Anda di halaman 1dari 1

Jawaban.

1
Modal Penyertaan adalah investasi atau penanaman modal dari pihak luar yang bukan anggota
koperasi, contohnya adalah dari pihak swasta, pemerintahan ataupun dari perseorangan

2.

Pembagian sisa hasil usaha koperasi didasarkan pada UU No. 25 tahun 1992 pasal 5 ayat 1.
Pada bagian C, disebutkan bahwa pembagian SHU koperasi kepada anggotanya harus
sebanding dengan jasa dari anggota tersebut. Singkatnya, SHU adalah alat untuk memberikan
keuntungan secara adil bagi anggota koperasi

Penggunaan SHU antara lain untuk dana cadangan, pendidikan koperasi, dana sosial, dan
dibagikan kepada anggota berdasarkan jasa yang disumbangkan kepada koperasi.
Selengkapnya, penggunaan SHU tersebut ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Koperasi (AD dan ART) yang diputuskan melalui rapat anggota.

3.

kondisi rakyat pada masa pemerintahan kolonial adalah menderita, sengsara dan lain
sebagainya sebab ekonomi kolonial menerapkan sistem monopoli utamanya dalam bidang
perdagangan sehingga kemampuan ekonomi masyarakat (pribumi) dipangkas habis-habisan.

Di masa penjajahan Belanda, gerakan koperasi pertama di Indonesia lahir dari inisatif tokoh R.
A. Wiriaatmadja pada tahun 1986. Wiriaatmadja, patih Purwokerto ( Banyumas ) ini berjasa
menolong para pegawai, pedagang kecil dan petani dari hisapan lintah darat melalui koperasi.
Berdirinya Boedi Oetomo, pada tahun 1908 mencoba memajukan koperasi rumah tangga
( koperasi konsumsi ). Serikat Islam pada tahun 1913 membantu memajukan koperasi dengan
bantuan modal dan mendirikan Toko Koperasi. Pada tahun 1927, usaha koperasi dilanjutkan
oleh Indonesische Studie Club yang kemudian menjadi Persatuan Bangsa Indonesia ( PBI ) di
Surabaya. Partai Nasional Indonesia ( PNI ) di dalam kongresnya di Jakarta berusah
menggelorakan semangat koperasi sehingga kongres ini sering juga disebut kongres koperasi.
Pergerakan koperasi selama penjajahan Belanda tidak dapat berjalan lancar. Untuk membatasi
laju perkembangan koperasi, pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan koperasi Besluit 7
April No. 431 tahun 1915.

Ratusan tahun silam, koperasi hadir sebagai bentuk perlawanan rakyat terhadap kuasa pemilik
modal. Semangat solidaritas yang mengakar ini terbukti membawa koperasi mampu berkembang
menjadi aktor penting dalam perekonomian di berbagai negara maju. Demi membuat koperasi di
dalam negeri “naik kelas”, pemerintah perlu mengambil pelajaran dari negara-negara tersebut.

Kisah tentang koperasi bisa kita temukan jauh hingga akhir abad ke-18. Saat itu, masyarakat Hull
di Inggris membentuk komunitas bernama Hull Anti-Mill Society

4.

E.F. Schumacher (1978) berpendapat bahwa small is beautiful. John Naisbitt (1944)
merasa percaya bahwa masa depan perekonomian global berada ditangan unit usaha yang
kecil, otonom, namun padat teknologi. Dari kedua pendapat tersebut mendorong keyakinan kita
bahwa sektor-sektor usaha kecil di Indonesia perlu diberi kesempatan untuk berperan lebih
banyak. Oleh karena itu. paradigms pengembangan ekonomi rakyat layak diaplikasikan dalam
tatanan praktis. Pendapat A.P.Y. Djogo (dalam Mubyarto, 1999) perlu dikemukakan yang
menganalisis perbedaan antara "ekonomi rakyat" dan "ekonomi konglomerat" dengan
kesimpulan bahwa, jika ekonomi konglomerat "sejak dari sananya" adalah "ekonomi
pertumbuhan", maka ekonomi rakyat adalah "ekonomi pemerataan". Keistimewaan koperasi
tidak dikenal adanya majikan dan buruh, serta tidak ada istilah pemegang saham mayoritas.
Semua anggota berposisi sama, dengan hak suara sama. Oleh karena itu, apabila aktivitas
produksi yang dilakukan koperasi ternyata dapat memberi laba finansial, semua pihak akan
turut menikmati laba tersebut. untuk mengembangkan
koperasi banyak hal yang perlu dibenahi, baik keadaan internal maupun eksternal. Di sisi
internal, dalam tubuh koperasi masih banyak virus yang merugikan. Yang paling berbahaya
adalah penyalahgunaan koperasi sebagai wahana sosial politik. Manuver koperasi pada
akhirnya bukan ditujukan untuk kemajuan kopearasi dan kesejahteraan anggota, mealinkan
untuk keuntungan di "Ketua Untung Dulu", tentunya menggambarkan yang diuntungkan
koperasi adalah para elit pengurusnya (Indra Ismawan, 2001). Parahnya lagi para pengurus
koperasi kadangkala merangkap jabatan birokratis, politis atau jabatan

Anda mungkin juga menyukai