Dalam Kegiatan Belajar 1 akan dijelaskan mengenai jasa audit dan jasa-jasa assurance
lain yang diberikan oleh auditor, serta peran auditor dalam masyarakat. Jasa-jasa ini memberikan
nilai dengan menawarkan assurance (kepastian) mengenai laporan keuangan, efektivitas,
pengendalian internal dan informasi lainnya.
Profesi auditor merupakan suatu pekerjaan yang dilandaskan pada pengetahuan yang
kompleks dan hanya dapat dilakukan oleh individu dengan kemampuan dan latar belakang
pendidikan tertentu. Salah satu tugas auditor dalam menjalankan profesinya yaitu untuk
menyediakan sebuah informasi yang sangat berguna bagi publik untuk suatu pengambilan
keputusan ekonomi.
Pengauditan (auditing) telah dikenal sejak lama, banyak bukti yang menunjukkan bahwa
pada sejak jaman kuno orang-orang telah mengenal dan melakukan auditing. Pelaksanaan
auditing dengan menggunakan auditor untuk meningkatkan keandalan suatu informasi keuangan.
Informasi keuangan yang dapat diandalkan sangatlah penting dalam lingkungan masyarakat
bisnis. Para investor membuat suatu keputusan untuk membeli atau menjual saham, pihak bank
memutuskan untuk menyetujui pinjaman, pemerintah memperoleh pajak dari laba perusahaan,
semuanya bergantung pada informasi yang disediakan oleh pihak lain. Oleh karena itu,
diperlukan adanya para auditor independen yaitu orang-orang yang memiliki kemampuan
profesional dan integritas yang dapat memberitahukan bahwa suatu informasi keuangan sebuah
perusahaan sudah disajikan dengan wajar dan sudah mencerminkan kondisi yang senyatanya
atau sebenarnya. Bagi perusahaan kecil yang berbentuk perseorangan, yang pemiliknya
merangkap sebagai pimpinan perusahaan, laporan keuangan biasanya hanya disajikan untuk
memenuhi kebutuhan pemilik perusahaan. Laporan keuangan tersebut digunakan oleh pemilik
untuk mengetahui hasil usaha dan posisi keuangan perusahaannya. Begitu pula untuk perusahaan
firma, laporan keuangan biasanya hanya dimanfaatkan oleh para sekutu, yang sekaligus sebagai
1
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
pemimpin perusahaan. Selama kedua bentuk badan usaha tersebut hanya menggunakan modal
yang berasal dari penyertaan pemilik, yang sekaligus menjadi pemimpin perusahaan, selama itu
pula laporan keuangan mereka hanya dibuat untuk memenuhi kepentingan intern saja, dalam
kondisi seperti ini jasa audit profesi akuntan publik belum diperlukan, baik oleh para pemimpin
perusahaan maupun oleh pihak luar perusahaan.
2
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Dari definisi-definisi di atas, terlihat adanya tujuh hal yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan proses auditing, yaitu:
1. Proses yang sistematik
Pemeriksaan akuntan merupakan rangkaian proses dan prosedur yang logis, berkerangka dan
terorganisir.
4. Tingkat kesesuaian
Tingkat kesesuaian pernyataan ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan harus dapat
dikuantitatifkan dan dikualitatifkan.
6. Penyampaian hasil
Penyampaian hasil audit sering disebut dengan pengesahan (attestation). Penyampaian hasil
ini umumnya dilakukan dalam bentuk laporan pemeriksaan akuntan (audit report).
3
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Dalam proses audit, setidaknya ada tiga pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu:
1. Pihak pertama: auditor.
2. Pihak kedua: auditee atau auditan atau entitas yang diaudit, biasanya diwakili oleh
manajemen dan karyawan pada perusahaan tersebut.
3. Pihak ketiga: pemegang saham atau entitas yang memerlukan pertanggungjawaban dari
entitas yang diaudit, biasanya diwakili oleh dewan komisaris.
4
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
public atau berbagai profesi lain. Contoh jasa assurance yang disediakan oleh profesi lain
adalah jasa pengujian berbagai produk oleh organisasi konsumen, jasa pemeringkatan televisi
(television rating), dan jasa pemeringkatan radio (radio rating). Pada definisi di atas, ada
beberapa aspek kunci yang dapat dibahas satu per satu agar kita dapat memahami jasa yang
sebetulnya diberikan oleh akuntan profesional kepada pengguna laporan keuangan. Salah satu
aspek kunci tersebut adalah konsep independensi. Aspek ini penting karena para pengguna
laporan keuangan sangat membutuhkannya untuk meyakinkan mereka atas keandalan laporan
keuangan. Pentingnya aspek ini juga karena akuntan publik yang menilai laporan keuangan
tidak memihak, baik manajemen maupun pengguna laporan keuangan. Keandalan laporan
keuangan yang dimaksud adalah penyajian yang jujur, netral, dan konsistensi antarperiode.
Sedangkan, relevansi yang dimaksud dalam konteks ini meliputi, laporan keuangan tersebut
dapat dipahami, dapat diperbandingkan, dapat digunakan, dan lengkap untuk proses
pengambilan keputusan bagi yang menggunakan.
Jasa assurance berbeda dengan jasa audit. Jasa audit diberikan oleh akuntan profesional untuk
menilai kewajaran laporan keuangan perusahaan, sehingga hanya berfokus kepada masalah
keuangan saja. Jasa assurance selain berfokus kepada masalah keuangan, jasa ini juga
berfokus kepada kaitan dengan lingkup luas informasi yang digunakan oleh para pengambil
keputusan. Jasa ini dimaksudkan untuk memberikan manfaat bagi para pengambil keputusan.
Beberapa contoh jasa assurance adalah sebagai berikut (Boynton, 2001).
a. Jasa penilaian risiko. Pada jasa ini akuntan publik dapat meningkatkan mutu informasi
risiko untuk para pengambil keputusan internal melalui penilaian independen terhadap
kemungkinan suatu peristiwa atau tindakan dapat berpengaruh buruk pada kemampuan
organisasi untuk mencapai tujuan bisnis serta melaksanakan strateginya dengan sukses.
b. Jasa penilaian kinerja. Jasa ini berfokus pada pemberian keyakinan berkenaan dengan
penggunaan ukuran-ukuran keuangan dan nonkeuangan oleh organisasi untuk
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi kegiatan.
c. Assurance perawatan lansia. Jasa ini merupakan jasa potensial yang para akuntan publik
dapat menyediakan jasa yang bernilai bagi anggota keluarga dengan cara memberikan
keyakinan bahwa tujuan pemeliharaan dapat tercapai untuk para anggota keluarga lanjut
5
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
usia yang tidak lagi dapat mandiri sepenuhnya. Tujuan jasa ini adalah untuk memberikan
keyakinan secara profesional, independen, dan objektif kepada pihak ketiga (anak, anggota
keluarga, atau pihak lain yang berkepentingan) bahwa kebutuhan para lansia dapat
terpenuhi.
Jasa Atestasi
Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan
kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal yang material, dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara
implisit yang dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan
keuangan historis, asersi merupakan pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU) (Mulyadi, 2001). Jasa atestasi profesi
akuntan publik dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu berikut ini :
a. Audit
Jasa audit mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan
historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Akuntan
publik yang memberikan jasa audit disebut dengan istilah auditor. Atas dasar audit yang
dilaksanakan terhadap laporan keuangan historis suatu entitas, auditor menyatakan suatu
pendapat terhadap apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua
hal yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha entitas sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
Fokus utama dari audit adalah menyajikan suatu berkas laporan keuangan tahunan yang
menyertai suatu laporan audit tahunan kepada investor dan pengguna lain. Dalam
menghasilkan jasa audit ini, auditor memberikan keyakinan positif (positive assurance) atas
asersi yang dibuat oleh manajemen dalam laporan keuangan historis. Keyakinan (assurance)
menunjukkan tingkat kepastian yang dicapai dan yang ingin disampaikan oleh auditor bahwa
simpulannya yang dinyatakan dalam laporan adalah benar.
6
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
b. Pemeriksaan (examination)
Istilah pemeriksaan digunakan untuk menguraikan jasa lain yang muncul dalam pernyataan
positif suatu pendapat tentang kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Contoh pemeriksaan meliputi pemeriksaan (1) laporan keuangan
prospektif (bukan historis), (2) asersi manajemen tentang efektivitas struktur pengendalian
intern entitas,dan (3) kepatuhan entitas terhadap perundangan dan peraturan tertentu. Contoh
jasa pemeriksaan yang dilaksanakan oleh profesi akuntan publik adalah pemeriksaan terhadap
informasi keuangan prospektif dan pemeriksaan untuk menentukan kesesuaian pengendalian
intern suatu entitas dengan kriteria yang ditetapkan oleh instansi pemerintah atau badan
pengatur. Dalam menghasilkan jasa pemeriksaan, akuntan publik memberikan keyakinan
positif atas asersi yang dibuat oleh manajemen. Pemeriksaan yang dilaksanakan oleh profesi
akuntan publik terhadap laporan keuangan historis disebut dengan istilah audit, dan akuntan
publik yang menghasilkan jasa audit disebut dengan istilah pemeriksaan, dan akuntan publik
yang menghasilkan jasa pemeriksaan semacam ini disebut praktisi. Istilah audit dan auditor
khusus digunakan jika jasa profesi akuntan publik berkaitan dengan atestasi yang terkandung
dalam laporan keuangan historis.
c. Penelahaan (review)
Jasa review terdiri dari permintaan keterangan dari manajemen entitas serta analisis
komparatif atas informasi keuangan. Lingkup jasa ini kurang signifikan apabila dibandingkan
dengan jasa audit atau jasa pemeriksaan. Tujuan review adalah untuk memberikan keyakinan
negatif sebagai lawan dai pernyataan positif yang diberikan pada suatu audit. Keyakinan
negatif lebih rendah tingkatannya dibandingkan dengan keyakinan positif yang diberikan oleh
akuntan publik dalam jasa audit dan jasa pemeriksaan, karena lingkup prosedur yang
digunakan oleh akuntan publik dalam pengumpulan bukti lebih sempit dalam jasa review
dibandingkan dengan yang digunakan dalam jasa audit dan jasa pemeriksaan. Dalam
menghasilkan jasa audit dan pemeriksaan, akuntan publik melaksanakan berbagai prosedur
berikut ini. Inspeksi, observasi, konfirmasi, permintaan keterangan, pengusutan (tracing),
pemeriksaan bukti pendukung (vouching), pelaksanaan ulang (reforming), dan analisis.
7
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Dengan adanya dua prosedur (permintaan keterangan dan prosedur analitik) yang
dilaksanakan dalam jasa review, akuntan publik memberikan keyakinan negative atas asersi
yang dibuat oleh manajemen sehingga tingkat keyakinan yang diberikan oleh akuntan dalam
laporan hasil review lebih rendah dibandingkan dengan tingkat yang diberikan dalam jasa
audit dan pemeriksaan.
Jenis-jenis Audit
Berdasarkan tujuan atau objek audit, audit dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Audit Umum/Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan
klien atas dasar prinsip akuntansi yang berlaku. Audit ini biasanya dilakukan oleh akuntan
publik (external auditor). Ukuran kesesuaian yang digunakan di sini adalah kewajaran
(fairness), misalnya kewajaran laporan keuangan yang diukur atas dasar prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan meliputi pemeriksaan atas aktivitas keuangan atau aktivitas operasi tertentu
untuk menentukan kesesuaiannya dengan kondisi atau aturan tertentu. Ukuran kesesuaian di
sini adalah ketepatan (correctness), misalnya ketepatan SPT-Tahunan dengan Undang-undang
Pajak Penghasilan.
8
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Audit operasional dapat dilakukan manajemen maupun oleh pihak ketiga. Ukuran kesesuaian
di sini adalah kedekatan (closeness), misalnya kedekatan antara realisasi dengan standar. Jenis
audit juga dapat diklasifikasi menjadi tiga jenis berdasarkan hubungan auditor dengan
auditee-nya, yaitu:
a. Auditor Internal (Internal Auditor)
Auditor internal adalah sebuah bagian fungsi yang independen dalam sebuah perusahaan
yang bertugas menguji dan mengevaluasi aktivitas perusahaan dan memberikan layanan
jasa audit kepada perusahaan tersebut. Audit yang boleh dilaksanakan oleh internal auditor
adalah compliance audit dan operational audit.
b. Auditor Eksternal (External Auditor)
Auditor eksternal adalah Certified Public Accountant (CPA) yang independen terhadap
perusahaan yang diaudit. Mereka menawarkan jasa audit berdasarkan suatu kontrak. Audit
yang boleh dilaksanakan oleh eksternal auditor adalah semua tipe audit.
c. Auditor Pemerintah (Government Auditor)
Auditor pemerintah adalah lembaga yang bertanggung jawab kepada pemerintah untuk
melakukan audit pada lembaga pemerintah atau BUMN dan BUMD.
9
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
keputusan akan memperoleh informasi yang tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan
yang secara umum ditentukan oleh 4 hal yaitu:
a. Hubungan yang tidak dekat (Jauhnya sumber informasi) antara penerima dan pemberi
informasi.
b. Sikap memihak/bias dan motif lain yang melatarbelakangi pemberian informasi.
c. Data yang berlebihan
d. Transaksi pertukaran yang kompleks
Untuk menanggulangi risiko informasi tersebut ada tiga cara yang dapat dilaksanakan :
a. Verifikasi Informasi oleh pihak pemakai/pengguna informasi
b. Pengguna informasi menanggung risiko informasi secara bersama-sama dengan manajemen
c. Dilakukan audit atas Laporan Keuangan .
10
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
3. Auditor Intern
Akuntan publik biasanya menjalin kerja sama dengan auditor intern pada perusahaan klien,
karena akuntan publik mempunyai kepentingan langsung dengan pekerjaan auditor intern
yang merupakan bagian dari pelaksanaan sistem pengendalian intern klien. Di samping itu,
auditor intern akan memberi bantuan langsung kepada akuntan publik dalam pelaksanaan
audit atas laporan keuangan. Pekerjaan auditor intern merupakan pelengkap bagi akuntan
publik.
4. Pemegang Saham
Para pemegang saham mengandalkan pada laporan keuangan yang telah diaudit untuk
mendapatkan keyakinan bahwa manajemen telah melaksanakan tanggung jawabnya dengan
baik. Oleh karena itu, auditor memiliki tanggung jawab yang penting terhadap mereka sebagai
pemakai utama laporan auditor.
11
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Profesi berasal dari kata latin profess yang berarti pengakuan atau pernyataan di muka
umum.Menurut Buchori dalam Harefa (1999) konsep profesi mengandung dua dimensi
pengertian. Dimensi pertama berkaitan dengan sifat kegiatan, di dalam dimensi ini dapat
dibedakan menjadi dua yaitu kegiatan mencari nafkah (occupation) dan kegiatan untuk
kesenangan semata-mata (hobi atau kegemaran). Dimensi kedua berkaitan dengan tingkat
kemahiran, yang dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu kegiatan yang dilakukan dengan tingkat
kemahiran yang sangat tinggi, kemahiran sedang, dan kemahiran rendah atau tidak memiliki
kemahiran sama sekali.
Dalam menjalankan profesinya, salah satu jasa yang diberikan oleh public adalah
memberikan jasa pemeriksaan laporan keuangan agar dapat dipergunakan oleh pihak – pihak
yang berkepentingan. Dalam melakukan pemeriksaan tersebut akuntan harus selalu berpedoman
pada tiga hal yakni : norma pemeriksaan akuntan, prinsip akuntansi Indonesia, kode etik profesi.
Norma pemeriksaan akuntan merupakan tolak ukur mutu pekerjaan akuntan. Prinsip akuntansi
Indonesia merupakan kriteria penilaian terhadap laporan keuangan yang diperiksa. Kode etik
harus pula dijunjung tinggi oleh kauntan agar jasanya dapat dipertanggung jawabkan dan
dipercaya oleh masyarakat. Berikut ini dikemukakan sekilas tentang kode etik tersebut.
Audit atas semua laporan keuangan yang bertujuan umum di Indonesia dilakukan oleh kantor
akuntan public (KAP) kecuali atas organisasi pemerintah tertentu. Hak legal untuk melakukan
audit diberikan kepada kantor akuntan publik oleh Menteri Keuangan. Kantor akuntan public
juga memberikan banyak jasa lain klien, seperti jasa pajak dan konsultasi.
Hanya kurang dari 500 kantor akuntan publik yang beroperasi di Indonesia (dibandingkan lebih
dari 45.000 kantor akuntan public beroperasi di Amerika Serikat yang besarnya berkisar 1 hingga
20.000 partner dan staf. Keempat KAP terbesar di Indonesia disebut kantor akuntan public
internasional “Empat Besar”, mereka Deloitte Touche Tohmatsu, Ernst & Young Global, KPMG
International dan PricewaterhouseCoopers. Keempat kantor ini memiliki cabang di seluruh
12
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
dunia. KAP empat besar ini mengaudit hampir semua perusahaan besar baik di Indonesia
maupun dunia serta juga banyak perusahaan yang lebih kecil juga.
Beberapa KAP disebut kantor akuntan publik internasional “Lapis Dua”, termasuk BDO Global,
Grant Thronton Internasional, RSM International, Praxity, Nexia International, Baker Tilly,
Horwarth International, dan Moore Stephens International. KAP-KAP tersebut besar akan tetapi
jauh lebih kecil daripada Empat Besar. Mereka memberikan jasa yang sama seperti KAP Empat
Besar dan bersaing secara langsung dengannya untuk mendapatkan klien. Beberapa kantor juga
berafiliasi dengan kantor-kantor kecil yang bertaraf internasional. Terdapat 40 kantor bertaraf
internasional yang di wakili oleh KAP di Indonesia.
13
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
14
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Fungsi-Fungsi AICPA:
a. menetapakan persyaratan profesional bagi para CPA
b. melakukan riset
c. mempublikasikan berbagai bahan
d. mempromosikan profesi akuntansi
e. menyusun dan memberi nilai dalam CPA Examination
f. mengadakan banyak seminar
g. memberikan berbagai bantuan pendidikan
h. memberikan bahan-bahan referensi dalam perpustakaan online CPExpress.
Peer Review
Pemantauan praktik, yang juga dikenal sebagai peer review, adalah review, oleh akuntan publik,
atas ketaatan KAP pada sistem pengendalian mutu kantor itu sendiri. Tujuan peer review adalah
untuk menentukan dan melaporkan apakah KAP yang direview itu telah mengembangkan
kebijakan dan prosedur yang memadai bagi kelima unsur pengendalian mutu, dan mengikuti
kebijakan serta prosedur itu dalam praktik. Kedua program pemantauan praktik yang telah
disetujui AICPA :
a. Centre For Public Company Audit Firms Peer Review Program
b. AICPA Peer Review Program.
15
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
16
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-
nilai Masing-masing kita memiliki seperangkat nilai meskipun kita mungkin belum meyakininya
secara nyata. Para filsuf, organisasi keagamaan, dan kelompok-kelompok lainnya telah
mendefinisikan etika dalam berbagai prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang ideal.
Merupakan hal umum bila setiap orang memiliki perbedaan dalam prinsip moral dan nilai
serta kepentingan relative yang terkait dengan prinsip-prinsip tersebut. Perbedaan ini merupakan
gambaran dari pengalaman hidup, kesuksesan dan kegagalan, serta pengaruh dari orang tua,
guru, dan teman-teman.
17
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Dilema Etika
Dilema etika adalah Situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus membuat keputusan
tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk dilakukannya.
Rasionalisasi perilaku tidak etis.
a. Setiap orang melakukannya.
b. Jika merupakan hal yang sah menurut hukum, hal itu etis.
c. Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya.
18
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
c. Menentukan siapa yang akan terkena pengaruh dari keluaran (outcome) dilemma tersebut dan
bagaimana cara setiap pribadi atau kelompok itu dipengaruhi.
d. Mengidentifikasikan berbagai alternatif yang tersedia bagi pribadi yang harus menyelesaikan
dilema tersebut.
e. Mengidentifikasikan konsekuensi yang mungkin terjadi pada setiap alternative.
f. Memutuskan tindakan yang tepat untuk dilakukan
19
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
20
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
21
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
5. Due Care
seorang anggota harus mematuhi standar teknis dan etis profesi, berusaha terus menerus untuk
menigkatkan kompetensi dan layanan dalam melaksanakan tanggung jawab professional
dengan kemampuan terbaik yang dimiliki anggota.
6. Sifat dan Cakupan Layanan
seorang anggota dalam praktik publik harus memerhatikan Prinsip-prinsip dari Kode Etik
Profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan disediakan.
Peraturan Etika melibatkan peraturan eksplisit yang harus dipatuhi oleh semua akuntan
publik dalam berpraktek. Perbedaan antara standar etika dalam Prinsip dengan standar etika
dalam Peraturan Etika. Interpretasi peraturan etika, yaitu peraturan yang spesifik yang secara
formal tidak harus dipatuhi, tetapi penyimpangan dari interpretasi ini akan menimbulkan
kesulitan.
Kaidah etika adalah rangkaian penjelasan oleh komite eksekutif pada divisi etika
profesional tentang situasi spesifik yang nyata (specific factual cicumstances). Penjelasan oleh
komite eksekutif dari divisi etika profesional tentang situasi factual khusus. Sejumlah besar
kaidah etika dipublikasikan dalam versi yang diperluas dari kode perilaku profesional AICPA
(Arens et al. 2008. Kaidah etika merupakan publikasi penjelasan serta beragam jawaban atas
pertanyaan tentang peraturan etika yang disampaikan pada AICPA oleh para praktisi serta pihak
lain yang tertarik akan ketentuan-ketentuan etika.
Independensi
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional
Akuantan Publik yang ditetapkan olh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi :
a. Independensi dalam fakta : Auditor benar-benar mempertahankan perilaku yang tidak bias
(independen) disepanjang audit.
b. Independensi dalam penampilan : Pemakai laporan keuangan memiliki kepercayaan atas
independensi tsb.
22
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
c. Independen berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak
tergantung pada orang lain. Tiga aspek dalam independensi auditor, yaitu:
Hal yang dapat mempengaruhi independensi dan objektivitas seorang auditor seperti :
1. Hubungan keuangan dengan klien;
2. Kedudukan dalam perusahaan yang diaudit;
3. Keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai dan tidak konsisten;
4. Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit;
5. Hubungan keluarga dan pribadi;
6. Imbalan atas jasa profesional;
7. Penerimaan barang atau jasa dari klien;
8. Pemberian barang atau jasa kepada klien.
23
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
24
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Penegakan Hukum
Timbul karena adanya kegagalan untuk mengikuti peraturan Kode Etik
a. Tindakan oleh Divisi Etika Profesional AICPA
Divisi Etika Profesional AICPA bertanggungjawab untuk menyelidiki pelanggaran lain atas
Kode dan menentukan disiplin
b. Tindakan oleh Dewan Akuntansi Negara Bagian
25
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk
menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Unsur pelanggaran hukum (PSA 31/SA37): pelanggaran hukum atau peraturan perundang-
undangan selain ketidakberesan.
Contoh:
1. pelanggaran terhadap undang-undang pajak.
2. pelanggaran terhaap undang-undang lingkungan hidup.
Asersi Manajemen
Adalah pernyataan yang tersirat atau yang dinyatakan dengan jelas oleh manajemen mengenai
jenis transaksi dan akun terkait dalam laporan keuangan. PSA 07 (SA 326) menggolongkan lima
kategori asersi:
1. Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian.
27
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
berkaitan dengan apakah aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-
benar ada pada tanggal neraca serta apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam
laporan laba rugi benar-benar terjadi selama periode akuntansi.
2. Asersi mengenai kelengkapan.
apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya ada dalam laporan keuangan dimasukkan.
Asersi kelengkapan berlawanan dengan asersi eksistensi (keberadaan) atau keterjadian. Asersi
kelengkapan berkaitan dengan kemungkinan hilangnya hal-hal yang harus dicantumkan alam
laporan keuangan, sedangkan asersi eksistensi atau keterjadian berkaitan dengan penyebutan
angka yang seharusnya tidak dimasukkan.
3. Asersi mengenai hak dan kewajiban.
Berhubungan dengan apakah aktiva memang menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi
kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.
4. Asersi mengenai penilaian dan alokasi.
Menyangkut masalah apakah aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, atau beban telah
dimasukkan ke dalam laporan keuangan dengan angka-angka yang wajar.
5. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan.
Menyangkut masalah apakah komponen-komponen dalam laporan keuangan diklasifikasikan,
dijelaskan, dan diungkapkan dengan sepantasnya.
28
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
29
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Adapun jenis bukti audit yang diperlukan oleh seorang auditor terdiri dari :
a. Bukti dari data akuntansi
Jurnal, buku besar, buku pembantu
Pedoman akuntansi terkait
Informasi dan catatan memorandum ( Kertas kerja perhitungan-perhitungan, rekonsiliasi)
30
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
31
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Faktor – faktor yang menentukan tingkat persuasive bahan bukti audit adalah :
a. Tingkat Kompetensi (competency)
Tingkat kompetensi mencerminkan sejauh mana bukti audit dapat dipercaya. Jika suatu bukti
audit dianggap sangat berkompeten maka bukti audit tersebut akan sangat membantu auditor
dalam menyusun temuan audit dan memberikan opini audit. Tingkat kompetensi bukti audit
dapat ditingkatkan dengan memilih prosedur audit yang mengandung satu atau lebih dari 7
(tujuh) karakteristik bukti audit yang kompeten, yaitu :
Relevansi
Tingkat independensi penyedia informasi
Tingkat efektivitas pengendalian intern dari auditan
Pengetahuan lagsung dari auditor
Tingkat obyektivitas
Ketepatan waktu.
b. Tingkat Kecukupan (sufficiency) , merupakan tingkat kecukupan bahan bukti diukur dari
jumlah sampel yang diambil oleh auditor. Ada 2 faktor yang menentukan jumlah sampel yang
memadai dalam audit, yaitu :
Perkiraan auditor akan terjadinya salah saji, dan
Efektifitas dari pengendalian intern auditor.
32
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
memilih dari ketujuh ketegori umum bukti. Kategori-kategori ini dikenal sebagai jenis-jenis
bukti audit. Adapaun prosedur audit yang digunakan adalah sebagai berikut :
Setiap prosedur audit mendapat satu atau lebih jenis – jenis bukti audit, sebagai berikut :
a. Pemeriksaan fisik (physical examinantion)
b. Konfirmasi (confirmation)
c. Dokumentasi (documentation)
d. Prosedur analitis (analytical procedures)
e. Wawancanra dengan klien (inquiries of the client)
f. Rekalkulasi (recalculation)
g. Pelaksanaan kembali (reperformance)
h. Obsevasi (observation)
Bukti Fisik
Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan persediaan.
Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud. Pemeriksaan langsung auditor
secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang paling objektif dalam menentukan kualitas
aktiva yang bersangkutan. Oleh karena itu, bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling bisa
dipercaya.
Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data untuk membuat
laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi merupakan objek yang diperiksa
33
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
dalam audit laporan keuangan. Ini bukan berarti catatan akuntansi merupakan objek audit. Objek
audit adalah laporan keuangan.
Konfirmasi
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari
pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak
terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan bukti yang sangat tinggi reliabilitasnya
karena berisi informasi yang berasal dari pihak ketiga secara langsung dan tertulis. Konfirmasi
sangat banyak menghabiskan waktu dan biaya.
Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter merupakan bukti yang penting dalam audit. Menurut sumber dan tingkat
kepercayaan bukti, bukti dokumenter dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Bukti dokumenter antara lain meliputi notulen rapat, faktur penjualan, rekening koran bank, dan
bermacam-macam kontrak. Reliabilitas bukti dokumenter tergantung sumber dokumen, cara
memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat dokumen mengacu tingkat kemungkinan
terjadinya kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan dokumen.
34
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Standart auditing yang berlaku umum pada pertama untuk pekerjaan lapangan mengharuskan
perencanaan yang memadai dimana:
Auditor harus merencanakan perencanaan secara memadai dan jika digunakan asisten harus di
supervisi dengan semestinya.
Ada tiga alasan utama auditor harus merencanakan penugasan dengan tepat:
1. Auditor mendapatkan bukti yang tepat mencukupi
2. Menjaga agar biaya audit tetap wajar
3. Menghindarkan kesalahpahaman dengan klien
Dalam perencanaan audit, diketahui terdapat dua resiko yaitu: resiko audit yang dapat diterima
(acceptable audit risk) dan resiko inheren (inherent risk) dalam hal ini pengertian masing-
masing:
a. Resiko yang dapat diterima (acceptable risk) adalah ukuran seberapa besar auditor dapat
menerima laporan keuanga akan salah saji material setelah audit diselesaikan dan pendapat
wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan.
b. Resiko inherent (inherent risk) adalah ukuran penilaian auditor kemungkinan atas salah saji
material sebelum mempertimbangkan keefektifan pengendalian internal.
Penilaian resiko yang dapat diterima dan resiko inheren sangat penting dalam perencanaan audit
karena dapat membantu untuk menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan.
35
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
4. Mengembangkan strategi audit secara keseluruhan dan spesialis audit yang diperlukan.
Dalam hal penerimaan klien, perencanaan yang dilakukan auditor harus berhati-hati dalam
menerima klien, karena dalam hal ini auditor harus mempertimbangkan tanggung jawab yang
diterima dan fee yang dapat menimbulkan masalah ketimbang manfaat yang diterima. Jika
auditor dapat mengetahui banyak resiko dari lingkungan perusahaan klien hendaknya auditor
mempertimbangkan menerima klien tersebut.
a. Investigasi atas klien baru
Hal-hal yang dilakukan dalam menerima klien pendahulu hal-hal yang dilakukan adalah:
Berkomunikasi dengan auditor pendahulu; tujuannya adalah untuk mengevaluasi untuk
menerima klien tersebut. Auditor harus mendapatkan izin dari klien sebelumnya untuk
berkomunikasi dengan auditor sebelumnya.
b. Klien yang berlanjut
Kantor akuntan mengekantor akuntan dapat memutuskan menerima kembali klien
sebelumnya atau menolak meneruskan audit karena adanya resiko yang sangat tinggi. Sebagai
contoh ada suatu konflik yang terjadi menyangkut ruang lingkup audit yang tepat, jumlah fee
yang diberikan. Auditor juga dapat mundur jika klien yang tidak memiliki integritas.
c. Identifikasi alasan klien untuk penugasan audit
Dalam hal ini ada dua faktor yaitu pemakai laporan keuangan yang mungkin dan maksudnya
menggunakan laporan keuangan. Auditor harus mengetahui mengapa klien membutuhkan
audit laporan keuangan.
d. Memahami Klien
Auditor dalam memahami klien harus mendokumentasikan dalam surat penugasan
(engagement letter) meliputi tujuan penugasan, tanggung jawab auditor dan manajemen, serta
batasan-batasan penugasan. Surat penugasan untuk mengetahui hal seperti batasan pekerjaan
auditor, waktu penyelesaiaan audit, bantuan karyawan dalam mencari catatan dan dokumen
serta skedul.
36
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Prosedur Analitis
Yaitu evaluasi atas informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis
antara data keuangan dan non keuangan. Meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat
dengan ekspektasi auditor.
37
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Prosedur analitis dapat dilaksanakan pada salah satu dari ketiga waktu selama penugasan:
a. Prosedur analitis diwajibkan dalam tahap perencanaan untuk membantu menentukan sifat,
luas dan penetapan waktu untuk menentukan sifat, luas dan penetapan waktu prosedur audit.
Contoh perhitungan perputranan persediaan sebelum pengujian harga persediaan.
b. Posedur analitis seringkali dilakukan selama tahap pengujian audit sebagai pengujian
susbtantif untuk mendukung saldo akun. Sebagai contoh melakukan pengujian terhadap polis
asuransi dibayar dimuka dimana pembayaran polis asuransi dibayar dimuka pada tahun
berjalan dibandingkan dengan polis asuransi dibayar dimuka pada tahun sebelumnya.
c. Prosedur analitis dibutuhkan dalam selama tahap penyelesaian waktu audit sebagai review
akhir atas salah saji material atau masalah keuangan dan membenatu auditor dalam
mengambil pandangan objektif akhir pada laporan keuangan yang diaudit.
38
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Definisi Materialitas
Konsep Materialitas
Sebagai contoh, suatu jumlah yang material dalam laporan keuangan entitas tertentu
mungkin tidak material dalam laporan keuangan entitas lain yang memiliki ukuran dan sifat yang
berbeda. Begitu juga, kemungkinan terjadi perubahan materialitas dalam laporan keuangan
dalam entitas tertentu dari periode akuntansi yang satu ke perode akuntansi yang lain. Oleh
karena itu, auditor dapat menyimpulkan bahwa tingkat materialitas akun modal kerja harus lebih
rendah bagi perusahaan yang memiliki current ratio 4 : 1. Dalam mempertimbangkan kebutuhan
informasi pemakai informasi keuangan, semestinya harus dianggap, sebagai contoh, bahwa
pemakai informasi keuangan adalah para investor yang perlu mendapatkan informasi memadai
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan mereka.
Dalam audit atas laporan keuangan, audit itdak dapat memberikan jaminan bagi klien atau
pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat. Audit tidak
dapat memberikan jaminan karena ia tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun
yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat,
diringkas,digolongkan, dan dikompilasi secara mestinya ke dalam laporan keuangan. Jika auditor
39
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
diharuskan untuk memberikan jaminan mengenai keakuratan laporan keuangan auditan, hal ini
tidak mungkin dilakukan, karena akan memerlukan waktu dan biaya yang jauh melebihi manfaat
yang dihasilkan. Di samping itu, tidaklah mungkin seseorang menyatakan keakuratan laporan
keuangan (yang berarti ketepatan semua informasi yang disajikan dalam laporan keuangan),
mengingat bahwa laporan keuangan sendiri berisi pendapat, estimasi, dan pertimbangan tersebut
tidak tepat atau akurat seratus persen.
Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan kekayakinan
berikut ini:
1. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi.
2. Auditor dapat memberikan kekayakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan
keuangan auditan.
3. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat ( atau memberikan
informasi dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan
disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan
kecurangan.
Dengan demikian ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor:
konsep materialitas dan konsep risiko audit. Karena auditor tidak memeriksa setiap transaksi
yang dicerminkan dalam laporan keuangan, maka ia bersedia menerima beberapa jumlah
kekeliruan kecil. Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yang dapat diterima
oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. Berapa
jumlah kekeliruan atau salah saji yang auditor bersedia untuk menerimanya dalam laporan
keuangan, namun ia tetap dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian karena laporan
keuangan tidak berisi salah saji material. Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko
kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan yang sebenarnya berisi salah saji
material.
40
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
41
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
42
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Pengalokasian Materialitas
Tabel 2
Rekening Rencana A (Rp) % Rencana B (Rp) %
Kas 500.000 5 200.000 2
Piutang Dagang 1.500.000 15 1.800.000 18
Persediaan 3.000.000 30 5.000.000 50
Aktiva Tetap 5.000.000 50 3.000.000 30
Total 10.000.000 100 10.000.000 100
43
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Risiko Audit
Risiko audit adalah risiko bagi auditor untuk membuat kesalahan dalam memberikan
pendapat atas laporan keuangan, karena gagal mengungkap salah saji material. Menurut SA
Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit,risiko audit adalah risiko yang
terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya,
atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam
menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk
menanggungnya.
Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan atas dasar
bukti yang diperoleh dari verivikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara individual
atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun
sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat atas
laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah.
Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun
Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan informasi yang
disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor mempertimbangkan baik
materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya, atau suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit,
seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian:
44
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
1. Risiko bawaan
Merupakan kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji
material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko salah saji
demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan
dengan yang lain. Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika
dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Uang tunai lebih mudah dicuri daripada
sediaan batu bara. Akun yang terdiri dart jumlah yang berasal dart estimasi akuntansi
cenderung mengandung risiko lebih besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif
rutin dan berisi data berupa fakta. Faktor ekstern juga mempengaruhi risiko bawaan.
2. Risiko pengendalian
Merupakan risiko yang terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat
dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini
ditentukan oleh evektifitas kebijakan dan prosedur pengendalian intern untuk mencapai tujuan
umum pengendalian intern yang relevan dengan audit atas laporan keuangan entitas. Risiko
pengendalian tertentu akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian
45
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
intern. Sebagai contoh, pengendalian intern mungkin menjadi tidak evektif karena kelalayan
manusia akibat ceroboh atau bosan atau karena adanya kolosi diantara personel pelaksanaan.
3. Risiko deteksi.
Merupakan Risiko yang disebabkan oleh kegagalan auditor dalam mendeteksi salah saji
material, setelah audit dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Risiko ini timbul sebagian
karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau
golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo
akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu
timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan
secara keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit.
Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui
perencanaan dan supervisi memadai dan pelaksanaan praktik audit yang sesuai dengan standar
pengendalian mutu.
Risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut
terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan
risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu
sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko
pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor,
semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko
bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang
dapat diterima.
Komponen risiko audit ini dapat ditentukan secara kuantitatif, seperti dalam bentuk
persentase atau secara nonkuantitatif yang berkisar, misalnya, dari minimum sampai dengan
maksimum. Resiko Deteksi adalah satu-satunya resiko yang bisa dipengaruhi/diatur oleh auditor,
lewat banyak atau sedikitnya bukti dengan penambahan atau pengurangan prosedur audit .
46
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Apabila auditor ingin resiko deteksi kecil, maka perlu lebih banyak bukti audit/prosedur audit,
dan sebaliknya.
Di muka telah diuraikan bahwa terdapat hubungan berlawanan antara materialitas dan
bukti audit. Jika materialitas rendah-jumlah salah saji yang kecil saja dapat mempengaruhi
keputusan pemakai informasi keuangan-auditor perlu mengumpulkan bukti audit kompeten
dalam jumlah banyak. Sebaliknya, jika materialitas tinggi-jumlah salah saji besar baru dapat
mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan-auditor hannya perlu mengumpulkan
bukti audit komponen dalam jumlah sedikit. Demikian pula hubungan antara risiko audit dengan
bukti audit. Semakin rendah risiko audit-auditor bersedia untuk menanggung risiko audit rendah
sehingga tingkat kepastian yang diinginkan oleh auditor adalah tinggi-auditor perlu
mengumpulkan bukti audit kompenen dalam jumlah banyak. Sebaliknya, semakin tinggi risiko
audit-auditor bersedia untuk menanggung risiko audit tinggi sehingga tingkat kepastian yang
diinginkan oleh auditor adalah rendah-auditor perlu mengumpulkan bukti audit kompenen dalam
jumlah kecil saja.
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut:
a. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor
harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit
yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
c. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit.
47
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Dari definisi pengendalian tersebut terdapat beberapa konsep dasar berikut ini :
1. Pengendalian merupakan suatu proses. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk
mencapai tujuan tertentu, bukan tujuan itu sendiri.pengendalian intern merupakan suatu
rangkaian tindakan bersifat pervasif dan menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan hanya
sebagai tambahan dari infrastruktur entitas
2. Pengendalian dijalankan oleh orang.pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman
kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang
menckup dewan komisaris, manajemen dan personel lain.
3. Pengendlian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan
keyakinan mutlak, bagi manajemen dan komisaris entitas.
4. Pengendalian ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan: pelaporan, keuangan,
kepatuhan dan operasi.
Tujuan Pengendalian
Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai sasaran dan
tujuannya. Dalam pengendalian internal biasanya manajemen memiliki tiga tujuan umum yaitu
diantaranya :
1. Reabilitas pelaporan keuangan
Manajemen dapat memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan bahwa informasi telah
disajikan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berlaku umum. Tujuan pengendalian
48
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
internal yang efektif atas pelaporan keuangan adalah manajemen memenuhi tanggung jawab
pelaporan keuangan tersebut.
2. Efisiensi dan efektifitas operasi
Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber daya secara efisien dan
efektif .
3. Ketataan terhadap hukum dan peraturan
Mengharuskan perusahaan mematuhi hukum dan peraturan agar pengendalian internal dalam
pelaksanaannya dapat efektif.
Contoh terjadi persengkongkolan (kolusi) terhadap dua karyawan yang mencuri persediaan
perusahaan atau menyalah sajikan catatan. Tanggung jawab Pelaporan oleh Manajemen Menurut
Section 404 dari UU Sarbanes–Oxley mengharuskan Manajemen semua perusahaan publik untuk
mengeluaran pengendalian internal mencakup :
49
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Kerangka kerja pengendalian internal yang digunakan oleh sebagian besar perusahaan A.S
adalah internal control –integrated framework yang dikeluarkan Commite of Sponsoring
Organization dari Treadway Commosision (COSO).
a. Rencana Pengendalian internal manajemen harus mengevaluasi apakan pengendalian telah
dirancang dan diberlakukan untuk mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam
pelaporan keuangan.
b. Efektivitas pelaksanaan pengendalian manajemen juga harus menguji efektivitas
pelaksanaan pengendalian.
c. Pengendalian atas Reabilitas Pelaporan Keuangan untuk mematuhi standar pekerjaan
lapangan yang kedua,auditor terutama berfokus pada pengendalian yang berhubungan dengan
perhatian manajemen yang pertama dalam pengendalian internal : reabilitas pelaporan
keuangan.
d. Pengendalian atas kelas-kelas transaksi auditor menekankan pengendalian internal atas
kelas-kelas transaksi,dan bukan saldo akun,karena output sistem akuntansi (saldo akun)sangat
tergantung pada keakuran input dan pemrosesan (transaksi).
50
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Sifat, saat dan luasnya prosedur yang dipilih auditor untuk memperoleh pemahaman akan
bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman sebelumnya dengan entitas, sifat
pengendalian khusus yang terkait, dan sifat dokumentasi pengendalian khusus yang
diselenggarakan oleh entitas. Apakah suatu pengendalian telah dioperasikan adalah berbeda dari
efektivitas operasinya. Dalam memperoleh pengetahuan tentang apakah pengendalian telah
dioperasikan, auditor menentukan bahwa entitas telah menggunakannya. Di lain pihak,
efektivitas operasi, berkaitan dengan bagaimana pengendalian tersebut diterapkan, konsistensi
penerapannya, dan oleh siapa pengendalian tersebut diterapkan.
51
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
c. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia Aspek paling penting dari pengendalian
internal adalah personil.
2. Penilaian resiko
Penilaian resiko (risk assesment) atas pelaporan keuangan adalah tindakan yang dilakukan
manajemen untuk mengidentifikasi dan pengendalian resiko-resiko yang relavan dengan
penyusutan laporan keuangan yang sesuai dengan GAAP.
3. Aktivitas pengendalian
Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur,selain yang sudah termasuk dalam 4
komponen lainnya membantukan memastikan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil
untuk menangani resiko guna mencapai tujuan entitas.
Pemisahan tugas yang memadai
Otoritas yang sesuai atas transaksi dan aktivitas
Dokumen dan catatan yang memadai
Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan
Pemeriksaan kinerja secara independen
5. Pemantauan
Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian mutu pengendalian internal secara
berkelanjutan atau periodik oleh manajemen untuk menentukan bahawa pengendalian internal
tersebut sudah beroperasi sesuai yang diharapakan. Biasanya dala perusahaan yang berukuran
besar, memiliki departemen audit internal adalah salah satu cara pemantauan akan lebih
efektif.
52
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
b. Bagan arus (flow chart) pegendalian internal adalah diagram yang menunjukkan dokumen
klien dan aliran urutannya dalam organisasi.
c. Kuesioner pengendalian internal mengajukan serangkaian pertanyaan tentang pengendalian
dalam setiap area audit sebagai sarana untuk mengidentifikasi definisi pengendalian internal.
53
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Pengujian Pengendalian
Prosedur untuk menguji efektivitas pengendalian dalam mendukung penilaian resiko
pengendalian yang lebih rendah.
1. Mengajukan pertanyaan kepada personil klien yang tepat
2. Memeriksa dokumen ,catatan, dan laporan
3. Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian
4. Melaksanakan kembali prosedur klien
Luas prosedur :
1. Mengandalkan bukti dari audit tahun sebelumnya
2. Menguji pengendalian yang berhubungan dengan resiko yang signifikan
3. Menguji kurang dari seluruh periode audit
54
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Jenis-jenis Pendapat;
1. Pendapatan wajar tanpa pengecualian, pendapat dalam penilaian atas pengendalian internal
yaitu jika dalam dua kondisi:
Tidak ada kelemahan material yang teridentifikasi
55
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Jumlah pengendalian yang diuji oleh auditor untuk menayakan pendapat mengenai
pengendalian internal bagi sebuah perusahaan publik jauh lebih besar ketimbang hanya
menyatakan pendapat tentang laporan keuangan.
56
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Fraud auditing atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah
kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat melakukan audit kecurangan
terhadap pembukuan dan transaksi komersial memerlukan gabungan dua keterampilan, yaitu
sebagai auditor yang terlatih dan kriminal investigator.
Jenis-Jenis Kecurangan
Sebagai suatu konsep hukum yang luas, kecurangan merupakan setiap ketidakjujuran yang
disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan orang atau pihak lain. Dalam konteks audit atas
laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang
dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan adalah kecurangan dalam laporan
keuangan dan penyalahgunaan aset.
1. Kecurangan dalam Laporan Keuangan
Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap
jumlah atau pun pengungkapan yang disengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui
para penggunanya. Sebagian besar kasus melibatkan salah saji terhadap jumlah yang
dilaporkan dibandingkan terhadap pengungkapan. Sebagai contoh, WorldCom yang
dilaporkan telah mengapitalisasi jutaan dolar pengeluaran sebagai aset tetap, yang semestinya
harus dibebankan. Penghapusan terhadap jumlah yang dilaporkan merupakan kasus yang
kurang umum ditemukan, namun sebuah perusahaan dapat melebihsajikan pendapatan dengan
menghapus utang dagang dan liabilitas lainnya.
Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan melibatkan
sebuah usaha untuk melebihsajikan pendapatan-apakah dengan cara melebihsajikan aset dan
pendapatan atau pun dengan menghapus liabilitas dan beban-beban, perusahaan-perusahaan
juga dengan sengaja mengurangsajikan laba. Pada perusahaan-perusahaan nonpublik, hal
tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak penghasilan. Perusahaan-
perusahaan juga dapat dengan sengaja mengurangsajikan pendapatan ketika labanya tinggi
57
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
dengan menciptakan cadangan laba atau sebagai ‘celengan’, yang dapat digunakan untuk
menaikkan laba di kemudian hari. Manajemen laba (earning management) melibatkan
tindakan-tindakan manajemen yang sengaja dilakukan untuk memenuhi target laba. Perataan
laba (income smoothing) merupakan salah satu bentuk manajemen laba dimana pendapatam-
pendapatan dan beban-beban dipindahkan di antara beberapa periode untuk mengurangi
fluktuasi laba. Salah satu teknik untuk memuluskan laba adalah dengan mengurangi nilai
persediaan dan aset lainnya yang diperoleh perusahaan pada saat akuisisinya, yang
mengakibatkan laba yang lebih tinggi ketika aset tersebut dijual di kemudian hari.
Perusahaan-perusahaan juga dapat dengan sengaja melebihsajikan cadangan keusangan
persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih untuk mengurangi laba yang lebih tinggi.
Meskipun jarang ditemukan, beberapa kasus penting terkait kecurangan dalam laporan
keuangan melibatkan pengungkapan yang tidak memadai. Sebagai contoh, masalah utama
dalam kasus Enron adalah apakah perusahaan telah mengakui kewajiban terhadap perusahaan
afiliasi yang terkenal denan entitas bertujuan khusus (special purpose entities) secara
memadai. E.F Hutton, perusahaan pialang yang saat ini sudah tidak ada lagi, telah di hukum
karena dengan sengaja telah melakukan kelebihan penarikan uang di beberapa rekening bank
dengan tujuan untuk menaikkan pembayaran bunga. Kelebihan penarikan tersebut
dimasukkan sebagai liabilitas dalam neraca, namun deskripsi dineraca mengenai kewajiban
tersebut tidak jelas.
2. Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas aset milik
suatu entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak semuanya, jumlah nominal yang terlibat tidak
material terhadap laporan keuangan. Namun demikian, pencurian aset perusahaan sering kali
menjadi perhatian penting manajemen, tanpa melihat tingkat materialitasnya, karena
pencurian-pencurian kecil dapat dengan mudah meningkat ukurannya setiap saat.
Istilah penyalahgunaan aset seringkali digunakan untuk mengacu pada pencurian yang
dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak internal lainnya di dalam suatu organisasi. Menurut
perkiraan Association of Certified Fraud Examiners, rata-rata perusahan merugi 6 persen dari
58
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
pendapatannya disebabkan oleh kecurangan, meskipun sebagian besar dari pencurian tersebut
melibatkan pihak-pihak eksternal, seperti pengutilan yang dilakukan oleh pelanggan dan
penipuan yang dilakukan oleh pemasok.
Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada di tingkat hirarki organisasi yang lebih
rendah. Namun demikian, dalam beberapa kasus penting, manajemen puncak terkadang
terlibat dalam pencurian aset perusahaan. Karena otoritas manajemen yang lebih besar serta
kendali terhadap aset-aset perusahaan, penggelapan yang melibatkan manajemen puncak
dapat melibatkan jumlah yang signifikan. Hasil survei mengenai kecurangan yang
diselenggarakan oleh Association of certified Fraud Examiners, menemukan bahwa rata-rata
jumlah kerugian yang disebabkan oleh kasus-kasus kecurangan yang melibatkan manajemen
puncak tiga kali lebih besar daripada kecurangan yang melibatkan pegawai lainnya.
Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan
dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316). Terdapat 3 kondisi
yang menyebabkan kecurangan, yang dinamakan segitiga kecurangan (fraud triangle).
1. Insentif/tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memilik insentif atau tekanan untuk
melakukan kecurangan.
2. Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk
melakukan kecurangan.
3. Sikap/rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang
memungkinkan menajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau
mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang cukup besar
sehingga mengakibatkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.
59
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Gambar 2
Insentif/Tekanan
60
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
61
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
62
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Auditor dapat memilih berbagai tindakan seperti menugaskan personil yang lebih
berpengalaman, bahkan bisa menugaskan Spesialis Kecurangan. MenurutS AS 99, auditor
dapat memasukkan ketidakpastian dalam rencana audit.
b. Merancang dan melakukan prosedur audituntuk mengatasi resiko kecurangan.
Prosedur audit yang sesuai digunakan untuk mengatasi resiko kecurangan spesifik tergantung
dari akun yang diaudit dan tipe resiko kecurangan yang diidentifikasi.
c. Merancang dan melakukan prosedur untuk menemukan pengabaian manajemen terhadap
pengendalian.
Penilaian auditor terhadap resiko salah saji material karena kecurangan harus selama audit
berjalan dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian resiko lainnya auditor. Auditor harus
waspada untuk kondisi berikut selama audit:
a. Ketidak cocokan dalam catatan akuntansi.
b. Bukti audit yang bertentangan atau hilang.
c. Problematika atau hubungan tak lazim antara auditor dengan manajemen.
d. Hasil tinjauan substantif atau akhir, dari tahap prosedur analitis yang menunjukkan resiko
kecurangan yang tidak disadari sebelumnya.
e. Tanggapan atas pertanyaan dibuat di seluruh audit yangtelah samar atau tidak masuk akal atau
yang telah menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan bukti lain.
63
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
64
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Standar auditing menguraikan dua katagori pengenadalian atas sistem TI, yaitu :
Pengendalian Umum (general controls) diterapkan pada semua aspel fungis TI, termasuk
administrasi TI, pemisahan tugas TI, pengembangan sistem, keamanan fisik dan online atas akses
keparangkat keras, perangkat lunak dan data terkait, backup dan perencanaan kontijensi atas
keadaan darurat yang tak terduga serta pengendalian perangkat keras. Auditor mengevaluasi
pengendalian umum untuk perusahaan secara keseluruhan.
a. Administrasi fungsi TI
Sikap manajemen tentang TI mempengaruhi arti penting TI yang dirasakan dalam suatu
organisasi.
b. Pemisahan tugas –tugas TI
Respon terhadap resiko menggabungkan tanggung jawab penyimpanan tradisional, otorisasi
dan administrasi kedalam fungsi TI, organisasi yang dikendalikan dengan baik memisahkan
tugas-tugas kunci dalam TI. Tanggung jawab atas manajemen TI, pengembangan sistem,
operasi dan pengendalian datas harus dipisahkan sebagai berikut :
Manajemen TI, manajer atau CIO harus bertanggung jawab mengawasi fungsi TI guna
memastikan bahwa aktivitasnya telah dilaksanakan sejalan dengan rencana strategis TI.
Pengembangan sistem, analisis sistem yang bertanggung jawab atas keseluruhan
perancangan setiap sistem aplikasi, mengkoordinasikan pengembangan dan peralihan
kesistem TI.
Operasi, operator komputer bertanggung jawab atas operasi komputer sehari-hari sesuai
dengen skedul yang ditetapkan oleh CIO.
Pengendalian data, personil pengendalianinput dan output data secara independen
memverifikasi mutu input dan kelayakan output.
c. Pengembangan sistem
Pengembangan sistem mencakup :
65
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Membeli perangkat lunak atau mengembangkan sendiri perangkat lunak itu yang
memebuhi kebutuhan organisasi.
Menguji semua perangkat lunak guna memastikan bahwa perangkat lunak baru kompatibel
dengan perangkat keras dan perangkat lunak yang ada, serta menentukan apakah perangkat
lunak dan keras dapat menangani volume transaksi yang diinginkan, ada 2 cara pendekatan
pengujian, yaitu :
1. Pengujian percontohan (pilot testing) ; sistem baru diimplementasikan pada satu
bagian organisasi sementara lokasi lainnya masih terus mengandalkan sistem lama.
2. Pengujian paralel ; sistem lama dan baru beroperasi secara stimulan dalam semua
lokasi.
d. Keamanan fisik dan online
Pengendalian fisik atas komputer dan pembatasan online ke perangkat lunak serta file data
terkait mengurangi resiko dilakukannya perubahan yang tidak diotorisasi ke program.
Pengendalian keamanan mencakup :
Pengendalian fisik
Pengendalian akses secara online
e. Backup dan perencanaan kontijensi
Untuk mencegah hilangnya data perusahaan mengandalkan cadangan atau backup, untuk
bencana yang lebih serius, perusahaan memerlukan backup yang terinci dan rencana
kontijensi seperti menyimpan salinan perangkat lunak dan file penting.
f. Pengendalian perangkat keras
Pengendalian perangkat keras (hardware controls) sudah dipasang dalam peralatan komputer
untuk mendeteksi dan melaporkan kegagalan peralatan, auditor berkosentrasi pada bagaimana
klien menangani kesalahan indentifikasi oleh pengendalian perangkat keras.
66
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
kelas-kelas transaksi dan akun. Pengendalian aplikasi hanya akan efektif jika pengendalian
umum efektif .
a. Pengendalian input
Pengendalian input dirancang untuk memastikan bahwa informasi yang dimasukkan kedalam
komputer sudah diotorisasi, akurat, dan lengkap. Pengendalian tipikal yang dikembangkan
dalam sistem manual tetap dianggap penting bagi sistem TI, yaitu :
Otorisasi manajemen dan transaksi
Penyiapan dokumen sumber input yang memadai
Personil yang kompeten
67
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
68
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
memasukkan informasi.
Pengendalian - Pengujian atas kewajaran review harga
pemorsesan jual per unit yang digunakan untuk
memproses barang.
- Departemen penjualan melakukan review
Pengendalian output pasca pemorsesan transaksi penjualan
69
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
70
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
71
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Modul audit tertanam untuk mengidentifiikasi transaksi tidak biasa bagi pengujian
substantif.
72
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Tujuan penilaian independen ini adalah untuk menyediakan pelanggan pusat jasa suatu
kepastian yang layak tentang memadainya pengendalian umum dan aplikasi pusat jasa
itu, serta untuk menghilangkan kebutuhan akan audit berlebihan oleh auditor
pelanggan.
Pedoman kepada (1) auditor yang mengeluarkan laporan tentang pengendalian internal
organisasi jasa dan (2) auditor organisasi pemakai (audito pemakai) yang
mengandalkan laporan audit pusat jasa. Auditor pusat dapat mengeluarkan 2 jenis
laporan :
1. Laporan tentang pengendalian yang telah diimplementasikan
2. Laporan tentang pengendalian yang telah diimplementasikan dan diuji untuk
keefektifan operasi
1. Didasarkan pada laporan auditor pusat jasa tentang pengendalian yang telah
diimplementasikan dan pengujian atas efektivitas operasi atau pelaksanaannya.
2. Berasal dari pengujian pengendalian organisasi pemakai atas aktivitas organisasi
jasa.
3. Diperoleh ketika auditor pemakai melaksanakan pengujian yang tepat pada
organisasi jasa.
73
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Jenis-jenis Pengujian
1. Prosedur pengukuran risiko
Prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan
keuangan
2. Pengujian pengendalian
Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun otomatis dapat mencakup jenis bukti
berikut ini:
Melakukan tanya jawab yang memadai dengan personel klien
Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan
Mengamati aktivitas terkait pengendalian
Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien
74
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
2. Biaya-biaya relatif
Jenis-jenis pengujian yang disusun dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya yang
terendah ke yang tertinggi
Prosedur analitis
Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas
pengendalian internal
Pengujian pengendalian
75
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
76
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
77
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Bukti Gabungan
Untuk mendapatkan bukti yang tepat serta memadai untuk menghadapi resiko, auditor
menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian (Bukti Gabungan / Evidence Mix).
Analisis Audit 1 : Auditor melakukan pengujian pengendalian yang luas dan mengandalkan
pengendalian internal klien dalam mengurangi pengujian subtantif lain. Hal ini menyebabkan
pengujian substantif transaksi dan pengujian terperinci saldo diminimalkan. Karena ada
penekanan pada pengujian tersebut dengan harga relatif murah. Pengauditan ini memakai bukti
gabungan yang digunkan dalam audit terintergrasi laporan keuangan dan pengendalian internal
laporan keungan perusahaan publik.
Analisis Audit 2 : Auditor dapat melakukan pengujian atas semua jenis pengujian sedang kecuali
untuk prosedur analitis substantif secara meluas. Perlu pengujian yang luas yang dibutuhkan jika
risiko bawaan khusus ditemukan.
Analisis Audit 3 : Keputusan manajemen dalam pengendlaian internal yang lebih baik memakan
biaya yang cukup besar. Tidak ada pengujian dalam pengendalian internal ketika pengendalian
tidak efektif untuk perusahaan nonpublik. Penekanan yang dilakukan pada pengujian terperinci
saldo dan pengujian subtantif transaksi serta beberapa prosedur analitis substantif juga dilakukan.
Biaya audit kemungkinan akan menjadi relatif tinggi karena jumlah pengujian subtantif yang
lebih terperinci.
Analisis Audit 4 : Rencana awal audit mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit 2.
Kemungkinan auditor menemukan deviasi uji pengendalianyang luasdan salah saji yang
signifikan ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan prosedur analitis substantif.
Pengujian terperinci saldo yang meluas dilakukan untuk menutupi hasil pengujian lainnya yang
tidak dapat diterima dengan biaya audit yang besar karena pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi dilakukan namun tidak dapat digunakan untuk mengurangi pengujian
terperinci saldo.
78
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Prosedur audit dapat digambungkan menjadi prosedur audit. Dalam menyiapkan program
audit dan memodifikasi program harus mempertimbangkan seperti materialitas, bukti gabungan,
risiko bawaan, risiko pengendalian dan risiko kecurangan lainnya dan kebutuhan untuk audit
terintergrasi bagi perusahaan publik. Program audit bagi sebagian besar pengauditan dirancang
dalam tiga bagian utama :
1. Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Subtantif Transaksi
Program audit pengujian pengendalian dan substantif transaksi biasanya termasuk bagian
deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman terhadap pengendalian internal yang
didapatkan selama melakukan prosedur penilaian risiko. Prosedur audit mencakup pengujian
pengendalian dan pengujian subtantif transaksii yangberbeda tergantung pada penilaian risiko
pengendalian seperti contoh bila pengendalian efektif dan risiko pengendalian dinilai rendah
maka penekanan lebih besar pada pengujian pengendalian. Ketika merancanh 2 hal tersebut
auditor melakukan pendekatan emapt langkah untuk mengurangi penilaian risiko
pengendalian :
a. Menerapkan tujuan audit terkait transaksi
b. Mengidentifikasi pengendalian kunci yang mengurangi risiko
c. Merencanakan pengujian pengendalian yan tepat
d. Mengetahui jenis-jenis salah saji yang terkait tujuan audit terkait transaksi
2. Prosedur Analitis Substantif
Prosedur analitis relatif tidak mahal banyak auditor yang melakukan pada semua
pengauditan. Prosedur ini dilakukan selama pengujian substantif yang lebih terfokus dan lebih
luas daripada yang dilakukan sebagai bagian dari perencanaan dimana auditor dapat
menghitung persentase margin kotor untuk penjualan total selama pengujian terkait atas akun
dan berdasarkan bulan dan lini usaha.
3. Pengujian Terperinci Saldo
Untuk merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor menggunakan suatu
metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait saldo. Dalam merencanakan program
audit pengujian terperinci saldo untuk memenuhi tujuan tersebut editor menggunakan 6
metodelogi yang merupakan bagian dari proses perencanaan :
79
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
a. Mengidentifikasi resiko bisnis klien yang berpengaruh pada akun utang piutang dagang
b. Menetapkan salasaji yang dapat diterima dan mengukur resiko bawaan piutang dagang
c. Menilai resiko pengendalian siklus penjualan dan penagihan
d. Merancang dan melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive
e. Transaksi siklus penjualan dan penagihan
f. Merancang dan melakukan prosedur akun piutang dagang
g. Merancang pengujian terperinci saldo akun piutang dagang untuk memenuhi tujuan audit
terkait saldo
Hubungan tujuan audit terkait transaksi dengan tujuan audit terkait saldo serta tujuan
audit terkait penyajian dan pengungkapan.
Tujuan tersebut berguna bagi auditor untuk melakukan prosedur audit untuk
mmendapatkan keyakinan mengenai empat tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan
serta auditor juga melakukan prosedur substantif untuk mendapatkan keyakinan bahwa semua
tujuan audit telah tercapai untuk informasi dan jumlah yang dimasukan dalam pengungkapan.
80
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi apakah
saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip – prinsip akuntansi yang diterima umum.
Gambar diatas menunjukkan cara informasi akuntansi mengalir melalui berbagai akun
dalam siklus penjualan dan penagihan . gambar tersebut menunjukkan bahwa lima kelas
transaksi dalam siklus penjualan dan penaguhan antara lain :
81
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Gambar diatas juga menunjukkan bahwa, kecuali penjualan tunai, setiap transaksi dan
jumlah yang dihasilkan pada akhirnya akan dimasukkan dalam salah satu dari dua akun neraca,
yaitu akun piutang usaha atau penyisihan untuk pitang tak tertagih. Untuk mudahnya, kita
mengasumsikan bahwa ada pengendalian internal yang sama baik untuk penjualan tunai maupun
penjualan kredit.
Fungsi Bisnis dalam Siklus Penjualan dan Penagihan serta Dokumen dan Catatan Terkait
Siklus Penjualan dan Penagihan melibatkan keputusan serta proses yang diperlukan untuk
mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah keduanya tersedia untuk
dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh seorang pelanggan dan diakhiri dengan konversi
bahan atau jasa menjadi piutang usaha yang akhirnya menjadi kas.
Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan terkait untuk Siklus
Penjualan dan Penagihan.
Tabel 4
Kelas Transaksi Akun Fungsi Bisnis Dokumen Dan Catatan
Penjualan Penjualan piutang Pemroses pesanan Pesanan pelanggan
usaha pelanggan Pesanan penjualan
Pemberian kredit Pesanan pelanggan atau
Pengiriman barang pesanan penjualan
82
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Dokumen pengiriman
Faktur penjualan
File transaksi penjualan
Penagihan Jurnal penjualan atau listing
pelanggan dan File induk piutang usaha
pencatatan Neraca saldo piutang usaha
penjualan Laporan bulanan
Remittance advice
Prelisting penerimaan kas
File transaksi penerimaan
Kas di bank ( debet Pemroses dan kas
dari penerimaan pencatatan Jurnal penerimaan kas atau
Penerimaan Kas kas ) piutang usaha penerimaan kas listing
Retur dan Pemroses dan
Retur Dan pengurangan pencatatan retur Memo kredit
Pengurangan penjualan dan pengurangan Jurnal retur dan
Penjualan Pitang usaha penjualan pengurangan penjualan
Penghapusan Piutang Usaha Penghapusan Formulir otorisasi piutang
Piutang tak Penyisihan untuk piutang usaha tak tak tertagih
Tertagih piutang tak tertagih tertagih Jurnal umum
Beban piutang tak
tertagih
Beban Piutang tak Penyisihan untuk Penyediaan piutang
Tertagih piutang tak tertagih tak tertagih Jurnal umum
Pada kolom diatas sebelum dapat menilai resiko pengendalian dan merancang pengujian
pengendalian serta pengujian substansif atas transaksi harus memaham fungsi bisnis dan
dokumen serta catatan suatu perusahaan.
1. Pemroses pesanan pelanggan
83
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Pesanan pelanggan yaitu permintaan barang dagang yang diajukan oleh pelanggan.
Pesanan penjualan yaitu dokumen untuk mengkomunikasikan deskripsi, kuantitas, dan
informasi terkait mengenai barang yang dipesan oleh pelanggan.
2. Pemberian kredit
Dokumen pengiriman dibuat untuk mengawali pengiriman barang, yang menunjukkan
deskripsi barang dagang , kuantitas yang dikirimkan, dan data yang relevan lainnya.
Bill of lading yaitu kontrak tertulis mengenai penerimaan dan pegiriman barang antara
pembawa dan penjual. Bill of lading dikirimkan secara elektronik ketika barang telah
dikirimkan , dan secara otomatis akan membuat faktur penjualan yang terkait serta ayat
jurnal dalam jurnal penjualan.
3. Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan
a. Aspek paling penting dari penagihan yaitu :
Semua pengiriman telah ditagih ( kelengkapan = completeness )
Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali ( keterjadian = occurrence )
Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat ( keakuratan = accuracy )
b. Faktur penjualan yaitu dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang yang
dijual, harga, ongkos angkut, asuransi, syarat, dan relevan lainnya.
c. File transaksi penjualan yaitu file yang dihasilkan computer yang mencantumkan semua
transaksi penjualan yang diproses oleh system akuntansi selama suatu periode, seperti
sehari, seminggu, atau sebulan.
d. Jurnal penjualan atau listing yaitu laporan yang dibuat dari file transaksi penjualan yang
cantumkan biasanya mencantumkan nama pelanggan, tanggal, jumlah dan klasifikasi bagi
setiap transaksi seperti divisi atau lini produk.
e. File induk piutang usaha yaitu file computer yang digunakan untuk mencatat penjualan
individual , penerimaan kas , serta retur dan penguragan penjualan bagi setiap
pelanggandan untuk mempertahankan saldo akun pelanggan.
f. Laporan bulanan yaitu dokumen yang dikirimkan melalui surat atau secara elektronik
kepada setiap pelanggan yang menunjukkan saldo awal piutang usahanya.
g. Pemroses dan pencatatan penerimaan kas :
84
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Remmitance advice yaitu dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan biasanya
dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas
Prelisting penerimaan yaitu daftar yang disusun ketika kas diterima oleh seseorang yang
tidak memiliki tanggung jawab untuk mencatat penjualan, piutang usaha, kas dan yang
tidak memiliki akses ke catatan akuntansi.
Memo kredit yaitu dokumen yang mengindikasikan pengurangan dari jumlah pelanggan
akibat retur barang atau pengurangan harga.
Jurnal retur dan pengurangan penjualan yaitu jurnal yang digunakan untuk mencatat
retur dan pengurangan penjualan.
85
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Dapat membantu mencegah berbagai jenis salah saji baik akibat kesalahan maupun
penipuan atau kecurangan. Untuk mencegah kecurangan, manajemen harus menolak akses ke
kas bagi siapapun yang bertanggung jawab memasukkan informasi transaksi penjualan dan
penerimaan kas ke dalam computer.
Dua jenis salah saji yang pertama dapat disebabkan oleh kesalahan atau
kecurangan,sementara jenis yang terakhir selalu disebabkan oleh kecurangan. Konsekuensi
potensial dari ketiga jenis salah saji tersebut sangatlah besar karena akan menimbulkan lebih saji
aktiva dan laba.
1. Arah pengujian
Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dokumen sumber kejurnal dan
memvouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber. Pengujian pertama adalah untuk
86
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
transaksi yang dihilangkan ( tujuan kelengkapan ). Sementara yang kedua adalah untuk
transaksi yang tidak ada ( tujuan keterjadian ).
2. Penjualan dicatat dengan akurat
Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus memperhatikan hal – hal berikut :
a. Mengirimkan jumlah barang yang dipesan
b. Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim
c. Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi.
87
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti proses berikut ini:
1. Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
2. Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk
mendukung pengurangan resiko pengendalian
3. Merancang pengujian substansif atas transaksi untuk menguji salah moneter bagi setiap
tujuan.
4. Penyiapan Bukti Penerimaan Kas
Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan kas yang dicatat
telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah bukti penerimaan kas ( proof of cash
receipts ). Dalam pengujian ini, total penerimaan kas yang dicatat dalam jumlah penerimaan
kas selama suatu periode tertentu, seperti bulan, akan direkonsiliasi dengan deposito atau
setoran actual yang dilakukan ke bank selama periode yang sama. Perbedaan diantara
keduanya mungkin diakibatkan oleh setoran dalam perjalanan dan pos – pos lainnya, tetapi
jumlahnya dapat direkonsiliasi dan dibandingkan.
5. Pengujian untuk mengungkapkan lapping piutang usaha
Lapping piutang usaha yaitu penundaan ayat jurnal penagihan piutang usaha untuk menutupi
kekurangan kas yang ada. Penggelapan dilakukan seseorang yang menangani penerimaan kas
dan kemudian memasukkannya kedalam system computer.
Penggelapan ini sebenarnya dapat dicegah dengan mudah melalui pemisahan tugas dan
kebijakan cuti wajib bagi karyawan yang menangani kas sekaligus memasukkan penerimaan kas
kedalam system. Penggelapan ini dapat dideteksi dengan membandingkan nama, jumlah, dan
tanggalyang ditunjukkan pada remmitance advice dengan ayat jurnal penerimaan kas dan salinan
slip setoran terkait.
88
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Pengujian Audit Untuk Penghapusan Piutang Tak Tertagih
Auditor dalam melakukan audit atas penghapusan piutang usaha tak tertagih adalah
kemungkinan karyawan klien menutupi penggelapan dengan menghapus piutang usaha yang
sudah ditagih (tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi kejadian ). Pengendalian yang
penting untuk mencegah kecurangan ini adalah otorisasi yang tepat atas penghapusan piutang tak
tertagih harus diberikan oleh tingkat manajemen yang ditunjuk hanya setelah melalui
penyelidikan menyeluruh mengenai alas an pelanggan tidak mampu membayar.
Pengendalian internal tambahan atas saldo akun dan penyajian serta pengungkapan
Pengendalian internal juga berkaitan langsung dengan saldo akun penyajian serta
pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji sebagai bagian
dari pengujian pengendalian atau pengujian substansif transaksi.
89
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
ada dalam sampel tersebut. Dua penyebab risiko non-sampel ini adalah kegagalan auditor dalam
mengenali pegecualian dan prosedur audit tidak tepat atau tidak memadai. Risiko sampel
merupakan risiko dimana seorang auditor mencapai sebuah kesimpulan yang tidak benar karena
sampelnya tidak representatif terhadap populasi. Risiko sampel merupakan bagian melekat pada
pemilihan sampel dari pengujian yang kurang terhadap keseluruhan populasi. Jika populasi
sebenarnya memiliki tingkat pengecualian, auditor menerima populasi yang salah karena sampel
tidak cukup mewakili populasi. Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko
pengambilan sampel:
1. Menyesuaikan ukuran sampel
2. Menggunakan metode yang tepat dalam pemilihan pos sampel dari populasi.
90
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
paling berguna dalam kondisi dan menarik kesimpulan atas populasi berdasarkan pertimbangan
profesional.
Dalam melakukan pengambilan sampel standart audit mengizinkan auditor untuk
menggunakan pendekatan statistik ataupun non-statistik. Namun perlu diingat bahwa penerapan
kedua metode tersebut memerlukan kehati-hatian. Semua langkah dalam proses harus diikuti
seksama. Ketika pendekatan statistik digunakan sampel tersebut harus bersifat probabilistik dan
metode evaluasi secara statistik harus digunakan dengan hasil sampel untuk membuat
perhitungan risiko pengambilan sampel. Auditor dapat membuat evaluasi non-statistik ketika
menggunakan pemilihan sampel probabilistik namun tidak boleh mengevaluasi sampel non-
probabilistik dengan menggunakan metode statistik.
Tiga jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan pengambilan
sampel audit non-statistik. Ketiga metode itu bersifat non-probabilistik. Sementara itu, ada empat
jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan pengambilan sampel audit
statistik, yang semuanya bersifat probabilistik.
Metode pemilihan sampel non-probabilistik sebagai berikut ini :
1. Pemilihan sampel terarah.
2. Pemilihan sampel blok.
3. Pemilihan sample sembarangan
91
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
1. Dalam pemilihan sampel terarah “directed sampel selection” auditor dengan sengaja memilih
setiap item dalam sampel berdasarkan kriteria pertimbangannya sendiri ketimbang
menggunakan pemilihan acak. Pendekatan yang umum digunakan mencakup :
a. Pos-pos yang paling mungkin berisi salah saji
b. Pos-pos yang berisi karakteristik populasi yang dipilih
c. Cakupan nilai rupiah yang besar
2. Dalam pemilihan sampel blok (block sampel selection), auditor memilih pos pertama dalam
satu blok, dan sisanya dipilih secara berurutan. Biasanya penggunaan sampel blok hanya
dapat diterima jika jumlah blok yang digunakan masuk akal. Jika hanya segelintir blok yang
digunakan probabilitas memperoleh sampel non-presentatif sangatlah besar, dengan
menggunakan kemungkinan perputaran karyawan, perubahan sistem akuntansi dan sifat
musiman, dari sejumlah jenis.
3. Pemilihan sampel sembarangan adalah pemilihan pos sampel tanpa bias yang disengaja oleh
auditor. Dalam kasus semacam itu, auditor memilih pos populasi tanpa memandang
ukurannya, sumber, atau karakteristik khusus lainnya yang membedakan.
92
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
dengan ukuran sampel yang diinginkan. Keunggulan dari pemilihan sistematis adalah lebih
mudah digunakan. Dalam sebagian besar populasi, sampel sistematis dapat diambil dengan
cepat dan pendekatannya secara otomatis akanmenempatkan nomor lain dalam urutan, yang
membuatnya lebih mudah dalam mengembangkan dokumentasi yang tepat.
Probabilitas Proposional Terhadap Pemilihan Ukuran Dan Stratifikasi Sampel. Dalam banyak
situasi audit, jauh lebih menguntungkan memilih sampel yangmenekankan item-item populasi
dengan jumlah tercatat yang lebih besar. Ada dua cara untuk memperoleh sampel semacam itu
1. Mengambil sampel dimana probabilitas pemilihan setiap item populasi individual bersifat
proporsional dengan jumlah tercatatnya. Pendekatan ini dievaluasi dengan menggunakan
pendekatan pengambilan sampel non-statistik atau pengambilan sampel statistik pos moneter.
2. Membagi populasi kedalam subpopulasi, biasanya menurut ukuran dolar, dan mengambil
sampel yang lebih besar dari subpopulasi itu dengan ukuran yang lebih besar. Pendekatan ini
dievaluasi dengan menggunakan pendekatan non-statistik atau pendekatan statistik variabel.
93
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
biasanya auditor harus mengestimasi jumlah total rupiah dari pengecualian itu karena mereka
harus memutuskan apakah salah saji yang ada bersifat material. Ketika ingin mengetahui jumlah
salah saji, auditor akan menggunakan metode yang mengukur nilai rupiahnya, bukan tingkat
pengecualian.
Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk mengestimsi tingkat
pengecualian pada seluruh populasi yang merupakan (estimasi terbaik) auditor atas tingkat
pengecualian populasi. Istilah pengecualian harus dipahami sebagai perujukan yang mengacu
pada deviasi dari prosedur pengendalian klien maupun jumlah yang salah secara moneter yang
tidak benar, apakah hal tersebut itu disebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja
atau penyebab lain. Istilah deviasi khususnya merujuk pada penyimpangan dari pengendalian
yang ditetapkan.
94
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
Evaluasi hasil
12. Menggenaralisasikan sampel ke populasi
13. Menganalisis pengecualian
14. Menentikan akseptabilitas populasi
Tujuan dari pengujian harus ditetapkan dalam pengertian siklus transaksi apa yang akan diuji.
Biasanya auditor mengidentifikasi tujuan dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi untuk :
1. Menguji efektivitas pelaksanaan pengendalian internal
2. Menentukan apakah terdapat salah saji moneter dalam transaksi
Dalam pengambilan sampel audit yang diterapkan auditor merencanakan untuk menarik
kesimpulan mengenai suatu populasi berdasarkan pada suatu sampel. Auditor harus
memeriksa program audit dan memmilih prosedur audit dalam pengambilan sampel.
95
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
berdasarkan pada distribusi binomial yang mana setiap sampel yang mungkin dalamm populasi
memiliki kemungkinan satu atau dua nilai.
96
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ii
97
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
DAFTAR TABEL
Tabel 1......................................................................................... 43
Tabel 2......................................................................................... 43
Tabel 3......................................................................................... 68
Tabel 4......................................................................................... 82
98
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1..................................................................................... 20
Gambar 2..................................................................................... 60
Gambar 3..................................................................................... 81
99
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing ( Pemeriksaan Akuntansi ) oleh Kantor Akuntan Publik. Jilid
Satu
Arens, Et. Al, 2012. Auditing and Assurance Service, an Integrated Approach. Fourteen Edition,
England Pearson Education Limited.
Arens, Alvin A. Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2015. Auditing & Jasa Assurance Pendekatan
Terintegrasi. Edisi 15. Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Charoline Cheisviyanny dan Vanica Serly. 2015. Pemeriksaan Akuntansi. Padang : Sukabina Press
Elder, Randal J., Mark S. Beasley, Alvin A. Arens, dan Amir Abadi Jusuf. 2011. Jasa Audit dan
Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba Empat.
Sukrisno Agoes dam Estralita Trisnawati. 2014. Praktikum Audit. Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat.
100