : SNI 06-2489-1991
Pada Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) 7. Hasil pengujian :-
3. Jenis Sampel : Elastomer Starbit E55
4. Pekerjaan : Tugas Akhir

KADAR KEPADATAN ViM PRD (Dg. Alat Getar


VMA ViM (2X75) VFB STABILITAS FLOW
ASPAL (DENSITY) Listrik)

% gr/cc % % % % kg mm
1 2 3 4 5 6 7
4.5 2.280 15.28 14.09 - 6.35 1103.0 3.35
5.0 2.358 15.01 12.25 18.4 18.40 1234.9 2.29
5.5 2.362 13.38 9.96 9.00 25.56 1265.3 2.58
6.0 2.393 12.28 3.92 5.72 65.04 1156.7 2.63
6.5 2.377 15.05 4.04 - 66.91 1047.3 3.02

SPESIFIKASI UMUM BINA MARGA TAHUN 2010 Revisi 3


LASTON MIN. 15 3.0 2 65 800 2
Lapis Aus
(AC-WC) MAKS. - 5.0 - - - 4
LASTON MIN. 14 3.0 2 65 800 2
Lapis Antara (AC-
BC) MAKS. - 5.0 - - - 4
MIN. 15 3.0 2 65 1800 3
LASTON Pondasi
(AC-Base) MAKS. - 5.5 - - - 6
LABORATORIUM UJI BAHAN FORM
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS Nomor Bagian :2
JENDERAL ACHMAD YANI Terbit/Revisi :½

JL. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, PO Box. 148 Tlp/Fax. 022-6641743 Tanggal Terbit : 8 Agustus 2017
KURVA ANALISA HASIL PENGUJIAN CAMPURAN BERASPAL Tanggal Revisi : 10 Ferbruari 2018
PANAS Halaman : 1 dari 1
1. Nomor Job. : 1.2 5. Tanggal Preparasi :-
2. Judul Penelitian : Evaluasi Karakteristik Agregat Lokal Dan Aspal Polimer 6. Tanggal Uji :-
Pada Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) 7. Standar Uji : SNI 06-2489-1990/
3. Jenis Sampel : Elastomer Starbit E55 : ASTM D-1559
4. Pekerjaan : Tugas Akhir 8. Hasil :-
CURRICULUM VITAE
EXPERIENCE

CV. KRISATYA PRATAMA PUTRA ENGINEERING


CONSULTANT
2012 - 2014
Surveyor, Inspeksi Jalan dan Jembatan wilayah Kabupaten Bandung
Barat
Surveyor, Pembangunan Listrik Desa wilayah Kabupaten Bekasi
Surveyor, Pembangunan Sekolah wilayah Kabupaten Bekasi
Inspektor, Pembangunan Sekolah wilayah Kecamatan Cikarang –
Bekasi
BAYU NUR AWALUDIN
PT. GERALD DEAN MANDIRI
Place of Birth : Majalengka 2015 ( 2 Mounth)
Birth : 8 January 1993 Kerja Praktik, Pembangunan Apartement Galeri Ciumbuleuit
Religion : Islam Apartement 3
Gender : Male
Status : Single PT. TIRTA STIGMA ENGINEERING

2015
Height / weight : 164 cm / 68 kg
Surveyor, Dranase Kabupaten Bandung
Nationality : Indonesia
Estimator, Drainase Kabupaten Bandung

PT. QUANTUM
2015
Estimator, DED TPA Cijeruk - Sumedang
obeyzboo@gmail.com
obeyzboo@yahoo.com
CV. MAHONI / CV. ANSYALIA MAHARANI
2015 - 2016
Estimator, Penataan Taman Purwakarta Surveyor,
Pembangunan Gedung PMI Tangerang-Banten Engineer,
+62 813 2452 4646 Pembangunan Gedung Kuliah UNTIRTA Engineer,
Master Plan dan DED Pelabuhan Pulau Bunyu Surveyor,
Master Plan dan DED Pelabuhan Pulau Bunyu

Bayu Nur Awaludin


ADDRESS PT. DUTA BHUANA JAYA
2017 (3 Month)
Jl. Raya Utara No. 61 RT. 001
Inspektor, Pembangunan Akses Jalan Lebakhuni – Kareumbi –
RW. 006 Blok Jum’at
Sumedang
Desa Jatitengah Kecamatan
Inspektor, Pematangan Lahan Desa Margalaksana – Sumedang
Jatitujuh Kabupaten Majalengka
45458
PT. TATABUMI
2017 (3 Month)
SKILLS Asisten Site Manager, Feasibility Study Pelabuhan Pulau Liat –
Bangka Selatan
Drafter, Engineer, Estimate
Engineer, DED Pelabuhan Pulau Liat – Bangka Selatan
Operational Ms. Office
AutoCAD
SAP2000

EDUCATION

Kindergarten : TK Centre Jatituuh / 1998 - 1999


Elementary School : SD Negeri 1 Jatitengah / 1999 - 2005
Junior high school : SMP Negrei 1 Jatitujuh / 2005 - 2008
Senior High School : SMA Negeri 2 Majalengka / 2008 - 2011
Collage : Universitas Jenderal Achmad Yani
Jurusan Teknik Sipil Strata 1 / 2011 - 2018

Volunteer Experience or Leadership

Anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil UNJANI


Wakil Ketuan Divisi Rohani
Pelaksana Kegiatan Saur on The Road HMS UNJANI
Pelaksana Kegiatan Ospek Jurusan Teknik Sipil UNJANI Pelaksana
Kegiatan Latiahan Dasar Kepemimpinan Organisasi HMS
UNJANI
Pelaksana Proses Pengelolaan Anggota Biasa HMS UNJANI

Anda mungkin juga menyukai