Anda di halaman 1dari 14

latar belakang pemerintah mengajukan kebijakan tax amnesty tahun ini?

Yang pertama
kita. Apakah itu dilihat dari nilai tukar rupiah, apakah itu dilihat dari cadangan devisa, apakah itu dilihat dari neraca pem
sampai kepada likuiditas dari perbankan. Jadi kami melihat bahwa kebijakan ini sangat strategis karena dampaknya dam
menyeluruh dan fundamental bagi perekonomian Indonesia.
2. Apa saja kebijakan dalam tax amnesty selain dari penghapusan sanksi pajak?
Intinya itu saja sama repatriasi. Bagaimana aturan repatriasinya, kemudian tadi instrumen apa yang bisa dipakai, arah in
aja, ini undang-undang yang sangat singkat. Intinya ya utamanya bicara uang tebus tadi, tarif dari uang tebus itu, dan ini
pembayar pajak secara umum. Uang tebus itu yang 2% itu tidak sama dengan tarif pajak yang normal 25% sekarang kalau
untuk orang. Kenapa? Yang namanya tarif pajak dikenakannya terhadap pendapatan, sedangkan yang 2% itu dikenakan t
Nah ini beda jauh, aset itu pasti jauh lebih besar dari pada income sehingga sebenarnya yang dibayarkan oleh para pemin
karena yang dilihat adalah aset bukan income ya. Jadi intinya ini harus diklarifikasi bahwa tidak semua yang ikut amnest
Wajib Pajak nakal. Kedua, uang tebus ini bukan tarif pajak normal ya, uang tebus ini adalah uang persentase terhadap ase
dilaporkan, sedangkan tarif pajak normal dikalikan dengan income yang diterima orang dalam setahun.

3.Berapa kira-kira tambahan penerimaan negara dan peningkatan basis pajak dari adanya tax amnesty ini?

Yang pasti kalau dari segi penerimaan, 60 mungkin angka minimum lah ya bisa 60 bisa lebih. Kami melihat sebenarnya p
luar negeri sangat banyak karena berbagai macam data menunjukkan, mengindikasikan, meskipun uangnya itu berasal d
disimpannya lebih banyak di luar negeri.
Jadi kami melihat potensinya sebenarnya bisa diatas 100 triliun, minimal. Nah kemudian kalau basis pajaknya tax amnes
NPWP yang sudah menjadi wajib pajak untuk memperbaiki atau mendeklarasi harta yang belum dilaporkan, ini juga berm
belum punya NPWP.
Sehingga kita harapkan dengan tax amnesty ini memberikan peluang bagi yang belum punya NPWP untuk kemudian pun
membayar sehingga dia mulai catatan sejarah, catatan pajaknya dengan clear dan tidak dengan lagi catatan masalah di m
4. Berapa target jumlah Wajib Pajak yang diharapkan bertambah?
Angka wajib pajak sekarang cuma 27 juta. Tentunya saya harapkan naik 2 kali lipat. Tapi bukan itu yang paling penting, y
jumlah Wajib Pajaknya, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan oleh Wajib Pajaknya itu yang kita harapkan bertambah. Jad
program ekstensifikasi namanya, tapi kalau amnesty kita harapkan baik yang sudah punya NPWP atau belum itu kemudia
secara jujur 100%.
5. Apa saja tantangan dan hambatan dalam pelaksaan tax amnesty tersebut?
Ya, pertama tentunya tidak bisa dipungkiri ada juga kepentingan asingnya ya karena dengan kalau kita melakukan tax am
repatriasi maka akan ada beberapa negara yang selama ini diuntungkan dengan adanya uang Indonesia di luar negeri dan
kerugian atau dampak negatif dari adanya tax amnesty kita.
Jadi mungkin mereka juga bekerja melalui berbagai cara untuk mempengaruhi opini di Indonesia, ya itu kemungkinan pe
lain adalah kemungkinan salah pengertian karena sempat di awal pernah ada ide ini adalah total amnesty, jadi langsung m
tindak pidana. Nah ini kami tegaskan bahwa yang ada di Undang-Undang Pegampunan Pajak sesuai namanya yang dihap
bidang pajak, titik. Tidak lagi bisa mengampuni atau menghapuskan pelanggaran di bidang lainnya.
6. Kebijakan apa yang akan dilakukan setelah tax amnesty ini selesai?
Amnesty itu paling lama sampai akhir tahun ini, sangat sebentar, tidak akan lama. Jadi setelah amnesty sampai menjelan
melakukan program yang namanya “Voluntary Declaration”. Jadi silahkan mereka melaporkan yang sama aset yang belum
secara voluntary tapi tarifnya tarif normal, tapi kita berikan tahun 2017 tanpa sanksi.
7. Bagaimana kesiapan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan dalam pelaksanaan tax amnesty?
Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian DPR RI |
1
Segalanya sudah disiapkan karena kita sebetulnya sudah antisipasi sejak bulan November-Desember tahun lalu. Jadi suda
administrasinya, bagaimana menyimpan datanya, agar benar-benar aman rahasia, serta juga sebenarnya kita juga sudah
informal kepada pembayar pajak.
SDM juga saya rasa sudah siap karena nanti para pendaftar bisa datang langsung ke kantor pelayanan pajak yang terdeka
datang ke Jakarta segala macam, cukup ke KPP terdekat dan dari situ sudah ada booth khusus atau seksi khusus untuk m
dan kemudian sampai suratnya di keluarkan sesuai dengan SOP-nya.
8. Apa pesan dan harapan kepada Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan terkait pelaksanaan tax amnesty?
Kepada segenap jajaran Ditjen Pajak saya harapkan semuanya bisa mendukung penuh pelaksaan program amnesty dan y
menjadikan amnesty sebagai sasaran target di 2016 saja, tapi harus dijadikan sebagai landasan untuk melakukan reforma
depannya. Jadi kita harapkan dengan adanya amnesty 2016, 2017 dan seterusnya penerimaan pajak akan jauh lebih baik,
lebih akurat sehingga pada akhirnya tidak perlu lagi ada isu terkait kekurangan penerimaan pajak ataupun isu terkait gan
sebagai akibat pemeriksaan pajak yang berlebihan.
kebijakan tax amnesty harus dilihat sebagai kebijakan ekonomi yang bersifat
mendasar, jadi tidak semata-mata kebijakan terkait fiskal apalagi khususnya pajak.
Jadi ini kebijakan yang dimensinya lebih luas, kebijakan ekonomi secara umum.
Kenapa? Karena pertama dari sisi pajaknya sendiri, dengan
adanya tax amnesty maka ada potensi penerimaan yang akan bertambah dalam
APBN kita baik di tahun ini atau tahun-tahun sesudahnya yang akan membuat
APBN kita lebih sustainable. APBN lebih sustainable dan kemampuan pemerintah
untuk spending atau untuk belanja juga semakin besar sehingga otomatis ini akan
banyak membantu program-program pembangunan tidak hanya infrastruktur tapi
juga perbaikan kesejahteraan masyarakat

PERKEMBANGAN REALISASI PENERIMAAN PERPAJAKAN PERIODE 2013-2018 DAN


TARGET DALAM RAPBN 2019

Jesly Yuriaty Panjaitan S.E., M.M.


Hikmatul Fitri S.E., M. Sc.

Penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan negara yang utama dan paling besar,
menyumbang sekitar 70% dari seluruh penerimaan negara. Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, Penerimaan pajak adalah semua penerimaan yang terdiri dari Pajak
Dalam Negeri dan Pajak Perdagangan Internasional. Pajak Dalam Negeri adalah semua penerimaan
negara yang berasal dari Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa, Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan, Cukai,
dan Pajak Lainnya. Pajak Perdagangan Internasional adalah semua penerimaan yang berasal dari bea
masuk dan pajak ekspor.

JENIS PAJAK
Ditinjau dari segi lembaga pemungut pajak, pajak dapat dibagi dua jenis, yaitu:
- Pajak Negara, sering disebut juga sebagai pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Pusat, terdiri atas Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bea Materai, Bea
Masuk dan Cukai.
- Pajak Daerah, sesuai UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak
Daerah terdiri dari :
 Pajak Provinsi, yang terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, Pajak Rokok.
Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian DPR RI |
2
 Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Sarang
Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan.

KEBIJAKAN DAN TARGET PENERIMAAN PERPAJAKAN TAHUN 2019


Kontribusi penerimaan perpajakan sebagai pendapatan negara utama ditargetkan meningkat
yaitu 83,1% dalam RAPBN 2019. Penerimaan perpajakan dalam RAPBN tahun 2019 ditargetkan
sebesar Rp1.780.995,9 miliar atau naik sebesar 15,0% dibandingkan dengan outlook 2018 (tabel 1).
Berikut kebijakan umum yang dalam mencapai target penerimaan perpajakan di tahun 2019:
Tabel 1 Kebjiakan Umum Perpajakan Tahun 2019
No Kebijakan yang Akan Ditempuh
1 Optimalisasi penggalian potensi dan pemungutan perpajakan melalui pendayagunaan data dan
sistem informasi perpajakan yang up to date dan terintegrasi
2 Meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak dan membangun kesadaran pajak untuk
menciptakan ketaatan membayar pajak (sustainable compliance)

Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian DPR RI |


3
3 Memberikan insentif perpajakan secara selektif dan tepat sasaran untuk mendukung daya saing
industri nasional dan tetap mendorong hilirisasi industri
4 Memengaruhi konsumsi masyarakat terutama terkait dengan Barang Kena Cukai (BKC) untuk
mengurangi eksternalitas negatif
5 Transparansi informasi di bidang perpajakan dengan mengoptimalkan perjanjian perpajakan
internasional dan mengefektifkan pelaksanaan Automatic Exchange of Information (AEoI);
6 Melakukan redistribusi pendapatan dalam upaya menurunkan inequality
Sumber: RAPBN 2019

Sebagai upaya untuk mendukung arah kebijakan umum perpajakan dan implementasinya,
pemerintah juga mengambil langkah yang bersifat teknis. Kebijakan teknis dibidang perpajakan
diharapkan akan mampu menjadi strategi utama dalam pencapaian target perpajakan tahun 2019.
Tabel 2 berikut menunjukkan kebijakan teknis perpajakan tahun 2019.
Tabel 2 Kebijakan Teknis Perpajakan Tahun 2019
No Kebijakan yang Akan Ditempuh
1 Penguatan fungsi pelayanan (tax service) dalam rangka mendorong terciptanya kepatuhan
Wajib Pajak secara sukarela
2 Peningkatan efektivitas pengawasan dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajin Pajak
antara lain melalui implementasi Automatic Exchange of Information (AEoI)
3 Ekstensifikasi dan peningkatan pengawasan sebagai tindak lanjut pasca program tax
amnesty
4 Peningkatan efektivitas fungsi ekstensifikasi melalui pendekatan end-to-end, antara lain
penanganan sektor informal (UMKM) melalui pendekatan Bussiness Development Services
(BDS)
5 Pelaksanaan penegakan hukum (law enforcement) secara berkeadilan
6 Melanjutkan reformasi perpajakan secara komprehensif baik menyangkut SDM, peraturan
perpajakan, teknologi informasi, maupun penyempurnaan bisnis
Sumber: Nota Keuangan & RAPBN 2019

Pada tahun 2019 pemerintah berkomitmen memberikan kemudahan berusaha di bidang


perpajakan kepada sektor informa khususnya pelaku usaha di bidang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM), yang difokuskan pada perluasan program pembinaan usaha Wajib Pajak yaitu
Business Development Services (BDS).

1. Pendapatan Pajak Dalam Negeri


Pajak dalam negeri terdiri dari pendapatan PPh, PPN, dan PPnBM, Cukai dan pajak lainnya.
Faktor utama yang memengaruhi pendapatan pajak dalam negeri adalah pertumbuhan ekonomi,
inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Target pendapatan pajak dalam negeri dalam RAPBN tahun 2019 sebesar Rp1.737830,9
miliar atau meningkat sebesar 15,4% jika dibandingkan dengan outlook 2018 peningkatan ini
terutama dipengaruhi oeh peningkatan proyeksi kinerja perekonomian dalam negeri (gambar 1).
Sedangkan dari sisi harga komoditas, walaupun diproyeksikan cenderung stabil atau stagnan, tetapi
masih akan berpotensi mengalami perbaikan sehingga berdampak positif terhadap proyeksi
penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019.
Gambar 1 Pendapatan Pajak Dalam Negeri Tahun 2018-2019
8.6 20
7.6 165.5
1500 19.1 15
Triliun Rp.

155.5
17.4 15.4 655.1

Persen
10
1000 564.7 5

0
500 889,5
761,2 -5
-4.6
0 -10
Outlook 2018RAPBN 2019

PPh PPN dan PPnBM


Sumber: PBB Keuangan,
Kementerian Cukai RAPBN
Pajak 2019
Lainnya Pertumbuhan

a. Pendapatan Pajak Penghasilan (PPh)

Dalam RAPBN 2019 PPh yang terdiri dari PPh Migas dan PPh Nonmigas ditargetkan sebesar
Rp889.544,4 miliar atau meningkat sebesar 16,9% jika dibandingkan outlook 2018 (gambar 2).
Kenaikan target pendapatan PPh dalam RAPBN 2019 berasal dari PPh Nonmigas di mana dalam
RAPBN tahun 2018 ditargetkan sebesar Rp827.260,0 miliar atau mengalami kenaikan 17,2%
dibandingkan outlook 2018.
Gambar 2 Pendapatan Pajak Penghasilan Tahun 2018-2019
900 17.7 19.0
62.3 18.0
55.4 16.9
700 17.0
Triliun Rp.

16.0

Persen
500 15.0
827.3 14.0
705.8
300 13.0
12.0
100 11.0
10.0
-100 outlook 2018 RAPBN 2019

PPh Nonmigas PPh Migas Pertumbuhan (RHS)


Sumber: Kementerian Keuangan, NK dan RAPBN 2019

b. Pendapatan PPN dan PPnBM

Pendapatan PPN dan PPnBM dalam RAPBN 2019 ditargetkan sebesar Rp655.060,0 miliar atau
meningkat sebesar 16,0% dari target dalam outlook 2018. Pada gambar 3 menunjukkan target PPN
dan PPnBM tahun 2019 terdiri atas pendapatan PPN dan PPnBM dalam negeri sebesar Rp446.773,1
miliar, PPN dan PPnBM impor sebesar Rp207.935,8 miliar, serta PPN dan PPnBM lainnya sebesar
Rp351,1 miliar.
Gambar 3 Pendapatan PPn dan PPnBM Tahun 2018-2019

700.0 17.5 17.5


600.0 0.4
500.0 0.4 207.9 17.0
Triliun Rp

400.0 162.3

Persen
300.0 16.5
200.0
100.0
16 16.0
0.0
402 446.8
15.5

15.0
Outlook 2018
RAPBN 2019
Sumber:
Dalam Negeri Kementerian
Impor Keuangan, NK dan RAPBN
Lainnya 2019 (RHS)
Pertumbuhan

c. Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pendapatan PBB dalam RAPBN tahun 2019 ditargetkan sebesar Rp19.106,0 miliar atau meningkat
9,6% dari outlook 2018 (gambar 4). Peningkatan pendapatan PBB tersebut terutama berasal dari PBB
sektor migas dan pertambangan, yang dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas sektor hulu migas
berupa wilayah pertambangan lapangan onstream.

20.0 9.6 10.0


1.7 9.0
0.7
Triliun Rp

15.0 0.3 1.6 8.0


1.6 2.5

Persen
7.0
10.0 6.0
5.0
13.9 14 4.0
5.0
4 3.0
Gambar 4 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan Tahun 2018-2019
0.0
Sumber: Kementerian Keunagan, NK dan RAPBN 2019
Outlook 2018RAPBN 2019
d. Pendapatan Cukai
PBB Migas PBB Pertambangan PBB Perkebunan
PBB Perhutanan
Pendapatan cukai dalam RAPBN tahun 2019 Pertumbuhan
ditargetkan(RHS)
sebesar Rp165.501,0 miliar, terdiri dari
cukai hasil tembakau (HT), cukai ethil alkohol (EA), cukai minuman mengandung ethil alkohol
(MMEA), denda administrasi cukai, dan cukai lainnya. Dalam gambar 5 menunjukkan pendapatan
cukai dalam RAPBN 2019 naik 6,4% dibandingkan target dalam outlook 2018.
180 6.4 6.5
160 5.5

Persen
Triliun Rp
140 4.5
120 3.5
100 155.5 165.5 2.5
80 1.5
60 1.4 0.5
40
20 Outlook 2018RAPBN 2019

Cukai Pertumbuhan
Gambar 5 Pendapatan Cukai Tahun 2018-2019

Sumber: Kementerian Keuangan, NK dan RAPBN 2019

Hal-hal yang menyebabkan naiknya target pendapatan cukai antara lain adanya penyesuaian naik
tarif cukai hasil tembakau, dilanjutkannya program penertiban rokok ilegal dan adanya rencana
penambahan barang kena cukai (BKC) baru berupa kemasan/kantong plastik.

e. Pendapatan Pajak Lainnya

Pendapatan pajak lainnya terutama berasal dari pendapatan bea materai, pendapatan pajak tidak
langsung lainnya, dan penagihan pajak. Pendapatan pajak lainnya dalam RAPBN 2019 ditargetkan
mencapai Rp8.619,5 miliar, atau meningkat 13,2% dibandingkan outlook 2018 yang terlihat pada
gambar 6. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan sektor jasa keuangan yang
diproyeksikan akan meningkatkan transaksi penjualan atau harus menggunakan bea materai.
Gambar 6 Pendapatan Pajak Lainnya Tahun 2018-2019
9 13.3
8 13.2
7 13.2 13.2
Triliun Rp

6 13.1
5 13.1 Persen
4 8.6 13.0
3 13.0
2 7.6 12.9
1 13
0

Outlook 2018RAPBN 2019


Pajak LainnyaPertumbuhan
Sumber: Kementerian Keuangan, NK dan RAPBN 2019

2. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional

Pendapatan pajak perdagangan internasional terdiri dari pendapatan bea masuk dan pendapatan bea
keluar, pada RAPBN 2019 ditargetkan sebesar Rp43.165,0 miliar atau meningkat 2,7% dari target
outlook 2018. Pendapatan bea masuk diproyeksikan sebesar Rp38.745,0 miliar atau meningkat 3,0%
dibandingkan dengan target dalam
outlook 2018. Sementara pendapatan bea keluar diproyeksikan sebesar Rp4.420,0 triliun atau turun
0,6% dibandingkan outlook 2018.
Gambar 7 Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Tahun 2018-2019

45.0 8.0
40.0 4.4 7.2 4.4
Triliun Rp

35.0 6.0

Persen
30.0
25.0 4.0
20.0 37.6 38.7
15.0 2.7 2.0
10.0
5.0 0.0
0.0 Outlook 2018
RAPBN 2019

Bea masuk Bea Keluar Pertumbuhan


Sumber: Kementerian Keuangan, NK dan RAPBN 2019

PERKEMBANGAN PENERIMAAN PERPAJAKAN PERIODE 2013 – 2018

Penerimaan perpajakan terdiri dari pendapatan pajak dalam negeri dan pendapatan pajak
perdagangan internasional. Dalam periode 2014-2018 penerimaan perpajakan mengalami
peningkatan Rp1.146,9 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp1.548,5 tirliun pada tahun 2018 dengan
pertumbuhan rata-rata 7,8% per tahun. Target penerimaan perpajakan pada tahun 2018 mengalami
penurunan dibandingkan dengan APBN 2018 sebesar Rp1.618,1 triliun menjadi Rp1.54,8 triliun.
Penurunan terjadi pada penerimaan PPh Nonmigas, sebagai dampak dari penyesuaian basis
perhitungan PPh Nonmigas berdasarkan realisasi tahun sebelumnya.
Meskipun perkembangan penerimaan pajak terus meningkat dalam periode 2013-2017, tax
ratio Indonesia cenderung stabil dalam periode yang sama (gambar 8). Pemerintah berupaya
mendorong kenaikan rasio perpajakan terhadap PDB antara lain melalui reformasi perpajakan, agar
dapat leluasa meningkatkan fiscal space untuk meningkatkan belanja negara yang produktif sehingga
dapat memacu pertumbuhan ekonomi inklusif.

Gambar 8 Perkembangan Rasio Perpajakan (Tax Ratio) 2013-2018

11.86% 11.60%

11.36%

10.75% 10.70%
10.36%

2013 2014 2015 2016 2017 *APBN 2018


Sumber: Kementerian Keuangan, RAPBN 2019
Kontribusi penerimaan perpajakan terhadap pendapatan dalam negeri meningkat dari 74,0%
pada tahun 2014, menjadi 80,6% pada tahun 2018. Apabila dilihat dari kontribusi jenis-jenis
penerimaan pajak, pendapatan PPh Nonmigas memberikan kontribusi terbesar dengan rata-rata
46,1% terhadap pendapatan pajak dalam negeri. Selanjutnya, dalam gambar 9 menunjukkan
pendapatan dari PPN dan PPnBM memberi kontribusi rata-rata 35,9%, sehingga pertumbuhan
penerimaan kedua jenis pajak tersebut berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan pajak dalam
negeri. Pendapatan PPh Nonmigas meningkat rata-rata 11,5% per tahun selama periode 2014- 2018.
Sementara pendapatan cukai sebagai penyumbang terbesar ketiga dengan kontribusi rata-rata 11,3%,
tumbuh rata-rata 7,8% per tahun selama periode yang sama.
Gambar 9 Kontribusi Rata-rata Terhadap Pendapatan Dalam Negeri 2014-2018

4.5%0.5%
1.7%
PPN & PPnBM

11.3% PPh NonMigas


35.9% CUKAI PBB
PPh Migas
Pajak Lainnya
46.1%

Sumber: NK dan RAPBN 2019

Dalam RAPBN 2019, penerimaan pajak dalam negeri diproyeksikan sebesar Rp1.737,8 triliun,
atau sebesar 15,36% dari outlook 2018. Adapun realiasasi penerimaan pajak sampai dengan Q4 tahun
2017, adalah sebesar Rp1.151,13 triliun dari target Rp1.283,56 triliun, atau sebesar 89,68% sehingga
masih terdapat shortfall sebesar Rp132 triliun dari target APBNP 2017. Persentase pencapaian Q4
tahun 2017 sebesar 89,68% lebih baik dibandingkan persentase capaian penerimaan pajak periode
yang sama tahun 2016 sebesar 81,60% dan tahun 2015 yaitu sebesar 81,96%. Sementara itu, sampai
dengan 31 Juli 2018 laju Penerimaan pajak tumbuh sebesar 14,36% atau mencapai Rp687,17 triliun
(48,26% dari target APBN 2018).

Gambar 10 Persentase Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2013-2018


92.56% 91.56% 89.68%

81.96% 81.59%

48,26%

2013 2014 2015 2016 2017 *Juli 2018


Sumber: LAKIN DJP 2017 dan LAPSEM I 2018 *angka sementara, realisasi per 31 Juli 2018
Bila dilihat dari capaian kinerja penerimaan pajak pada tabel 3, realisasi penerimaan pajak
tahun 2017 tumbuh 4,08%, lebih rendah dibandingkan penerimaan periode yang sama tahun 2016
yaitu 4,25%. Namun apabila unsur Amnesti Pajak dan revaluasi aktiva tetap dikeluarkan, penerimaan
tahun 2017 tumbuh 15,8% dibandingkan dengan realisasi tahun 2016.
Adapun rincian capaian realisasi penerimaan pajak per jenis pajak tahun 2017 beserta
pertumbuhannya dapat dilihat pada tabel III berikut:

Tabel 3 Laporan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2016-2017 (Miliar Rupiah)

Realisasi s.d. 31 Desember


Target ∆%
No jenis pajak Realisasi 2016 APBN-P 2017
2016-2017 ∆% ∆% 2016- % Penc. % Penc.
2016 2017
2015- 2017 2016 2017
2016
A PPh Non migas 630.113,83 742.200,00
17,79 630.113,83 596.582,30 14,02 -5,32 76,89 80,38
1. PPh Ps 21 109.644,00 148.054,69
35,03 109.644,00 17.764,73 -4,22 7,41 84,77 79,54
2. PPh Ps 22 11.351,86 11.064,85
-2,53 11.351,86 16.270,42 33,90 43,33 115,82 147,05
3. PPh Ps 22 Impor 37.997,71 52.543,76
38,35 37.977,71 43.157,39 -5,67 13,64 87,26 82,14
4. PPh Ps 23 29.142,39 36.389,83
24,87 29.142,39 34.006,42 4,52 16,69 92,50 93,45
5. PPh Ps 25/29 OP 5.313,79 19.936,63
275,19 5.313,79 7.806,58 -35,66 46,91 18,45 39,16
6. PPh Ps 25/29 Badan 171.596,73 242.663,59
41,42 171.596,73 208.253,14 -7,35 21,36 45,62 85,82
7. PPh Ps 26 43.233,04 55.118,10
27,49 43.233,04 50.921,55 -10,35 17,78 79,34 92,39
8. PPh Final 117.679,21 156.183,66
32,72 117.679,21 106.317,38 -1,66 -9,65 80,77 68,07
9. PPh Non Migas Lainnya 104.175,06 20.244,89
-80,57 104.175,06 12.084,6954.923,50 -88,4049.131,78 59,69
B PPN dan PPnBM 412.213,45 475.483,49
15,35 412.213,45 480.721,05 -2,71 16,62 86,92 101,10
1. PPN Dalam Negeri 273.004,75 328.071,07
20,17 273.004,75 314.340,04 -2,50 15,14 85,74 95,81
2. PPN mpor 122.774,74 132.355,79
7,80 122.774,74 149.034,03 -5,65 21,39 87,28 112,60
3. PPnBM Dalam Negeri 11.810,23 10.642,60
-9,89 11.810,23 13.292,54 27,09 12,55 112,47 124,90
4. PPnBM Impor 4.295,39 4.077,04
-5,08 4.295,39 3.796,35 7,16 -11,62 9,13 93,12
5. PPN/PPnBM Lainnya 328,34 336,99
2,63 328,34 258,09 19,30 -21,40 98,75 76,59
C PBB 19.443,71 15.412,10
- 19.443,71 16.771,56 -33,53 -13,74 109,79 108,82
D Pajak 8.104,89 20,73 8.104,89
8.700,00 6.738,4 45,5 -16,86 109,31 77,45
E Lainnya PPh 36.098,56 7,34 36.098,56
41.770,27 7 5 39,3 99,3 120,46
Migas 15,7 50.316,70 -27,33 9 2
1
Total Non PPh Migas 1.069.875,89 1.241.795,59 16,0 1.069.875,89 1.100.813,39 5,81 2,89 81,1 88,65
Total termasuk PPh Migas 1.105.974,44 1.283.565,86 7 1.105.974,44 1.151.130,09 4,25 4,08 2 89,68
16,0 81,6
6 1
Sumber: LAKIN DJP 2017

Perkembangan Pendapatan Pajak Dalam Negeri


Pendapatan pajak dalam negeri meningkat rata-rata 8,1% per tahun dalam periode 2014-
2019, dengan kontribusi terhadap penerimaan perpajakan mencapai 97,1%. Berikut ini
perkembangan dari masing-masing penerimaan pajak dalam negeri:

Pendapatan Pajak Penghasilan (PPh)


a. Pendapatan PPh Migas
Pendapatan PPh Migas periode 2014-2017 mengalami penurunan sebesar negatif 16,8% per
tahun. Hal tersebut disebabkan terjadinya penurunan harga minyak sepanjang tahun 2015-2016.
Sejak akhir tahun 2017 hingga tahun 2018 mengalami peningkatan karena membaiknya harga
Indonesia Crude Price (ICP), maka ditargetkan
hingga akhir tahun 2018 menjadi pendapatan PPh Migas sebesar Rp55,4 triliun atau meningkat 45,3%
dari APBN 2018.
Tabel 4 Perkembangan Pendapatan PPh MigasTahun 2013-2018 (Triliun Rupiah)
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Uraian % thd % thd % thd % thd % thd % thd
LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP Outlook
Total Total Total Total Total Total
Pendapatan PPh Minyak Bumi 32 36,5 30 34,7 12,0 24,1 10,8 29,9 16,6 36,5 24,1 36,5
Pendapatan PPh Gas Alam 56,4 63,5 57,1 65,3 37,8 75,9 25,3 70,1 33,7 63,5 31,3 63,5
Jumlah 88,8 100,0 87,4 100,0 49,8 100,0 36,1 100,0 50,3 100,0 55,4 100,0
Nilai Tukar (Rp/1 US$) 10.452,0 11.878,0 13.392,0 13.307,0 13.370,0 13.973,0
Harga Minyak (US$ barel/hari) 106,0 97,0 48,0 40,0 51,2 70,0
Lifting Minyak (Ribu barel/hari) 825,0 794,0 778,0 829,0 796,9 775,0
Lifting Gas (MBOEPD) 1.213,0 1.224,0 1.195,0 1.184,0 1.126,6 1.116,0
Sumber: Kementerian Keuangan, LKPP

b. Pendapatan PPh Nonmigas


Pendapatan PPh Nonmigas meningkat sebesar 13,4% per tahun selama periode 2013-2016.
Hal ini disebabkan oleh terjaganya inflasi dan semakin baiknya ekonomi domestik. Namun
pendapatan Pajak Penghasilan tahun 2017 mengalami penurunan sebesar Rp480.545,1 miliar atau
negatif 0,07% dibanding tahun 2016. Target PPh Nonmigas mengalami penyesuaian pada outlook
2018 menjadi sebesar Rp705,8 triliun atau menurun 15,8% dari APBN 2018 (tabel 5).
Tabel 5 Perkembangan Pendapatan PPh Nonmigas Tahun 2013-2018 (Triliun Rupiah)
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Uraian % thd % thd % thd % thd % thd % thd
LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP Outlook
Total Total Total Total Total Total
Pendapatan PPh Pasal 21 90,2 21,6 105,7 23,0 114,5 20,7 109,6 17,4 117,8 19,7 150,5 21,3
Pendapatan PPh Pasal 22 6,8 1,6 7,3 1,6 8,5 1,5 11,4 1,8 16,2 2,7 15,6 2,2
Pendapatan PPh Pasal 22 Impor 36,3 8,7 39,5 8,6 40,3 7,3 38,0 6,0 43,2 7,2 52,1 7,4
Pendapatan PPh Pasal 23 22,2 5,3 25,5 5,6 27,9 5,0 29,1 4,6 34,0 5,7 39,7 5,6
Pendapatan PPh Pasal 25/29 Pribadi 51,5 1,2 5,6 1,2 8,3 1,5 5,3 0,8 7,8 1,3 7,3 1,0
Pendapatan PPh Pasal 25/29 Badan 154,3 36,9 148,4 32,3 183,0 33,1 169,7 26,9 206,6 34,6 230,6 32,7
Pendaptan PPh Pasal 26 31,1 7,4 39,4 8,6 42,2 7,6 36,1 5,7 43,7 7,3 49,2 7,0
Pendapatan PPh Final dan Fiskal 72,0 17,1 87,3 19,0 119,7 21,7 117,7 18,7 106,3 17,8 160,5 22,7
Pendapatan PPh Nonmigas Lainnya 0,3 0,0 0,1 0,0 0,2 0,0 104,2 16,5 12,1 2,0 0,2 0,0
Jumlah 464,7 100,0 458,8 100,0 544,6 100,0 621,1 100,0 596,5 100,0 705,7 100,0
Sumber: Kementerian Keuangan, LKPP

c. Pendapatan PPN dan PPnBM


Tingginya pertumbuhan pendapatan PPN dan PPnBM dalam periode 2013-2017 terutama
dipengaruhi oleh pertumbuhan positif pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan
besar, serta pertumbuhan realisasi belanja barang dan modal termasuk Dana Desa. Rata-rata
pertumbuhan sebesar 8,4% per tahun periode 2014- 2018. Target realisasi PPN dan PPnBM
mengalami peningkatan pada outlook 2018 yaitu 4,2% dari APBN 2018 menjadi sebesar Rp564,7
triliun karena terjaganya inflasi domestik sepanjang tahun 2018 (gambar 11 dan 12). Hal tersebut
secara umum
didukung oleh konsumsi dan daya beli masyarakat serta extra effort yang bersumber dari PPN.

d. Pendapatan Cukai

Perkembangan pendapatan cukai dalam periode 2013-2016 mengalami peningkatan rata-rata


sebesar 11,2% per tahun, yaitu dari Rp108,5 triliun tahun 2013 menjadi Rp143,5 triliun pada 2016.
Kontribusi pendapatan cukai, masih didominasi oleh hasil tembakau yang memberikan kontribusi
sebesar 95.6%. Pajak Cukai tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar Rp795 triliun dibandingkan
tahun 2016 sebesar Rp143,5 triliun atau sebesar 6,83%. Tahun 2018 penerimaan cukai ditargetkan
sebesar Rp155,5 triliun atau meningkat 1,4% dari tahun 2017.

Tabel 6 Perkembangan Pendapatan Cukai Tahun 2013-2018 (Miliar Rupiah)


2013 2014 2015 2016 2017 2018
Uraian % thd % thd % thd % thd % thd % thd
LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP Outlook
Total Total Total Total Total Total
Pendapatan Cukai Hasil Tembakau 103.560,2 95,5 112.544,2 95,3 139.518,2 96,5 137.968,4 96,1 147.718,2 98,7 148.300 95,4
Pendapatan Cukai Ethyl Alkohol 159,1 0,1 166,5 0,1 154,2 0,1 171,1 0,1 147,0 0,1 200 0
Pendapatan Cukai Minuman
Mengandung Ethyl Alkohol 4.668,2 4,3 5.342,3 4,5 4.560,4 3,2 530,7 3,7 5.567,5 0,0 6.500 4,2

Pendapatan Denda Admnistrasi Cukai 32,5 0,0 21,8 0,0 399,0 0,3 68,4 0,0 -159,3 -0,1 0,0 0
Pendapatan Cukai Lainnya 12,1 0,0 10,9 0,0 9,5 0,0 9,5 0,0 12,9 0,0 500 0,3
Jumlah 108.452,1 100,0 118.085,5 100,0 144.641,3 100,0 143.525,0 100,0 149.735,2 98,7 155.500 100
Sumber: Kementerian Keuangan, LKPP

e. Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


Perkembangan pendapatan PBB yang tercatat semakin menurun. Dalam periode 2013-2016
pendapatan PBB tumbuh rata-rata sebesar negatif 7,2% per tahun. Hal ini terjadi karena pengalihan
pajak sektor perdesaan dan perkotaan menjadi pajak daerah. Gambar 13 menunjukkan pendapatan
PBB tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 11,15% dibandingkan periode 2016. Tahun 2018
pendapatan PBB ditargetkan sebesar Rp17,4 triliun atau meningkat 3,6% dari tahun 2017.
Gambar 13 Perkembangan PBB 2013-2018 (Triliun Rupiah)

15.500,0
300,0
Outlook 20181.600,0 PBB Pertambangan
0,0 PBB Kehutanan PBB Perkebunan
0,0

1.480,2
596,0 PPB Perkotaan
2017 2.175,4
0,0
0,0 PBB Pedesaan

17.154,9
402,6
2016 1.885,7
0,0
0,0

27.163,0
491,7
20151.595,3
0,0
0,0

21.628,4
365,5
20141.479,4
1,2
1,7

21.570,9
293,5
20131.323,5
1.366,3
750,1

0,05.000,0 10.000,0 15.000,0 20.000,0 25.000,0 30.000,0

Sumber: Kementerian Keuangan, LKPP

f. Pendapatan Pajak Lainnya


Pendapatan pajak lainnya dalam periode 2013-2016 meningkat rata-rata sebesar 19,7% per
tahun. Pendapatan Pajak Lainnya tahun 2017 mengalami pertumbuhan negatif sebesar 16,86%
dibandingkan tahun 2016, yaitu sebesar Rp1,4 triliun. Dalam APBN 2018, pendapatan pajak lainnya
ditargetkan sebesar Rp9,7 triliun dan dikoreksi menjadi Rp7,6 triliun pada outlook 2018 atau
mengalami peningkatan sebesar 13% dari tahun 2017 (gambar 14).
Gambar 14 Pertumbuhan Pajak Lainnya Tahun 2013-2018 (Miliar Rupiah)

8,105
6,293 7,600
4,937 5,568 6,738

2013 2014
2015
2016
2017
outlook
2018
Sumber: Kementerian Keuangan, LKPP
Pendapatan Pajak Internasional
Pendapatan pajak perdagangan internasional selama periode 2013-2017 menurun rata-rata
7,7% per tahun. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan bea keluar
sebagai konsekuensi dari pemberlakuan tarif bea keluar dan pembentukan Badan Pengelolaan Dana
Perkebunan Kelapa Sawit. Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional tahun 2017 lebih besar
Rp3,74 triliun atau 10,55% dari tahun 2016. Peningkatan pada harga komoditas dunia yang mampu
mendongkrak penerimaan pajak, hingga akhir tahun 2018 perkiraan realisasi Penerimaan Pajak
Perdagangan Internasional sebesar Rp42,0 triliun atau naik 7,4% dari tahun 2017 (gambar 15).

Gambar 15 Perkembangan Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional 2013-2018


(Miliar Rupiah)
Sum
ber:
Kem
enter
ian
Keua
ngan,
LKPP

Anda mungkin juga menyukai