Anda di halaman 1dari 100

MODUL PERKULIAHAN

AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)


Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

BAGIAN 1 : PROFESI AUDIT

Materi 1 - Permintaan Terhadap Jasa Audit dan Jasa Assurance Lainnya

Dalam Kegiatan Belajar 1 akan dijelaskan mengenai jasa audit dan jasa-jasa assurance
lain yang diberikan oleh auditor, serta peran auditor dalam masyarakat. Jasa-jasa ini memberikan
nilai dengan menawarkan assurance (kepastian) mengenai laporan keuangan, efektivitas,
pengendalian internal dan informasi lainnya.

Profesi auditor merupakan suatu pekerjaan yang dilandaskan pada pengetahuan yang
kompleks dan hanya dapat dilakukan oleh individu dengan kemampuan dan latar belakang
pendidikan tertentu. Salah satu tugas auditor dalam menjalankan profesinya yaitu untuk
menyediakan sebuah informasi yang sangat berguna bagi publik untuk suatu pengambilan
keputusan ekonomi.

Pengauditan (auditing) telah dikenal sejak lama, banyak bukti yang menunjukkan bahwa
pada sejak jaman kuno orang-orang telah mengenal dan melakukan auditing. Pelaksanaan
auditing dengan menggunakan auditor untuk meningkatkan keandalan suatu informasi keuangan.
Informasi keuangan yang dapat diandalkan sangatlah penting dalam lingkungan masyarakat
bisnis. Para investor membuat suatu keputusan untuk membeli atau menjual saham, pihak bank
memutuskan untuk menyetujui pinjaman, pemerintah memperoleh pajak dari laba perusahaan,
semuanya bergantung pada informasi yang disediakan oleh pihak lain. Oleh karena itu,
diperlukan adanya para auditor independen yaitu orang-orang yang memiliki kemampuan
profesional dan integritas yang dapat memberitahukan bahwa suatu informasi keuangan sebuah
perusahaan sudah disajikan dengan wajar dan sudah mencerminkan kondisi yang senyatanya
atau sebenarnya. Bagi perusahaan kecil yang berbentuk perseorangan, yang pemiliknya
merangkap sebagai pimpinan perusahaan, laporan keuangan biasanya hanya disajikan untuk
memenuhi kebutuhan pemilik perusahaan. Laporan keuangan tersebut digunakan oleh pemilik
untuk mengetahui hasil usaha dan posisi keuangan perusahaannya. Begitu pula untuk perusahaan
firma, laporan keuangan biasanya hanya dimanfaatkan oleh para sekutu, yang sekaligus sebagai

1
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

pemimpin perusahaan. Selama kedua bentuk badan usaha tersebut hanya menggunakan modal
yang berasal dari penyertaan pemilik, yang sekaligus menjadi pemimpin perusahaan, selama itu
pula laporan keuangan mereka hanya dibuat untuk memenuhi kepentingan intern saja, dalam
kondisi seperti ini jasa audit profesi akuntan publik belum diperlukan, baik oleh para pemimpin
perusahaan maupun oleh pihak luar perusahaan.

Pengertian Audit dan Akunting


Audit berfokus pada penentuan apakah informasi yang diberikan akunting mencerminkan dengan
tepat peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi selama periode akuntansi. Akuntansi adalah
pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran peristiwa ekonomi ekonomi dengan cara yang
logis yang bertujuan menyediakan informasi keuangan untuk mengambil keputusan.

Definisi Jasa Audit


Auditing : Pengumpulan dan evaluasi bukti untuk informasi untuk menentukan dan melaporkan
deraja kesesuaian antara informasi itu dan kriteri yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan
oleh orang yang kompeten dan independen.

Auditing menurut ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) adalah:


“Proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai
pernyataan tentang kejadian dan tindakan ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara
pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan untuk menyampaikan hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan”.

Menurut Randal J. Elder, Mark S. Beaslev, Alvin A. Arens, (2010:4)


“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and
report on the degree of correspondence between the information and eshtablished criteria.
Auditing should be done by a competent, independent person”.

2
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Dari definisi-definisi di atas, terlihat adanya tujuh hal yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan proses auditing, yaitu:
1. Proses yang sistematik
Pemeriksaan akuntan merupakan rangkaian proses dan prosedur yang logis, berkerangka dan
terorganisir.

2. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif


Dalam proses pemeriksaan, perolehan bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh
perusahaan dan mengevaluasinya tidak boleh berprasangka atau memihak.

3. Pernyataan tentang kejadian dan tindakan ekonomi


Dalam kaitannya dengan audit laporan keuangan, yang dimaksud dengan pernyataan dan
kejadian ekonomi adalah proses akuntansi. Proses akuntansi merupakan proses
pengidentifikasian, pengukuran dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam
satuan uang.

4. Tingkat kesesuaian
Tingkat kesesuaian pernyataan ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan harus dapat
dikuantitatifkan dan dikualitatifkan.

5. Kriteria yang ditetapkan


Kriteria yang ditetapkan sebagai dasar pengukur pernyataan berupa:
a. Peraturan yang ditetapkan.
b. Ukuran prestasi yang ditetapkan manajemen.
c. Prinsip akuntansi yang berlaku umum.

6. Penyampaian hasil
Penyampaian hasil audit sering disebut dengan pengesahan (attestation). Penyampaian hasil
ini umumnya dilakukan dalam bentuk laporan pemeriksaan akuntan (audit report).

3
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

7. Pemakai yang berkepentingan


Pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah investor dan calon investor;
kreditur dan calon kreditur; manajemen; pemerintah; dan atau organisasi buruh.

Dalam proses audit, setidaknya ada tiga pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu:
1. Pihak pertama: auditor.
2. Pihak kedua: auditee atau auditan atau entitas yang diaudit, biasanya diwakili oleh
manajemen dan karyawan pada perusahaan tersebut.
3. Pihak ketiga: pemegang saham atau entitas yang memerlukan pertanggungjawaban dari
entitas yang diaudit, biasanya diwakili oleh dewan komisaris.

Hubungan Auditing dengan Akuntansi


Tiga pernyataan berikut dapat menggambarkan hubungan antara auditing dengan akuntansi:
1. Auditing adalah suatu proses mengevaluasi informasi (yang tercantum di dalam laporan
keuangan) dan menghasilkan kesimpulan yang membandingkan antara fakta dan kriteria.
2. Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran dan penyampaian informasi
ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang serta disajikan dalam bentuk financial
statement.
3. Jadi auditing adalah proses pengevaluasian atau pemeriksaan atas informasi dalam laporan
keuangan, sebagai output akuntansi.

Jasa Yang Dihasilkan Oleh Profesi Akuntan Publik


Profesi akuntan publik memberikan berbagai jasa kepada masyarakat yang dapat digolongkan
menjadi beberapa jasa yaitu jasa penjaminan (assurance), jasa atestasi, dan jasa nonatestasi.
1. Jasa Assurance
Jasa penjaminan (assurance service) adalah jasa profesional independen yang mampu
meningkatkan mutu informasi, atau konteksnya, untuk kepentingan para pengambil keputusan
(Boynton, 2001). Para pengambil keputusan memerlukan informasi yang andal dan relevan
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Jasa assurance dapat disediakan oleh akuntan

4
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

public atau berbagai profesi lain. Contoh jasa assurance yang disediakan oleh profesi lain
adalah jasa pengujian berbagai produk oleh organisasi konsumen, jasa pemeringkatan televisi
(television rating), dan jasa pemeringkatan radio (radio rating). Pada definisi di atas, ada
beberapa aspek kunci yang dapat dibahas satu per satu agar kita dapat memahami jasa yang
sebetulnya diberikan oleh akuntan profesional kepada pengguna laporan keuangan. Salah satu
aspek kunci tersebut adalah konsep independensi. Aspek ini penting karena para pengguna
laporan keuangan sangat membutuhkannya untuk meyakinkan mereka atas keandalan laporan
keuangan. Pentingnya aspek ini juga karena akuntan publik yang menilai laporan keuangan
tidak memihak, baik manajemen maupun pengguna laporan keuangan. Keandalan laporan
keuangan yang dimaksud adalah penyajian yang jujur, netral, dan konsistensi antarperiode.
Sedangkan, relevansi yang dimaksud dalam konteks ini meliputi, laporan keuangan tersebut
dapat dipahami, dapat diperbandingkan, dapat digunakan, dan lengkap untuk proses
pengambilan keputusan bagi yang menggunakan.
Jasa assurance berbeda dengan jasa audit. Jasa audit diberikan oleh akuntan profesional untuk
menilai kewajaran laporan keuangan perusahaan, sehingga hanya berfokus kepada masalah
keuangan saja. Jasa assurance selain berfokus kepada masalah keuangan, jasa ini juga
berfokus kepada kaitan dengan lingkup luas informasi yang digunakan oleh para pengambil
keputusan. Jasa ini dimaksudkan untuk memberikan manfaat bagi para pengambil keputusan.
Beberapa contoh jasa assurance adalah sebagai berikut (Boynton, 2001).
a. Jasa penilaian risiko. Pada jasa ini akuntan publik dapat meningkatkan mutu informasi
risiko untuk para pengambil keputusan internal melalui penilaian independen terhadap
kemungkinan suatu peristiwa atau tindakan dapat berpengaruh buruk pada kemampuan
organisasi untuk mencapai tujuan bisnis serta melaksanakan strateginya dengan sukses.
b. Jasa penilaian kinerja. Jasa ini berfokus pada pemberian keyakinan berkenaan dengan
penggunaan ukuran-ukuran keuangan dan nonkeuangan oleh organisasi untuk
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi kegiatan.
c. Assurance perawatan lansia. Jasa ini merupakan jasa potensial yang para akuntan publik
dapat menyediakan jasa yang bernilai bagi anggota keluarga dengan cara memberikan
keyakinan bahwa tujuan pemeliharaan dapat tercapai untuk para anggota keluarga lanjut

5
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

usia yang tidak lagi dapat mandiri sepenuhnya. Tujuan jasa ini adalah untuk memberikan
keyakinan secara profesional, independen, dan objektif kepada pihak ketiga (anak, anggota
keluarga, atau pihak lain yang berkepentingan) bahwa kebutuhan para lansia dapat
terpenuhi.

Jasa Atestasi
Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan
kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal yang material, dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara
implisit yang dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan
keuangan historis, asersi merupakan pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU) (Mulyadi, 2001). Jasa atestasi profesi
akuntan publik dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu berikut ini :
a. Audit
Jasa audit mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan
historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Akuntan
publik yang memberikan jasa audit disebut dengan istilah auditor. Atas dasar audit yang
dilaksanakan terhadap laporan keuangan historis suatu entitas, auditor menyatakan suatu
pendapat terhadap apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua
hal yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha entitas sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.

Fokus utama dari audit adalah menyajikan suatu berkas laporan keuangan tahunan yang
menyertai suatu laporan audit tahunan kepada investor dan pengguna lain. Dalam
menghasilkan jasa audit ini, auditor memberikan keyakinan positif (positive assurance) atas
asersi yang dibuat oleh manajemen dalam laporan keuangan historis. Keyakinan (assurance)
menunjukkan tingkat kepastian yang dicapai dan yang ingin disampaikan oleh auditor bahwa
simpulannya yang dinyatakan dalam laporan adalah benar.

6
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

b. Pemeriksaan (examination)
Istilah pemeriksaan digunakan untuk menguraikan jasa lain yang muncul dalam pernyataan
positif suatu pendapat tentang kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Contoh pemeriksaan meliputi pemeriksaan (1) laporan keuangan
prospektif (bukan historis), (2) asersi manajemen tentang efektivitas struktur pengendalian
intern entitas,dan (3) kepatuhan entitas terhadap perundangan dan peraturan tertentu. Contoh
jasa pemeriksaan yang dilaksanakan oleh profesi akuntan publik adalah pemeriksaan terhadap
informasi keuangan prospektif dan pemeriksaan untuk menentukan kesesuaian pengendalian
intern suatu entitas dengan kriteria yang ditetapkan oleh instansi pemerintah atau badan
pengatur. Dalam menghasilkan jasa pemeriksaan, akuntan publik memberikan keyakinan
positif atas asersi yang dibuat oleh manajemen. Pemeriksaan yang dilaksanakan oleh profesi
akuntan publik terhadap laporan keuangan historis disebut dengan istilah audit, dan akuntan
publik yang menghasilkan jasa audit disebut dengan istilah pemeriksaan, dan akuntan publik
yang menghasilkan jasa pemeriksaan semacam ini disebut praktisi. Istilah audit dan auditor
khusus digunakan jika jasa profesi akuntan publik berkaitan dengan atestasi yang terkandung
dalam laporan keuangan historis.

c. Penelahaan (review)
Jasa review terdiri dari permintaan keterangan dari manajemen entitas serta analisis
komparatif atas informasi keuangan. Lingkup jasa ini kurang signifikan apabila dibandingkan
dengan jasa audit atau jasa pemeriksaan. Tujuan review adalah untuk memberikan keyakinan
negatif sebagai lawan dai pernyataan positif yang diberikan pada suatu audit. Keyakinan
negatif lebih rendah tingkatannya dibandingkan dengan keyakinan positif yang diberikan oleh
akuntan publik dalam jasa audit dan jasa pemeriksaan, karena lingkup prosedur yang
digunakan oleh akuntan publik dalam pengumpulan bukti lebih sempit dalam jasa review
dibandingkan dengan yang digunakan dalam jasa audit dan jasa pemeriksaan. Dalam
menghasilkan jasa audit dan pemeriksaan, akuntan publik melaksanakan berbagai prosedur
berikut ini. Inspeksi, observasi, konfirmasi, permintaan keterangan, pengusutan (tracing),
pemeriksaan bukti pendukung (vouching), pelaksanaan ulang (reforming), dan analisis.

7
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Dengan adanya dua prosedur (permintaan keterangan dan prosedur analitik) yang
dilaksanakan dalam jasa review, akuntan publik memberikan keyakinan negative atas asersi
yang dibuat oleh manajemen sehingga tingkat keyakinan yang diberikan oleh akuntan dalam
laporan hasil review lebih rendah dibandingkan dengan tingkat yang diberikan dalam jasa
audit dan pemeriksaan.

d. Prosedur yang disepakati


Jasa atestasi atas asersi manajemen dapat dilaksanakan oleh akuntan public berdasarkan
prosedur yang disepakati antara klien dengan akuntan publik. Sebagai contoh, klien dan
kantor KAP dapat membuat kesepakatan bahwa prosedur-prosedur tertentu hanya dapat
dilaksanakan pada elemen dan akun tertentu dalam laporan keuangan sebagai lawan dari
laporan keuangan secara keseluruhan. Untuk jenis jasa ini, kantor KAP dapat menerbitkan
suatu ringkasan temuan

Jenis-jenis Audit
Berdasarkan tujuan atau objek audit, audit dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Audit Umum/Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan
klien atas dasar prinsip akuntansi yang berlaku. Audit ini biasanya dilakukan oleh akuntan
publik (external auditor). Ukuran kesesuaian yang digunakan di sini adalah kewajaran
(fairness), misalnya kewajaran laporan keuangan yang diukur atas dasar prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan meliputi pemeriksaan atas aktivitas keuangan atau aktivitas operasi tertentu
untuk menentukan kesesuaiannya dengan kondisi atau aturan tertentu. Ukuran kesesuaian di
sini adalah ketepatan (correctness), misalnya ketepatan SPT-Tahunan dengan Undang-undang
Pajak Penghasilan.

8
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

3. Audit Operasional (Operational Audit)


Audit operasional merupakan pemeriksaan sistematis atas aktivitas operasional dalam
hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan pemeriksaan ini adalah:
a. Menilai prestasi.
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan.
c. Membuat rekomendasi untuk pengembangan dan tindakan lebih lanjut.

Audit operasional dapat dilakukan manajemen maupun oleh pihak ketiga. Ukuran kesesuaian
di sini adalah kedekatan (closeness), misalnya kedekatan antara realisasi dengan standar. Jenis
audit juga dapat diklasifikasi menjadi tiga jenis berdasarkan hubungan auditor dengan
auditee-nya, yaitu:
a. Auditor Internal (Internal Auditor)
Auditor internal adalah sebuah bagian fungsi yang independen dalam sebuah perusahaan
yang bertugas menguji dan mengevaluasi aktivitas perusahaan dan memberikan layanan
jasa audit kepada perusahaan tersebut. Audit yang boleh dilaksanakan oleh internal auditor
adalah compliance audit dan operational audit.
b. Auditor Eksternal (External Auditor)
Auditor eksternal adalah Certified Public Accountant (CPA) yang independen terhadap
perusahaan yang diaudit. Mereka menawarkan jasa audit berdasarkan suatu kontrak. Audit
yang boleh dilaksanakan oleh eksternal auditor adalah semua tipe audit.
c. Auditor Pemerintah (Government Auditor)
Auditor pemerintah adalah lembaga yang bertanggung jawab kepada pemerintah untuk
melakukan audit pada lembaga pemerintah atau BUMN dan BUMD.

Kebutuhan akan Auditing


Jasa auditing yang digunakan di kalangan pengusaha, pemerintah, dan lain-lain pada
hakikatnya adalah untuk mengurangi risiko informasi antara dua pihak yang berkepentingan.
Dalam hal ini adalah manajemen sebagai pembuat laporan dan user sebagai pemakai laporan.
Hal ini karena semakin kompleksnya kondisi masyarakat yang memungkinkan para pengambil

9
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

keputusan akan memperoleh informasi yang tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan
yang secara umum ditentukan oleh 4 hal yaitu:
a. Hubungan yang tidak dekat (Jauhnya sumber informasi) antara penerima dan pemberi
informasi.
b. Sikap memihak/bias dan motif lain yang melatarbelakangi pemberian informasi.
c. Data yang berlebihan
d. Transaksi pertukaran yang kompleks

Untuk menanggulangi risiko informasi tersebut ada tiga cara yang dapat dilaksanakan :
a. Verifikasi Informasi oleh pihak pemakai/pengguna informasi
b. Pengguna informasi menanggung risiko informasi secara bersama-sama dengan manajemen
c. Dilakukan audit atas Laporan Keuangan .

Pihak-Pihak Yang Berinteraksi Dengan Auditor


1. Manajemen
Dalam konteks audit, yang dimaksud manajemen meliputi pejabat pimpinan, kontroler, dan
para personil kinci perusahaan. Selama audit berlangsung, auditor sangat sering berhubungan
atau berinteraksi dengan manajemen. Untuk mendapatkan bukti yang diperlukan dalam suatu
audit, auditor sering kali meminta data perusahaan yang bersifat rahasia. Data seperti ini,
tentu disimpan oleh para manajemen tersebut. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi auditor
untuk menjalin hubungan baik dengan manajemen atas dasar saling percaya dan saling
menghormati (tanpa mengurangi professional skepticism).

2. Dewan Komisaris dan Komite Audit


Dewan Komisaris dan Komite Audit bertindak sebagai penengah antara auditor dan
manajemen. Fungsi dewan dan komite ini yang berhubungan langsung dengan akuntan publik
adalah:
a. Menunjuk kantor akuntan publik yang akan diberi penugasan audit.
b. Mendiskusikan lingkup audit dengan auditor

10
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

c. Mengundang auditor untuk mendiskusikan masalah-masalah yang timbul selama audit


berlangsung
d. Mereview laporan keuangan dan laporan auditor dengan auditor menjelang selesainya
penugasan audit.

3. Auditor Intern
Akuntan publik biasanya menjalin kerja sama dengan auditor intern pada perusahaan klien,
karena akuntan publik mempunyai kepentingan langsung dengan pekerjaan auditor intern
yang merupakan bagian dari pelaksanaan sistem pengendalian intern klien. Di samping itu,
auditor intern akan memberi bantuan langsung kepada akuntan publik dalam pelaksanaan
audit atas laporan keuangan. Pekerjaan auditor intern merupakan pelengkap bagi akuntan
publik.

4. Pemegang Saham
Para pemegang saham mengandalkan pada laporan keuangan yang telah diaudit untuk
mendapatkan keyakinan bahwa manajemen telah melaksanakan tanggung jawabnya dengan
baik. Oleh karena itu, auditor memiliki tanggung jawab yang penting terhadap mereka sebagai
pemakai utama laporan auditor.

Keterbatasan Audit Laporan Keuangan


1. Keterbatasan yang melekat pada laporan keuangan (adanya berbagai metode, adanya
pertimbangan tertentu dalam suatu kejadian atau transaksi, dan lain-lain)
2. Keterbatasan dalam pelaksanaan audit (misalnya: sampling bukti) sehingga dalam standar
hanya mengatakan “ ….bukti yang cukup …” bukan bukti yang menjamin 100% benar, dan
pendapat yang diberikan oleh akuntan publik adalah “wajar” bukan absolut benar (namun
akhir-akhir ini berkembang wacana dalam akuntansi adanya “true and fair value”).

11
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Materi 2 – Profesi Akuntan Publik (CPA)

Profesi berasal  dari kata latin profess yang berarti pengakuan atau pernyataan di muka
umum.Menurut Buchori dalam Harefa (1999) konsep profesi mengandung dua dimensi
pengertian. Dimensi pertama berkaitan dengan sifat kegiatan, di dalam dimensi ini dapat
dibedakan menjadi dua yaitu kegiatan mencari nafkah (occupation) dan kegiatan untuk
kesenangan semata-mata (hobi atau kegemaran). Dimensi kedua berkaitan dengan tingkat
kemahiran, yang dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu kegiatan yang dilakukan dengan tingkat
kemahiran yang sangat tinggi, kemahiran sedang, dan kemahiran rendah atau tidak memiliki
kemahiran sama sekali.
Dalam menjalankan profesinya, salah satu jasa yang diberikan oleh public adalah
memberikan jasa pemeriksaan laporan keuangan agar dapat dipergunakan oleh pihak – pihak
yang berkepentingan. Dalam melakukan pemeriksaan tersebut akuntan harus selalu berpedoman
pada tiga hal yakni : norma pemeriksaan akuntan, prinsip akuntansi Indonesia, kode etik profesi.
Norma pemeriksaan akuntan merupakan tolak ukur mutu pekerjaan akuntan. Prinsip akuntansi
Indonesia merupakan kriteria penilaian terhadap laporan keuangan yang diperiksa. Kode etik
harus pula dijunjung tinggi oleh kauntan agar jasanya dapat dipertanggung jawabkan dan
dipercaya oleh masyarakat. Berikut ini dikemukakan sekilas tentang kode etik tersebut.

Kantor Akuntan Publik (KAP)

Audit atas semua laporan keuangan yang bertujuan umum di Indonesia dilakukan oleh kantor
akuntan public (KAP) kecuali atas organisasi pemerintah tertentu. Hak legal untuk melakukan
audit diberikan kepada kantor akuntan publik oleh Menteri Keuangan. Kantor akuntan public
juga memberikan banyak jasa lain klien, seperti jasa pajak dan konsultasi.

Hanya kurang dari 500 kantor akuntan publik yang beroperasi di Indonesia (dibandingkan lebih
dari 45.000 kantor akuntan public beroperasi di Amerika Serikat yang besarnya berkisar 1 hingga
20.000 partner dan staf. Keempat KAP terbesar di Indonesia disebut kantor akuntan public
internasional “Empat Besar”, mereka Deloitte Touche Tohmatsu, Ernst & Young Global, KPMG
International dan PricewaterhouseCoopers. Keempat kantor ini memiliki cabang di seluruh
12
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

dunia. KAP empat besar ini mengaudit hampir semua perusahaan besar baik di Indonesia
maupun dunia serta juga banyak perusahaan yang lebih kecil juga.

Beberapa KAP disebut kantor akuntan publik internasional “Lapis Dua”, termasuk BDO Global,
Grant Thronton Internasional, RSM International, Praxity, Nexia International, Baker Tilly,
Horwarth International, dan Moore Stephens International. KAP-KAP tersebut besar akan tetapi
jauh lebih kecil daripada Empat Besar. Mereka memberikan jasa yang sama seperti KAP Empat
Besar dan bersaing secara langsung dengannya untuk mendapatkan klien. Beberapa kantor juga
berafiliasi dengan kantor-kantor kecil yang bertaraf internasional. Terdapat 40 kantor bertaraf
internasional yang di wakili oleh KAP di Indonesia.

Struktur Kantor Akuntan Publik (KAP)


Sesuai dengan PMK 17/2008, terdapat dua struktur organisasi bagi KAP.
Perusahaan perorangan (proprietorship) hanya kantor dengan pemilik tunggal yang dapat
beroperasi dalam bentuk ini. Semua kantor dengan pemilik tunggal diorganisasikan sebagai
perusahaan perorangan (proprietorship).
Persekutuan (partnership) bentuk organisasi ini sama seperti perusahaan perorangan, kecuali
bahwa bentuk ini menyangkut banyak pemilik.

E-Commerce dan Operasi KAP


KAP memanfaatkan internet untuk memasarkan jasa-jasanya, serta menyoroti hal-hal seperti,
lokasi kantor, lini-lini jasa, serta spesialisasi industri, dan menyediakan alat-alat serta bahan
acuan bagi klien yang sekarang maupun calon klien. Web site KAP menampilkan berita dan
bahasan mengenai masalah-masalah bisnis, seperti informasi terbaru tentang perubahan
peraturan perpajakan. Dengan berlangganan database online, para akuntan dapat selalu
mengetahui informasi tentang perusahaan dan perkembangan industri tertentu serta memperoleh
data industri terbaru yang berguna untuk keperluan auditing dan konsultasi.

13
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Sarbanes-Oxley Act dan Public Company Accounting Oversight Board


Sarbanes-Oxley Act disahkan pada tanggal 30 Juli 2002 Sarbanes-Oxley Act membentuk Public
Company Accounting Oversight Board (PCAOB). PCAOB bertanggung jawab atas standar
auditng untuk perusahaan terbuka, sedangkan ASB terus menyediakan standar-standar auditing
bagi perusahaan swasta.

Securities and Exchange Commission


Securities and Exchange Commission (SEC) adalah badan pemerintah federal yang membantu
menyediakan informasi yang andal bagi investor untuk keputusan investasi. Securities Act tahun
1933 dan 1934 mensyaratkan laporan keuangan yang disertai dengan pendapat akuntan publik
independen sebagai bagian dari laporan registrasi dan laporan-laporan berikutnya. Hal terpenting
dari laporan-laporan ini, yaitu:
a. Formulir S-1
b. Formulir 8-K
c. Formulir 10-K
d. Formulir 10-Q
Peran SEC yaitu menetapkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) dan
persyaratan pengungkapan bagi laporan keuangan karena kewenangannya menetapkan
persyaratan pelaporan yang dianggap perlu demi wajarnya pengungkapan kepada investor.
Kewenangan SEC adalah menetapkan aturan bagi setiap akuntan publik yang terkait dengan
laporan keuangan yang telah diaudit yang diserahkan kepada komisi ini.

American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)


Institute of Certified Public Accountants (AICPA) adalah organisasi profesi nasional yang
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap para akuntan public (CPA) yang mendapat lisensi
dari negara bagian tempat mereka berpraktik. AICPA memiliki kewenangan untuk menetapkan
standar dan pembuat aturan dalam lima bidang utama berikut ini:
a. Standar auditing
b. Standar kompilasi dan review

14
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

c. Standar atestasi lainnya


d. Standar konsultasi
e. Kode Perilaku Profesional

Fungsi-Fungsi AICPA:
a. menetapakan persyaratan profesional bagi para CPA
b. melakukan riset
c. mempublikasikan berbagai bahan
d. mempromosikan profesi akuntansi
e. menyusun dan memberi nilai dalam CPA Examination
f. mengadakan banyak seminar
g. memberikan berbagai bantuan pendidikan
h. memberikan bahan-bahan referensi dalam perpustakaan online CPExpress.

AICPA Practice Section


AICPA telah membentuk dua seksi praktik (practice sections): Centre for Public Company Audit
Firms (CPCAF) Private Companies Practice Sections (PCPS), yang juga disebut sebagai AICPA
Alliance for CPA Firms. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas praktik oleh KAP
sesuai dengan standar pengendalian mutu AICPA

Peer Review
Pemantauan praktik, yang juga dikenal sebagai peer review, adalah review, oleh akuntan publik,
atas ketaatan KAP pada sistem pengendalian mutu kantor itu sendiri. Tujuan peer review adalah
untuk menentukan dan melaporkan apakah KAP yang direview itu telah mengembangkan
kebijakan dan prosedur yang memadai bagi kelima unsur pengendalian mutu, dan mengikuti
kebijakan serta prosedur itu dalam praktik. Kedua program pemantauan praktik yang telah
disetujui AICPA :
a. Centre For Public Company Audit Firms Peer Review Program
b. AICPA Peer Review Program.

15
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Peran Profesi Akuntan Publik Dalam Perekonomian Negara


Profesi akuntan publik dalam perekonomian negara memiliki manfaat ekonomik. Manfaat
ekonomik auditing adalah hal-hal sebagai berikut :
1. Akses ke Pasar Modal
Agar dapat mencatatkan sahamnya sebelum diperdagangkan di pasar modal, perusahaan harus
memenuhi ketentuan hukum persyaratan audit terlebih dahulu. Perusahaan yang tidak diaudit
tidak dapat mencatatkan sahamnya di pasar modal.

2. Kos (Cost) Modal yang Lebih Rendah


Penurunan risiko informasi karena dilakukannya audit dapat menurunkan tingkat bunga
pinjaman oleh bank sehingga kos modal menjadi lebih rendah. Dari sudut pandang investor,
investor mau menerima tingkat pengembalian (return) yang lebih rendah apabila mereka
mempercayai informasi keuangan perusahaan. Kepercayaan itu diperoleh dengan
menyediakan informasi yang berkualitas dan andal, yaitu informasi keuangan yang telah
diaudit.

3. Penangguhan Ketidakefisienan dan Kecurangan


Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa para pegawai menjadi lebih berhati-hati dan
berusaha sedikit mungkin melakukan kesalahan dalam melaksanakan fungsi akuntansi dan
pengelolaan aset apabila perusahaan tersebut hendak diaudit. Oleh karena itu, audit dapat
mendorong peningkatan kualitas kerja dan keandalan informasi yang disediakan oleh
pegawai, dan ini juga mampu menekan tindakan-tindakan kecurangan.

4. Peningkatan Pengendalian dan Operasional


Pada akhir dilaksanakannya audit, seringkali auditor menyediakan saran-saran untuk
meningkatkan pengendalian serta mencapai efisiensi operasi yang lebih tinggi dalam
organisasi klien dan manfaat ekonomi ini menjadi sangat bernilai bagi perusahaan-perusahaan
skala kecil dan menengah.

16
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Materi 3 – Etika Profesi

Apakah Etika itu?

Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-
nilai Masing-masing kita memiliki seperangkat nilai meskipun kita mungkin belum meyakininya
secara nyata. Para filsuf, organisasi keagamaan, dan kelompok-kelompok lainnya telah
mendefinisikan etika dalam berbagai prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang ideal.

Merupakan hal umum bila setiap orang memiliki perbedaan dalam prinsip moral dan nilai
serta kepentingan relative yang terkait dengan prinsip-prinsip tersebut. Perbedaan ini merupakan
gambaran dari pengalaman hidup, kesuksesan dan kegagalan, serta pengaruh dari orang tua,
guru, dan teman-teman.

Kebutuhan akan etika


Perilaku beretika merupakan hal yang penting bagi masyarakat agar kehidupan berjalan
dengan tertib. Hal ini sangat beralasan karena etika merupakan perekat untuk menyatukan
masyarakat. Bayangkan apa yang terjadi bila kita tidak dapat mempercayai orang lain yang
berhubungan dengan kita untuk berlaku jujur jika para orang tua, guru, karyawan, saudara
kandung, rekan kerja, dan teman kita terus menerus berbohong maka hampir tidak mungkin kita
dapat melakukan komunikasi yang efektif.

Mengapa orang-orang berlaku tidak etis


Kebanyakan orang mendefinisikan perilaku tidak etis sebagai perilaku yang menyimpang
dari pada mereka yakini sebagai perilaku yang patut dalam lingkungan mereka. masing-masing
menentukan bagi diri sendiri mana yang merupakan perilaku tidak etis, baik terhadap diri sendiri
maupun orang lain. Dengan demikian, penting untuk memahami apa yang menyebabkan orang-
orang berperilaku tidak etis. Ada dua alasan utama yang menjadi penyebab orang berperilaku
tidak etis. Kedua alasan tersebut adalah standar etika orang tersebut berbeda dari etika
masyarakat secara umum, atau orang tersebut memilih untuk berlaku egois. Sering kali,
keduanya muncul menjadi penyebab perilaku tidak etis.

17
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum


Banyak contoh perilaku menyimpang, misalnya ketika orang yang tidak jujur dalam
melaporkan pajak mereka, memperlakukan orang lain tidak baik, berbohong ketika melamar
pekerjaan, atau karyawan yang tidak menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, yang pada
umumnya mayoritas orang akan menganggap hal tersebut sebagai perilaku tidak etis. Jika orang
lain yang memutuskan bahwa perilaku tersebut merupakan perilaku yang etis dan dapat diterima,
maka hal ini menandakan adanya konflik nilai-nilai etika yang perlu ditangani.

Orang yang memilih untuk berlaku egois


Sebagian besar perilaku tidak etis adalah hasil dari sikap yang egois. Skandal-skandal
politik berasal dari keinginan untuk memiliki kekuatan politik, kecurangan dalam melaporkan
pajak dan pelaporan biaya didorong oleh keserakahan finansial, melakukan pekerjaan di bawah
standar kemampuan yang dimiliki dan berlaku curang ketika mengikuti ujian biasanya muncul
karena kemalasan. Orang yang melakukan perbuatan tidak etis tersebut mengetahui bahwa
perbuatannya menyimpang, namun ia memeilih untuk melakukan penyimpangan tersebut karena
diperlukan pengorbanan pribadi untuk bertindak sesuai dengan etika.

Dilema Etika
Dilema etika adalah Situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus membuat keputusan
tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk dilakukannya.
Rasionalisasi perilaku tidak etis.
a. Setiap orang melakukannya.
b. Jika merupakan hal yang sah menurut hukum, hal itu etis.
c. Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya.

Beberapa hal yang bisa menyelesaikan dilema etika


a. Memperoleh fakta yang relevan
b. Mengidentifikasikan isu etika berdasarkan fakta tersebut

18
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

c. Menentukan siapa yang akan terkena pengaruh dari keluaran (outcome) dilemma tersebut dan
bagaimana cara setiap pribadi atau kelompok itu dipengaruhi.
d. Mengidentifikasikan berbagai alternatif yang tersedia bagi pribadi yang harus menyelesaikan
dilema tersebut.
e. Mengidentifikasikan konsekuensi yang mungkin terjadi pada setiap alternative.
f. Memutuskan tindakan yang tepat untuk dilakukan

Kebutuhan Khusus Akan Kode Etik Profesi


Para profesional diharapkan memiliki kepatutan dalan berperilaku yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kebanyakan orang pada umumnya. Istilah professional berarti tanggung
jawab untuk berperilaku lebih dari sekadar memenuhi tanggung jawab secara individu dan
ketentuan dalam peraturan dan hokum di masyarakat. Seorang akuntan publik, sebagai seorang
professional, harus menyadari adanya tanggung jawab pada publik, pada klien, dan pada sesama
rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, bahkan jika hal tersebut berarti harus
melakukan pengorbanan atas kepentingan pribadi.
Alasan adanya harapan yang begitu tinggi pada penerapan etika bagi para professional
adalah kebutuhan akan kepercayaan publik dalam kualitas pelayanan yang diberikan oleh
professional tersebut, bagaimanapun individu-individu yang memberikan jasa tersebut. Bagi
profesi akuntan publik, merupakan hal yang penting bahwa klien dan pihak-pihak eksternal
pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan dalam kualitas audit dan jasa lainnya
yang diberikan oleh akuntan publik tersebut. Jika para pengguna jasa tidak memiliki kepercayaan
pada para tenaga medis, hakim, atau akuntan publik, maka para professional tersebut akan
kehilangan kemampuan untuk melayani klien dan juga masyarakat umum secara efektif.
Kepercayaan publik terhadap kualitas jasa professional yang diberikan akan meningkat bila
profesi mendorong diterapkannya standar kinerja dan standar perilaku yang tinggi bagi para
praktisinya.

19
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Perbedaan antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan Profesional lainnya


KAP memiliki hubungan yang berbeda dengan para pengguna laporan keuangan
dibandingkan dengan hubungan mayoritas profesi lainnya terhadap klien mereka. KAP
ditugasskan oleh manajemen untuk perusahaan perseorangan, atau oleh komite audit untuk
perusahaan publik, dan dibayar oleh perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, namun
penerima manfaat utama dari jasa audit tersebut adalah para pengguna laporan keuangan.
Merupakan hal yang penting bagi para pengguna laporan keuangan untuk memandang
KAP sebagai pemberi jasa yang kompeten dan objektif. Jika para pengguna yakin bahwa KAP
tidak memberikan pelayanan yang bernilai (mengurangi risiko informasi), maka nilai jasa audit
atau jasa astetasi lainnya yang diberikan oleh KAP tersebut akan menurun sehingga permintaan
akan jasa-jasa tersebut dengan demikian akan menurun. Oleh karena itu, terdapat motivasi yang
besar bagi KAP untuk melakukan tingkat profesionalisme yang tinggi.
Berbagai cara untuk meningkatkan semangat Akuntan Publik agar bertindak secara
professional.
Gambar 1

20
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Cara-cara yang Dilakukan Akuntan Publik untuk Berlaku Profesional


Dua faktor penting yang berpengaruh bagi profesi akuntan publik di Indonesia adalah
Kode Etik IAPI dan Kementrian Keuangan dan Bapepam LK. Kode etik dimaksudkan untuk
memberikan standar perilaku bagi seluruh anggota IAPI. Bapepam-LK berwenang untuk
menetapkan standar etika dan independensi bagi para auditor perusahaan publik.

Kode Etik Profesi AICPA (American Institute of Certified Public Accountants)


Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia Kode Etik Akuntan Indonesia mempunyai struktur seperti kode etik AICPA yang
meliputi prinsip etika, aturan etika dan interpretasi aturan etika yang diikuti dengan tanya jawab
dalam kaitannya dengan interpretasi aturan etika.
Prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan meliputi menurut AICPA sebagai berikut :
1. Tanggung jawab profesi
dalam melaksanakan tanggung jawab mereka sebagai professional, anggota harus menerapkan
penilaian professional dan moral yang sensitive dalam segala kegiatannya.
2. Kepentingan public
anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak dengan cara yang dapat melayani
kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen terhadap
profesionalisme.
3. Integritas
untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat, anggota harus melakukan
semua tanggung jawab professional dengan integritas tertinggi.
4. Obyektifitas
Seorang anggota harus mempertahankan objectivitas dan bebas dari konflik kepentingan
dalam melaksanakan tanggung jawab professional. Seorang anggota dalam praktik publik
harus independen dalam penyajian fakta dan tampilan ketika memberikan layanan audit dan
jasaatestasi lainnya.

21
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

5. Due Care
seorang anggota harus mematuhi standar teknis dan etis profesi, berusaha terus menerus untuk
menigkatkan kompetensi dan layanan dalam melaksanakan tanggung jawab professional
dengan kemampuan terbaik yang dimiliki anggota.
6. Sifat dan Cakupan Layanan
seorang anggota dalam praktik publik harus memerhatikan Prinsip-prinsip dari Kode Etik
Profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan disediakan.

Peraturan Etika melibatkan peraturan eksplisit yang harus dipatuhi oleh semua akuntan
publik dalam berpraktek. Perbedaan antara standar etika dalam Prinsip dengan standar etika
dalam Peraturan Etika. Interpretasi peraturan etika, yaitu peraturan yang spesifik yang secara
formal tidak harus dipatuhi, tetapi penyimpangan dari interpretasi ini akan menimbulkan
kesulitan.
Kaidah etika adalah rangkaian penjelasan oleh komite eksekutif pada divisi etika
profesional tentang situasi spesifik yang nyata (specific factual cicumstances). Penjelasan oleh
komite eksekutif dari divisi etika profesional tentang situasi factual khusus. Sejumlah besar
kaidah etika dipublikasikan dalam versi yang diperluas dari kode perilaku profesional AICPA
(Arens et al. 2008. Kaidah etika merupakan publikasi penjelasan serta beragam jawaban atas
pertanyaan tentang peraturan etika yang disampaikan pada AICPA oleh para praktisi serta pihak
lain yang tertarik akan ketentuan-ketentuan etika.

Independensi
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional
Akuantan Publik yang ditetapkan olh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi :
a. Independensi dalam fakta : Auditor benar-benar mempertahankan perilaku yang tidak bias
(independen) disepanjang audit.
b. Independensi dalam penampilan : Pemakai laporan keuangan memiliki kepercayaan atas
independensi tsb.

22
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

c. Independen berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak
tergantung pada orang lain. Tiga aspek dalam independensi auditor, yaitu:

Hal yang dapat mempengaruhi independensi dan objektivitas seorang auditor seperti :
1. Hubungan keuangan dengan klien;
2. Kedudukan dalam perusahaan yang diaudit;
3. Keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai dan tidak konsisten;
4. Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit;
5. Hubungan keluarga dan pribadi;
6. Imbalan atas jasa profesional;
7. Penerimaan barang atau jasa dari klien;
8. Pemberian barang atau jasa kepada klien.

Revisi dari Persyaratan Independensi Auditor SEC :


a. Untuk Kepentingan Kepemilikan
b. Untuk TI dan Jasa Non Audit lainnya

Dewan Standar Independen (Independence Standards Board/ISB) memberikan rangka kerja


konseptual bagi masalah independensi yang berhubungan dengan audit perusahaan public.
Komite Audit adalah sejumlah anggota terpilih dari Dewan Direksi yang bertanggungjawab
membantu Auditor untuk tetap independen dari manajemen. Berbelanja untuk Prinsip Akuntansi.
Persetujuan Auditor oleh Pemegang Saham yaitu pemilihan KAP baru atau melanjutkan KAP
yang ada melalui persetujuan pemegang saham. Serta penugasan dan Pembayaran Fee Audit oleh
Manajemen.

Peraturan Independensi Perilaku dan Interpretasi


a. Kepentingan Keuangan
Anggota yang tercakup, Kepentingan Keuangan Langsung versus Kepentingan Keuangan
Tidak Langsung, dan Material atau Tidak Material.

23
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

b. Berbagai Isu Kepentingan Keuangan yang Saling Terkait


Para mantan praktisi, Prosedur kredit normal, Kepentingan keuangan dari keluarga terdekat,
Bersama-sama memiliki hubungan sebagai penanam modal atau penerima modal klien,
Direktur, Pejabat, Manajemen atau Pegawai sebuah perusahaan.

Peraturan Etika Lainnya


a. Integritas dan Obyektivitas
b. Standar Teknis
c. Kerahasiaan
 Kebutuhan atas Kerahasiaan
 Pengecualian atas Kerahasiaan
 Kewajiban yang berhubungan dengan standar teknis
 Panggilan Pengadilan
 Peer Review
 Respon kepada Divisi Etika
d. Fee Kontinjen (Contingent Fee)
e. Tindakan yang Bisa Didiskreditkan
 Retensi dari catatan klien
 Diskriminasi dan gangguan dalam praktek karyawan
 Standar atas audit pemerintah dan persyaratan badan dan agensi pemerintah
 Kelalaian dalam persiapan laporan atau catatan keuangan
 Kegagalan mengikuti persyaratan dari badan pemerintah, komisi atau agen regulasi lainnya
 Permohonan atau pengungkapan dan jawaban ujian akuntan public
 Kegagalan memasukkan pajak penghasilan atau pembayaran kewajiban pajak
f. Periklanan dan Permohonan
g. Komisi dan Fee Penyerahan
h. Bentuk dan Nama Organisasi

24
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Penegakan Hukum
Timbul karena adanya kegagalan untuk mengikuti peraturan Kode Etik
a. Tindakan oleh Divisi Etika Profesional AICPA
Divisi Etika Profesional AICPA bertanggungjawab untuk menyelidiki pelanggaran lain atas
Kode dan menentukan disiplin
b. Tindakan oleh Dewan Akuntansi Negara Bagian

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia


Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi untuk mengatur perilaku anggotanya dalam
menjalankan praktek profesinya bagi masyarakat. Etika profesional bagi praktek akuntan di
Indonesia disebut dengan istilah kode etik dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
sebagai organisasi profesi akuntan.(ditambahkan dengan NPA & SPAP).

Akuntan Publik dan Auditor Independen


Kantor akuntan publik merupakan tempat penyediaan jasa oleh profesi akuntan publik
bagi masyarakat berdasarkan SPAP. Kantor akuntan publik dapat menyediakan jasa: (1) audit
atas laporan historis, (2) atestasi atas laporan keuangan prospektif atau asersi lain, (3) jasa
akuntansi dan review, (4) jasa konsultasi. Perlu dibedakan istilah akuntan publik dan auditor
independen.
Akuntan publik menyediakan berbagai jasa yang diatur SPAP (auditing, atestasi,
akuntansi dan review, dan jasa akuntasi).Auditor independen menyediakan jasa audit atas dasar
standar auditing yang tercantum pada SPAP. Perbedaan Akuntan Publik, Auditor dan Praktisi
ditinjau dari perannya masing-masing dalam Kantor Akuntan Publik (Sumber : Mulyadi, 2000).

25
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

BAGIAN 2 : PROSES AUDIT

Materi 4 – Tujuan dan Tanggung Jawab Audit

Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk
menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit:


1. Laporan keuangan
2. Siklus laporan keuangan
3. asersi manajemen atas akun-akun
4. tujuan umum audit untuk golongan transaksi dan saldo akun
5. tujuan spesifik audit untuk golongan transaksi dan saldo akun

Tanggung jawab manajemen: menentukan kebijakan akuntansi yang sehat, menjalankan


sistem pengendalian intern yang baik, membuat penyajian yang wajar dalam laporan keuangan.
Tanggung jawab auditor: melakukan verifikasi atas laporan keuangan, menemukan
kekeliruan,ketidakberesan, dan unsur pelanggaran hukum yang material. Kekeliruan (errors):
salah saji yang tidak disengaja. Ketidakberesan (irregularities): salah saji yang disengaja.
Kecurangan manajemen dapat berupa: penghilangan transaksi atau pengungkapan,
penghilangan angka, atau salah saji angka yang dicatat.
Kecurangan manajemen sulit diungkapkan karena:
1. ada kemungkinan bahwa salah satu atau beberapa anggota manajemen mengabaikan
pengendalian intern.
2. adanya usaha manajemen untuk menyembunyikan salah saji tersebut.
Kecurangan pegawai dapat berupa: persekongkolan beberapa karyawan yang menyangkut
pemalsuan dokumen.
26
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Unsur pelanggaran hukum (PSA 31/SA37): pelanggaran hukum atau peraturan perundang-
undangan selain ketidakberesan.
Contoh:
1. pelanggaran terhadap undang-undang pajak.
2. pelanggaran terhaap undang-undang lingkungan hidup.

Siklus Laporan Keuangan


Audit dilakukan dengan membagi laporan keuangan menjadi segmen atau komponen yang lebih
kecil, untuk memudahkan pelaksanaan audit dan membantu pembagian tugas kepada anggota tim
audit. Cara lebih umum dalam segmentasi audit adalah pendekatan siklus, yaitu menempatkan
jenis-jenis transaksi dan saldo akun yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya dalam
segmen yang sama, kemudian mengaitkan siklus-siklus tersebut.

Menetapkan tujuan audit


Auditor melakukan audit sesuai dengan pendekatan siklus dengan melaksanakan pengujian audit
atas transaksi yang membentuk saldo akhir dan juga melaksanakan pengujian audit atas saldo
akun itu sendiri. Cara yang paling efisien untuk melakukan audit adalah mendapatkan keyakinan
gabungan untuk setiap golongan transaksi dan saldo akhir dari akun terkait. Untuk jenis transaksi
tertentu, terdapat beberapa tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum auditor menyimpulkan
bahwa jumlah total telah disajikan secara wajar (tujuan audit berkait-transaksi/transaction-related
audit objectives) Dan terdapat beberapa tujuan audit yang harus dipenuhi untuk setiap saldo akun
(tujuan audit berkait saldo/ balance-related audit objectives).

Asersi Manajemen
Adalah pernyataan yang tersirat atau yang dinyatakan dengan jelas oleh manajemen mengenai
jenis transaksi dan akun terkait dalam laporan keuangan. PSA 07 (SA 326) menggolongkan lima
kategori asersi:
1. Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian.

27
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

berkaitan dengan apakah aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-
benar ada pada tanggal neraca serta apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam
laporan laba rugi benar-benar terjadi selama periode akuntansi.
2. Asersi mengenai kelengkapan.
apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya ada dalam laporan keuangan dimasukkan.
Asersi kelengkapan berlawanan dengan asersi eksistensi (keberadaan) atau keterjadian. Asersi
kelengkapan berkaitan dengan kemungkinan hilangnya hal-hal yang harus dicantumkan alam
laporan keuangan, sedangkan asersi eksistensi atau keterjadian berkaitan dengan penyebutan
angka yang seharusnya tidak dimasukkan.
3. Asersi mengenai hak dan kewajiban.
Berhubungan dengan apakah aktiva memang menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi
kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.
4. Asersi mengenai penilaian dan alokasi.
Menyangkut masalah apakah aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, atau beban telah
dimasukkan ke dalam laporan keuangan dengan angka-angka yang wajar.
5. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan.
Menyangkut masalah apakah komponen-komponen dalam laporan keuangan diklasifikasikan,
dijelaskan, dan diungkapkan dengan sepantasnya.

Tujuan audit umum berkait-transaksi


Berfungsi sebagai kerangka kerja bagi auditor dalam mengumpulkan bahan bukti kompeten yang
cukup dibutuhkan oleh standar pekerjaan lapangan ketiga dan memutuskan bahan bukti yang
pantas untuk dikumpulkan sesuai dengan penugasan.

Enam tujuan audit umum berkait-transaksi:


1. Eksistensi-transaksi yang tercatat memang eksis.
2. Kelengkapan-transaksi yang ada telah dicatat semuanya.
3. Akurasi-transaksi yang tercatat disajikan pada nilai yang benar.
4. Klasifikasi-transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat.

28
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

5. Saat pencatatan-transaksi dicatat pada tanggal yang benar.


6. Posting pengikhtisaran-transaksi yang tercatat secara tepat dimasukkan dalam berkas induk
dan diikhtisarkan dengan benar.

Tujuan audit spesifik berkait-transaksi


Yaitu penerapan tujuan audit umum berkait-transaksi ke setiap jenis golongan transaksi yang
material dalam audit, seperti penjualan, penerimaan kas, perolehan barang dan jasa, penggajian,
dsb.

Tujuan audit umum berkait-saldo


Tujuan ini mengikuti asersi manajemen dan memberikan kerangka kerja untuk membantu
auditor mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup.

Sembilan tujuan audit umum berkait-saldo:


1. Eksistensi: angka-angka yang dicantumkan memang eksis.
2. Kelengkapan: angka-angka yang ada telah dimasukkan seluruhnya.
3. Akurasi: jumlah yang ada disajikan pada jumlah yang benar.
4. Klasifikasi: angka-angka yang dimasukkan didaftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat.
5. Pisah batas: transaksi-transaksi yang dekat dengan tanggal neraca dicatat dalam periode yang
tepat.
6. Kecocokkan rincian: rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar
tambahan, dijumlah ke bawah benar dalam saldo akun, dan sesuai dengan jumlah dalam buku
besar.
7. Nilai realisasi: aktiva dinyatakan pada jumlah yang diestimasi dapat direalisasi.
8. Hak dan kewajiban: aktiva harus dipunyai sebelum dapat dicantumkan dalam laporan
keuangan, dan kewajiban harus sudah menjadi milik entitas.
9. Penyajian dan pengungkapan: saldo akun dan persyaratan pengungkapan yang berkaitan telah
disajikan dengan pantas dalam laporan keuangan.

29
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Materi 5 – Bukti Audit

Pengertian Bahan Bukti:


Informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi kuantitatif yang sedang
diaudit disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Cakupan Bahan Bukti:


1. Bahan bukti mencakup informasi yang meyakinkan seperti perhitungan auditor atas efek-efek
(marketable securities)
2. Informasi yang kurang meyakinkan seperti jawaban pegawai perusahaan atas pertanyaan yang
diajukan.

Sifat dan Keputusan Bukti Audit


Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor dalam pembuatan kesimpulan
(opini), serta informasi yang mendukung data-data yang disajikan dalam laporan keuangan, yang
terdiri dari data akutansi dan informasi pendukung lainnya yang dapat digunakan oleh auditor
sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Bukti audit terdiri atas data akuntansi dan informasi pendukung lainnya, yang digunakan auditor
sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan leuangan tersebut.

Adapun jenis bukti audit yang diperlukan oleh seorang auditor terdiri dari :
a. Bukti dari data akuntansi
 Jurnal, buku besar, buku pembantu
 Pedoman akuntansi terkait
 Informasi dan catatan memorandum ( Kertas kerja perhitungan-perhitungan, rekonsiliasi)

b. Bukti pendukung lainnya :


 Dokumen-dokumen (cek, faktur, perjanjian, kontrak, dll)
 Konfirmasi dan pernyataan tertulis

30
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

 Informasi dari wawancara, observasi, inspeksi dan pemeriksaan fisik.

Berbagai keputusan Bukti Audit


Bukti audit yang kompeten cukup harus diperoleh melalui inspeksi pengamatan, pengajuan
pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang di audit. Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis
dan jumlah bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yang
memadai yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yang memadai
bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan yang telah
disajikan dengan wajar.
Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah kedalam 4
(empat) sub keputusan berikut ini. Adappun 4 (empat) keputusan mengenai bukti apa yang harus
dikumpulkan dan berapa banyak :
a. Prosedur audit yang akan digunakan
b. Berapa ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur tersebut.
c. Item-item mana yang akan dipilih dari populasi
d. Kapan melaksanakan prosedur audit.

Persuasivitas Bukti Audit


Dua penentu persuasivitas bukti audit adalah kompetensi dan kecukupan yang langsung
diambil dari standar pekerjaan lapangan ketiga. Kompetensi bukti merujuk pada tingkat dimana
bukti tersebut dianggap dapat dipercaya atau diyakini kebenarannya. Jika bukti audit dianggap
memiliki kompetensi yang tinggi, maka bantuan bukti audit tersebut untuk meyakinkan auditor
bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar sangatlah besar.
Tingkat kompetensi bukti hanya berkaitan dengan prosedur-prosedur audit yang terseleksi.
Tingkat kompetensi tidak dapat ditingkatkan dengan cara mempebesar ukuran sampel atau
mengambil item-item lainnya dari suatu populasi. Tingkat kompetensi hanya dapat diperbesar
dengan memilih berbagai prosedur yang mengandung tingkat kualitas yang lebih tinggi atas satu
atau lebih dari ketujuh karakteristik kompetensi bukti audit berikut ini :

31
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Faktor – faktor yang menentukan tingkat persuasive bahan bukti audit adalah :
a. Tingkat Kompetensi (competency)
Tingkat kompetensi mencerminkan sejauh mana bukti audit dapat dipercaya. Jika suatu bukti
audit dianggap sangat berkompeten maka bukti audit tersebut akan sangat membantu auditor
dalam menyusun temuan audit dan memberikan opini audit. Tingkat kompetensi bukti audit
dapat ditingkatkan dengan memilih prosedur audit yang mengandung satu atau lebih dari 7
(tujuh) karakteristik bukti audit yang kompeten, yaitu :
 Relevansi
 Tingkat independensi penyedia informasi
 Tingkat efektivitas pengendalian intern dari auditan
 Pengetahuan lagsung dari auditor
 Tingkat obyektivitas
 Ketepatan waktu.

b. Tingkat Kecukupan (sufficiency) , merupakan tingkat kecukupan bahan bukti diukur dari
jumlah sampel yang diambil oleh auditor. Ada 2 faktor yang menentukan jumlah sampel yang
memadai dalam audit, yaitu :
 Perkiraan auditor akan terjadinya salah saji, dan
 Efektifitas dari pengendalian intern auditor.

Persuasivitas dan Biaya


Dalam membuat berbagai keputusan tentang bukti audit pada suatu proses audit, baik
persuasivitas maupun biaya harus turut dipertimbangkan. Sangatlah jarang terjadi ketika hanya
satu jenis bukti audit saja yang tersedia untuk memverifikasi informasi. Persuasivitas dan biaya
dari semua alternative harus masuk dalam pertimbangan auditor sebelum memilih suatu atau
beberapa jenis bukti audit yang terbaik. Tujuan auditor adalah memperoleh sejumlah bukti audit
yang cukup kompeten pada tingkat biaya terendah yang paling mungkin dicapai.
Dalam menentukan prosedur-prosedur audit manakah yang akan digunakan, auditor dapat

32
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

memilih dari ketujuh ketegori umum bukti. Kategori-kategori ini dikenal sebagai jenis-jenis
bukti audit. Adapaun prosedur audit yang digunakan adalah sebagai berikut :

Setiap prosedur audit mendapat satu atau lebih jenis – jenis bukti audit, sebagai berikut :
a. Pemeriksaan fisik (physical examinantion)
b. Konfirmasi (confirmation)
c. Dokumentasi (documentation)
d. Prosedur analitis (analytical procedures)
e. Wawancanra dengan klien (inquiries of the client)
f. Rekalkulasi (recalculation)
g. Pelaksanaan kembali (reperformance)
h. Obsevasi (observation)

Jenis Bukti Audit


Struktur Pengendalian Intern
Struktur pengendalian intern dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan dapat
dipercayainya data akuntansi. Kuat dan lemahnya struktur pengendalian intern merupakan
indikator utama untuk menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan.

Bukti Fisik
Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan persediaan.
Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud. Pemeriksaan langsung auditor
secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang paling objektif dalam menentukan kualitas
aktiva yang bersangkutan. Oleh karena itu, bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling bisa
dipercaya.

Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data untuk membuat
laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi merupakan objek yang diperiksa

33
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

dalam audit laporan keuangan. Ini bukan berarti catatan akuntansi merupakan objek audit. Objek
audit adalah laporan keuangan.

Konfirmasi
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari
pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak
terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan bukti yang sangat tinggi reliabilitasnya
karena berisi informasi yang berasal dari pihak ketiga secara langsung dan tertulis. Konfirmasi
sangat banyak menghabiskan waktu dan biaya.

Ada tiga jenis konfirmasi yaitu:


1. Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk menyatakan
persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang ditanyakan.
2. Blank confirmation, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk mengisikan
saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang ditanyakan.
3. Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk memberikan
jawaban hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya terhadap informasi yang ditanyakan.

Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter merupakan bukti yang penting dalam audit. Menurut sumber dan tingkat
kepercayaan bukti, bukti dokumenter dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Bukti dokumenter antara lain meliputi notulen rapat, faktur penjualan, rekening koran bank, dan
bermacam-macam kontrak. Reliabilitas bukti dokumenter tergantung sumber dokumen, cara
memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat dokumen mengacu tingkat kemungkinan
terjadinya kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan dokumen.

Bukti Surat Pernyataan Tertulis


Surat pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani seorang individu yang
bertanggungjawab dan berpengatahuan mengenai rekening, kondisi, atau kejadian tertentu.

34
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Materi 6 – Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis

Standart auditing yang berlaku umum pada pertama untuk pekerjaan lapangan mengharuskan
perencanaan yang memadai dimana:

Auditor harus merencanakan perencanaan secara memadai dan jika digunakan asisten harus di
supervisi dengan semestinya.

Ada tiga alasan utama auditor harus merencanakan penugasan dengan tepat:
1. Auditor mendapatkan bukti yang tepat mencukupi
2. Menjaga agar biaya audit tetap wajar
3. Menghindarkan kesalahpahaman dengan klien

Dalam perencanaan audit, diketahui terdapat dua resiko yaitu: resiko audit yang dapat diterima
(acceptable audit risk) dan resiko inheren (inherent risk) dalam hal ini pengertian masing-
masing:
a. Resiko yang dapat diterima (acceptable risk) adalah ukuran seberapa besar auditor dapat
menerima laporan keuanga akan salah saji material setelah audit diselesaikan dan pendapat
wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan.
b. Resiko inherent (inherent risk) adalah ukuran penilaian auditor kemungkinan atas salah saji
material sebelum mempertimbangkan keefektifan pengendalian internal.

Penilaian resiko yang dapat diterima dan resiko inheren sangat penting dalam perencanaan audit
karena dapat membantu untuk menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan.

Menerima Klien dan melakukan Perencanaan Audit Awal


Perencanaan audit awal melibatkan empat hal, yang harus didahulukan oleh audit:
1. Auditor memutuskan menerima klien baru atau tetap klien yang ada.
2. Identifikasi kebutuhan klien dalam audit
3. Menghindari kesalahpahaman auditor harus mengetahui syarat penugasan yang ditetapkan
oleh klien.

35
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

4. Mengembangkan strategi audit secara keseluruhan dan spesialis audit yang diperlukan.

Dalam hal penerimaan klien, perencanaan yang dilakukan auditor harus berhati-hati dalam
menerima klien, karena dalam hal ini auditor harus mempertimbangkan tanggung jawab yang
diterima dan fee yang dapat menimbulkan masalah ketimbang manfaat yang diterima. Jika
auditor dapat mengetahui banyak resiko dari lingkungan perusahaan klien hendaknya auditor
mempertimbangkan menerima klien tersebut.
a. Investigasi atas klien baru
Hal-hal yang dilakukan dalam menerima klien pendahulu hal-hal yang dilakukan adalah:
Berkomunikasi dengan auditor pendahulu; tujuannya adalah untuk mengevaluasi untuk
menerima klien tersebut. Auditor harus mendapatkan izin dari klien sebelumnya untuk
berkomunikasi dengan auditor sebelumnya.
b. Klien yang berlanjut
Kantor akuntan mengekantor akuntan dapat memutuskan menerima kembali klien
sebelumnya atau menolak meneruskan audit karena adanya resiko yang sangat tinggi. Sebagai
contoh ada suatu konflik yang terjadi menyangkut ruang lingkup audit yang tepat, jumlah fee
yang diberikan. Auditor juga dapat mundur jika klien yang tidak memiliki integritas.
c. Identifikasi alasan klien untuk penugasan audit
Dalam hal ini ada dua faktor yaitu pemakai laporan keuangan yang mungkin dan maksudnya
menggunakan laporan keuangan. Auditor harus mengetahui mengapa klien membutuhkan
audit laporan keuangan.
d. Memahami Klien
Auditor dalam memahami klien harus mendokumentasikan dalam surat penugasan
(engagement letter) meliputi tujuan penugasan, tanggung jawab auditor dan manajemen, serta
batasan-batasan penugasan. Surat penugasan untuk mengetahui hal seperti batasan pekerjaan
auditor, waktu penyelesaiaan audit, bantuan karyawan dalam mencari catatan dan dokumen
serta skedul.

36
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Memahami Bisnis Klien dan indutri klien


Auditor harus memperoleh pemahaman yang memadai tentang entitas dan lingkungannya.
Termasuk pengendalian internalnya untuk menilai resiko salah saji material pada laporan
keuangan baik karena kekeliruan maupun kecurangan dan untuk merancang sifat, penetapan
waktu dan serta posedur audit selanjutnya.
Sifat bisnis dan industri klien dapat mempengaruhi resiko salah saji material dalam laporan
keuangan, dalam hal ini perlu meningkatkan pemahaman atas bisnin dan industrI klien:
a. Teknologi informasi yang terhubung antara perusahaan klien dengan pihak supplier, sehingga
auditor harus memiliki pemahaman mendalam. Auditor harus mengetahui resiko berkaitan.
b. Klien memperluas operasinya secara global missal join venture
c. Teknologi informasi yang digunakan klien untuk meningkatkan mutu dan ketepatan waktu
dalam laporan keuangan.
d. Mutu SDM dan aktiva berwujud yang dinilai oleh perusahaan klien, meningkatkan kerumitan
akuntansi.
e. Auditor membutuhkan pemahaman yang mendalam agar bias memberikan nilai tambah untuk
perusahaan klien.

Menilai Resiko Bisnis Klien


Auditor menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari pemahaman startegis dan
industry bisnis klien untuk menilai resiko bisnis klien. Resiko bisnis klien dimana klien gagal
dalam mencapai tujuannya. Perhatian utama auditor adalah resiko salah saji material dalam
laporan keuang yang disebabkan oleh resiko kegagalan klien.

Prosedur Analitis
Yaitu evaluasi atas informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis
antara data keuangan dan non keuangan. Meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat
dengan ekspektasi auditor.

37
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Tujuan Prosedur Analitis:


1. memahami bidang usaha klien.
2. penetapan kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
3. indikasi adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.
4. mengurangi pengujian audit yang terinci.

Prosedur analitis dapat dilaksanakan pada salah satu dari ketiga waktu selama penugasan:
a. Prosedur analitis diwajibkan dalam tahap perencanaan untuk membantu menentukan sifat,
luas dan penetapan waktu untuk menentukan sifat, luas dan penetapan waktu prosedur audit.
Contoh perhitungan perputranan persediaan sebelum pengujian harga persediaan.
b. Posedur analitis seringkali dilakukan selama tahap pengujian audit sebagai pengujian
susbtantif untuk mendukung saldo akun. Sebagai contoh melakukan pengujian terhadap polis
asuransi dibayar dimuka dimana pembayaran polis asuransi dibayar dimuka pada tahun
berjalan dibandingkan dengan polis asuransi dibayar dimuka pada tahun sebelumnya.
c. Prosedur analitis dibutuhkan dalam selama tahap penyelesaian waktu audit sebagai review
akhir atas salah saji material atau masalah keuangan dan membenatu auditor dalam
mengambil pandangan objektif akhir pada laporan keuangan yang diaudit.

Jenis Prosedur Analitis:


1. Membandingkan data klien dengan industri (horisontal).
2. Membandingkan data klien dengan data yang serupa pada periode sebelumnya (vertikal).
 Perbandingan antara saldo tahun berjalan dengan saldo tahun lalu.
 Membandingkan rincian total saldo dengan rincian serupa pada tahun sebelumnya.
 Membandingkan rasio dan hubungan persentase dengan tahun sebelumnya.
3. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien.
4. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor.
5. Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan yang menggunakan data non keuangan.

38
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Materi 7 – Materialitas dan Risiko

Definisi Materialitas

Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai:


“Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang
mengandalkan pada informasi  tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau
salah saji tersebut.”

Konsep Materialitas

Dari definisi materialitas di atas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan baik

1. Keadaan yang berkaitan dengan entitas dan


2. kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan
auditing.

Sebagai contoh, suatu jumlah yang material dalam laporan keuangan entitas tertentu
mungkin tidak material dalam laporan keuangan entitas lain yang memiliki ukuran dan sifat yang
berbeda. Begitu juga, kemungkinan terjadi perubahan materialitas dalam laporan keuangan
dalam entitas tertentu dari periode akuntansi yang satu ke perode akuntansi yang lain. Oleh
karena itu, auditor dapat menyimpulkan bahwa tingkat materialitas akun modal kerja harus lebih
rendah bagi perusahaan yang memiliki current ratio 4 : 1. Dalam mempertimbangkan kebutuhan
informasi pemakai informasi keuangan, semestinya harus dianggap, sebagai contoh, bahwa
pemakai informasi keuangan adalah para investor yang perlu mendapatkan informasi memadai
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan mereka.

Dalam audit atas laporan keuangan, audit itdak dapat memberikan jaminan bagi klien atau
pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat. Audit tidak
dapat memberikan jaminan karena ia tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun
yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat,
diringkas,digolongkan, dan dikompilasi secara mestinya ke dalam laporan keuangan. Jika auditor

39
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

diharuskan untuk memberikan jaminan mengenai keakuratan laporan keuangan auditan, hal ini
tidak mungkin dilakukan, karena akan memerlukan waktu dan biaya yang jauh melebihi manfaat
yang dihasilkan. Di samping itu, tidaklah mungkin seseorang menyatakan keakuratan laporan
keuangan (yang berarti ketepatan semua informasi yang disajikan dalam laporan keuangan),
mengingat bahwa laporan keuangan sendiri berisi pendapat, estimasi, dan pertimbangan tersebut
tidak tepat atau akurat seratus persen.

Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan kekayakinan
berikut ini:

1. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi.
2. Auditor dapat memberikan kekayakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan
keuangan auditan.
3. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat ( atau memberikan
informasi dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan
disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan
kecurangan.

Dengan demikian ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor:
konsep materialitas dan konsep risiko audit. Karena auditor tidak memeriksa setiap transaksi
yang dicerminkan dalam laporan keuangan, maka ia bersedia menerima beberapa jumlah
kekeliruan kecil. Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yang dapat diterima
oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. Berapa
jumlah kekeliruan atau salah saji yang auditor bersedia untuk menerimanya dalam laporan
keuangan, namun ia tetap dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian karena laporan
keuangan tidak berisi salah saji material. Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko
kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan yang sebenarnya berisi salah saji
material.

40
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Tujuan Penetapan Materialitas


Untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup.

Faktor Yang Mempengaruhi Pertimbangan Awal Jumlah Materialitas:


1. Materialitas sebagai konsep yang relatif dan bukan absolut salah saji dalam jumlah: salah saji
dalam jumlah tertentu dianggap material oleh perusahaan kecil tapi tidak material bagi
perusahaan besar.
2. Beberapa dasar yang dibutuhkan untuk menetapkan materialitas, misal laba sebelum pajak.
3. Faktor-faktor kualitatif yang mempengaruhi materialitas: beberapa salah saji tertentu akan
lebih penting daripada yang lain, walaupun jumlahnya sama. Misal: salah saji yang disengaja
dalam persediaan akan dianggap lebih penting dari kekeliruan klerikal walaupun jumlahnya
sama.

Langkah-langkah Penetapan Materialitas


1. Tentukan pertimbangan awal mengenai materialitas, yaitu jumlah maksimum suatu
salah saji dalam laporan keuangan yang dianggap tidak mempengaruhi pengambilan
keputusan dari pemakai.
SAS 107 mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan dalam laporan
keuangan, yang dianggap material pada awal audit ketika sedang mengembangkan strategi
audit secara keseluruhan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertimbangan pendahuluan auditor tentang
materialitas. Faktor – faktor terpenting adalah:
a. Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif absolut. Salah saji dalam jumlah tertentu
mungkin saja material bagi perusahaan kecil namun tidak material bagi perusahaan besar.
b. Dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas. Materialitas bersifat relative
diperlukan dasar dalam memperhitungkan salah saji itu dikatakan material. Laba bersih
sebelum pajak seringkali menjadi perhitungan dasar jumlah material bagi perusahaan
berorientasi laba.

41
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

c. Faktor kualitatif yang mempengaruhi materialitas. Pertimbangan kualitatif berkaitan


dengan penyebab salah saji adapun faktornya seperti:
 Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum
 Kemungkinan terjadinya kecurangan
 Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang mengharuskan
klien untuk mempertahankan beberapa rasio keuangan pada tingkat minimum tertentu.
 Adanya gangguan dalam trend laba
 Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.

2. Alokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas ke dalam segmen


Dalam hal ini perlu dilakukan oleh auditor karena auditor akan mengumpulkan bukti audit
per segmen dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Dimana jika auditor ingin
mengaudit saldo piutang seniali 1Milyar misalnya auditor harus mengumpulkan bukti jika
salah saji sebesar 500.000 dianggap material jika 3juta yang dianggap material. Ketika auditor
mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke saldo akun tertentu itu
disebut dalam SAS 107 sebagai salah saji yang dapat ditoleransi (toralable misstatement)
sebagai contoh, jika auditor memutuskan untuk mengalokasikan 100.000 USD dari total
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas sebesar 200.000 usd. Maka nilai 100.000 usd
dalam suatu akun dapat ditoleransi salah sajinya jika menunjukan nilai 100.000 usd atau
kurang.

3. Estimasikan total salah saji dalam segmen


Salah saji yang ditemukan dalam suatu akun dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Salah saji yang diketahui : salah saji yang jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor
b. Salah saji yang mungkin : dapat terbagi dua kemungkinan dimana pertama salah saji yang
berasal dari perbedaan antara pertimbagan manajemen dan auditor dalam mengestimasi
salah saji saldo akun. Jenis yang kedua adalah proyeksi salah saji berdasarkan pengujian
auditor atas sample dari suatu populasi.

42
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Pengalokasian materialitas ke dalam rekening-rekening


Tabel 1
Rekening Saldo (Rp) %
Kas 500.000 5
Piutang Dagang 1.500.000 15
Persediaan 3.000.000 30
Aktiva Tetap 5.000.000 50
Total 10.000.000 100

Pengalokasian Materialitas
Tabel 2
Rekening Rencana A (Rp) % Rencana B (Rp) %
Kas 500.000 5 200.000 2
Piutang Dagang 1.500.000 15 1.800.000 18
Persediaan 3.000.000 30 5.000.000 50
Aktiva Tetap 5.000.000 50 3.000.000 30
Total 10.000.000 100 10.000.000 100

4. Estimasikan salah saji gabungan


Jumlah salah saji yang diproyeksikan dalam langkah ketiga untuk setiap akun kemudian
digabungkan dalam kertas kerja.
5. Bandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal mengenai materialitas.
Langkah terakhir setelah dilakukan langkah ketiga dan keempat yaitu gabungan salah saji
yang mungkin dibandingkan dengan materialitas.

Hubungan Antara Materialitas dengan Bukti Audit

Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan


auditor tentang kecukupan bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan antara

43
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

materialisasi dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dansaldo akun material harus


tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa saldo sediaan yang tercatat tidak disajikan salah lebih
dari Rp200.000. semakin besar atau semakin signifikan suatu saldo akun, semakin banyak
jumlah bukti yang diperlukan. Sebagai contoh, lebih banyak  bukti diperlukan untuk sediaan
yang berjumlah 30% dari total aktiva dibandingkan bila sediaan hanya berjumlah 10% dari total
aktiva.

Risiko Audit

Risiko audit adalah risiko bagi auditor untuk membuat kesalahan dalam memberikan
pendapat atas laporan keuangan, karena gagal mengungkap salah saji material. Menurut SA
Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit,risiko audit adalah risiko yang
terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya,
atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam
menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk
menanggungnya.

Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan atas dasar
bukti yang diperoleh dari verivikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara individual
atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun
sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat atas
laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah.

Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun

Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan informasi yang
disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor mempertimbangkan baik
materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya, atau suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit,
seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian:

44
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

1. Risiko Audit Keseluruhan


Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan risiko audit
keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang dapat ditanggung oleh
auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, padahal
kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi salah saji material.
2. Risiko Audit Individual
Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun-akun secara individual, risiko audit
keseluruhan harus dialokasikan kepaada akun-akun yang berkaitan. Risiko audit individual
perlu ditentukan untuk setiap akun karena akun tertentu seringkali sangat penting karena besar
saldonya atau frekuensi transaksi perubahan.

Unsur Risiko Audit

Terdapat tiga unsur risiko audit :

1. Risiko bawaan
Merupakan kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji
material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko salah saji
demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan
dengan yang lain. Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika
dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Uang tunai lebih mudah dicuri daripada
sediaan batu bara. Akun yang terdiri dart jumlah yang berasal dart estimasi akuntansi
cenderung mengandung risiko lebih besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif
rutin dan berisi data berupa fakta. Faktor ekstern juga mempengaruhi risiko bawaan.

2. Risiko pengendalian
Merupakan risiko yang terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat
dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini
ditentukan oleh evektifitas kebijakan dan prosedur pengendalian intern untuk mencapai tujuan
umum pengendalian intern yang relevan dengan audit atas laporan keuangan entitas. Risiko
pengendalian tertentu akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian

45
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

intern. Sebagai contoh, pengendalian intern mungkin menjadi tidak evektif karena kelalayan
manusia akibat ceroboh atau bosan atau karena adanya kolosi diantara personel pelaksanaan.

3. Risiko deteksi.
Merupakan Risiko yang disebabkan oleh kegagalan auditor dalam mendeteksi salah saji
material, setelah audit dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Risiko ini timbul sebagian
karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau
golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo
akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu
timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan
secara keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit.
Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui
perencanaan dan supervisi memadai dan pelaksanaan praktik audit yang sesuai dengan standar
pengendalian mutu.

Hubungan Antar unsur Risiko

Risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut
terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan
risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu
sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko
pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor,
semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko
bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang
dapat diterima.

Komponen risiko audit ini dapat ditentukan secara kuantitatif, seperti dalam bentuk
persentase atau secara nonkuantitatif yang berkisar, misalnya, dari minimum sampai dengan
maksimum. Resiko Deteksi adalah satu-satunya resiko yang bisa dipengaruhi/diatur oleh auditor,
lewat banyak atau sedikitnya bukti dengan penambahan atau pengurangan prosedur audit .

46
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Apabila auditor ingin resiko deteksi kecil, maka perlu lebih banyak bukti audit/prosedur audit,
dan sebaliknya.

Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit

Di muka telah diuraikan bahwa terdapat hubungan berlawanan antara materialitas dan
bukti audit. Jika materialitas rendah-jumlah salah saji yang kecil saja dapat mempengaruhi
keputusan pemakai informasi keuangan-auditor perlu mengumpulkan bukti audit kompeten
dalam jumlah banyak. Sebaliknya, jika materialitas tinggi-jumlah salah saji besar baru dapat
mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan-auditor hannya perlu mengumpulkan
bukti audit komponen dalam jumlah sedikit. Demikian pula hubungan antara risiko audit dengan
bukti audit. Semakin rendah risiko audit-auditor bersedia untuk menanggung risiko audit rendah
sehingga tingkat kepastian yang diinginkan oleh auditor adalah tinggi-auditor perlu
mengumpulkan bukti audit kompenen dalam jumlah banyak. Sebaliknya, semakin tinggi risiko
audit-auditor bersedia untuk menanggung risiko audit tinggi sehingga tingkat kepastian yang
diinginkan oleh auditor adalah rendah-auditor perlu mengumpulkan bukti audit kompenen dalam
jumlah kecil saja.

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut:

a. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor
harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit
yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
c. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit.

47
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Materi 8 – Pengendalian Internal dan Risiko Pengendalian

Pengertian Sistem Pengendalian Internal


Merupakan rencana, metoda, prosedur, dan kebijakan yang didesain oleh manajemen untuk
memberi jaminan yang memadai atas tercapainya efisiensi dan efektivitas operasional,
kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan terhadap aset, ketaatan/kepatuhan terhadap
undang-undang, kebijakan dan peraturan lain.

Dari definisi pengendalian tersebut terdapat beberapa konsep dasar berikut ini :
1. Pengendalian merupakan suatu proses. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk
mencapai tujuan tertentu, bukan tujuan itu sendiri.pengendalian intern merupakan suatu
rangkaian tindakan bersifat pervasif dan menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan hanya
sebagai tambahan dari infrastruktur entitas
2. Pengendalian dijalankan oleh orang.pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman
kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang
menckup dewan komisaris, manajemen dan personel lain.
3. Pengendlian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan
keyakinan mutlak, bagi manajemen dan komisaris entitas.
4. Pengendalian ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan: pelaporan, keuangan,
kepatuhan dan operasi.

Tujuan Pengendalian
Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai sasaran dan
tujuannya. Dalam pengendalian internal biasanya manajemen memiliki tiga tujuan umum yaitu
diantaranya :
1. Reabilitas pelaporan keuangan
Manajemen dapat memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan bahwa informasi telah
disajikan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berlaku umum. Tujuan pengendalian

48
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

internal yang efektif atas pelaporan keuangan adalah manajemen memenuhi tanggung jawab
pelaporan keuangan tersebut.
2. Efisiensi dan efektifitas operasi
Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber daya secara efisien dan
efektif .
3. Ketataan terhadap hukum dan peraturan
Mengharuskan perusahaan mematuhi hukum dan peraturan agar pengendalian internal dalam
pelaksanaannya dapat efektif.

Tanggung jawab Manajemen dan Auditor atas Pengendalian Internal


Manajeman bertanggung jawab untuk menetapkan dan menyelenggarakan pengendalian
internal entitas. Auditor bertanggung jawab mencakup memahami dan menguji pengendalian
internal atas pelaporan keuangan. Manajeman, bukan auditor yang menerapkan dan
menyelenggarakan pengendalian entitas dan bukan auditor yang bertanggung jawab atas
penyusunan laporan keuangan sesuai dengan GAAP.
Dalam hal ini ada dua konsep utama yang melandasi perancangan dan
pengimplemetasian pengendalian internal yaitu diantaranya:
a. Kepastian yang layak perusahaan harus mengembangkan pengendalian internal yang akan
memberikan kepastian yang layak,tetapi bukan absolut,bahwa laporan keuangan telah telah
disajikan secara wajar. Pengendalian internal dikembangakan oleh manajemen jika
manajemen sudah mempertimbangakan biaya maupun manfaat pengendalian itu.
b. Keterbatasan Inheren pengendalian internal tidak akan pernah bisa efektif 100%,tanpa
penghirauan kecermatan yang diterapkan dalam pencadangan dan implementasi. Keefetifan
tergantung pada kompetensi dan ketergantungan orang-orang yang menggunakannya.

Contoh terjadi persengkongkolan (kolusi) terhadap dua karyawan yang mencuri persediaan
perusahaan atau menyalah sajikan catatan. Tanggung jawab Pelaporan oleh Manajemen Menurut
Section 404 dari UU Sarbanes–Oxley mengharuskan Manajemen semua perusahaan publik untuk
mengeluaran pengendalian internal mencakup :

49
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

a. Suatu pertanyaan bahwa manajeman bertanggung jawab untuk menetapkan dan


menyelenggaran struktur pengendalian internal yang memadai serta prosedur pelaporan
keuangan.
b. Suatu penilaian atas efevektifitas struktur pengendalian internal dan prosedur pelaporan
keuangan per akhir tahun fiskal perusahaan.

Kerangka kerja pengendalian internal yang digunakan oleh sebagian besar perusahaan A.S
adalah internal control –integrated framework yang dikeluarkan Commite of Sponsoring
Organization dari Treadway Commosision (COSO).
a. Rencana Pengendalian internal manajemen harus mengevaluasi apakan pengendalian telah
dirancang dan diberlakukan untuk mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam
pelaporan keuangan.
b. Efektivitas pelaksanaan pengendalian manajemen juga harus menguji efektivitas
pelaksanaan pengendalian.
c. Pengendalian atas Reabilitas Pelaporan Keuangan untuk mematuhi standar pekerjaan
lapangan yang kedua,auditor terutama berfokus pada pengendalian yang berhubungan dengan
perhatian manajemen yang pertama dalam pengendalian internal : reabilitas pelaporan
keuangan.
d. Pengendalian atas kelas-kelas transaksi auditor menekankan pengendalian internal atas
kelas-kelas transaksi,dan bukan saldo akun,karena output sistem akuntansi (saldo akun)sangat
tergantung pada keakuran input dan pemrosesan (transaksi).

Pertimbangan Pengendalian Intern Dalam Perencanaan Audit


Dalam semua Audit, Auditor harus memperoleh pemahaman masing-masing dari lima
komponen pengendalian intern yang cukup untuk merencanakan audit dengan melaksanakan
prosedur untuk memahami dewsain pengendalian relevan dengan suatu audit laporan keuangan
dan apakah pengendalian tersebut dioperasikan. Dalam perencanaaan audit pengetahuan tersebut
harus digunakan untuk :
a. mengidentifikasi tipe salah saji potensial

50
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

b. mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap resiko salah saji material


c. mendesain pengujian substantif.

Sifat, saat dan luasnya prosedur yang dipilih auditor untuk memperoleh pemahaman akan
bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman sebelumnya dengan entitas, sifat
pengendalian khusus yang terkait, dan sifat dokumentasi pengendalian khusus yang
diselenggarakan oleh entitas. Apakah suatu pengendalian telah dioperasikan adalah berbeda dari
efektivitas operasinya. Dalam memperoleh pengetahuan tentang apakah pengendalian telah
dioperasikan, auditor menentukan bahwa entitas telah menggunakannya. Di lain pihak,
efektivitas operasi, berkaitan dengan bagaimana pengendalian tersebut diterapkan, konsistensi
penerapannya, dan oleh siapa pengendalian tersebut diterapkan.

Langkah-langkah dalam penaksiran risiko adalah sebagai berikut:


· Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
· Menaksir risiko yang berpengaruh cukup signifikan
· Menentukan tindakan yang dilakukan untuk me-manage risiko

Komponen Pengendalian Internal COSO


Internal Control – Integrated Framework yang dikeluarkan COSO yaitu kerangka kerja
pengendalian internal yang paling luas diterima di Amerika serikat,menguraikan lima komponen
yang dirancang dan mengimplikasikan oleh manajeman untuk memberikan kepastian yang layak
bahwa tujuan pengendalian akan tercapai. Komponen pengendalian COSO sbb :
1. Lingkungan pengendalian
Pihak –pihak yang memikul tanggung jawab tata kelola :
a. Filosofi dan gaya operasi Manajemen melalui aktivitsnya ,memberikan isyarat yang jelas
kepada para karyawan tentang pentingnya pengendalia internal.
b. Struktur organisasi entitas menentukan garis-garis tanggung jawab dan kewenangan yang
ada.

51
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

c. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia Aspek paling penting dari pengendalian
internal adalah personil.
2. Penilaian resiko
Penilaian resiko (risk assesment) atas pelaporan keuangan adalah tindakan yang dilakukan
manajemen untuk mengidentifikasi dan pengendalian resiko-resiko yang relavan dengan
penyusutan laporan keuangan yang sesuai dengan GAAP.

3. Aktivitas pengendalian
Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur,selain yang sudah termasuk dalam 4
komponen lainnya membantukan memastikan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil
untuk menangani resiko guna mencapai tujuan entitas.
 Pemisahan tugas yang memadai
 Otoritas yang sesuai atas transaksi dan aktivitas
 Dokumen dan catatan yang memadai
 Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan
 Pemeriksaan kinerja secara independen

4. Informasi dan komunikasi


Tujuan sistem informasi dan kominikasi akuntansi dari entitas adalah untuk memulia,
mencatat, memroses, dan melaporkan transaksi yang dilakukan serta mempertahankan
akuntabilitas yang terkait.

5. Pemantauan
Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian mutu pengendalian internal secara
berkelanjutan atau periodik oleh manajemen untuk menentukan bahawa pengendalian internal
tersebut sudah beroperasi sesuai yang diharapakan. Biasanya dala perusahaan yang berukuran
besar, memiliki departemen audit internal adalah salah satu cara pemantauan akan lebih
efektif.

52
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Memperoleh dan Mendokumentasikan Pemahaman Tentang Pengendalian Internal


Proses pemahaman pengendalian internal dan penilaian resiko pengendalian bagi audit terpadu
atas pelaporan keuangan dan efektifitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Biasanya
auditor menggunakan tiga jenis dokumen untuk memperoleh pemahamanya atas perancangan
pengendalian internal yaitu diantaranya : naratif, bagan arus dan kuesioner.
a. Naratif-naratif adalah uraian tertulis tentang pengendalian internal klien.
 Asal usul setiap dokumen dan catatan dalam sistem
 Semua pemerosesan yang berlangsung
 Disposisi setiap dokumen dan catatan dalam sistem
 Petunjuk tentang pengendalian yang relavan dengan penilain resiko pengendalian

b. Bagan arus (flow chart) pegendalian internal adalah diagram yang menunjukkan dokumen
klien dan aliran urutannya dalam organisasi.
c. Kuesioner pengendalian internal mengajukan serangkaian pertanyaan tentang pengendalian
dalam setiap area audit sebagai sarana untuk mengidentifikasi definisi pengendalian internal.

Menilai Resiko Pengendalian


Auditor harus memahami perancangan dan pengemplementasikan pengendalian internal
untuk melakukan penilaian pendahuluan atas resiko pengendalian sebagai bagian dari penilaian
resiko salah saji yang memadai secara keseluruhan. Ada 2 faktor utama yang menentukan
auditabilitas :
1. Pendahuluan atas resiko pengendalian sebagai bagian dari penilaian resiko salah saji yang
material secara keseluruhan.
2. Matrik resiko pengendalian untuk membantu proses penilai resiko pengendalian.

Mengidentifikasi Tujuan Audit :


1. Memperoleh dan mendokumentasikan pemahaman tentang pengendalian internal : rancangan
dan operasi
2. Menilai resiko pengendalian

53
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

3. Merancang melaksanakan,dan mengevaluasi pengujian pengendlian


4. Memutuskan resiko deteksi yang direncanakan dan pengujian substantif

Mengidentifikasikan pengendalian yang ada : auditor menggunakan informasi yang telah


dibahas pada bagian terdahulu mengenai perolehan dan pendokumntasikan pemahaman atas
pengendalian internal untuk mengidentifikaikan pengendalianyang beperan dalam pencapaian
tujuan audit berhubungan dengan transaksi.
Menghubungkan pengendalian dengan tujuan audit yang terkait : setiap pengendalian akan
memenuhi satu atau lebih tujuan audit yang terkait. Mengidentifikasikan dan mengevaluasi
defisiansi pengendalian,definisi yang signifikan,dan kelemahan yang material :
a. Definisi pengendalian
b. Definisi yang signifikan
c. Kelemahan yang material

Pengujian Pengendalian
Prosedur untuk menguji efektivitas pengendalian dalam mendukung penilaian resiko
pengendalian yang lebih rendah.
1. Mengajukan pertanyaan kepada personil klien yang tepat
2. Memeriksa dokumen ,catatan, dan laporan
3. Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian
4. Melaksanakan kembali prosedur klien

Luas prosedur :
1. Mengandalkan bukti dari audit tahun sebelumnya
2. Menguji pengendalian yang berhubungan dengan resiko yang signifikan
3. Menguji kurang dari seluruh periode audit

54
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Ada dua perbedaan utama dalam penerapan prosedur umum :


1. Untuk memahami pengendalian internal ,prosedur untuk memperoleh pemahaman harus
diterapkan pada semua pengendalian yang teridentifikasi selama tahap tersebut.
2. Prosedur untuk memperoleh pemahaman hanya pada satu atau beberapa transaksi atau dalam
kasus observasi,pada satu titik waktu.

Memutuskan Resiko Deteksi yang Direncanakan dan Merancang Pengujian substansif


1. Memperoleh dan mendokumentasikan pemahaman tentang pengendalian internal :
perancanaan dan pelaksanaan.
2. Menilai resiko pengendalian.
3. Merancang ,melaksanakan,dan mengevaluasi pengujian pengendalian.
4. Memutuskan resiko deteksi yang direncanakan dan pengujian substantif

Pelaporan Pengendalian Internal Menurut Section 404


Berdasarkan penilaian dan pengujian auditor atas pengendalian internal ,auditor
diharuskan oleh UU Sarbanes-Oxley untuk menyusun laporan keuangan audit mengenai
pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Laporan auditor mengenai pengendalian internal
harus mencakup dua pendapat auditor yaitu diantaranya:
1. Pendapatan auditor mengenai apakah penilaian manajeman terhadap keefektifan pengendalian
internal atas pelaoparan keuangan per akhir periode fiskal telah ditanyakan secara
wajar,dalam semua hal yang material.
2. Pendapatan auditor mengenai apakah perusahaan telah menyelenggarakan,dalam semua hal
yang material,pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan per tanggal yang
disebutkan.

Jenis-jenis Pendapat;
1. Pendapatan wajar tanpa pengecualian, pendapat dalam penilaian atas pengendalian internal
yaitu jika dalam dua kondisi:
 Tidak ada kelemahan material yang teridentifikasi

55
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

 Tidak ada pembatasan ruang lingkup pekerjaan auditor


2. Pendapat tidak wajar, jika terdapat kelemahan material auditor mengungkapkan pendapat
tidak wajar mengenai efektivitas pengendalian internal.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian atas menolak memberikan pendapat, hal ini terjadi jika
ada pembatasan ruang lingkup.

Mengevaluasi, Melaporkan, dan Menguji Pengendalian Internal untuk Perusahaan


Nonpublik
Mengidentifikasikan perbedaan paling penting dalam mengevaluasi,melaporkan dan
menguji pengendalian internal untuk perusahaan :
1. Persyaratan pelaporan
2. Luas pengendalian internal yang disyaratkan
3. Luas pemahaman yang diperlukan
4. Menilai resiko pengendalian
5. Luas pengujian pengendalian yang diperlukan

Jumlah pengendalian yang diuji oleh auditor untuk menayakan pendapat mengenai
pengendalian internal bagi sebuah perusahaan publik jauh lebih besar ketimbang hanya
menyatakan pendapat tentang laporan keuangan.

56
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Materi 9 – Audit Kecurangan

Definisi Audit Kecurangan

Fraud auditing atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah
kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat melakukan audit kecurangan
terhadap pembukuan dan transaksi komersial memerlukan gabungan dua keterampilan, yaitu
sebagai auditor yang terlatih dan kriminal investigator.

Jenis-Jenis Kecurangan
Sebagai suatu konsep hukum yang luas, kecurangan merupakan setiap ketidakjujuran yang
disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan orang atau pihak lain. Dalam konteks audit atas
laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang
dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan adalah kecurangan dalam laporan
keuangan dan penyalahgunaan aset.
1. Kecurangan dalam Laporan Keuangan
Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap
jumlah atau pun pengungkapan yang disengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui
para penggunanya. Sebagian besar kasus melibatkan salah saji terhadap jumlah yang
dilaporkan dibandingkan terhadap pengungkapan. Sebagai contoh, WorldCom yang
dilaporkan telah mengapitalisasi jutaan dolar pengeluaran sebagai aset tetap, yang semestinya
harus dibebankan. Penghapusan terhadap jumlah yang dilaporkan merupakan kasus yang
kurang umum ditemukan, namun sebuah perusahaan dapat melebihsajikan pendapatan dengan
menghapus utang dagang dan liabilitas lainnya.
Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan melibatkan
sebuah usaha untuk melebihsajikan pendapatan-apakah dengan cara melebihsajikan aset dan
pendapatan atau pun dengan menghapus liabilitas dan beban-beban, perusahaan-perusahaan
juga dengan sengaja mengurangsajikan laba. Pada perusahaan-perusahaan nonpublik, hal
tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak penghasilan. Perusahaan-
perusahaan juga dapat dengan sengaja mengurangsajikan pendapatan ketika labanya tinggi

57
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

dengan menciptakan cadangan laba atau sebagai ‘celengan’, yang dapat digunakan untuk
menaikkan laba di kemudian hari. Manajemen laba (earning management) melibatkan
tindakan-tindakan manajemen yang sengaja dilakukan untuk memenuhi target laba. Perataan
laba (income smoothing) merupakan salah satu bentuk manajemen laba dimana pendapatam-
pendapatan dan beban-beban dipindahkan di antara beberapa periode untuk mengurangi
fluktuasi laba. Salah satu teknik untuk memuluskan laba adalah dengan mengurangi nilai
persediaan dan aset lainnya yang diperoleh perusahaan pada saat akuisisinya, yang
mengakibatkan laba yang lebih tinggi ketika aset tersebut dijual di kemudian hari.
Perusahaan-perusahaan juga dapat dengan sengaja melebihsajikan cadangan keusangan
persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih untuk mengurangi laba yang lebih tinggi.
Meskipun jarang ditemukan, beberapa kasus penting terkait kecurangan dalam laporan
keuangan melibatkan pengungkapan yang tidak memadai. Sebagai contoh, masalah utama
dalam kasus Enron adalah apakah perusahaan telah mengakui kewajiban terhadap perusahaan
afiliasi yang terkenal denan entitas bertujuan khusus (special purpose entities) secara
memadai. E.F Hutton, perusahaan pialang yang saat ini sudah tidak ada lagi, telah di hukum
karena dengan sengaja telah melakukan kelebihan penarikan uang di beberapa rekening bank
dengan tujuan untuk menaikkan pembayaran bunga. Kelebihan penarikan tersebut
dimasukkan sebagai liabilitas dalam neraca, namun deskripsi dineraca mengenai kewajiban
tersebut tidak jelas.

2. Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas aset milik
suatu entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak semuanya, jumlah nominal yang terlibat tidak
material terhadap laporan keuangan. Namun demikian, pencurian aset perusahaan sering kali
menjadi perhatian penting manajemen, tanpa melihat tingkat materialitasnya, karena
pencurian-pencurian kecil dapat dengan mudah meningkat ukurannya setiap saat.
Istilah penyalahgunaan aset seringkali digunakan untuk mengacu pada pencurian yang
dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak internal lainnya di dalam suatu organisasi. Menurut
perkiraan Association of Certified Fraud Examiners, rata-rata perusahan merugi 6 persen dari

58
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

pendapatannya disebabkan oleh kecurangan, meskipun sebagian besar dari pencurian tersebut
melibatkan pihak-pihak eksternal, seperti pengutilan yang dilakukan oleh pelanggan dan
penipuan yang dilakukan oleh pemasok.
Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada di tingkat hirarki organisasi yang lebih
rendah. Namun demikian, dalam beberapa kasus penting, manajemen puncak terkadang
terlibat dalam pencurian aset perusahaan. Karena otoritas manajemen yang lebih besar serta
kendali terhadap aset-aset perusahaan, penggelapan yang melibatkan manajemen puncak
dapat melibatkan jumlah yang signifikan. Hasil survei mengenai kecurangan yang
diselenggarakan oleh Association of certified Fraud Examiners, menemukan bahwa rata-rata
jumlah kerugian yang disebabkan oleh kasus-kasus kecurangan yang melibatkan manajemen
puncak tiga kali lebih besar daripada kecurangan yang melibatkan pegawai lainnya.

Kondisi yang Menyebabkan Terjadinya Kecurangan

Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan
dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316). Terdapat 3 kondisi
yang menyebabkan kecurangan, yang dinamakan segitiga kecurangan (fraud triangle).

1. Insentif/tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memilik insentif atau tekanan untuk
melakukan kecurangan.
2. Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk
melakukan kecurangan.
3. Sikap/rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang
memungkinkan menajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau
mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang cukup besar
sehingga mengakibatkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.

59
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Segitiga kecurangan (The Fraud Triangle)

Gambar 2

Insentif/Tekanan

Kesempatan Sikap / Rasionalisasi

Menilai Resiko Kecurangan


1. Skeptisisme Profesional
SAS 1: dalam melaksanakan skeptisisme profesional, auditor ” tidak mengasumsikan bahwa
manajemen tidak jujur tetapi juga tidak mengasumsikan kejujuran absolut”.
Untuk mempertahankan skeptisime profesional tersebut, ada dua hal yang harus diingat:
a. Pikiran yang selalu mempertanyakan. Auditor harus selalu mempertimbangkan kerentanan
klien terhadap kecurangan, tanpa memperhitungkan kemungkinan kejujuran atau integritas
manajemen.
b. Evaluasi kritis atas bukti audit. Setiap indikasi atau temuan harus dievaluasi dan dipelajari
secara mendalam.
2. Sumber Informasi untuk Menilai Resiko Kecurangan
Sumber informasi yangdigunakan untuk menilai resiko kecurangan ada lima, yaitu:
a. Komunikasi di antara tim audit.
Diskusi dilakukan menyangkut hal-hal sebagai berikut:
 Bagaimana dan di mana kemungkinan letak salah saji yang material akibat
kecurangan.Pertimbangan yangdiperlukan adalah ketiga faktor yang telah dibahas
sebelumnya, yakni: insentif/tekanan, kesempatan, dan sikap/rasionalisasi.

60
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

 Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi pelaporan keuangan yang


curang.
 Bagaimana seseorang dapat menyalahgunakan aktiva.
 Bagaimana auditor menanggapi kerentanan salah saji yang material akibat kecurangan
tersebut.
b. Pengajuan pertanyaan kepada manajemen.
Pertanyaan yang diajukan harus spesifik termasuk kemungkinan manajemen mencurigai
adanya kecurangan. Pertanyaan juga diajuk an kepada pihak lain termasuk komite audit.
c. Faktor-faktor resiko.
Ketiga faktor resiko (insentif/tekanan, kesempatan, dan sikap/rasionalisasi) perlu
dipertimbangkan dengan semua informasi yang ada.Yang perlu diingat, kecurangan
muncul tidak melulu karena adanya ketiga faktor tersebut secara signifikan.
d. Prosedur analitis.
Prosedur analitis dirancang sejak perencanaan audit. Bila hasilnya berbeda dengan
ekspektasi, harus dievaluasi dengan memperhitungkan dengan informasi yang lain.
e. Informasi lain.
Informasi ini dapat diperoleh di setiap tahap atau bagian audit ketika menilai resiko
kecurangan, dan kebanyakan dapat mengindikasikan resiko kecurangan yang lebih tinggi.

3. Mendokumentasikan Penilaian Kecurangan


Hal yang perlu didokumentasikan: diskusi antar personil; prosedur yang ditempuh; resiko
khusus tentang kecurangan yang material dan respon auditor terhadap resiko tersebut; alasan
bila tidakada resiko yang material; hasil dari prosedur yang ditempuh dalam pengabaian
pengendalianoleh manajemen; kondisi dan hubungan analitis tentang diperlukannya prosedur
audit tambahan atau respon lain; dan sifat komunikasi terhadap manajemen, komite audit,
atau pihak lain.

61
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Mengawasi Tata Kelola Korporasi Untuk Mengurangi Resiko Kecurangan


Tata kelola korporasi disandingkan dengan prosedur pengendalian untuk meminimalkan fraud
risk melalui kombinasi tindakan mencegah, menghalangi, dan mendeteksi kecurangan, yaitu:
1. Budaya Jujur dan Etika yang Tinggi
Penerapan nilai-nilai perusahaan dapat menciptakan budaya jujur dan etikayang tinggi, yang
meliputi 6 unsur:
a. Menetapkan tone at the top , yang dilandasi dengan kejujuran dan integritas, yang diawali
dari tingkat manajemen.
b. Menciptakan lingkungan kerja yang positif.
c. Mempekerjakan dan mempromosikan pegawai yang tepat.
d. Pelatihan.
e. Konfirmasi.
f. Disiplin.
2. Tanggung Jawab Manajemen untuk Mengevaluasi Resiko Kecurangan
a. Mengidentifikasikan dan mengukur resiko kecurangan.
b. Mengurangi resiko kecurangan.
c. Memantau program dan pengendalian pencegahan kecurangan.
3. Pengawasan oleh Komite Audit
Fungsi komite audit:
a. Memperhitungkan potensi diabaikannya internal control.
b. Mengawasi proses penilaian resiko kecurangan oleh manajemen.
c. Pengendalian anti kecurangan.
d. Membantu menciptakantone at the top yang efektif.
e. Sebagai penghalang dilakukannya kecurangan oleh manajemen senior.

Tanggapan Atas Resiko Kecurangan


Tanggapan auditor terhadap resiko kecurangan meliputi:
a. Mengubah cara melakukan audit secara menyeluruh.

62
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Auditor dapat memilih berbagai tindakan seperti menugaskan personil yang lebih
berpengalaman, bahkan bisa menugaskan Spesialis Kecurangan. MenurutS AS 99, auditor
dapat memasukkan ketidakpastian dalam rencana audit.
b. Merancang dan melakukan prosedur audituntuk mengatasi resiko kecurangan.
Prosedur audit yang sesuai digunakan untuk mengatasi resiko kecurangan spesifik tergantung
dari akun yang diaudit dan tipe resiko kecurangan yang diidentifikasi.
c. Merancang dan melakukan prosedur untuk menemukan pengabaian manajemen terhadap
pengendalian.

Tiga prosedur harus dilakukan di setiap audit


1. Memeriksa catatan jurnal dan penyesuaian lain untuk bukti kemungkinan salah saji karena
kecurangan.
2. Meninjau kembali estimasi akuntansi.
3. Mengevaluasi dasar rasionil untuk tran saksi-transaksi tidak lazim yang signifikan.

Penilaian auditor terhadap resiko salah saji material karena kecurangan harus selama audit
berjalan dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian resiko lainnya auditor. Auditor harus
waspada untuk kondisi berikut selama audit:
a. Ketidak cocokan dalam catatan akuntansi.
b. Bukti audit yang bertentangan atau hilang.
c. Problematika atau hubungan tak lazim antara auditor dengan manajemen.
d. Hasil tinjauan substantif atau akhir, dari tahap prosedur analitis yang menunjukkan resiko
kecurangan yang tidak disadari sebelumnya.
e. Tanggapan atas pertanyaan dibuat di seluruh audit yangtelah samar atau tidak masuk akal atau
yang telah menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan bukti lain.

63
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Materi 10 – Dampak Teknologi Informasi Terhadap Proses Audit

Bagaimana Teknologi Informasi Meningkatkan Pengendalian Internal

Sebagian besar entitas perusahaan mengandalkan TI untuk mencatat dan memproses


transaksi bisnis. Beberapa perubahan pengendalian internal yang diakibatkan oleh
pengintegrasian TI dalam sistem akuntansi :
a. Pengendalian komputer menggantikan pengendalian manual, manfaat TI adalah
kemampuannya untuk menangani sejumlah besar transaksi bisnis yang rumit secara murah.
b. Tersedianya informasi yang bermutu lebih tinggi, aktivitas TI yang kompleks dikelola secara
efektif menghasilkan informasi yang bermutu tinggi bagi manajemen dan jauh lebih cepar
dari pada sistem manual.

Menilai Resiko Teknologi Informasi

Resiko khusus pada TI meliputi :


1. Resiko pada perangkat keras dan data
 Ketergantungan pada kemampuan berfungsinya perangkat keras dan lunak
 Kesalahan sistematis versus kesalahan acak
 Akses yang tidak sah
 Hilangnya data
2. Jejak audit yang berkurang
 Visibilitas jejak audit
 Keterlibatan manusia yang berkurang
 Tidak adanya otoritasi tradisional
3. Kebutuhan akan pengalaman TI dan pemisahan tugas TI
 Pemisahan tugas yang berkurang
 Kebutuhan pada pengalaman TI

64
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Pengendalian Internal Khusus Atas Teknologi Informasi

Standar auditing menguraikan dua katagori pengenadalian atas sistem TI, yaitu :

Pengendalian Umum (general controls) diterapkan pada semua aspel fungis TI, termasuk
administrasi TI, pemisahan tugas TI, pengembangan sistem, keamanan fisik dan online atas akses
keparangkat keras, perangkat lunak dan data terkait, backup dan perencanaan kontijensi atas
keadaan darurat yang tak terduga serta pengendalian perangkat keras. Auditor mengevaluasi
pengendalian umum untuk perusahaan secara keseluruhan.

a. Administrasi fungsi TI
Sikap manajemen tentang TI mempengaruhi arti penting TI yang dirasakan dalam suatu
organisasi.
b. Pemisahan tugas –tugas TI
Respon terhadap resiko menggabungkan tanggung jawab penyimpanan tradisional, otorisasi
dan administrasi kedalam fungsi TI, organisasi yang dikendalikan dengan baik memisahkan
tugas-tugas kunci dalam TI. Tanggung jawab atas manajemen TI, pengembangan sistem,
operasi dan pengendalian datas harus dipisahkan sebagai berikut :
 Manajemen TI, manajer atau CIO harus bertanggung jawab mengawasi fungsi TI guna
memastikan bahwa aktivitasnya telah dilaksanakan sejalan dengan rencana strategis TI.
 Pengembangan sistem, analisis sistem yang bertanggung jawab atas keseluruhan
perancangan setiap sistem aplikasi, mengkoordinasikan pengembangan dan peralihan
kesistem TI.
 Operasi, operator komputer bertanggung jawab atas operasi komputer sehari-hari sesuai
dengen skedul yang ditetapkan oleh CIO.
 Pengendalian data, personil pengendalianinput dan output data secara independen
memverifikasi mutu input dan kelayakan output.
c. Pengembangan sistem
Pengembangan sistem mencakup :

65
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

 Membeli perangkat lunak atau mengembangkan sendiri perangkat lunak itu yang
memebuhi kebutuhan organisasi.
 Menguji semua perangkat lunak guna memastikan bahwa perangkat lunak baru kompatibel
dengan perangkat keras dan perangkat lunak yang ada, serta menentukan apakah perangkat
lunak dan keras dapat menangani volume transaksi yang diinginkan, ada 2 cara pendekatan
pengujian, yaitu :
1. Pengujian percontohan (pilot testing) ; sistem baru diimplementasikan pada satu
bagian organisasi sementara lokasi lainnya masih terus mengandalkan sistem lama.
2. Pengujian paralel ; sistem lama dan baru beroperasi secara stimulan dalam semua
lokasi.
d. Keamanan fisik dan online
Pengendalian fisik atas komputer dan pembatasan online ke perangkat lunak serta file data
terkait mengurangi resiko dilakukannya perubahan yang tidak diotorisasi ke program.
Pengendalian keamanan mencakup :
 Pengendalian fisik
 Pengendalian akses secara online
e. Backup dan perencanaan kontijensi
Untuk mencegah hilangnya data perusahaan mengandalkan cadangan atau backup, untuk
bencana yang lebih serius, perusahaan memerlukan backup yang terinci dan rencana
kontijensi seperti menyimpan salinan perangkat lunak dan file penting.
f. Pengendalian perangkat keras
Pengendalian perangkat keras (hardware controls) sudah dipasang dalam peralatan komputer
untuk mendeteksi dan melaporkan kegagalan peralatan, auditor berkosentrasi pada bagaimana
klien menangani kesalahan indentifikasi oleh pengendalian perangkat keras.

Pengendalian Aplikasi (application controls) berlaku bagi pemrosesan transaksi, seperti


pengendalian atas pemrosesan penjualan atau penerimaan kas. Auditor harus mengevaluasi
pengendalian aplikasi untuk setiap kelas traksaksi atau akun di mana auditor berencana
mengurangi resiko pengendalian yang ditetapkan, karena pengendalian TI akan berbeda diantara

66
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

kelas-kelas transaksi dan akun. Pengendalian aplikasi hanya akan efektif jika pengendalian
umum efektif .

Pengendalian umum memberikan kepastian bahwa semua pengendalian aplikasi efektif.

a. Pengendalian input
Pengendalian input dirancang untuk memastikan bahwa informasi yang dimasukkan kedalam
komputer sudah diotorisasi, akurat, dan lengkap. Pengendalian tipikal yang dikembangkan
dalam sistem manual tetap dianggap penting bagi sistem TI, yaitu :
 Otorisasi manajemen dan transaksi
 Penyiapan dokumen sumber input yang memadai
 Personil yang kompeten

Pengendalian yang spesifik untuk TI mencakup :

 Layar input yang memadai


 Daftar menu pill-down dari opsi perangkat lunak yang tersedia
 Pengujian validasi atas keakuratan input yang dilakukan komputer, seperti validasi nomor
pelanggan terhadap file induk pelanggan
 Pengendalian input berbasis online atas aplikasi e-commerce dimana pihak eksternal
melaksanakan bagian awal dari penginputan transaksi
 Prosedur koreksi kesalahan segera, untuk memberikan pendeteksian awal dan koreksi
kesalahan input
 Akumulasi kesalahan kedalam file kesalahan yang selanjutnya ditindaklanjuti
b. Pengendalian pemrosesan
Pengendalian pemrosesan (processing controls) mencegah dan mendeteksi kesalahan ketika
data transaksi diproses
c. Pengendalian output
Pengendalian output berfokus pada mendeteksi kesalahan selama pemrosesan diselesaikan,
bukan mencegah kesalahan. Beberapa pengendalian yang umum untuk mendeteksi kesalahan
output mencakup :

67
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

- Merekonsiliasi output yang dihasilkan komputer dengan total pengendalian manual


- Membandingkan jumlah unit yang diproses dengan jumlah unit yang diserahkan untuk
pemrosesan
- Membandingkan sampel output transaksi dengan dokumen sumber input
- Memverifikasi tanggal dan waktu pemrosesan untuk mengidentifikasi setiap pemrosesan
yang tidak sesuai urutan.
Tabel 3 - katagori pengendalian umum dan Aplikasi

Jenis Pengendalian Katagori Pengendalian Contoh Pengendalian

Pengendalian Umum Administrasi fungsi TI - CIO atau Manejer TI melapor kepada


manajemen senior dan dewan direksi.
Pemisah tugas-tugas TI - Tanggung jawab pemograman, operasi,
dan pengendalian data dipisahkan.
Pengembangan sistem - Tim pemakai, analisis sistem, dan
programer mengembangkan serta secara
menyeluruh menguji perangkat lunak.
Keamanan fisik dan
- Akses keperangkat keras dibatasi, kata
onlin
sandi dan ID pemakai membatasi akses
ke perangkat lunak dan file data, serta
pengkodean dan firewall yang
melindungi data serta program dari pihak
luar.
Backup dan
- Rencana backup tertulis disiapkan dan
perencanaan kontijensi
diuji secara teratur sepanjang tahun.
Pengendalian perangkat
- Kegagalan memori atau hard-drive yang
keras
menyebabkan pesan yang salah pada
monitor.
Pengendalian Pengendalian input - Tampilan layar yang telah diformat
aplikasi mendorong personil input data untuk

68
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

memasukkan informasi.
Pengendalian - Pengujian atas kewajaran review harga
pemorsesan jual per unit yang digunakan untuk
memproses barang.
- Departemen penjualan melakukan review
Pengendalian output pasca pemorsesan transaksi penjualan

1. Damapak Teknologi Informasi Terhadap Proses Audit


Pengetahuan tentang pengendalian umum akan meningkatkan kemampuan auditor dalam
menilai dan mengandalkan aplikasi yang efektif untuk mengurangi resiko pengendalian bagi
tujuan audit terkait.
a. Pengaruh pengendalian umum terhadap aplikasi keseluruhan sistem
Pengendalian umum yang tidak efektif akan menimbulkan potensi salah saji yang
material pada semua aplikasi sistem, tanpa memperhatikan mutu dari setiap pengendalian
aplikasi.
b. Pengaruh pengendalian umum terhadap perubahan perangkat lunak
Jika klien mengganti perangkat lunak aplikasi, hal itu akan mempengaruhi
ketergantungan auditor pada pengendalian yang terotomatisasi, ketika klien mengganti
perangkat lunak, auditor harus mengevaluasi apakah diperlukan pengujian tambahan. Jika
pengendalian umumnya efektif, auditor dapat dengan mudah mengidentifikasi kapan
perubahan perangkat lunak itu dilakukan.
c. Memahami pengendalian umum klien
Auditor memperoleh informasi tentang pengendalian umum dan aplikasi melalui cara
berikut :
 Wawancara dengan personil TI dan para pemakai kunci
 Memeriksa dokumentasi sistem seperti bagan arus, manual pemakai, permintaan
perubahan program, dan hasil pengujian
 Mereview kuesioner terinci yang diselasaikan oleh staf TI

69
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

d. Mengaitkan pengendalian TI dengan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi


Auditor dapat menggunakan matriks resiko pengendalian, guna membantunya
mengidentifikasi pengendalian manual maupun pengendalian aplikasi yang terotomatisasi
dan defisiensi pengendalian bagi setiap tujuan audit terkait. Auditor juga dapat
mengidentifikasi pengendalian manual dan terotomatisasi pada waktu yang sama atau
secara terpisah, tetapi tidak boleh mengidentifikasi defisiensi atau menilai resiko
pengendalian sampai kedua jenis pengendalian itu telah diidentifikasi.
e. Pengaruh pengendalian TI terhadap pengujian substantif
Dampak pengendalian umum dan pengendalian aplikasi terhadap audit mungkin
bervariasi tergantung pada tingkat kompleksitas lingkungan TI. Auditor tidak
melaksanakan pengujian atas pengandalian yang terortomatisasi untuk mengurangi
penilaian resiko pengendalian. Pendekatan ini disebut auditing around the computer
(auditing disekitar komputer) kerena auditor tidak menggunakan pengendalian yang
terotomatisasi untuk mengurangi penilaian resiko pengendalian.
Jika organisasi memperluas penggunaan TI, pengendalian internal sering sekali disisipkan
dalam aplikasi yang hanya tersedia dalam bentuk elektronik. Pendekatan ini disebut
auditing through the computer (auditing melalui komputer).
Auditor menggunakan tiga katagori pendekatan pengujian ketika mengaudit malalui
komputer :
- Pendekatan data pengujian, dalam pendekatan pengujian (test data approach) auditor
memproses data pengujiannya sendiri dengan menggunakan sistem komputer klien
dan program aplikasi untuk menentukan pengendalian yang terotomatisasi memproses
dengan tepat data pengujian itu.
Apabila menggunakan pendekatan data pengujian, auditor mempunyai tiga
pertimbangan utama :
1. Data pengujian harus mencakup semua kondisi yang relevan yang ingin diuji
auditor
2. Program aplikasi yang diuji oleh data pengujian auditor harus sama dengan yang
digunakan klien selama tahun berjalan

70
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

3. Data pengujian harus dieliminasi dari catatan klien


- Simulasi paralel, auditor menggunakan perangkat lunak yang dikendalikan auditor
untuk melaksanakan operasi yang sama dengan yang dilaksanakan oleh perangkat
lunak klien, dengan menggunakan file data yang sama.
Tujuannya adalah untuk menentukan keefektifan pengendalian yang terotomatisasi
untuk mendapatkan bukti tentang saldo akun elektronik, pengujian ini disebut
pengujian simulasi paralel (parallel simulation testing).
Biasanya auditor melakukan pengujian simulasi paralel dengan menggunakan
perangkat lunak audit tergeneralisasi (generalized audit software-GAS), yaitu
program yang dirancang khusus untuk tujuan auditing.
Penggunaan umum dari perangkat lunak audit tergeneralisasi adalah :
1. Perangkat lunak tergeneralisas digunakan untuk menguji pengendalian yang
terotomatisasi.
2. Perangkat lunak audit tergeneralisasi digunakan untuk memverifikasi saldo akun
klien.
- Pendekatan modul audit tertanam, pendekatan modul audit tertanam (embedded audit
modul approach) auditor menyisipkan modul audit dalam sistem aplikasi klien untuk
mengindetifikasi jenis transaksi tertentu.
Pendekatan modul audit tertanam memungkinkan auditor untuk terus mengaudit
transaksi dengan mengidentifikasi transaksi aktual yang diproses oleh klien yang
diibandingkan dengan data pengujian dan pendekatan simulasi paralel, yang hanya
memperkenankan pengujian sela.
Walaupun dapat menggunakan satu atau setiap kombinasi dari pendekatan pengujian,
biasanya auditor menggunakan :
 Data pengujian untuk melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi.
 Simulasi paralel untuk pengujian substantif, seperti menghitung ulang jumlah
transaksi dan menjumlahkan file induk catatan tambahan saldo akun.

71
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

 Modul audit tertanam untuk mengidentifiikasi transaksi tidak biasa bagi pengujian
substantif.

2. Permasalahan Pada Lingkungan TI yang Berbeda


a. Masalah pada lingkungan jaringan
Sebagian besar pengendalian umum diterapkan pada jaringan klien yang besar, karena
dukungan TI dan keterlibatan pemakai tersentralisasi. Bagi perusahaan lain, lingkungan
jaringan menimbulkan masalah pengendalian yang harus dipertimbangkan auditor dalam
merencanakan audit.
b. Masalah pada sistem manajemen database
Sistem manajemen database memungkinkan klien membuat database yang meliputi
informasi yang dapat digunakan bersama dalam banyak aplikasi.
Pengendalian sering kali meningkat apabla data tersentralisasi dalam sistem manajemen
database dengan menghilangkan file data duplikat. Namun sistem manajemen database
dapat menimbulkan resiko pengendalian internal
c. Masalah pada e-commerce
Penggunaan e-commerce membuat data perusahaan yang sensitif, program, dan
perangkat keras terbuka terhadap kemungkinan campur tangan atau sabotase oleh pihak
luar. Untuk membatasi keterbukaan ini, perusahaan menggunakan firewall, teknik
enkripsi, dan tanda tangan digital.
d. Masalah yang timbul ketika klien mengotsource TI
 Memahami pengendalian internal dalam sistem outsource
Standar auditing mengharuskan auditor memperhatikan kebutuhan untuk memahammi
dan menguji pengendalian pusat jasa, jika aplikasi pusat jasa itu melibatkan
pemrosesan data keuangan yang pentng.
Untuk memahami dan menguji pengendalian pusat jasa, auditor harus menggunakan
kriteria yang sama dengan yang digunakan dalam mengevaluasi pengendalian internal
klien.
 Ketergantungan pada auditor pusat jasa

72
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Tujuan penilaian independen ini adalah untuk menyediakan pelanggan pusat jasa suatu
kepastian yang layak tentang memadainya pengendalian umum dan aplikasi pusat jasa
itu, serta untuk menghilangkan kebutuhan akan audit berlebihan oleh auditor
pelanggan.
Pedoman kepada (1) auditor yang mengeluarkan laporan tentang pengendalian internal
organisasi jasa dan (2) auditor organisasi pemakai (audito pemakai) yang
mengandalkan laporan audit pusat jasa. Auditor pusat dapat mengeluarkan 2 jenis
laporan :
1. Laporan tentang pengendalian yang telah diimplementasikan
2. Laporan tentang pengendalian yang telah diimplementasikan dan diuji untuk
keefektifan operasi

Laporan tentang pengendalian yang telah diimplementasikan akan membantu auditor


memahami pengendalian internal untuk merencanakan audit. Akan tetapi auditor juga
memerlukan bukti tentang keefektifan pelaksanaan pengendalian untuk menilai resiko
pengendalian, terutama ketika mengaudit pengendalian internal atas pelaporan
keuangan perusahaan publik, bukti ini dapat :

1. Didasarkan pada laporan auditor pusat jasa tentang pengendalian yang telah
diimplementasikan dan pengujian atas efektivitas operasi atau pelaksanaannya.
2. Berasal dari pengujian pengendalian organisasi pemakai atas aktivitas organisasi
jasa.
3. Diperoleh ketika auditor pemakai melaksanakan pengujian yang tepat pada
organisasi jasa.

73
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Materi 11 – Keseluruhan Perencanaan dan Program Audit

Jenis-jenis Pengujian
1. Prosedur pengukuran risiko
Prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan
keuangan
2. Pengujian pengendalian
Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun otomatis dapat mencakup jenis bukti
berikut ini:
 Melakukan tanya jawab yang memadai dengan personel klien
 Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan
 Mengamati aktivitas terkait pengendalian
 Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien

Pengujian pengendalian juga digunakan untuk menentukan apakah penggunaan pengendalian


telah efektif dan biasanya digunakan untuk menguji sebuah sampel transaksi.
1. Pengujian substantif transaksi
Pengujian substantif merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji rupiah
yang secara langsung berpengaruh pada ketepatan saldo laporan keuangan. Pengujian
substantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan audit terkait
transaksi telah terpenuhi untuk setiap kelompok transaksi.
2. Prosedur analitis
Tujuan utama dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah untuk menandai
adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan dan memberikan bukti substantif.
3. Pengujian terperinci saldo
Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik untuk akun-akun
neraca maupun laba rugi.

74
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

4. Ikhtisar jenis-jenis pengujian


Pengujian pengendalian membantu auditor dalam mengevaluasi apakah pengendalian
terhadap transaksi dalam siklus tersebut telah cukup efektif untuk mendukung pengurangan
penilaian risiko pengendalian sehingga kemungkinan pengurangan pengujian substantif.

Memilih Jenis Pengujian yang Tepat untuk Dilakukan


Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas laporan
keuangan, namun beberapa jenis pengujian mendapatkan penekanan yang lebih dibandingkan
dengan yang lain, bergantung pada kondisi. Beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan auditor
tehadap jenis pengujian yang dipilih:
1. Ketersediaan jenis bukti prosedur audit lanjutan
 Makin banyak jenis bukti, yang jumlah totalnya adalah enam digunakan untuk menguji
peperincian saldo dibandingkan untuk setiap jenis pengujian lainnya.
 Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi
 Tanya jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian
 Dokumentasi digunakan setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis
 Pengerjaan ulang digunakan setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis, dengan satu
pengecualian
 Perhitungan ulang digunakan untuk memverifikasi akurasi matematis atas transaksi ketika
melakukan pengujian substantif transaksi dan saldo akun ketika melakukan pengujian atas
perincian saldo

2. Biaya-biaya relatif
Jenis-jenis pengujian yang disusun dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya yang
terendah ke yang tertinggi
 Prosedur analitis
 Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas
pengendalian internal
 Pengujian pengendalian

75
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

 Pengujian substantif transaksi


 Pengujian terperinci saldo
3. Hubungan pengujian pengendalian dengan pengujian substantif
Suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya mengindikasikan kemungkinan
salah saji yeng memengaruhi nilai rupiah dalam laporan keuangan, sedangnkan suatu
pengecualian dalam pengujian substantif transaksi atau pengujian terperinci saldo merupakan
salah saji dalam laporan keuangan.
4. Hubungan prosedur analitis dan pengujian substantif
Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan-hubungan sebuah akun dengan akun lainnya, atau
dengan informasi nonkeuangan, dapat mengindikasikan adanya peningkatan kemungkinan
terjadinya salah saji tanpa perlu memberikan bukti langsung atas saji material tersebut
5. Dilema antara pengujian pengendalian dan pengujian substantif
Terdapat dilema antara pengujian pengendalian dengan pengujian substantif. Selama
perencanaan, auditor harus memutuskan apakah akan menilai risiko pengendalian di bawah
maksimum
6. Prosedur analitis
Ketika auditor merecanakan untuk menggunakan prosedur analitis untuk memberikan
keyakinan substantif mengenai suatu saldo akun, data yang digunakan dalam perhitungan
tersebut harus dapat diandalkan. Hal itu juga berlaku untuk semua data, khususnya untuk data
nonkeuangan.
7. Pengujian terperinci saldo
 Mengidentifikasi risiko-risiko bisnis klien yang berpengaruh pada akun piutang dagang
 Menetapkan salah saji yang dapat diterima dan mengukur risiko bawaan piutang dagang
 Menilai risiko pengendalian siklus penjualan dan penagihan
 Merancang dan melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
siklus penjualan dan penagihan
 Merancang dan melakukan prosedur analitis saldo akun piutang dagang
 Merancang pengujian terperinci akun piutang dagang untuk memenuhi tujuan audit terkait
saldo

76
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

8. Tingkat disagregasi kegiatan perencanaan


Tingkat disagregasi terbentang mulai dari keseluruhan audit hingga ke tujuan audit terkait
saldo untuk setiap akun. Auditor pertama kali akan menggunakan informasi dalam mengukur
risiko audit yang dapat diterima untuk kontrak kerja secara keseluruhan. Auditor kemudian
akan menggunakan informsi mengenai bisnis dan industri klien yang ia dapatkan melalui
prosedur pengukuran risiko untuk menilai risiko bawaan untuk tujuan audit tertentu.

Dampak Teknologi Informasi Terhadap Pengujian Audit.


Didalam PSA 07 SA 326 dan PSA 69 SA 319 memberikan panduan mengenai entitas
menyebarkan, memproses, dan menyimpan atau mengakses informasi penting secara elektronik.
Standart audit mmengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul dalam bentuk
elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi risiko deteksi hingga
ketingkat yang dapat diterima dengan dengan hanya melakukan pengujian substantif. Jika ada 
pemasukan atau perubahan informasi yang tidak tepat dapat berisiko besar jika informasi
tersebut hanya disimpan dalam bentuk elektronik. Maka kondisi seperti ini auditor harus
melakukan pengujian pengendlaian untuk mendapatkan bukti yang mendukung tingkatt risiko
pengendalian yang dinilai berada dibawah tingkat maksimum untuk asersi laporan keuangan
yang terpengaruhi.
Pengujian pengendalian otomatis atau data, diperlukan teknik audit yang dibantu oleh
komputer atau menggunakan lapoaran yang dihasilkan oleh teknologi informasi untuk menguji
efektivitas pengendalian umum teknologi informasi untuk menguji efektivitas pengendalian
umum teknologi informasi untuk menguji efektivitas pengendalian uum teknologi informasi
seperti pengendalian untuk perubahan program dan pengendalian atas akses. Ketika auditor
menguji pengendalian manual pada laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi, auditor
mempertimbangkan baik efektivitas hasil penelahaahan manajemen mauapun pengendalian
terhadap akurasi informasi dalam laporan tersebut.

77
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Bukti Gabungan
Untuk mendapatkan bukti yang tepat serta memadai untuk menghadapi resiko, auditor
menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian (Bukti Gabungan / Evidence Mix).
Analisis Audit 1 : Auditor melakukan pengujian pengendalian yang luas dan mengandalkan
pengendalian internal klien dalam mengurangi pengujian subtantif lain. Hal ini menyebabkan
pengujian substantif transaksi dan pengujian terperinci saldo diminimalkan. Karena ada
penekanan pada pengujian tersebut dengan harga relatif murah. Pengauditan ini memakai bukti
gabungan yang digunkan dalam audit terintergrasi laporan keuangan dan pengendalian internal
laporan keungan perusahaan publik.
Analisis Audit 2 : Auditor dapat melakukan pengujian atas semua jenis pengujian sedang kecuali
untuk prosedur analitis substantif secara meluas. Perlu pengujian yang luas yang dibutuhkan jika
risiko bawaan khusus ditemukan.
Analisis Audit 3 : Keputusan manajemen dalam pengendlaian internal yang lebih baik memakan
biaya yang cukup besar. Tidak ada pengujian dalam pengendalian internal ketika pengendalian
tidak efektif untuk perusahaan nonpublik. Penekanan yang dilakukan pada pengujian terperinci
saldo dan pengujian subtantif transaksi serta beberapa prosedur analitis substantif juga dilakukan.
Biaya audit kemungkinan akan menjadi relatif tinggi karena jumlah pengujian subtantif yang
lebih terperinci.
Analisis Audit 4 : Rencana awal audit mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit 2.
Kemungkinan auditor menemukan deviasi uji pengendalianyang luasdan salah saji yang
signifikan ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan prosedur analitis substantif.
Pengujian terperinci saldo yang meluas dilakukan untuk menutupi hasil pengujian lainnya yang
tidak dapat diterima dengan biaya audit yang besar karena pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi dilakukan namun tidak dapat digunakan untuk mengurangi pengujian
terperinci saldo.

Merancang Program Audit

78
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Prosedur audit dapat digambungkan menjadi prosedur audit. Dalam menyiapkan program
audit dan memodifikasi program harus mempertimbangkan seperti materialitas, bukti gabungan,
risiko bawaan, risiko pengendalian dan risiko kecurangan lainnya dan kebutuhan untuk audit
terintergrasi bagi perusahaan publik. Program audit bagi sebagian besar pengauditan dirancang
dalam tiga bagian utama :
1. Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Subtantif Transaksi
Program audit pengujian pengendalian dan substantif transaksi biasanya termasuk bagian
deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman terhadap pengendalian internal yang
didapatkan selama melakukan prosedur penilaian risiko. Prosedur audit mencakup pengujian
pengendalian dan pengujian subtantif transaksii yangberbeda tergantung pada penilaian risiko
pengendalian seperti contoh bila pengendalian efektif dan risiko pengendalian dinilai rendah
maka penekanan lebih besar pada pengujian pengendalian. Ketika merancanh 2 hal tersebut
auditor melakukan pendekatan emapt langkah untuk mengurangi penilaian risiko
pengendalian :
a. Menerapkan tujuan audit terkait transaksi
b. Mengidentifikasi pengendalian kunci yang mengurangi risiko
c. Merencanakan pengujian pengendalian yan tepat
d. Mengetahui jenis-jenis salah saji yang terkait tujuan audit terkait transaksi
2. Prosedur Analitis Substantif
Prosedur analitis relatif tidak mahal banyak auditor yang melakukan  pada semua
pengauditan. Prosedur ini dilakukan selama pengujian substantif yang lebih terfokus dan lebih
luas daripada yang dilakukan sebagai bagian dari perencanaan dimana auditor dapat
menghitung persentase margin kotor untuk penjualan total selama pengujian terkait atas akun
dan berdasarkan bulan dan lini usaha.
3. Pengujian Terperinci Saldo
Untuk merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor menggunakan suatu
metodologi yang berorientasi  pada tujuan audit terkait saldo. Dalam merencanakan program
audit pengujian terperinci saldo untuk memenuhi tujuan tersebut editor menggunakan 6
metodelogi yang merupakan bagian dari proses perencanaan :

79
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

a. Mengidentifikasi resiko bisnis klien yang berpengaruh pada akun utang piutang dagang
b. Menetapkan salasaji yang dapat diterima dan mengukur resiko bawaan piutang dagang
c. Menilai resiko pengendalian siklus penjualan dan penagihan
d. Merancang dan melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive
e. Transaksi siklus penjualan dan penagihan
f. Merancang dan melakukan prosedur akun piutang dagang
g. Merancang pengujian terperinci saldo akun piutang dagang untuk memenuhi tujuan audit
terkait saldo

Tingkat Disagregasi Kegiatan Perencanaan


Kegiatan perencaan diterapkan pada tingkat disegrasi yang berbeda tergantung sifat
aktivitas tersebut. Tingkat disagregasi ini dimulai dari keseluruhan audit hingga ke tujuan audit
terkait saldo untuk setiap akun. Auditor dalam melakukan mengujian menggunakan informasi
mengenai bisnis dan industri klien berguna untuk mengukur risiko audit yang diterima untuk
kontrak kerja keseluruhan serta informasi tersebut dapat digunakan untuk membuat keputusan
mengenai pengujian terperinci saldo. Kemudian mempertimmbangkan setiap kecurangan yang
mucul yang dapat berpengaruh pada pengukuran risiko kecurangan pada akun tertentu dan
prosedur audit dalam ukuran sampe untuk akun yang terpenuhi.

Hubungan tujuan audit terkait transaksi dengan tujuan audit terkait saldo serta tujuan
audit terkait penyajian dan pengungkapan.
Tujuan tersebut berguna bagi auditor untuk melakukan prosedur audit untuk
mmendapatkan keyakinan mengenai empat tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan
serta auditor juga melakukan prosedur substantif untuk mendapatkan keyakinan bahwa semua
tujuan audit telah tercapai untuk informasi dan jumlah yang dimasukan dalam pengungkapan.

80
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

BAGIAN 3 : PENERAPAN PROSES AUDIT PADA SIKLUS PENJUALAN DAN


PENAGIHAN

Materi 12 – Audit Siklus Penjualan dan Penagihan

Akun dan Kelompok Transaksi dalam Siklus Penjualan dan Penagihan                              

Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi apakah
saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip – prinsip akuntansi yang diterima umum.

Gambar diatas menunjukkan cara informasi akuntansi mengalir melalui berbagai akun
dalam siklus penjualan dan penagihan . gambar tersebut menunjukkan bahwa lima kelas
transaksi dalam siklus penjualan dan penaguhan antara lain :

1.      Penjualan ( penjualan tunai dan kredit )


2.      Penerimaan kas
3.      Retur dan pengurangan penjualan
4.      Penghapusan piutang tak tertagih
5.      Estimasi beban piutang tak tertagih
Gambar 3

81
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Gambar diatas juga menunjukkan bahwa, kecuali penjualan tunai, setiap transaksi dan
jumlah yang dihasilkan pada akhirnya akan dimasukkan dalam salah satu dari dua akun neraca,
yaitu akun piutang usaha atau penyisihan untuk pitang tak tertagih. Untuk mudahnya, kita
mengasumsikan bahwa ada pengendalian internal yang sama baik untuk penjualan tunai maupun
penjualan kredit.

Fungsi Bisnis dalam Siklus Penjualan dan Penagihan serta Dokumen dan Catatan Terkait 

Siklus Penjualan dan Penagihan melibatkan keputusan serta proses yang diperlukan untuk
mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah keduanya tersedia untuk
dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh seorang pelanggan dan diakhiri dengan konversi
bahan atau jasa menjadi piutang usaha yang akhirnya menjadi kas.

Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan terkait untuk Siklus
Penjualan dan Penagihan.
Tabel 4
Kelas Transaksi Akun Fungsi Bisnis Dokumen Dan Catatan
Penjualan Penjualan piutang Pemroses pesanan Pesanan pelanggan
usaha pelanggan Pesanan penjualan
Pemberian kredit Pesanan pelanggan atau
Pengiriman barang pesanan penjualan

82
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Dokumen pengiriman
Faktur penjualan
File transaksi penjualan
Penagihan Jurnal penjualan atau listing
pelanggan dan File induk piutang usaha
pencatatan Neraca saldo piutang usaha
penjualan Laporan bulanan
Remittance advice
Prelisting penerimaan kas
File transaksi penerimaan
Kas di bank ( debet Pemroses dan kas
dari penerimaan pencatatan Jurnal penerimaan kas atau
Penerimaan Kas kas ) piutang usaha penerimaan kas listing
Retur dan Pemroses dan
Retur Dan pengurangan pencatatan retur Memo kredit
Pengurangan penjualan dan pengurangan Jurnal retur dan
Penjualan Pitang usaha penjualan pengurangan penjualan
Penghapusan Piutang Usaha Penghapusan Formulir otorisasi piutang
Piutang tak Penyisihan untuk piutang usaha tak tak tertagih
Tertagih piutang tak tertagih tertagih Jurnal umum
Beban piutang tak
tertagih
Beban Piutang tak Penyisihan untuk Penyediaan piutang
Tertagih piutang tak tertagih tak tertagih Jurnal umum

Pada kolom diatas sebelum dapat menilai resiko pengendalian dan merancang pengujian
pengendalian serta pengujian substansif atas transaksi harus memaham fungsi bisnis dan
dokumen serta catatan suatu perusahaan.
1. Pemroses pesanan pelanggan

83
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

 Pesanan pelanggan yaitu permintaan barang dagang yang diajukan oleh pelanggan.
 Pesanan penjualan yaitu dokumen untuk mengkomunikasikan deskripsi, kuantitas, dan
informasi terkait mengenai barang yang dipesan oleh pelanggan.
2. Pemberian kredit
 Dokumen pengiriman dibuat untuk mengawali pengiriman barang, yang menunjukkan
deskripsi barang dagang , kuantitas yang dikirimkan, dan data yang relevan lainnya.
 Bill of lading yaitu kontrak tertulis mengenai penerimaan dan pegiriman barang antara
pembawa dan penjual. Bill of lading dikirimkan secara elektronik ketika barang telah
dikirimkan , dan secara otomatis akan membuat faktur penjualan yang terkait serta ayat
jurnal dalam jurnal penjualan.
3. Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan
a. Aspek paling penting dari penagihan yaitu :
 Semua pengiriman telah ditagih ( kelengkapan = completeness )
 Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali ( keterjadian = occurrence )
 Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat ( keakuratan = accuracy )
b. Faktur penjualan yaitu dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang yang
dijual, harga, ongkos angkut, asuransi, syarat, dan relevan lainnya.
c. File transaksi penjualan yaitu file yang dihasilkan computer yang mencantumkan semua
transaksi penjualan yang diproses oleh system akuntansi selama suatu periode, seperti
sehari, seminggu, atau sebulan.
d. Jurnal penjualan atau listing yaitu laporan yang dibuat dari file transaksi penjualan yang
cantumkan biasanya mencantumkan nama pelanggan, tanggal, jumlah dan klasifikasi bagi
setiap transaksi seperti divisi atau lini produk.
e. File induk piutang usaha yaitu file computer yang digunakan untuk mencatat penjualan
individual , penerimaan kas , serta retur dan penguragan penjualan bagi setiap
pelanggandan untuk mempertahankan saldo akun pelanggan.
f. Laporan bulanan yaitu dokumen yang dikirimkan melalui surat atau secara elektronik
kepada setiap pelanggan yang menunjukkan saldo awal piutang usahanya.
g. Pemroses dan pencatatan penerimaan kas :

84
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

 Remmitance advice yaitu dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan biasanya
dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas
 Prelisting penerimaan yaitu daftar yang disusun ketika kas diterima oleh seseorang yang
tidak memiliki tanggung jawab untuk mencatat penjualan, piutang usaha, kas dan yang
tidak memiliki akses ke catatan akuntansi.
 Memo kredit yaitu dokumen yang mengindikasikan pengurangan dari jumlah pelanggan
akibat retur barang atau pengurangan harga.
 Jurnal retur dan pengurangan penjualan yaitu jurnal yang digunakan untuk mencatat
retur dan pengurangan penjualan.

h. Penghapusan piutang usaha tak tertagih


Formulir otorisasi piutang tak tertagih yaitu dokumen yang digunakan dalam lingkungan
internal untuk menunjukkan otoritas menghapus suatu piutang usaha sebagai tak tertagih.

Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif Atas


Transaksi Penjualan
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal
untuk menilai resiko pengendalian. Terdapat empat langkah yang penting dalam pengendalian ini
yaitu :
1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai resiko pengendalian.
2. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan kelemahannya bagi
penjualan.
3. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor lalu mengaitkannya dengan
tujuan.
4. Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi pengendalian
dan kelemahannya bagi setiap tujuan.
 
Pemisahan tugas yang memadai

85
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Dapat membantu mencegah berbagai jenis salah saji baik akibat kesalahan maupun
penipuan atau kecurangan. Untuk mencegah kecurangan, manajemen harus menolak akses ke
kas bagi siapapun yang bertanggung jawab memasukkan informasi transaksi penjualan dan
penerimaan kas ke dalam computer.

Menentukan luas pengujian pengendalian


Luas pengujian pengendlian pada perusahaan nonpublic tergantung pada keefektifan
pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian itu dapat diandalkan untuk
mengurangi resiko pengendalian.

Merancang pengujian pengendalian untuk penjualan


Pengujian pengendalian yang sesuai untuk pemisahan tugas biasanya terbatas pada
pengamatan auditor atas aktivitas dan diskusi dengan personil. Mencatat penjualan yang terjadi
untuk tujuan ini, auditor harus memperhatikan tiga jenis salah saji yang mungkin terjadi :
a. Penjualan dimasukkan dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah dilakukan
b. Penjualan dicatat lebih dari satu kali
c. Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan.

Dua jenis salah saji yang pertama dapat disebabkan oleh kesalahan atau
kecurangan,sementara jenis yang terakhir selalu disebabkan oleh kecurangan. Konsekuensi
potensial dari ketiga jenis salah saji tersebut sangatlah besar karena akan menimbulkan lebih saji
aktiva dan laba.
1. Arah pengujian
Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dokumen sumber kejurnal dan
memvouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber. Pengujian pertama adalah untuk

86
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

transaksi yang dihilangkan ( tujuan kelengkapan ). Sementara yang kedua adalah untuk
transaksi yang tidak ada ( tujuan keterjadian ).
2. Penjualan dicatat dengan akurat
Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus memperhatikan hal – hal berikut :
a. Mengirimkan jumlah barang yang dipesan
b. Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim
c. Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi.
 

Retur Penjualan dan Pengurangan Harga


Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan klien untuk
mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti untuk memroses memo kredit yang telah
digambarkan bagi penjualan, dengan dua perbedaan. Perbedaan yang pertama adalah matrealitas.
Dalam banyak hal, retur dan pengurangan penjualan sangat tidak material sehingga auditor dapat
mengabaikannya. Perbedaan yang kedua adalah penekanan pada tujuan kejadian. Untuk retur
dan pengurangan penjualan, umumnya auditor menekankan pada pengujian transaksi yang
tercatat untuk mengungkapkan setiap pencurian kas dari penagihan piutang usaha yang ditutupi
oleh retur atau pengurangan penjualan fiktif.
Tujuan kelengkapan juga merupakan hal yang penting terutama dalam menguji saldo akun
untuk menentukan apakah retur dan penjualan ditetapkan terlalu rendah pada akhir tahun. Secara
alami , tujuan lainnya tidak boleh diabaikan, akan tetapi, karena tujuan dan metodologi untuk
mengaudit retur dan pengurangan penjualan pada intinya sama seperti untuk penjualan, tidak
dimasukkan studi yang mendalami mengenai hal tersebut. Jika ingin mengaudit retur dan
pengurangan penjualan, harus dapat menerapkan logika yang sma untuk mendapatkan
pengendalian, pengujian pengendalian, dan pengujian substansif atas transaksi yang sesuai guna
memverifikasi jumlahnya.

Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif Atas


Transaksi Penerimaan Kas

87
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian pengendalian


dan pengujian substansif atas transaksi penerimaan kas seperti yang digunakan untuk penjualan.
Prosedur audit untuk pengujian pengendalian , pengujian substansif atas transaksi penerimaan
kas dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama seperti yang digunakan untuk penjualan,
tetapi tujuan khususnya diterapkan bagi penerimaan kas.

Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti proses berikut ini:
1. Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
2. Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk
mendukung pengurangan resiko pengendalian
3. Merancang pengujian substansif atas transaksi untuk menguji salah moneter bagi setiap
tujuan.
4. Penyiapan Bukti Penerimaan Kas
Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan kas yang dicatat
telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah bukti penerimaan kas ( proof of cash
receipts ). Dalam pengujian ini, total penerimaan kas yang dicatat dalam jumlah penerimaan
kas selama suatu periode tertentu, seperti bulan, akan direkonsiliasi dengan deposito atau
setoran actual yang dilakukan ke bank selama periode yang sama. Perbedaan diantara
keduanya mungkin diakibatkan oleh setoran dalam perjalanan dan pos – pos lainnya, tetapi
jumlahnya dapat direkonsiliasi dan dibandingkan.
5. Pengujian untuk mengungkapkan lapping piutang usaha
Lapping piutang usaha yaitu penundaan ayat jurnal penagihan piutang usaha untuk menutupi
kekurangan kas yang ada. Penggelapan dilakukan seseorang yang menangani penerimaan kas
dan kemudian memasukkannya kedalam system computer.
Penggelapan ini sebenarnya dapat dicegah dengan mudah melalui pemisahan tugas dan
kebijakan cuti wajib bagi karyawan yang menangani kas sekaligus memasukkan penerimaan kas
kedalam system. Penggelapan ini dapat dideteksi dengan membandingkan nama, jumlah, dan
tanggalyang ditunjukkan pada remmitance advice dengan ayat jurnal penerimaan kas dan salinan
slip setoran terkait.

88
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

 
Pengujian Audit Untuk Penghapusan Piutang Tak Tertagih
Auditor dalam melakukan audit atas penghapusan piutang usaha tak tertagih adalah
kemungkinan karyawan klien menutupi penggelapan dengan menghapus piutang usaha yang
sudah ditagih (tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi kejadian ). Pengendalian yang
penting untuk mencegah kecurangan ini adalah otorisasi yang tepat atas penghapusan piutang tak
tertagih harus diberikan oleh tingkat manajemen yang ditunjuk hanya setelah melalui
penyelidikan menyeluruh mengenai alas an pelanggan tidak mampu membayar.

Pengendalian internal tambahan atas saldo akun dan penyajian serta pengungkapan
Pengendalian internal juga berkaitan langsung dengan saldo akun penyajian serta
pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji sebagai bagian
dari pengujian pengendalian atau pengujian substansif transaksi.

Materi 13 – Pemilihan Sample Audit Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif


Transaksi

Sampel yang Representatif


Ketika memilih sampel dari populasi, auditor berusaha untuk memperoleh sampelyang
representatif. Sampel representatif adalah sampel yang karakteristiknya hampir sama dengan
yang dimiliki karakteristik populasi. Berarti pos-pos yang dijadikan sampel populasi serupa
dengan pos-pos yang tidak dijadikan sampel. Dalam praktiknya, auditor tidak mengetahui
apakah sampel itu representayif atau tidak, walaupun pengujian telah selesai dilakukan. Satu-
satunya cara mengetahui apakah sampel representatif adalah dengan menguji keseluruhan
populasi. Namun auditor dapat meningkatkan kemungkinan sebuah sampel agar menjadi
representatif dengan menggunakan kehati-hatian dalam perancangan proses, pemilihan dan
evaluasi hasil sampel. Sebuah hasil sampel dapat menjadi tidak represntatif dikarenakan
kesalahan non-sampel dan risiko sampel, kedua risiko tersebut dapat dikendalikan. Risiko non
sampel  adalah risiko dimana pengujian audit tidak mampu mengungkapkan pengecualian yang

89
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

ada dalam  sampel tersebut. Dua penyebab risiko non-sampel ini adalah kegagalan auditor dalam
mengenali pegecualian dan prosedur audit tidak tepat atau tidak memadai. Risiko sampel
merupakan risiko dimana seorang auditor mencapai sebuah kesimpulan yang tidak benar karena
sampelnya tidak representatif terhadap populasi. Risiko sampel merupakan bagian melekat pada
pemilihan sampel dari pengujian yang kurang terhadap keseluruhan populasi. Jika populasi
sebenarnya memiliki tingkat pengecualian, auditor menerima populasi yang salah karena sampel
tidak cukup mewakili populasi. Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko
pengambilan sampel:
1. Menyesuaikan ukuran sampel
2. Menggunakan metode yang tepat dalam pemilihan pos sampel dari populasi.

Pengambilan Sampel Secara Statistik Versus Non-Statistik Dan Pemilihan Sampel


Probabilistik Versus Non-Probabilistik
Metode pengambilan sampel audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu
pengambilan sampel statistik dan pengambilan sampel nonstatistik. Kategori tersebutserupa
karena keduanya melibatkan tiga fase :
1. Merencanakan sampel
2. Memilih sampel dan melakukan pengujian-pengujian
3. Pengevaluasian hasilnya
Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bah$a pengujian auditdilakukan
dengan cara yang memberikan risiko pengambilan sampel yang diinginkandan meminimalkan
kemungkinan kesalahan nonpengambilan sampel. Pemilihan sampel melibatkan keputusan
bagaimana sampel dipilih dari populasi. Auditor baru dapatmelaksanakan pengujian audit hanya
setelah item sampel dipilih. Pengevaluasian hasil adalah penarikan kesimpulan berdasarkan
pengujian audit. Pengambilan sampel statistik menerapkan aturan matematis, auditor dapat
mengukur risiko pengambilan sampel dalam perencanaan sampel serta dalam mengevaluasi
hasil. Sedangkan pengambilan sampel non-statistik, auditor tudak mengkuantifikasikan risiko
sampel. Namun auditor memilih pos-pos sampel yang diyakini akan memberikan informasi yang

90
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

paling berguna dalam kondisi dan menarik kesimpulan atas populasi berdasarkan pertimbangan
profesional.
Dalam melakukan pengambilan sampel standart audit mengizinkan auditor untuk
menggunakan pendekatan statistik ataupun  non-statistik. Namun perlu diingat bahwa penerapan
kedua metode tersebut memerlukan kehati-hatian. Semua langkah dalam proses harus diikuti
seksama. Ketika pendekatan statistik digunakan  sampel tersebut harus bersifat probabilistik dan
metode evaluasi secara statistik harus digunakan dengan hasil sampel untuk membuat
perhitungan risiko pengambilan sampel. Auditor dapat membuat evaluasi non-statistik ketika
menggunakan pemilihan sampel probabilistik namun tidak boleh mengevaluasi sampel non-
probabilistik dengan menggunakan metode statistik.
Tiga jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan pengambilan
sampel audit non-statistik. Ketiga metode itu bersifat non-probabilistik. Sementara itu, ada empat
jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan pengambilan sampel audit
statistik, yang semuanya bersifat probabilistik.
Metode pemilihan sampel non-probabilistik sebagai berikut ini :
1. Pemilihan sampel terarah.
2. Pemilihan sampel blok.
3. Pemilihan sample sembarangan

Metode pemilihan sampel probabilistik sebagai berikut ini :


1. Pemilihan sampel acak sederhana.
2. Pemilihan sampel sistematis.
3. Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran.
4. Pemilihan sampel berjenjang

Metode pemilihan sampel non-probabilistik


Metode pemilihan sampel non-probabilistik adalah metode yang tidak memenuhi persyaratan
teknis bagi pemilihan sampel nonprobabilistik. Karena metode tersebut tidak didasarkan pada
probabilitas matematika, keterwakilan sampel mungkin sulit ditentukan.

91
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

1. Dalam pemilihan sampel terarah “directed sampel selection”  auditor dengan sengaja memilih
setiap item dalam sampel berdasarkan kriteria pertimbangannya sendiri ketimbang
menggunakan pemilihan acak. Pendekatan yang umum digunakan mencakup :
a. Pos-pos yang paling mungkin berisi salah saji
b. Pos-pos yang berisi karakteristik populasi yang dipilih
c. Cakupan nilai rupiah yang besar

2. Dalam pemilihan sampel blok (block sampel selection), auditor memilih pos pertama dalam
satu blok, dan sisanya dipilih secara berurutan. Biasanya penggunaan sampel blok hanya
dapat diterima jika jumlah blok yang digunakan masuk akal. Jika hanya segelintir blok yang
digunakan probabilitas memperoleh sampel non-presentatif sangatlah besar, dengan
menggunakan kemungkinan perputaran karyawan, perubahan sistem akuntansi dan sifat
musiman, dari sejumlah jenis.
3. Pemilihan sampel sembarangan adalah pemilihan pos sampel tanpa bias yang disengaja oleh
auditor. Dalam kasus semacam itu, auditor memilih pos populasi tanpa memandang
ukurannya, sumber, atau karakteristik khusus lainnya yang membedakan.

Metode Pemilihan Sampel Probabilistik


Sampel statistik mengharuskan sampel probabilistik mengukur risiko pengambilan sampel.
Untuk sampel probabilistik, auditor tidak menggunakan pertimbangan mengenai pos sampel
mana yang akan dipilih, keculi dalam memilih mana dari empat metode pemilihan yang akan
digunakan.
1. Dalam sampel acak sederhana, setiap kombinasi dari item populasi yang mngkin memiliki
kesempatan untuk dimasukkan dalam sampel auditor menggunakan pengambilan sampel
random atau acak sederhana untuk populasi sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk
menekankan satu atau lebih jenis pos populasi.
2. Dalam pemilihan sampel sistematis, yang juga disebut pengambilan sampelsistematis, auditor
menghitung suatu interval dan kemudian memilih pos-pos yang akan dijadikan sampel
berdasarkan ukuran interval tersebut. Interval ditentukan dengan membagi ukuran populasi

92
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

dengan ukuran sampel yang diinginkan. Keunggulan dari pemilihan sistematis adalah lebih
mudah digunakan. Dalam sebagian besar populasi, sampel sistematis dapat diambil dengan
cepat dan pendekatannya secara otomatis akanmenempatkan nomor lain dalam urutan, yang
membuatnya lebih mudah dalam mengembangkan dokumentasi yang tepat.

Probabilitas Proposional Terhadap Pemilihan Ukuran Dan Stratifikasi Sampel. Dalam banyak
situasi audit, jauh lebih menguntungkan memilih sampel yangmenekankan item-item populasi
dengan jumlah tercatat yang lebih besar. Ada dua cara untuk memperoleh sampel semacam itu
1. Mengambil sampel dimana probabilitas pemilihan setiap item populasi individual bersifat
proporsional dengan jumlah tercatatnya. Pendekatan ini dievaluasi dengan menggunakan
pendekatan pengambilan sampel non-statistik atau pengambilan sampel statistik pos moneter.
2. Membagi populasi kedalam subpopulasi, biasanya menurut ukuran dolar, dan mengambil
sampel yang lebih besar dari subpopulasi itu dengan ukuran yang lebih besar. Pendekatan ini
dievaluasi dengan menggunakan pendekatan non-statistik atau pendekatan statistik variabel.

Pengambilan Sampel Untuk Tingkat Pengecualian


Auditor menggunakan pengambilan sampel pada pengujia pengendalian dan pengujian
substantifatas transaksi untuk mengestimasi persentase pos-pos dalam populasi yang memiliki
karakteristik atau atribut yang penting. Persentase ini disebut sebagai tingkat keterjadian
(accurence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate). Auditor memperhatikan dengan
beberapa jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi :
1. Deviasi dari pengendalian yang diterapkan klien
2. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi
3. Salah saji moneter dalam populasi perincian saldo akun

Mengetahui tingkat pengecualian sangat bermanfaat khususnya bagi dua jenis


pengecualian yang pertama, yang melibatkan transaksi. Karena itu, auditor menggunakan secara
ekspensif pengambilan sampel audit yang mengukur tingkat pengecualian ketika melakukan
pengujian pengendalian dan pengujian ekspensif atas transaksi. Perihal jenis pengecualian ketiga,

93
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

biasanya auditor harus mengestimasi jumlah total rupiah dari pengecualian itu karena mereka
harus memutuskan apakah salah saji yang ada bersifat material. Ketika ingin mengetahui jumlah
salah saji, auditor akan menggunakan metode yang mengukur nilai rupiahnya, bukan tingkat
pengecualian.
Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk mengestimsi tingkat
pengecualian pada seluruh populasi yang merupakan (estimasi terbaik) auditor atas tingkat
pengecualian populasi. Istilah pengecualian harus dipahami sebagai perujukan yang mengacu
pada deviasi dari prosedur pengendalian klien maupun jumlah yang salah secara moneter yang
tidak benar, apakah hal tersebut itu disebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja
atau penyebab lain. Istilah deviasi khususnya merujuk pada penyimpangan dari pengendalian
yang ditetapkan.

Penerapan Pengambilan Audit Non-Statistik


Auditor menggunakan 14 langkah dalam menerapkan pengambilan sampel audit untuk
pengujian pengendalian dan pengujian subtantif transaksi, langkah ini terbagi menjadi 3 fase
serta berguna untuk meyakinkan penerapan audit maupun pengambilan sampel dengan tepat.
Merencanakan sampel
1. Menetapkan tujuan dari pengujian audit
2. Menentukan apakah pengambilan sampel audit akan diterapkan
3. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian
4. Mendefinisikan populasi
5. Mendefinisikan pos sampel
6. Menentukan tingkat pengecualian yang dapat diterima
7. Menentukan risikko yang dapat diterima akibat risiko pengendalian yang dinilai terlalu rendah
8. Mengestimasikan tingkat pengecualian populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal

Memilih sampel dan menjalankan prosedur audit


10. Memilih sampel

94
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

11. Menjalankan prosedur audit

Evaluasi hasil
12. Menggenaralisasikan sampel ke populasi
13. Menganalisis pengecualian
14. Menentikan akseptabilitas populasi

Tujuan dari pengujian harus ditetapkan dalam pengertian siklus transaksi apa yang akan diuji.
Biasanya auditor mengidentifikasi tujuan dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi untuk :
1. Menguji efektivitas pelaksanaan pengendalian internal
2. Menentukan apakah terdapat salah saji moneter dalam transaksi
Dalam pengambilan sampel audit yang diterapkan auditor merencanakan untuk menarik
kesimpulan mengenai suatu populasi berdasarkan pada suatu sampel. Auditor harus
memeriksa program audit dan memmilih prosedur audit dalam pengambilan sampel.

Pengambilan Sampel Audit Secara Statistik


Metode pengambilan sampel statistik yang paling banyak digunakan dalam pengujian
pengendalian dan pengujian subtantif transaksi adalah pengambilan sampel atribut. Ketika
pengambilan sampel atribut digunakan maka akan mengacu pada pengambilan sampel atribut
statistik. Pengambilan sampel non-statistik juga memiliki atribut yang merupakan karakteristik
yang diuji dari populasi, namun pengambilan sampel atribut merupakan suatu metode demgam
pendekatan statistik.
Auditor mendasari kesimpulan statistik pada distribusi sampel. Suatu distribusi sampel
merupakan distribusi frekuensi hasil yang mungkin dari semua sampel dengan ukuran tertentu
yang didapatkan dari suatu populasi yang memiliki beberapa karakteristik khusus. Distribusi
sampel memungkinkan auditor untuk membuat pernyataan probabilitas mengenai kemungkinan
sifat representatif dari setiap sampel yang didistribusikan. Pengambilan sampel atribut

95
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

berdasarkan pada distribusi binomial yang mana setiap sampel yang mungkin dalamm populasi
memiliki kemungkinan satu atau dua nilai.

96
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ii

BAGIAN 1 – PROFESI AUDIT ........................................................................ 1


1. Permintaan Terhadap Jasa Audit dan Jasa Assurance Lainnya...... 1
2. Profesi Akuntan Publik (CPA)....................................................... 12
3. Etika Profesi................................................................................... 17
BAGIAN 2 – PROSES AUDIT .......................................................................... 1
4. Tujuan dan Tanggung Jawab Audit................................................ 26
5. Bukti Audit..................................................................................... 30
6. Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis...................................... 35
7. Materialitas dan Risiko.................................................................. 39
8. Pengendalian Internal dan Risiko Pengendalian............................ 48
9. Audit Kecurangan.......................................................................... 57
10. Dampak Teknologi Informasi Terhadap Proses Audit................... 64
11. Keseluruhan Perencanaan dan Program Audit............................... 74
BAGIAN 3 – PENERAPAN PROSES AUDIT PADA SIKLUS PENJUALAN DAN
PENAGIHAN....................................................................................................... 81
12. Audit Siklus Penjualan dan Penagihan.......................................... 81
13. Pemilihan Sample Audit Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Transaksi....................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA

97
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 1......................................................................................... 43
Tabel 2......................................................................................... 43
Tabel 3......................................................................................... 68
Tabel 4......................................................................................... 82

98
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 1..................................................................................... 20
Gambar 2..................................................................................... 60
Gambar 3..................................................................................... 81

99
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing ( Pemeriksaan Akuntansi ) oleh Kantor Akuntan Publik. Jilid
Satu

Arens, Et. Al, 2012. Auditing and Assurance Service, an Integrated Approach. Fourteen Edition,
England Pearson Education Limited.

Arens, Alvin A. Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2015. Auditing & Jasa Assurance Pendekatan
Terintegrasi. Edisi 15. Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Charoline Cheisviyanny dan Vanica Serly. 2015. Pemeriksaan Akuntansi. Padang : Sukabina Press

Edisi Keempat. Edisi Keempat. Salemba Empat. Jakarta. Salemba Empat

Elder, Randal J., Mark S. Beasley, Alvin A. Arens, dan Amir Abadi Jusuf. 2011. Jasa Audit dan
Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba Empat.

Sukrisno Agoes dam Estralita Trisnawati. 2014. Praktikum Audit. Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat.

100

Anda mungkin juga menyukai