3.1. UMUM
Perhitungan debit banjir rencana merupakan estimasi debit banjir rencana
dimana pada akhirnya akan menjadi materi utama dalam menentukan dimensi
suatu bangunan drainase diantaranya adalah : dimensi saluran samping, tinggi
lantai jembatan, tinggi drop serta penentuan dimensi gorong-gorong dan lain
lain.
Perhitungan debit banjir rencana pada laporan ini disajikan dalam bentuk
metode yang paling sering digunakan di Indonesia, yaitu metode Rasional,
sedangkan untuk metode lain ( metode Weduwen dan Metode Haspers)
digunakan sebagai pembanding saja, berikutnya diuraikan beberapa metode
yang sering digunakan.
Qp = . .q.F
dimana :
4,1
= 1
b. q 7
LAPORAN HIDROLOGI 11
PAKET 26 PERENCANAAN TEKNIS JALAN (40 km)
20
t 1
= t 9 . F
120 F
Rt 67.65
q = x
240 t 1,45
dimana :
Qp = Debit puncak banjir (m 3 /dt).
Rt = Curah Hujan maksimum harian (mm/hari) dengan periode ulang
T tahun.
= koefisien limpasan
= koefisien pengurangan curah hujan daerah pengaliran (basin
rainfall)
q = koefisien curah hujan maksimum (m 3 /km 2 /dt)
t = lama waktu curah hujan dalam jam
F = Luas daerah pengaliran (km 2 )
L = Panjang sungai utama (km).
I = Kemiringan dasar sungai, dihitung berdasarkan selisih antara
elevasi outlet dan batas daerah pengaliran / 0,90 L.
Waktu (t) dalam metode der Weduwen menunjukkan lama waktu kritis curah
hujan serta pengaruhnya terhadap besarnya debit puncak (banjir). dan hal
tersebut tidak sama seperti pada lama waktu konsentrasi dalam metode
rasional.
LAPORAN HIDROLOGI 12
PAKET 26 PERENCANAAN TEKNIS JALAN (40 km)
mendapatkan nilai t baru. Dengan mengulang perhitungan untuk mendapatkan
nilai Qp baru dengan menggunakan nilai t baru, sampai diperoleh t asumsi sama
dengan t perhitungan, kemudian Qp untuk periode ulang T tahun diketahui.
Metode perhitungan debit banjir dengan metode ini pada pekerjaan di proyek
ini tidak diaplikasikan karena syarat luas area pada lokasi pengaliran terlalu
besar
Qp = . .q. A
dimana :
Qp = Debit puncak banjir (m 3 /dt).
1 0,012 xA0, 7
=
1 0,073 xA0, 7
3
1 0 , 4t
= t 3,7.10 A4
1 x
t 2 15 12
t = 0,1xL0 ,8 xI 0, 3
Rth
q =
3,6 xt
LAPORAN HIDROLOGI 13
PAKET 26 PERENCANAAN TEKNIS JALAN (40 km)
dimana :
Qp = Debit puncak banjir (m 3 /dt).
Rt = Curah Hujan maksimum harian (mm/hari) dengan periode ulang
T tahun.
= koefisien limpasan
= koefisien pengurangan curah hujan daerah pengaliran (basin
rainfall)
q = koefisien curah hujan maksimum (m 3 /km 2 /dt)
t = lama waktu curah hujan dalam jam
A = Luas daerah pengaliran (km 2 )
L = Panjang sungai utama (km).
I = Kemiringan dasar sungai, dihitung berdasarkan selisih antara
elevasi outlet dan batas daerah pengaliran 0,90 L.
Seperti metode sebelumnya, metode perhitungan debit banjir dengan metode ini
pada pekerjaan di proyek ini tidak diaplikasikan karena syarat luas area pada
lokasi pengaliran terlalu besar.
LAPORAN HIDROLOGI 14
PAKET 26 PERENCANAAN TEKNIS JALAN (40 km)
C. I . A
Qp =
3,6
dimana :
2. Periode Ulang :
LAPORAN HIDROLOGI 15
PAKET 26 PERENCANAAN TEKNIS JALAN (40 km)
Karakteristik hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu
mempunyai periode ulang tertentu, periode ulang rencana untuk selokan
samping ditentukan 5 tahun.
SX
XT X (YT Yn )
Sn
90% X T
I
4
dimana :
5. Kurva Basis
Untuk menentukan kurva lamanya intensitas hujan rencana, yang dapat
diturunkan dari kurve basis (lengkung intensitas standar) lihat gambar
lengkung Kurva Basis.
LAPORAN HIDROLOGI 16
PAKET 26 PERENCANAAN TEKNIS JALAN (40 km)
200
I =180 mm/jam 180
170
160
150
140
130
120
Intensitas Hujan (mm/jam)
110
100
I rencana
90
80
Lengkung Basis
70
60
50
40
30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240
Tc=9,90 Mnt
Waktu Konsentrasi (menit)
GAMBAR
KURVA BASIS WILAYAH ENREKANG
200
I =180 mm/jam 180
170
160
150
140
130
120 I rencana
Intensitas Hujan (mm/jam)
110
100
90
80
Lengkung Basis
70
60
50
40
30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240
Tc=9,90 Mnt
Waktu Konsentrasi (menit)
GAMBAR
KURVA BASIS WILAYAH LUWU UTARA
LAPORAN HIDROLOGI 17
PAKET 26 PERENCANAAN TEKNIS JALAN (40 km)
Tc = t1 + t2
0 ,167
2 nd
t1 x3,28 xLo x
3 s
L
t2
60 xV
dimana :
Tc = Lama waktu konsentrasi aliran (menit).
t1 = waktu inlet (menit)
t2 = waktu aliran (menit)
Lo = Panjang saluran (m).
nd = koefisien hambatan
s = kemiringan daerah pengaliran
v = kecepatan air rata-rata diselokan (m/dt)
Lama waktu pengaliran pada permukaan tanah sulit ditentukan secara pasti,
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kemiringan, kekasaran
permukaan, karakteristik infiltrasi, tampungan permukaan tanah dan intensitas
curah hujan.
LAPORAN HIDROLOGI 18
PAKET 26 PERENCANAAN TEKNIS JALAN (40 km)
limpasan adalah dengan menyajikannya dalam bentuk tabel, koefisien limpasan
yang diusulkan untuk metode rasional dapat dilihat pada lembar Lampiran
“perhitungan untuk menentukan koefisien C”
dimana :
C1 , C2 , C3 = koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi
permukaan
A1 , A2 , A3 = luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan
kondisi permukaan
Bagian terpenting dalam menentukan debit puncak banjir yang didasarkan pada
karakteristik daerah pengaliran adalah analisa bentuk dan luas daerah
pengaliran sungai serta kemiringan sungai utama.
LAPORAN HIDROLOGI 19
PAKET 26 PERENCANAAN TEKNIS JALAN (40 km)
LAPORAN HIDROLOGI 20
PAKET 26 PERENCANAAN TEKNIS JALAN (40 km)