Anda di halaman 1dari 16

TUJUAN PELAKSANAAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan
pendapat atas kewajiban dalam smeua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan
arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Uraian diatas secara tepat menekankan pemberian pendapat atas laporan keuangan. Alasan
satu-satunya dan auditor untuk mengumpulkan bahan baku adalah agar dia dapat menarik
kesimpulan mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan agar dia
dapat mengeluarkan laporan audit yang tepat.
Apabila berdasarkan bahan bukti yang cukup, auditor menyimpulkan bahwa laporan
keuangan tidak akan menyesatkan pemakai yang membaca secara seksama, dia akan
memberikan pendapat audit mengenai kewajaran penyajian dan pengaitan namanya dengan
laporan. Jika kenyataan yang terjadi setelah pernyataan itu diterbitkan ternyata menunjukkan
laporan tidak disajikan secara wajar, auditor mungkin harus membuktikan kepada pengadilan
atau badan lain yang berwenang bahwa dia telah melaksanakan audit dengan cara seharusnya
dia lakukan dan mengambil kesimpulan yang pantas. Sekalipun auditor bukanlah penjamin
dari kewajaran laporan, dia wajib menyampaikan kepada pemakai apakah laporan telah
disajikan secara tepat atau tidak. Jika auditor mengambil kesimpulan karena tidak cukup
bahan bukti atau adanya situasi tertentu yang menghambatnya, auditor wajib
memberitahukan kepada para pemakai melalui laporan audit.

TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN

Literatur-literatur profesional menyatakan dengan jelas bahwa tanggungjawab untuk


menentukan kebijkan akuntansi yang sehat, menjalankan sistem pengendalian intern yang
baik, dan membuat penyajian yang wajar dalam laporan keuangan terletak pada pihak
manajemen perusahaan dan bukan pada auditor.
Tanggungjawab menajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan
sekaligus juga membawa manajemen pada kedudukan untuk menetukan pengungkapan yang
diperlukan. Sekalipun manajemen bertanggungjawab atas penyiapan laporan keuangan dan
catatan kaki yang menyertainya, auditor boleh juga mempersiapkan suatu draft untuk klien
atau memberikan saran-saran yang diperlukan. Jika manajemen tetap berkeinginan untuk
mengungkapkan suatu laporan keuangan yang oleh auditor dianggap tidak wajar, auditor
dapat mengeluarkan pendapat tidak wajar atau pendapat wajar dengan pengecualian atau bisa
jika menarik diri dari penugasan.

TANGGUNG JAWAB AUDITOR

PSA 32 (SA 316) mensyaratkan agar audit dirancang untuk memberikan keyakinan memadai
atas pendeteksian salah saji yang material dalam laporan keuangan. Selanjutnya, audit harus
direncanakan dan dilaksanakn sikap skeptisme profesional dalam semua aspek penugasan.
Misalnya, auditor tidak boleh menganggap bahwa manajemen tidak jujur, tetapi
kemungkinan tersebut harus dipertimbangkan.
Konsep keyakinan memadai menunjukkan bahwa auditor bukan seorang penjamin
kebenaran laporan keuangan. Jika auditor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
semua asersi di dalam laporan keuangan adalah benar, persyaratan untuk mendapatkan bahan
bukti dan biaya pelaksanaan audit akan naik sampai tingkat dimana audit tersebut seara
ekonomis tidak layak. Pembelaan terbaik bagi auditor bila salah saji yang material tidak
terungkap di dalam audit adalah bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar
auditing yang berlaku umum.
Literatur profesional membedakan dua jenis salah saji yaitu kekeliruan (errors) dan
ketidakberesan (irregularities). Kekeliruan adalah salah saji yang tidak disengaja, sedangkan
ketidakberesan adalah yang disengaja. Dua contoh salah saji adalah kekeliruan dalam
mengalikan harga dengan kuantitas pada faktur penjulan dan mengabaikan bahan mentah
lama dalam menentukan harga pokok atau harga pasar mana yang terendah untuk persediaan.
Adalah lebih sulit bagi auditor untuk mengungkapkan ketidakberesan daripada salah
saji. Hal ini disebabkan penipuan yang disengaja dalam satu ketidakberesan. Tanggungjawab
auditor atas ketidakberesan yang tidak ditemukan memerlukan pembahasan khusus.

KECURANGAN MANAJEMEN

Kecurangan oleh manajemen pada dasarya sulit diungkapkan karena (1) ada kemungkinan
bahwa salah satu atau beberapa anggota manajemen mengabaikan pengendalian intern dan
(2) adanya usaha manajemen untuk menyembunyikan salah saji tersebut. Kecurangan
manajemen dapat berupa penghilangan transaksi atau pengungkapan, pemalsuan angka, atau
salah saji angka yang dicatat.
Audit tidak dapat diharapkan untuk memberikan tingkat keyakinan yang sama dalam
pendeteksian kecurangan manajemen yang material seperti dalam pendeteksian kekeliruan
yang material. Upaya penyembunyian dilakukan oleh manajemen, membuat kecurangan lebih
sulit ditemukan auditor. Biaya untuk memberikan keyakinan yang sama tingginya antara
kecurangan manajemen dan kekeliruan mungkin sekali tidak dapat diterima baik bagi auditor
maupun masyarakat.
Meskipun demikian, auditor mempunyai tanggung jawab besar untuk menemukan
kecurangan manajemen yang material. Di tahun-tahun terakhir semakin ditekankan
tanggungjawab auditor untuk mengevaluasi faktor-faktor yang dapat menunjukkan
meningkatkan kemungkinan adanya kecurangan manajemen.
Auditor mungkin juga tidak menemukan situasi-situasi selama audit yang
menimbulkan kecurigaan terhadap kecurangan manajemen. Misalkan auditor menemukan
bahwa manajemen berdusta mengenai umur suatu persediaan tertentu. Bila situasi semacam
ini terungkap, auditor harus mengevaluasi implikasi-implikasi dan mempertimbangkan untuk
memodifikasi bukti-bukti audit.

KECURANGAN PEGAWAI

Dalam profesi audit telah ditegaskan bahwa auditor mempunyai tanggungjawab yang lebih
sedikit atas penemuan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan dibandingkan dengan
kekeliruan. Jika auditor bertanggungjawab untuk membongkar semua penipuan karyawan,
pengujian audit harus banyak diperluas, karena banyak jenis kecurangan pegawai yang sulit
untuk dideteksi. Prosedur yang diperlukan untuk mengungkapkan semua kasus kecurangan
pasti akan lebih mahal dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh. Misalnya, jika
terjadi kecurangan yang melibatkan persekongkolan beberapa orang karyawan yang
menyangkut pemalsuan dokumen, penipuan semacam itu cenderung tidak terungkap dalam
audit yang normal.
Serupa dengan upaya yang dilakukan untuk menetapkan kemungkinana kecurangan
yang material oleh manajemen, auditor juga harus mengevaluasi kemungkinan kecurangan
yang material oleh pegawai. Hal itu biasanya dilakukan pada tahap permulaan sebagai bagian
dari pemahaman keseluruhan struktur pengendalian intern satuan usahan dan penetapan risiko
pengendalian. Bahan bukti audit harus diperluas apabila auditor menemukan bahwa tidak
terdapat pengendalian yang memadai atau klien lali mengikuti prosdur yang ditetapkan, jika
ia percaya bahwa hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya ketidakberesan yang material.

UNSUR PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN

Unsur pelanggaran hukum didefinisikan dalam PSA 31 (SA 317) sebagai pelanggaran hukum
atas peraturan perundang-undangan selain ketidakberesan. Dua contoh tindakan melanggar
hukum adalah pelanggaran terhadap undang-undang pajak dan pelanggaran terhadap undang-
undang lingkungan hidup.

Unsur pelanggaran hukum berdampak-langsung Beberapa penyimpangan hukum


dan peraturan mempunyai dampak keuangan langsung terhadap saldo akun tertentu dalam
laporan keuangan, Misalnya, penyimpangan terhadap undang-undang pajak penghasilan
secara langsung mempengaruhi beban pajak penghasilan dan hutang pajak penghasilan.
Tanggungjawab auditor menurut PSA 31 terhadap unsur pelanggaran hukum berdampak
langsung ini sama dengan tanggungjawab terhadap salah saji dan ketidak beresan.

Unsur pelanggaran hukum perdampak tidak langsung Kebanyakan unsur


pelanggaran hukum berdampak tidak langsung terhadap laporan keuangan. Misalnya, jika
perusahan melanggar undang-undang lingkungan hidup, akan berdampak terhadap laporan
keuangan hanya jika ada sanksi atau tuntutan. Ini disebut unsur pelanggaran hukum
berdampak tidak langsung.

Ada tiga tingkat pertanggungjawaban yang dimiliki auditor dalam menemukan dan
melaporkan tindakan melanggar hukum.

Pengumpulan bahan bukti jika tidak ada alasan yang dapat dipercaya tentang
terjadinya unsur pelanggaran hukum berdampak tidak langsung Prosedur audit
yang umumnya digunakan untuk menemukan kesalahan dan penyimpangan dapat juga
mengungkapkan unsur pelanggaran hukum. Contohnya adalah dengan membaca notulen
rapat dewan direksi dan melakukan tanya-jawab dengan penasihat hukum perusahaan klien
tentang perkara pengadilan.
Pengungkapan bahan bukti dan tindakan-tindakan lain apabaila ada alasan yang dapat
dipercaya tentang terjadinya unsur pelanggaran hukum berdampak tidak langsung
Auditor dapat menemukan indikasi adanya tindakan melanggar hukum dengan
beberapa cara. Sebagai contoh, notulen rapat menunjukkan bahwa suatu penyelidikan oleh
badan pemerintah sedang dilaksanakan atau auditor telah mengetahui adanya pembayaran
berjumlah besar yang tidak biasa kepada konsultan atau pejabat pemerintah.
Jika auditor percaya bahwa telah terjadi pelanggaran hukum, perlu diambil beberapa
tindakan. Tindakan dimaksudkan untuk menyediakan informasi kepada auditor mengenai
apakah tindakan pelanggaran hukum yang dicurigai memang benar-benar ada.

Tindakan pada saat auditor mengetahui terjadi unsur pelanggaran hukum Tindakan
pertama yang harus dilakukan apabila terdapat tindakan melanggar hukum adalah
mempertimbangkan dampaknya pada laporan keuangan, termasuk kecukupan pengungkapan.
Dampak-dampak ini bisa kompleks dan sulit untuk diselesaikan. Sebagai contoh, pelanggaran
atas undang-undang hukum perdata dapat mengakibatkan denda yang cukup besar, tetapi hal
itu dapat juga mengakibatkan kehilangan pelanggan atau pegawai kunci yang sangat
mempengaruhi pendapatan dan biaya pada masa depan. Jika auditor menyimpulkan bahwa
pengungkapan yang berkaitan dengan unsur pelanggaran hukum tidak memadai, auditor
harus memodifikasi laporan auditnya sesuai dengan hal itu.

SIKLUS LAPORAN KEUANGAN

Audit dilaksanakan dengan membagi laporan keuangan menjadi segmen atau komponen yang
lebih kecil. Pembagian ini memudahkan pelaksanaan audit dan membantu pembagian tugas
kepada para anggota tim audit. Sebagai contoh, kebanyakan auditor memperlakukan aktiva
tetap dan wesel bayar sebagai segmen yang berlainan. Setiap segmen diaudit secara terpisah,
tetapi tidak seluruhnya berdiri sendiri. Setelah audit atas setiap segmen itu diselesaikan,
termasuk melihat hubungannya dengan segmen lainnya, hasilnya dapat digabungkan. Maka
kemudian, suatu kesimpulan tentang laporan keuangan keseluruhan dapat ditarik.
Terdapat cara yang berbeda untuk mensegmentasi audit. Mengamati laporan
keuangan dalam Gambar 4-2, langkah yang perlu dilaksanakan adalah memperlakukan setiap
saldo akun dalam laporan sebagai segmen yang terpisah. Cara segmentasi seperti itu biasanya
tidak efisisen, karena akan menimbulkan audit yang terpisah untuk akun-akun yang erat
hubungannya seperti persediaan dan harga pokok penjualan.

PENDEKATAN SIKLUS DALAM SEGMENTASI AUDIT

Cara lebih umum dalam segmentasi audit adalah menempatkan jenis-jenis transaksi dan saldo
akun yang erat hubungannya satu dengan lainnya dalam segmen yang sama. Ini dinamakan
pendekatan siklus. Sebagai contoh, transaksi penjualan, retur penjualan, dan penerimaan kas
serta saldo piutang usaha semuanya merupakan bagian dari siklus penjualan dan penerimaan
kas. Begitu pula transaksi-transaksi upah dan gaji dan upah atau gaji yang masih harus
dibayar merupakan bagian dari siklus penggajian dan kepegawaian.
Logika penggunaan pendekatan siklus dapat dipahami jika kita membayangkan cara
transaksi dicatat dalam jurnal dan diikhtisar dalam buku besar serta laporan keuangan.
Gambar 4-5 menunjukkan arus informasi tersebut. Sepanjang dianggap praktis, pendekatan
siklus menggabungkan transaksi yang dicatat dalam jurnal yang berbeda dalam saldo buku
besar yang berasal dari transaksi-transaksi itu.
Siklus-siklus yang digunakan dalam kaitan ini ditunjukkan dalam Tabel 4-1. Jurnal
yang berhubungan dengan masing-masing siklus yang menyangkut PT Halilintar dan juga
saldo-saldo laporan keuangan tahun 19X8, juga dicantumkan. Pengamatan berikut ini
memperluas informasi yang terdapat dalam Tabel 4-1.
 Semua akun buku besar dan jurnal dari PT Halilintar, dimasukkan paling tidak satu
kali. Untuk perusahaan lain, jumlah dan judul jurnal serta akun buku besar berbeda,
tetapi semuanya diikutsertakan.
 Beberapa jurnal dan akun buku besar diikutsertakan dalam lebih dari satu siklus. Jika
hal itu terjadi, berarti jurnal digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi lebih dari
satu siklus dan menujukkan hubungan yang erat antara siklus-siklus itu.
 Siklus perolehan dan pembayaran kembali modal berhubungan erat dengan siklus
perolehan barang dan jasa serta pembayaran. Ketiga jurnal yang sama digunakan
dalam mencatat transaksi-transaksi untuk kedua siklus dan transaksi itu adalah serupa.
Ada dua alasan mengeapa perolehan modal dan pembayaran kembali dipisahakan dari
perolehan barang dan jasa. Pertama, transaksi-transaksi itu tidak berhubungan dengan
operasi perusahaan melainkan dengan pendanaan perusahaan. Kedua, kebanyakan
akun siklus perolehan modal dan pembayaran kembali menyangkut sedikit transaksi,
tetapi masing-masing transaksi biasanya penting dan karena itu harus di audit dengan
seksama.
 Siklus persediaan dan pergudangan sangat berkaitan erat dengan siklus lainnya,
khususnya pada perusahaan manufaktur. Biaya persediaan mencakup bahan baku
(siklus perolehan dan pembayaran), tenaga kerja langsung (siklus penggajian dan
kepegawaian), dan biaya overhead pabrik (siklus perolehan dan pembayaran serta
penggajian dan kepegawaian). Penjualan barang jadi menyangkut siklus penjualan
dan penerimaan kas. Karena persediaan dianggap vital bagi rata-rata perusahaan
manufaktur, sudah menjadi hal yang lazim untuk meminjam uang dengan
menggunakan persediaan sebagai jaminannya. Dalam hal ini, siklus perolehan modal
dan pembayaran kembai juga berhubungan dengan persediaan dan pergudangan.
TABEL 4-1

SIKLUS JURNAL YANG SALDO DAN BUKU DALAM BESAR UMUM


TERMASUK DALAM YANG TERMASUK DALAM SIKLUS
SIKLUS

(LIHAT GAMBAR NERACA LAPORAN L/R


5.5)

Penjualan dan Jurnal penjualan Kas di bank Penjualan


penerimaan kas
Jurnal penerimaan kas Piutang usaha Retur dan pengurangan

Harga penjualan

Jurnal umum Piutang lain Beban piutang tak

tertagih

Penyisihan untuk

Piutang tidak

Tertagih

Perolehan dan Jurnal pembelian Kas di bank Iklan


pembayaran
Jurnal pengeluaran kas Persediaan Perjalanan dan

Jurnal umum Biaya dibayar di muka Transportasi

Tanah Promosi
Bangunan Beban penjualan rupa

Peralatan transportasi Perjalanan dan

Representasi

Peralatan kantor Alat tulis dan

Akumulasi depresiasi perlengkapan kantor

Hutang dagang pos

Pos terhutang lainnya telepon dan telegram

Taksiran pajak luran dan keanggotaan

Penghasilan pajak-pajak

Pajak yang ditangguhkan depresiasi gedung kantor

peralatan

sewa

honor penasehat hokum

auditing

asuransi

perbaikan dan perawatan

kantor

beban kantor lain

beban umum rupa-rupa

keuntungan penjualan

aktiva

pajak penghasilan

Pengajian dan Jurnal gaji Kas di bank Gaji dan komisi


kepegawaian
Jurnal umum Gaji yang terutang

PPH pegawai yang PPH pegawai penjualan


terrutang
Gaji eksekutif &kantor

PPh pegawai administrasi

Persediaan dan Jurnal pembelian persediaan Harga pokok penjualan


pergudangan
Jurnal penjualan

Jurnal umum

Perolahan dan Kas di bank Beban bunga

Pembayaran Jurnal pembelian Wesel bayar

Kembali Jurnal pengeluaran Wesel bayar jangka

modal Jurnal umum Panjang

Bunga terutang

Modal saham

Modal melebihi nilai

Nominal

Laba yang ditahan

Dividen

Dividen yang harus

dibayar

HUBUNGAN ANTAR SIKLUS

Gambar 4-6 menunjukan hubungan antara satu siklus dengan lainnya. Di samping lima siklus
tadi, kas mum juga ditampilkan. Masing-masing siklus akan dipelajari secara rinci da;am
bab-bab berikutnya.

Gambar 4-6 menunjukan bahwa siklus tersebut tidak mempunyai awal atau akhir kecuali
pada posisi awal dan akir dari perusahaan itu sendiri. Suatu perusahaan mulai berjalan dengan
memperoleh modal yang biasanya berupa uang kas. Dalam suatu perusahaan manufaktur, kas
digunakan untuk memperoleh bahan baku, aktiva tetap, dan barang-barang serta jasa yang
diperlukan untuk memproduksi persediaan (siklus perolehan dan pembayaran). Kas juga
digunakan untuk memperoleh tenaga kerja bagi keperluan yang sama (siklus penggajian dan
kepegawaian). Perolehan dan pembayaran serta penggajian dan kepegawaian pada dasarnya
adalah serupa, tetapi fungsinya berbeda sehingga siklusnya perlu di pisahkan. Hasil gabungan
dari kedua siklus ini adalah persediaan (siklus persediaan dan pergudangan). Pada tahap
berikutnya, persediaan dijual dan timbul pembuatan kuitansi serta penerimaan pembayaran
(siklus penjualan dan penerimaan kas). Uang kas yang diperoleh digunakan untuk membayar
dividend an bunga serta untuk memulai kembali siklus berikutnya. Siklus-siklus itu
berhubungan dengan yang lainnya, dengan cara yang hampir sama dalam suatu perusahaan
jasa, tetapi tentu saja tidak ada persediaan.

Siklus siklus transaksi sangat penting sekali dalam pelaksaan audit. Umumnya, auditor
memperlakukan setiap siklus secara terpisah dalam pelaksaan audit. Meskipun siklus yang
berbeda itu perlu dikaitkan dalam waktu yang berlainan, auditor harus memperlakukan
siklus-siklus itu secara terpisah agar dia dapat menangani audit yang kompleks secara efektif.

MENETAPKAN TUJUAN AUDIT

Auditor melakukan audit sesuai dengan pendekatan siklus dengan melaksanakan pengujian
audit atas transaksi yang membentuk saldo akir dan juga melaksanakan pengujian audit atas
saldo akun itu sendiri. Gambar 4-6 megilustrasikan konsep penting ini dengan menunjukan
empat golongan transaksi yang menentukan saldo akir piutang usaha. Anggaplah bahwa saldo
awal Rp 192.000 telah diaudit tahun lalu dan dianggap andal.

GAMBAR 4-5 Hubuna Antar Siklus-siklus Transaksi

Kas

Umum

Siklus Perolehan modal dan


pembayaran kembali

Siklus Penjualan Siklus Siklus Penggajian


dan penerimaan Perolehan dan dan Kepegawaian
kas Pembayaran

Siklus
Persediaan
Pergudangan
Kalau auditor yakin bahwa keempat golongan transaksi ini disajikan dengan benar, auditor
akan yakin bahwa saldo akir Rp 332.000 disajikan dengan benar. Akan tetapitidak praktis
bagi auditor mendapatkan keyakinan secara menyeluruh atas kebenaran setiap jenis transaksi
sebagai akibat kurangnya keyakinan atas kebenaran saldo piutng usaha. Cara yang paling
efisien untuk melakukan audit adalah mendapat keyakinan gabungan untuk setiap golongan
transaksi dan saldo akir dari akun terkait.

Terdapat beberapa tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum auditor menyimpulkan, ini
disebut tujuan audit berkait – transaksi. Misalnya, akan ada tujuan audit spesfik berkait –
transaksi penjualan dan transaksi retur dan pengurangan harga penjualan.

Terdapat beberapa tujuan audit yang harus dipenuhi untuk setiap saldo akun. Tujuan audit ini
dinamakan tujuan audit berkait- saldo. Misalnya, akan ada tujuan audit spesifik berkait –
saldo piutang usaha dan saldo utang usaha.

ASERSI MANAJEMEN

Adalah pernyataan yang tersirat oleh manajemen mengenai jenis transaksi dan akun terkait
dalam laporan keuangan. Contoh, manajemen PT HALILINTAR, menyebutkan bahwa uang
kas sebesar Rp 82.000.000 memang ada dalam rekening bank perusahaan atau dalam brankas
pada tanggal neraca. Kecuali jika diungkapkan dalam laporan keuangan, manajeman juga
mengasersi bahwa uang kas itu tidak terkait dan dapat digunakan untuk penggunaan operasi
yang normal, danjuga diberikan asersi yang serupa untuk masing masing aktiva, kewajiban,
kekayaan pemilik, serta laba dan pos pos beban dalam laporan keuangan.

Asersi manajemen berhubungan langsung dengan prinsip akuntannsi yang berlaku umum,
pernyataan ini merupakan bagian dari kriteria manajemen untuk mencatat dan
mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan. Auditor harus memahami
asarsi asersiitu agar audit dapat dilaksanakan dengan memadai.

Asersi mengenai kebenaran atau keterjadian, berkaitan dengan apakah aktiva, kewajiban
dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca serta apakah
pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan laba rugi benaar benar terjadi selama
periode akuntansi.

Asersi mengenai kelengkapan, menyatakan bahwa semua transaksi dan akun, yang
seharusnya ada dalam laporan keuangan semuanya memang dimasukan.

Asersi mengenai hak dan kewajiban, berhubungan dengan apakah aktiva memang menjadi
hak perusahaan dan hutang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

Asersi mengenai penilaian dan alokasi, menyangkut masalah apakah aktiva, kewajiban,
ekiutas, pendapatan, atau beban telah dimasukan kedalam laporan keuangan dengan angka-
angka yang wajar.
Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan, menyangkut masalah apakah komponen-
komponen dalam laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan dengan
sepantasnya.

TUJUAN AUDIT BERKAIT – TRANSAKSI

Tujuannya adalah sejalan dan berkaitan erat dengan pernyataan manajemen. Karena tujuan
utama auditor adalah memutuskan apakah asersi manajeman mengenai laporan keuangan
dapat dibenarkan. Tujuan auditor berkait – transaksi dimaksudkan untuk berfungsi sebagai
kerangka kerja bagi auditor dalam mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup
dibutuhkan oleh standar pekerjaan lapangan ketiga dan memutuskan bahan bukti yang pantas
untuk dikumpulkan sesuai dengan penugasan.

Berikut enam tujuan audit umum berkait – transaksi dibahas berikut ini

Eksistensi – transaksi yang tercatat memang eksis, yujuan ini berkenaan dengan apakah
transaksi yang dicatat secara actual memang terjadi. Memasukan penjualan dalam jurnal
penjualan dimana penjualan tdak terjadi merupakan penyimpangan dari jumlah eksistensi

Kelengkapan – transaksi-transaksi yang ada telah dicatat, menyangkut apakah seluruh


transaksi yang seharusnya ada dalam jurnal , secaara actual telah dimasukan. Kelalaian
memasukan satu penjualan dalam jurnal penjulan dan buku besar sedangkan penjualan
tersebut terjadi, merupakan penyimpangan dari tujuan kelengkapan

Akurasi – transaksi yang tercatat disajikan pada nilai yang benar, menyangkut
keakuratan informasi untuk transaksi akuntansi. Untuk transaksi penjualan, akan merupakan
penyimpangan dari tujuan akurasijika kuantitas barang yang dikirim berbeda dengan
kuantitas yang ditagih.

Klasifikasi – transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat,


contoh salah klasifikasi untuk penjualan antara lain penjualan tunai diklasifikasikan sebagai
penjualan kredit, mencatat penjualan aktiva tetap operasi sebagai pendapatan, dan salah
mengklasifikasikan penjualan komersial sebagai penjualan intern.

Saat pencatatan – transaksi dicatat pada tanggal yang benar, kesalahan terjadi jika
transaksi tidak dicatat pada tanggal transaksi terjadi. Transaksi pejualan, misalnya,
seharusnya dicatat pada tanggal pengiriman.

Posting pengikhtisaran, transaksi yang tercatat secara tepat dimasukan dalam berkas induk
dan diikhtisarkan dengan benar. Tujuan ini menyangkut apakah keakuratan transfer informasi
dari transaksi yang tercatat dalam jurnal ke catatan tambahan dan buku besar.

TABEL 4-2 Tujuan audit berkait- transaksi dan asersi manajemen untuk transaksi penjualan.

ASERSI MANAJEMEN TUJUAN AUDIT UMUM TUJUAN AUDIT


BERKAIT TRANSAKSI SPESIFIK BERKAIT-
TRANSAKSI
Eksistensi atau keterjadian eksistensi Penjualan yang dicatat
adalah untuk pengiriman
kepada konsumen yang
benar-benar ada

kelengkapan Transaksi penjualan yang


ada seluruhnya telah dicatat
Kelengkapan

Penilaian atau alokasi Akurasi Penjualan yang dicatat


adalah sejujmlah barang
yang dikirim dan ditagih dan
dicatat dengan benar

Klasifikasi Transaksi penjualan


diklasifikasikan dengan
tepat.
Saat pencatatan Panjualan dicatat pada
tanggal yang benar

Posting dan penikhtisaran Transaksi penjualan dicatat


dalam buku tambahan
dengan benaR Dn
diikhtisarkan dengan benar.
Hak dan kewajiban

Penyajian dan
pengungkapan

Dan asersi. Perhatikan bahwa hanya tiga asersi berkaitan dengan tujuan audit berkaitan –
transaksi. Ini menunjukan bahwa dua asersi tidak dapat dipenuhi dengan melakukan
pengujian atas pengendalian dan pengujian atas substantive atas transaksi.

TUJUAN AUDIT BERKAIT- SALDO

Tujuan ini juga mengikuti asersi manajemen dan memberikan kerangka kerja untuk
membantu auditor mengumppulkan bahan bukti kompeten yang cukup. Dengan memakai
tujuan audit berkait saldo sebagai kerangka kerja untuk mengaudit saldo akun neraca, auditor
mengumpulkan bahan bukti untuk memverifikasi rincian-rincian yang mendukung saldo
akun, bukan memverifikasi saldo akun itu sendiri. Berikut ini pembahasan singkat mengenai
Sembilan tujuan audit umum berkait saldo.

Eksistensi – angka-angka yang dicantumkan memang eksis, menyangkut apakah angka-


angka yang dimasukan dalm laporan keuangan memang seharusnya dimasukan. Pencantuman
penjualan dalam jurnal penjualan dan buku besar, padahal tidak ada penjualan yang terjadi,
malanggar tujuan eksistensi.

Kelengkapan – angka-angka yang ada telah dimasukan seluruhnya, menyangkut apakah


semua angka-angka yang sseharusnya dimasukan memang diikutsertakan secara lengkap.
Kegagalan untuk memasukan penjualan dalam jurnal penjualan dan buku besar, jika suatu
penjualan terjadi, melanggar tujuan kelangkappan.

Akurasi – jumlah yang di sajikan pada jumlah yang benar, mengacu ke jumlah yang
dimasukan dengan jumlah yang benar. Unsur persediaan dalam daftar persediaan dapat
menjadi salah karena jumlah unit persediaan yang ada di lebihsajikan, harga per unit salah,
atau jumlah diperkalikan dengan salah.

Klasifikasi – angka-angka yang dimasukkan didaftar klien telah dikalsifikasi dengan tepat.
Artinya, ini menunjukkan apakah setiap pos dalam daftar klien telah dimasukkan dalam akun
yang benar. Misalnya saja adalah daftar piutang usaha yang mana harus dipisahkan lagi
dalam bentuk jangka pendek atau jangka panjang. Klasifikasi juga sebagai bagian dari asersi
penilaian atau alokasi
Pisah batas - transaksi-transaksi yang dekat dengan tanggal neraca dicatat dalam periode
yang tepat. Transaksi yang mungkin sekali salah saji adalah transaksi yang mendekati akhir
suatu periode akuntansi. Pisah batas juga sebagai bagian dari asersi penilaian atau alokasi.
Kecocokan rincian – rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar
tambahan, dijumlah ke bawah benar dalam saldo akun, dan sesuai dengan jumlah dalam buku
besar. Misalnya, setiap piutang usaha dalam daftar piutang harus sesuai dengan yang ada di
dalam buku tambahan piutang dan jumlahnya harus sama dengan perkiraan buku besar
pengendali. Kecocokan rincian juga sebagai bagian dari asersi penilaian atau alokasi.
Nilai realisasi - aktiva dinyatakan pada jumlah yang diestimasi dapat direalisasi dengan
tujuan apakah satu saldo akan telah dikurangi untuk penurunan dari biaya historis menjadi
nilai realisasi. Misalnya, mempertimbangkan kecukupan penyisihan piutang tak tertagih dan
penurunan nilai persediaan akibat keusangan. Nilai realisasi juga sebagai bagian dari asersi
penilaian atau alokasi.
Hak dan Kewajiban – aktiva selalu dikaitkan dengan hak karena kebanyakan dari aktiva
harus dipunyai sebelum dapat diterima untuk dicantumkan dalam laporan keuangan.
Sedangkan hutang (liabilities) dikaitkan dengan kewajiban (obligation) karena kewajiban
harus menjadi milik suatu entitas. Hak dan kewajiban adalah cara auditor untuk memenuhi
asersi manajemen mengenai hak dan kewajiban.
Penyajian dan pengungkapan – saldo akun dan persyaratan pengungkapan yang berkaitan
telah disajikan dengan pantas dalam laporan keuangan. Auditor melakukan pengujian untuk
meyakinkan bahwa semua akun neraca dan laporan laba rugi serta informasi yang berkaitan
telaj disajikan dengan benar dalam laporan keuangan dan dijelaskan dengan pantas dan dalam
isi dan catatan kaki laporan itu. Tujuan ini adalah cara auditor untuk memenuhi asersi
manajemen mengenai penyajian dan pengungkapan.
Penyajian dan pengungkapan berkaitan erat; tetapi berbeda dengan klasifikasi. Informasi
untuk tujuan audit berkait-saldo akan secara benar diklasifikasikan kalau seluruh informasi
dalam skedul terinci yang mendukung saldo akun diikhtisarkan dalam akun yang sesuai.
Informasi diungkapkan dengan tepat kalau saldo akun dan informasi catatan kaki terkait
tersebut digabungkan, diuraikan dan disajikan dengan tepat dalam laporan keuangan.
Contohnya adalah kalau hutang wesel jangka panjang dicantumkan dalam daftar piutang
usaha, ini adalah penyimpangan dari tujuan klasifikasi. Jika hutang wesel jangka panjang
diklasifikasikan dengan benar, tetapi digabungkan dengan piutang usaha di laporan keuangan,
hal ini merupakan penyimpangan dari tujuan penyajian dan pengungkapan.

TAHAPAN AUDIT
Pada saat auditor memutuskan tujuan spesifik audit untuk setiap komponen dalam laporan
keuangan, proses pengumpulan bahan bukti dapat dimulai. Auditor memutuskan untuk
mengumpulkan bahan bukti yang layak dalam proses audit. Proses audit adalah metodologi
penyelenggaraan audit yang jelas untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti
pendukung yang komponen. Ada empat tahap proses audit, yaitu:
1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit
2. Melakukan pengujian pengendalian dan transaksi
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo
4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
Merencanakan dan merancang pendekatan audit – dalam setiap audit, ada bermacam-
macam cara yang dapat ditempuh seorang auditor dalam mengumpulkan bahan bukti untuk
mencapai tujuan audit secara keseluruhan. Dua perhitungan yang mempengaruhi pendekatan
yang akan dipilih adalah bahan bukti yang kompeten yang cukup harus dikumpulkan untuk
memenuhi tanggung jawab profesional dari auditor dan biaya pengumpulan bahan bukti
harus dibuat seminimum mungkin. Ada dua di antara beberapa bagian dari perencanaan dan
perancang pendekatan audit, yaitu:
1. Mendapatkan pengetahuan atas bidang usaha klien. Agar dapat
menginterpretasikan dengan benar maksud dari informasi yang diperoleh dalam audit,
dibutuhkan pemahaman atas usaha dan industri klien. Misalnya suatu usaha untuk
mengaudit klien yang bergerak di bidang industri konstruksi jembatan. Perlu
dipahami bidang usaha konstruksi dan metode akuntansi persentase penyelesaian.
Pemahaman yang cukup memadai mengenai usaha dan industri klien disyaratkan oleh
PSA 05
2. Memahami struktur pengendalian intern klien dan menetapkan risiko
pengendalian. Salah satu konsep yang paling penting dan diterima secara luas dalam
teori dan praktik audit adalah menghasilkan informasi keuangan yang dapat
diandalkan dan untuk melindungi aktiva serta catatan-catatan. Jika klien mempunyai
struktur pengendalian intern yang baik, risiko pengendalian akan rendah dan jumlah
bahan bukti audit yang harus dikumpulkan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
jika struktur pengendalian internnya tidak memadai.
Agar dapat merencanakan pengumpulan bahan bukti audit yang mencukupi, standar
auditing yang berlaku umum mensyaratkan auditor untuk memahami struktur
pengendalian intern. Pemahaman ini diperoleh dengan meninjau bagan organisasi dan
buku pedoman prosedur, mengadakan pembicaraan dengan klien, melengkapi
kuesioner dan bagan arus pengendalian intern, dan dengan mengamati aktivitas klien.
Setelah auditor memahami struktur pengendalian intern klien, dia kana mampu
mengevaluasi seberapa efektif pengendalian tersebut dalam mencegah dan
menemukan kekeliruan dan ketidakberesan. Evaluasi ini meliputi identifikasi
pengendalian-pengendalian spesifik yang mengurangi kemungkinan kekeliruan dan
ketidakberesan akan terjadi dan tidak terdeteksi serta tidak diperbaiki dalam waktu
yang tepat. Proses ini dikenal sebagai penetapan risiko pengendalian
Melakukan pengujian pengendalian dan transaksi - selanjutnya auditor dapat
memperkecil luas penilaiannya sampai suatu titik di mana ketetapan informasi laporan
keuangan yang berkaitan langsung dengan pengendalian itu harus diperiksa keabsahannya
melalui pengumpulan bahan bukti. Melakukan pengujian pengendalian dan transaksi adalah
prosedur-prosedur untuk membenarkan tingkat risiko lebih rendah yang ditetapkan.
Pengujian dan transaksi adalah ketika sejumlah besar bukti yang dikumpulkan yang
mendukung jumlah-jumlah dalam laporan keuangan yang mencakup pula dokumentasi
transaksi diperiksa untuk salah satu atau kedua tujuan di tahap ini.
Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo – terdapat dua kategori
dalam tahap ini. Prosedur analitis digunakan untuk menetapkan kelayakan transaksi dan saldo
secara keseluruhan. Contohnya adalah dalam membandingkan saldo tahun berjalan setiap
akun dengan saldo tahun sebelumnya dan menetapkan apakah perubahan yang terjadi masuk
akal jika dibandingkan dengan perubahan bisnis klien. Pengujian terinci atas saldo adalah
prosedur khusus untuk menguji kekeliruan moneter dalam saldo-saldo laporan keuangan.
Contohnya, komunikasi tertulis langsung dengan pelanggan mengenai piutang usaha,
pengamatan persediaan yang sebenarnya, dan pemeriksaan rekening koran rekanan pemasok
atas utang usaha.
Ada hubungan yang erat antara tiga tahap di atas. Jika auditor telah mempunyai keyakinan
yang memadai terhadap kewajaran laporan keuangan melalui pemahaman terhadap struktur
pengendalian intern, penetapan risiko pengendalian, pengujian atas pengendalian dan
prosedur analitis, maka pengujian terinci atas saldo dapat dikurangi.

Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit – Setelah semua prosedur


diselesaikan, auditor perlu untuk menggabungkan seluruh informasi yang didapat untuk
memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan.
Proses ini sangat subyektif dan sangat tergantung pada pertimbangan profesional auditor.
Auditor akan menggabung seluruh informasi yang telah dia dapatkan selama melaksanakan
audit. Penggabungan akhir hanyalah penyatuan dari penggabungan-penggabungan tadi pada
saat penyelesaian penegasan. Jika audit diselesaikan, kantor akuntan publik harus
mengeluarkan laporan audit yang menyertai laporan keuangan klien yang diterbitkan.
Laporan itu harus memenuhi persyaratan teknis yang jelas, yang dipengaruhi oleh ruang
lingkup audit dan sifat temuan auditor.

Pengembangan Tujuan Spesifik Audit untuk Audit Laporan Keuangan

Anda mungkin juga menyukai