Anda di halaman 1dari 36

Modul 1

Auditing dan Profesi Akuntan Publik


Devianti Yunita H., S.E., M.T., Ak.

PE ND A H UL U AN

M ateri pada modul ini secara umum berkaitan dengan konsep dasar
auditing dan profesi akuntan publik. Dalam modul ini Anda akan
dapat memahami konsep dasar auditing dan berbagai hal yang terkait dengan
profesi akuntan publik, yang jasanya sangat dibutuhkan oleh manajemen
perusahaan maupun oleh para investor. Untuk dapat lebih memahami hal
tersebut, pertama-tama akan diuraikan mengenai definisi auditing dan jenis-
jenis auditing, selanjutnya dijelaskan latar belakang berkembangnya profesi
akuntan publik, yang kemudian akan disertai dengan penjelasan berbagai hal
yang terkait profesi akuntan publik itu sendiri.
Dalam Kegiatan Belajar 1 akan dijelaskan mengenai konsep dasar
auditing dimulai dari latar belakang timbulnya auditing karena adanya
information risk, di mana information risk tersebut merefleksikan
kemungkinan bahwa informasi yang menjadi dasar pengambilan keputusan
bisnis ternyata tidak akurat. Auditing dapat didefinisikan sebagai “Suatu
proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti
mengenai asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi untuk meyakinkan
tingkat kesesuaian antara asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
Evidence atau bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan oleh
auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit disajikan sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Auditor harus qualified dalam memahami
kriteria yang digunakan dan harus kompeten dalam memahami jenis dan
jumlah bukti yang harus dikumpulkan untuk memperoleh kesimpulan yang
tepat setelah bukti-bukti tersebut diperiksa.
Selanjutnya dalam Kegiatan Belajar 2 dijelaskan mengenai timbul dan
berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara yang sejalan dengan
berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di
negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang
1.2 Auditing IA 

sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan modal dari pemiliknya,


namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul berbagai
perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang modalnya
berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan
berkembang. Dari profesi akuntan publik inilah masyarakat kreditur dan
investor mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh manajemen
perusahaan.
Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat,
yaitu jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa non-assurance. Jasa assurance
adalah jasa profesional independen yang memberikan nilai dalam
meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Jasa atestasi terdiri
dari audit, pemeriksaan (examination), reviu, dan prosedur yang disepakati
(agreed upon procedure). Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat,
pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi
suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Jasa non-assurance adalah jasa yang dihasilkan oleh
akuntan publik yang di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat,
keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan; contoh jasa
non-assurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa
kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.
Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat
keandalan laporan keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat
memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk
memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi. Dengan kata lain, information
risk yang dijelaskan di awal pembahasan dapat dihindari.
Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam suatu entitas
berupa kantor akuntan publik, yang menyediakan berbagai jenis jasa yang
diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik, yaitu auditing, atestasi,
akuntansi dan reviu, dan jasa konsultasi.
Di dalam pembahasan baik pada Kegiatan Belajar 1 maupun pada
Kegiatan Belajar 2 akan disajikan pula contoh-contoh soal serta cara
penyelesaiannya, hal ini dimaksudkan agar lebih memudahkan di dalam
memahami apa yang diuraikan sehingga di dalam praktik sehari-hari nanti
lebih mudah menerapkan apa telah dipelajari dalam modul ini.
 PAJA3337/MODUL 1 1.3

Setelah selesai mempelajari materi modul ini diharapkan Anda mampu:


1. menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan auditing;
2. mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai jenis audit berdasarkan
beberapa kriteria;
3. mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan auditing;
4. menjelaskan persyaratan yang harus dimiliki oleh akuntan publik untuk
dapat melaksanakan audit;
5. menjelaskan hubungan antara auditing dengan akuntansi;
6. menjelaskan tentang asersi manajemen;
7. menjelaskan hubungan antara kewajaran laporan keuangan dengan asersi
manajemen;
8. menjelaskan tentang klasifikasi Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP);
9. mengidentifikasi berbagai jenis standar auditing;
10. menjelaskan apa yang dimaksud kode etik akuntan publik beserta hal-hal
yang terkait dengan kode etik akuntan publik.

Cara mempelajari modul ini, bacalah secara keseluruhan; selanjutnya


tahap demi tahap didalami mulai pendahuluan yang menyangkut relevansi
dan deskripsi singkat untuk memberikan gambaran secara garis besar akan
hal yang hendak Anda pelajari. Selanjutnya, di dalam mempelajari setiap
kegiatan belajar yang ada, bagian pertama adalah Anda harus pahami betul
istilah-istilah penting, kemudian pahami pengertian-pengertian yang
tercantum dalam uraian dan contoh-contoh. Untuk dapat melatih
pembelajaran Anda segera kerjakan latihan dan tes formatif yang ada, dan
hitung tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah Anda pelajari.
1.4 Auditing IA 

Kegiatan Belajar 1

Pengertian Auditing

U ntuk mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan


mendalam, perlu kiranya kita mengetahui definisi auditing. Auditing
menurut ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) adalah:

“Proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti


secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian dan tindakan
ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan
tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan untuk menyampaikan
hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.

Konrath (2002:5) mendefinisikan audit sebagai:

“Suatu proses untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi


bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian
ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut
dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”

Menurut Randal J. Elder, Mark S. Beaslev, Alvin A. Arens, (2010:4)

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about


information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and eshtablished criteria. Auditing should be
done by a competent, independent person”.

Dari definisi-definisi di atas, terlihat adanya tujuh hal yang harus


diperhatikan dalam melaksanakan proses auditing, yaitu:
1. Proses yang sistematik
Pemeriksaan akuntan merupakan rangkaian proses dan prosedur yang
logis, berkerangka dan terorganisir.
2. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
Dalam proses pemeriksaan, perolehan bukti yang mendasari pernyataan
yang dibuat oleh perusahaan dan mengevaluasinya tidak boleh
berprasangka atau memihak.
3. Pernyataan tentang kejadian dan tindakan ekonomi
 PAJA3337/MODUL 1 1.5

Dalam kaitannya dengan audit laporan keuangan, yang dimaksud


dengan pernyataan dan kejadian ekonomi adalah proses akuntansi.
Proses akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran dan
penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang.
4. Tingkat kesesuaian
Tingkat kesesuaian pernyataan ekonomi dengan kriteria yang telah
ditetapkan harus dapat dikuantitatifkan dan dikualitatifkan.
5. Kriteria yang ditetapkan
Kriteria yang ditetapkan sebagai dasar pengukur pernyataan berupa:
a. Peraturan yang ditetapkan.
b. Ukuran prestasi yang ditetapkan manajemen.
c. Prinsip akuntansi yang berlaku umum.
6. Penyampaian hasil
Penyampaian hasil audit sering disebut dengan pengesahan
(attestation). Penyampaian hasil ini umumnya dilakukan dalam bentuk
laporan pemeriksaan akuntan (audit report).
7. Pemakai yang berkepentingan
Pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah investor
dan calon investor; kreditur dan calon kreditur; manajemen; pemerintah;
dan atau organisasi buruh.

Agar pemeriksaan dapat dilakukan secara kritis, pemeriksaan tersebut


harus dilaksanakan oleh orang yang mempunyai pendidikan, pengalaman dan
kompeten di bidang akuntansi, perpajakan, sistem akuntansi dan proses audit.
Audit harus dilakukan oleh pihak yang independen, oleh karena itu
akuntan publik harus independen dalam arti sebagai pihak luar perusahaan
yang diperiksa, tidak boleh memiliki kepentingan tertentu di dalam
perusahaan tersebut (misal sebagai pemegang saham, direksi atau dewan
komisaris), atau mempunyai hubungan khusus (misal keluarga dari
pemegang saham, direksi atau dewan komisaris). Akuntan publik harus
independen, baik in-fact maupun in-appearance karena sebagai orang
kepercayaan masyarakat, harus bekerja secara objektif, tidak memihak ke
pihak manapun dan melaporkan apa adanya.
Dalam proses audit, setidaknya ada tiga pihak yang terlibat di dalamnya,
yaitu:
1. Pihak pertama: auditor.
2. Pihak kedua: auditee atau auditan atau entitas yang diaudit, biasanya
diwakili oleh manajemen dan karyawan pada perusahaan tersebut.
1.6 Auditing IA 

3. Pihak ketiga: pemegang saham atau entitas yang memerlukan


pertanggungjawaban dari entitas yang diaudit, biasanya diwakili oleh
dewan komisaris.

Hubungan antara ketiga pihak ini memunculkan tiga fungsi dalam audit,
yaitu:
1. Hubungan antara pihak pertama dengan pihak kedua memunculkan
fungsi audit.
2. Hubungan antara pihak kedua dengan pihak ketiga memunculkan fungsi
pertanggungjawaban.
3. Hubungan antara pihak pertama dengan pihak ketiga memunculkan
fungsi pengesahan.

Dengan kata lain, auditor sebagai pihak pertama melakukan audit


terhadap pertanggungjawaban pihak kedua kepada pihak ketiga dan
memberikan pengesahan hasil auditnya untuk kepentingan pihak ketiga.

A. HUBUNGAN AUDITING DENGAN AKUNTANSI

Tiga pernyataan berikut dapat menggambarkan hubungan antara auditing


dengan akuntansi:
1. Auditing adalah suatu proses mengevaluasi informasi (yang tercantum di
dalam laporan keuangan) dan menghasilkan kesimpulan yang
membandingkan antara fakta dan kriteria.
2. Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran dan
penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang
serta disajikan dalam bentuk financial statement.
3. Jadi auditing adalah proses pengevaluasian atau pemeriksaan atas
informasi dalam laporan keuangan, sebagai output akuntansi.

B. JENIS-JENIS AUDIT

Berdasarkan tujuan atau objek audit, audit dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
1. Audit Umum/Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menilai kewajaran laporan
keuangan yang disajikan klien atas dasar prinsip akuntansi yang berlaku.
 PAJA3337/MODUL 1 1.7

Audit ini biasanya dilakukan oleh akuntan publik (external auditor). Ukuran
kesesuaian yang digunakan di sini adalah kewajaran (fairness), misalnya
kewajaran laporan keuangan yang diukur atas dasar prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.

2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)


Audit kepatuhan meliputi pemeriksaan atas aktivitas keuangan atau
aktivitas operasi tertentu untuk menentukan kesesuaiannya dengan kondisi
atau aturan tertentu. Ukuran kesesuaian di sini adalah ketepatan
(correctness), misalnya ketepatan SPT-Tahunan dengan Undang-undang
Pajak Penghasilan.

3. Audit Operasional (Operational Audit)


Audit operasional merupakan pemeriksaan sistematis atas aktivitas
operasional dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan pemeriksaan
ini adalah:
a. Menilai prestasi.
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan.
c. Membuat rekomendasi untuk pengembangan dan tindakan lebih lanjut.

Audit operasional dapat dilakukan manajemen maupun oleh pihak


ketiga. Ukuran kesesuaian di sini adalah kedekatan (closeness), misalnya
kedekatan antara realisasi dengan standar.
Jenis audit juga dapat diklasifikasi menjadi tiga jenis berdasarkan
hubungan auditor dengan auditee-nya, yaitu:
a. Auditor Internal (Internal Auditor)
Auditor internal adalah sebuah bagian fungsi yang independen dalam
sebuah perusahaan yang bertugas menguji dan mengevaluasi aktivitas
perusahaan dan memberikan layanan jasa audit kepada perusahaan
tersebut. Audit yang boleh dilaksanakan oleh internal auditor adalah
compliance audit dan operational audit.
b. Auditor Eksternal (External Auditor)
Auditor eksternal adalah Certified Public Accountant (CPA) yang
independen terhadap perusahaan yang diaudit. Mereka menawarkan jasa
audit berdasarkan suatu kontrak. Audit yang boleh dilaksanakan oleh
eksternal auditor adalah semua tipe audit.
1.8 Auditing IA 

c. Auditor Pemerintah (Government Auditor)


Auditor pemerintah adalah lembaga yang bertanggung jawab kepada
pemerintah untuk melakukan audit pada lembaga pemerintah atau
BUMN dan BUMD.

Adanya pihak independen yang melakukan proses audit laporan


keuangan, mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai suatu
informasi dan membandingkannya dengan kriteria yang telah ditentukan
hingga dikeluarkannya laporan auditor independen dapat digambarkan pada
Gambar 1.1.

Independen Person Asersi Asersi dalam Laporan


keuangan

Auditor Report on result


Independen
Determines
correspondence
Laporan Auditor Independen

Accumulates and
evaluates evidence Established criteria

Memeriksa bukti-bukti dan


catatan pendukung laporan Standar Akuntansi Keuangan
keuangan

Gambar 1.1
Bagan Alur Audit Laporan Keuangan

C. TUJUAN AUDIT

Pelaku-pelaku penting dalam perekonomian seperti birokrat, bankir, dan


investor membutuhkan informasi keuangan sebagai dasar pembuatan
keputusan mereka. Sebagai pengguna informasi keuangan, mereka
menginginkan kualitas laporan keuangan yang relatif tinggi, artinya
informasi keuangan yang mereka peroleh benar-benar mampu mencerminkan
keadaan sebenarnya.
Sementara itu, pihak-pihak yang menyajikan laporan keuangan, seperti
manajemen perusahaan, memiliki kecenderungan untuk selalu menampakkan
gambaran yang positif mengenai keadaan keuangan perusahaan mereka dan
berusaha menutupi hal-hal yang bersifat negatif, artinya mereka kadang-
kadang melupakan aspek reliabilitas laporan keuangan demi mencapai
tujuan-tujuan tertentu.
 PAJA3337/MODUL 1 1.9

Konflik kepentingan antara pihak penyaji dan pengguna laporan


keuangan inilah yang menimbulkan kebutuhan akan pihak yang independen
sebagai jembatan komunikasi mereka. Pihak yang independen ini adalah
akuntan publik yang menyelenggarakan pemeriksaan yang independen atas
laporan keuangan. Akuntan publik bertugas memberikan jaminan reliabilitas
laporan keuangan yang disajikan manajemen. Pihak pengguna laporan
keuangan, dengan demikian, memperoleh keyakinan yang cukup akan
keandalan laporan keuangan sebagai dasar pembuatan keputusan ekonomi
mereka.
Seperti yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya, tujuan
umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kewajaran laporan keuangan
diukur berdasarkan pernyataan manajemen, yang terkandung dalam setiap
unsur yang disajikan dalam laporan keuangan, yang disebut dengan asersi
manajemen.
Asersi manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan merupakan
tanggung jawab manajemen. Asersi ini dapat diklasifikasikan menjadi lima
kategori:

1. Keberadaan atau Kejadian (Existency or Occurence)


Asersi ini merupakan pernyataan manajemen aktiva, kewajiban, dan
ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca
serta apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan rugi laba
benar-benar terjadi selama periode akuntansi.

2. Kelengkapan (Completeness)
Kelengkapan berarti semua transaksi dan akun-akun yang seharusnya
tercatat dalam laporan keuangan telah dicatat. Asersi kelengkapan
berlawanan dengan asersi keberadaan. Jika asersi keberadaan tidak benar
maka akun akan dinyatakan terlalu tinggi, sementara jika asersi kelengkapan
tidak benar, maka akun akan dinyatakan terlalu rendah. Asersi kelengkapan
berkaitan dengan kemungkinan hilangnya hal-hal yang harus dicantumkan
dalam laporan keuangan, sedangkan asersi keberadaan berkaitan dengan
penyebutan angka yang seharusnya tidak dimasukkan.
1.10 Auditing IA 

3. Hak dan Kewajiban (Rights and Obligations)


Auditor harus memastikan apakah aktiva memang menjadi hak klien dan
apakah kewajiban merupakan hutang klien pada tanggal tertentu.

4. Penilaian atau Alokasi (Valluation or Allocation)


Asersi ini menyangkut apakah aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan,
atau beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang
tepat.

5. Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure)


Asersi ini menyangkut masalah apakah komponen-komponen laporan
keuangan telah diklasifikasikan, diuraikan, dan diungkapkan secara tepat.
Pengungkapan berhubungan dengan apakah informasi dalam laporan
keuangan, termasuk catatan yang terkait, telah menjelaskan secara gamblang
hal-hal yang dapat mempengaruhi penggunaannya.

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan audit!
2) Mengapa auditing diperlukan?
3) Jelaskan hubungan auditing dengan akuntansi!
4) Jelaskan klasifikasi audit berdasarkan tujuannya!
5) Berikan penjelasan ringkas mengenai asersi manajemen!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan auditing.


Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 1 perihal definisi auditing.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal tujuan audit.
3) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal hubungan auditing dengan
akuntansi.
 PAJA3337/MODUL 1 1.11

4) Klasifikasi audit berdasarkan tujuan dibedakan menjadi tiga jenis. Untuk


dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal jenis-jenis audit.
5) Asersi adalah pernyataan manajemen dalam laporan keuangan. Agar
dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal asersi manajemen.

RA NG K UM A N

Pengertian audit adalah suatu proses yang sistematik untuk secara


objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang
kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan
tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah
ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Audit harus dilaksanakan oleh pihak yang kompeten
dan independen.
Klasifikasi audit berdasarkan tujuan:
1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit).
2. Audit kepatuhan (compliance audit).
3. Audit operasional (operational audit).
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan
pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan prinsip- prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Kewajaran laporan keuangan diukur berdasarkan asersi terkandung
dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan, yang disebut
dengan asersi manajemen.
Asersi manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan dapat
diklasifikasikan menjadi lima kategori:
1. Keberadaan atau kejadian (existency or occurence).
2. Kelengkapan (completeness).
3. Hak dan kewajiban (rights and obligations).
4. Penilaian atau alokasi (valluation or allocation).
5. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure).
1.12 Auditing IA 

TE S F O RM AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Proses menghasilkan data dan informasi dalam bentuk laporan keuangan


disebut ....
A. auditing
B. keuangan
C. akuntansi
D. tidak ada yang betul

2) Proses mengevaluasi informasi dalam laporan keuangan, agar dapat


memberikan kesimpulan mengenai kesesuaian informasi dalam laporan
keuangan dengan kriteria disebut ....
A. asersi
B. akuntansi
C. atestasi
D. auditing

3) Tujuan dilakukannya pemeriksaan operasional adalah ....


A. memeriksa kewajaran informasi dalam laporan keuangan
B. memberikan rekomendasi untuk kegiatan pengembangan, tindak
lanjut dan perbaikan
C. memeriksa kepatuhan atau kesesuaian terhadap ketentuan atau
aturan tertentu
D. semua jawaban benar

4) Tujuan dilakukannya pemeriksaan kepatuhan adalah ....


A. memeriksa kewajaran informasi dalam laporan keuangan
B. memberikan rekomendasi untuk kegiatan pengembangan, tindak
lanjut dan perbaikan
C. memeriksa kepatuhan atau kesesuaian terhadap ketentuan atau
aturan tertentu
D. semua jawaban benar

5) Kriteria yang dijadikan acuan dalam menentukan kewajaran informasi


yang terdapat dalam laporan keuangan adalah ....
A. standar auditing
B. aturan perpajakan
C. aturan pemerintah
D. prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
 PAJA3337/MODUL 1 1.13

6) Asersi manajemen yang dinilai oleh akuntan publik dalam pelaksanaan


audit laporan keuangan adalah ....
A. keberadaan, kelengkapan
B. hak dan kewajiban, penilaian atau alokasi
C. penyajian dan pengungkapan
D. semua benar

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.14 Auditing IA 

Kegiatan Belajar 2

Profesi Akuntan Publik dan Standar Profesi


ertanyaan mendasar yang sering ditanyakan adalah “mengapa suatu
P perusahaan harus diaudit?” Jawaban dari pertanyaan ini adalah mungkin
karena audit harus dilakukan karena ada peraturan atau undang-undang yang
mengikat. Walaupun jawaban ini benar, namun saat ini telah banyak
perusahaan yang sadar akan pentingnya hubungan akuntansi dan auditing
yang dilaksanakan oleh profesi akuntan publik. Laporan keuangan yang
merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan yang dilaporkan kepada
pemilik perusahaan (pemegang saham) yang sering kali tidak dapat
melaksanakan fungsi pengawasan secara menyeluruh. Di sinilah peran
auditor hadir untuk menentukan apakah laporan keuangan yang disajikan
oleh manajemen perusahaan sudah menggambarkan kondisi yang seharusnya
atau tidak. Verifikasi auditor atas informasi keuangan akan menambah
kredibilitas laporan tersebut dan mengurangi risiko informasi, yang
berpotensi menguntungkan baik pemilik maupun manajemen perusahaan.
Jenis-jenis auditor di Indonesia adalah:
1. Akuntan publik (external auditor): dengan memiliki Kantor Akuntan
Publik (KAP) atau bekerja di KAP.
2. Auditor intern (internal auditor): dengan bekerja di Satuan Pengawas
Intern atau Internal Audit Departement perusahaan swasta dan Badan
Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, di perusahaan
perbankan biasanya disebut Satuan Kerja Audit Internal (SKAI).
3. Auditor pemerintah (government auditor): dengan bekerja di BPK
(Badan Pemeriksa Keuangan), BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan), atau Inspektorat di suatu kementerian dan pemerintahan
daerah.

Dalam melaksanakan pekerjaan, seorang auditor harus senantiasa


memperhatikan apa yang disebut Standar Profesional Akuntan Publik
(disingkat SPAP), suatu kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang
 PAJA3337/MODUL 1 1.15

merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi Akuntan Publik di


Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI). SPAP yang
diterbitkan terakhir per 31 Maret 2011 terdiri dari lima standar, yaitu:
1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Auditing (IPSA).
2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT).
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Reviu (PSAR) yang dilengkapi
dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Reviu
(IPSAR).
4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSPM).

Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang


bertujuan untuk mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan
publik di Indonesia. Selain kelima Standar tersebut masih dilengkapi dengan
Aturan Etika Akuntan Publik yang merupakan aturan norma yang wajib
dipenuhi oleh profesi akuntan publik.

A. PERNYATAAN STANDAR AUDITING

Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. “Prosedur” berkaitan


dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkaitan
dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan
dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut.
Jadi, berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup atau
mengatur mengenai mutu profesional (professional qualities) auditor
independen dan pertimbangan (judgement) yang digunakannya dalam
pelaksanaan, penyusunan dan pembuatan laporan audit.
Standar audit yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia terdiri dari sepuluh Standar yang dikelompokkan menjadi tiga
kelompok besar, yaitu:
1. Standar Umum
1.16 Auditing IA 

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki


keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
Jadi standar umum mengatur tentang pribadi auditor, mengenai
persyaratan kompetensi, sikap serta profesionalisme auditor dalam
melaksanakan audit.

2. Standar Pekerjaan Lapangan


a. Pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan
di lapangan, mulai dari perencanaan, supervisi, pemahaman dan
pengevaluasian pengendalian intern, pengumpulan bukti sampai
selesainya pemeriksaan di lapangan.

3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
 PAJA3337/MODUL 1 1.17

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai


laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor (IAI, 2001:150.1
& 150.2).
Standar ini memberikan pedoman bagi auditor dalam menyusun
laporan auditnya.

B. PENJELASAN MASING-MASING STANDAR AUDITING

1. Standar Umum
”Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”. Dalam
melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor
harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan
bidang auditing. Setiap auditor independen yang menjadi penanggung jawab
suatu perikatan harus menilai dengan baik kedua persyaratan tentang
pendidikan formal auditor independen dan pengalaman profesional di dalam
menentukan luasnya supervisi dan reviu terhadap hasil kerja para asistennya.
”Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini
mengharuskan auditor bersikap independen di mana tidak mudah dipengaruhi
oleh karena dalam melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
Dengan begitu tidak ada istilahnya memihak kepada kepentingan pihak-pihak
tertentu. Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada
manajemen dan pemilik perusahaan namun juga kepada kreditur dan pihak-
pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan auditor independen.
Kepercayaan masyarakat umum dirasa sangat penting mengingat jika
kepercayaan masyarakat menurun maka ada indikasi pemikiran tentang
ketidakindependensi auditor tersebut. Untuk diakui oleh pihak lain sebagai
orang yang independen maka ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap
kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya. Untuk
menekankan independensi auditor dari manajemen maka penunjukan auditor
1.18 Auditing IA 

di banyak perusahaan dilaksanakan oleh dewan komisaris, rapat umum


pemegang saham atau komite audit.
”Dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama”.
Penggunaan kemahiran profesional dengan cemat dan seksama menyangkut
apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaan
tersebut. Seorang auditor harus memiliki tingkat keterampilan yang
umumnya dimiliki oleh auditor pada umumnya dan harus menggunakan
keterampilan tersebut dengan kecermatan dan keseksamaan wajar. Hal ini
menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional di mana sikap
yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi
secara kritis bukti audit.

2. Standar Pekerjaan Lapangan


”Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya”. Sebelum menerima perikatan
auditor harus yakin apakah kondisi di mana perikatan pada saat mendekati
atau setelah tanggal neraca dapat memungkinkan auditor untuk melaksanakan
audit secara memadai dan memberi pendapat wajar tanpa pengecualian. Jika
kondisi tersebut tidak memungkinkan auditor untuk melakukan audit secara
memadai dan untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian maka ia
harus membahas dengan klien tentang kemungkinan dalam memberikan
pendapat wajar dengan pengecualian atau tidak memberikan pendapat.
”Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan”. Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan
oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain
untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan
tujuan yang terbagi menjadi keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan
efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
”Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit”.
Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik
oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan
keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan
bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh
 PAJA3337/MODUL 1 1.19

terhadap kompetensi bukti. Audit yang dilakukan oleh auditor independen


bertujuan untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk dipakai
sebagai dasar memadai dalam merumuskan pendapatnya. Auditor independen
lebih mengandalkan bukti yang bersifat mengarahkan daripada bukti yang
bersifat meyakinkan.
3. Standar Pelaporan
”Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.
Istilah prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah padanan kata dari frase
generally accepted accounting principle di mana suatu istilah teknis
akuntansi yang mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan
untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu
pada saat tertentu. Untuk laporan keuangan yang didistribusikan kepada
umum di Indonesia harus disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
”Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya”. Tujuan standar konsistensi adalah untuk
memberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan di antara
dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi
maka auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya.
Perubahan dalam prinsip akuntansi yang mempunyai pengaruh material atas
laporan keuangan memerlukan penjelasan dalam laporan auditor independen
dengan cara menambahkan paragraf penjelas yang disajikan setelah paragraf
pendapat.
”Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor”. Auditor harus
mempertimbangkan apakah masih terdapat hal-hal tertentu yang harus
diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan fakta yang diketahui pada saat
audit. Bila manajemen menghilangkan dari laporan keuangan, informasi yang
seharusnya diungkapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia termasuk catatan atas laporan keuangan, auditor harus
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar
karena alasan tersebut dan harus memberikan informasi yang cukup dalam
laporannya.
1.20 Auditing IA 

”Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai


laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat
diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika
ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor”.

Standar Auditing

Landasan Konseptual Landasan Konseptual

Standar Umum Standar Pekerjaan Lapangan Standar Pelaporan

Pernyataan tentang
kesesuaian laporan
keuangan dengan prinsip
akuntansi yang berlaku
Keahlian dan Pelatihan umum
Perencanaan dan supervisi
teknis yang memadai
Audit
Pernyataan mengenai
Independensi dalam sikap ketidak konsistenan
Pemahaman yang memadai
Mental penerapan prinsip akuntansi
atas pengendalian intern
yang berlaku umum
Penggunaan kemahiran
Bukti audit kompeten yang
profesional dengan cermat Pengungkapan informatif
cukup
dan seksama dalam laporan keuangan

Pernyataan pendapat atas


laporan keuangan secara
keseluruhan

Landasan Operasional Landasan Operasional

Pernyataan Standar Auditing Pernyataan Standar Auditing Pernyataan Standar Auditing


(PSA) (PSA) (PSA)

Interpretasi Pernyataan Interpretasi Pernyataan Interpretasi Pernyataan


Standar Auditing (IPSA) Standar Auditing (IPSA) Standar Auditing (IPSA)

Gambar 1.2.
Hierarki Standar Auditing
 PAJA3337/MODUL 1 1.21

C. STANDAR ATESTASI

Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang


independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam
semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan.
1. Standar Umum
a. Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup dalam fungsi atestasi.
b. Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang
memiliki pengetahuan cukup dalam bidang yang bersangkutan
dengan asersi.
c. Praktisi harus melaksanakan perikatan hanya jika ia memiliki alasan
untuk meyakinkan dirinya bahwa dua kondisi berikut ini ada:
1) Asersi dapat dinilai dengan kriteria rasional, baik yang telah
ditetapkan oleh badan yang diakui atau yang dinyatakan dalam
penyajian asersi tersebut dengan cara cukup jelas dan
komprehensif bagi pembaca yang diketahui mampu
memahaminya.
2) Asersi tersebut dapat diestimasi atau diukur secara konsisten
dan rasional dengan menggunakan kriteria tersebut.
d. Dalam semua hal yang bersangkutan dengan perikatan, sikap mental
independen harus dipertahankan oleh praktisi.
e. Kemahiran profesional harus selalu digunakan oleh praktisi dalam
melaksanakan perikatan, mulai dari tahap perencanaan sampai
dengan pelaksanaan perikatan tersebut.

2. Standar Pekerjaan Lapangan


a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional
bagi simpulan yang dinyatakan dalam laporan.

3. Standar Pelaporan
a. Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan
sifat perikatan atestasi yang bersangkutan.
1.22 Auditing IA 

b. Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah


asersi disajikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau
kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur.
c. Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan
tentang perikatan dan penyajian asersi.
d. Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang
disusun berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu
perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati harus berisi
suatu pernyataan tentang keterbatasan pemakaian laporan hanya
oleh pihak-pihak yang menyepakati kriteria atau prosedur tersebut.

D. STANDAR JASA AKUNTANSI DAN REVIU

Akuntan publik dapat memberikan jasa akuntansi lain, baik yang


berhubungan dengan kompilasi maupun reviu suatu laporan keuangan atau
suatu jasa yang terpisah. Jasa akuntansi yang dimaksud antara lain:
1. Menyusun daftar saldo (trial balance).
2. Memberikan bantuan dalam penyelesaian buku besar.
3. Memberikan jasa konsultasi dalam bidang akuntansi, perpajakan, dan
jasa lain yang sejenis.
4. Mengisi surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT) Pajak Penghasilan.
5. Memberikan berbagai jasa pembukuan atau pengolahan data secara
manual atau dengan menggunakan mesin pembukuan/komputer
sepanjang hasil akhirnya bukan merupakan laporan keuangan.
6. Mengolah data keuangan untuk klien kantor akuntan lain.

E. STANDAR JASA KONSULTASI

Sebagaimana telah dijelaskan pada standar-standar sebelumnya, standar


umum untuk akuntan publik sebagai praktisi yang harus ditetapkan dalam
setiap perikatannya adalah sebagai berikut:
1. Kecakapan profesional. Setiap perikatan jasa profesional hanya dapat
diterima apabila akuntan publik sebagai praktisi yakin bahwa perikatan
tersebut dapat diselesaikan dengan kompeten dan bertanggung jawab.
2. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama.
Dalam setiap pelaksanaan jasa profesional, kemahiran profesional
praktisi harus digunakan dengan cermat dan seksama.
 PAJA3337/MODUL 1 1.23

3. Perencanaan dan supervisi. Setiap pelaksanaan jasa profesional


praktisi harus dilaksanakan dengan perencanaan dan supervisi yang
memadai.
4. Data relevan dan memadai. Data yang relevan harus didapatkan
praktisi dalam jumlah yang memadai sehingga kesimpulan atau
rekomendasi yang berhubungan dengan semua jasa profesional, selalu
berdasarkan pada pertimbangan yang rasional.
Berikut ini adalah standar umum tambahan untuk semua jasa konsultasi
yang ditetapkan karena kekhususan sifat jasa konsultasi yaitu kesepakatan
dengan klien dapat menjadi pembatas bagi praktisi dalam pelaksanaan
tugasnya.
1. Kepentingan klien. Dalam setiap perikatan, praktisi harus melayani
kepentingan klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
kesepakatan dengan klien dengan tetap mempertahankan integritas dan
objektivitas.
2. Kesepakatan dengan klien. Dalam setiap perikatannya, praktisi harus
mencapai kesepakatan, baik secara lisan maupun tertulis, dengan klien
mengenai tanggung jawab masing-masing pihak dan sifat, lingkup, dan
keterbatasan jasa yang akan disediakan, dan mengubah kesepakatan
tersebut apabila terjadi perubahan signifikan selama masa perikatan.
3. Komunikasi dengan klien. Praktisi harus memberi tahu kliennya
tentang adanya: (a) benturan kepentingan, (b) keraguan signifikan yang
berkaitan dengan lingkup dan manfaat suatu perikatan, dan (c) temuan
atau kejadian signifikan selama periode perikatan.

F. STANDAR PENGENDALIAN MUTU

Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus diterapkan oleh setiap KAP


pada semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultasi meliputi:
1. Independensi, yakni meyakinkan semua personel pada setiap tingkat
organisasi harus mempertahankan independensi.
2. Penugasan personel, yakni meyakinkan bahwa perikatan akan
dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan
keahlian teknis untuk perikatan dimaksud.
3. Konsultasi, yakni meyakinkan bahwa personel akan memperoleh
informasi memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki
1.24 Auditing IA 

tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan (judgement), dan


wewenang memadai.
4. Supervisi, yakni meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi
standar mutu yang ditetapkan oleh KAP.
5. Pemekerjaan (hiring), yakni meyakinkan bahwa semua orang yang
dipekerjakan memiliki karakteristik semestinya, sehingga memungkin-
kan mereka melakukan penugasan secara kompeten.
6. Pengembangan profesional, yakni meyakinkan bahwa setiap personel
memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka
memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan
dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan
pengetahuan memadai bagi personelnya untuk memenuhi tanggung
jawab mereka dan untuk kemajuan karier mereka di KAP.
7. Promosi (advancement), yakni meyakinkan bahwa semua personel yang
terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan
untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi.
8. Penerimaan dan keberlanjutan klien, yakni menentukan apakah
perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk
meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan dengan klien yang
manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada prinsip
pertimbangan kehati-hatian (prudence).
9. Inspeksi, yakni meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan
unsur-unsur lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif.

G. KODE ETIK AKUNTAN

Setiap pihak yang memberikan jasa dari pengetahuan dan keahliannya


pada pihak lain seharusnya memiliki rasa tanggung jawab kepada pihak-
pihak yang dipengaruhi oleh jasanya itu. Kode Etik Akuntan Indonesia
adalah pedoman bagi para anggota akuntan publik untuk bertugas secara
bertanggung jawab dan objektif.
Aturan Etika Akuntan Publik secara lengkap disajikan sebagai berikut:
1. Independensi, Integritas, dan Objektivitas
Independensi, dalam menjalankan tugasnya, akuntan publik harus selalu
mempertahankan sikap mental independensi di dalam memberikan jasa
profesional sebagaimana diatur dalam SPAP. Sikap mental independensi
tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact – akuntan publik
 PAJA3337/MODUL 1 1.25

tersebut bersikap tidak memihak saat melakukan tugasnya) maupun dalam


penampilan (in appearance-penafsiran orang lain mengenai independensi
akuntan publik tersebut). Independensi adalah pandangan dan sikap akuntan
publik yang tidak berprasangka, tidak memihak dalam melakukan
pemeriksaan, pengevaluasian dan penerbitan laporan audit.
Integritas dan Objektivitas, dalam menjalankan tugasnya, akuntan
publik harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari
benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor
salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau
mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangan kepada pihak lain.

2. Standar Umum dan Prinsip Akuntansi


Standar Umum, akuntan publik harus memenuhi standar berikut ini
beserta interpretasi yang terkait:
a. Kompetensi profesional, akuntan publik hanya boleh melakukan
pemberian jasa profesional yang secara layak (reasonable) diharapkan
dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.
b. Kecermatan dan keseksamaan profesional, akuntan publik wajib
melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan
keseksamaan profesional.
c. Perencanaan dan supervisi, akuntan publik wajib merencanakan dan
mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa
profesional.
d. Data relevan dan memadai, akuntan publik wajib memperoleh data
relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan
atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.
e. Kepatuhan terhadap standar, akuntan publik yang melaksanakan
penugasan jasa auditing, atestasi, reviu, kompilasi, konsultasi
manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya wajib mematuhi
standar.

Prinsip-prinsip akuntansi, akuntan publik tidak diperkenankan:


a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan
keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum atau.
b. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material
yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai
1.26 Auditing IA 

prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut memuat


penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan atau data
secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh
badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan luar biasa,
laporan atau data mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut di
atas.

3. Tanggung Jawab Kepada Klien


Informasi dari klien yang rahasia, akuntan publik tidak diperkenankan
mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien.
Fee profesional, besaran fee dapat bervariasi tergantung antara lain:
risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang
bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak
diperkenankan mendapat klien dengan cara menawarkan fee yang dapat
merusak citra profesi.
Fee Kontinjen, adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau
hasil tertentu di mana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu
tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau
badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil
penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur. Anggota KAP tidak
diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila penetapan tersebut
dapat mengurangi independensi.

4. Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi


Tanggung jawab kepada rekan seprofesi, wajib memelihara citra
profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat
merusak reputasi rekan seprofesi.
Komunikasi antar akuntan publik, wajib berkomunikasi tertulis
dengan akuntan publik pendahulu bila akan mengadakan perikatan
(engagement) audit menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk
tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode
serta tujuan yang berlainan. Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi
secara tertulis permintaan komunikasi dari akuntan pengganti secara
memadai.
 PAJA3337/MODUL 1 1.27

Perikatan Atestasi, akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan


perikatan atestasi yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan
yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali
apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan
perundang-undangan yang dibuat oleh badan yang berwenang.

5. Tanggung Jawab dan Praktik Lain


Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan, tidak
diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan yang
mencemarkan profesi.
Iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya, dalam menjalankan
praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui pemasangan
iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya
sepanjang tidak merendahkan citra profesi.
Komisi dan fee reveral (rujukan), komisi adalah imbalan dalam bentuk
uang atau barang atau bentuk lainnya yang diberikan kepada atau diterima
dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari klien/pihak lain.
Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima komisi
apabila pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi
independensi. Fee reveral (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/
diterima kepada/dari sesama penyedia jasa profesional akuntan publik. Fee
reveral (rujukan) hanya diperkenankan bagi sesama profesi.
Bentuk Organisasi dan KAP, hanya dapat berpraktik akuntan publik
dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan/atau yang tidak menyesatkan dan merendahkan citra
profesi.

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan mengapa perusahaan perlu diaudit!
2) Sebutkan klasifikasi Standar Profesional Akuntan Publik!
3) Jelaskan perbedaan prosedur auditing dengan standar auditing!
1.28 Auditing IA 

4) Sebutkan unsur-unsur pengendalian mutu!


5) Berikan penjelasan singkat mengenai kode etik profesi akuntan publik!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Pertanyaan mendasar yang sering ditanyakan dalam pembahasan


mengenai profesi akuntan publik dapat dijawab dengan membaca
kembali pengantar pada Kegiatan Belajar 2 ini.
2) Standar Profesional Akuntan Publik per 31 Maret 2011 terdiri dari 5
standar. Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca
kembali Kegiatan Belajar 2 perihal Standar Profesional Akuntan Publik.
3) Prosedur berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan
standar berkaitan dengan kriteria atau ukuran. Agar Anda dapat
menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali mempelajari
Kegiatan Belajar 2 perihal Standar Audit.
4) Standar pengendalian mutu merupakan salah satu standar yang ada pada
SPAP. Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus
kembali mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal Standar Pengendalian
Mutu.
5) Kode etik adalah pedoman untuk melakukan tugas secara bertanggung
jawab. Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus
kembali mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal Kode Etik.

RA NG K UM A N
Seorang akuntan publik diperlukan perusahaan untuk menentukan
apakah laporan kinerja yang disajikan oleh manajemen perusahaan sudah
menggambarkan kondisi yang seharusnya atau tidak. Auditor berperan
untuk menambah kredibilitas laporan tersebut dan mengurangi risiko
informasi yang berpotensi menguntungkan baik pemilik maupun
manajemen perusahaan.
Jenis-jenis auditor di Indonesia adalah:
1. Akuntan publik (external auditor).
2. Auditor intern (internal auditor): dan
3. Auditor pemerintah (government auditor).

Standar Profesional Akuntan Publik per 31 Maret 2011 terdiri dari


lima standar, yaitu:
1. Standar Auditing.
2. Standar Atestasi.
 PAJA3337/MODUL 1 1.29

3. Standar Jasa Akuntansi dan Review.


4. Standar Jasa Konsultansi.
5. Standar Pengendalian Mutu.

Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang


bertujuan untuk mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi
akuntan publik di Indonesia. Selain kelima standar tersebut masih
dilengkapi dengan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang
merupakan aturan norma yang wajib dipenuhi oleh akuntan publik.
Sembilan unsur pengendalian mutu, yaitu independensi, penugasan
personel, konsultasi, supervisi, pemekerjaan (hiring), pengembangan
profesional, promosi (advancement), penerimaan dan keberlanjutan
klien, dan inspeksi.

TE S F O RM AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Kode etik profesi akuntan publik diperlukan untuk ....


A. menjaga kepercayaan masyarakat
B. mendorong standar kerja auditor yang tinggi
C. menjaga agar auditor melakukan pekerjaan dengan bertanggung
jawab
D. semua jawaban betul

2) Abrakadabra, S.E., Ak. adalah auditor yang ditugaskan untuk memeriksa


laporan keuangan PT. ABC. Saat ini PT. ABC diberitakan di media
massa karena dugaan rekayasa laporan keuangan, oleh karena itu dalam
melakukan audit Abrakadabra, S.E., Ak. menetapkan tidak perlu
mengumpulkan bukti-bukti yang memadai. Dalam kasus ini,
Abrakadabra, SE, Ak melakukan pelanggaran terhadap ....
A. independency in appearance
B. independency in fact
C. jawaban a dan b betul
D. jawaban a dan b salah

3) Aladin, S.E., Ak. adalah seorang auditor. Aladin adalah menantu Bapak
Abu Nawas, direktur PT. Fantasi. Saat ini Aladin sedang terikat
penugasan jasa audit laporan keuangan PT. Fantasi. Dalam kasus ini,
Aladin, S.E., Ak. melakukan pelanggaran terhadap ....
A. independency in fact
1.30 Auditing IA 

B. independency in appearance
C. jawaban a dan b betul
D. jawaban a dan b salah

4) Standar auditing terdiri dari ....


A. standar umum (4), standar pekerjaan lapangan (3) dan standar
pelaporan (3)
B. standar umum (3), standar pekerjaan lapangan (4) dan standar
pelaporan (3)
C. standar umum (3), standar pekerjaan lapangan (3) dan standar
pelaporan (4)
D. standar umum (4), standar pekerjaan lapangan (4) dan standar
pelaporan (3)

5) Standar audit yang mengatur mengenai diri pribadi seorang auditor


independen adalah ....
A. standar pekerjaan lapangan
B. standar umum
C. standar pelaporan
D. jawaban a, b dan c betul

6) Besaran fee audit dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di bawah ini,
kecuali ....
A. kompleksitas perusahaan klien yang diaudit
B. risiko yang terkait dengan penugasan
C. tingkat keahlian yang diperlukan
D. kesimpulan yang akan diberikan auditor atas kewajaran informasi
dalam laporan keuangan

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
 PAJA3337/MODUL 1 1.31

< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.32 Auditing IA 

Kunci Jawaban Tes Formatif


Tes Formatif 1
1) C. Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran dan
penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang
serta disajikan dalam bentuk laporan keuangan.
2) D. Auditing adalah suatu proses mengevaluasi informasi (yang
tercantum di dalam laporan keuangan) dan menghasilkan kesimpulan
yang membandingkan antara fakta dan kriteria.
3) B. Pemeriksaan operasional merupakan pemeriksaan sistematis atas
aktivitas operasional dalam hubungannya dengan tujuan tertentu.
Tujuan pemeriksaan ini adalah:
- Menilai prestasi.
- Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan.
- Membuat rekomendasi untuk pengembangan dan tindakan lebih
lanjut.
4) C. Pemeriksaan kepatuhan merupakan pemeriksaan atas aktivitas
keuangan atau aktivitas operasi tertentu untuk menentukan
kesesuaiannya dengan kondisi atau aturan tertentu.
5) D. Pemeriksaan laporan keuangan bertujuan untuk menilai kewajaran
laporan keuangan yang disajikan klien. Ukuran kesesuaian yang
digunakan adalah kewajaran (fairness), yang diukur atas dasar
prinsip Akuntansi yang berlaku Umum di Indonesia.
6) D. Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan. Kewajaran laporan keuangan diukur
berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang
disajikan dalam laporan keuangan (disebut dengan asersi
manajemen) yang terdiri dari:
a) Keberadaan atau kejadian (existency or occurence).
b) Kelengkapan (completeness).
c) Hak dan kewajiban (rights and obligations).
d) Penilaian atau alokasi (valluation or allocation).
e) Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure).
 PAJA3337/MODUL 1 1.33

Tes Formatif 2
1) D. Kode etik profesi akuntan publik adalah pedoman bagi para akuntan
publik untuk bertugas secara bertanggung jawab dan objektif.
Anggota Ikatan Akuntan Indonesia perlu melakukan tugasnya secara
bertanggung jawab agar jasa yang diberikan tetap dapat dipercaya
oleh masyarakat.
2) B. Independency in fact adalah sikap mental independen dalam fakta
(artinya anggota KAP tersebut bersikap tidak memihak dalam
melakukan pemeriksaan, pengevaluasian dan penerbitan laporan
audit).
3) B. Independency in appearance adalah sikap mental independen dalam
penampilan (artinya anggota KAP tersebut bersikap menghindari
penafsiran/prasangka orang lain mengenai independensinya).
4) C. Standar audit yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia terdiri dari sepuluh Standar yang dikelompokkan
menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Standar Umum:
1) Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai
2) Independensi dalam sikap mental
3) Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan
seksama
b. Standar Pekerjaan Lapangan:
1) Perencanaan dan supervisi audit
2) Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern
3) Bukti audit kompeten yang cukup
c. Standar Pelaporan:
1) Pernyataan tentang kesesuaian laporan keuangan dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
2) Pernyataan mengenai ketidakkonsistenan penerapan prinsip
akuntansi yang berlaku umum
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan
4) Pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan
5) B. Standar Umum:
1) Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai
2) Independensi dalam sikap mental
3) Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
1.34 Auditing IA 

6) D. Besarnya fee Anggota dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko


penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP
yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.
 PAJA3337/MODUL 1 1.35

Glosarium

Akuntansi : proses pengidentifikasian, pengukuran dan


penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan
dalam satuan uang dan disajikan dalam laporan
keuangan.
Asersi manajemen : pernyataan manajemen, yang terkandung dalam
setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan
dan merupakan tanggung jawab manajemen.
Atestasi : suatu jasa pernyataan pendapat, pertimbangan orang
yang independen dan kompeten tentang apakah
asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang
material, dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Auditing : proses mengevaluasi informasi (yang tercantum di
dalam laporan keuangan) dan menghasilkan
kesimpulan yang membandingkan antara fakta dan
kriteria.
Independensi : pandangan dan sikap anggota KAP yang tidak
berprasangka, tidak memihak dalam melakukan
pemeriksaan, pengevaluasian dan penerbitan
laporan audit.
Kode Etik : pedoman bagi para anggota Ikatan Akuntan
Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab
dan objektif.
1.36 Auditing IA 

Daftar Pustaka

Arifin Wirakusumah & Sukrisno Agoes. (2003). Tanya Jawab Praktik


Auditing. Jakarta: LP FEUI.

Bambang Hartadi. (2004). Auditing: Suatu Pendekatan Komprehensif Per


Pos dan per Siklus. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.

Elder, Randal J.; Beasley, Mark S., and Arens, Alvin A. (2010). Auditing
and Assurance Services: An Integrated Approach. Pearson Prentice
Hall.

Standar Profesional Akuntan Publik. (2011). IAPI.

Sukrisno Agoes. (2004). Auditing (Pemeriksaan Akuntan). Edisi 3. Jakarta:


LP FEUI.

Anda mungkin juga menyukai