Anda di halaman 1dari 6

Tugas Akuntansi Manajemen

Analisis biaya-volume-laba adalah sebuah teknik untuk mempelajari hubungan


anatara volume, biaya total, pendapatan total, dan laba. Analisis ini sangat berguna terutama
untuk perencanaan laba dalam tahun anggaran tertentu. Dalam analisis ini, konsep-konsep
seperti struktur biaya, operating leverage, margin kontribusi, biaya variabel, dan biaya tetap
serta pendekatan variable costing sangtlah penting.

A. Margin Kontribusi
Margin kontribusi (contribution margin) merupkan selisih antara hasil penjualan dan
sleuruh komponen beban variabel (produksi, administrasi, dan penjualan). Margin kontribusi
positif menunjukan bahwa hasil penjualan dapat digunakan untuk menutup beban variabel
dan sleuruh atau sebagian beban tetap. Apabila margin kontribusi melebihi jumlah beban
tetap total, maka kelebihannya merupkaan laba. Tabel 1 menunjukkan contoh bahwa margin
kontribusi total PT Bagus Budi bejumlah Rp1.800.000, adapun beban tetap totalnya
berjumlah Rp720.000, sehingga laba bersih totalnya adalah Rp1.080.000.

Tabel 1

Laporan Laba-Rugi dengan Format Margin Kontribusi

Perhatikanlah bahwa margin kontribusi per unit pada Tabel 1 adalah Rp180 dan
mengandung arti bahwa setiap unit barang yang terjual memberi kontribusi Rp180 untuk
menutup beban tetap. Beban tetap total pada contoh di atas menunjukkan jumlah Rp720.000.
Dengan memperhatikan makna contribution margin per unit, maka kita dapat dengan cepat
mengetahui berapa unit barang harus terjual agar seluruh beban tetap tadi tertutup. Agar
seluruh beban tetap tertutup tanpa memperoleh laba (disebut titik impas atau break-even
point), maka jumlah margin kontribusi total harus sebesar Rp720.000. Titik impas tercapai
apabila produk yang terjual 4.000 unit-yakni beban tetap total dibagi margin kontribusi per
unit (720.000:180). Tabel 2 menunjukkan titik impas terjadi pada penjualan 4.000 unit.

Tabel 2
Laporan Laba-Rugi dengan Format Margin Kontribusi pada Titik Impas 4.000 unit

Dengan memperhatikan makna titik impas dan margin kontribusi per unit, kita dapat
menganalisis lebih lanjut bahwa setiap penjualan satu unit di atas titik impas akan memberi
laba sebesar margin kontribusi per unit tersebut. Analisis seperti ini memudahkan manager
untuk merencanakan jumlah unit yang harus dijual di atas titik impas untuk mencapai laba
tertentu. Seandainya manager merencana laba Rp1.800, maka manager akan menargetkan
penjualan 10 unit di atas titik impas. Dengan kata lain, terget penjualannya ditetapkan
sebanyak 4.010 unit, sebagaimana terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3

Laporan Laba-Rugi denga Format Margin Kontribusi pada Penjualan 4.010 unit

B. Struktur Biaya
Struktur biaya terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Terdapat perusahaan dengan
biaya tetap tinggi, tetapi biaya variabelnya renrdah. Sebaliknya terdapat perusahaan dengan
biaya tetap rendah, tetapi biaya variabelnya tinggi. Manakah di antara perusahaan-perusahaan
tersebut yang mempunyai struktur biaya lebih baik? Pertanyaan ini tidak memunyai jawaban
yang pasti, sebab kedua-duanya mempunyai keunggulan pada kondisi-kondisi tertentu. Untuk
menjelaskan masalah ini, Tabel 4 menunjukkan contoh dua perusahaan yang biaya totalnya
sama, tetapi struktur biayanya berbeda.
Tabel 4

Dua Perusahaan yang Berbeda Struktur Biayanya

Struktur biaya yang baik bergantung pada banyak faktor, termasuk tren jangka
panjang dalam pejualan, fluktuasi tahunan dalam tingkat penjualan, dan sikap managemen
terhadap risiko. Untuk kasus di atas, jika penjualan di masa mendatang diharapkan cenderung
meningkat dari jumlah semula (Rp3 juta), struktur biaya PT GANDANENAK mungkin lebih
baik karena rasio margin kontribusinya lebih tinggi dan, oleh karena itu, labanya meningkat
lebih cepat ketika penjualan meningkat. Misalnya, jika masing-masing perusahaan
memperoleh peningkatan penjualan 10 persen dari semula, laba GANDANENAK mencapai
Rp840.000, sedangkan RASANESIP hanya mencapai Rp720.000. Perhatikanlah Tabel 5
yang menyajikan pengaruh kenaikan penjualan terhadp laba bersih pada dua perusahaan di
atas yang struktur biayanya berbeda.

Tabel 5

Pengaruh Kenaikan Penjualan Terhadap Laba Bersih pada Dua Perusahaan yang Struktur
Biayanya Berbeda

Sebaliknya, jika masing-masing perusahaan memperoleh penurunan penjualan 10


persen dari semula, laba RASANESIP mencapai Rp480.000, sedangkan GANDANENAK
hanya mencapai Rp360.000. Pengaruh penurunan penjualan terhadap laba bersih dua
perusahaan di atas tunjukkan di Tabel 6.

Tabel 6
Pengaruh Penurunan Penjualan terhadap Laba Bersih pada Dua Perusahaan yang Struktur
Biayanya Berbeda

Dari angka-angka di tabel 6 tampak bahwa dalam hal ada penurnan penjualan yang
sama, PT RASANESIP memiliki struktur biaya terbaik. Jika terjadi penurunan penjualan di
masa yang akan datang, perusahaan tersebut lebih baik stabilitasnya karena beban tetapnya
relatif rendah.

C. Operating Leverage
Operaring leverage adalah ukuran besarnya penggunaan beban tetap dalam sebuah
perusahaan. Semakin tinggi beban tetap, semakin tinggi operating leverage dan semakin
besar pula sensitifitas laba bersih terhadap perubahan penjualan. Perusahaan yang
mempunyai operating leverage tinggi akan mengalami peningkatan persentase yang besar
dalam labanya jika terjadi sedikit saja peningkatan dalam penjualan. Sebaliknya, perusahaan
yang mempunyai operating leverage rendah akan mengalami peningkatan persentase yang
rendah dalam labanya jika terjadi sedikit saja peningkatan dalam penjualan. Derjat besar-
kecilnya operating leverage atau Degree of Operation Leverage (DOL) umumnya diukur
pada tingkat penjualan tertentu. Rumusnya sebagai berikut.

Margin kontribusi
DOL =
Laba bersih
DOL adalah ukuran, pada tingkat penjualan tertentu, besarnya pengaruh perubahan
persentase dalam volume penjualan terhadap laba. Berikut adalah contoh menghitung DOL
untuuk PT RASANESIP dan PT GANDANENAK.

Tabel 7

Perhitungan DOL
Pada tingkat penjualan Rp3 juta, DOL untuk Rasanesip adalah 2 kali sedangkan untuk
GANDANENAK adalah 4 kali. DOL RASANESIP yang besarnya 2 kali menunjukkan
bahwa setiap tambahan 1 persen penjualan akan menambah laba bersih 2 persen. Jika
penjualan untuk masing-masing perusahaan di atas nail 10 persen, laba bersih RASANESIP
naik 20 persen, sedangkan laba bersih GANDANENAK naik 40 persen. Perhatikanlah di
Tabel 8.

Tabel 8

Kenaikan Laba Bersih Sesuai DOL

Perlu diperhatikan lagi dengan seksama bahwa DOL selalu dihitung pada tingkat

penjualan tertentu. Pada contoh di atas, DOL dihitung pada tingkat penjualan RP3 juta. Jika

tngkat penjulana berada di atas titik impas, besarnya DOL semakin kecil; sedangkan pada

tingkat penjualan persis di titik impas, besarnya DOL adalah takterhingga.

D. Titik Impas

Analisis biaya-volume-laba dapat digunakan, anatara lain, untuk menentukan titik

impas. Oleh karena itu, analisis ini sering disebut juga analisis titik impas. Sebutan ini
sbeetulnya kurang tepat karena titik impas hanya merupakan titik awal (starting point) untuk

analisis selanjutnya,

Beberapa pendekatan dapat digunakan untuk menentukan titik impas, yakni (i)

pendekatan persamaan matematis, (ii) pendekatan margin kontribusi per unit, (iii) pendekatan

rasio margin kontribusi, dan (iv) pendekatan grafis.

Anda mungkin juga menyukai