Anda di halaman 1dari 5

Resume Pengauditan 1

Profesi Akuntan Publik & Konsep Dasar Asurans,


Atestasi, dan Audit

Tanggung Jawab & Kode Etik Profesi serta Tanggung Jawab Hukum
Auditor

Kelas CH

Dosen Pengampu:
Nurul Fachriyah, SE., Ak., MSA.

Penyusun:

Muhammad Raka Sigit Ayugha / 225020300111020

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI BISNIS 2024

JL.MT HARYONO NO.165, KETAWANGGEDE, KECAMATAN


LOWOKWARU, KOTA MALANG, JAWA TIMUR, 65300
A. TIPE AUDIT, PELAKSANA, TUJUAN DAN PENERIMA LAPORANNYA

1. Audit laporan keuangan


Dilaksanakan oleh Auditor Eksternal dengan tujuan untuk
Menentukan apakah laporan auditee telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Informasi hasil audit digunakan oleh Pihak ketiga (investor dan kreditor).
Kriteria yang digunakan dalam audit laporan keuangan adalah PAYBU.
Laporan audit keuangan berisi pendapat auditor atas kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip
akuntansi berterima umum.

2. Audit operasional (manajemen)


Dilaksanakan oleh Auditor Eksternal atau Internal dengan tujuan untuk
Menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya. Informasi hasil audit digunakan oleh
Manajemen entitas yang bersangkutan.
Kreteria yang digunakan adalah tujuan tertentu organisasi.
Laporan audit manajemen berisi rekomendasi perbaikan kinerja entitas di masa depan.

3. Audit internal
Dilaksanakan oleh Auditor Internal. dengan tujuan untuk:
-Menilai keandalan laporan keuangan
-Menentukan tingkat kepatuhan suatu entitas
-Menilai pengendalian internal organisasi
-Menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya
-Program Peninjauan terhadap konsistensi hasil dengan tujuan organisasi.
Informasi hasil audit digunakan oleh Manajemen entitas yang bersangkutan.

4. Audit Kepatuhan
Dilaksanakan oleh Auditor Eksternal atau internal dengan tujuan untuk
Menentukan tingkat kepatuhan suatu entitas terhadap hukum, kebijakan, rencana dan prosedur.
Informasi hasil audit digunakan oleh Manajemen entitas yang bersangkutan, pemerintah.
Kriteria yang digunakan adlah kebijakan, perundangan, peraturan.
Laporan berisi pendaptan auditor atas kepatuhan perorangan atau organisasi terhadap kebijakan
perundangan peraturan.

B. DEFINISI AUDITING DITINJAU DARI SUDUT AUDITOR INDEPENDEN

Auditing adalah Suatu proses yang sistematik, untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataan-perryataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, oleh orang yang berkompenten dan independen serta peyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan

Audit Keuangan
a) Proses Akumulasi Dan Evaluasi
b) Dilakukan Oleh Auditor Kompeten dan Independen
c) Informasi dapat dihitung Satuan Ekonomi
d) Dengan Tujuan Memenuhi dan melaporkan Tingkat gubungan Antara Info dan Kretiria

1. Informasi Audit
Dalam melaksakanan audit, diperlukan informasi yang dapat diverifikasi dan sejumlah standar
(kriteria) yang dapat digunakan sebagai pegagan penilaian informasi tersebut mencakup Data akuntansi
yang mendasari semua Informasi yang nyata.
Kriteria kesesuaian bisa terdiri atas PAYBU, Kebijakan , atau Syarat Lain
2. Pelaku Audit
Pelaku audit harus seorang auditor kompeten yang harus mempunyai kemampuan memahami kriteria
yang digunakan serta mampu menetukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung
simpulan yang akan diambilnya.
Pelaku audit juga harus seorang auditor independen yang harus mempunyai sikap mental independen,
sekalipun ia ahli, apabila tidak mempunyai sikap independen dalam mengumpulkan informasi akan
tidak berguna, sebab informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan hasruslah tidak bias.

3. Peran Auditing
Auditor membuat laporan hasil audit yang membantu mengimplementasikan rekomendasi untuk
memperbaiki keuntungan dengan memperkuat pendapatan atau mengurangi biaya termasuk
pengurangan kesalahan dan penipuan, dan dengan memperbaiki kontrol operasional.

C. JASA ATESTASI

Jasa Atestasi (Attestation)


Suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah
asersi suatu entitas sesuai dalam hal yang signifikan dengan kriteria yang ditetapkan.
Asersi sendiri adalah peryataan yang dibuat oleh satu pihak secara implisit dimaksudkan untuk
digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga).

Jasa atestasi terjadi ketika praktisi ditugaskan untuk menerbitkan atau telah menerbitkan laporan atas
suatu subjek masalah, atau suatu asersi atas suatu subjek masalah, yang
merupakan tanggung jawab pihak lain.

Ruang Lingkup Kegiatan Jasa Atestasi


1. Auditing
Mencakup perolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang
berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut
2. Pemeriksaan pengendalian internal
Digunakan untuk jasa lain yang disailkan oleh profesi akuntan publik yang berupa pernyataan suatu
pendapat tentang keseuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang ditetapkan.
3. Review
Suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah
asersi suatu entitas sesuai dalam hal yang signifikan dengan kriteria yang ditetapkan
4. Prosedur yang disepakati.
Jasa atestasi atas asersi manajemen dapat dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan prosedur yang
disepakati antara klien.

D. JASA ASSURANCE

Adalah jasa profesional independen yang meningkatkan kualitas informasi keuangan bagi para
pembuat keputusan, yaitu pihak internal entitas.
Jasa assurance mencakup kegiatan audit manajemen dan audit kepatuhan.

Assurance Engagement / Perikatan jaminan adalah suatu perikatan dimana praktisi menyatakan suatu
kesimpulan yang dirancang untuk meningkatkan tingkat kepercayaan pengguna
tentang hasil evaluasi atau pengukuran suatu Subject Matter / materi pelajaran terhadap kriteria.

Hasil evaluasi atau pengukuran dihasilkan dari penerapan kriteria pada pokok bahasan. Misalnya,
sebuah pernyataan tentang efektivitas pengendalian internal (hasil) yang dihasilkan dari penerapan
suatu kerangka kerja untuk mengevaluasi efektivitas pengendalian internal.

Kerangka jaminan menggunakan istilah 'informasi pokok / subject matter' yang berarti hasil evaluasi
atau pengukuran data keuangan. Ini adalah informasi pokok yang dikumpulkan oleh praktisi
bukti untuk memberikan dasar yang masuk akal untuk menyatakan kesimpulan dalam laporan asurans.

Pokok permasalahan suatu perikatan asurans adalah topik yang menjadi dasar pelaksanaan perikatan
asurans tersebut. Materi pokoknya bisa berupa laporan keuangan, statistik
informasi, indikator kinerja non-keuangan, kapasitas fasilitas, dll.

Five Elements Exhibited by all Assurance Engagements:


1. a three-party relationship involving a practitioner: a responsible party, and the intended users;
2. an appropriate subject matter;
3. suitable criteria;
4. sufficient appropriate evidence; and
5. A written assurance report in the form appropriate to a reasonable assurance engagement or a limited
assurance engagement.

Hubungan Three party, Intended user, dan Practioner:


Assurance engagements always involve three separate parties: a practitioner, a responsible party, and
the intended users. The practitioner (e.g. auditor, accountant, expert)
gathers evidence to provide a conclusion to the intended users about whether a subject
matter (e.g. financial statements) conforms, in all material respects, to identified criteria.
The responsible party is the person (or persons) – usually management or the board of
directors – who in a direct reporting engagement is responsible for the subject matter. In
an assertion-based engagement, the responsible party is responsible for the subject matter
information (the assertion), and may be responsible for the subject matter.12
The responsible party may or may not be the party who engages the practitioner (the
engaging party). The responsible party ordinarily provides the practitioner with a written
representation that evaluates or measures the subject matter against the identified criteria.
The intended users are the person, persons or class of persons for whom the practitioner prepares the
assurance report

Criteria
criteria contribute to conclusions that meet the objectives of the engagement, and assist decision
making by the intended users.
■ Completeness:
criteria are sufficiently complete when relevant factors that could affect the conclusions in the context
of the engagement objectives are not omitted. Complete criteria include, where relevant, benchmarks
for presentation and disclosure of the subject matter.
■ Reliability:
reliable criteria result in reasonably consistent evaluation or measurement including, where relevant,
presentation and disclosure of the subject matter, when used in similar circumstances by similarly
qualified practitioners.
■ Neutrality:
neutral criteria that contribute to conclusions are free from bias.
■ Understandability:
understandable criteria are clear and comprehensive and are not subject to significantly different
interpretation.

E. PENILAIAN PROFESIONAL, SKEPTISISME PROFESIONAL, DAN KETERBATASAN


INHEREN

Pertimbangan/penilaian profesional
Pertimbangan/penilaian profesional diperlukan untuk elemen penting audit termasuk
kriteria, independensi pikiran, bukti audit yang cukup dan tepat, menentukan dan mengkomunikasikan
defisiensi signifikan dalam pengendalian internal dan penentuan apakah suatu
tujuan audit telah tercapai.

Untuk merencanakan audit dan mengevaluasi bukti, auditor menerapkan pertimbangan profesional,
misalnya ketika:
■ Menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan.
■ Menentukan materialitas
■ Mempertimbangkan kelayakan pemilihan dan penerapan akuntansi
kebijakan, dan kecukupan pengungkapan laporan keuangan.
■ Mengidentifikasi bidang-bidang yang memerlukan pertimbangan audit khusus, misalnya
transaksi pihak berelasi, kesesuaian penggunaan aset tersebut oleh manajemen
asumsi kekhawatiran atau mempertimbangkan tujuan bisnis transaksi.
■ Mengembangkan ekspektasi untuk digunakan ketika melakukan prosedur analitis.
■ Menanggapi risiko salah saji material yang telah dinilai, termasuk perancangan dan
melaksanakan prosedur audit lebih lanjut untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
■ Mengevaluasi kecukupan dan kesesuaian bukti audit yang diperoleh, seperti
kesesuaian asumsi dan representasi lisan dan tertulis manajemen.

Penilaian profesional diperlukan khususnya mengenai keputusan tentang:


■ Materialitas dan risiko audit.
■ Sifat, waktu dan luas prosedur audit yang digunakan untuk memenuhi persyaratan
ISA dan mengumpulkan bukti audit.
■ Mengevaluasi apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh dan
apakah masih banyak yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan ISA.
■ Evaluasi pertimbangan manajemen dalam penerapan pelaporan keuangan
kerangka.
■ Penarikan kesimpulan berdasarkan bukti audit yang diperoleh, misalnya penilaian kewajaran estimasi
yang dibuat oleh manajemen.
■ Penentuan hal-hal lain apa saja yang timbul dari audit yang signifikan terhadap pengawasan
dari proses pelaporan keuangan.

Skeptisisme profesional
Skeptisisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran bertanya-tanya, waspada terhadap
kondisi yang mungkin mengindikasikan kemungkinan salah saji akibat kesalahan atau kecurangan, dan
kondisi kritis penilaian bukti audit.

Sikap skeptisisme profesional berarti praktisi melakukan penilaian kritis, dengan pikiran bertanya-
tanya, terhadap validitas bukti diperoleh dan waspada terhadap bukti-bukti yang bertentangan atau
mempertanyakan keandalannya dokumen atau representasi oleh manajemen (pihak yang bertanggung
jawab).

Skeptisisme profesional diperlukan dalam penilaian kritis terhadap bukti audit. Ini
termasuk mempertanyakan bukti audit yang kontradiktif dan keandalan dokumen
dan tanggapan terhadap pertanyaan dan informasi lain yang diperoleh dari manajemen. Juga
mencakup pertimbangan atas kecukupan dan ketepatan bukti audit yang diperoleh
mengingat keadaan yang ada.

Auditor dapat menerima catatan dan dokumen sebagai otentik kecuali ia mempunyai alasan
percaya bahwa informasi tersebut tidak asli. Namun auditor wajib mempertimbangkannya
keandalan informasi untuk digunakan sebagai bukti audit.

Etika Perusahaan Audit


Perusahaan audit harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk menyediakannya
dengan keyakinan yang memadai bahwa Kantor dan personelnya menjaga independensi. Kebijakan dan
prosedur ini memerlukan: informasi yang relevan tentang
-keterlibatan klien, termasuk cakupan layanan, untuk mengevaluasi dampak keseluruhannya
-persyaratan independensi; personel untuk segera memberi tahu perusahaan tentang ancaman terhadap
independensi;
-akumulasi dan komunikasi informasi yang relevan kepada personel yang tepat.

Kebijakan harus memberikan jaminan yang masuk akal bahwa perusahaan diberitahu mengenai hal
tersebut pelanggaran persyaratan independensi. Setidaknya setiap tahun, perusahaan harus memperoleh
izin tertulis konfirmasi kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedurnya mengenai independensi dari
semua personel perusahaan diharuskan independen berdasarkan persyaratan etika yang relevan

Anda mungkin juga menyukai