Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN MATA KULIAH

RPS 2

Oleh :

Ni Kadek Dwi Feby Sugiantari 1907531162

Ayu Karlina 1907531181

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

Tahun Ajaran 2020/2021


2.1 Prinsip-Prinsip Umum dan Tanggungjawab
Menurut Mulyadi (2001: 53). Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika
yaitu:
1. Prinsip Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang professional setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya
2. Prinsip Kepentingan Publik
Setiap anggota wajib untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada public
menghormati kepercayaan public dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
3. Prinsip Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan public setiap anggotaharus memenuhi
tanggungjawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin..
4. Prinsip Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Prinsip Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian kompetensi
dan ketekunan mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
memperoleh manfaat dari jasa professional yang kompeten berdasarkan perkembangan
praktik legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
6. Prinsip Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa professional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan kecuali bila ada hak atau kewajiban professional atau hukum
untuk mengungkapkannya.
7. Prinsip Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Prinsip Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar professional yang relevan. sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

Adapun tanggung jawab auditor sebagai berikut:

1. Perencanaan, Pengendalian, dan Pencatatan


Auditor perlu merencanakan, mengendalikan dan mencatat pekerjaannya.
2. Sistem akuntansi
Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi dan
menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
3. Bukti Audit
Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk memberikan
kesimpulan rasional.
4. Pengendalian intern
Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada pengendalian internal,
hendaknya memastikan kepercayaan pada pengendalian internal, hendaknya memastikan
dan mengevaluasi pengendalian itu dan melakukan compliance test
5. Meninjau ulang laporan keuangan yang relevan
Auditor melaksanakan tinjau ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya dalam
hubungannya dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat
dan untuk memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.

2.2 Penilaian Resiko


Risk assessment (penilaian risiko) adalah metode yang sistematis untuk menentukan
apakah suatu organisasi memiliki risiko yang dapat diterima atau tidak. Penilaian risiko
merupakan inti dari setiap audit, dimana kebanyakan audit yang dilakukan saat ini
menerapkan risk based audit. Penilaian dari risiko itu sendiri menjadi dasar dari prosedur -
prosedur yang dilakukan dalam audit.
Penilaian risiko audit diatur dalam Standar Audit (SA) 315 yang berbunyi
“Pengindentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui
Pemahaman Atas Entitas dan Lingkungannya”. Dalam SA 315 ini auditor dituntut untuk
melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk dapat menyediakan suatu dasar bagi penilaian
dan pengindentifikasian risiko kesalahan penyajian material dalam tingkat laporan keuangan
maupun asersi.
SA 315 juga mengatur mengenai prosedur yang harus dilakukan oleh auditor dalam
melakukan penilaian risiko, yaitu:
a. Permintaan keterangan dari pihak menajemen dan bagian - bagian lain dalam entitas
yang dalam pertimbangan auditor dapat memperoleh informasi yang dapat membantu
dalam penilaian risiko penyajian material karena kecurangan atau kesalahan.
b. Prosedur analitis
c. Observasi dan inspeksi
Hasil dari prosedur penilaian risiko tersebut akan mempengaruhi prosedur audit. Hal ini
diatur dalam SA 330. Dalam SA 330 ini Auditor dituntut untuk merancang dan
mengimplementasikan prosedur audit berdasarkan dari risiko kesalahan penyajian material
yang telah dinilai.
2.3 Bukti Audit
Bukti audit (audit evidence) merupakan seluruh informasi baik itu berupa catatan
akuntansi atau informasi pendukung lainnya digunakan auditor dalam membuat opini audit.
Bukti audit misalnya faktur, surat jalan, pesanan pembelian (purchase order), pesanan
penjualan (sales order), bukti penerimaan barang, buku besar, jurnal, penyesuaian -
penyesuaian, bukti transfer/bank, dan yang lainnya. Bukti audit memiliki syarat – syarat yang
harus dipenuhi (Ardiningsih, 2018 : 20), yaitu :
 Cukup. Bukti audit dikatakan cukup apabila jumlahnya memenuhi syarat untuk
mendukung temuan auditor.
 Relevan. Bukti audit dikatakan relevan apabila mempunyai hubungan yang logis dan
dapat dimengerti dengan kriteria audit yang ditetapkan.
 Kompeten. Bukti audit dikatakan kompeten apabila bukti yang diperoleh berasal dari
sumber yang independen dan dapat dipercaya serta terjamin keakuratannya.
KESIMPULAN

 Risk assessment (penilaian risiko) adalah metode yang sistematis untuk menentukan
apakah suatu organisasi memiliki risiko yang dapat diterima atau tidak. Penilaian risiko
audit diatur dalam Standar Audit (SA) 315
 Bukti audit (audit evidence) merupakan seluruh informasi baik itu berupa catatan akuntansi
atau informasi pendukung lainnya digunakan auditor dalam membuat opini audit. Bukti
audit memiliki syarat – syarat yang harus dipenuhi, yaitu : Cukup, Relevan, dan Kompeten
 Menurut Mulyadi (2001:53) terdapat 8 prinsip audit yaitu: Prinsip Tanggung Jawab
Profesi; Prinsip Kepentingan Publik; Prinsip Integritas; Prinsip Obyektivitas; Prinsip
Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional; Prinsip Kerahasiaan; Prinsip Perilaku
Profesional; Prinsip StandarTeknis.
 Tanggungjawab auditor adalah Perencanaan, Pengendalian, dan Pencatatan; Sistem
akuntansi; bukti audit; pengendalian intern; meninjau ulang laporan keuangan yang
relevan.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Hartito. 2018. Risiko dalam “Risk Assessment”. https://www.jtanzilco.com/


blog/detail/1109/slug/risiko-dalam-risk-assessment (diakses pada 20 Februari 2021)
https://coreaccountingindonesia.blogspot.com/2019/03/bukti-audit-audit-evidence.html (diakses
pada 20 Februari 2021)
http://amrizalbay.blogspot.com/2015/01/pengertian-audit-jasa-audit-prinsip.html (diakses pada
22 Februari 2021)
https://www.dosenpendidikan.co.id/auditor-adalah/ (diakses pada 22 Februari 2021)

Anda mungkin juga menyukai