Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PKN

Materi Pengusiran

Oleh :
Nama : M. Syaid Abdillah

Kelas : VII-1

Lokasi : Jl.Soekarno Hatta(warnet RF)

Tanggal/jam : 19 Februari 2016 / 20:03


Pengusiran Paksa Syiah Sampang

Kelompok Syiah di Sampang, Madura, Jawa Timur kembali mendapat


intimidasi dari anti-Syiah di sana. Mereka diusir paksa meninggalkan GOR
Sampang yang selama ini menjadi tempat pengungsian, pasca-kerusuhan di
Desa Karang Gayam Kecamatan Omben pada Agustus 2012 lalu.

Berikut kronologi pengusiran pengungsi Syiah Sampang berdasarkan


rilis dari Kelompok Kerja Advokasi Hak Kebebasan Beragama dan
Berkeyakinan (Pokja AKBB) Jawa Timur di Jakarta, Jumat (21/6/2013).

Rabu, 19 Juni 2013 Pukul 09.00 WIB

Ustaz Iklil al-Milal, tokoh Syiah dijemput oleh personel Polres


Sampang dan dibawa ke mapolres dengan alasan akan dimintai keterangan.
Ternyata ketika sampai di Polres, sudah berkumpul Kepala Bakesbangpol,
Kepala Dinas Sosial Sampang, dan sejumlah ulama representasi Badan
Silaturrahmi Ulama se-Madura (Basra).

09.30 - 13.00 WIB

Dalam pertemuan itu, Ustaz Iklil dipaksa menandatangani


persetujuan untuk direlokasi, namum beliau menolak dan memilih bertahan
di sana. Dia mengaku tidak bisa mewakili keputusan para pengungsi yang
tetap bertekad kembali ke Kampung Nangkrenang, Desa Karang Gayam.

Sampai di akhir pembicaraan, Iklil tetap menolak menyepakati


desakan yang disampaikan oleh pemda dan ulama. Perwakilan Pemkab
Sampang mengancam akan mendatangi GOR untuk mendapatkan
kesepakatan. Perwakilan Pemkab berdalih, relokasi dilakukan karena
halaman GOR akan digunakan sebagai tempat Istighosah ulama se-Madura.
Ustaz Iklil akhirnya memaksa untuk diantar kembali ke GOR dengan
alasan sedang puasa dan dalam kondisi tidak sehat.

14.00 -17.00 WIB

Kepala Bakesbangpol, Dinsos, dan Wakapolres Sampang mendatangi


GOR dan mengajak Ustaz Iklil berbicara di luar gedung tepatnya di tenda
UNICEF. Pembicaraan masih menyoal relokasi, namun lagi-lagi Ustaz Ikil
bertahan tidak bisa mewakili suara jamaahnya. Pembicaraan berjalan cukup
sengit sampai pukul 17.00 WIB, tanpa ada titik temu.

Perwakilan Pemkab dan Polres Sampang menyampaikan tidak akan


bertanggung jawab bila terjadi kekerasan oleh massa yang akan
menghadiri acara Istighosah. Mereka warga di sana untuk keluar dari GOR
sampai pukul 20.00 WIB.

Berdasarkan sejumlah informasi, acara Istighosah diinisiasi oleh


Basra dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam selebaran undangan
diketahui, acara Istighosah sedianya diadakan di Pamekasan. Melalui
pelbagai cara acara tersebut akhirnya diselenggarakan di depan GOR
Sampang.

Kamis, 20 Juni 2013 Pukul 09.00 WIB

Wakil Bupati Sampang, Kepala Bakesbangpol Sampang, Kepala Dinsos,


Kapolres Sampang, dan Kapolda Jatim mendatangi GOR. Pada saat
bersamaan massa mulai berdatangan dengan pelbagai kendaran pickap dan
truk. Sekitar 8.000 orang termasuk anak anak dan perempuan memadati
halaman GOR.

09.45 - 10.15 WIB

Istighosah dimulai. Diawali dengan orasi Kyai Ali Karrar dalam


bahasa Madura. Diduga karena orasinya berisi kemarahan terhadap warga
Syiah, sang Kyai akhirnya dibujuk untuk menghentikan orasinya oleh
perwakilan Pemkab.

Istighosah hanya berjalan sekitar 15 menit, dan sesudah itu


dilanjutkan oleh orasi tujuh perwakilan ulama dari Sumenep, Pamekasan,
Bangkalan, dan Sampang. Isi orasi ulama hampir sama yakni, menolak ajaran
Ustaz Tajul Muluk dan mengharuskan jamaah Syiah keluar dari Madura.

Pada saat massa dan para ulama beristighosah, perwakilan Pemkab


bersama Polisi terus menekan Ust. Iklil dan Ummi Kultsum (istri Ust. Tajul
Muluk) untuk menandatangani kesediaan direlokasi mewakili pengungsi.

11.00 - 11.15 WIB

Meskipun banyak personel Polisi yang berjaga di depan pintu masuk


GOR, akan tetapi mereka membiarkan sejumlah orang dari peserta
Istighosah merangsek masuk ke GOR. Tujuh ulama yang merupakan
representasi Basra dan MUI bahkan dibiarkan masuk ke dalam GOR.

Perwakilan Pemkab, Kapolres Sampang, Kapolda Jatim, bersama


dengan ulama terus menekan Ust. Iklil dan Ummi Kultsum agar
menandatangani surat kesediaan direlokasi. Para ulama bahkan setengah
membentak dan mengintimidasi kedua perwakilan pengungsi tersebut. Ust.
Iklil tampak syok dan tidak bisa berbicara, sementara Ummi Kultsum
hanya menangis.

11.30 - 12.30 WIB

Sebagian besar massa malah meninggalkan lokasi GOR, akan tetapi


pemerintah, Polisi, dan tujuh ulama tidak berhenti mengintimidasi dan
menekan Ust. Iklil dan Ummi Kultsum untuk meneken pernyataan menerima
direlokasi. Meski keduanya perwakilan pengungsi sudah tampak shock dan
tidak bisa berbicara, tekanan para ulama dan perwakilan Pemkab tidak
berhenti.
Sampai akhirnya situasi makin memanas, Ust. Iklil sampai ditarik-
tarik tangannya oleh Kyai Ali Karrar. Dalam situasi yang makin keruh, Ust.
Iklil sampai pingsan. Menurut keterangan Muhammad Zaini (salah satu
pengungsi), ada oknum Satpol PP Sampang yang memukul kepala Ust. Iklil
sampai pingsan.

Ust. Iklil akhirnya dibawa oleh personel Satpol PP dan dibawa ke


mobil ambulans. Dalam situasi yang makin keruh itu, tekanan tidak mereda.
perwakilan Pemkab, ulama, dan Polisi bahkan dengan keras menyampaikan
bahwa pengungsi tetap harus direlokasi meskipun mereka tidak mau tanda
tangan.

12.30 - 14.00 WIB

Perwakilan Pemkab dan Polisi akhirnya memaksa pengungsi untuk


segera berkemas. Bus dan truk pengangkut sudah disiapkan oleh Polisi.
Ust. Iklil sudah dibawa terlebih dahulu dengan mobil ambulans menuju di
rumah susun Pasar Puspa Agro, Sidoarjo. Di lokasi inilah Pemkab Sampang
dan Pemprov Jatim sudah berbulan-bulan yang lalu merencanakan sebagai
tempat relokasi pengungsi Syiah.

Tepat 14.30 WIB semua pengungsi akhirnya diangkut dengan dua bus
dan tiga truk polisi, dan dikawal dengan tiga mobil patroli menuju Pasar
Puspa Agro, Sidoarjo. Tidak kurang dari 168 pengungsi diusir paksa dari
GOR, benteng pertahanan terakhir sesudah kampung dan rumah mereka
dibakar massa anti-Syiah pada 26 Agustus 2012 yang lalu.

18.35 WIB

Rombongan pengungsi tiba di Pasar Puspa Agro. Di tempat ini,


masalah semakin menumpuk. Berdasarkan laporan relawan CMARs, di
rumah susun Puspa Agro masih ada penghuni lama yang tidak mau pindah.
Alasannya mereka mendapat informasi akan dipindahkan ke Gedung B baru
sore harinya. Diperkirakan butuh 71-75 kamar untuk para pengungsi. Biaya
setiap kamar berkisar antara Rp220.000-Rp300.000. Sampai saat ini
belum ada kepastian dari pemerintah soal siapa yang akan menanggung
biasa sewa rumah susun yang ditempati pengungsi.

Anda mungkin juga menyukai