Anda di halaman 1dari 8

PENUGASAN AUDIT SYARIAH

1. Konsep Dasar Penerimaan dan Penugasan Audit

Penerimaan dan penugasan audit adalah tahapan awal dari suatu proses audit. Penerimaan
audit berkaitan dengan penilaian awal oleh auditor terhadap klien dan proyek yang akan
diaudit, sedangkan penugasan audit berkaitan dengan penetapan tugas dan tanggung jawab
auditor terkait dengan proyek audit yang telah diterima.

Penerimaan dan penugasan merupakan tahap awal dalam suatu audit laporan, laporan
keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima (menolak) suatu kesempatan untuk
menjadi auditor untuk klien yang baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang
sudah ada. Pada umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah dilakukan sejak
enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa.

Dalam profesi akuntan publik, terjadi persaingan yang cukup ketat antar kantor akuntan
publik untuk mendapatkan klien. Bagi suatu kantor akuntan publik, klien bisa merupakan klien
baru atau klien lama (yang sudah ada) yang diharapkan akan melanjutkan memberikan
penugasan audit pada tahun atau tahun-tahun berikutnya. Pergantian auditor bisa terjadi karena
bebagai alasan, yaitu:

Auditor tidak wajib menerima setiap permintaan untuk melakukan audit laporan
keuangan yang diajukan oleh calon kliennya. Apabila auditor memutuskan untuk menerima
suatu penugasan audit, maka auditor harus memikul tanggungjawab profesional terhadap
masyarakat, klien, dan terhadap anggota profesi akuntan publik yang lain. Auditor harus
menjaga kelangsungan kepercayaan masyarakat terhadap profesi dengan menjaga
independensi, integritas, dan obyektivitas.

Terhadap anggota lain seprofesi, auditor bertanggungjawab untuk turut meningkatkan dan
menjaga nama baik profesi, serta meningkatkan kemampuannya dalam memberi pelayanan
kepada masyarakat. Pertimbangan dalam memutuskan untuk menerima penugasan juga
berhubungan langsung dengan kemampuan auditor untuk memenuhi persyaratan seperti
diminta oleh standar auditing serta kode etik akuntan.

Konsep dasar penerimaan dan penugasan audit yang berbasis syariah mengacu pada
proses yang dilakukan oleh auditor syariah dalam memastikan bahwa mereka memenuhi
persyaratan untuk menerima dan melaksanakan penugasan audit syariah. Berikut adalah
beberapa konsep dasar yang terkait dengan penerimaan dan penugasan audit syariah secara
menyeluruh :

1. Kepatuhan Syariah
Auditor syariah harus memastikan bahwa mereka memiliki pemahaman yang kuat
tentang prinsip-prinsip syariah yang berkaitan dengan bisnis atau lembaga yang akan
diaudit. Selain itu, mereka juga harus memahami dan mengikuti pedoman dan standar
yang dikeluarkan oleh organisasi audit syariah.

Iswanto Daud (204022037)


PENUGASAN AUDIT SYARIAH

2. Independensi dan Objektivitas


Auditor syariah harus independen dan objektif dalam melaksanakan penugasan
mereka. Mereka tidak boleh memiliki hubungan keuangan atau pribadi dengan bisnis
atau lembaga yang akan diaudit, dan mereka harus menyelesaikan tugas mereka tanpa
memihak.
3. Kompetensi dan Pengalaman
Auditor syariah harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang
cukup untuk melaksanakan penugasan audit syariah dengan tepat dan efektif. Mereka
harus memiliki pengetahuan tentang bisnis atau lembaga yang akan diaudit, serta
prinsip-prinsip syariah yang berkaitan dengan penugasan tersebut.
4. Pengendalian Intern
Auditor syariah harus memahami dan mengevaluasi pengendalian intern bisnis
atau lembaga yang akan diaudit. Mereka harus dapat mengidentifikasi dan
mengevaluasi risiko, serta mengembangkan prosedur audit yang tepat untuk menguji
efektivitas pengendalian intern.
5. Konflik Kepentingan
Auditor syariah harus memastikan bahwa tidak ada konflik kepentingan yang
dapat mempengaruhi independensi dan objektivitas mereka dalam melaksanakan
penugasan audit syariah. Jika terdapat konflik kepentingan, auditor syariah harus
mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikannya atau menolak penugasan
tersebut.

Dengan memperhatikan konsep-konsep dasar ini, auditor syariah dapat memastikan


bahwa mereka menerima dan melaksanakan penugasan audit syariah dengan integritas,
independensi, dan profesionalisme yang tinggi.

Adapun konsep dadar penerimaan dan penugasan audit secara umum, meliputi hal berikut :

Konsep dasar penerimaan audit

1. Pengumpulan informasi Auditor harus mengumpulkan informasi tentang klien dan


proyek audit yang akan dilakukan. Informasi tersebut dapat meliputi latar belakang
perusahaan, jenis industri, proses bisnis, serta risiko dan tantangan yang mungkin
terjadi dalam proyek audit.
2. Evaluasi risiko Auditor harus mengevaluasi risiko yang terkait dengan proyek audit.
Ini mencakup risiko yang terkait dengan keuangan, operasional, hukum, dan reputasi
klien. Evaluasi risiko ini akan membantu auditor menentukan jenis audit yang harus
dilakukan, sumber daya yang dibutuhkan, dan metode pengujian yang tepat.
3. Komunikasi dengan klien Auditor harus berkomunikasi dengan klien untuk
memahami persyaratan audit dan membahas jadwal, anggaran, dan tanggung jawab
yang mungkin terjadi selama proses audit.

Iswanto Daud (204022037)


PENUGASAN AUDIT SYARIAH

4. Penetapan tim audit Auditor harus menentukan tim audit yang terbaik untuk proyek
tersebut. Tim audit harus memiliki keterampilan dan pengetahuan yang tepat untuk
melaksanakan proyek audit.

Konsep dasar penugasan audit

1. Penentuan tujuan audit: Auditor harus menetapkan tujuan audit yang jelas dan
spesifik untuk memastikan bahwa proyek audit fokus pada hal yang penting dan
relevan.
2. Penjadwalan dan penganggaran: Auditor harus membuat jadwal dan anggaran yang
realistis untuk proyek audit. Hal ini akan membantu auditor untuk mengalokasikan
sumber daya dengan efektif dan memastikan bahwa audit selesai tepat waktu dan
dalam anggaran yang telah ditentukan.
3. Penetapan tugas dan tanggung jawab: Auditor harus menetapkan tugas dan tanggung
jawab yang jelas untuk setiap anggota tim audit. Hal ini akan membantu memastikan
bahwa proyek audit dilaksanakan dengan efektif dan efisien, dan bahwa semua orang
bertanggung jawab atas pekerjaan mereka.
4. Penetapan metode pengujian: Auditor harus menetapkan metode pengujian yang tepat
untuk mengumpulkan bukti audit yang memadai dan mencapai tujuan audit yang
telah ditetapkan. Metode pengujian ini harus mempertimbangkan risiko yang terkait
dengan proyek audit dan sumber daya yang tersedia.
5. Pelaporan hasil audit: Auditor harus menyiapkan laporan hasil audit yang jelas dan
tepat waktu untuk klien dan pihak-pihak terkait lainnya. Laporan ini harus
memberikan ringkasan temuan audit, rekomendasi perbaikan, dan kesimpulan tentang
keandalan informasi keuangan dan non-keuangan klien.

2. Penerimaan dan Perikatan Audit

Audit adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor independen terhadap
laporan keuangan suatu entitas untuk memberikan opini tentang kebenaran dan kewajaran
laporan keuangan tersebut. Proses audit melibatkan beberapa tahapan, termasuk penerimaan
klien, perencanaan audit, pengumpulan bukti, evaluasi bukti, dan penyajian opini.

Penerimaan klien adalah tahap awal dari proses audit. Pada tahap ini, auditor harus
mengevaluasi apakah akan menerima klien atau tidak. Evaluasi ini meliputi penilaian risiko
dan integritas klien. Auditor harus memperoleh pemahaman yang memadai tentang bisnis
klien, lingkungan bisnis, serta faktor-faktor risiko yang mungkin mempengaruhi klien dan
laporan keuangannya. Selain itu, auditor juga harus mempertimbangkan integritas
manajemen klien, termasuk apakah ada tanda-tanda kecurangan atau pelanggaran hukum.

Setelah auditor menerima klien, auditor harus melakukan perencanaan audit. Pada
tahap ini, auditor harus menentukan strategi audit, menyusun jadwal audit, menentukan
sumber daya yang dibutuhkan, serta mengidentifikasi risiko audit dan cara menguranginya.

Iswanto Daud (204022037)


PENUGASAN AUDIT SYARIAH

Auditor juga harus memperoleh pemahaman yang memadai tentang sistem pengendalian
internal klien.

Setelah tahap perencanaan, auditor mulai melakukan pengumpulan bukti. Pada tahap
ini, auditor harus memperoleh bukti yang cukup dan memadai untuk menilai apakah laporan
keuangan klien benar dan wajar. Buktinya dapat berupa dokumen, wawancara, atau
pengamatan langsung. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesional untuk
mengevaluasi bukti dan memutuskan apakah itu cukup untuk memberikan opini yang wajar
tentang laporan keuangan klien.

Setelah auditor mengumpulkan bukti, auditor melakukan evaluasi bukti. Pada tahap ini,
auditor mengevaluasi bukti yang diperoleh untuk menentukan apakah laporan keuangan
klien akurat dan wajar. Jika auditor menemukan kesalahan atau ketidakwajaran, auditor
harus melakukan tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tindakan
ini dapat berupa merevisi laporan keuangan, menambahkan catatan kaki, atau memberikan
opini yang berbeda.

Setelah auditor menyelesaikan tahap evaluasi, auditor memberikan opini tentang


laporan keuangan klien. Opini ini didasarkan pada bukti yang diperoleh dan evaluasi auditor
tentang kewajaran laporan keuangan klien. Opini ini dapat berupa pendapat yang wajar,
pendapat yang tidak wajar, atau ketidakmampuan untuk memberikan pendapat.

Dalam kesimpulannya, penerimaan dan perikatan audit adalah tahap awal dalam proses
audit yang sangat penting untuk memastikan bahwa auditor dan klien dapat bekerja sama
secara efektif. Pada tahap penerimaan klien, auditor harus mengevaluasi risiko dan integritas
klien, sementara pada tahap perikatan audit, auditor dan klien membuat kesepakatan formal
tentang ruang lingkup audit, jadwal audit, biaya audit, dan tanggung jawab masing-masing
pihak.

Penerimaan audit merujuk pada proses dimana seorang auditor menyetujui untuk
melakukan audit terhadap laporan keuangan suatu entitas, sedangkan perikatan audit
merujuk pada kesepakatan formal antara auditor dan klien untuk melakukan audit terhadap
laporan keuangan klien.

Penerimaan audit melibatkan proses evaluasi awal auditor terhadap klien dan risiko-
risiko yang terkait dengan audit tersebut. Auditor harus memahami karakteristik bisnis klien,
aktivitas operasional, lingkungan pengendalian, dan risiko-risiko yang mungkin
mempengaruhi laporan keuangan klien. Jika auditor yakin bahwa mereka dapat
melaksanakan audit dengan baik dan dapat memberikan opini audit yang tepat, maka
mereka akan menerima tawaran untuk melakukan audit.

Sedangkan perikatan audit melibatkan penandatanganan kontrak atau kesepakatan


antara auditor dan klien yang menentukan lingkup pekerjaan, jadwal, dan biaya audit.

Iswanto Daud (204022037)


PENUGASAN AUDIT SYARIAH

Auditor harus memastikan bahwa kontrak tersebut mencakup semua persyaratan yang
diperlukan untuk memastikan pelaksanaan audit yang efektif dan efisien, termasuk
kewajiban auditor dan klien dalam hal komunikasi, akses ke informasi, dan persetujuan atas
laporan audit.

Penerimaan dan perikatan audit sangat penting dalam memastikan bahwa audit
dilaksanakan dengan baik dan efektif, sehingga auditor dapat memberikan opini audit yang
adil dan objektif terhadap laporan keuangan klien.

3. Pembuktian Serta Penerimaan Perikatan & Perencanaan Audit

• Pembuktian Audit

Pembuktian audit (audit evidence) adalah pengumpulan bukti-bukti yang memadai atau
relevan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan suatu entitas. Informasi
yang dikumpulkan oleh auditor untuk menilai dan memvalidasi data yang terkait dengan
laporan keuangan sebuah entitas. Pembuktian audit meliputi semua informasi yang
digunakan oleh auditor untuk menentukan kebenaran dan kecukupan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Tujuan dari pembuktian audit adalah untuk mengevaluasi apakah laporan
keuangan yang diaudit cukup dapat dipercaya dan apakah mereka sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.

Proses pembuktian audit meliputi tahapan sebagai berikut:

1. Memahami sistem pengendalian internal perusahaan

2. Menentukan materialitas dan risiko audit

3. Merencanakan audit dan menentukan strategi audit

4. Mengumpulkan bukti-bukti audit yang memadai dan relevan

5. Mengevaluasi bukti-bukti audit yang diperoleh

6. Menarik kesimpulan dari hasil audit dan menyusun laporan audit

• Penerimaan Perikatan Audit:

Penerimaan Perikatan audit (engagement acceptance) adalah proses dimana auditor


harus memutuskan apakah akan menerima tawaran untuk melakukan audit atau tidak.
Auditor juga harus mengevaluasi kemampuan dan integritas klien sebagai calon klien
sebelum menerima perikatan audit, serta mempertimbangkan apakah mereka memiliki
sumber daya yang cukup untuk menyelesaikan audit dengan memenuhi standar audit yang
berlaku. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa auditor dapat memberikan pendapat
yang objektif atas laporan keuangan klien.

Iswanto Daud (204022037)


PENUGASAN AUDIT SYARIAH

Proses penerimaan perikatan audit meliputi tahapan sebagai berikut:

1. Memahami bisnis dan industri klien

2. Mengevaluasi kemampuan keuangan klien

3. Mengevaluasi integritas manajemen klien

4. Mengevaluasi ketergantungan pada klien

5. Mengevaluasi kemampuan auditor untuk melaksanakan audit dengan tepat dan


efektif

• Perencanaan Audit:

Perencanaan Audit (audit planning) adalah tahap awal dalam melakukan audit. Auditor
harus merencanakan audit dengan hati-hati dan cermat agar audit dapat dilakukan dengan
efektif dan efisien. Pada tahap perencanaan, auditor harus mengevaluasi risiko material dan
menentukan strategi audit yang sesuai. Hal ini meliputi penentuan tujuan audit, penjadwalan
pekerjaan audit, pengalokasian sumber daya dan menentukan tim audit yang tepat untuk
menyelesaikan tugas tersebut. Dalam tahap ini, auditor juga harus memahami struktur
organisasi entitas dan sistem pengendalian internal yang ada dalam entitas tersebut.

Tahap perencanaan audit merupakan suatu tahap yang vital dalam audit. Kesuksesan
audit sangat ditentukan oleh perencanaan audit secara matang. Perencanaan audit meliputi
pengembangan strategi menyeluruh untuk merencanakan pelaksanaan audit. Perencanaan
audit sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh dalam tahap pertimbangan
penerimaan penugasan audit. Auditor perlu mempertimbangkan informasi mengenai
intergritas manajemen, kekeliruan dan ketidak beresan dan pelanggaran hukum klien dalam
merencanakan audit.

Luas dan kelengkapan perencanaan sangat tergantung pada :

1. ukuran dan kompleksitas perusahaan klien,

2. pengalaman auditor dengan klien,

3. pengetahuan dan kemampuan auditor beserta seluruh stafnya.

Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan sebelum akhir
tahun buku klien. Dalam perencanaan audit terdapat beberapa langkah yang harus
dilakukan:

1. Menghimpun Pemahaman Bisnis Klien Dan Industri Klien

Iswanto Daud (204022037)


PENUGASAN AUDIT SYARIAH

Penghimpunan pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan tujuan untuk
mendukung perencanaan audit yang dilakukan auditor. Pemahaman tersebut akan digunakan
untuk merencanakan lingkup audit, memperkirakan masalah-masalah yang mungkin timbul
dan menentukan atau memodifikasi prosedur audit yang direncanakan. Hal yang berkaitan
dengan bisnis dan industri klien yang perlu dipahami auditor adalah sebagai berikut:

a. jenis bisnis dan produk klien,


b. lokasi dan karakteristik operasi klien seperti metoda produksi dan pemasaran,
c. jenis dan karakteristik industri,
d. eksistensi ada tidaknya pihak terkait yang mempunyai hubungn erat dengan klien
misalnya sama-sama anak perusahaan dari suatu holding company,
e. peraturan pemerintah yang mempengaruhi bisnis dan industri klien,
f. karakteristik laporan yang harus diberikan kepada instansi tertentu.

2. Melakukan Prosedur Analitis

Prosedur Analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan


mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan. Prosedur analitis
meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.

Penggunaan prosedur analitis dalam tahapan perencanaan audit yang efektif, meliputi
tahapan-tahapan sistematis sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi perhitungan/Perbandingan yang akan dibuat

b. Mengembangkan ekspektasi atau harapan

c. Melakukan perhitungan/perbandingan

d. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan

e. Menyelidiki selisih tak diharapkan yang signifikan

f. Menentukan pengaruh atas perencanaan audit

Dalam keseluruhan proses audit, pembuktian audit, penerimaan perikatan audit, dan
perencanaan audit merupakan tahapan yang sangat penting untuk memastikan audit dapat
dilakukan dengan efektif dan efisien. Hal ini sangat penting untuk menjaga integritas dan
independensi auditor dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan suatu entitas.

Iswanto Daud (204022037)


PENUGASAN AUDIT SYARIAH

DAFTAR PUSTAKA

Arum Ardianingsih, S. E. (2021). Audit laporan keuangan. Bumi Aksara.

Daud, R. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Auditor Menerima


Penugasan pada Kantor Akuntan Publik di Sumatera Bagian Selatan. Akuntabilitas, 6(1).

Tarigan, W. J., Rustam Effendi, S. E., Nurul Alfiyah, S. E., Akun, M., Rihfenti Ernayani, S.
E., Fauzi, M. E., ... & SE, M. S. (2023). Pengenalan Dasar Auditing. Cendikia Mulia
Mandiri.

Zakaria, A., & Anwar, C. (2020). The Effect Of Engagement Risks, The Probability Of
Client's Financial Difficulies, And Professionalism Auditors On Acceptable Audit
Risk. Jurnal Akuntansi, Perpajakan dan Auditing, 1(1), 109-122.

Iswanto Daud (204022037)

Anda mungkin juga menyukai