Anda di halaman 1dari 13

BAB 8

ASET TETAP : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

C. PENGAKUAN ASET TETAP BERWUJUD


Menurut PSAK 16, aset tetap adalah aset berwujud yang :
a) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atatu penyediaan barang atau jasa,
untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif.
b) Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Aset tetap termasuk dalam Aset Tidak Lancar di Laporan Posisi Keuangan.
Aset tetap adalah aset berwujud, artinya aset yang memiliki bentuk fisik dan dapat
disentuh. Yang termasuk aset tetap disini adalah : tanah (property), bangunan
(plant) dan peralatan (equipment). Hal ini berbeda dengan aset tetap tidak
berwujud. Aset tetap tidak berwujud berarti kita tidak bisa melihatnya dalam
bentuk fisik, tapi ada dalam bentuk kontrak. Contoh aset tetap tidak berwujud :
paten, royalti dan franchise.
Dari pengertian untuk poin a) diatas, maka aset tetap itu dimiliki untuk
digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Hal ini berbeda dengan
persediaan. Persediaan adalah aset yang dimiliki untuk tujuan dijual atau diolah
menjadi barang jadi. Mengapa hal ini harus dipertanyakan? Karena kita juga
harus mengetahui bisnis operasional. Misalnya : bila dealer mobil membeli
mobil. Kapan mobil itu diakui sebagai persediaan? Bila dealer mobil membeli
mobil untuk dijual kembali. Tapi mobil itu juga bisa diakui sebagai aset tetap,
bila mobil itu digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan.
Untuk pengertian poin b), dikarenakan lebih dari satu periode, maka ada umur
ekonomis. Dengan adanya umur ekonomis maka ada penyusutan. Semua aset
tetap berwujud ada penyusutan, tapi tanah tidak mempunyai penyusutan.
Aset tetap diakui sebesar biaya perolehan aset. PSAK 16 menyatakan bahwa
biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika :
a) Besar kemungkinan manfaat ekonomi di masa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke entitas
b) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Manfaat ekonomi yaitu bila kita membeli aset tetap, berapa besar manfaat
ekonomi yang masuk. Misalnya bila membeli peralatan pabrik. Dengan membeli
peralatan pabrik, apakah produksi semakin lancar? Apakah kualitas produk juga
menjadi lebih baik?
Pada saat memperoleh aset tetap, maka jurnalnya adalah sebagai berikut :

Aset Tetap (sebutkan jenisnya) xxx


Kas / Hutang / lainnya xxx

Dalam menentukan biaya perolehan, menurut PSAK 16 juga meliputi :


a) Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan
lain.
b) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset
siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen.
c) Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi
lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika set tersebut diperoleh
atau karena entitas menggunakan aset tersebut selam periode tertentu untuk
tujuan selain menghasilkan persediaan.
Dari poin a) dan b), biaya perolehan aset tetap adalah harga pembelian ditambah
dengan poin a) dan b). Bila entitas membeli aset tetap dari luar negri, maka akan
ada bea impor dan pajak-pajak yang berhubungan dengan itu.

Ilustrasi 8.1 Perusahaan mobil membeli mobil dari Jepang. Harga mobil itu : Rp.
150.000.000. Bea impor Rp.10.000.000. Pajak pembelian Rp.5.000.000. Beban
angkut masuk adalah Rp.1.000.000 per mobil. Sehingga biaya perolehan untuk 1
mobil adalah = 150.000.000 + 10.000.000 + 5.000.000 + 1.000.000 = Rp.
166.000.000.

Biaya yang dapat diatribusikan secara langsung misalnya adalah :


o Biaya penanganan dan penyerahan awal
o Biaya penyiapan lahan untuk pabrik
o Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau
akuisisi aset tetap
o Biaya perakitan dan instalasi
o Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi baik
o Komisi profesional

D. PENGUKURAN ASET TETAP


Dalam memperoleh aset tetap, dapat didapat dengan berbagai transaksi.
Berikut macam-macam pengukuran dan perolehan aset tetap.

1. PEMBELIAN TUNAI
Memperoleh aset tetap dengan pembelian tunai, harus diperhitungkan juga
potongan harga, bila ada. Potongan harga itu mengurangi biaya perolehan aset
tetap. Sehingga biaya perolehan aset tetap adalah harga beli dikurangi dengan
potongan harga.

Ilustrasi 8.2 Perusahaan membeli mobil dengan harga Rp. 150.000.000 dan
diakui sebagai aset tetap. Perusahaan mendapat potongan harga Rp.15.000.000.
Sehingga jurnalnya adalah sebagai berikut :
Mobil Rp.135.000.000
Kas 135.000.000

2. PEMBELIAN DENGAN KONTRAK


Perusahaan dapat membeli aset tetap dengan kontrak perjanjian jangka
panjang, menggunakan wesel, obliges atau kontrak yang lain. Biaya perolehan
aset tetap dengan cara ini adalah nilai kini dari aset tetap yang diperoleh dengan
memperhitungkan tingkat diskonto pada saat tanggal transaksi.
Ilustrasi 8.3 Perusahaan menerbitkan wesel bayar Rp.150.000.000, 5 tahun
dengan bunga 10% untuk membeli ekskavator tanggal 1 Januari 2014.
Perusahaan membayar dengan 5 kali cicilan, setiap cicilan Rp.30.000.000.
Sehingga biaya perolehan ekskavator adalah sebesar nilai kini dengan 5 periode,
cicilan Rp.30.000.000 dan bunga 10% = 30.000.000 x 3,79079 =
Rp.113.723.700.
Jurnalnya : Ekskavator 113.723.700
Wesel Bayar 113.723.700

3. PEMBELIAN GABUNGAN
Perusahaan biasa membeli suatu tanah dengan bangunan atau dengan
perabotan sekalian dengan satu harga saja. Inilah yang dinamakan pembelian
lump-sum. Bila ada transaksi ini, aset tetap harus tetap diidentifikasi satu persatu
berapa pengakuan biaya perolehannya. Cara mencarinya adalah dengan
perbandingan nilai wajar masing-masing aset tetap dengan total nilai wajar aset
tetap dikali dengan harga beli.

Ilustrasi 8.4
Perusahaan membeli gedung dengan bangunannya seharga Rp.1 M. Nilai
tercatat dari gedung dan tanah adalah Rp.400.000.000 dan Rp.200.000.000.
Sedangkan nilai wajar dari gedung dan bangunan adalah Rp. 600.000.000 dan
Rp.300.000.000. Sehingga pengalokasian untuk gedung dan bangunan :
600.000.000
Gedung = x Rp.1 M = Rp. 666.600.000
900.000.000
300.000.000
Tanah = x Rp. 1 M = Rp. 333.400.000
900.000.000
Jurnalnya : Gedung 666.600.000
Tanah 333.400.000
Kas 1.000.000.000
4. PEMBELIAN DENGAN MENERBITKAN SAHAM
Aset tetap juga bisa diperoleh dengan menerbitkan saham. Biaya
perolehan aset tetap adalah sebesar nilai wajar dari saham pada tanggal transaksi.
Bila tidak bisa menentukan nilai wajar saham, maka biaya perolehan aset tetap
bisa dengan nilai wajar dari aset tetap itu.

Ilustrasi 8.5
Perusahaan membeli tanah dengan menerbitkan 100.000 lembar saham. Harga
nominal saham Rp.1.500. Pada saat itu nilai wajar saham adalah Rp.3.500.
sehingga jurnalnya adalah sebagai berikut :
Tanah ( 100.000 x Rp.3.500) 350.000.000
Saham ( 100.000 x Rp.1.500) 150.000.000
Tambahan modal disetor 200.000.000

5. HIBAH
Bila pemerintah atau pihak lain ingin memberikan aset tetap dengan cuma-
cuma, itu bisa terjadi. Transaksi itu dinamakan hibah. Aset tetap bisa diperoleh
dengan cara hibah. Pengukuran aset tetap dengan cara hibah adalah dicatat dengan
nilai wajar. Hal ini diatur oleh PSAK 61 mengenai hibah. Hibah dari pemerintah
hanya boleh diakui bila diperoleh keyakinan bahwa entitas akan memenuhi
kondisi atau prasyarat hibah tersebut dan hibah akan diperoleh.
Hibah yang diterima dicatat sebagai pendapatan selama periode
pemakaiannya dan diakui secara proporsional sejalan dengan penyusutan aset
tetap yang bersangkutan. Hibah tidak boleh dimasukkan sebagai ekuitas.

Ilustrasi 8.6
Perusahaan mendapatkan hibah dari pemerintah berupa bangunan untuk
dijadikan toko. Nilai wajar bangunan tersebut adalah Rp.300.000.000.
Bangunan itu dapat digunakan sampai 20 tahun lamanya.Berikut jurnal pada
saat perolehan dan penyusutan.
Hak atas bangunan – Hibah 300.000.000
Pendapatan Ditangguhkan –Hibah 300.000.000

Beban penyusutan hak atas bangunan 20.000.000


Akumulasi penyusutan hak atas bangunan 20.000.000

Pendapatan Ditangguhkan – Hibah 20.000.000


Pendapatan hibah 20.000.000
6. PERTUKARAN DENGAN ASET TETAP LAINNYA
Aset tetap bisa diperoleh dengan adanya pertukaran dengan aset tetap
lainnya. Pengukuran untuk perolehan aset tetap jenis ini diakui tergantung apakah
pertukaran ini memiliki substansi komersial atau tidak memiliki substansi
komersial.
Menurut PSAK 16, suatu transaksi memiliki substansi komersial bila :
a) Konfigurasi ( risiko, waktu dan jumlah) arus kas atas aset yang diterima
berbeda dari konfigurasi dari aset yang diserahkan, atau
b) Nilai khusus entitas dari kegiatan operasional entitas yang dipengaruhi oleh
transaksi tersebut berubah sebagai akibat dari pertukaran, dan
c) Selisih antara poin a dan b adalah relatif signifikan terhadap nilai wajar dari
aset yang dipertukarkan.
Bila pertukaran ini mempunyai substansi komersial, maka biaya perolehan aset
adalah nilai wajar dari aset yang diserahkan. Selain itu, mengakui juga laba atau
rugi karena pertukaran yaitu selisih antara nilai pasar aset lama dengan nilai
tercatat aset lama. Bila pertukaran ini tidak memilik substansi komersial, tidak
mengakui laba atau rugi karena pertukaran.

Ilustrasi 8.7
Perusahaan ingin menukarkan truk lama dengan mesin. Biaya perolehan truk
Rp.100.000.000. Nilai tercatat truk adalah Rp.40.000.000. Pada saat itu nilai
pasar truk Rp.60.000.000. Sementara nilai wajar mesin adalah
Rp.90.000.000. Bagaimana biaya perolehan aset baru dan jurnalnya bila :
1. Ada substansi komersial.
2. Tidak memiliki substansi komersial.
Memiliki substansi komersial
Mesin 60.000.000
Akumulasi penyusutan truk 60.000.000
Truk 100.000.000
Laba karena pertukaran 20.000.000

Tidak memiliki substansi komersial


Mesin 40.000.000
Akumulasi penyusutan truk 60.000.000
Truk 100.000.000
7. ASET TETAP YANG DIBANGUN SENDIRI
Aset tetap dapat dibangun sendiri. Seperti membangun bangunan untuk
aset tetap. Atau membuat mesin peralatan. Biaya perolehan aset tetap untuk ini
adalah semua beban yang dapat diatribusikan langsung, seperti bahan baku,
tenaga kerja dan biaya operasional lainnya.
Biaya pembangunan dikapitalisasi mulai dari awal pembangunan sampai
selesai pembangunan. Bila pada proses pembangunan ada penghentian, maka
biaya yang keluar saat penghentian akan diakui sebagai beban pada periode itu.
Baru bila pembangunan dilanjutkan, biaya dapat dikapitalisasi sebagai biaya
perolehan aset tetap.
Bila dalam membuat aset memerlukan pinjaman, pasti akan menimbulkan
bunga. Hal ini diatur dalam PSAK 26 mengenai biaya pinjaman. Biaya pinjaman
dalam PSAK 26 ini adalah bunga dan biaya lainnya yang dikeluarkan oleh suatu
entitas berkenaan dengan kegiatan meminjam dana. Biaya pinjaman yang dapat
dikapitalisasi sebagai biaya perolehan aset adalah biaya pinjaman secara
langsung dapat diatribusikan dengan perolehan, konstruksi atau produksi suatu
aset tetap kualifikasian.
Bila perusahaan meminjam secara khusus, artinya hanya pada satu bank
dan satu pinjaman saja, maka entitas tersebut menentukan jumlah biaya pinjaman
yang layak dikapitalisasikan sebesar biaya pinjaman aktual yang terjadi selama
periode tertentu dikurangi penghasilan investasi atas investasi sementara dari
pinjaman tersebut.

Ilustrasi 8.8
Perusahaan meminjam uang ke Bank dengan jumlah yang besar untuk
membangun gedung kantor.Perusahaan harus membayar bunga pinjaman
Rp. 500.000 yang akan dibayar bulan berikutnya. Bila pada bulan
berikutnya, pendapatan bunga atas sisa dana pinjaman Rp.100.000, maka
bunga pinjaman yang dikapitalisasi adalah Rp.400.000. Sehingga jurnalnya
adalah sebagai berikut :
Gedung dalam konstruksi Rp.400.000
Kas / bank Rp.400.000
Tapi bila perusahaan meminjam dana secara umum lalu menggunakannya
untuk memperoleh aset kualifikasian, maka entitas menentukan jumlah biaya
pinjaman yang layak dikapitalisasi dengan menerapkan suatu tarif kapitalisasi
(dihitung dengan dasar rata-rata tertimbang) terhadap pengeluaran atas aset
tersebut. Hal ini terjadi bila perusahaan meminjam lebih dari 1 pinjaman bank.

Ilustrasi 8.9
Perusahaan meminjam dari 3 bank untuk membiayai konstruksi aset
kualifikasiannya. Pinjaman 1 sebanyak Rp.500 juta, bunga 6%. Pinjaman 2
sebanyak Rp. 700 juta, bunga 5%. Pinjaman 3 sebanyak Rp.800 juta, bunga
7%. Selama tahun itu, perusahaan mengeluarkan Rp. 600 juta untuk
pembangunan ini. Berapa bunga yang dapat dikapitalisasi?

Bunga pinjaman 1 = 6% x Rp.500 juta = Rp.30.000.000


Bunga pinjaman 2 = 5% x Rp. 700 juta = Rp.35.000.000
Bunga pinjaman 3 = 7% x Rp. 800 juta = Rp. 56.000.000
Total bunga pinjaman = Rp.121.000.000. Total pinjaman = Rp. 2 M.
Rata-rata biaya tertimbang = 121 juta / 2 M = 6,05%.

8. BIAYA PEMBONGKARAN DAN RESTORASI


Salah satu komponen biaya perolehan adalah estimasi awal biaya
pembongkaran dan restorasi. Biaya ini timbul bila perusahaan membeli aset tetap,
untuk kemudian beberapa tahun kemudian aset tetap ini harus dibongkar. Untuk
itu harus dihitung berapa estimasi awal biaya pembongkaran dan restorasi. Biaya
perolehan untuk biaya pembongkaran dan restorasi adalah nilai kini dari estimasi
awal biaya pembongkaran dan restorasi.

Ilustrasi 8.10
Perusahaan membeli gedung dengan harga Rp.50 M. Tapi direncanakan 10
tahun yang akan datang, gedung akan dirobohkan. Estimasi awal biaya
pembongkaran Rp. 5 M, dengan tingkat diskonto 5%. Metode penyusutan
adalah dengan menggunakan garis lurus.
Biaya perolehan gedung = Harga beli + ( 5M x PV(10,5%)
= Rp. 50 M + 3.069.550.000
= Rp. 53.069.550.000
Jurnal : Gedung 53.069.550.000
Kas 50.000.000.000
Provisi 3.069.550.000

Selain biaya perolehan aset, dicatat juga beban penyusutan berdasarkan waktu
pembongkaran.

53.069.550.000
Beban penyusutan per tahun = = 5.306.955.000
10
Jurnalnya : Beban penyusutan 5.306.955.000
Akumulasi penyusutan 5.306.955.000

Untuk menyesuaiakan estimasi biaya bongkar tadi, harus dibuat jurnal


penyesuaian. Dengan menggunakan tarif bunga efektif, dengan asumsi tidak ada
perubahan diskonto dan lain-lain, berikut tabel bunganya.
Tahun Saldo awal Bunga Saldo akhir
1 3,069 0,153 3,222
2 3,222 0,161 3,384
3 3,384 0,169 3,553
4 3,553 0,178 3,730
5 3,730 0,187 3,917
6 3,917 0,196 4,113
7 4,113 0,206 4,318
8 4,318 0,216 4,534
9 4,534 0,227 4,761
10 4,761 0,238 5

Dengan tabel diatas, maka dihitung bunga setiap akhir tahun dengan jumlah yang
berbeda, sesuai dengan kolom bunga. Inipun dengan asumsi tidak ada perubahan
dalam diskonto dan estimasi biaya bongkar.

Akhir tahun 1 : Beban bunga 153.000.000


Provisi 153.00.000
Pada akhir tahun 10, ketika dibongkar dan biaya bongkar memang Rp. 5 M, maka
biaya bongkar ini akan dibuat jurnal. Berikut jurnalnya.

Provisi Rp. 5.000.000.000


Kas Rp. 5.000.000.000

Bila terjadi perubahan biaya bongkar, maka harus dihitung ulang kembali nilai
kininya. Konsekuensinya adalah beban penyusutan juga berubah.

F. LATIHAN
1. Apa perbedaan antara aset tetap dengan persediaan? Berikan contoh.

2. PT A mempunyai tanah. Coba anda klasifikasikan, yang mana dari beban-


beban ini yang dapat dikapitalisasi menjadi biaya perolehan tanah.
 Harga beli
 Potongan pembelian
 Biaya notaris
 Pajak bumi dan bangunan
 Pajak pembelian
 Biaya perataan tanah hingga siap digunakan
 Bea balik nama
 Biaya pembersihan rumput liar

3. Apakah obeng, palu, pisau termasuk aset tetap? Jelaskan.

4. Apakah perbedaan antara aset tetap dengan aset tak berwujud?

5. Aset tetap diperoleh dari penerbitan saham. Bila tidak ada nilai wajar saham
dan tidak ada nilai wajar dari aset yang diterima, bagaimana penentuan nilai
aset tetap tersebut?
6. Aset tetap diperoleh dari pertukaran aset tetap lainnya. Apakah substansi
komersial itu?

7. Mobil dibeli tanggal 5 Mei 2015 seharga Rp. 100.000.000 dengan tunai. Pada
saat itu mendapat potongan harga 5%. Buatlah jurnal yang diperlukan dari
transaksi ini.

8. Bangunan diperoleh dengan cara menerbitkan obliges pada tanggal 1 April


2015. Harga nominal obliges Rp.200.000.000. Jangka waktu 3 tahun. Bunga
8%. Bunga pasar 10%. Bunga dibayar setiap 1 tahun sekali. Diminta :
a. Hitunglah nilai bangunan.
b. Buatlah jurnal perolehan bangunan.

9. Alat berat diperoleh dengan cara menerbitkan saham tanggal 1 Juni 2015.
Terdapat 1.000 lembar saham diterbitkan. Harga nominal Rp.12.000. Pada
saat itu harga wajar saham adalah Rp.20.000. Diminta :
a. Hitunglah nilai alat berat saat diperoleh.
b. Buatlah jurnal perolehan alat berat.

10. PT Yes emboli bangunan dengan tanah dan perabotan seharga Rp. 1 M.
Berikut nilai buku dan nilai wajar masing-masing aset.
Nilai Buku Nilai wajar
Bangunan Rp.400.000.000 Rp.600.000.000
Tanah Rp. 200.000.000 Rp.400.000.000
Perabotan Rp. 150.000.000 Rp.100.000.000
Diminta :
a. Hitunglah nilai perolehan masing-masing aset tetap.
b. Buatlah jurnal dari transaksi ini.
11. PT Wawasan memperoleh bangunan dari hibah pemerintah tanggal 1 Juli
2015. Harga wajar bangunan Rp.200.000.000. Umur ekonomis bangunan 20
tahun. Diminta :
a. Buatlah jurnal dari perolehan hibah tersebut.
b. Dengan menggunakan metode garis lurus, hitunglah beban penyusutan.
c. Buatlah jurnal penyusutan.

12. Rifat membeli sebuah mobil tanggal 1 Maret 2010 dengan Rp. 95.000.000.
Umur ekonomis 5 tahun. Metode penyusutan dengan garis lurus. Nilai sisa
Rp. 5.000.000. Tanggal 1 Oktober 2015 mobil tersebut ditukar dengan truk.
Harga pasar mobil Rp. 40.000.000. Harga pasar truk Rp. 30.000.000. Rifat
juga mengeluarkan uang sebesar Rp. 10.000.000 untuk truk itu.
Pertanyaan :
a. Hitung Akumulasi Penyusutan untuk mobil
b. Nilai buku mobil
c. Laba atau rugi karena pertukaran dan yang diakui
d.Jurnal yang dibutuhkan dengan situasi mempunyai substansi komersial dan
tidak memiliki substansi komersial untuk :
 tanggal perolehan awal
 penyusutan sampai tanggal ditukar
 tanggal ketika ditukar

13. Perusahaan meminjam dari 3 bank untuk membiayai konstruksi aset


kualifikasiannya. Pinjaman 1 sebanyak Rp.600 juta, bunga 5%. Pinjaman 2
sebanyak Rp. 550 juta, bunga 6%. Pinjaman 3 sebanyak Rp.900 juta, bunga
8%. Selama tahun itu, perusahaan mengeluarkan Rp. 700 juta untuk
pembangunan ini. Berapa bunga yang dapat dikapitalisasi?
14. Perusahaan membeli gedung dengan harga Rp.30 M pada tanggal 1 Februari
2015. Tapi direncanakan 20 tahun yang akan datang, gedung akan
dirobohkan. Estimasi awal biaya pembongkaran Rp. 5 M, dengan tingkat
diskonto 5%. Metode penyusutan adalah dengan menggunakan garis lurus.
Diminta :
a. Hitunglah biaya perolehan gedung.
b. Buat tabel bunga selama 5 tahun.
c. Buatlah jurnal yang diperlukan untuk setiap akhir periode 1 tahun.

15. Mobil dibeli dari Jakarta tanggal 12 Januari 2015. Untuk sampai ke
Tanjungpinang, biaya pengangkutannya adalah Rp.5.000.000. Ketika sampai
di Tanjungpinang bea balik nama adalah Rp. 3.000.000. Ternyata mobil itu
harus dihidupkan dulu oleh ahlinya. Biaya untuk mendatangkan ahli tersebut
Rp. 2.000.000. Upah dari ahli itu Rp. 4.000.000. Sampai di Tanjungpinang
harus ganti oli dulu sebesar Rp.500.000. Diminta :
a. Hitunglah biaya perolehan mobil,
b. Buatlah jurnal perolehan mobil.

Anda mungkin juga menyukai