Anda di halaman 1dari 38

ASSET LANCAR

KAS DAN SETARA KAS


AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS
Menurut PSAK No. 02 (Revisi 2009),
Kas dan setara kas terdiri dari :
kas di tangan dan saldo bank,
serta investasi dalam instrumen pasar uang.
PENGENDALIAN KAS :
Karena kas sangat mudah dipindahtangankan dan mungkin tidak
dapat dibuktikan sehingga pengendalian kas yang ketat sangatlah
penting, terutama sekali pengendalian internnya.
Pengendalian Penerimaan Kas :
1. Harus ditujunkan dengan jelas fungsi-2 dalam penerimaan
kas dan setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan
disetor ke bank.
2. Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan
fungsi pencatatan kas.
3. Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi
penerimaan dan pencatatan kas.
4. Dibuat laporan kas untuk setiap hari sebagai
pertanggungjawaban kas.
Pengendalian Pengeluaran Kas :
1. Pengeluaran uang harus menggunakan cek, kecuali
pengeluaran-2 yang jumlahnya kecil, yaitu menggunakan
kas kecil.
2. Dibentuk kas kecil
3. Diadakan pemisahan antara pihak yang mengumpulkan
bukti pengeluaran, yang menulis cek dan yang
menandatangani cek serta yang mencatat pengeluaran kas.
4. Pemeriksaan internal pada jarak waktu yang tidak tentu.
5. Dibuat laporan pengeluaran kas harian sebagai
pertanggungjawaban.
Pengelolaan & Sistem Pencatatan Kas
Kecil :
Imprest Method
Pada metode ini, jumlah kas kecil selalu tetap, yaitu sebesar
cek yang diserahkan kepada kasir kas kecil untuk membentuk
dana kas kecil.
Kas kecil selalu menguangkan cek ke bank yang digunakan
untuk membayar pengeluaran kecil dan setiap melakukan
pembayaran, kasir kas kecil membuat bukti pengeluaran.
Pencatatan pengeluaran dilakukan pada saat pengisian
kembali.
Contoh : Imprest System
PT Mujur pada tanggal 1 September 2012 membentuk
dana kas kecil sebesar Rp. 1.100.000,-
Pengeluaran kas kecil sampai dengan 16 September 2012
sebesar Rp. 800.000,-

Dengan rincian sebagai berikut :

- Beban Bahan Bakar Operasioanl Rp. 450.000

- Beban Alat Tulis Kantor Rp. 100.000

- Beban Angkut Rp. 200.000

- Beban Administrasi Kantor Rp. 50.000

Rp. 800.000
Pengeluaran kas kecil sampai dengan 16 September 2012
sebesar Rp. 800.000,-
Jurnal yang disusun atas transaksi tersebut adalah :

a. Saat Pengisian Kas Kecil :

Tgl. Akun Debit Kredit

1 Sep 2012 Kas Kecil 1.100.000 -

Bank - 1.100.000

b. Saat Pengeluaran Kas :

Tidak ada jurnal

c. Saat Pengisian Kembali :

Tgl. Akun Debit Kredit

16 Sep 2012 Beban Bahan Bakar Operasioanl 450.000 -

Beban Alat Tulis Kantor 100.000 -

Beban Angkut 200.000 -

Beban Administrasi Kantor 50.000 -

Bank - 800.000
Pengelolaan & Sistem Pencatatan Kas
Kecil :
Fluctuating Method
Pada metode ini, saldo uang yang dicatat pada akun kas kecil
selalu berubah. Fluktuasi tersebut sesuai dengan jumlah
pengisian kembali dan pengeluaran-2 dari kas kecil.
Pencatatan dilakukan secara langsung pada saat pengeluaran.
Contoh : Fluctuation System
PT Andalan membentuk dana kas kecil sebesar Rp.
500.000,- pada tanggal 1 Desember 2012.
Transaksi yang terjadiselanjutnya adalah sebagai berikut :

3/12 Membayar langganan surat kabar Rp. 60.000

8/12 Membeli alat tulis kantor Rp. 120.000

12/12 Membayar tagihan listrik Rp. 220.000

15/12 Mengisi kembali dana kas kecil Rp. 200.000


Tgl. Akun Debit Kredit

1 Des 2012 Kas Kecil 500.000 -

Bank - 500.000

3 Des 2012 Beban langganan surat kabar 60.000 -

Kas Kecil - 60.000

8 Des 2012 Membeli alat tulis kantor 120.000 -

Kas Kecil - 120.000

12 Des 2012 Membayar tagihan listrik 220.000 -

Kas Kecil - 220.000

15 Des 2012 Kas Kecil 200.000 -

Bank - 200.000
REKONSILIASI BANK :
Rekonsiliasi sangat bermanfaat untuk mengecek ketelitian
pencatatan akun kas dan catatan bank serta untuk mengetahui
penerimaan atau pengeluaran yang telah terjadi di bank tetapi
belum dicatat oleh perusahaan.
Akibat yang ditimbulkannya adalah perbedaan antara saldo
menurut catatan kas dengan saldo menurut laporan bank.
Yang dapat menimbulkan perbedaan tersebut adalah :

1. Elemen-2 yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai


penerimaan uang tetapi belum dicatat oleh bank. Sebagai
contoh :
a. Setoran yang dikirim ke bank pada akhir bulan tetapi belum diterima
oleh bank sampai bulan berikutnya (setoran dalam perjalanan).
b. Setoran yang diterima oleh bank pada akhir bulan, tetapi dilaporkan
sebagai setoran bulan berikutnya, karena laporan bank sudah terlanjur
dibuat (setoran dalam perjalanan).
c. Uang tunai yang tidak disetorkan ke bank.
2. Elemen-2 yang sudah dicatat sebagai penerimaan oleh bank
tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Sbg contoh :
a. Bunga yang diperhitungkan oleh bank terhadap simpanan, tetapi belum
dicatat dalam buku perusahaan (jasa giro).
b. Penagihan wesel oleh bank, sudah dicatat oleh bank sbg penerimaan
tetapi perusahaan belum mencatatnya.
Yang dapat menimbulkan perbedaan tersebut adalah :
3. Elemen-2 yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai
pengeluaran tetapi belum dicatat oleh bank. Sbg contoh:
a. Cek-2 yang beredar (outstanding check) yaitu cek yg sudah dikeluarkan
oleh perusahaan & dicatat sebagai pengeluaran kas, tetapi oleh
penerima belum diuangkan ke bank sehingga bank belum mencatat sbg
pengeluaran.
b. Cek yang sudah ditulis dan dicatat dalam jurnal pengeluaran uang tetapi
ceknya belum diserahkan kepada yang dibayar, belum merupakan
pengeluaran sehingga jurnal pengeluaran kas harus dikoreksi pada akhir
periode.
4. Elemen-2 yg sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran
tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Contoh :
a. Cek dari pelanggan yg ditolak oleh bank karena ternyata bersaldo
kosong, tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
b. Bunga yang diperhitungkan atas overdraft tetapi belum dicatat oleh
perusahaan.
c. Biaya jasa bank yang belum dicatat oleh perusahaan.
Catatan PT Andalan pada tanggal 31 Desember 2012 :

Laporan Bank :
- Jasa giro Rp. 10.600.000
- Biaya Bank Rp. 1.900.000
- Saldo Akhir Rp. 793.900.000

Perhitungan Kas :
- Setoran dalam perjalanan Rp. 216.000.000
- Uang kas yang belum disetor Rp. 48.000.000

Cek yang masih beredar :


- Nomor 0980 Rp. 70.000.000
- Nomor 0984 Rp. 95.000.000
- Nomor 0989 Rp. 145.000.000
Rp. 310.000.000
Diketahui lebih lanjut bahwa terjadi kesalahan dalam mencatat
penerimaan sebesar Rp. 121.400.000,- salah dicatat sebesar
Rp. 122.500.000,- dan saldo akhir kas sebesar Rp.
740.300.000,-
PT ANDALAN
REKONSILIASI LAPORAN BANK
PER 31 DESEMBER 2012

Saldo Laporan Bank 793.900.000 Saldo Kas 740.300.000


Ditambah : Ditambah :
+ Setoran dalam perjalanan 216.000.000 + Jasa Giro 10.600.000
+ Uang kas yang belum disetor 48.000.000 10.600.000
264.000.000
Dikurangi Cek yg masih beredar : Dikurangi :
- Nomor 0980 (70.000.000) - Biaya bank (1.900.000)
- Nomor 0984 (95.000.000) - Koreksi penerimaan (1.100.000)
- Nomor 0989 (145.000.000) (3.000.000)
(310.000.000)
Saldo kas yang benar 747.900.000 Saldo kas yang benar 747.900.000
Tgl. Akun Debit Kredit
Kas dan Setara kas 7.600.000 -
Beban administrasi bank 1.900.000
Piutang 1.100.000
Pendapatan Jasa Giro - 10.600.000
Nett Method or Bruto Methode
PT Zambuanga pada tanggal 01 Januari 2016 mendapatkan bunga tabungan secara
bertahap sebesar Rp2.000.000,-. Atas pendapatan tersebut PT Zambuanga telah
dipotong PPh Final Pasal 4 Ayat (2) sebesar 20% dari pihak bank selaku yang
memberikan imbalan bunga.
Jumlah suku bunga bersih yang diterima PT Zambuanga:
Rp2.000.000,- (Rp2.000.000 x 20%) = Rp2.000.000 x 80% = Rp1.600.000,-
Menurut gross method maka pencatatan/jurnal atas penerimaan penghasilan bunga
ini adalah sebagai berikut:
xxxx
Untuk menyeimbangkan saldo pendapatan bunga yang secara riil hanya diterima
sebesar Rp1.600.000,- maka beban PPh Final Pasal 4 Ayat (2) dicatat sebagai biaya
lain-lain sehingga otomatis menjadi pengurang pendapatan bunga (yang juga diakui
sebagai pendapatan non usaha/lain-lain) dan mengakibatkan pengakuan yang
dicatat bersih adalah Rp1.600.000,-.
Sementara itu jika transaksi diatas dicatat dengan menggunakan metode nett method
maka jurnal yang disusun oleh PT Zambuanga adalah sebagai berikut:
xxxxx
AKUNTANSI PAJAK :
Tidak ada aturan yang berbeda antara akuntansi komersial dan
akuntansi pajak.
Penyajian akun kas dan setara kas dalam laporan keuangan
komersial dan laporan keuangan fiskal dicantumkan sebesar
nilai nominal.
Apabila terdapat kas dan setara kas dalam mata uang asing,
maka kurs yang digunakan adalah nilai kurs pada tanggal
laporan keuangan yang dilakukan secara konsisten.
ASSET LANCAR

PIUTANG
Pengertian Piutang :
Menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) Piutang dipisahkan ke
dalam :
1. Jumlah piutang dagang,
2. Piutang dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa,
3. Pembayaran di muka dan jumlah lainnya;
Akuntansi Piutang :
Saat timbulnya piutang :
Piutang Usaha Rp. xxx
Penjualan Rp. Xxx

Saat terjadi retur dan potongan penjualan :


Retur dan Potongan Penjualan Rp. xxx
Piutang Usaha Rp. Xxx
Metode Penghapusan Piutang :
Metode Langsung
Beban Piutang Tidak Tertagih Rp. xxx
Piutang Dagang Rp. xxx
Metode Penyisihan / Cadangan
Beban Piutang Tidak Tertagih Rp. xxx
Cadangan Kerugian Piutang Rp. xxx
AKUNTANSI PAJAK :
Menurut UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapat dibebankan
sebagai biaya sepanjangWajib Pajak telah mengakuinya sebagai
biaya dalam laporan laba-rugi komersial dan telah melakukan
upaya-upaya penagihan yang maksimal atau terakhir.
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih dengan syarat:
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri
atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya
telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
4. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;
Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh
dikurangkan pembentukan atau pemupukan dana cadangan,
kecuali:
1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain
yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan
dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
ASSET LANCAR

PERSEDIAAN
SESUAI DENGAN PSAK 14:
Persediaan dipisahkan ke dalam kelompok :
1. barang dagangan,
2. barang produksi,
3. bahan baku,
4. barang dalam proses, dan
5. barang jadi.
Penilaian Persediaan :
Penetapan jumlah tercatat dari beberapa aset dan laibilitas
mensyaratkan estimasi pengaruh ketidakpastian atas peristiwa
masa depan terhadap aset dan laibilitas tersebut pada akhir
periode pelaporan. (contoh : dampak keusangan teknologi atas
persediaan).

Diperlukan pengungkapan secara terpisah :


penurunan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto atau
penurunan nilai aset tetap menjadi jumlah yang dapat
dipulihkan kembali, sebagaimana pemulihan atas penurunan
tersebut
Metode Penilaian Persediaan :
Metode Harga Perolehan
Metode Laba Kotor
Persediaan akhir dihitung mundur dan biasanya digunakan dalam
keadaan khusus, misalnya perusahaan dalam keadaan terbakar
sehingga sulit menetapkan secara fisik nilai persediaan akhir.
Metode Eceran
Penetapan nilai persediaan akhir berdasarkan pada harga yang
berlaku dipasar (market value). Metode ini pada umumnya
digunakan oleh perusahaan dagang eceran, misalnya supermarket.
Metode LOCOM
Persediaan dinyatakan sebesar harga terendah antara harga
perolehan dan harga pasarnya.
Nilai Jual (untuk produk pertanian atau logam mulia)
PENCATATAN PERSEDIAAN :
Sistem Perpetual
Dalam sistem perpetual, persediaan biasanya dapat diketahui
secara terus menerus, tanpa melakukan inventarisasi fisik (stock
opname). Sehingga setiap jenis barang dibuatkan kartu, dan setiap
mutasi persediaan dicatat dalam kartu, baik harga maupun jumlah
barang (quantity). Sehingga pengendalian persediaan menjadi
sangat mudah, yaitu dengan melakukan pencocokan antara Kartu
Persediaan dengan hasil inventarisasi fisik.
Sistem Periodik
Persediaan dihitung dengan melakukan inventarisasi pada
akhir periode. Hasil perhitungan tersebut digunakan untuk
menghitung Harga Pokok Penjualan.
Sistem Perpetual :
Contoh Sistem Perpetual :
a. Pada tanggal 2 Januari 2012, Tuan Yamin membeli 4.000 karung semen
@ Rp. 40.000,- per karung dari PT Semen Cibinong.
b. Pada tanggal 5 Januari 2012, Tuan Yamin menjual 3.000 karung semen @
Rp. 45.000 kepada PT Maju.
Jurnal yang diperlukan :
a. Pada saat pembelian :
Tgl Akun Debit Kredit
2/1 Persediaan 160.000.000 -
Utang dagang - 160.000.000

b. Pada saat penjualan :


5/1 Piutang Dagang 135.000.000 -
Penjualan - 135.000.000

Harga Pokok Penjualan 120.000.000 -


Persediaan - 120.000.000
SISTEM PERIODIK :
a. Pada saat pembelian :
Tgl Akun Debit Kredit
2/1 Persediaan 160.000.000 -
Utang dagang - 160.000.000

b. Pada saat penjualan :


5/1 Piutang Dagang 135.000.000 -
Penjualan - 135.000.000
AKUTANSI PAJAK :
Persediaan dan pemakaian persediaan untuk menghitung
harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan :
1. Yang dilakukan secara rata-rata (AVERAGE), atau
2. Dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh
pertama (FIFO)
Data mutasi barang dagangan PT Maju

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010


No. Keterangan
Unit H/U Unit H/U Unit H/U
1 Persediaan awal - - 3.000 - 4.000 -
2 Pembelian ke-1 4.000 10.000 2.000 17.000 3.500 20.000
3 Pembelian ke-2 4.000 15.000 3.000 20.000 2.000 25.000
4 Penjualan ke-1 3.000 2.000 2.500
5 Penjualan ke-2 2.000 2.000 4.000
6 Persediaan akhir 3.000 4.000 3.000

Harga jual setiap unit Rp. 30.000 untuk tahun 2008, Rp. 40.000
untuk tahun 2009, dan Rp. 50.000 untuk tahun 2010
Hitunglah harga pokok barang yang dijual dan laba (rugi) dengan
metode LIFO dan FIFO

Anda mungkin juga menyukai