Anda di halaman 1dari 17

MENJELASKAN SEJARAH PERTUMBUHAN KOPERASI,

PERKEMBANGAN KOPERASI DAN PERJUANGAN KOPERASI SEJAK


ZAMAN PENJAJAHAN SAMPAI SEKARANG

KELAS : H AKUNTANSI MALAM


NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1 :
1. Yunika Lediana Dewi (15/1902622010404)
2. Ayu Lia Dwiana Putri (16/1902622010405)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
TAHUN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Rasa syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang WidhiWasa, Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat-Nya Makalah Koperasi dan UMKM ini yang berjudul ” Menjelaskan
Sejarah Pertumbuhan Koperasi, Perkembangan Koperasi Dan Perjuangan Koperasi Sejak Zaman
Penjajahan Sampai Sekarang” dapat terselesaikan dengan baik, serta ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya baik dari segi susunan kata,
maupun cara penyajiannya karena keterbatasan kemampuan kami. Semoga makalah yang kami
susun ini bermanfaat bagi yang memerlukannya, maka dari itu segala saran dan kritik yang
bersifat membangun, kami harapkan dalam penyempurnaan dikemudian hari, akhir kata kami
mengucapkan terimakasih.

“Om Shanti, Shanti, Shanti, Om”

Denpasar, 19 Pebruari 2021

(Kelompok 1)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3. Tujuan Makalah........................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Sejarah Pertumbuhan Koperasi................................................................3
2.2. Perkembangan Koperasi...........................................................................5
2.3. Perjuangan Koperasi Sejak Zaman Penjajahan Sampai Sekarang...........6
2.3.1. Koperasi Sejak Zaman Penjajahan.................................................6
2.3.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi pada Kurun Waktu
Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1949) ...............................8
2.3.3. Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi pada Kurun Waktu
(1950-1965) ...................................................................................9
2.3.4. Perkembangan Koperasi pada Masa Pemerintahan Orde Baru dan
Reformasi ......................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan...............................................................................................13
3.2. Saran.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam
bidang perekonomian, beranggotakan secara sukarela dan atas dasar persamaan hak,
berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
para anggotanya. Badan usaha koperasi mempunyai tujuan utama tidak untuk mencari laba
tetapi untuk melayani anggota koperasi agar lebih sejahtera dengan berdasarkan asas
kekeluargaan. Hal ini juga sudah ditegaskan dengan UUD 45 khususnya pasal 33 ayat 1
yang menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan. Menurut Kartasapoetra (2001:3) Koperasi Indonesia adalah
perkumpulan orang-orang bukan perkumpulan modal. Orang-orang yang kesemuanya
menjadi anggota koperasi itu secara bersama-sama bergotong royong berdasarkan
persamaan, bekerja untuk memajukan kepentingan-kepentingan ekonomi mereka dan
kepentingan masyarakat.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan koperasi, seperti yang


dikemukakan oleh Jochen Ropke (2003:170) bahwa “ Keberhasilan dan perkembangan
usaha koperasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengelola, pelayanan,
permodalan, partisipasi anggota, dan pembinaan pemerintah ” Berhasil tidaknya koperasi
tergantung dari beberapa faktor, menurut Thoby Mutis (1992:89) pertumbuhan
(keberhasilan) usaha dilihat sebagai usaha peningkatan ukuran kuantitas asset usaha, jasa,
pendapatan, SHU, simpan pinjam, kekayaan, modal sendiri..

Secara umum, partisipasi berarti meningkatkan peran serta orang-orang yang mempunyai
visi dan misi yang sama bagi mengembangkan organisasi maupun usaha koperasi. Menurut
Sitio dan Tamba (2001:30) keberhasilan koperasi sangat erat hubungannya dengan
partisipasi aktif anggota dalam koperasinya akan maju dan berkembang sehingga koperasi
dapat dikatakan berhasil.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Sejarah Pertumbuhan Koperasi ?
1.2.2 Bagaimana Perkembangan Koperasi?
1.2.3 Bagaimana Perjuangan Koperasi Sejak Zaman Penjajahan sampai Sekarang?

1.3 Tujuan Makalah


1.3.1 Untuk Mengetahui Sejarah Pertumbuhan Koperasi
1.3.2 Untuk Mengetahui Perkembangan Koperasi
1.3.3 Untuk Mengetahui Perjuangan Koperasi Sejak Zaman Penjajahan sampai Sekarang

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 SEJARAH PERTUMBUHAN KOPERASI


Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada umumnya
merupakan hasil dari usaha yang tidak spontan dan tidak dilakukan oleh orang-orang yang
sangat kaya. Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam lapangan
ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme semakin memuncak. Beberapa
orang yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh
penderitaan dan beban ekonomi yang sama, secara spontan mempersatukan diri untuk
menolong dirinya sendiri dan manusia sesamanya.
Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria Atmaja di Purwokerto
mendirikan sebuah Bank untuk para pegawai negeri (priyayi). Ia terdorong oleh
keinginannya untuk menolong para pegawai yang makin menderita karena terjerat oleh lintah
darat yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi. Maksud Patih tersebut untuk
mendirikan koperasi kredit model seperti di Jerman.Cita-cita semangat tersebut selanjutnya
diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode, seorang asisten residen Belanda. De Wolffvan
Westerrode sewaktu cuti berhasil mengunjungi Jerman dan menganjurkan akan mengubah
Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan
Pertanian.Selain pegawai negeri juga para petani perlu dibantu karena mereka makin
menderita karena tekanan para pengijon. Ia juga menganjurkan mengubah Bank tersebut
menjadi koperasi.Di samping itu ia pun mendirikan lumbung-lumbung desa yang
menganjurkan para petani menyimpan pada pada musim panen dan memberikan pertolongan
pinjaman padi pada musim paceklik. Ia pun berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu
menjadi Koperasi Kredit Padi.Tetapi Pemerintah Belanda pada waktu itu berpendirian lain.
Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian dan Lumbung Desa tidak dijadikan Koperasi
tetapi Pemerintah Belanda membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank –bank Desa ,
rumah gadai dan Centrale Kas yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI). Semua
itu adalah badan usaha Pemerntah dan dipimpin oleh orang-orang Pemerintah.
Pada zaman Belanda pembentuk koperasi belum dapat terlaksana karena:

3
1. Belum ada instansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang memberikan
penerangan dan penyuluhan tentang koperasi.
2. Belum ada Undang-Undang yang mengatur kehidupan koperasi.
3. Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi karena
pertimbangan politik, khawatir koperasi itu akan digunakan oleh kaum politik untuk
tujuan yang membahayakan pemerintah jajahan itu.Mengantisipasi perkembangan
koperasi yang sudah mulai memasyarakat, Pemerintah Hindia Belanda
mengeluarkan peraturan perundangan tentang perkoperasian. Pertama, diterbitkan
Peraturan Perkumpulan Koperasi No. 43, Tahun 1915, lalu pada tahun 1927
dikeluarkan pula Peraturan No. 91, Tahun 1927, yang mengatur Perkumpulan-
Perkumpulan Koperasi bagi golongan Bumiputra. Pada tahun 1933, Pemerintah
Hindia Belanda menetapkan Peraturan Umum Perkumpulan-Perkumpulan Koperasi
No. 21, Tahun 1933. Peraturan tahun 1933 itu, hanya diberlakukan bagi golongan
yang tunduk kepada tatanan hukum Barat, sedangkan Peraturan tahun 1927, berlaku
bagi golongan Bumiputra. Diskriminasi pun diberlakukan pada tataran kehidupan
berkoperasi
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Soetomo memberikan peranan
bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat.Pada tahun 1915 dibuat
peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling
Inlandschhe Cooperatieve.
Pada tahun 1927 dibentuk Sarekat Islam, yang bertujuan untuk memperjuangkan
kedudukan ekonomi pengusah-pengusaha Pribumi. Kemudian pada tahun 1929, berdiri Partai
Nasional Indonesia yang memperjuangkan penyebarluasan semangat koperasi. Namun, pada
tahun 1933 keluar UU yang mirip UU no. 431 sehingga mematikan usaha koperasi untuk
yang kedua kalinya.Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia. Jepang lalu mendirikan
koperasi kumiyai.[9] Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya berubah drastis
dan menjadi alat Jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia
mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Pada saat itu ditetapkan
sebagai Hari Koperasi Indonesia. Sekaligus membentuk Sentral Organisasi Koperasi Rakyat

4
Indonesia (SOKRI) yang berkedudukan di Tasikmalaya (Bandung sebagai ibukota provinsi
sedang diduduki oleh tentara Belanda)

2.2 PERKEMBANGAN KOPERASI


Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kehadiran
pedagang-pedagang bangsa Eropa yang datang ke Indonesia. Namun dengan keserakahan
pedagang-pedagang Eropa untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya, maka
hubungan dagang menjadi ingin menguasai mata rantai perdagangan. Akibatnya terjadi
penindasan (menjajah) oleh pedagang-pedagang bangsa Eropa terhadap bangsa Indonesia.
Dari penderitaan inilah yang mengunggah pemuka-pemuka bangsa Indonesia berjuang
untuk memperbaiki kehidupan masyarakat, salah satunya dengan mendirikan koperasi.
Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa
Tengah pada tahun 1896. Beliau mendirikan koperasi kredit dengan tujuan membantu
rakyatnya yang terjerat hutang dengan rentenir. Hal ini menyebabkan koperasi yang ada
saat itu berjatuhan dan tidak mendapatkan izin Koperasi dari Belanda. Namun setelah para
tokoh Indonesia mengajukan protes, Belanda akhirnya mengeluarkan UU untuk itu.

Perkembangan koperasi di Indonesia mengalami pasang naik dan turun dengan titik berat
lingkup kegiatan usaha secara menyeluruh yang berbeda-beda dari waktu ke waktu sampai
sekarang. Jika pertumbuhan koperasi yang pertama di Indonesia menekankan pada kegiatan
simpan-pinjam maka selanjutnya tumbuh pula koperasi yang menekankan pada kegiatan
penyediaan barang-barang konsumsi dan barang-barang produksi. Perkembangan koperasi
dari berbagai jenis usaha tersebut selanjutnya ada kecenderungan menuju ke suatu bentuk
koperasi yang memiliki beberapa jenis kegiatan usaha. Koperasi serbaguna ini mengambil
langkah-langkah kegiatan usaha yang paling mudah dan dikerjakan terlebih dahulu.

Koperasi yang didirikan R. Aria Wiriatmadja bergerak di bidang simpan-pinjam. Modal


koperasi tersebut menggunakan uangnya sendiri dan beliau juga menggunakan kas masjid
yang dipegangya. Kegiatan koperasi dikembangkan lebih lanjut oleh De Wolf Van
Westerrode seorang asisten residen. Ketika ia cuti ke Eropa dipelajarinya cara kerja
wolksbank secara Raiffeisen (koperasi simpan-pinjam untuk kaum tani) dan Schulze-
Delitzsch (koperasi simpan-pinjam untuk kaum buruh di kota) di Jerman. Setelah ia
kembali dari cuti melailah ia mengembangkan koperasi simpan-pinjam sebagaimana telah
dirintis oleh R. Aria Wiriatmadja . Dalam hubungan ini kegiatan simpan pinjam yang dapat
berkembang ialah model koperasi simpan-pinjam lumbung dan modal untuk itu diambil
dari zakat.

5
2.3 Perjuangan Koperasi Sejak Zaman Penjajahan sampai Sekarang
2.3.1 Koperasi Sejak Zaman Penjajahan
Penindasan yang terus-menerus terhadap rakyat Indonesia dan berlangsung
cukup lama menjadikan kondisi umum rakyat amat parah. Namun demikian masih
beruntung semangat bergotong royong masih tetap tumbuh dan bahkan berkembang
makin kuat. Di samping itu kesadaran beragama juga makin tinggi, sehingga
perlahan tapi pasti mulai tumbuh keinginan untuk melepaskan diri dari keadaan yang
selama ini mengungkung mereka. Sendi-sendi dasar demokrasi serta dimensi
kesamaan hak mulai dikenal dan diterapkan. Dan pada tahun 1912, sendi dasar ini
juga yang dipakai oleh organisasi Serikat Islam.

Pada tahun 1915 lahirlah undang-undang koperasi yang pertama yang disebut
”Verordening op de Cooperative Vereenigingen” (Konimklijk Besluit 7 April 1912
stbl.431), yakni undang-undang tentang perkumpulan koperasi yang berlaku untuk
segala bangsa. Jadi bukan khusus dan semata-mata untuk Bumi Putera saja.

Undang-undang Koperasi di atas sama dengan undang-undang koperasi di


Nederland pada tahun 1876 (kemudian diubah dalam tahun 1925). Dengan
perubahan tahun 1925 ini, peraturan koperasi di Indonesia juga diubah (Peraturan
Koperasi tahun 1933 LN No.108). Adanya peraturan yang baru ini membuat
pergerakan perkoperasian nasional mengalami kesulitan untuk berkembang. Hal
itu disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Anggaran dasar koperasi harus ditulis dalam bahasa Belanda.

2. Pengesahan harus dilakukan oleh notaris.

3. Harus diumumkan melalui Berita Negara yang berbahasa Belanda.

Tahun 1920 dibentuklah Cooperative Commissie (Komisi Koperasi) yang


diketuai oleh Prof. Dr. J.H. Boeke. Komisi ini bertugas untuk mengadakan
penyelidikan apakah koperasi ini berfaedah bagi Nederland Indie (Indonesia) serta
bagaimana cara untuk pengembangannya. Untuk itu keanggotaannya disertakan 3

6
orang pribumi, antara lain, seorang Bupati dan seorang dari Pengurus Budi
Oetomo.

Dalam laporannya (1921) komisi tersebut menyimpulkan bahwa,


pemerintah seyogianya aktif membantu pengembangan koperasi dan oleh karena
itu kiranya disusun peraturan perundang-undangan koperasi yang baru. Namun
kenyataannya peraturan perundang-undangan tersebut tidak banyak menolong,
gerakan koperasi tetap kurang baik perkembangannya. Hal in disebabkan antara
lain oleh:

1. Peran Bank Rakyat yang khusus dibentuk, secara koperatif masih


merupakan tugas sampingan.

2. Adanya pemahaman baru yang muncul dari kaum pergerakan yang


justru menentang untuk berkoperasi (non-cooperation). Ini
disebabkan adanya peraturan baru yang menempatkan pemerintah
kolonial sebagai pengawas.

Pada tahun 1932, Persatuan bangsa Indinesia (PBI) di Jawa Timur telah
berusaha mengembangkan koperasi pertanian (rukun tani). Dengan dibentuknya
koperasi ini diharapkan para petani dapat meningkatkan produksi dan
pendapatannya, serta terhindar dari sistem ijon dan para rentenir. Pada tahun 1963
koperasi-koperasi yang telah ada bergabung dan membentuk nama “Moeder
Centraal”, yang kemudian diubah namanya menjadi Gabungan Pusat Koperasi
Indonesia (GAPKI). Pada masa penjajahan Jepang ternyata lebih menyedihkan
lagi, karena jenis koperasi yang dianjurkan Jepang yaitu ”Kumiai” hanya
merupakan alat mereka untuk mengelabui rakyat agar secara gotong royong
mengumpulkan hasil-hasil produksinya dengan dalih untuk mengisi lumbung-
lumbung paceklik, yang sebenarnya hanya diperlukan untuk membantu keperluan
logistik tentara Jepang. Pada hakekatnya pertumbuhan koperasi di tanah air
menghadapi dua macam rintangan yaitu rintangan yang datang dari luar
(eksternal) dan dai dalam (internal) koperasi itu sendiri yaitu:

7
a) Rintangan dari luar tubuh koperasi, Rintangan ini merupakan tekanan-
tekanan politik pemerintah kolonial dan saingan berat dari kaum kapitalis.

b) Rintangan dari dalam tubuh koperasi, rintangan ini berupa hambatan-


hambatan yang akan menggagalkan atau sangat mengikat pertumbuhan
dan perkembangan koperasi.

2.3.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi pada Kurun Waktu Mempertahankan


Kemerdekaan (1945-1949)
Dalam suasana perang, sambil bertempur mempertahankn kemerdekaan, pemerintah
RI dapat membenahi diri sehingga seluruh tugas-tugas pemerintahan dapat berjalan
sebagaimana mestinya termasuk juga tugas-tugas yang diemban jawatan koperasi.
Keinginan dan semangat untuk berkoperasi yang semula hancur akibat politik Devide et
Impera (pecah belah) pada masa kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh sistem “kumiai”
pada zaman penjajahan Jepang, mulai timbul kembali sejalan dan sesemarak dengan
bergeloranya “semangat dan nilai-nilai perjuangan 45”, rakyat bahu membahu dengan
pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi sehubungan dengan tindakan-
tindakan pengacauan pihak Belanda, yang dalam hal ini peranan koperasilah yang
menentukan. Mengenai peranan koperasi ini dituangkan secara jelas di dalam pasal 33
UUD 1945 yang pada dasarnya menetapkan koperasi sebagai soko guru perekonomian
Indonesia.
Oleh karena itu agar pengembangan koperasi sejalan dengan dan memenuhi jiwa pasal
33 UUD ’45 tersebut, pada bulan desem ber 1946 oleh pemerintah RI telah diadakan
reorganisasi Jawatan Koperasi dan Perdagangan Dalam Negeri, yang sejak saat tersebut
instansi koperasi dan perdagangan di pisah menjadi instansi yang berdiri sendiri-sendiri,
yaitu jawatan koperasi dengan tugas-tugas mengurus dan menangani pembinaan gerakan
koperasi, dan jawatan perdagangan dengan tugas-tugas mengurus dan menangani
bimbingan perdagangan.
Perang sengit melawan kolonial yang berlangsung hingga tahun 1949 menyulitkan
perkembangan gerakan koperasi. Tetapi ketika Belanda melakukan blokade, yang
menyebabkan banyak barang kebutuhan rakyat di daerah kekuasaan pemerintah Republik
Indonesia sangat sulit dicari dan terbatas, antusiasme berkoperasi muncul kembali.

8
Koperasi-koperasi kemudian mengambil peran sebagai distributor barang-barang
kebutuhan rakyat.
Akhir tahun 1946 jumlah koperasi yang didirikan melonjak cepat. Di Pulau Jawa
saja tercatat ada 2500 perkumpulan koperasi yang diawasi pemerintah. Menjamurnya
koperasi ketika itu memancing kaum partai untuk memanfaatkan keberadaan mereka
demi tujuan partai. Dan banyak koperasi yang kemudiaan diperalat oleh para pimpinan
partai itu. Ini berarti secara sadar telah melanggar prinsip-prinsip berkoperasi.
Koperasi adalah alat pembangunan ekonomi Atas dasar keputusan Konperensi
Ciparay, Pusat Koperasi Priangan mengambil prakarsa untuk menyelenggarakan Kongres
Koperasi Seluruh Indonesia. Pada tanggal 11 Juli sampai 14 juli 1947, gerakan koperasi
Indonesia dalam alam kemerdekaan telah menyelenggarakan kongresnya yang pertama di
Tasikmalaya.
Peraturan koperasi tahun 1949 nomor 179, Pemerintah Republik Indonesia
meninjau kembali peraturan perkoperasian peninggalan kaum colonial yang tidak cocok
lagi dengan bangsa Indonesia. Termasuk diantaranya Undang-undang/Peraturan Koperasi
tahun 1927 No.91 dan menggantinya dengan Peraturan Koperasi tahun 1949 No.179.
Dalam peraturan koperasi ini jelas dinyatakan bahwa “ koperasi merupakan perkumpulan
orang-orang atau badan-badan hukum Indonesia yang memberi kebebasan kepada setiap
orang atas dasar persamaan untuk menjadi anggota dan atau menyatakan berhenti,
maksud utama mereka dalam wadah koperasi ini yaitu memajukan tingkat kesejahteraan
lahiriah para anggotanya dengan melakukan usaha-usaha bersama di bidang perdagangan,
usaha kerajinan, pembelian/pengadaan barang-barang keperluaan anggota, tanggung
menanggung kerugian yang dideritanya, pemberian pinjaman, pembenukan koperasi
harus diperkuat dengan akta dan harus didaftarkan serta diumumkan menurut cara-cara
yang telah ditentukan pemerintah.
2.3.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi pada kurun waktu ( 1950 - 1965)
Pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara Republik Indonesia Serikat resmi
dibubarkan dan diganti dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seiring dengan
disatukannya kembali Negara-negara bagian ke dalam wadah kesatuan RI, jawatan-
jawatan koperasi di Negara-negara bagian tersebut dibubarkan pula dan selanjutnya
digabungkan dalam satu bentuk organisasi jawatan koperasi yang bernaung dalam Negara

9
RI, segala sesuatunya diseragamkan dan disesuaikan dengan semangat dan nilai-nilai
perjuangan 1945, semangat Pancasila dan semangat UUD 1945.
Pada kurun waktu tesebut, sementara koperasi tengah mengadakan
penyempurnaan di dalam, situasi dalam negeri berubah di mana persatuan dan
kekeluargaan antara sesama rakyat Indonesia secara lambat tengah dibawa kearah
keretakan yang dikarenakan sistem liberalisme. Sistem ini sangat mengabaikan cara-cara
musyawarah dan mufakat, merusak terjalinnya persatuan antara sesama warga Negara,
liberalisme menimbulkan pengkotak-kotakan dalam masyarakat yang masing-masing
menggunakan cara mutlak-mutlakan dalam mewujudkan segala sesuatu yang menjadi
cita-citanya. Jadi liberalisme sangat bertentangan dengan gotong royong dan
kekeluargaan yang menjadi kepribadian bangsa kita.
a) Peraturan Pemerintah (PP) no. 60 tahun1959
Merupakan peraturan peralihan sebelum dicabutnya UU koperasi tahun
1958 no 79. untuk merumuskan pola perkoperasian sehubungan dengan PP no. 60
tahun 1959, yang menetapkan antara lain:
• Koperasi berfungsi sebagai alat untuk melaksanakan ekonomi terpimpin.
• Menjadikan Manipol sebagai landasan Idiil koperasi.
b) Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1960
Sehubungan dengan instruksi Presiden ini, untuk mempercepat
perkembangan koperasi, telah dibentuk BAPENGKOP (Badan Penggerak
Koperasi) beranggotakan petugas pemerintahan. Pemerintah menjadikannnya
sebagai penyalur bahan-bahan pokok dengan harga yang jauh lebih rendah dari
harga pasar, akan tetapi hal ini dapat mematikan inisiatif koperasi, juga tidak
membawa perbaikan terhadap mentalitas koperasi, dan dapat menimbulkan
penyelewengan penyelewengan dalam tubuh koperasi.
c) Instruksi presiden Nomor 3 tahun 1960
Satu-satunya yang benar-benarnya bermanfaat bagi perkembangan
koperasi pada masa itu ialah tentang peningkatan pendidikan koperasi. Kegiatan ini
dapat menciptakan insan-insan koperasi yang bermental tinggi, jujur, terampil, giat
dan bergairah kerja untuk meningkatkan usaha koperasi.

10
d) Musyawarah nasional koperasi ke-1 (MUNASKOP I)
Dilaksanakan di Surabaya pada tanggal 21 april 1961 dengan tujuan untuk lebih
menyempurnakan dan atau mensejalankan perkoperasian nasional dengan garis-garis
ekonomi terpimpinnya Bung Karno. Adapun Munaskop dalam sidangnya kemudian
menghasilkan beberapa keputusan, antara lain meliputi:
• Peranan Koperasi Indonesia
• Organisasi gerakan serta program koperasi Indonesia
Dewan Koperasi Indonesia yang berdiri sejak tahun 1953 dibubarkan dan diganti
dengan kesatuan Organisasi Koperasi (KOKSI).
e) Musyawarah Nasional Koperasi ke-2 (MUNASKOP II)
Bertempat di Jakarta pada bulan Agustus 1965, ternyata MUNASKOP II lebih
menghancurkan ideologi koperasi Indonesia yang murni. Bung Karno juga
mensahkan UU koperasi nomor 14 tahun 1965 dengan pengertian koperasi
“merupakan organisasi ekonomi dan alat revolusi yang berfungsi sebagai tempat
pesemaian insan masyarakat serta wahana menuju sosialisasi Indonesia berdasarkan
Pancasila”. Hal ini sangat membatasi gerak serta pelaksanaan strategi dasar
perekonomian.
2.3.4 Perkembangan Koperasi pada Masa Pemerintahan Orde Baru dan Reformasi

Seiring dengan keruntuhan pemerintahan orde lama dibawah kepemimpinan


Soekarno yang telah bertindak jauh ke luar dari ketentuan-ketentuan UUD 1945 dan
Pancasila, maka terbentuklah pemerintahan orde baru di bawah pimpinan Soeharto  yang
melakukan pembersihan-pembersihan di seluruh tubuh pemerintahan dan badan-badan
kemasyarakatan.
    Tentang Undang-Undang Koperasi yang baru yaitu Undang-undang nomor 12
tahun 1967 (tentang pokok-pokok perkoperasian) telah disahkan oleh Presiden pada
tanggal 18 Desember 1967 dan berlaku sampai sekarang. Dengan adanya UU koperasi
yang baru ini maka terpenuhilah keinginan masyarakat khususnya para pecinta koperasi
untuk memiliki landasan pokok untuk mengatur perkoperasian yang sesuai dengan jiwa
dan semangat orde baru, berdasarkan Pancasila serta undang-undang Dasar 1945,
terutama pasal 33 ayat 1.
Pada tahun 1966 ini pula pemerintah telah mengatur bidang perkoperasian
nasional, dimana urusan pengembangan/pembinaan dialihkan kepada Kementerian
Perdagangan melalui Departemen Koperasi, yang langsung meluruskan kekeliruan yang
terjadi di zaman Orde Lama, yaitu meletakkan asas-asas Sendi Dasar Koperasi sesuai
dengan keberadaannya. Oleh karena itu dikeluarkan Surat Edaran No.1 dan No.2 tahun

11
1966 oleh Deputi Mentri Perdagangan yang membawahi Departemen Koperasi di
lingkungan Kementerian Perdagangan, yang mengatur bahwa: koperasi harus bekerja
berdasarkan asas dan sendi dasar yang sebenarnya, koperasi sebagai alat demokrasi
ekonomi harus menegakkan asas demokrasi dengan kekuasaan tertinggi.
1). Landasan-landasan Koperasi, yaitu antara lain:
a) Landasn Idiil: Pancasila
b) Landasan Struktural dan Landasan Gerak: UUD 1945 dan Pasal 33 ayat (1) UUD
1945 serta penjelasannya
c) Landasan mental koperasi Indonesia: setia kawan dan kesadaran berpribadi

2). Fungsi koperasi, antara lain:


a) Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat.
b) Alat pendemokrasian nasional.
c) Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.
d) Alat pembinaan insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi
bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tatalaksana perekonomian rakyat.

3). Asas koperasi adalah kekeluargaan dan kegotongroyongan Sendi-sendi Dasar


hhhKoperasi, yaitu:
a). Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara nn
nnnIndonesia.
b). Rapat anggota merupakan kekuasaan yang tertinggi sebagai pencerminan
nnndemokrasi dalam koperasi.
c). Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota.
e). Adanya pembatasan bunga atas modal.

4). Masalah-masalah yang dihadapi koperasi pada masa ini, antara lain:
a) Masalah manajemen
b) Masalah modal dan pemupukan modal
c) Masalah pemasaran dan peningkatan produk

12
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang dijalankan berdasarkan asas
kekeluargaan. inti dari koperasi adalah kerja sama, yaitu kerja sama diantara anggota dan
para pengurus dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anggota dan masyarakat serta
membangun tatanan perekonomian nasional. Sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi
bukan hanya milik orang kaya melainkan juga milik oleh seluruh rakyat Indonesia tanpa
terkecuali.
Di Pemerintahan Orde baru dan Reformasi ini Keanggotaan Koperasi Indonesia bersifat
sukarela dan didasarkan atas kepentingan bersama sebagai pelaku ekonomi. Melalui
koperasi, para anggota ikut, secara aktif memperbaiki kehidupannya dan kehidupan
masyarakat melalui karya dan jasa yang disumbangkan. Dalam usahanya, koperasi akan lebih
menekankan pada pelayanan terhadap kepentingan anggota, baik sebagai produsen maupun
konsumen

3.2. SARAN

Berdasarkan materi diatas, penulis menyarankan kepada Mahasiswa milenial harus


meningkatkan kesadaran dari diri kita masing - masing dalam usaha untuk meningkatkan
koperasi di Indonesia seperti yang kita ketahui Di tanah air kita, Negara Indonesia sejarah
perkembangan koperasi bentuk kerjasamanya mengarah pada dua muara yaitu kerjasama
sosial dan kerjasama ekonomi. Kerjasama sosial di Indonesia sama tuanya dengan
peradaban negara kita, bagian dari adat istiadat berupa kegiatan gotong royong di dalam
lingkungan masyarakat. Pada zaman sekarang di era modern kegiatan gotong royong sudah
jarang di temukan di lingkungan perkotaan, tapi kegiatan gotong royong ini masih kental di
area pedesaan dan Koperasi di indonesia sudah ada sejak:   jaman penjajahan kolonial,
penjajahan jepang, pada masa orde lama,  pada masa G30S/PKI dan pada masa orde baru.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://blog.julo.co.id/pengertian-sejarah-fungsi-jenis-koperasi/

https://blog.klikcair.com/sejarah-perkembangan-koperasi-di-indonesia/

https://agusrizkiblog.wordpress.com/2016/11/06/perkembangan-koperasi-era-reformasi/

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/niagawan/article/viewFile/10751/9644

https://blog.julo.co.id/pengertian-sejarah-fungsi-jenis-koperasi/

14

Anda mungkin juga menyukai