Tanggung Jawab & Kode Etik Profesi serta Tanggung Jawab Hukum
Auditor
Kelas CH
Dosen Pengampu:
Nurul Fachriyah, SE., Ak., MSA.
Penyusun:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI BISNIS 2024
3. Audit internal
Dilaksanakan oleh Auditor Internal. dengan tujuan untuk:
-Menilai keandalan laporan keuangan
-Menentukan tingkat kepatuhan suatu entitas
-Menilai pengendalian internal organisasi
-Menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya
-Program Peninjauan terhadap konsistensi hasil dengan tujuan organisasi.
Informasi hasil audit digunakan oleh Manajemen entitas yang bersangkutan.
4. Audit Kepatuhan
Dilaksanakan oleh Auditor Eksternal atau internal dengan tujuan untuk
Menentukan tingkat kepatuhan suatu entitas terhadap hukum, kebijakan, rencana dan prosedur.
Informasi hasil audit digunakan oleh Manajemen entitas yang bersangkutan, pemerintah.
Kriteria yang digunakan adlah kebijakan, perundangan, peraturan.
Laporan berisi pendaptan auditor atas kepatuhan perorangan atau organisasi terhadap kebijakan
perundangan peraturan.
Auditing adalah Suatu proses yang sistematik, untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataan-perryataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, oleh orang yang berkompenten dan independen serta peyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan
Audit Keuangan
a) Proses Akumulasi Dan Evaluasi
b) Dilakukan Oleh Auditor Kompeten dan Independen
c) Informasi dapat dihitung Satuan Ekonomi
d) Dengan Tujuan Memenuhi dan melaporkan Tingkat gubungan Antara Info dan Kretiria
1. Informasi Audit
Dalam melaksakanan audit, diperlukan informasi yang dapat diverifikasi dan sejumlah standar
(kriteria) yang dapat digunakan sebagai pegagan penilaian informasi tersebut mencakup Data akuntansi
yang mendasari semua Informasi yang nyata.
Kriteria kesesuaian bisa terdiri atas PAYBU, Kebijakan , atau Syarat Lain
2. Pelaku Audit
Pelaku audit harus seorang auditor kompeten yang harus mempunyai kemampuan memahami kriteria
yang digunakan serta mampu menetukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung
simpulan yang akan diambilnya.
Pelaku audit juga harus seorang auditor independen yang harus mempunyai sikap mental independen,
sekalipun ia ahli, apabila tidak mempunyai sikap independen dalam mengumpulkan informasi akan
tidak berguna, sebab informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan hasruslah tidak bias.
3. Peran Auditing
Auditor membuat laporan hasil audit yang membantu mengimplementasikan rekomendasi untuk
memperbaiki keuntungan dengan memperkuat pendapatan atau mengurangi biaya termasuk
pengurangan kesalahan dan penipuan, dan dengan memperbaiki kontrol operasional.
C. JASA ATESTASI
Jasa atestasi terjadi ketika praktisi ditugaskan untuk menerbitkan atau telah menerbitkan laporan atas
suatu subjek masalah, atau suatu asersi atas suatu subjek masalah, yang
merupakan tanggung jawab pihak lain.
D. JASA ASSURANCE
Adalah jasa profesional independen yang meningkatkan kualitas informasi keuangan bagi para
pembuat keputusan, yaitu pihak internal entitas.
Jasa assurance mencakup kegiatan audit manajemen dan audit kepatuhan.
Assurance Engagement / Perikatan jaminan adalah suatu perikatan dimana praktisi menyatakan suatu
kesimpulan yang dirancang untuk meningkatkan tingkat kepercayaan pengguna
tentang hasil evaluasi atau pengukuran suatu Subject Matter / materi pelajaran terhadap kriteria.
Hasil evaluasi atau pengukuran dihasilkan dari penerapan kriteria pada pokok bahasan. Misalnya,
sebuah pernyataan tentang efektivitas pengendalian internal (hasil) yang dihasilkan dari penerapan
suatu kerangka kerja untuk mengevaluasi efektivitas pengendalian internal.
Kerangka jaminan menggunakan istilah 'informasi pokok / subject matter' yang berarti hasil evaluasi
atau pengukuran data keuangan. Ini adalah informasi pokok yang dikumpulkan oleh praktisi
bukti untuk memberikan dasar yang masuk akal untuk menyatakan kesimpulan dalam laporan asurans.
Pokok permasalahan suatu perikatan asurans adalah topik yang menjadi dasar pelaksanaan perikatan
asurans tersebut. Materi pokoknya bisa berupa laporan keuangan, statistik
informasi, indikator kinerja non-keuangan, kapasitas fasilitas, dll.
Criteria
criteria contribute to conclusions that meet the objectives of the engagement, and assist decision
making by the intended users.
■ Completeness:
criteria are sufficiently complete when relevant factors that could affect the conclusions in the context
of the engagement objectives are not omitted. Complete criteria include, where relevant, benchmarks
for presentation and disclosure of the subject matter.
■ Reliability:
reliable criteria result in reasonably consistent evaluation or measurement including, where relevant,
presentation and disclosure of the subject matter, when used in similar circumstances by similarly
qualified practitioners.
■ Neutrality:
neutral criteria that contribute to conclusions are free from bias.
■ Understandability:
understandable criteria are clear and comprehensive and are not subject to significantly different
interpretation.
Pertimbangan/penilaian profesional
Pertimbangan/penilaian profesional diperlukan untuk elemen penting audit termasuk
kriteria, independensi pikiran, bukti audit yang cukup dan tepat, menentukan dan mengkomunikasikan
defisiensi signifikan dalam pengendalian internal dan penentuan apakah suatu
tujuan audit telah tercapai.
Untuk merencanakan audit dan mengevaluasi bukti, auditor menerapkan pertimbangan profesional,
misalnya ketika:
■ Menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan.
■ Menentukan materialitas
■ Mempertimbangkan kelayakan pemilihan dan penerapan akuntansi
kebijakan, dan kecukupan pengungkapan laporan keuangan.
■ Mengidentifikasi bidang-bidang yang memerlukan pertimbangan audit khusus, misalnya
transaksi pihak berelasi, kesesuaian penggunaan aset tersebut oleh manajemen
asumsi kekhawatiran atau mempertimbangkan tujuan bisnis transaksi.
■ Mengembangkan ekspektasi untuk digunakan ketika melakukan prosedur analitis.
■ Menanggapi risiko salah saji material yang telah dinilai, termasuk perancangan dan
melaksanakan prosedur audit lebih lanjut untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
■ Mengevaluasi kecukupan dan kesesuaian bukti audit yang diperoleh, seperti
kesesuaian asumsi dan representasi lisan dan tertulis manajemen.
Skeptisisme profesional
Skeptisisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran bertanya-tanya, waspada terhadap
kondisi yang mungkin mengindikasikan kemungkinan salah saji akibat kesalahan atau kecurangan, dan
kondisi kritis penilaian bukti audit.
Sikap skeptisisme profesional berarti praktisi melakukan penilaian kritis, dengan pikiran bertanya-
tanya, terhadap validitas bukti diperoleh dan waspada terhadap bukti-bukti yang bertentangan atau
mempertanyakan keandalannya dokumen atau representasi oleh manajemen (pihak yang bertanggung
jawab).
Skeptisisme profesional diperlukan dalam penilaian kritis terhadap bukti audit. Ini
termasuk mempertanyakan bukti audit yang kontradiktif dan keandalan dokumen
dan tanggapan terhadap pertanyaan dan informasi lain yang diperoleh dari manajemen. Juga
mencakup pertimbangan atas kecukupan dan ketepatan bukti audit yang diperoleh
mengingat keadaan yang ada.
Auditor dapat menerima catatan dan dokumen sebagai otentik kecuali ia mempunyai alasan
percaya bahwa informasi tersebut tidak asli. Namun auditor wajib mempertimbangkannya
keandalan informasi untuk digunakan sebagai bukti audit.
Kebijakan harus memberikan jaminan yang masuk akal bahwa perusahaan diberitahu mengenai hal
tersebut pelanggaran persyaratan independensi. Setidaknya setiap tahun, perusahaan harus memperoleh
izin tertulis konfirmasi kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedurnya mengenai independensi dari
semua personel perusahaan diharuskan independen berdasarkan persyaratan etika yang relevan