(TEMU IX)
OLEH:
KELOMPOK 1
NI MADE SANDYARANI DWI NANTARI (03)
NI KADEK LISTIANI (04)
NI PUTU TARA ASTI NUGRAHENI (05)
NI PUTU MELIA ASTUTI (07)
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................................. ....i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
PETA KONSEP............................................................................................................... iii
PEMBAHASAN MATERI
8.1 Macam-Macam Skala Pengukuran......................................................................... 1
8.2 Definisi Operasional Variabel ............................................................................... 5
8.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ...................................................... 6
8.3.1 Pengujian Validitas Instrumen ........................................................................ 7
8.3.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen .................................................................... 8
SIMPULAN .................................................................................................................... 10
REFERENSI................................................................................................................... 11
ii
PETA KONSEP
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
PEMBAHASAN MATERI
1
No Pertanyaan Jawaban
SS ST RG TS STS
1. Prosedur kerja yang baru itu akan
segera diterapkan di perusahaan √
Anda.
2. …………
Dengan ketentuan skor yang diberikan, yaitu: 1) SS (Sangat Setuju) diberi skor 5;
2) ST (Setuju) diberi skor 4; 3) RG (Ragu-ragu) diberi skor 3; 4) TS (Tidak Setuju)
diberi skor 2; 5) STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1.
b. Bentuk pilihan ganda: data interval yang dihasilkan dalam bentuk pilihan ganda,
dalam mengeneralisasikannya hampir sama dengan bentuk checklist. Berikut
contoh skala likert berbentuk pilihan ganda.
Berilah salah satu jawaban dari pertanyaan berikut sesuai pendapat Anda,
dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia.
“Prosedur kerja yang baru itu akan segera diterapkan di perusahaan Anda.”
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu atau netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
2. Skala Guttman
Skala guttman merupakan skala pengukuran yang akan mendapatkan jawaban tegas,
yakni “iya – tidak”; “benar – salah”; “pernah – tidak pernah”; “positif – negatif”; dan
lain-lain. Sehingga penelitian yang ingin mendapatkan jawaban tegas dari
permasalahan yang ditanyakan dapat menggunakan skala guttman. Ketika
menggunakan skala tipe ini, data yang diperoleh berupa data interval atau rasio
dikotomi (dua alternatif). Bentuk dari skala guttman sendiri, dapat berbentuk pilihan
ganda atau checklist (sama seperti skala likert). Untuk skor dari setiap jawaban dapat
dibuatkan skor tertinggi atau jawaban setuju bernilai 1 dan skor terendah atau jawaban
tidak setuju bernilai 0. Untuk analisanya dilakukan sama seperti perhitungan pada skala
likert. Berikut contoh dari skala guttman.
Bagaimana pendapat Anda, apabila orang tersebut menjabat sebagai pimpinan di
perusahaan ini?
a. Setuju
b. Tidak setuju
2
3. Semantic Defferential
Skala pengukuran yang berbentuk semantic defferential dikembangkan oleh Osgood.
Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda
maupun checklist, tetapi tersusun dalam suatu garis kontinum yang jawaban “sangat
positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak
di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Dan yang diperoleh adalah data interval, dan
biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik terte ntu yang
dipunyai oleh seseorang. Contoh:
Beri nilai gaya kepemimpinan Manajer
anda
4
Jumlah skor hasil pengumpulan data = 818. Dengan demikian kualitas tata ruang kantor
lembaga A menurut presepsi 30 responden itu 818 : 1200 = 68% dari kriteria yang
ditetapkan. Selain instrumen tersebut, terdapat instrumen penelitian yang digunakan
untuk mendapatkan data nominal dan ordinal sebagai berikut:
1. Instrumen untuk Menjaring Data Nominal
Contoh:
a. Berapakah jumlah pegawai di tempat anda bekerja ….. pegawai
b. Berapakah orang yang dapat berbahasa Belanda …. orang
2. Instrumen untuk Menjaring Data Ordinal
Contoh:
Berilah rangking terhadap lima pegawai di bidang pelayanan rumah sakit sebagai
berikut.
Nama Pegawai Rangking Nomor
A …
B …
C 1
D …
E …
Misalnya pegawai C adalah yang paling baik kinerjanya, maka pegawai tersebut
diberi rangking 1.
5
1. Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasi yang harus
dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi
nyata atau dapat terjadi. Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat
membuat gejala menjadi nyata.
2. Definisi operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada bagaimana obyek tertentu
yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang dilakukannya
atau apa yang menyusun karakteristik-karakteristik dinamisnya.
3. Definisi operasional Tipe C dapat disusun berdasarkan pada penampakan seperti apa
obyek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun
karakteristik-karakteristik statistiknya.
Dalam menyusun definisi operasional, definisi tersebut sebaiknya dapat
mengidentifikasi seperangkat kriteria unik yang dapat diamati. Semakin untuk suatu
definisi operasional, maka semakin bermanfaat. Karena definisi tersebut akan banyak
memberikan informasi kepada peneliti, dan semakin menghilangkan obyek-obyek atau
pernyataan lain yang muncul dalam mendefinisikan sesuatu hal yang tidak kita inginkan
tercakup dalam definisi tersebut secara tidak sengaja dan dapat meningkatkan adanya
kemungkinan makna variabel dapat direplikasi. Sekalipun demikian, keunikan /
kekhususan tersebut tidak menjadi penghalang keberlakuannya secara umum suatu konsep
yang merupakan ciri validitas eksternal bagi desain penelitian yang kita buat.
6
ini masih dipenagruhi oleh kondisi objek yang diteliti dan kemampuan orang yang
menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen yang valid dan reliabel juga
harus mempunyai validitas internal dan eksternal.
a. Validitas internal (rasional) adalah bila kriteria yang ada dalam instrumen secara
rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Jadi, kriterianya ada dalam
instrumen itu.
b. Validitas eksternal adalah bila kriteria dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta
empiris yang telah ada.
Kalau validitas internal instrumen dikembangkan menurut teori yang relevan, maka
validitas eksternal dikembangkan dari fakta empiris. Misalnya akan mengukur kinerja
sekelompok pegawai, validitas internalnya dibangun dari teori tentang kinerja sementara
validitas eksternalnya didasarkan pada tolok ukur yang telah ditetapkan di kelompok
pegawai tersebut. Untuk itulah penyusunan instrumen yang baik harus memerhatikan teori
dan fakta empiris.
Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen berbentuk test untuk
mengukur prestasi dan instrumen berbentuk non-test untuk mengukur sikap. Instrumen
yang berupa test jawabannya adalah “salah atau benar”, sedangkan instrumen sikap
jawabannya bersifat “positif atau negatif”. Validitas internal instrumen berupa test harus
memenuhi validitas konstrak dan validitas isi, sementara instrumen berbentuk non-test
cukup memenuhi validitas konstrak.
Instrumen yang memiliki validitas konstrak adalah jika instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Suatu geja la perlu
didefinisikan berdasarkan teori dan kemudian disusun instrumen untuk mengukurnya.
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang berbentuk test yang
sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar serta efektivitas pelaksanaan program
dan tujuan. Untuk mengukur prestasi belajar maka instrumen disusun berdasarkan materi
yang telah diajarkan. Begitu pula jika ingin mengukur efektivitas pelaksanaan program dan
tujuan.
8.3.1 Pengujian Validitas Instrumen
8.3.1.1 Pengujian Validitas Konstrak (Construct Validity)
Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat para ahli.
Instrumen terlebih dahulu disusun berdasarkan teori tertentu dan kemudian dimintai
pendapat para ahli. Setelah itu, dilakukan pengujian empiris di lapangan dengan sampel
berjumlah sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas
7
konstruk dilakukan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item
instrumen dalam suatu faktor dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.
8.3.1.2 Pengujian Validitas Isi (Content Validity)
Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrumen dengan gejala. Secara teknis, pengujian
validitas konstrak dan validitas isi dapat dibantu dengan kisi-kisi instrumen. Dalam
kisi-kisi tersebut terdapat variabel yang ingin diteliti, indikator tolok ukur dan nomor
butir (item) pertanyaan. Untuk menguji butir item bisa dikonsultasikan dengan ahli dan
selanjutnya diujicobakan dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda. Uji item
dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total
dan uji beda dilakukan dengan menguji signifikansi perbedaan antara 27% skor
kelompok atas dan 27% skor kelompok bawah.
8.3.1.3 Pengujian Validitas Ekstenal
Validitas eksternal diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari
kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta empiris yang terjadi
di lapangan. Bila terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di
lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas eksternal
yang tinggi. Penelitian mempunyai validitas eksternal bila hasil penelitian dapat
digeneralisasikan atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang diteliti. Untuk
meningkatkan validitas eksternal penelitian selain meningkatkan validitas eksternal
instrumen, maka dapat dilakukan dengan memperbesar jumlah sampel.
8.3.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal ataupun
internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability),
equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas dapat diuji dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.
8.3.2.1 Test-Retest
Instrumen peneliitan yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan
dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi, dalam hal ini
instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya berbeda. Reliabilitas diukur
dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila
koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen sudah dinyatakan reliabel.
Pengujian ini sering disebut stability.
8.3.2.2 Ekuivalen
8
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi
maksudnya sama. Misalnya pertanyaan, “Berapa tahun Anda bekerja di sini?” dapat
ekuivalen dengan pertanyaan, “Tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?”
Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakukan seka li, tetapi
instrumennya dua pada responden yang sama dan dalam waktu yang sama. Bila setelah
dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data dari kedua instrumen didapatkan
hasil bahwa korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.
8.3.2.3 Gabungan
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen
yang ekuivalen tersebut beberapa kali, ke responden yang sama. Reliabilitas instrumen
dilakukan dengan mengkorelasikan kedua instrumen, setelah itu dikorelasikan apda
pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Akan didapatkan enam
koefisien reliabilitas dan bila keenamnya berkorelasi positif dan signifikan, maka dapat
dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.
8.3.2.4 Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan
teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas
instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua
dari Spearman Brown (Split half), KR. 20, KR 21, dan Anova Hoyt. Berikut ini
merupakan rumus-rumusnya:
2𝑟𝑏
a. Rumus Spearman Brown: 𝑟𝑖 ; dengan ri merupakan reliabilitas internal seluruh
1+ 𝑟𝑏
instrumen dan rb adalah korelasi product moment antara belahan pertama dan
kedua.
𝑘 𝑠2𝑖 − ∑ 𝑝𝑖 𝑞 𝑖
b. Rumus KR. 20 (Kuder Richardson): 𝑟𝑖 { }; dengan k adalah jumlah
(𝑘−1) 𝑠2𝑖
antara subjek, MKs adalah mean kuadrat kesalahan, dan r i merupakan reliabilitas
instrumen.
9
SIMPULAN
Macam-macam skala pengukuran yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu skala
likert, skala guttman, semantic defferential, dan rating scale. Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Skala guttman digunakan apabila penelitian memerlukan jawaban yang tegas atas
permasalahan yang ditanyakan. Skala pengukuran berbentuk semantic defferential ini
dikembangkan oleh Osgood yang digunakan untuk mengukur sikap, bentuknya tersusun dalam
sat ugaris kontinum yang jawaban “sangat positif nya” terletak di bagian kanan garis, dan
jawaban. yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Dengan rating
scale, data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian
kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden akan menjawab salah satu jawaban
kuantitatif yang disediakan.
Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungannya
antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Ada tiga pendekatan untuk menyusun
definisi operasional yaitu definisi operasional tipe A, B, dan C. Dalam menyusun definisi
operasional, definisi tersebut sebaiknya dapat mengidentifikasi seperangkat kriteria unik yang
dapat diamati. Semakin untuk suatu definisi operasional, maka semakin bermanfaat
Hasil penelitian dan juga instrumen penelitian haruslah valid dan reliabel. Hasil
penelitian yang valid adalah hasil penelitian yang terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Sementara hasil
penelitian yang reliabel adalah hasil penelitian yang menghasilkan temuan yang sama dalam
waktu berbeda. Di sisi lain, instrumen yang valid artinya alat ukur yang digunakan dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Sementara, instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama. Instrumen yang valid dan reliabel adalah syarat mutlak untuk mendapatkan hasil
penelitian yang valid dan reliabel. Namun, tidak selalu terjadi demikian sebab hal tersebut
dapat dipengaruhi oleh kondisi objek yang diteliti dan kemampuan peneliti dalam
menggunakan instrumen. Instrumen penelitian perlu diuji lagi validitas dan reliabilitasnya.
Pengujian validitias terdiri dari pengujian validitas konstrak, isi, dan eksternal. Sementara
pengujian untuk reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal dengan test-retest, ekuivalen, atau
gabungan keduanya dan dapat juga dilakukan secara internal dengan menguji internal
consistency dengan menggunakan rumus Spearman Brown, KR.20 (Kuder Richardson),
KR.21, atau analisis varians Hoyt.
10
REFERENSI
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
11
PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN
(TEMU X)
OLEH:
KELOMPOK 1
ii
PETA KONSEP
iii
iv
v
vi
PEMBAHASAN MATERI
9.2 Pahami Konsep dengan Baik dan Turunkan dengan Bahasa yang Benar dan Mudah
Dimengerti
1
Penyusunan kuesioner adalah proses yang memerlukan perhatian lebih karena
kuesioner ditujukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Maka dari
itu, penyusunan kuesioner haruslah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta mudah
dimengerti oleh responden. Jika bahasa yang digunakan tidak dimengerti responden, akan
ada kemungkinan hasil kuesioner menjadi tidak valid. Peneliti harus mampu memahami
konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian lalu kemudian menurunkannya dengan
bahasa yang benar serta mudah dimengerti.
Sebelum terjun ke lapangan, daftar pertanyaan perlu disusun dengan baik untuk
menghindari adanya salah pengertian dari responden. Dalam merumuskan pertanyaan, ada
pedoman yang dapat digunakan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:
a. Menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti oleh semua responden.
Peneliti juga perlu untuk menghindari istilah-istilah yang hanya dimengerti oleh orang-
orang dalam latar belakang tertentu.
b. Mengusahakan agar pertanyaan jelas dan terkhusus.
c. Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu pengertian.
d. Menghindari pertanyaan yang mengandung sugesti.
e. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden, tidak dibeda-bedakan. Responden
terlebih dahulu diseleksi dengan kriteria tertentu sebelum membagikan kuesioner.
Dalam menyusun kuesioner, perlu dipertimbangkan dan melihat pada judul penelitian,
perumusan masalah yang diajukan, tujuan penelitian, serta rencana analisis da n juga
metode analisis yang akan dipakai (Raihan, 2017:110). Peneliti harus memahami ke mana
arah penelitian untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner. Jika peneliti tidak
begitu memahami konsep penelitian, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bisa melenceng
atau keluar jalur dan dapat membuang waktu responden. Sebisa mungkin pertanyaan
disusun hanyalah pertanyaan yang relevan dengan penelitian dengan memiliki persepsi
juga bahwa responden adalah orang yang sibuk sehingga waktu yang mereka miliki
terbatas. Dengan begitu, pemahaman konsep penelitian adalah keharusan bagi peneliti agar
dapat mengkonversi konsep tersebut ke dalam pertanyaan-pertanyaan kuesioner.
9.3 Menggunakan Secara Tepat Alasan Memilih Angket Terbuka atau Tertutup
Menurut Raihan (2017), angket atau kuesioner merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada orang yang akan
memberikan tanggapan atau menjawab pertanyaan yang diberikan. Dalam penelitian orang
tersebut dinamakan responden. Ketika seorang peneliti menggunakan angket atau
2
kuesioner sebagai alat dalam mengumpulkan datanya, maka perlu memperhatikan prinsip
penulisan angket. Salah satunya adalah tipe dan bentuk pertanyaan. Tipe dan bentuk
pertanyaan dalam angket atau kuesioner penelitian biasanya terdiri dari daftar pertanyaan
yang bersifat terbuka dan tertutup yang bentuknya dapat menggunakan kalimat positif atau
negatif.
Angket atau kuesioner dengan pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang dibuat
peneliti dengan harapan responden agar menuliskan jawabannya melalui uraian mengenai
sesuatu hal. Dengan kata lain, pertanyaan terbuka dapat memberikan kesempatan kepada
responden untuk menjawab secara bebas dan dapat mengekspresikan pendapatnya.
Keunggulan peneliti ketika menggunakan model ini adalah dapat dengan mudah
memperoleh informasi secara lengkap dari responden. Kemudian kelemahan ketika peneliti
menggunakan model ini adalah mengalami kesulitan dalam mengolah informasi karena
banyaknya informasi data, pengolahannya banyak memakan waktu, serta peneliti akan
kesulitan dalam proses skorsing. Contoh dari pertanyaan terbuka yaitu “Bagaimanakah
pandangan Anda terkait dengan kinerja manajemen inti dalam mengelola Lembaga
Perkreditan Desa (LPD) Desa Panjer setiap harinya?”
Angket atau kuesioner dengan pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang dibuat
peneliti dengan harapan bahwa responden dapat memberikan jawaban singkat atau dapat
memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang ada. Jadi, pertanyaan
tertutup ini jawabannya telah disediakan dan responden hanya memilih alternatif jawaban
yang telah disediakan. Setiap pertanyaan angket atau kuesioner yang mengharapkan
jawaban berbentuk data nominal, data ordinal, data interval, dan data rasio adalah bentuk
pertanyaan tertutup (Sugiyono, 2018). Keunggulan peneliti ketika menggunakan model ini
adalah dapat membantu responden menjawab lebih cepat karena alternatif jawaban telah
disediakan oleh peneliti serta mempermudah peneliti dalam menganalisis data terhadap
angket yang sudah terkumpul. Untuk kelemahannya adalah responden tidak diberikan
kebebasan dalam mengekspresikan dan menjelaskan jawaban yang ingin disampaikan
karena jawaban dalam model ini telah ditentukan peneliti. Contoh dari pertanyaan tertutup
yaitu “Menurut Anda, apakah kinerja manajemen inti Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
Desa Panjer telah berjalan dengan baik? a. sudah; b. belum; c. tidak tahu.”
Berdasarkan penjelasan mengenai angket atau kuesioner dengan pertanyaan terbuka
dan tertutup, dapat disimpulkan bahwa penggunaan dari kedua jenis angket tersebut
disesuaikan kembali dengan kebutuhan peneliti dalam memperoleh data yang diinginkan.
Apabila peneliti ingin memperoleh informasi yang mendalam mengenai responden dan
3
data yang dikumpulkan yakni berupa data kualitatif, maka dianjurkan untuk menggunakan
pertanyaan terbuka. Sedangkan, apabila peneliti ingin memperoleh jawaban yang pasti dari
responden atas pertanyaan yang diajukan dan data yang dikumpulkan adalah data
kuantitatif, maka disarankan untuk menggunakan pertanyaan tertutup.
9.4 Menggunakan Bahasa Secara Benar dan Baik Sesuai dengan Kemampuan
Responden
Penggunaan bahasa dalam penyusunan kuesioner dan penelitian ilmiah.
1. Dalam kuesioner:
a. Hindarkan pertanyaan yang menggiring. Contoh: “dengan kenaikan harga bahan
pokok sekarang ini, seharusnya karyawan diberikan gaji yang layak”. Kalimat
pertanyaan seperti itu mengandung unsur menggiring opini dengan mendahului
kalimat “dengan kenaikan harga bahan pokok” dan “seharusnya karyawan diberi
gaji yang layak”.
b. Hindarkan pertanyaan yang menghendaki ingatan. Pertanyaan mengenai waktu
lampau seperti kejadian 10 tahun yang lalu dapat menyulitkan responden untuk
menjawab.
c. Hindarkan pertanyaan yang bermuatan. Contoh: “sejauh mana kemungkinan
perusahaan akan memberikan sanksi jika karyawan melakukan demo”. Kata
“sanksi” dan “demo” mengandung muatan emosi yang memperlihatkan dua sudut
pandang pihak manajemen dan pihak karyawan.
2. Dalam penelitian ilmiah:
Untuk mencapai penelitian ilmiah yang baik khususnya dilihat dari segi bahasanya,
perlu kiranya dipahami bahwa bahasa Indonesia dalam karya ilmiah mempunyai
beberapa ciri khas atau aturan yang berbeda dari karya tulis nonilmiah. Terdapat
beberapa ciri khas yang harus dipenuhi dalam hal penggunaan bahasa Indonesia dalam
penulisan karya ilmiah. Bahasa tulis ragam ilmu pengetahuan memiliki ciri-ciri yaitu:
1) pilihan kata dan peristilahannya tepat, 2) kalimatnya efektif dan penataannya dalam
paragraf baik, 3) penalaran dan sistematikanya bagus, 4) pemaparan dan gaya
bahasanya menarik.
1) Pilihan Kata dan Istilah yang Tepat
Untuk menyampaikan gagasan secara jelas kepada pembaca, pemilihan kata atau
istilah yang tepat sangat penting dalam menulis. Karena konteksnya adalah
penulisan karya ilmiah, pemilihan kata atau diksi serta pemilihan istilah harus
4
mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku. Selain itu pemilihan kata atau istilah juga
menyangkut pemilihan berdasarkan ketepatannya dalam mengantarkan gagasan
yang dimaksud oleh penulis.
2) Kalimat Efektif
Karya tulis ilmiah yang baik tentunya selain menggunakan diksi dan istilah yang
tepat juga harus menggunakan kalimat yang efektif. Kalimat efektif adalah kalimat
yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca.
Beberapa ciri kalimat efektif adalah sebagai berikut:
a. Keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan struktur.
b. Kesejajaran bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara gramatikal.
c. Kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami.
d. Kehematan pengunaan unsur kalimat.
e. Kecermatan dan kesantunan.
f. Kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran bahasa.
3) Paragraf yang Baik
Jika kalimat-kalimat yang mengantar ide atau gagasan tersebut sudah baik, hal
berikutnya yang perlu dicermati adalah apakah paragraf yang disajikan sudah
merupakan paragraf yang baik atau belum. Syarat paragraf yang baik yaitu meliputi:
kesatuan, kepaduan dan kelengkapan. Paragraf yang baik harus menggunakan
prinsip kesatuan yaitu dalam sebuah paragraf hanya terdiri dari satu gagasan pokok.
Semua kalimat yang membentuk kesatuan dalam paragraf tersebut hanya merujuk
pada satu gagasan pokok tersebut. Oleh karena itu, pastikan bahwa semua kalimat
yang masih dalam satu paragraf tersebut benar-benar selaras antara satu dengan
yang lain dalam mengantarkan gagasan tersebut.
5
SIMPULAN
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis untuk memperoleh data
berupa jawaban-jawaban para responden. Dalam membuat kuesioner, terdapat langkah-
langkah seperti meninjau literatur yang relevan pada perencanaan kuesioner, merencanakan
item-item untuk kuesioner, merencanakan tata ruang dan kuesioner secara integrasi, melakukan
uji coba kuesioner, dan tahap cara finalisasi kuesioner.
Dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner, peneliti harus memiliki
pemahaman terkait dengan konsep penelitiannya. Dengan pemahaman tersebut, peneliti akan
mampu untuk menyusun pertanyaan yang relevan dan tidak melenceng dari tujuan penelitian.
Pertanyaan yang disusun pun harus menggunakan bahasa yang baik dan benar agar tidak terjadi
distorsi kesalahpahaman responden terhadap pertanyaan kuesioner. Kesalahpahaman tersebut
akan dapat mengurangi validitas kuesioner sebagai data penelitian.
Angket atau kuesioner adalah sarana yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan
data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan orang tersebut
dapat memberikan tanggapan atau menjawab pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti.
Pertanyaan dalam angket atau kuesioner terbagi menjadi dua, yakni pertanyaan terbuka dan
pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka digunakan ketika peneliti ingin mendapatkan
informasi mendalam mengenai responden akan sesuatu hal dan data yang digunakan berupa
data kualitatif. Sedangkan, pertanyaan tertutup digunakan peneliti ketika ingin mendapatkan
jawaban yang pasti dari responden atas pertanyaan yang diajukan dan data yang digu nakan
berupa data kuantitatif.
Penggunaan bahasa dalam penyusunan kuesioner dan penelitian ilmiah. Dalam
penyusunan kuesioner yang perlu diperhatikan yakni hindarkan pertanyaan yang menggiring,
hindarkan pertanyaan yang menghendaki ingatan, dan hindarkan pertanyaan yang bermuatan.
Sedangkan untuk mencapai penelitian ilmiah yang baik khususnya dilihat dari segi bahasanya,
terdapat beberapa ciri khas yang harus dipenuhi dalam hal penggunaan bahasa Indonesia dalam
penulisan karya ilmiah. Bahasa tulis ragam ilmu pengetahuan memiliki ciri-ciri yaitu: 1) pilihan
kata dan peristilahannya tepat, 2) kalimatnya efektif dan penataannya dalam paragraf baik, 3)
penalaran dan sistematikanya bagus, 4) pemaparan dan gaya bahasanya menarik.
6
REFERENSI
Adelia, Della. 2019. Metodologi Penelitian Bisnis: Menyusun Insrumen Penelitian (Cara
Membuat Kuesioner) di https://www.scribd.com/document/433974848/Metodologi-
penelitian (diakses pada 13 November 2021).
Amir, Amri et al. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Penerapannya. Bogor: IPB Press.
Rahyuda, Ketut. 2016. Buku Metodologi Penelitian Bisnis.Udayana. Denpasar: Udayana
University Press.
Raihan. 2017. Metodologi Penelitian. Jakarta: Universitas Islam Jakarta.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
7
DATA DAN METODE PENGUMPULAN DATA
(TEMU XI)
OLEH:
KELOMPOK 1
ii
PETA KONSEP
iii
iv
v
vi
vii
PEMBAHASAN MATERI
1
b. Data silang atau cross section data adalah data yang dihasilkan atau
dikumpulkan pada waktu tertentu untuk menggambarkan keadaan pada waktu
tersebut. Data silang ini digunakan untuk melihat keadaan variabel tertentu pada
waktu tertentu sehingga diketahui perbedaan (variasi) antar pengamatan saja.
c. Data pooling adalah data gabungan antara data runtut waktu dan data silang.
Data pooling ini digunakan untuk melihat perkembangan suatu variabel diri
waktu ke waktu dan di tempat-tempat tertentu.
2
melakukan cross check terhadap informasi verbal yang diberikan oleh subjek yang
diteliti.
c. Tempat atau lokasi. Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau
permasalahan penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data. Informasi
tentang kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas yang dilakukan bisa digali lewat
sumber lokasinya, baik yang merupakan tempat maupun lingkungannya.
d. Dokumen atau arsip. Dokumen adalah bahan tertulis atau benda yang berkaitan
dengan peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman ataupun
dokumen tertulis seperti arsip database surat-surat rekaman gambar benda-benda
peninggalan yang berkaitan dengan suatu peristiwa.
Selain itu, Amri Amir et al. (2009:171-172) sumber data dapat dibagi menjadi data
primer dan data sekunder. Berikut ini penjelasannya.
a. Data primer. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri
oleh organisasi yang menerbitkan atau menggunakannya. Umumnya data dari
sumber primer selalu dianggap lebih baik daripada data dari sumber sekunder. Hal
ini disebabkan karena data primer umumnya bersifat lebih terperinci dari pada data
sekunder, istilah-istilah dan unit pengukuran yang digunakan dalam data primer
selalu dirumuskan secara lebih sempurna, serta prosedur dan bentuk daftar yang
digunakan dalam pengumpulan datanya seringkali dilampirkan bersama data yang
diterbitkan.
b. Data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diterbitkan atau digunakan oleh
organisasi yang bukan pengolahnya. Contohnya seperti data tentang kurs valuta
asing dalam bulletin Business News merupakan data sekunder karena diperoleh dari
Bank Indonesia dan bukan dari hasil pengolahan data majalah tersebut.
3
memberikan gambaran tambahan, gambaran pelengkap, maupun untuk diproses lebih
lanjut.
Metode pengumpulan data sekunder biasanya sering disebut dengan penggunaan
bahan dokumen. Hal ini dikarenakan peneliti tidak secara langsung mengambil data
sendiri, melainkan meneliti dan memanfaatkan data atau dokumen yang sudah ada
(dihasilkan oleh pihak-pihak tertentu). Dalam metode pengumpulan data sekunder,
peneliti tidak meneliti langsung, tetapi data telah diperoleh dari lembaga pemerintah
atau swasta.
Menurut Sarwono (2006) menyatakan bahwa dalam mengambil data sekunder
tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Sehingga diperlukan beberapa metode
untuk pengambilan datanya, yakni:
a. Metode Pencarian Secara Manual
Metode pencarian secara manual ini dilakukan ketika peneliti masih perlu
melakukan pencarian data tambahan karena data yang tersedia via online belum
mumpuni atau belum mencukupi. Umumnya dengan melakukan penelusuran data
secara manual dapat menggunakan dua sudut pandang, yaitu data atau lokasi
internal adalah data yang sudah tersedia di lapangan di mana sumber informasi
diperoleh berasal dari database khusus yang berisi informasi perusahaan dan
database umum yang dapat diakses secara umum dan diperoleh dari luar
perusahaan berbentuk dokumen-dokumen pemerintahan mengenai perdagangan,
berita, jurnal perusahaan, profil perusahaan, serta data-data umum lainnya.
Selanjutnya data atau lokasi eksternal adalah data yang dapat diperoleh dari
berbagai sumber lain, seperti dapat ditemukan di perpustakaan umum, perpustakaan
kantor-kantor pemerintah atau swasta dan universitas yang berbentuk ensiklopedia,
kamus, buku indeks, buku data statistik, dan buku-buku sejenis lainnya.
b. Metode Pencarian Secara Online
Adanya perkembangan teknologi internet yang sangat pesat, maka muncul banyak
database yang terhimpun di mana berisi informasi bisnis maupun nonbisnis.
Database ini umumnya dikelola oleh perusahaan terkait. Dengan menelusuri data
secara online, maka dapat menghemat waktu karena data yang dicari telah tersedia
pada internet, kemudian hemat biaya di mana tidak perlu mengeluarkan biaya yang
cukup tinggi untuk memperoleh data, serta kesesuaian di mana peneliti dapat
dengan mudah mencari sumber-sumber data dan informasi yang sesuai dengan
mudah dan cepat.
4
10.4 Pengumpulan Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru
yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus
mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus
grup discussion-FGD) dan penyebaran kuesioner.
Umumnya data dari sumber primer dianggap lebih baik dari pada data dari sumber
sekunder. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut. Data primer umunya
bersifat lebih terperinci daripada data sekunder. Istilah-istilah dan unit pengukuran dan
bentuk daftar yang digunakan dalam data primer selalu dirumuskan secara lebih
sempurna. Prosedur dan serta bentuk data yang digunakan dalam pegumpulan datanya
seringkali dilampirkan bersama data yang dilampirkan.
1. Pengumpulan Data Melalui Metode Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format
yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan
akan terjadi. Peranan yang paling penting dalam menggunakan metode observasi
adalah pengamat. Pengamat harus jeli dalam mengamati adalah menatap kejadian,
gerak atau proses. Mengamati bukanlah pekerjaan yang mudah karena manusia
banyak dipengaruhi oleh minat dan kecenderungan-kecenderungan yang ada
padanya. Padahal hasil pengamatan harus sama, walaupun dilakukan oleh beberapa
orang. Dengan lain perkataan, pengamatan harus objektif.
2. Pengumpulan data melalui Metode Wawancara
Penggunaan metode wawancara memerlukan waktu yang cukup lama untuk
mengumpulkan data. Dibandingkan dengan mengedarkan angket kepada
responden, wawancara sangat rumit. Dalam melakukan wawancara, peneliti harus
memperhatikan sikap pada waktu datang, sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata,
keramahan, kesabaran serta keseluruhan penampilan, akan sangat berpengaruh
terhadap isi jawaban responden yang diterima oleh peneliti. Oleh sebab itu, maka
perlu adanya latihan yang intensif bagi calon interviewer. Secara garis besar ada
dua macam pedoman wawancara yaitu pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu
pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu
saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan
5
jenis pedoman mi lebih banyak tergantung dan pewawancara. Pewawancaralah
sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis wawancara ini cocok untuk penelitian
kasus. Dan jenis kedua adalah pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman
wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai checklist.
Pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check) pada nomor yang sesuai.
Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk “semi structured”.
Dalam hal ini maka mula-mula interviewer mananyakan serentetan pertanyaan
yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek
keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi
semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.
3. Pengumpulan data melalui Kuesioner atau Angket
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang
dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket memang mempunyai
banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data. Prosedur penyusunan
kuesioner:
a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
b. Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
c. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan
tunggal.
d. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan
teknik analisisnya.
Apabila salah menentukan sampel, informasi yang kita butuhkan barangkali tidak
kita peroleh secara maksimal.
6
SIMPULAN
Data dapat dibagi ke dalam dua bentuk yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif dapat dibagi menjadi data interval dan data rasio. Data kualitatif dapat dibagi lagi
menjadi data nominal, ordinal, diskrit dan kontinyu. Selain dibagi menjadi dua bentuk umum,
jenis data juga dapat dibagi menjadi data berkala, silang, dan pooling.
Ketersediaan sumber data merupakan salah satu pertimbangan penting dalam
penentuan topik penelitian. Sumber data dapat diklasifikasikan menjadi narasumber, peristiwa
atau aktivitas, tempat atau lokasi, dan dalam dokumen atau arsip. Selain itu, sumber data secara
umum dapat dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang
dikumpulkan dan diolah sendiri oleh organisasi yang menerbitkan atau menggunakannya,
sementara data sekunder merupakan data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang
bukan pengolahnya.
Data sekunder merupakan salah satu jenis data yang dikelompokkan berdasarkan
sumbernya di mana data jenis ini diperoleh atau dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah
ada, seperti buku, laporan, jurnal, dan lain sebagainya. Metode dalam pengumpu lan data
sekunder biasa disebut dengan penggunaan bahan dokumen. Adapun beberapa metode dalam
mengambil data sekunder ini, yaitu: 1) metode pencarian secara manual; dan 2) metode
pencarian secara online.
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung
dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki
sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara
langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain
observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion-FGD) dan penyebaran
kuesioner.
7
REFERENSI
Amir, Amri, et al. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Penerapannya. Bogor: IPB Press.
Radjab, Enny, dan Andi Jam’an. 2017. Metodologi Penelitian Bisnis. Makassar: Lembaga
Perpustakaan dan Penerbitan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
8
TAHAPAN PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA
(TEMU XII)
OLEH:
KELOMPOK 1
ii
PETA KONSEP
iii
iv
v
vi
vii
viii
PEMBAHASAN MATERI
Setelah peneliti mengumpulkan data penelitian, perhatian peneliti akan mulai melakukan
analisis data. Fase pertama dari proses analisis data tersebut adalah mengolah data dan
melakukan penyajian data. Pengolahan data terdiri dari tahap editing, coding, dan tabulasi yang
didahului oleh tahapan data entry kemudian data tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel
maupun grafik. Ringkasan mata kuliah ini akan memaparkan mengenai tahapan-tahapan
pengolahan data dan juga mengenai penyajian data penelitian.
11.1 Editing
Langkah pertama yang biasanya dilakukan dalam analisis data adalah tahap editing atau
mengedit data mentah. Dalam tahap editing ini akan dideteksi mengenai kesalahan dan
kelalaian untuk kemudian dilakukan perbaikan jika memungkinkan dan diakhiri dengan
pernyataan bahwa apakah data sudah memenuhi standar kualitas data maksimum atau
tidak. Tujuan dari tahap editing ini adalah untuk menjamin bahwa data adalah tepat,
konsisten dengan maksud pertanyaan dan informasi lain dalam survei, dimasukkan dengan
seragam, lengkap, serta disusun untuk menyederhanakan coding dan tabulasi.
Misalnya dalam suatu kuesioner, ada pertanyaan terkait identitas diri yang diajukan
kepada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas, satu responden mencentang dua kategori
yang menunjukkan bahwa dia adalah seorang pensiunan perwira dan saat ini sedang
bertugas aktif. Pada kasus ini, tugas editor adalah untuk memutuskan jawaban mana yang
konsisten dengan maksud pertanyaan atau informasi lain dalam kuesioner dan paling akurat
untuk responden.
11.1.1 Field Editing
Dalam proyek-proyek yang besar, tinjauan field editing merupakan tanggung jawab
dari supervisor lapangan dan harus dilakukan segera setelah data terkumpul. Selama
pengumpulan data, peneliti biasanya sering menggunakan singkatan dan simbol khusus
lainnya. Setelah pengumpulan data, peneliti harus meninjau kembali catatan atau
lembar pengumpulan data. Dengan melakukannya segera, peneliti cenderung masih
mengingat catatan yang ia buat dibandingkan jika ditunda.
Selanjutnya, fungsi kontrol yang tidak kalah penting bagi supervisor lapangan
adalah untuk memvalidasi hasil. Biasanya hal ini dilakukan dengan mewawancarai
kembali beberapa persentase responden untuk memverifikasi bahwa mereka telah
berpartisipasi dan bahwa pewawancara telah melakukan tugasnya dengan baik.
1
Beberapa lembaga riset biasanya akan menghubungi kembali sekitar sepuluh persen
responden untuk proses validasi data tersebut.
11.1.2 Central Editing
Terlepas dari cara pengumpulan data, idealnya semua data harus mendapatkan
pengeditan menyeluruh. Untuk penelitian dalam skala kecil, penggunaan editor tunggal
akan menghasilkan tingkat konsistensi maksimum. Dalam penelitian dengan skala yang
lebih besar, tugas pengeditan harus dialokasikan kepada beberapa editor sehingga
setiap editor akan menangani satu bagian saja. Meskipun menggunakan beberapa editor
tidak memungkinkan untuk mengidentifikasi inkonsistensi antara jawaban dari bagian
yang berbeda, masalah ini dapat diatasi dengan mengidentifikasi pertanyaan di bagian
berbeda yang kemungkinan ada inkonsistensi yang mana ini dilakukan oleh salah satu
editor.
Pada beberapa kasus mungkin terdapat responden yang salah mengisi item
kuesioner atau tidak berkaitan dengan pertanyaan yang diajukan, sebaiknya editor
langsung menghubungi responden untuk mendapatkan informasi yang benar terkait
jawaban responden tersebut, jika waktu dan anggaran memungkinkan. Jika tidak, maka
editor dapat menggunakan alternatif lain yaitu dengan mencoret jawaban jika dirasa
tidak pantas. Dalam kasus tersebut diperlukan entri pengeditan “tidak ada jawaban”
atau “unknown”.
Terdapat beberapa aturan atau pedoman yang dapat digunakan oleh editor untuk
melakukan pekerjaan mereka, diantaranya:
a. Mengenali instruksi yang diberikan kepada pewawancara dan membuat kode.
b. Jangan merusak, menghapus, atau membuat entri asli yang tidak terbaca oleh
pewawancara atau responden karena entri asli itu harus terbaca.
c. Buat semua entri pengeditan pada instrumen atau kumpulan data dalam beberapa
warna khusus dan dalam bentuk standar.
d. Paraf semua jawaban yang diubah.
e. Letakkan paraf dan tanggal pengeditan pada setiap instrumen yang diselesaikan
atau di bidang terpisah dalam instrumen atau kumpulan data.
11.2 Coding
Menurut Radjab & Jam’an (2017) coding (pengkodean) data adalah pemberian kode-
kode tertentu pada tiap-tiap data termasuk memberikan kategori untuk jenis data yang
sama. Kode adalah simbol tertentu dalam bentuk huruf atau angka untuk memberikan
2
identitas data. Kode yang diberikan dapat memiliki makna sebagai data kuantitatif
(berbentuk skor). Kuantisasi atau transformasi data menjadi data kuantitatif dapat
dilakukan dengan memberikan skor terhadap setiap jenis data dengan mengikuti kaidah-
kaidah dalam skala pengukuran.
Menurut Amir et al (2009), secara singkat dapat disebutkan bahwa ada dua langkah
dalam melakukan coding yaitu:
a. Menentukan kategori-kategori yang akan digunakan.
b. Mengalokasikan jawaban individual pada kategori-kategori tersebut. Kumpulan data ke
dalam kategori-kategori tersebut biasanya disebut dengan coding frame.
Pada pertanyaan tertutup (pre-coded question) pada umumnya sudah disertai coding
frame secara lengkap. Di pihak lain pada pertanyaan terbuka tentulah sukar untuk
merencanakan coding frame yang bersangkutan. Mengkonstruksikan coding frame
hendaknya dilakukan oleh seorang yang benar-benar mengetahui untuk apa hasil penelitian
itu digunakan. Alokasi jawaban pada kategori-kategori dalam coding frame dapat
dilakukan oleh responden dan atau petugas wawancara atau petugas koding (coding staff).
Tentu saja apa yang dikerjakan oleh responden dan atau petugas wawancara dalam memilih
dan menggaris bawahi jawaban yang diperkirakan tepat hanya dari tipe pertanyaan tertutup
(pre-coded) saja. Sedangkan untuk tipe pertanyaan terbuka, coding dilakukan sepenuhnya
oleh petugas coding (coding staff) dengan bantuan instruksi coding yang benar- benar
spesifik.
3
variabel penelitian agar dapat diketahui apakah peneliti atau mereka yang bertugas meng-
entry data sudah benar di dalam melakukan pekerjaannya. Jika data yang masuk salah,
maka hasil tabulasinya (dalam bentuk tabel frekuensi tunggal), juga akan salah. Dengan
dasar pembuatan tabulasi/tabel frekuensi tunggal ini pada semua variabel penelitian, maka
kegiatan untuk membersihkan data dapat dilakukan.
Peraturan data dapat bermacam-macam seperti peraturan menurut banyaknya peristiwa
yang terjadi jumlah jawaban yang sama (tabel frekuensi) menurut kelompok atau kelasnya
(tabel klasifikasi) atau secara korelatif (tabel kolerasi). Jika setelah dibuat distribusi
frekuensi ada kode variabel yang tidak cocok, maka harus dilakukan pembersihan data.
Tabel dapat dibedakan beberapa jenis yaitu tabel induk, tabel teks, dan tabel frekuensi.
Tabel induk adalah tabel yang berisi semua data yang tersedia secara terperinci untuk
melihat kategori data secara keseluruhan. Tabel teks adalah tabel diringkas sesuai dengan
keperluan. Sedangakan tabel frekuensi adalah tabel yang menyajikan berapa kali suatu hal
terjadi.
4
1. Tabel Baris Kolom yaitu tabel yang berisi keterangan mengenai baris dan kolom,
contohnya sebagai berikut.
No. Semester IP
1. I 3,85
2. II 3,93
3. III 3,87
4. IV 3,91
Total 15,56
2. Tabel Distribusi Frekuensi yaitu tabel yang berisi susunan distribusi data dalam
bentuk frekuensi, yang terdiri dari:
a. Tabel Distribusi Frekuensi Tunggal merupakan tabel yang disajikan ketika
distribusi data memiliki frekuensi tunggal, contohnya sebagai berikut.
Jumlah Anggota
Frekuensi
Keluarga
2 5
3 20
4 45
5 10
Diatas 5 100
Total 180
5
81-90 7
91-100 8
Total 26
3. Tabel Kontigensi (Tabel Faktorial) yaitu bagian dari tabel baris kolom, tetapi
memiliki ciri khusus yakni data disajikan terdiri dari dua atau lebih faktor atau
variabel dalam satu perpaduan baris dan kolom, contohnya sebagai berikut.
6
2. Diagram Garis merupakan merupakan grafik yang menyajikan data dengan
sebuah garis untuk menunjukkan perkembangan suatu keadaan dari waktu ke
waktu, contohnya sebagai berikut.
B. Data Kontinum yaitu disajikan tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara
eksklusif. Biasanya data dengan sifat ini akan disajikan dengan:
1. Grafik Histogram merupakan grafik batang yang disajikan dan disusun secara
teratur, contohnya sebagai berikut.
7
2. Grafik Poligon merupakan grafik distribusi yang di mana bagian dari distribusi
frekuensi bergolong suatu variabel, contohnya sebagai berikut.
8
SIMPULAN
9
REFERENSI
Amir, Amri et al. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Penerapannya. Bogor: IPB Press.
Bhaskara, Agus Yoga, dan Anom Nadinda. 2020. Metode Penelitian Akuntansi. Makalah.
Cooper, Donald R., Pamela S. Schindler. 2014. Business Research Methods 12th Edition. New
York: McGraw Hill Irwin.
Radjab, Enny dan Andi Jam’an. 2017. Metodologi Penelitian Bisnis. Makassar: Lembaga
Perpustakaan dan Penerbitan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Yuliarmi, N. N., & Marhaeni, A. A. I. N. 2019. Metode Riset Jilid 2. Denpasar: Cv. Sastra
Utama.
10
METODE ANALISIS DATA
(TEMU XIII)
OLEH:
KELOMPOK 1
ii
PETA KONSEP
iii
iv
v
vi
vii
PEMBAHASAN MATERI
1
12.1.2 Kedalaman Analisis Data
Berdasarkan kedalaman dan sifat analisis suatu aktivitas penelitian, maka
analisis data dapat dibedakan atas:
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan
data, serta penyajian hasil peringkasan tersebut. Analisis data d eskriptif
sangat bermanfaat untuk menganalisis data populasi atau untuk
menganalisis kajian atau penelitian yang obyeknya berupa populasi.
Analisis deskriptif adalah suatu prosedur yang mana gejala dan hubungan-
hubungannya didefinisikan, diklasifikasikan, dan dikategorikan. Dalam
analisis deskriptif dapat digunakan pendekatan-pendekatan sebagai berikut:
a. Nomothetik, tujuannya untuk menemukan generalisasi yang luas dari
hukum umum, yang dikenakan kepada populasi yang banyak.
b. Idiografis, tujuannya mendalami secara khusus suatu gejala, misalnya
studi kasus.
c. Kuantitatif, penelitian yang tujuannya dicapai melalui analisis statistik.
d. Kualitatif, penelitian yang temuannya dihasilkan tidak melalui analisis
statistik, dan tanpa dikuantitatifkan.
2. Analisis Prediktif
Deskripsi mengenai suatu gejala dan hubungan dapat menghasilkan prediksi
yang menyangkut gejala tersebut. Dari hasil analisis data akan ditemukan
perkiraan-perkiraan yang akan datang. Sebab, analisis yang digunakan
menggunakan analisis sebab akibat, sehingga hubungan antara variabel-
variabelnya berupa hubungan korerasional. Atau berdasarkan hasil analisis
diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan antara investasi dan
pengangguran yaitu apabila investasi meningkat, maka pengangguran akan
menurun. Analisis yang demikian dikenal dengan analisis prediktif.
3. Analisis Inferensial
Analisis inferensial adalah analisis yang menyangkut pemahaman yang
dicapai melalui penyimpulan. Taraf ini merupakan tujuan yang paling
penting dari ilmu pengetahuan. Dengan adanya penelitian akan diperoleh
pemahaman atau terjadi pengembangan ilmu pengetahuan. Ada 3 (tiga)
persyaratan untuk menyimpulkan hubungan sebab akibat, yaitu:
a. Adanya variasi yang sama antara kedua variabel tersebut.
2
b. Adanya hubungan alternatif-alternatif lain.
c. Adanya penolakan alternatif-alternatif lain, selain hubungan tersebut.
4. Analisis Hubungan
Analisis hubungan secara garis besar dibedakan menjadi analisis keeratan
hubungan (korelasi), bentuk hubungan (regresi atau model aritmatika), dan
analisis sebab akibat (analisis jalur atau path analisis, LISREL).
5. Analisis Perbandingan
Analisis perbandingan (Comvarative Analysis) dapat dibedakan menjadi
perbandingan satu populasi (terhadap nilai tertentu atau standar yang
dihipotesiskan), perbandingan dua populasi dan pembandingan lebih dari
dua populasi. Disamping itu juga dibedakan menjadi analisis parametrik
dengan nonparametrik, dan univariate dengan multivariate.
3
2. Statistik Inferensial
Statistik inferensial sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas
yang merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel
dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini disebut statistik probabilitas
karena kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel itu
kebenarannya bersifat peluang (probability) (Sugiyono, 2018:233).
4
MACAM BENTUK HIPOTESIS
DATA Deskriptif Komparatif (dua Komparatif (lebih dari Asosiatif
(satu sampel) dua sampel) (hubungan)
variabel Related Independent Related Independent
atau satu
sample)
Nominal Binomial Mc Fisher Exact Cochran 𝜒 2 untuk k Contingency
Nemar Probability Q sampel Coefficient
2
𝜒 satu C
sampel 𝜒 2 dua
sampel
Ordinal Run Test Sign Test Median Test Friedman Median Spearman
Two Way Extension Rank
Wilcoxon Mann- Anova Correlation
Matched Whitney Kruskal-
Pairs Utest Wallis One Kendall Tau
Way Anova
Kolomogorov
Smirnov
Wald-
Wolfowitz
Interval t-test t-test of t-test One-Way One-Way Korelasi
Rasio Related Independent Anova Anova Product
Moment
Two-Way Two-Way
Anova Anova Korelasi
Parsial
Korelasi
Ganda
Regresi
Sederhana
& Ganda
Pat Analysis
SEM
Sumber: Sugiyono (2018)
5
dalam arti peneliti melakukan perbandingan dengan hasil-hasil penelitian lain. Pilihan
terhadap dimensi interpretasi tersebut bergantung pada peneliti itu sendiri, misalnya
apakah peneliti menginginkan hasil penelitian memiliki implikasi-implikasi yang lebih
luas atau tidak.
Interpretasi dari hasil analisis dibutuhkan logika rasional yang berdasarkan pada
ilmu dan merupakan penjelasan yang komprehensif tentang data yang dianalisis. Di
dalam interpretasi peneliti harus mampu menghubungkan hasil suatu penelitian (yang
terdahulu, relevan) dengan penemuan penelitiannya dan menghasilkan suatu konsep
yang bersifat menjelaskan, (dari kesamaan atau perbedaan atau perkembangannya).
Penarikan kesimpulan dalam penelitian berdasarkan atas semua data yang
diperoleh dalam penelitian serta dihubungkan dalam rangka menjawab rumusan
masalah dan tujuan penelitian. Kesimpulan harus berkaitan juga dengan hipotesis yang
diajukan. Apakah hipotesis benar untuk diterima ataukah hipotesis tersebut ditolak.
Apakah hubungan-hubungan antarfenomena yang diperoleh akan berlaku secara umum
ataukah hanya berlaku pada kondisi khusus saja. Kesimpulan akhir dari pengolahan
statistika merupakan penguatan dari hasil penelitian, dengan perkataan lain terlebih
dahulu membuat kesimpulan penelitian setelah itu dikuatkan dengan kesimpulan hasil
olahan statistika.
Teknik interpretasi data menurut L.R. Gay adalah menghubunkan hasil-hasil
analisis dengan teori-teori yang sudah dibangun sebelumnya. Hubungkanlah teori yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Perluas hasil analisis dengan mengajukan
pertanyaan berkenaan dengan hubungan, perbedaan antara hasil analisis, penyebab, dan
implikasi dari hasil analisis sebelumnya.
6
SIMPULAN
Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Analisis data adalah
rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokkan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data
agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah. Berdasarkan jenis data,
maka analisis data dapat dibedakan menjadi dua macam analisis, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Berdasarkan kedalaman dan sifat analisis suatu aktivitas penelitian, maka
analisis data dapat dibedakan atas analisis deskriptif, analisis prediktif, analisis inferensial,
analisis hubungan, dan analisis perbandingan.
Analisis data kuantitatif disebut juga analisis statistik. Biasanya analisis statistik terbagi
ke dalam dua kelompok yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Statistik inferensial merupakan teknik
statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk
populasi.
Pemilihan terhadap alat statistika sangat bergantung pada skala pengukuran dari variabel
yang digunakan. Tipe skala pengukuran yang digunakan sangat memengaruhi pemilihan
metode statistik yang mana, terdiri dari skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala
rasio. Apabila suatu penelitian menggunakan skala interval dan skala rasio dengan ukuran
sampel yang relatif besar, maka dapat menggunakan metode statistik parametrik dengan asumsi
datanya berdistribusi normal. Kemudian untuk penelitian menggunakan skala nominal dan
skala ordinal serta datanya distribution free (bebas distribusi), dengan kata lain datanya tidak
harus berdistribusi normal, maka dapat menggunakan statistik nonparametrik.
Interpretasi data merupakan kegiatan untuk memberikan arti atau makna pada data.
Interpretasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) peneliti hanya melakukan interpretasi
secara terbatas, misalnya hanya melakukan interpretasi data dari variabel-variabel penelitian
saja atau (2) peneliti melakukan interpretasi data secara meluas dalam arti peneliti melakukan
perbandingan dengan hasil-hasil penelitian lain. Interpretasi dari hasil analisis membutuhkan
logika rasional yang berdasarkan pada ilmu dan merupakan penjelasan yang komprehensif
tentang data yang dianalisis.
7
REFERENSI
Amir, Amri et al. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Penerapannya. Bogor: IPB Press.
Raihan. 2017. Metodologi Penelitian. Jakarta: Universitas Islam Jakarta.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Siyoto, Sandu, dan M. Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi
Media Publishing.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Suryana, Endang. 2020. Pengertian Analisis dan Interpretasi Data. https://mc200.
ilearning.me/2020/04/07/interprestasi-hasil-penelitian/. Diakses 3 Desember 2021.
8
PENYUSUNAN LAPORAN TUGAS PENELITIAN DAN TEKNIK
PRESENTASI
(TEMU XIV)
OLEH:
KELOMPOK 1
ii
PETA KONSEP
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
PEMBAHASAN MATERI
1
Rektor, Direktur/Dekan dan Ketua Program, Pembimbing, Lembaga atau instansi
tempat penulis mengadakan penelitian atau memperoleh data, Pimpinan
Perpustakaan yang telah memberikan fasilitas tersedianya sumber, Dosen yang
nyata-nyata memberi tuntunan atau bantuan penyelesaian laporan, Pihak-pihak lain
yang benar-benar memberikan bantuan kepada penulisan dalam menyelesaikan
tesis (keluarga, teman).
2. Bagian Tengah
2. Bagian Tengah
a. Pendahuluan, terdiri dari beberapa bagian, antara lain:
• Latar belakang masalah, berisikan adanya kesenjangan antara kondisi sekarang
(faktual) dengan kondisi ideal (yang seharusnya berdasarkan teori yang ada),
diuraikan dari hal-hal yang umum kepada hal-hal yang khusus serta
memberikan penegasan di alenia terakhir bahwa masalah dan judul penelitian
yang akan dilakukan penting untuk diteliti.
• Identifikasi masalah, merupakan inventarisasi masalah-masalah yang ada pada
objek dan subjek yang akan diteliti, dinyatakan dengan pernyataan (statement)
atau diuraikan dengan narasi yang baik.
• Pembatasan masalah, merupakan inti kajian tesis merupakan sebagian dari
identifikasi masalah yang akan diteliti, berisikan variabel-variabel, indikator,
objek dan subjek dinyatakan secara tegas.
• Perumusan masalah, merupakan masalah yang akan diteliti dan diambil
sebagian identifikasi yang sudah didiskripsikan pada pembatasan ma salah
dengan dirumuskan dalam kalimat pertanyaan (question statement).
• Tujuan penelitian, dirumuskan dalam pernyataan yang jelas untuk
mengkonfirmasi, mengembangkan dan menemukan hal-hal yang hendak
diteliti dan dapat memberikan gambaran adanya hubungan atau perbedaan, atau
analisis temuan.
• Kegunaan penelitian, yang mengungkapkan hasil penelitian berdaya guna bagi
institusi, masyarakat umum, akademisi, serta perkembangan dunia ilmu
pengetahuan.
b. Kajian Pustaka atau landasan teori
Kajian pustaka merupakan dasar pijakan dari masalah yang akan diteliti didapat
dari referensi textbook, jurnal, hasil penelitian terdahulu, makalah ilmiah,
2
proseding paper dari lokakarya/seminar/simposium ilmiah, e-book, dan lainnya,
merupakan, gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Dalam hal
mencari referensi, lebih baik jika mengikuti perkembangan keilmuan, sehingga
peneliti mengetahui perkembangan paradigma ilmu sampai dengan saat penulisan
laporan.
c. Metodologi penelitian
Metodologi penelitian adalah sekumpulan kegiatan, peraturan serta prosedur yang
dipakai oleh peneliti suatu disiplin ilmu. Dalam metodologi penelitian untuk
penelitian kuantitatif dapat dijelaskan berbagai hal yang menyangkut; metode
penelitian, metode/teknik pengumpulan data, metode/teknik penentuan jumlah
sampel dan penarikan sampel, metode/teknik analisis, definisi operasional variabel,
instrumen penelitian serta lokasi (tempat dan waktu penelitian). Sedangkan untuk
penelitian kualitatif metodologi, Instrumen, informan seusai dengan kajian yang
diteliti, sekurang-kurangnya bersifat interpretatif, analitis, kritis.
d. Hasil penelitian dan pembahasan
Hasil penelitian dapat diuraikan dan dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
keadaan umum, profil, potensi, dari objek dan subjek penelitian, dituangkan dalam
uraian/narasi, tabel/skema/gambar, serta menguraikan hasil yang didapat dari
responden/informan sebagai sampel dikaitkan dengan jawaban pada instrumen
penelitian (angket, pedoman wawancara), ataupun dokumentasi yang ada pada saat
penelitian.
e. Kesimpulan, implikasi, dan saran
Kesimpulan menyatakan temuan-temuan penelitian berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian.
Implikasi memuat dampak, efek dari hasil penelitian yang dapat dijadikan rujukan
bagi lembaga/institusi atau pemangku kepentingan dalam melakukan perubahan
atau kebijakan sesuai dengan hasil penelitian. Saran dapat berupa masukan-
masukan berbentuk rancangan-rancangan implementasi hasil penelitian bagi para
pemangku kepentingan.
3. Bagian Akhir
a. Daftar Pustaka
Semua sumber kepustakaan, baik berupa textbook, jurnal, makalah ilmiah, hasil
penelitian terdahulu, e-book, disusun dalam daftar menurut abjad dengan penulisan
karya ilmiah (dalam penulisan nama, judul referensi, tahun terbit, dan penerbitnya).
3
b. Indeks
Keseluruhan istilah yang terdapat di dalam bidang perpustakaan dan dianggap
sebagai salah satu sistem temu kembali informasi yang merupakan daftar kata atau
istilah penting yang terdapat dalam karya ilmiah.
c. Lampiran
Isi lampiran adalah hal-hal yang merupakan kelengkapan data terdiri dari tabel-
tabel perhitungan, form kuesioner, wawancara, gambar, foto dan lain-lain. Urutan
lampiran disusun sesuai dengan urutan dalam bahasan laporan.
4
3. Skripsi
Laporan penelitian berupa skripsi adalah tulisan ilmiah yang merupakan kewajiban
bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan program sarjananya. Kepada mahasiswa
jenjang Strata 1 (S1) umumnya disyaratkan untuk melakukan penelitian yang
bersifat pengungkapan, penggambaran dan melaporkan hasilnya dalam bentuk
skripsi. Selain itu, skripsi merupakan proses bagi mahasiswa dalam menerapkan
pengetahuan yang dimiliki dalam rangka memecahkan persoalan dan menjelaskan
hubungan sebab akibat dari fenomena-fenomena ekonomi berdasarkan pada
pemikiran ilmiah.
Jenis-jenis laporan lainnya yaitu:
Laporan ada dua macam, yaitu laporan hasil penelitian ilmiah dan laporan teknis.
1. Laporan Ilmiah
Laporan ilmiah adalah laporan yang disusun melalui tahapan berdasarkan teori
tertentu dan menggunakan metode ilmiah yang sudah disepakati oleh para ilmuwan
(E.Zaenal Arifin, 1993). Menurut Nafron Hasjim & Amran Tasai (1992) karangan
ilmiah adalah tulisan yang mengandung kebenaran secara obyektif karena didukung
oleh data yang benar dan disajikan dengan penalaran serta analisis yang berdasarkan
metode ilmiah.
2. Laporan Teknis
Laporan teknis mengandung data obyektif tentang sesuatu. Data obyektif dalam
laporan teknis itu juga mengandung sifat ilmiah, tetapi segi kepraktisannya lebih
menonjol. Sehingga yang dimaksud dengan laporan teknis adalah suatu
pemberitahuan tentang tanggung jawab yang dipercayakan, dari si pelapor
(perseorangan, tim, badan, atau instansi) kepada si penerima laporan tentang teknis
penyelenggaraan suatu kegiatan (E.Zaenal Arifin, 1993). Menurut Muljanto
Sumardi (1982) dalam laporan teknis manusia menggunakan bahasa tulis untuk
mengkomunikasikan gagasan, paham, serta hasil pemikiran dan penelitian.
5
a. Menginformasikan, artinya presentasi sebagai sarana penyampaian informasi
secara mendetail dan jelas sehingga nantinya seseorang dapat menerima
informasinya dengan baik dan tidak memiliki persepsi yang berbeda terhadap
informasi yang diberikan.
b. Meyakinkan, artinya isi dari presentasi adalah informasi, data, dan bukti-bukti yang
disusun secara logis. Sehingga dapat meyakinkan seseorang atas suatu topik
tertentu.
c. Membujuk, artinya presentasi secara logis dapat memengaruhi seseorang agar
melakukan suatu aksi atau tindakan yang relevan dengan materi presentasi.
d. Menginspirasi, artinya presentasi bertujuan untuk membangkitkan inspirasi
seseorang dalam melakukan suatu hal.
e. Menghibur, artinya presentasi memberikan kesenangan kepada seseorang melalui
informasi yang diberikan.
f. Pendidikan, artinya presentasi menjadi sarana pendidikan yang memiliki tujuan
agar audiens mempelajari teknik presentasi secara benar dan juga mampu
menghadapi ketakutan dalam berbicara.
Seorang presenter pastinya ingin dapat menyampaikan informasinya kepada
audiens dengan baik. Sehingga perlu memahami teknik presentasi yang baik dan benar.
Adapun beberapa saran atau petunjuk untuk mengetahui bagaimana teknik presentasi
yang baik dan benar, yakni:
1. Persiapan
Sebelum memulai presentasi, hal yang terpenting dilakukan seorang presenter
adalah melakukan persiapan yaitu membangun rasa percaya diri serta
mengendalikan rasa takut dan emosi. Pada umumnya yang memberikan efek
ataupun pengaruh yang cukup siginifikan terhadap penyampaian pesan, yaitu
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal, seperti kualitas
suara serta bahasa dan kata-kata yang digunakan. Sedangkan komunikasi
nonverbal, seperti kontak mata, ekspresi wajah, penampilan fisik, nada suara,
gerakan tubuh, pakaian dan aksesoris yang digunakan. Beberapa hal yang harus
dipersiapkan, yaitu siapkan tujuan dan sasaran yang jelas. Jikalau saat ujian
penelitian sudah tentu tujuan presenter adalah dapat membawakan presentasi dan
lulus dari ujian penelitian tersebut. Selain itu, persiapkan poin -poin penting yang
mana usahakan agar mengerti dan paham dengan materi yang dibawakan bukan
dihafal. Tidak lupa untuk mempersiapkan powerpoint yang menarik dan simpel.
6
Serta yang terakhir adalah lakukan Latihan agar nantinya presentais sesuai dengan
durasi atau waktu yang diberikan.
2. Penyampaian Materi Presentasi
Dalam menyampaikan materi presentasi, tentunya ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh presenter, yaitu sebagai berikut.
a. Presenter harus membawakan materi yang dipresentasikan dengan percaya diri.
b. Pada saat membawakan materi presentasi dihadapan audiens, presenter harus
dapat memposisikan dirinya sebagai audiens. Maksudnya adalah
memperkirakan apakah materi yang dipresentasikan akan mudah diterima atau
tidak.
c. Presenter harus mempersiapkan materi dengan baik dengan menyiapkan bahan
atau materi presentasi yang singkat, padat, dan jelas.
d. Ketika menyampaikan materi presentasi, gunakan bahasa komunikasi verbal
dan nonverbal yang baik yaitu untuk komunikasi verbal, yakni kualitas suara
serta bahasa dan kata-kata yang digunakan. Kemudian untuk komunikasi
nonverbal, yakni kontak mata, ekspresi wajar, postur dan gerakan tubuh yang
sedapat mungkin menunjang proses selama presentasi berlangsung.
7
SIMPULAN
Laporan adalah suatu media atau dokumen komunikasi antara peneliti dengan
masyarakat umum terutama pembaca yang ditargetkan atau yang berkepentingan dengan
penelitian yang telah dilakukan tersebut. Tujuan penulisan laporan secara umum yaitu untuk
mengatasi suatu masalah, untuk mengambil keputusan, untuk mengetahui kemajuan dan
perkembangan, dan untuk mengadakan pengawasan dan perbaikan.
Dalam menyusun laporan, penulis sebaiknya memposisikan diri sebagai pembaca
sehingga laporan yang disajikan dapat dinilai apakah sudah disajikan dengan baik atau belum.
Laporan penelitian biasanya terdiri dari tiga bagian besar, yaitu bagian awal, bagian tengah,
dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan
pembimbing, surat pernyataan, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel
(jika ada), daftar gambar (jika ada), daftar lampiran, dan abstrak. Bagian tengah terdiri dari
pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan,
kesimpulan, implikasi, dan saran. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Langkah terakhir dari suatu kegiatan penelitian (ilmiah) adalah membuat laporan hasil
penelitian. Hasil penelitian harus dilaporkan dan ditulis. Penulisan laporan penelitian dapat saja
berupa atau ditujukan untuk pembuatan atau kepentingan, yaitu lapora n penelitian umum,
skripsi, tesis atau disertasi. Dalam bidang akademik laporan penelitian terdiri dari beberapa
laporan penelitian ilmiah, diantaranya disertasi, tesis, dan skripsi. Selain itu, juga terdapat jenis
penelitian lainnya yaitu laporan ilmiah dan laporan teknis.
Presentasi merupakan suatu kegiatan penyampaian informasi kepada publik atau
khalayak banyak melalui sebuah orasi, baik secara langsung (f ace to face) atau melalui media.
Tujuan dari adanya presentasi, yaitu memberikan informasi kepada audiens, memberikan
keyakinan kepada audiens atas materi presentasi yang dipaparkan, memengaruhi audiens untuk
melakukan suatu aksi atau tindakan yang relevan dengan materi presentasi, menginspirasi
audiens, memberikan hiburan kepada audiens melalui informasi yang diberikan, dan sebagai
sarana pendidikan. Adapun teknik presentasi yang baik dan benar agar nantinya seorang
presenter dapat mempresentasikan materinya dengan baik, yaitu: 1) melakukan persiapan yang
matang baik itu dari segi materi yang akan dipaparkan dan juga komunikasi verbal serta
komunikasi nonverbal; 2) menyampaikan materi presentasi dengan percaya diri, presenter
dapat memposisikan dirinya sebagai audiens, menggunakan bahasa komunikasi verbal dan
nonverbal yang baik.
8
REFERENSI
Amir, Amri et al. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Penerapannya. Bogor: IPB Press.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2013. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan
Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Raihan. 2017. Metodologi Penelitian. Jakarta: Universitas Islam Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Bandung: Alfabeta.