Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 2

ASPEK KEPERILAKUAN DALAM AKUNTANSI KEUANGAN

Disusun Oleh :

REZEKI FITRI MARUFA (21622057)

SILVIA LORENSIA (21622106)

SITI NURJANAH (21622107)

WELLEN PHANG (21622111)

YONATHAN (21622112)

Kelas : Akuntansi Malam 2

Mata Kuliah : Akuntansi Keperilakuan

Dosen Pengampu : Fauzi, S.E., M.Ak

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) PEMBANGUNAN TANJUNGPINANG

2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4

A. Pengertian Akuntansi Keperilakuan dalam Akuntansi Keuangan...................4


B. Hubungan Akuntansi Keperilakuan dengan Akuntansi Keuangan.................5
C. Penelitian Keperilakuan dalam Akuntansi Keuangan.......................................7
D. Aspek Keperilakuan pada Persyaratan Pelaporan............................................8
E. Penilaian dampak terhadap pengirim informasi................................................12
F. Studi Kasu Aspek Keperilakuan dari Akuntansi Keuangan.............................13

BAB III PENUTUP...........................................................................................................15

A. Kesimpulan.............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................16

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya yang berupa kesempatan sehingga kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“Aspek Keperilakuan dalam Akuntansi Keuangan” dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Keperilakuan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai aspek keperilakuan dalam akuntansi keuangan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan segala sumber yang telah
membantu kami sehingga mendapatkan menyusun makalah ini dengan baik dan benar.

Kami juga menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari berbagai pihak. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat dalam dunia pendidikan.

Tanjungpinang, 04 Mei 2023

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Akuntansi keperilakuan merupakan bidang yang relatif baru dibandingkan dengan bidang
ilmu akuntansi lainnya. Penelitian ini ada berkaitan dengan akuntansi keperilakuan sangat
menarik dilakukan dalam penelitian, mahasiswa, dan praktisi. Penelitian pada aspek
keperilakuan akuntansi akan sangat untung memberikan manfaat antara lain menyediakan
informasi yang berguna bagi accounting regulator dan meningkatkan efisiensi bagi akuntan dan
profesi lainnya. Ada dua aspek yang perlu digaris bawahi dalam behavioral accounting research
(BAR) yaitu behavioral (keperilakuan) dan akuntansi. Behavioral accounting research menurut
Hofstedt dan Kinard (1970) yang dikutip oleh Godfrey, et al. (2010 : 446) adalah “ the study of
the behavior of accountants or thebehavior of non-accountants as they are influenced by
accounting functions andreports.” Penelitian akuntansi keperilakuan berusaha mendalami
perilaku dari akuntan maupun perilaku dari non-akuntan yang dipengaruhi oleh fungsi dan
informasi akuntansi.

Akuntansi adalah suatu proses pencatatan transaksi keuangan dan mengolah data
transaksi dan meringkas dan menyajikan data transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan
keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan lebih mudah
untuk dimengerti untuk pengambilan keputusan serta tujuan lainnya. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Siegel (1989 :1) bahwa ” accounting isa service discipline whose function is to
provide relevant and timely information about the financial affairs of business and not-for-profit
entities to assist internal andexternal users in making economic decisions. ” Akuntansi dapat
dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu akuntansi keuangan ( financial accounting ) dan
akuntansi manajemen ( managerial accounting ). Akuntansi keuangan lebih bertujuan untuk
menyajikan informasi bagi pengguna eksternal dibandingkan dengan akuntansi manajemen. Oleh
karena itu, untuk penyiapan informasi tersebut diperlukan suatu standar yang berlaku umum
yang disebut dengan generally accepted accounting principle atau pada saat ini kita kenal dengan
International Financial Reporting 2 Standards (IFRS) yang disiapkan oleh dewan standar sebagai
bagian dari accounting regulator.

1
Siegel (1989:3) menyatakan bahwa behavioral science adalah “ hu man side” of social
science . Ilmu keperilakuan ini tidak terlepas dari disiplin ilmu psikologi,sosiologi, teori
organisasi, ilmu politik, dan antropologi. Ditinjau dengan sudut pandang teori akuntansi,
behavioral accounting research (BAR) merupakan bagiandari positive research yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menemukan fakta. Penelitian keagenan bertujuan untuk mencari manfaat
ekonomis apa yang diperoleh akuntan dari tindakannya yanmemilih metode akuntansi yang ada.
Dalam penelitian keagenan diasumsikan bahwa principal adalah pihak yang risk neutral
sedangkan agen adalah pihak yang risk and effort averse. Jawaban yang diperoleh dari penelitian
keagenan adalah akuntan melakukan tindakan memilih metode akuntansi yang ada dengan tujuan
untuk meningkatkan utilitas bagi dirinya. Dalam penelitian keperilakuan BAR, akuntan maupun
pihak-pihak yang dipengaruhi oleh fungsi dan informasi akuntansi merupakan pihak-pihak yang
bebas dari asumsi.

Dalam organisasi manajer seringkali memiliki hak untuk wewenang kepada bawahannya
untuk melaporkan aspek – aspek yang harus dilaporkan dalam kinerja mereka. Setiap orang yang
terlibat dalam penyusunan laporan akuntansi perlu memahami dampak yang mungkin
ditimbulkan dari persyaratan pelaporan terhadap perusahaan. Penyusunan laporan akuntansi
mingkin dengan sengaja melaporkan informasi palsu dan tidak akurat. Guna memastikan
keandalan dari informasi akuntansi yang dilaporkan adalah fungsi penting dari audit keuangan,
persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku pelapor dalam beberapa cara. Antisipasi
dalam penggunaan informasi dilakukan oleh pembuat informasi untuk mencari tahu reaksi yang
akan terjadi dari penerima informasi terhadap informasi tersebut, sehingga dampak negative dari
informasi dapat diminimalisir. Terkadang penerima informasi atau pengguna informasi
menyatakan dengan jelas keinginannya atau mereka kepada si pembuat informasi. Hal ini dapat
dijadikan masukan untuk pembuat informasi sebelum membuat laporan, misalnya mengenai
laba, pertumbuhan jangka panjang, citra perusahaan, dan sebagainya. Jika pengguna informasi
tidak memperhatikan atau mengevaluasi informasi yang diterima, sehingga dapat terjadi biasa
informasi tersebut sehingga menjadi tidak relevan.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah penting sebagai
berikut :

1. Apa saja aspek dari Behavioral Accounting Research (BAR)?


2. Seberapa pentingnya akuntansi keperilakuan dalam akuntansi keuangan?
3. Bagaimana aspek keperilakuan pada akuntansi keuangan?
C. Tujuan
1. Mengetahui aspek dari Behavioral Accounting Research (BAR)
2. Untuk memahami akuntansi keperilakuan dalam akuntansi keuangan
3. Mengetahui tentang bagaiama aspek keperilakuan pada akuntansi keuangan

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Akuntansi Keperilakuan dalam Akuntansi Keuangan

Ilmu akuntansi adalah bidang ilmu yang sangat luas sehingga bisa berkombinasi dengan
bidang ilmu lainnya. Salah satu bidang ilmu yang bisa berkombinasi dengan ilmu akuntansi
adalah ilmu sosial. Hasil kombinasi antara ilmu akuntansi dan ilmu sosial dikenal sebagai
Akuntansi Keperilakuan. Dalam bidang ilmu ini, perilaku manusia diperhitungkan untuk melihat
efeknya terhadap data-data akuntansi. Tidak hanya dalam wujud satu arah, dalam bidang ilmu ini
juga mempelajari bagaimana akuntansi memberikan pengaruh terhadap perilaku manusia.
Terutama ketika pengambilan keputusan yang berkaitan dengan bisnis. Dengan kata lain, cabang
dari ilmu akuntansi ini mengkaji keterkaitan dan pengaruh antara perilaku manusia dengan
sistem akuntansi dan sebaliknya. Sedangkan untuk akuntansi keuangan adalah bagian dari
akuntansi yang menyangkut penyusunan laporan kepada pihak luar seperti pemegang saham.
Akuntansi keuangan ini berkaitan sangat erat dengan masalah pencatatan transaksi perusahaan
dan pembuatan laporan setiap berkala dari hasil pencatatan tersebut.

Akuntansi Keuangan (financial accounting) dikelompokkan menjadi ada 2 :

1. Pengetahuan praktis : pengukuran valuasi, pengakuan objek transaksi keuangan,


penyajian laporan keuangan.
2. Pengetahuan teoritis : konsep penalaran dalam menjelaskan prinsip/standar tertentu yang
dipilih.

Kerangka konseptual akuntansi keuangan merupakan seperangkat prinsip umum, doktrin atau
struktur konsep yang terpadu dan saling terkait.

Kerangka konseptual yang dikembangkan FASB terdapat 5 komponen konsep yang terpenting
yaitu :

1. Tujuan Pelaporan Keuangan


2. Kriteria Kualitas Informasi
3. Elemen - Elemen laporan keuangan
4. Tujuan Pelaporan Keuangan untuk organisasi non – bisnis
5. Pengukuran dan Pengakuran dalam laporan keuangan

4
Tujuan Pelaporan Keuangan adalah bagaimana menghasilkan informasi yang dapat digunakan
oleh para pemakai informasi untuk pengambilan keputusan bisnis. Dalam Informasi Akuntansi
Keuangan terdapat ada Laporan keuangan yang sangat lengkap yaitu :

1. Laporan Keuangan Neraca


2. Laporan Laba/rugi (income statement)
3. Laporan Perubahan Ekuitas (statement of changes in owner’s equities)
4. Laporan Arus Kas (statement of cash flow)
5. Catatan atas Laporan Keuangan (notes to financial statements)

B. Hubungan Akuntansi Keperilakuan dengan Akutansi Keuangan

Akuntansi keuangan dalam melibatkan ada beberapa pihak baik internal maupun
eksternal. Akuntan melaksanakan akuntansi mulai dari mengidentifikasi transaksi, pencatatan
dan pengukuran, sampai dengan menyusun laporan keuangan pada akhir periode. Informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan tersebut telah diverifikasi oleh audit akuntan publik, agar
dapat dipercaya oleh para pengguna khususnya pengguna eksternal. Setiap pihak yang
berhubungan dengan akuntansi baik internal maupun eksternal selalu menggunakan judgment
dalam pengambilan keputusan.

Akuntan sebagai pihak yang menyiapkan informasi akuntansi dalam pemilihan metode
dan pendekatan yang paling sesuai dengan kebijakan manajemen dalam kegiatan perusahaan.
Dalam proses pemilihan metode dan pendekatan akuntansi yang akan dipergunakan sebagai
judgment akuntan berperan sebagai dominan. Auditor pada saat melakukan prosedur audit juga
menggunakan judgment. Pengguna laporan keuangan, ketika membaca laporan keuangan dan
menginterpretasikan informasi yang terkandung di dalamnya sebagai mengambil keputusan
ekonomi, juga selalu menggunakan banyak pertimbangan.

Judgment dan keputusan yang beragam untuk kondisi sejenis mencerminkan variasi
perilaku. Pada akhirnya muncul banyak aspek keperilakuan yang terkait dengan akuntansi
keuangan. Aspek keperilakuan tersebut merupakan bidang yang dikaji dalam akuntansi
keperilakuan. Hubungan antara akuntansi keperilakuan dengan akuntansi keuangan seperti
Gambar 1 di bawah ini :

5
Berdasarkan Tabel 1 diatas ada beberapa isu terkait penelitian akuntansi keperilakuan
yaitu isu pengendalian manajemen, pemrosesan informasi akuntansi,perancangan sistem
informasi akuntansi, pengauditan, sosiologi organisasional,karir akuntan, etika, metodologi, dan
lain-lain. Dari sembilan kelompok isi penelitian akuntansi keperilakuan tersebut, isu pemrosesan
informasi akuntansi, perancangan sistem informasi, dan pengauditan merupakan bagian dari
bidang ilmu akuntansi keuangan.

Isu pemrosesan informasi akuntansi adalah studi tentang bagaimana pengguna


memproses informasi untuk digunakan dalam pengambilan keputusan. Seperti yang kita ketahui
bahwa akuntansi keuangan menghasilkan informasi akuntansi bagi pengguna (terutama
pengguna eksternal) untuk pengambilan keputusan. Sebagai contoh penelitian ini berkaitan
dengan akuntansi keperilakuan adalah bagaimana pengaruh perbedaan akuntansi memengaruhi
pengambilan keputusan pengguna, atau bagaimana analis keuangan dalam memberikan
rekomendasi mereka.

Isu perancangan sistem informasi akuntansi membahas mengenai pemilihan kebijakan


akuntansi dan perancangan pelaporan informasi akuntansi kepada pengguna. Dalam hal ini,
akuntan/auditor sebagai provider informasi menggunakan judgment dan membuat keputusan
dalam memilih kebijakan akuntansi dan merancang pelaporan informasi akuntansi kepada
pengguna.

6
Pada isu pengauditan menjadikan auditor sebagai partisipan dalam penelitian akuntansi
keperilakuan. Judgment auditor dapat dibuat dengan berdasarkan oleh konsensus, berdasarkan
pengalaman auditor, maupun judgment yang dibantu dengan menggunakan alat statistik.
Pembuatan judgment berdasarkan pengalaman dianggap lebih baik daripada sekedar konsensus,
sehingga kita mengenal istilah expert judgment.

C. Penelitian Keperilakuan dalam Akuntansi Keuangan

Penelitian akuntansi keuangan sangat luas untuk mendalam menguji tentang komunikasi
informasi di antara manajer, auditor, analisis sebagai perantara informasi dan investor, dan juga
pengaruh pengaturan dari pihak regulator terhadap proses tersebut. Sebagian besar penelitian
akuntansi keuangan lebih fokus pada keputusan yang dibuat oleh auditor dan manajemen dalam
melaporkan informasi, hubungan antara forecasting yang dibuat oleh analisis dan keputusan yang
dibuat oleh investor dan trader terkait trading decision dan yang akhirnya mempengaruhi harga
pasar. Judgment pada pembuatan keputusan adalah hal yang dominan dalam penelitian akuntansi
keuangan. Kemudian penelitian akuntansi keuangan semakin luas dalam menanggapi kritik-
kritik yang ada. Libby, et al. (2001) melakukan penelitian eksperimental yang melipatkan
ekonomi perilaku dan eksperimental economics di bidang akuntansi.
Penelitian Libby, etal. (2001) berfokus pada 1. bagaimana manajer dan auditor
melaporkan/menyajikan informasi, 2. bagaimana user menginterpretasikan informasi tersebut, 3.
bagaimana keputusan individu mempengaruhi perilaku pasar, dan 4. bagaimana integrasi
strategis antara manajer dan auditor sebagai pihak yang melaporkan informasi serta user
mempengaruhi market. Dengan eksperimen kemungkinan peneliti akan menguji bagaimana dan
mengapa fenomena akuntansi keuangan ini terjadi dengan berdasarkan pada teori psikologi,
ekonomi atau proses institusional. Di penelitian akuntansi keuangan sebelumnya terdapat
kekurangan dimana penelitian tidak menggunakan landasan teori tersebut. Libby, et al. (2001)
juga menekankan perlunya merancang penelitian eksperimen yang efektif dan efisien.
Penelitian lain terkait dengan keperilakuan dalam akuntansi keuangan yaitu tentang
konservatisme dalam judgment akuntan. Wilkins 2010, membandingkan bagaimana perilaku
akuntan di US United States dengan perilaku akuntan di Eropa selama proses konvergensi antara
US GAAP Generally Accepted Accounting Priciples dan IFRS. Seperti diketahui sebelum proses

7
konvergensi, US GAAP dikenal dengan adalah rule-based yang dimana standar yang ada diatur
atau dituntun secara jelas bright lines , sedangkan IFRS lebih menekankan pada prinsip
substance overform yang disebut dengan sebagai principle based. Oleh karena itu, akuntan di US
dalam menerapkan standar akuntansi lebih sedikit dalam membuat judgment, dibandingkan
dengan akuntan di Eropa. Oleh karena itu, Wilkins berhipotesis bahwa akuntan di US lebih
konservatif dalam membuat judgment terkait ketidakpastian yang dihadapi, dibandingkan dengan
para akuntan di Eropa. Dalam penelitian Wilkins 2010 merupakan penelitian eksperimental,
dengan menggunakan partisipan yaitu accounting student yang mewakili dua kelompok yaitu,
kelompok akuntan US dan akuntan Eropa. Awalnya masing-masing partisipan akan diminta
untuk menjawab kasus dalam bahasa kelompok masing-masing, kemudian akan diminta kembali
untuk menjawab kasus yang sama tetapi sudah diterjemahkan dalam bahasa inggris. Tujuannya
adalah Wilkins 2010 ingin memastikan bahwa tidak ada perbedaan jawaban yang berbeda terkait
dengan lingkungan dan waktu yang berbeda. Sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
bahwa akuntan US dengan menggunakan standar yang sama dalam proses konvergensi membuat
accounting judgment lebih konservatif dibandingkan dengan akuntan Eropa, sehingga laporan
keuangan yang dihasilkan oleh US company berbeda dengan European company walaupun
menggunakan standar yang sama.

D. Aspek Keperilakuan Pada Persyaratan Pelaporan


1. Syarat – Syarat Pelaporan

Dunia saat ini penuh dengan persyaratan untuk melaporkan informasi kepada orang
lain tentang siapa atau apa kita, bagaimana kita menjalankan hidup kita, bagaimana kita
melakukan pekerjaan kita ,dan lain - lain. Hal – hal ini pada umumnya sering disebut sebagai
persyaratan pelaporan. Sebagian besar riset tentang akuntansi keperilakuan mengenai dampak
informasi telah memfokuskan pada bagaimana penerima memanfaatkan informasi yang
dilaporkan untuk membuat penilaian dan keputusan. Oleh karena itu, penting untuk memahami
bahwa dampak persyaratan pelaporan terhadap perilaku dari mereka yang harus untuk
memberikan laporan informasi tertentu mesti dikaji. Istilah “pelapor” dan “pengirim” digunakan
secara bergantian dan mengacu pada individu, orgaisasi atau kelompok lain manapun diharuskan
untuk melaporkan informasi.

8
Intisari dari pelaporan akuntansi adalah komunikasi atas menyampaikan informasi
yang memiliki implikasi keuangan atau manajemen. Karena pengumpulan dan pelaporan
informasi mengonsumsi sumber daya, biasanya hal yang mana tidak dilakukan dengan suka rela
kecuali pelapor yakin bahwa hal ini memberikan oleh penerima informasi berperilaku
sebagaimana yang diinginkan pelapor. Sebagian besar pelaku banyak dari informasi akuntasi
digunakan dan dikomunikasikan hanya karaena seseorang memiliki posisi kekuasaan.

Informasi yang telah dapat pula dilaporkan adalah bagian yang terpenting dari proses
pengendalian organisasi. Tanpa informasi, manajer, kreditur dan pemilik tidak dapat mengatakan
apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana aau apakah tindakan korektif diperlukan.
Meskipun alternatif seperti pengamatan/observasi langsung dan audit terkadang digunakan,
informasi yang dilaporkan adalah cara yang paling umum untuk mendapatkan informasi yang
digunakan untuk pengendalian. Penting untuk memahami dampak dari persyaratan pelaporan
karena kelaziman dan biayanya.

Persyaratan pelaporan yang dikenalkan dan dipaksakan oleh beraneka ragam orang
dan organisasi dengan cara yang berbeda. Dalam organisasi, manajer biasanya memiliki
wewenang untuk mengharuskan karyawan melaporkan aspek mana pun dari kinerja pekerjaan
mereka. Apakah mereka dapat melaksanakan persyaratan semacam dengan efektif adalah kurang
jelas dan tergantung pada sejumlah faktor organisasional, dan mungkin faktor pribadi.
Perusahaan yang dimiliki oleh publik diharuskan melaporkan secara ekstensif kepada
BAPEPAM dan publik untuk status keuangan dan operasinya. Setiap orang yang terlibat dalam
perancangan atau penggunaan sistem informasi perlu memahami dampak yang mungkin dari
persyaratan pelaporan terhadap pengirim informasi, serta bagaimana memprediksikan dan
mengidentifikasikan dampak semacam itu.

2. Bagaimana Persyaratan Pelaporan Mempengaruhi Perilaku

Gagasan bahwa persyaratan pelaporan mempengaruhi perilaku pelaporan bukanlah


hal baru atau bagi manajemen dan akuntansi. Para psikologi sangat menyadari bahwa orang
dapat merespon terhadap “ tuntunan” dari situasi eksperimental dengan keperilakuan secara
berbeda dengan apa yang mereka dilakukan dalam situasi lain. Sementara psikolog
eksperimental mencoba untuk menghindari dari hal itu karena orientasi dan riset mereka.
Manajer dan badan regulasi secara aktif mencoba untuk memberikan tuntunan kepada orang lain

9
berguna membuat mereka berperilaku dengan cara tertentu. Manajer dan badan regulasi
menggunakan persyaratan pelaporan baik menggunakan tuntunan seacam itu dan untuk
menyediakan informasi yang sangat butuhkan dalam mengevaluasi perilaku dan kinerja.

Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku pelaporan dalam beberapa cara.


Dalam bentuk lain dari pegukuran yang digunakan dalam organisasi seperti audit dan observasi
langsung, sehingga memiliki banyak dampak yang sama terhadap pada persyaratan pelaporan,
setelah dampak spesifiknya sendiri.

a. Antisipasi Penggunaan Informasi

Ketika persyaratan pelaporan akan dikenakan, adalah umum bagi oleh pengirim untuk
paling tidak berpikir, jika tidak bertanya “ mengapa mereka menginginkan informa dari A ini?
Bagaimana mereka akan menggunakannya?”. Oleh pengirim ingin mengetahui apakah di
penerima akan mengambil sutu tindakan yang berkaitan dengan, atau memiliki pendapat
mengenai si pengirim karena informasi yang dilaporkan tersebut. Karena penerima
menggunakan informasi yang dilaporkan sebagai suatu dasar untuk evaluasi kinerja dan
penilaian lainnya, pertimbangan oleh pengirim mengenai penggunaan yang mungkin sangat
berdasar.

Pengirim menggunakan persyaratan pelaporan itu sendiri, secara bersama-sama dengan


informasi lainnya, untuk mengantisipasi dalam bagaimana penerima akan menanggapi terhadap
informasi yang dilaporkan. Persyaratan dari pelaporan kemungkinan besar akan mempengaruhi
perilaku pengirim ketika informasi yang dilaporkan merupakan deskripsi mengenai perilaku
pengirim atau sesuatu yang dipengaruhi oleh pengirim atau sesuatu untuk yang mana oleh
pengirim bertanggung jawab.

b. Insentif/Saksi

Semakin besar peluang insentif dan sanksi yang diberikan oleh pihak manajemen dalam
suatu organisasi misalnya, maka dari pembuat informasi akan sangat berhati – hati dalam
bertindak untuk memastikan bahwa informasi yang dia buta dapat diterima dan sesuai dengan
aturan yang berlaku.

10
c. Penentuan Waktu

Waktu adalah faktor penting dalam menentukan apakah persyaratan pelaporan akan
mengarah pada perubahan dalam perilaku pengirim atau tidak. Agar pelaporan persyaratan dapat
menyebabkan pengirim mengubah perilakunya, dia harus mengetahui persyaratan pelaporan
tersebut sebelum dia mengambil bertindak. Jika persyaratan pelaporan hanya terjadi setelah
pengiriman telah bertindak, maka dia ada peluang untuk mengubah perilaku masa lalu.

d. Strategi Respon Iteratif

Mengubah suatu perilaku memerlukan biaya yang sangat terbilang mahal. Adanya banyak
tuntutan, batasan, dan keinginan bersaing satu sama lain . perubahan apa pun itu yang terjadi
dalam perilaku melibatkan berbagai dimensi yang menghabiskan banyak waktu ,tenaga ,uang
dan banyak hal lainnya.

e. Pengarah Perhatian

Dampak mengarahkan perhatian dapat dianggap sebagai dampak dari pencatatan dan
bukannya dampak dari pelaporan informasi, karena dampak tersebut dapat timbul dari
kepentingan pengirim itu sendiri dan tidak tergantung kepada informasi yang dilaporkan kepada
siapapun.

Pertimbangan yang mempengaruhi pelapor merubah informasi :

1. Seberapa jelas keinginan penerima informasi yang mereka harapkan terjadi


2. Seberapa jelas kegunaan informasi yang mereka harapkan akan digunakan
3. Penghargaan dan sanksi yang diberikan
4. Penghargaan dan sanksi yang digunakan
5. Seberapa besar Perubahan satu dimensi akan mempengaruhi atau mengubah dimensi
lainnya

11
3. Dampak Dari Persyaratan Pelaporan

Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku di semua bidang akuntansi yang


mana diantaranya:

a. Akuntansi Keuangan

Adanya badan– badan yang berwenang dalam akuntansi keuangan, seperti Komisi
Sekuritas dan Bursa atau Securities and Exchange Commission (SEC), Financial Accounting
Standards Board (FASB), Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Beberapa prinsip
akuntansi diterapkan setelah diperdebatkan terlebih dahulu mengenai dampak penerapannya.

b. Akuntansi Perpajakan

Akuntansi perpajakan adalah bidang yang sangat sensitif dalam kaitannya dalam
persyaratan pelaporan

c. Akuntansi Manajerial

Hanya terdapat sedikit data akuntansi manajemen yang tersedia bagi publik
karena jarang dilaporkan diluar organisasi bersangkutan.

d. Akuntansi Sosial

Akuntansi sosial eksternal masih bersifat sukarela, dan menimbulkan banyak


konflik dengan kinerja perusahaan.

E. Penilaian dampak terhadap pengirim informasi

Ada banyak cara untuk menilai dampak persyaratan pelaporan terhadap


pengungkapan. Yang paling tersedia adalah pengambilan keputusan deduktif, yang melibatkan
pemikiran hati-hati tentang bagaimana persyaratan pelaporan akan berinteraksi dengan
pendorong lain untuk membentuk perilaku manajer. Teknik ini harus selalu digunakan sebelum
memberlakukan kewajiban pelaporan.

Metode lain adalah dengan menyatakan kepada para pelapor tentang perilaku
mereka. Suatu cara formal untuk melakukannya adalah dengan melalui survei, yang dapat terdiri
12
dari pertanyaan sempit dengan kemungkinan tanggapan yang ditentukan atau atas pertanyaan
luas dengan kemungkinan jawaban yang terbuka atau kombinasi dari keduanya. Metode ini
hanya memberikan apa yang diinginkan dan mampu diberikan oleh pelapor kepada anda
berdasarkan proporsi mereka sendiri atas prilaku dan reaksinya terhadap persyaratan pelapor.
Pelapor bisa berpikir bahwa mereka telah mulai berubah perilaku mereka dengan caranya atau
jumlah yang sebenarnya tidak mereka lakukan, atau sebaliknya.

F. Studi Kasus Aspek Keperilakuan dari Akuntansi Keuangan

Kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya

Jakarta, 19 April 2001 Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusut
sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah
diauditnya antara tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di
Jakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang
melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan
sesuai dengan standar audit.

Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas
bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan kegiatan
usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT &
M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan
KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik
dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini
jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan
kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindakan kriminal yang
dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.

ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan dalam
penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai
penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi.
Teten juga sangat disayangkan bahwa Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan

13
administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW
mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu
tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga
menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank
tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita
mengharapkan ada Tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin
kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari
kesembilan KAP tersebutkepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan
sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode
etik profesi akuntan.

14
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Secara keseluruhan ialah masalah utama dengan proses akuntansi merupakan implikasi
pelaporan keuangan dan manajemen. Namun, tidak hanya pelapor yang memiliki harapan,
penerima informasi juga memiliki harapannya sendiri melalui perilaku yang diungkapkan dalam
informasi tersebut. Dua pihak berperilaku berbeda sehubungan dengan informasi yang sama.
Dengan demikian, untuk mencapai komunikasi yang efektif, penerima informasi harus
mengetahui perilaku pengirim karena pengirim informasi mungkin memiliki tindakan
disfungsional atas informasi tersebut, sehingga bentuk laporan merupakan bagian dari laporan.
seri harus ditinjau jika berdampak negatif pada proses pelaporan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Muharram, F. N. (2014). Aspek Keperilakuan dalam Akuntansi Keuangan dan Pelaporan.
Makalah Akuntansi Keperilakuan dalam Akuntansi Keuangan, 16.
Santoso, B. (2019). Contoh Studi Kasus Akuntansi Keperilakuan . Akuntansi Keuangan, 9.
Muliawati, M. (2012). Aspek Keperilakuan dalam Akuntansi Keuangan. Bina Ekonomi, 16(2),
27756.

16

Anda mungkin juga menyukai