Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN

‘Menjelaskan Respirasi Pada Tumbuhan”


Bagian II

Kelompok 8:
Rifi Siswanan
Suci Mismenia Amanda
Sulistya Taher

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makhluk hidup mengalami suatu proses pemebentukan energi melalui suatu
proses katabolisme dimana terjadi proses penguraian dari molekul yang kompleks
menjadi molekul yang lebih sederhana, dimana akan menghasilkan suatu energi.
Respirasi merupakan salah satu contoh dari penghasilan energi dimana terjadi reaksi
penguraian bahan makanan yang diperoleh makhluk hidup yang kemudian akan
menghasilkan energi. Respirsi ini bisa terjadi secara aerob dimana membutuhkan oksigen
untuk menghasilkan energi dan secara anaerob yang tidak membutuhkan okisgen untuk
menghasilakn energi.
Salah satu contoh dari proses respirasi yang tidak membutuhkan energi adalah
proses fermentasi. Fermentasi ini menggunakan sel-sel ragi yang nantinya akan
menghasilkan karbondioksida dan energi. Pada manusia proses fermentasi terjadi pada
otot dimana piruvat akan diubah menjadi asam laktat. Biasanya fermentasi yang biasa
kita lakukan berupa jenis karbohidrat berupa glukosa yang akan difermentasi dengan
menggunakan ragi, dimana ragi ini merupakan suatu kumpulan spora-spora, hasil dari
fermentasi ini berupa karbondioksida dan energi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fermentasi
Walaupun glikolisis dapat berfungsi dengan baik tanpa O2, oksidasi lebih lanjut
dari piruvat dan NADH oleh mitokondria memerlukan oksigen. Karena itu bila O2
terbatas, NADH dan piruvat mulai tertimbun. Pada keadaan ini tumbuhan menjalankan
fermentasi ( respirasi anaerobic), membentuk etanol atau asam laktat seperti terlihat pada
gambar . dua reaksi teratas pada gambar terdiri dari dekarboksilasi untuk membentuk
asetaldehid, kemudian direduksi secara cepat oleh NADH membentuk etanol. Semua
reaksi ini dikatalisis oleh asam piruvat dekarboksilase untuk membentuk asetaldehid,
kemudian direduksi secara cepat oleh NADH membentuk etanol. Semua reaksi ini
dikatalisis oleh asam piruvat dekarboksilase dan alcohol dehidrogenase. Beberapa sel
mengandung asam laktat dehidrogenase, yang menggunakan NADH untuk mereduksi
piruvat menjadi asam laktat. Etanol atau asam laktat atau keduanya merupakan produk
fermentasi, bergantung pada aktivitas tiap-tiap dehidrogenase yang ada. Pada setiap
keadaan, NADH ialah pereduksi, dan hanya pada keadaan anaerobiklah NADH tersedia
dalam jumlah yang cukup banyak untuk menjalankan reduksi. Lebih jauh, pada beberapa
tumbuhan, NADH digunakan untuk menimbun senyawa lain bila O2 terbatas, terutama
asam malat dan gliserol.
Factor yang mempengaruhi fermentasi
1. Ketersediaan substrat
Respirasi bergantung pada tersedianya sunstrat, tumbuhan yang
kelaparan yang kandungan pati, fruktan dan gulanya rendah, melakukan
respirasi pada laju yang rendah. Tumbuhan kahat gula sering melakukan
respirasi lebih cepat bila gula disediakan. Bahkan laju respirasi daun sering
lebih cepat segera setelah matahari tenggellam saat kandungan gula tinggi
dibandingkan ketika matahari terbit saat kandungan gulanya lebih rendah.
Daun bagian bawah dan ternaungi biasanya berespirasi lebih lambat daripada
daun sebelah atas yang terkena cahaya lebih banyak. Bila hal ini tidak terjadi
maka daun sebelah bawah akan lebih cepat mati. Perbedaan kandungan pati
dan gula akibat tak berimbangnya laju fotosintesis mungkin yang
menyebabkan laju respirasi yang lebih rendah pada daun yang ternaungi.
2. Ketersediaan oksigen
Pasokan O2 juga mempengaruhi respirasi, tapi peranannya sangat
berbeda, bergantung pada jenis tumbuhan dan bahkan bagian tumbuhan.
Keragaman normal kandungan O2 udara terlalu kecil untuk mempengaruhi
respirasi sebagian besar daun dan batang. Lagipula laju penetrasi O2 kedalam
daun, batang dan akar biasanya cukup untuk mempertahankan tingkat
pengambilan normal O2 oleh mitokondria, terutama karena sitokrom oksidase
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen sehingga akan tetap
berfungsi walaupun konsentrasi O2 diudara hanya sekitar 0,05 %.

B. Sitokrom Tanpa Oksidase


Respirasi aerobic sebagian besar organism termasuk beberapa tumbuhan sangat
dihambat oleh ion negative tertentu yang bergabung dengan besi di sitokrom oksidae.
Dua ion seperti itu yakni sianida dan azida sangatlah efektif. Karbon monoksida juga
membentuk kompleks kuat dengan besi, menghambat pengangkutan electron dan
meracuni respirasi. Tapi pada berbagai jaringan tumbuhan, keracunan sitokrom oksidase
oleh penghambat seperti itu hanya berpengaruuh kecil terhadap respirasi. Respirasi yang
dapat berlangsung terus pada keadaan ini dinamakan respirasi resisten sianida. Beberapa
jamur, briofita, dan ganggang serta sedikit bakteri dan hewan juga resisten terhadap
sianida, azida dan CO tapi sebagian besar hewan tidak resisten.
Alasan respirasi dapat dapat berlangsung terus ketika sitokrom oksidase dihalangi
adalah karena mitokondria yang resisten-sianida mempunyai cabang alternative yang
pendek ditahap pertama lintasan pengangkutan electron yang menyangkut ubikuinol.
Cabang atau rute alternative ini juga memungkinkan pengangkutan electron ke oksigen,
mungkin dari ubikuinol flavoprotein lalu ke oksidase.. oksidase akhir dan sebagian besar
komponen rute ini mempunyai afinitas terhadap O2 yang lebih rendah dibandingkan
dengan sitokrom oksidase, dan sedikit atau tidak ada fosforilasi oksidatif yang terangkai
pada lintasan alternative tersebut. Hal ini menyebabkan dihasilkannya bahang, bukan
ATP. Produksi bahang tersebut diperkirakan menguntungkan bagi tumbuhan tertentu,
seperti pada ekologi penyerbukan bunga lili harum.
Akhir-akhir ini oksidase alternative telah diisolasi dari kubis sigung. Dan
beberapa sifatnya telah dikaji. Aktivitasnya meningkat sekitar tujuh kali dan lintasan
pengangkutan electron normal menurun sekitar sepuluh kali bila apendiks bunga menjadi
panas. Pengubahan aktivitas ini mendorong penganngkutan electron melewati lintasan
alternative dan sangat meningkatkan produksi bahang. Namun disebagian bbesar
tumbuhan, laju kerja lintasan alternative ini belum jelas, sebab bukti akan keberadaannya
biasanya muncul pada saat kondisi tidak alamiah ketika sitokrom oksidase dari lintasan
normal teracuni oleh sianida, azida, atau CO. tapi lintasan alternative lazim berlangsung
di tumbuhan. Aktivitasnya paling tinggi disel yang kaya akan gula ( seperti setelah
fotosintesis yang pesat) ketika glikolisis dan daur krebs berlangsung terlalu cepat, sebab
lintasan pengangkutan electron normal kemudian menjadi tidak dapat menangani semua
electron yang kesana. Beberapa ahli menyimpulkan bahwa lintasan alternative bekerja
sebagian besar sebagai mekanisme limpahan untuk mengambil electron bila lintasan
sitokrom menjadi jenuh oleh aktifitas glikolisis dan daur krebs yang terlalu cepat.
Bekerjanya lintasan alternnatif ini berarti efisiensi respirasi ditumbuhan menurun
dibandingkan dengan aktivitas lintasan

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Respirasi


Secara sederhana respirasi dapat diartikan suatu proses pernafasan yang
menghirup oksigen (02) dari udara dan mengeluarkan karbondioksida (CO 2) ke udara.
Sehingga respirasi adalah adalah proses yang berlawanan dengan fotosintesis.
Gambar. Proses Fotosintesis dan Respirasi pada Tumbuhan.
Respirasi pada tumbuhan adalah proses reaksi karbohidrat (CH2O) dengan
oksigen (02) menghasilkan air (H2O) dan energi kimia, kemudian karbondioksida (CO2)
dilepaskan ke udara.

Respirasi dapat digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan ketersediaan O2 di


udara, yaitu respirasi aerob dan respirasi anaerob.
1. Respirasi aerob merupakan proses respirasi yang membutuhkan O2 dari udara.
Prosesnya meliputi :
a. Absorbsi oksigen,
b. Memecah senyawa organik, misal glukosa (KH) menjadi senyawa yang lebih
sederhana (CO2 & H2O),
c. Membebaskan energy.  Sebagian energi dipakai untuk proses kehidupan,sebagian
hilang sebagai panas.
d. Membebaskan CO2 dan H2O
Pada sel yang masih hidup respirasi terjadi pada sitoplasma & mitokondria.
1. Respirasi anaerob merupakan proses repirasi yang berlangsung tanpa membutuhkan
O2. Respirasi anaerob sering disebut juga dengan nama fermentasi. Respirasi anaerob
biasanya terdapat pada tanaman tinggi hanya terjadi jika persediaan O2 bebas di
bawah minimum., pada biji-bijian yang tampak kering (jagung, padi, biji bunga
matahari), buah-buahan yang berdaging seperti buah apel & peer dapat bertahan
berbulan-bulan di dalam penyimpanan, dimana hanya terdapat H & N saja, buah terus
menghasilkan CO2. Hasil respirasi anaerob pd tanaman tingkat tinggi adalah asam
sitrat, asam malat, asam oksalat, asam lartarat, asam susu.
Kurangnya O2 atau kelebihan CO2 tampak pada kegiatan respirasi biji- bijian,
akar & batang yang terpendam dalam tanah. Jika kadar CO2 naik sampai 10 % & kadar
O2 turun sampai 0 % maka respirasi terhenti.
Substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam
respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif
banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan
metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi
respirasi. Substrat respirasi terdiri dari:
1. Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel tumbuhan
tinggi.
2. Beberapa jenis gula seperti Glukosa, fruktosa dan sukrosa
3. Pati
4. Lipid
5. Asam-asam Organik
6. Protein (digunakan dalam keadaan dan spesies tertentu)
Seperti dijelaskan sebelumnya, proses respirasi diawali dengan proses pertukaran
gas oksigen dan karbon dioksida melalui alat pernapasan. Alat pernapasan tumbuhan
letaknya tersebar. Tumbuhan dapat melakukan pertukaran gas melalui stomata, lenti sel,
dan rambut akar. Pada tumbuhan tertentu, pernapasan melalui alat khusus, misalnya akar
napas pada tumbuhan bakau maupun beringin. Berikut ini akan dijelaskan alat-alat
pernapasan tumbuhan.
1. Stomata
Stomata atau mulut daun terdiri atas celah atau lubang yang dikelilingi oleh
dua sel penjaga dan terletak di daun. Stomata berfungsi sebagai tempat pertukaran gas
pada tumbuhan, sedangkan sel penjaga berfungsi untuk mengatur, membuka dan
menutupnya stomata.
Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan
menutup saat hari gelap. Membuka dan menutupnya stomata dipengaruhi oleh
kandungan air dan ion kalium di dalam sel penjaga. Ketika sel penjaga memiliki
banyak ion kalium, air dari sel tetangga akan masuk ke dalam sel penjaga secara
osmosis. Akibatnya, dinding sel penjaga yang berhadapan dengan celah stomata akan
tertarik ke belakang, sehingga stomata menjadi terbuka. Sebaliknya, ketika ion
kalium keluar dari sel penjaga, air dari sel penjaga akan berpindah secara osmosis ke
sel tetangga. Akibatnya, sel tetangga mengembang dan mendorong sel penjaga ke
arah celah sehingga stomata menutup.
2. Lentisel
Pada tumbuhan dikotil, selain kambium intervasikuler yang membentuk xilem
dan floem sekunder ada juga kambium gabus yang menghasilkan parenkima gabus
dan lapisan gabus. Lapisan gabus akan menggantikan epidermis. Lapisan gabus
terdiri atas sel-sel mati dan membantu melindungi batang. Kambium gabus,
parenkima gabus, dan lapisan gabus akan mengelupas dan lepas sebagai bagian kulit.
Akibatnya, timbul lubang-lubang di batang yang disebut lentisel.
Lentisel memungkinkan sel-sel tetap hidup di dalam batang melalui pertukaran gas
dengan udara luar.
3. Rambut Akar
Selain untuk menghisap air dan garam-garam mineral, rambut akar berfungsi
sebagai alat pernapasan. Sel-sel rambut akar akan mengambil oksigen pada pori-pori
tanah.
4. Alat Pernapasan Khusus
Kemampuan tumbuhan beradaptasi terhadap lingkungan menghasilkan alat
pernapasan khusus. Tumbuhan bakau yang hidup di lingkungan air laut mempunyai
akar yang tumbuh ke atas permukaan tanah untuk memperoleh oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida. Akar tersebut disebut akar napas. Pohon beringin dan
anggrek mempunyai akar gantung untuk bernapas. Akar tersebut tumbuh dari batang
dan menggantung kearah tanah. Pada saat masih menggantung, akar ini menyerap uap
air dan gas dari udara. Akan tetapi setelah masuk ke tanah, akar tersebut berfungsi
menyerap air dan garam mineral. Tumbuhan yang  hidup di air seperti enceng gondok
dan kangkung, batangnya mempunyai rongga-rongga udara yang  besar berfungsi
untuk menyalurkan oksigen.
Dalam proses respirasi ada faktor-faktor yang mempengaruhinya dan faktor-
faktor ini dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal dalam respirasi adalah faktor yang berasal dari dalam
tumbuhan sendiri, seperti :
a. Jumlah plasma dalam sel.
Jaringan-jaringan meristematik (jaringan yang masih muda) terdapat sel-
sel yang masih penuh dengan plasma dengan viabilitas tinggi biasanya
mempunyai kecepatan respirasi yang lebih besar daripada jaringan-jaringan yang
lebih tua dengan jumlah plasmanya sudah lebih sedikit.
b. Jumlah substrat respirasi dalam sel.
Jumlah substrat respirasi pada tumbuhan merupakan hal yang penting
dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang sedikit
akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Sebaliknya, tumbuhan
dengan kandungan substrat yang banyak akan melakukan respirasi dengan laju
yang tinggi. Substrat utama respirasi adalah karbohidrat.
c. Umur dan tipe tumbuhan.
Tingkat respirasi yang terjadi pada tumbuhan muda akan lebih tinggi dari
tumbuhan yang sudah dewasa atau lebih tua. Hal ini dikarenakan pada tumbuhan
muda jaringannya juga masih muda dan sedang berkembang dengan baik. Umur
tumbuhan juga akan memepengaruhi laju respirasi. Laju respirasi tinggi pada saat
perkecambahan dan tetap tinggi pada fase pertumbuhan vegetatif awal (di mana
laju pertumbuhan juga tinggi) dan kemudian akan menurun dengan bertambahnya
umur tumbuhan.
Gambar. Proses Respirasi pada Tumbuhan.

2. Faktor eksternal
Faktor eksternal dalam respirasi merupakan faktor yang berasal dari luar sel
atau lingkungan, yaitu:
a. Suhu.
Secara umum pada batas-batas tertentu kenaikan suhu menyebabkan pula
kenaikan laju respirasi. Kecepatan reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap
kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing
spesies tumbuhan. Namun, kenaikan suhu yang melebihi batas minimum kerja
enzim, akan menurunkan laju respirasi karena enzim respirasi tidak dapat bekerja
dengan baik pada suhu tertalu tinggi.
b. Kandungan O2 udara.
Pengaruh kadar oksigen dalam atmosfer terhadap kecepatan respirasi akan
berbeda-beda tergantung pada jaringan dan jenis tumbuhan, tetapi meskipun
demikian makin tinggi kadar oksigen di atmosfer maka makin tinggi kecepatan
respirasi tumbuhan.
c. Kandungan CO2 udara.
Semakin tinggi konsentrasi karbondioksida diperkirakan dapat
menghambat proses respirasi. Konsentrasi karbondioksida yang tinggi
menyebabkan stomata menutup sehingga tidak terjadi pertukaran gas atau oksigen
tidak dapat diserap oleh tumbuhan. Pengaruh hambatan yang telah diamati pada
respirasi daun mungkin disebabkan oleh hal ini.
d. Kandungan air dalam jaringan.
Pada umumnya dengan naiknya kandungan air dalam jaringan kecepatan
respirasi juga akan meningkat. Ini nampak jelas pada biji yang sedang
berkecambah.
e. Cahaya.
Cahaya akan mendorong laju respirasi pada jaringan tumbuhan yang
berklorofil karena cahaya berpengaruh pada tersedianya substrat respirasi yang
dihasilkan dari proses fotosintesis.
f. Luka dan stimulus mekanik.
Luka atau kerusakan jaringan (stimulus mekanik) pada jaringan daun
menyebabkan laju respirasi naik untuk sementara waktu, biasanya beberapa menit
hingga satu jam. Luka memicu respirasi tinggi karena tiga hal, yaitu:
1) Oksidasi senyawa fenol terjadi dengan cepat karena pemisahan antara substrat
dan oksidasenya dirusak;
2) proses glikolisis yang normal dan katabolisme oksidatif meningkat karena
hancurnya sel atau sel-sel sehingga menambah mudahnya substrat dicapai
enzim respirasi;
3) akibat luka biasanya sel-sel tertentu kembali ke keadaan meristematis diikuti
pembentukan kalus dan penyembuhan atau perbaikan luka.
g. Garam-garam mineral.
Bila terjadi penyerapan garam-garam mineral dari dalam tanah, maka laju
respirasi akan meningkat. Hal ini dikaitkan dengan energi yang diperlukan pada
saat garam/ion diserap dan diangkut. Keperluan energi itu dipenuhi dengan
menaikkan laju respirasi. Fenomena ini dikenal dengan respirasi garam.
PEMBAHASAN
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad
hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam
menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi
dapat disamakan dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup
proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada
semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila
pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa
pemecah, respirasi tidak harus melibatkan oksigen.
Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit
penyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-
asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana.
Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas
ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya,
berbagai reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya
dari kedua kelompok senyawa terakhir ini.
Dalam beberapa aspek, fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi hewan atau
fisiologi sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui pola atau
kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang melalui pola atau
kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang sepanjang hidupnya.
Kebanyakan tumbuhan tidak berpindah, memproduksi makanannya sendiri,
menggantungkan diri pada apa yang diperolehnya dari lingkungannya sampai batas-batas
yang tersedia. Hewan sebagian besar harus bergerak, harus mencari makan, ukuran
tubuhnya terbatas pada ukuran tertentu dan harus menjaga integritas mekaniknya untuk
hidup dan pertumbuhan.
Respirasi banyak memberikan manfaat bagi tumbuhan. Manfaat tersebut terlihat
dalam proses respirasi dimana terjadi proses pemecahan senyawa organik, dari proses
pemecahan tersebut maka dihasilkanlah senyawa-senyawa antara yang penting. Senyawa-
senyawa tersebut meliputi asam amino untuk protein, nukleotida untuk asam nukleat, dan
zat karbon untuk pigmen profirin (seperti klorofil dan sitokrom), lemak, sterol,
karotenoid, pigmen flavonoid seperti antosianin, dan senyawa aromatik tertentu lainnya,
seperti lignin.
Telah diketahui bahwa hasil akhir dari respirasi adalah CO2 dan H2O, hal ini
terjadi bila substrat secara sempurna dioksidasi, namun bila berbagai senyawa di atas
terbentuk, substrat awal respirasi tidak keseluruhannya diubah menjadi CO2 dan H2O.
Hanya beberapa substrat respirasi yang dioksidasi seluruhnya menjadi CO2 dan H2O,
sedangkan sisanya digunakan dalam proses anabolik, terutama di dalam sel yang sedang
tumbuh. Sedangkan energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa
senyawa dalam proses respirasi dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan
Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika
berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati.
Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun
dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka
stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis.
Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air
akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan
potometer. Laju transpirasi dipengaruhi oleh ketersediaan substrat, ketersediaan oksigen,
suhu, tipe, dan umur tumbuhan. Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stoma yang
membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang
berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya.

2.1 Ketersediaan Substrat


Substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam
respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif
banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Laju respirasi
tertentu tergantung pada ketersediaan substrat, yakni senyawa yang akan diurai melalui
rangkaian reaksi. Tumbuhan yang memiliki cadangan pati, fruktan, dan gula yang rendah
akan menunjukkan laju respirasi yang rendah pula. Jika starvasi(defisiensi bahan
cadangan makanan) pada tumbuhan terjadi sangat parah, maka protein juga dapat
dioksidasi. Protein tersebut dihidrolisis menjadi asam-asam amino penyusunnya, yang
kemudian diuraikan melalui reaksi-reaksi glikolitik dan siklus kreb. Asam glutamat dan
aspartat akan dikonversi menjadi asam alfaketoglutarat dan asam oksaloasetat. Demikian
pula halnya dengan alanin yang dioksidasi untuk membentuk asam piruvat. Pada saat
daun mulai menguning, maka sebagian besar protein dan senyawa mengandung nitrogen
pada kloroplas akan terurai. Ion-ion ammonium yang dibebaskan dari penguraian tersebut
akan digunakan dalam sintesis glutamin dan asparagin. Hal ini akan menghindari
tumbuhan dari kera cunan ammonium.
Substrat respirasi terdiri dari karbohidrat yang merupakan substrat respirasi utama
yang terdapat dalam sel tumbuhan tinggi, beberapa jenis gula seperti Glukosa, fruktosa
dan sukrosa, pati, lipid, asam-asam organik, dan protein (digunakan dalam keadaan dan
spesies tertentu).
2.2 Ketersediaan Oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya
pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ
pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak
mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk
berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara. Pada kondisi kurang
oksigen, seperti saat tanah terlalu basah atau tergenang air, maka jaringan akar atau biji-
biji yang terbenam di dalamnya akan mengalami kekurangan oksigen. Dalam keadaan
seperti ini maka pada jaringan akan terjadi respirasi anaerobik. Respirasi an-aerobik pada
tubuh kita akan menghasilkan timbunan asam laktat yang menjadi tanda kelelahan otot.
Pada tumbuhan, respirasi an-aerobik akan lebih cenderung menghsilkan ethanol daripada
asam laktat.

Namun demikian, bahan sisa metabolisme tersebut dapat diubah kembali menjadi
glukosa atau dapat dimanfaatkan kembali. Mitokondria dapat berfungsi normal pada
konsentrasi oksigen serendah 0,05% sedangkan yang tersedia di udara adalah sekitar
21%. Hal ini terutama disebabkan karena afinitas yang tinggi dari sitokhrom oksidase
terhadap oksigen. Hambatan laju respirasi karena ketersedian oksigen terjadi pada sistem
perakaran tumbuhan jika media tumbuhnya digenangi(seluruh pori tanah berisi air). Hal
ini terjadi karena laju difusi okigen di dalam air jauh lebih lambat dibandingkan di udara.

2.3. Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor
Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu
sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Nilai Q 10 untuk
respirasi antara suhu 5oC smpai 25oC adalah antara 2 -2,5. Berarti untuk kisaran suhu
tersebut , laju respirasi akan meningkat lebih dari dua kali lipat untuk setiap kenaikan
suhu sebesar 10oC. Jika suhu ditingkatkan sampai sekitar 35oC, laju respirasi tetap
meningkat tetapi dengan nilai Q10 yang lebih rendah. Penurunan nilai Q 10 ini diduga
disebabkan karena penetrasi oksigen melalui kutikula ataqu peridermis tidak mencukupi
kebutuhan. Pada suhu yang lebih tinggi lahi (40oC) laju respirasi akan mulai menurun, hal
ini disebabkan karena sebagian enzim-enzim yang berperan akan mulai mengalami
denaturasi.
2.4 Tipe dan umur tumbuhan
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, dengan
demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing
spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding
tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa
pertumbuhan. Jaringan meristematik juga menunjukkan laju yang lebih tinggi dibanding
jaringan tua. Secara umum terdapat korelasi antara laju pertumbuhan dengan laju
respirasi, karena dalam pertumbuhan akan digunakan ATP, NADH, dan NADPH untuk
sintesis protein, bahan penyusun dinding sel, komponen membran, dan asam-asam
nukleat. Penggunaan ATP, NADH+, dan NADPH ini akan meningkatkan ketersediaan
ADP, NAD+, dan NADP+ untuk respirasi. Umur tumbuhan akan mempengaruhi laju
respirainya. Laju respirasi tinggi pada saat perkecambahan dan tetap tinggi pada fase
pertumbuhan vegetative awal dan kemudian turun dengan betambahnya umur tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai